32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan kisah sejarah bukanlah sekedar menyusun dan merangkai fakta-fakta hasil penelitian, melainkan juga menyampaikan pendirian dan pikiran melalui interpretasi sejarah berdasarkan hasil penelitian. Dalam perkembangan selanjutnya penulisan sejarah mengalami kemajuan, yaitu dengan munculnya gagasan baru dalam penulisan sejarah. Sartono Kartodirdjo memfokuskan bagaimana penggunaan ilmu-ilmu sosial dalam mengungkapkan fakta- fakta peristiwa sejarah pada masa lampau. Di mulai dari bagaimana konsep tentang sejarah dibangun, bagaimana perpektif sejarah itu berdiri, bagaimana membangun atau merekonstruksi kembali peristiwa pada masa lalu menjadi suatu cerita yang memiliki arti, bagaimana hubungan antara sejarah dengan ilmu-ilmu social dan bagaimana sejarah di tulis berdasarkan kategori tertentu. Pada hal ini saya akan membahas pendekatan sejarah melalui ilmu sosial. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep dan persfektif sejarah?

Tugas Pa Hairiyadi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Kuliah

Citation preview

Page 1: Tugas Pa Hairiyadi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penulisan kisah sejarah bukanlah sekedar menyusun dan merangkai fakta-

fakta hasil penelitian, melainkan juga menyampaikan pendirian dan pikiran

melalui interpretasi sejarah berdasarkan hasil penelitian. Dalam perkembangan

selanjutnya penulisan sejarah mengalami kemajuan, yaitu dengan munculnya

gagasan baru dalam penulisan sejarah.

Sartono Kartodirdjo memfokuskan bagaimana penggunaan ilmu-ilmu

sosial dalam mengungkapkan fakta-fakta peristiwa sejarah pada masa lampau. Di

mulai dari bagaimana konsep tentang sejarah dibangun, bagaimana perpektif

sejarah itu berdiri, bagaimana membangun atau merekonstruksi kembali peristiwa

pada masa lalu menjadi suatu cerita yang memiliki arti, bagaimana hubungan

antara sejarah dengan ilmu-ilmu social dan bagaimana sejarah di tulis berdasarkan

kategori tertentu. Pada hal ini saya akan membahas pendekatan sejarah melalui

ilmu sosial.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah

ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep dan persfektif sejarah?

2. Bagaimana rekonstruksi sejarah?

3. Bagaimana kategori sejarah?

4. Apa yang dimaksud dengan pendekatan dalam penelitian sejarah?

5. Bagaimana penulisan sejarah melalui pendekatan ilmu sosial?

6. Bagaimana hubungan sejarah dengan ilmu sosial lainnya?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut

1. Penulisan sejarah melalui pendekatan ilmu sosial.

2. Rekonstruksi sejarah.

Page 2: Tugas Pa Hairiyadi

3. Kategori sejarah.

4. Maksud pendekatan dalam penelitian sejarah.

5. Penulisan sejarah melalui pendekatan ilmu sosial.

6. Hubungan sejarah dengan ilmu sosial lainnya.

Manfaat ini penulisan makalah ini :

1. Mengetahui bagaiamana penulisan sejarah melalui pendekatan ilmu sosial.

2. Mengetahui rekonstruksi sejarah.

3. Mengetahui kategori sejarah.

4. Mengetahui maksud pendekatan dalam penelitian seajarah.

5. Mengetahui penulisan sejarah melalui pendekatan ilmu sosial.

6. Mengetahui hubungan sejarah dengan ilmu sosial lainnya.

Page 3: Tugas Pa Hairiyadi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep dan Persfektif Sejarah

Dimulai dari sebuah rasa ingin tahu tentang suatu peristiwa secara genesis,

sejarah mulai masuk di dalamnya. Melalui cerita naratif yang memuaskan

kemudian menjadi sesuatu yang menarik, kemudian sejarah dikenal sebagai ilmu

dan sejarah sebagai seni.

Teori dan metodologi sebagai bagian pokok ilmu sejarah mulai

diketengahkan apabila penulisan sejarah tidak semata-mata bertujuan

menceritakan kejadian tetapi bermaksud menerangkan kejadian itu dengan

mengkaji sebab-sebabnya, kondisi lingkungannya, konteks sosio-kulturalnya,

pendeknya, hendak diadakan analisis secara mendalam tentang faktor-faktor

kausal, kondisional, kontekstual serta unsur-unsur yang merupakan komponen dan

eksponen dari proses sejarah yang dikaji.

Tujuan penggambaran gejala sejarah adalah untuk memberikan makna,

sedangkan penjelasan tentang sebab akibat (kausalitas eksplanation), dalam

sejarah naratif dilakukan secara eksplisit dalam deskripsinya.

Langkah yang sangat penting dalam membuat analisis sejarah ialah

menyediakan suat kerangka pemikiran atau kerangka referensi yang mencakup

pelbagai konsep dan teori yang akan dipakai dalam membuat analisis tersebut.

Metodologi dalam studi sejarah menuntut penyesuaian yang akan terwujud

sebagai perbaikan kerangka konseptual dan teoretis sebagai alat analitis. Hal ini

dapat dilakukan dengan meminjam pelbagai alat analitis dari ilmu-ilmu sosial,

seperti sosiologi, antropologi, politikologi, dan lain-lain.

Sebagai permasalahan inti dari metodologi sejarah dapat disebut masalah

pendekatan. Penggambaran kita mengenai suatu peristiwa tergantung kepada

pendekatan yang kita pakai, dari segi mana kita memandangnya, dimensi mana

yang kita perhatikan, unsure mana yang diperhatikan dan lain sebagainya.

Selanjutnya, dijabarkan bagaimana Kesadaran Tentang Sejarah suatu

bangsa, kesadaran yang timbul setelah kemerdekaan. Kesadaran sejarah itu dapat

Page 4: Tugas Pa Hairiyadi

dicapai melalui tiga cakrawala yaitu 1) cakrawala religio-magis dan kosmogonis,

2) cakrawala nasiosentris yang menggantikan cakrawala etnosentris, dan 3)

cakrawala colonial-elitis yang diganti dengan sejarah bangsa Indonesia secara

keseluruhan.

Perkembangan dalam penulisan historiografi Indonesia dewasa ini

mengalami proses yang sangat cepat yang dengan demikian memerlukan

pandangan-pandangan baru para sejarawan. Selain metode naratif juga muncullah

pelbagai kecenderungan metode developmentalisme yang terlihat dari pola-pola

kelangsungan, perkembangan dan perubahan-perubahan.

Dijelaskan bahwa apabila sejarah ingin tetap berfungsi sebagai disiplin

pengungkapan atau penemuan manusia, maka ilmu sejarah perlu mengikuti

perkembangan ilmu-ilmu social yang telah berhasil menambah perbendaharaan

tentang manusia. Pendekatan Sinkronis dan diakronis perlu dipadukan untuk

mendukung berdirinya ilmu sejarah itu sendiri.

Selanjutnya, Kartono kartodirdjo mencoba menguraikan apa sebenarnya

yang dimaksud dengan sejarah. Ilmu sejarah bersifat empiris, oleh karena itu

sangat penting untuk berpangkal pada fakta-fakta yang tersaring dari sumber

sejarah, sedangkan teori dan konsep hanya merupakan alat-alat untuk

mempermudah analisis san sintesis sejarah. Sejarah dalam arti “subjektif”

merupakan rekonstruksi peristiwa sejarah yakni hasil dari penelitian yang

kemudian dituliskan. Sedangkan Sejarah dalam arti “objektif” menunjuk kepada

kejadian atau peristiwa itu sendiri yakni proses sejarah dalam aktualitasnya. Apa

yang sering dibicarakan orang selama ini tentang sejarah adalah sejarah yang

bersifat subyektif. Sejarah subyektif adalah sejarah memuat unsure-unsur dan

subyek (pengarang/penulis), maka dalam penulisannya akan cenderung kepada si

penulis itu sendiri. Yang seharusnya adalah sejarah obyektif, yaitu sejarah yang

sesuai dengan aslinya (aktualitasnya). Sejarah yang ideal adalah sejarah yang

obyektif yang jauh dari sifat-sifat subyektif (pengarang/penulis).

Dalam merekonstruksi peristiwa diibaratkan sebagai sebuah pembangunan

gedung. Diperlukan blueprint dan layout yang diingingkan. Untuk mencapai itu

maka diperlukan suatu kerangka pikiran atau referensi yang mewadahi semua

Page 5: Tugas Pa Hairiyadi

fakta yang tidak lagi disatukan sebagai agregasi, tetapi telah tersusun dan

terhubung antara fakta yang satu dengan fakta yang lainnya yang sesuai dengan

desain. Pembatasan tentang lingkup(Scope) waktu temporal dan ruang (spatial)

perlu ditegaskan sebagai pembatas peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Selanjutnya, apa itu Perspektif Sejarah?. Dalam mengangan-angankan

tentang masa lampau yang penuh dengan kejadian ada kalanya timbul kekalutan

karena orang lupa mana yang terjadi terlebih dahulu dan mana yang kemudian.

Urutan peristiwa secara kronologis pada masa lampau adalah fundamental dalam

setiap pengetahuan sejarah. Dimensi waktu dalam sejarah ada tiga yaitu masa

lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Sementara kronologi sejarah

adalah bentuk penulisan sejarah yang terdiri atas urutan-urutan kejadian.

Selanjutnya dijelaskan bahwa perspektif sejarah adalah adanya perbedaan

kedalaman objek yang disebabkan oleh jarak dari tempat memandangnya. Dalam

melihat sejarah maka kita harus tahu tentang kejadian yang lama dan kejadian

yang baru. Agar pengetahuan tentang fakta-fakta sejarah tidak tertumpuk dalam

ingatan kita begitu saja sebagai suatu agregasi maka perlu ada pengkonstruksian

berdasarkan perspektif sejarah itu.

Dalam melihat secara perspektif sejarah diperlukan langkah yang disebut

periodisasi. Periodisasi adalah salah satu proses struturisasi waktu berdasarkan

pembagian atas babak, zaman dan waktu. Dalam kisah pewayangan misalnya,

periodisasi dibagi menjadi empat yaitu dwaparayuga, tretayuga, kaliyuga dan

kretayuga. Sementara di dunia Barat membagi kisah sejarah dalam 3 periodisasi

yaitu zaman kuno (-500sm), Zaman pertengahan (500-1500) dan zaman modern

(1500- sekarang).

Selanjutnya dijelaskan bahwa perspektif historis melihat bahwa masa kini

tidak terlepas dari masa lampau dan identitasnya. Yang penting dalam pandangan

dan cara melihat obyek atau gejala masa lampau ialah bahwa setiap objek selalu

mempunyai masa lampau dan perkembangannya. Jadi perspektif sejarah akan

menjelaskan masa kini dengan memaparkan latar belakang masa lampaunya.

Perkembangan penulisan sejarah barat sejak zaman Yunani sampai

sekarang boleh dikatakan bahwa pada umumnya berupa karya-karya yang bersifat

Page 6: Tugas Pa Hairiyadi

naratif. Dan kebanyakan adalah sejarah politik. Tidak mengherankan bahwa

sejarah politik dan sejarah perang sangat menonjol dalam historiografi di dunia

Barat. Sehingga kemudian dikenal dengan istiah sejarah konvensional atau juga

disebut sejarah politik.

Selain sejarah politik, yang menonjol di dunia Barat adalah sejarah Sosial.

Sejarah sosial adalah setiap gejala social yang memanifestasikan kehidupan sosial

suatu komunitas atau kelompok. Dimensi sejarah sosial sangat luas, yang

mencakup segala aspek kehidupan.

B. Rekonstruksi Sejarah

Sejarah sebagai unit, sejarah nasional sebagai unit. Pada penjelasan awal

tidak dipersoalkan secara mendalam apakah sejarah sebagai satu kesatuan

senantiasa merupakan suatu sistem. Konsep sistem dalam rekonstruksi sejarah

hanya dipakai sebagai alat analisis dan sintesis.

Pendekatan sistem memusatkan perhatian pada kesatuan yang mencakup

unsure-unsur serta hubungan pengaruh-mempengaruhi. Yang menonjol adalah

pengambilan momentum tertentu dalam peristiwa sejarah.

Sejarah sebagai satu konstruksi merupakan satu kesatuan yang koheren

(adanya saling keterkaitan antar unsur-unsur yang membentuk kesatuan)

Periodisasi atau pembabakan waktu adalah salah satu proses strukturasi waktu

dengan pembagian atas beberapa babak, zaman, atau periode berdasarkan kriteria

tertentu, seperti ciri-ciri khas yang ada pada periode tertentu.

Rekonstruksi sejarah dimulai dari tradisi lisan, yang turun temurun dari

satu generasi ke generasi berikutnya yang kemungkinan kenbenaran yang didapat

dikemudian hari mengambang. Kemudian bersama dengan perkembangan zaman

kemudian peristiwa masa lampau dibukukan yang menjadi lebih mantap karena

tidak mengalami perubahan. Apabila pelbagai pola kelakuaan dalam peradaban

dibakukan dalam bentuk lembaga dan tradisi, maka ungkapan-ungkapan tentang

pengalaman individu dan kelompok di masa lampau dilembagakan sebagai

penulisan sejarah.

Page 7: Tugas Pa Hairiyadi

Dalam penyusunan cerita sejarah struktur logis yang harus diikuti harus

meliputi 10 urutan yang dimulai dari pengaturan kronologis sampai kepada

penyusunan cerita berdasarkan deskripsi-analitis . Selanjutnya, dijelaskan bahwa

di dalam historiografi Indonesia, antara lain dalam Babad Tanah Jawi, juga

terdapat pembagian zaman yang dimulai dari zaman nabi-nabi, zaman munculnya

tokoh-tokoh pewayangan, mitis, lalu diikuti zaman kerajaan-kerajaan.

Kesemuanya itu merupakan bentuk-bentuk periodisasi sebagai usaha

menstrukturasi waktu.

Dalam historiografi Barat, periodisasi yang amat populer ialah yang

disusun oleh Cellarius (1638-1707). Pembabakan Sejarah Barat atas tiga periode

menurutnya adalah: (1) Zaman Kuno (-500); (2) Abad Pertengahan (500-1500);

dan Zaman Modern (sejak 1500).

Dalam sejarah politik, ada kebiasaan membuat periodisasi berdasarkan

pemilihan caesuur (penetapan pemisahan) pada tahun peristiwa penting, antara

lain akhir perang, awal revolusi, awal suatu periode pemerintahan, dan

sebagainya. Misalnya Revolusi Prancis (1789) dianggap sebagai awal periode

moderen, ditinggalkannya monarki absolut dan dimulainya periode liberalisme,

demokrasi, dan nasionalisme.

Setiap unit sejarah senantiasa memiliki lingkup temporal dan spasial

(waktu dan ruang). Ruang lingkup temporal mempunyai batasan yaitu awal

perkembangan gejala sejarah dan akhirnya, misalnya dalam biografi kelahiran dan

kematian seorang tokoh. Ruang lingkup spasial juga memiliki batasan, misalnya

dalam sejarah perang ialah seluruh wilayah yang dipakai sebagai medan perang.

Untuk suatu negara, batasan spasialnya ialah wilayah kekuasaannya. Sehubungan

dengan hal tersebut, ilmu sejarah memerlukan bantuan geografi.

Konsep sistem banyak dipakai dalam ilmu sosial yang mempunyai

perspektif sinkronis terhadap suatu gejala. Sementara di dalam sejarah, konsep

sistem hanya dipakai sebagai alat analisis dan sintesis, terutama dalam

menunjukkan saling hubungan antara unsur-unsur atau dimensi-dimensi yaitu

bagaimana saling pengaruh-mempengaruhi antara faktor ekonomi, sosial, politik

Page 8: Tugas Pa Hairiyadi

dan kultural. Pelacakan bagaimana terjadinya atau jalannya perkembangan di

masa lampau dilakukan dengan pendekatan diakronis.

Apabila objek studi sejarah ditujukan pada suatu masyarakat atau lembaga

sosial, maka untuk melacak perkembangan historis strukturnya diperlukan

pendekatan sinkronis dan diakronis. Contoh: Bagaimana struktur feodal

masyarakat abad pertengahan di Eropa kemudian berubah menjadi masyarakat

abad ke-19 dengan kelas menengah atau kaum borjuis yang mempunyai

kedudukan penting? Disini sejarah struktural dengan pendekatan rangkap dapat

melakukan analisis dan mengungkapkan perubahan sosialnya.

Seringkali Present-mindedness menjadi panduan untuk menyeleksi

permasalahan di masa lampau. Melaksanakan pandangan masa kini sebagai alat

pengukur tentang masa lampau sebaiknya dihindari. Contoh: Negara Majapahit

dipandang sebagai negara nasional. Disini konsep negara nasional yang moderen

diterapkan atas kerajaan kuno, tidak disadari bahwa struktur dan sistem politiknya

sangat berbeda. Oleh karena itu, sejarawan perlu memiliki historical-mindedness,

yakni kemampuan untuk menempatkan suatu gejala sejarah sesuai dengan suasana

dan iklim kebudayaan masanya, sehingga dapat dihindari kesalahan yang disebut

anakronisma, yakni mencampurbaurkan zaman suatu gejala dengan zaman lain.

Dalam menghadapi gejala-gejala sejarah yang beraneka ragam tetapi

menunjukkan kemiripan, perlu diadakan kategorisasi, penggolongan atau

tipologisasi, misalnya kota-kota pelabuhan, pemberontakan petani, kota-kota dan

lain-lain.

Peranan ilmu sosial dalam penyeleksian data dan fakta, terutama teori-

teori dan konsep-konsepnya sangat penting. Kedua jenis alat analitis itu

memudahkan kita mengatur seluruh substansi penulisan naratif dengan segala

unsur-unsurnya seperti fakta, subfakta, struktur dan proses, faktor-faktor, dan lain

lain. Tanpa kerangka teoretis dan konseptual tidak ada butir-butir referensi untuk

membentuk naratif, eksplanasi dan argumentasi.

Multidimensionalitas gejala sejarah perlu ditampilkan agar gambaran

menjadi lebih bulat dan menyeluruh sehingga dapat dihindari kesepihakan atau

determinisme. Yang penting dari implikasi metodologis ini ialah bahwa

Page 9: Tugas Pa Hairiyadi

pengungkapan dimensi-dimensi memerlukan pendekatan yang lebih kompleks

yakni pendekatan multidimensional. Sejarawan yang akan menerapkan

metodologi ini perlu menguasai pelbagai alat analitis yang dipinjam dari ilmu

sosial.

Dalam penulisan sejarah lazim dibedakan menjadi dua macam sejarah

yaitu (1) Sejarah prosesual (sejarah deskriptif-naratif), ialah penulisan sejarah

yang menggambarkan kejadian sebagai proses, yang dicakup dalam uraian naratif

atau cerita untuk mengungkapkan bagaimana suatu peristiwa terjadi, lengkap

dengan fakta-fakta tentang “apa”, “siapa”, “kapan”, dan “dimana”; (2) Sejarah

struktural (sejarah deskriptif-analitis), ialah penulisan sejarah yang menerangkan

kausalitasnya atau menjawab pertanyaan “mengapa”.

F. Braudel (seorang sejarawan) menyebut sejarah struktural dengan istilah

“sejarah jangka panjang” (longue durěe) karena mencakup perubahan struktur

masyarakat dan lingkungan yang terjadi secara lambat laun. Menurut dia, di antara

sejarah prosesual dan sejarah struktural terdapat sejarah konjunktural

(conjuncture) yang menggambarkan “gelombang” gerakan perkembangan sejarah,

terutama di bidang sejarah ekonomi, antara lain dengan gerakan tingkat harga-

harga, fluktuasi produksi, dan sebagainya. Penulisan sejarah konjunktur dan

struktural bersifat analitis dan perlu mempergunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial

beserta teorinya.

Menurut mazhab L. Von Ranke pada akhir abad ke-19 penulisan sejarah

tidak lagi dilakukan secara konvensional, yaitu sejarah yang empiris positif dalam

bentuk deskriptif-naratif, tetapi perlu lebih banyak diterapkan penulisan sejarah

deskriptif-analitis dengan pendekatan ilmu-ilmu sosial atau multidimensional.

C. Kategori Sejarah

Berikut ini adalah kategori penulisan sejarah yang disesuaikan dengan

zamannya.

1. Gagasan menulis sejarah sosial muncul pada abad ke-20 sebagai

reaksi terhadap dominasi sejarah politik selama abad ke-19.

Page 10: Tugas Pa Hairiyadi

2. Herodotus menulis sejarah perang Parsi yang mencakup segala

aspek kehidupan masyarakat Athena, mulai dari aspek ekonomi, sosial, politik

sampai segi kultural.

3. Trevelyan, pengarang English Social History, melukiskan pelbagai

keseluruhan sejarah masyarakat tanpa mencantumkan perkembangan kehidupan

politik.

4. Max Weber dan Emile Durkheim dalam karya-karya awalnya

menulis tentang pelbagai aspek perkembangan masyarakat, mengikuti jejak

gurunya masing- masing, ialah K. Lamprecht dan Fustel de Coulange.

5. Marc Bloch dan Febvre beserta mazhabnya “Annales” menulis

sejarah sosial dengan menerbitkan Feudal Society.

6. Di Amerika Serikat, Turner menjadi pelopor dengan karyanya

tentang penafsiran ekonomis UUD Amerika. Kemudian pada tahun dua puluhan

Robinson menonjolkan The New History, yakni sejarah yang ditulis dengan

pendekatan yang meliputi pelbagai aspek kehidupan masyarakat.

7. Dalam abad ke-19, sejarah politik sangat menonjol sehingga

dikenal sebagai abad nasionalisme dan formasi negara nasional di Eropa Barat.

Sejarah politik abad ini diawali oleh Thucydides yang menulis Perang

Peloponesia, dan sejak saat itu tradisi penulisan sejarah didominasi oleh sejarah

politik.

8. Voltaire, seorang filsuf Prancis (1694-1778) menulis sejarah

kebudayaan dunia pertama dengan judul Essai sur les moeur et l’esprit des nations

(karangan tentang adat-istiadat dan jiwa bangsa-bangsa). Disini dipakai istilah

“jiwa” tidak lain untuk mencakup konsep mentalitas, semangat atau etos dari

bangsa-bangsa.

D. Arti Pendekatan dalam Penelitian Sejarah

Pendekatan adalah sudut pandang yang digunakan dalam meninjau serta

mengupas suatu permasalahan. Dari segi mana peneliti memandangnya, dimensi

mana yang diperhatikan, unsur-unsur apa mana yang diungkapkan. Hasil

pelukisannya akan sangat ditentukan oleh jenis pendekatan yang dipakai

Page 11: Tugas Pa Hairiyadi

(Kartodirdjo, 1993: 4). Di dalam penelitian sejarah yang sangat kompleks

sifatnya diperlukan pendekatan multidimensional (approach multidimensi artinya

pendekatan yang bersgi banyak). Analisis berdasarkan interpretasi satu paktor,

misalnya faktor politik saja sudah barang tentu tidak akan mencukupi untuk

menerangkan pola-pola sejarah. Ekspalasi itu diperoleh melalui analisis. Untuk

memperjelas analisis, dalam proses penulisan sejarah, aplikasi metode dan teori

sejarah perlu ditunjang oleh teori atau konsep ilmu-ilmu sosial yang relevan.

Dengan kata lain, perlu dilakukan penulisan sejarah yang dituntut memberikan

eksplanasi mengenai masalah yang terbatas, perlu dilakukan secara interdisipliner

dengan menggunakan pendekatan multidimensional (multidimensional approach).

Gambaran mengenai suatu peristiwa sejarah akan lebih baik jika dantu

dengan penjelasan yang menggunakan pendekatan tertentu terutama ilmu-ilmu

sosial seperti sosiologi, antropologi, politik, ekonomi dan geografi. Untuk itu

penjelasan materi skripsi. Akan lebih luas dan bermakna jika peneliti

mengggunakan pendekatan. Namun demikian, penggunaan pendekatan bukanlah

suatu tren untuk lebih menariknya skripsi, karena konsekuensinya jika peneliti

memasukan pendekatan dalam penelitian, berarti harus ada kesiapan jika diminta

para penguji menunjukan kajian sejarah dalam skripsi yang didekati dengan ilmu-

ilmu lain.

E. Penulisan Sejarah Melalui Pendekatan Ilmu Sosial

Penjelasan tentang hubungan antara sejarah dengan ilmu social dimulai

dari 4 alasan Sartono Kartodirdjo tentang kedekatan antara ilmu sejarah dengan

ilmu-ilmu sosial, membahas mengenai perbedaan ilmu eksakta (alam) dengan

ilmu kemanusiaan (humaniora).

Kedudukan sejarah dan ilmu-ilmu sosial (bahasa, geografi, ekonomi,

sosiologi, ilmu politik, antropologi) adalah saling memerlukan dan saling

memberikan kontribusi. Dalam hal ini, penelitian dan penulisan sejarah senantiasa

memerlukan bahasa sebagai sarana primer untuk mengungkapkan data, analisis,

dan kesimpulan yang terkait dengan seluruh aspek yang terkait dengan manusia

dan waktunya.

Page 12: Tugas Pa Hairiyadi

Penyajian hasil penelitian sejarah dalam tulisan disajikan dengan

memenuhi hal-hal berikut:

1. Generalisasi dicapai lewat analisis, sedangkan gambaran yang khusus

diperoleh lewat narasi. Generalisasi lebih bersifat kuantitatif

sedangkan gambaran khusus lebih kualitatif. Hubungan antara pelbagai

gejala ditentukan berdasarkan hubungan kausalitas, jadi terumuskan

sebagai eksplanasi, sedangkan hubungan kualitatif dirumuskan dengan

menggunakan interpretasi (tafsiran).

2. Rapprochement antara ilmu sosial dan sejarah terutama terwujud pada

perubahan metodologi. Pembaruan metodologi tahap pertama terjadi

karena pengaruh ilmu diplomatik sejak Mabillon, sedangkan

pembaruan tahap kedua terjadi karena pengaruh ilmu sosial.

3. Implikasi besar dari perkembangan itu ialah bahwa setiap research

design memerlukan kerangka referensi yang bulat, yaitu memuat alat-

alat analitis yang akan meningkatkan kemampuan untuk menggarap

data. Oleh karena itu, pengkajian sejarah memerlukan teori dan

metodologi.

4. Ruang di dalam geografi distrukturasikan berdasarkan fungsi-fungsi

yang dijalankan menurut tujuan atau kepentingan manusia selaku

pemakai. Unit-unit fisik yang dibangun menjadi unsur struktural

fungsional dalam sistem tertentu, ekonomi, sosial, politik, dan kultural.

Struktur dan fungsi bermakna di dalam konteks tertentu, yaitu tidak

terlepas dari jiwa zaman atau gaya hidup masanya.

5. Pada hakikatnya sejarah dan antropologi mempelajari objek yang

sama, yakni tiga jenis fakta: artifact, socifact dan mentifact. Artifact

sebagai benda fisik adalah konkret dan merupakan hasil buatan.

Artifact menunjuk kepada proses pembuatan yang telah terjadi di masa

lampau. Socifact menunjuk kepada kejadian sosial (interaksi antar

aktor, proses aktifitas kolektif) yang telah mengkristalisasi sebagai

pranata, lembaga, organisasi, dan sebagainya. Untuk memahami

struktur dan karakteristik socifact perlu dilacak asal-usulnya, proses

Page 13: Tugas Pa Hairiyadi

pertumbuhannya sampai wujud sekarang. Artinya, segala sesuatu dan

keadaan yang kita hadapi dewasa ini tidak lain ialah produk dari

perkembangan di masa lampau, yakni produk sejarah.

F. Hubungan Sejarah dengan Ilmu-ilmu  Sosial lainnyaSelain mempunyai ilmu Bantu dalam keilmuaannya, sejarah juga menjalin

hubungan dengan ilmu-ilmu lainnya, terutama sesama ilmu sosial. Dalam

hubungan ini yang terjadi adalah hubungan yang saling membutuhkan, disinilah

letak perbedaanya dengan konsep ilmu Bantu sejarah, dimana sejarah yang lebih

dominant dalam mebutuhkan bantuan guna mengungkap suatu permasalahan,

lebih tepatnya kita dapat menyebutnya dengan kombinasi dari dua ilmu sosial.

Perkembangan Ilmu Sejarah pasca perang dunia II menunjukkan

kecenderungan kuat untuk mempergunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial dalam

kajian Sejarah. Dasar pemikirannya adalah bahwa : pertama,sejarah deskriptif-

naratif sudah tidak memuaskan lagi untuk menjelaskan pelbagai masalah atau

gejala yang serba kompleks dalam peristiwa Sejarah.

Kedua, pendekatan multidimensional yang bertumpu pada penggunaan

konsep dan teori ilmu sosial paling tepat untuk memahami gejala atau masalah

yang kompleks itu. Ketiga, dengan bantuan teori-teori sosial , yang menunjukkan

hubungan antara berbagai faktor ( inflasi,pendapatan nasional,pengangguran, dan

sebagainya),maka pernyataan – pernyataan mengenai masa silam dapat dirinci,

baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Keempat, teori-teori dalam ilmu sosial biasanya berkaitan dengan struktur

umum dalam kenyataan sosio-historis. Karena itu, teori-teori tersebut dapat

digunakan untuk menganalisis perubahan-perubahan yang mempunyai jangkauan

luas. Bila teori-teori sosial itu diandalkan dan dipercaya, maka dengan

menggunakan teori-teori itu pengkajian sejarah juga dapat diandalkan seperti

halya ilmu-ilmu sosial yang terbukti kesahihan studinya. Dengan cara

ini,pengkajian sejarah yang dihasilkan tidak lagi dominan dengan

subjektifitas,yang sering dialamatkan kepadanya.

Kelima, studi sejarah tidak terbatas pada pengkajian hal-hal informatif

tentang “apa” , “siapa” , “kapan” , “dimana” , dan “ bagaimana”, tetapi juga ingin

Page 14: Tugas Pa Hairiyadi

melacak  pelbagai struktur masyarakat ( sosiologi ), Pola kelakuan ( antropologi )

dan sebagainya. Studi yang menggunakan pendekatan ini akan melahirkan karya

sejarah yang semakin antropologis (anthropological history) dan sejarah yang

sosiologis ( sosiologycal history ).

Meskipun penggunaan ilmu-ilmu sosial sangat penting, namun terdapat

pula kalangan yang justru sebaliknya atau kontra dengan cara berpikir semacam

itu. Keberatan mereka juga didasarkan pada beberapa pemikiran.Pertama, bahan

sumber sejarah sering tidak lengkap, sehingga kurang memberi pegangan untuk

menerapkan teori-teori dari ilmu-ilmu sosial.Kedua, sering pendekatan sosio-

historis dipersalahkan memotong kekayaan historis, karena ia hanya menaruh

minat pada segi-segi tertentu dari masa silam yang dapat dikaji dengan bantuan

ilmu-ilmu soial. Alhasil, masa silam tidak dapat dipaparkan seutuhnya. Ketiga,

pengkajian tradisional lebih mampu menampilkan suatu pemandangan mengenai

masa silam daripada suatu pendekatan sosio-ekonomis yang hanya membeberkan

angka-angka statistik. Dalam konteks ini maka pendekatan hermeneutika memang

lebih berhasil melukiskan wajah masa lalu.Keempat, pendekatan terhadap masa

silam yang menggunakan teori-teori ilmu sosial hanya dapat digunakan sejauh

dapat diandalkan. Kesahihan teori-teori sosial sering disanksikan. Sebab ia sering

berpangkal pada pandangan-pandangan hidup, ideologi-ideologi politik atau

modern yang sedang berlaku.

Terlepas dari pro dan kontra pengkajian sejarah menggunakan teori-teori

ilmu sosial, namun patut direnungkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan

dewasa ini hampir sudah sulit dibedakan antara satu disiplin ilmu dengan disiplin

ilmu lainnya. Pendekatan interdisipliner kini sangat dominan mewarnai wacana

perkembangan ilmu pengetahuan. Sejarah sebagai salah satu bidang ilmu tidak

seharusnya menarik diri dari fenomena itu, melainkan harus mampu bermain

ditengahnya , sehingga tidak dianggap himpunan pengetahuan masa lalu semata,

tanpa bisa memberikan kontribusi bagi pembangunan kehidupan manusia,

sebagaimana visi sebuah ilmu pengetahuan.

Page 15: Tugas Pa Hairiyadi

Mengacu pada pemikiran tersebut , selanjutnya dikemukakan beberapa

ilmu sosial dalam persinggungannya dengan studi sejarah. Lima disiplin yang

dijelaskan yaitu; ilmu Politik, antropologi , sosiologi ,ekonomi , dan psikologi.

a. Hubungan Sejarah dengan Ilmu Politik

Ilmu politik dalam perkembangannya sangat dibantu oleh sejarah dan

Filsafat, Dua kajian ini turut mengembangkan kajian ilmu politik baik dari segi

pencarian konsepsi fundamental maupun penelusuran titik-titik penemuan data

dan fakta dan masa-masa sebelumnya. Dalam buku pendekatan Ilmu Sosial dalam

Metodologi Sejarah Sartono menuliskan “Politik adalah sejarah masa kini dan

sejarah adalah politik masa lampau. Sejarah identik dengan politik, sejauh

keduanya menunjukkan proses yang mencakup keterlibatan para aktor dalam

interaksi dan peranannya dalam usaha memperoleh apa, kapan dan bagaimana.

b.        Hubungan Sejarah dengan Ilmu Ekonomi

Ilmu ekonomi dan sejarah itu sama-sama termasuk kedalam ilmu sosial,

yaitu ilmu yang membahas interaksi manusia dan lingkungannya. itulah kenapa di

SMP, pelajaran ekonomi dan sejarah itu digabung. karena berasal dari rumpun

ilmu yang sama, terkadang materinya pun berkaitan bahkan terkadang tumpang-

tindih. Misalnya, pada materi perdagangan internasional, di sejarah juga  ada. di

sejarah disebutkan bahwa bangsa eropa pergi ke indonesia utk mencari rempah-

rempah. Dengan belajar dari masa lalu (sejarah) kita juga dapat belajar supaya

perekonomian dapat lebih baik.

Banyak Kebijakan pemerintah kolonial di masa lalu yang dilandasi oleh

kepentingan ekonomi. Misalnya, untuk memahami sejarah perdagangan rempah-

rempah di Nusantara pada abad ke XVI sampai abad XVIII,maka tidak dapat

dipisahkan dari peran kongsi dagang Hindia Belanda Timur yakni

VOC  ( Verenigde Oost Indische Compagnie).

c.         Hubungan Sejarah dengan Sosiologi

Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang masyarakat dan

aspek-aspek dinamis yang ada didalamnya, secara tidak langsung kita dapat

menemukan bahwa objek kajian antara sosiologi dan sejarah tidak jauh berbeda,

namun sejarah membatasinya dengan konsep ruang dan waktu. Sebagai sesama

Page 16: Tugas Pa Hairiyadi

ilmu sosial yang kajiannya tidak jauh berbeda maka tidak sulit kita menemukan

hubungan-hubungan keilmuan antara sejarah dan sosiologi Pada beberapa

dasawarsa terakhir ini banyak sekali hasil-hasil penelitian sosiologi berupa studi

sosiologis yang memfokuskan studinya pada gejala-gejala sosial yang terjadi

dimasa lampau(supardan, 2008:325), dengan memasukkan konsep ruang tadi

maka dapat kita lihat bahwa kajian tersebut jelas menggunakan beberapa konsep

dari sejarah untuk menjelaskan studi tersebut. Karya-karya seperti Pemberontakan

Petani Kaya yang ditulis oleh Tilly, Perubahan Sosial Masa Revolusi Industri di

Inggris Karya Smelzer, serta Asal Mula Sistem Totalitier dan Demokrasi karya

Barrington Moore. Karya-karya tersebut sering disebut Sejarah Sosilogi.

(Kartodirdjo dalam Supardan, 2008: 325)

Sejarawan juga terkadang melakukan pendekatan sosilogis dalam

melakukan penlitian, bahkan pada bias dikatakan mulai terdapat kecendrungan

penulisan sejarah, dari yang bersifat konvensioanl dan naratif kepada penulisan

sejarah dengan kompleksitas tinggi, dimana sejarah dan ilmu-ilmu sosial lainnya

saling berketergantungan dalam melakukan sebuah pembahasan masalah.

d.        Hubungan Sejarah dengan Antropologi

Antropologi sebagai salah satu dari ilmu sosial memiliki kaitan dan

sumbangan kepada ilmu sejarah begitu juga sebaliknya. Dalam penulisan sejarah,

sejarawan tidak jarang menggunakan teori dan konsep ilmu sosial lain, termasuk

antropologi. Sejarawan banyak meminjam konsep antropologi diantaranya ialah,

simbol, sistem kepercayaan, folklore, tradisi besar, tradisi kecil, enkulturasi,

inkulturasi, primitif, dan agraris.Sementara itu, sumbangan Ilmu sejarah terhadap

antropologi adalah, sejarah sebagai kritik, permasalahan sejarah, dan pendekatan

sejarah.

Titik temu antara Antropologi budaya dan sejarah sangatlah jelas.

Keduanya mempelajari tentang manusia. Bila sejarah menggambarkan kehidupan

manusia dan masyarakat pada masa lampau, maka gambaran itu juga mencakup

unsur-unsur kebudayaannya . unsur-unsur itu antara lain, kepercayaan, mata

pencaharian, dan teknologi. Hasil rekonstruksi yang memadukan antara sejarah

dan antropologi menghasilkan karya sejarah kebudayaan.

Page 17: Tugas Pa Hairiyadi

e.         Hubungan Sejarah dengan  Psikologi

Ilmu Psikologi sangat berkaitan dengan mental dan kejiwaan manusia.

Manusia yang menjadi objek kajian sejarah tidak hanya sekedar dijelaskan

mengenai tindakan yang dilakukan dan apa yang ditimbulkan dari tindakan itu?

mengapa seseorang melakukan tindakan itu? Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan

dengan kondisi kejiwaan yang bersangkutan. Kondisi itu dapat disebabkan oleh

rangsangan dari luar atau lingkungannya, dapat pula dari dalam dirinya sendiri.

Penggunaan psikologi dalam sejarah, melahirkan fokus kajian sejarah mentalitas.

Kegunaan Sejarah Untuk Ilmu-Ilmu Sosial

Kegunaannya yaitu:

1.      Sejarah sebagai kritik terhadap generalisasi ilmu-ilmu sosial

Contohnya:  Buku the religion of china yang ditulis oleh Max Weber, Buku Kal

Wittfogel, oriental despotism, yang berisi teori tentanghydraulic society.

2.      Permasalahan sejarah dapat menjadi permasalahan ilmu sosial

Contohnya:  Soedjito Sosrodihardjo menulis tentang struktur masyarakat Jawa, 

Buku Barrington Moore, Jr., Social Origins of Dictatorship and Democracy: Lord

and Peasant in the Making of the Modern World.

3.      Pendekatan sejarah yang bersifat diakronis menambah dimensi baru pada

ilmu-ilmu sosial yang sinkronis

Contohnya:  Buku Clifford Geertz, yang berjudul Agricultural Involution: The

Process of Ecological Change in Indonesia dan The Social History of an

Indonesian Town

Kegunaan Ilmu-Ilmu Sosial Untuk Sejarah

Pengaruh ilmu sosial pada sejarah dapat kita golongkan ke dalam 4 macam yaitu:

        Penggunaan ilmu sosial dalam sejarah itu bervariasi.  Variasi itu ialah

1.      Yang menolak sama sekali

2.      Yang menggunakan secara implisit

3.      Yang menggunakan secara eksplisit

Page 18: Tugas Pa Hairiyadi

4.      Yang campuran dan kekaburan batas

Yang menolak sama sekali penggunaan ilmu-ilmu sosial berpendapat:

1.      Karena penggunaan ilmu sosial akan berarti hilangnya jati diri sejarah sebagai

ilmu yang diakui keberadaannya, jadi sejarah cukup dengan common sense (akal

sehat, nalar umum, akal sehari-hari) dan penggunaan dokumen secara kritis.

2.      Karena penggunaan ilmu-ilmu sosial hanya akan menjadikan sejarah sebagai

ilmu yang tertutup secara akademis dan personal.  Secara akademis, tanpa ilmu

sosial, sejarah bersifat multidisipliner sedangkan dengan ilmu sosial, sejarah akan

kehilangan sifat kemandiriannya sebagai the ultimate interdisciplinarian.  Secara

personal, sejarah akan punya peristilahan teknis dan ini tidak menguntungkan.

Adapun penggunaan ilmu-ilmu sosial meliputi:

1. Konsep

Bahasa Latin conceptus berarti gagasan atau ide.  Sadar atau tidak,

sejarawan banyak menggunakan konsep ilmu-ilmu sosial.

2. Teori

Bahasa Yunani theoria berarti, diantaranya, “kaidah yang mendasari

gejala, yang sudah melalui verifikasi”; ini berbeda dengan hipotesis.  Teori-teori

dalam ilmu sosial banyak digunakan oleh sejarawan untuk membantu

mengungkap sejarah.

3. Permasalahan

Dalam sejarah banyak sekali permasalahan ilmu-ilmu sosial yang dapat

diangkat menjadi topik-topik penelitian sejarah.

4. Pendekatan

Pendekatan ilmu sosial digunakan oleh semua tulisan sejarah yang

melibatkan penelitian suatu gejala sejarah dengan jangka yang relative panjang

(aspek diakronis) dan yang melibatkan penelitian aspek ekonomi, masyarakat,

atau politik (aspek sinkronis).

Page 19: Tugas Pa Hairiyadi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Suatu hal yang membedakan penelitian sejarah dengan ilmu-ilmu lain

adalah masalah sumber penelitian. Bagi ilmu lain mungkin sumber terkini lebih

diutamakan, di samping itu media cetak dan elektronik, meskipun hal ini sudah

mulai dilakukan para mahasiswa pendidikan sejarah yang sedang menyusun

skripsi namun sumber dari media cetak dan elektronik sangat terbatas sekali. Ilmu

sejarah termasuk ilmu empiris yang berarti pengalaman, sejarah sangat tergantung

pada pengalaman manusia, yang terekam pada dokumen atau sumber sejarah,

yang tentunya tidak bisa dilakukan dengan percobaan. Pengalaman manusia

sekali terjadi setelah itu lenyap ditelan masa. Untuk itulah diperlukan teknik

tersendiri dalam penelitian agar dapat menghasilkan karya ilmiah yang baik.

Keterbatasannya sejarawan menjangkau sumber-sumber membuatnya

mencari altenatif lain yang dapat memudahkan pekerjaan rekonstruksinya, pada

tahap inilah sejarah memerlukan ilmu bantu dengan pendekatan ilmu lain salah

satunya pendekatan ilmu sosial.

Sejarah sosial adalah setiap gejala social yang memanifestasikan

kehidupan social suatu komunitas atau kelompok. Dimensi sejarah social sangat

luas, yang mencakup segala aspek kehidupan.

Kedudukan sejarah dan ilmu-ilmu sosial (bahasa, geografi, ekonomi,

sosiologi, ilmu politik, antropologi) adalah saling memerlukan dan saling

memberikan kontribusi. Dalam hal ini, penelitian dan penulisan sejarah senantiasa

memerlukan bahasa sebagai sarana primer untuk mengungkapkan data, analisis,

dan kesimpulan yang terkait dengan seluruh aspek yang terkait dengan manusia

dan waktunya.

Page 20: Tugas Pa Hairiyadi

DAFTAR PUSTAKA

Angkersmit, F. R. 1987. Refleksi tentang sejarah : pendapat-pendapat modern tentang filsafat sejarah. (terjemahan Dick Hartoko). Jakarta: Gramedia

Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Kuntowijoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah .Yogyakarta: Bentang Pustaka

Madjid, M. Saleh dan Abd. Rahman Hamid. 2008. Pengantar Ilmu Sejarah. Makassar : Rayhan Intermedia.

Serba Sejarah. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Diambil pada 11 Januari 2015 pukul 16.00 darihttp://serbasejarah.blogspot.com/2011/03/pendekatan-ilmu-sosial-dalam-metodologi.html