23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, khususnya bila dilihat dari segi etnis / suku bangsa dan agama. Konsekuensinya, dalam menjalani kehidupannya masyarakat Indonesia dihadapkan kepada perbedaan – perbedaan dalam berbagai hal, mulai dari kebudayaan, cara pandang hidup dan interaksi antar individunya. Yang menjadi perhatian dari pemerintah dan komponen bangsa lainnya adalah masalah hubungan antar umat beragama. Salah satu persoalan dalam hubungan antar umat beragama ini adalah masalah Pernikahan Muslim dengan non-Muslim yang selanjutnya kita sebut sebagai “pernikahan beda agama’ Pernikahan merupakan bagian dari kemanusiaan seseorang, seorang muslim yang hidup di negara yang majemuk seperti ini hampir dipastikan sulit untuk menghindari dari persentuhan dan pergaulan dengan orang yang beda agama. Pada posisi seperti ini ketertarikan pria atau wanita Muslim dengan orang yang beda agama dengannya atau sebaliknya, yang berujung pada pernikahan hampir pasti tidak terelakkan. Dengan

Tugas Mkdu Semester 4 Pernikahan Beda Agama

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tugas Mkdu Semester 4 Pernikahan Beda Agama

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangMasyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, khususnya

bila dilihat dari segi etnis / suku bangsa dan agama. Konsekuensinya, dalam

menjalani kehidupannya masyarakat Indonesia dihadapkan kepada perbedaan –

perbedaan dalam berbagai hal, mulai dari kebudayaan, cara pandang hidup dan

interaksi antar individunya. Yang menjadi perhatian dari pemerintah dan

komponen bangsa lainnya adalah masalah hubungan antar umat beragama. Salah

satu persoalan dalam hubungan antar umat beragama ini adalah masalah

Pernikahan Muslim dengan non-Muslim yang selanjutnya kita sebut sebagai

“pernikahan beda agama’

Pernikahan merupakan bagian dari kemanusiaan seseorang, seorang

muslim yang hidup di negara yang majemuk seperti ini hampir dipastikan sulit

untuk menghindari dari persentuhan dan pergaulan dengan orang yang beda

agama. Pada posisi seperti ini ketertarikan pria atau wanita Muslim dengan orang

yang beda agama dengannya atau sebaliknya, yang berujung pada pernikahan

hampir pasti tidak terelakkan. Dengan kata lain, persoalan pernikahan antar

agama hampir pasti terjadi pada setiap masyarakat yang majemuk.

Keadaan masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan pergaulan di

masyarakat semakin luas dan beragam, hal ini telah mengakibatkan pergeseran

nilai agama yang lebih dinamis daripada yang terjadi pada masa lampau, seorang

muslimin dan muslimat sekarang ini lebih berani untuk memilih pendamping

hidup non-muslim. Hal ini tentu saja dianggap oleh masyarakat kita yang

mayoritas beragama Islam sebagai penyalahan atau pergeseran nilai-nilai Islam

yang ada. Tak jarang hal ini sering menimbulkan gejolak dan reaksi keras di

kalangan masyarakat kita. Masalah ini menimbulkan perbedaan pendapat dari dua

pihak pro dan kontra, masing-masing pihak memiliki argumen rasional maupun

Page 2: Tugas Mkdu Semester 4 Pernikahan Beda Agama

argumen logikal yang berasal dari penafsiran mereka masing-masing terhadap

dalil-dalil Islam tentang pernikahan beda agama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah pada makalah ini

sebagai berikut :

1. Hukum Pernikahan Dalam Islam?

2. Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum Indonesia?

3. Perkawinan Beda Agama Menurut Para Ulama Indonesia?

4. Pembagian Pernikahan Beda Agama Dalam Islam ?

5. Pernikahan Antara Pria Muslim Dengan Wanita Non-Muslim?

6. Pernikahan Antara Pria Non-Muslim Dengan Wanita Muslimah?

7. Alasan Larangan Pernikahan Beda Agama?

8. Pernikahan Beda Agama yang ada pada saat ini?

Page 3: Tugas Mkdu Semester 4 Pernikahan Beda Agama

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hukum Pernikahan Dalam Islam

Menurut sebagian besar Ulama’, hukum asal menikah adalah mubah, yang artinya boleh dikerjakan dan boleh tidak.Apabila dikerjakan tidak mendapatkan pahala, dan jika tidak dikerjakan tidak mendapatkan dosa. Namun menurut saya pribadi karena Nabiullah Muhammad SAW melakukannya, itu dapat diartikan juga bahwa pernikahan itu sunnah berdasarkan perbuatan yang pernah dilakukan oleh Beliau.

Akan tetapi hukum pernikahan dapat berubah menjadi sunnah, wajib, makruh bahkan haram, tergantung kondisi orang yang akan menikah tersebut.

 1. Pernikahan Yang Dihukumi Sunnah

Hukum menikah akan berubah menjadi sunnah apabila orang yang ingin melakukan pernikahan tersebut mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani, rohani, mental maupun meteriil dan mampu menahan perbuatan zina walaupun dia tidak segera menikah. Sebagaimana sabda Rasullullah SAW :

“Wahai para pemuda, jika diantara kalian sudah memiliki kemampuan untuk menikah, maka hendaklah dia menikah, karena pernikahan itu dapat menjaga pandangan mata dan lebih dapat memelihara kelamin (kehormatan); dan barang siapa tidak mampu menikah, hendaklah ia berpuasa, karena puasaitu menjadi penjaga baginya.” (HR. Bukhari Muslim) 

2. Pernikahan Yang Dihukumi WajibHukum menikah akan berubah menjadi wajib apabila orang yang ingin

melakukan pernikahan tersebut ingin menikah, mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani, rohani, mental maupun meteriil dan ia khawatir apabila ia tidak segera menikah ia khawatir akan berbuat zina. Maka wajib baginya untuk segera menikah

3. Pernikahan Yang Dihukumi MakruhHukum menikah akan berubah menjadi makruh apabila orang yang

ingin melakukan pernikahan tersebut belum mampu dalam salah satu hal jasmani, rohani, mental maupun meteriil dalam menafkahi keluarganya kelak 

4. Pernikahan Yang Dihukumi Haram

Page 4: Tugas Mkdu Semester 4 Pernikahan Beda Agama

Hukum menikah akan berubah menjadi haram apabila orang yang ingin melakukan pernikahan tersebut bermaksud untuk menyakiti salah satu pihak dalam pernikahan tersebut, baik menyakiti jasmani, rohani maupun menyakiti secara materiil.

B. Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum Indonesia

Akhirnya keluarlah Kompilasi Hukum Islam (KHI), yang berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tanggal 10 Juni 1991 dan Keputusan Menteri Agama Nomor 154 tahun 1991 tanggal 22 Juli 1991 menjadi hukum positif yang bersifat unikatif bagi seluruh umat Islam di Indonesia dan menjadi pedoman para hakim di lembaga peradilan agama dalam menjalankan tugas mengadili perkara-perkara dalam bidang perkawinan, kewarisan dan perwakafan.

Berdasarkan Kompilasi Hukum Islam pasal 40 ayat (c):“Dilarang perkawinan antara seorang wanita beragama Islam dengan seorang pria tidak beragama Islam”.

Larangan perkawinan tersebut oleh Kompilasi Hukum Islam mempunyai alasan yang cukup kuat, yakni:

1. Dari segi hukum positif bisa dikemukakan dasar hukumnya antara lain, ialah pasal 2 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan "tidak ada perkawinan di luar hukum agamanya dan kepercayaannya itu".

2. Dari segi hukum Islamdapat disebutkan dalil-dalilnya sebagai berikut:

a. ي�ع�ة� الذ�ر� د� artinya sebagai tindakan preventif untuk mencegah س�terjadinya kemurtadan dan kehancuran rumah tangga akibat perkawinan antara orang Islam dengan non Islam.

b. Kaidah Fiqh ال�ح� ا�لم�ص� ل�ب� ج� ع�ل�ى د�م� م�ق� د� اس� ا�لم�ف� ء� ,artinyaد�ر�mencegah/menghindari mafsadah/mudharat atau resiko, dalam hal ini berupa kemurtadan dan broken home itu harus didahulukan/diutamakan daripada upaya mencari/menariknya ke dalam Islam (Islamisasi) suami/istri, anak-anak keturunannya nanti dan keluarga besar dari masing-masing suami istri yang berbeda agama itu.

c. Pada prinspnya agama Islam melarang (haram) perkawinan antara seorang beragama Islam dengan seorang yang tidak beragama Islam (perhatikan Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 221), sedangkan izin kawin seorang pria Muslim dengan seorang wanita dari Ahlul Kitab (Nashrani/Yahudi) berdasarkan Al-Quran surat Al-Maidah ayat 5 itu hanyalah dispensasi bersyarat, yakni kualitas iman dan Islam pria Muslim tersebut haruslah cukup baik, karena perkawinan tersebut mengandung resiko yang tinggi (pindah agama atau cerai). Karena itu pemerintah berhak membuat peraturan yang melarang

Page 5: Tugas Mkdu Semester 4 Pernikahan Beda Agama

perkawinan antara seorang yang beragama Islam (pria/wanita) dengan seorang yang tidak beragama Islam (pria/wanita) apapun agamanya, sedangkan umat Islam Indonesia berkewajiban mentaati larangan pemerintah itu sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 50 ayat (c) dan pasal 44.

C. Perkawinan Beda Agama Menurut Para Ulama IndonesiaMasalah perkawinan beda agama telah mendapat perhatian serius para

ulama di Tanah Air. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional II pada 1980 telah menetapkan fatwa tentang pernikahan beda agama. MUI menetapkan dua keputusan terkait pernikahan beda agama ini.

Pertama, para ulama di Tanah Air memutuskan bahwa perkawinan wanita Muslim dengan laki-laki non-Muslim hukumnya haram. Kedua, seorang laki-laki Muslim diharamkan mengawini wanita bukan Muslim. Perkawinan antara laki-laki Muslim dengan wanita ahlul kitab memang terdapat perbedaan pendapat. "Setelah mempertimbangkan bahwa mafsadatnya lebih besar dari maslahatnya, MUI memfatwakan perkawinan tersebut hukumnya haram," ungkap Dewan Pimpinan Munas II MUI, Prof Hamka, dalam fatwa itu.

Dalam memutuskan fatwanya, MUI menggunakan Alquran dan Hadis sebagai dasar hukum. "Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik hingga mereka ber iman (masuk Islam). Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun ia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan wanita orangorang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) hingga mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, meskipun ia menarik hatimu..." (QS: al-Baqarah:221).

Selain itu, MUI juga menggunakan Alquran surat al-Maidah ayat 5 serta at Tahrim ayat 6 sebagai dalil. Sedangkan, hadis yang dijadikan dalil adalah Sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Tabrani: "Barang siapa telah kawin, ia telah memelihara setengah bagian dari imannya, karena itu, hendaklah ia takwa (takut) kepada Allah dalam bagian yang lain."

Ulama Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait nikah beda agama. Fatwa itu ditetapkan dalam Muktamar ke-28 di Yogyakarta pada akhir November 1989. Ulama NU dalam fatwanya menegaskan bahwa nikah antara dua orang yang berlainan agama di Indonesia hukumnya tidak sah.

Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah juga telah menetapkan fatwa tentang penikahan beda agama. Secara tegas, ulama Muhammadiyah menyatakan bahwa seorang wanita Muslim dilarang menikah dengan pria non-Muslim. Hal itu

Page 6: Tugas Mkdu Semester 4 Pernikahan Beda Agama

sesuai dengan surat al-Baqarah ayat 221, seperti yang telah disebutkan di atas. "Berdasarkan ayat tersebut, laki-laki Mukmin juga dilarang nikah dengan wanita non-Muslim dan wanita Muslim dilarang walinya untuk menikahkan dengan laki-laki non-Muslim," ungkap ulama Muhammadiyah dalam fatwanya.

Ulama Muhammadiyah pun menyatakan kawin beda agama juga dilarang dalam agama Nasrani. Dalam perjanjian alam, kitab ulangan 7:3, umat Nasrani juga dilarang untuk menikah dengan yang berbeda agama. "Dalam UU No 1 tahun 1974 pasal 2 ayat 1 juga disebutkan bahwa: "Pernikahan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu."

"Jadi, kriteria sahnya perkawinan adalah hukum masing-masing agama yang dianut oleh kedua mempelai," papar ulama Muhammadiyah dalam fatwanya. Ulama Muhammadiyah menilai pernikahan beda agama yang dicatatkan di kantor catatan sipil tetap tak sah nikahnya secara Islam. Hal itu dinilai sebagai sebuah perjanjian yang bersifat administratif.

Ulama Muhammadiyah memang mengakui adanya perbedaan pendapat tentang bolehnya pria Muslim menikahi wanita nonMuslim berdasarkan surat al-Maidah ayat 5. "Namun, hendaknya pula dilihat surat Ali Imran ayat 113, sehingga dapat direnungkan ahli kitab yang bagaimana yang dapat dinikahi laki-laki Muslim," tutur ulama Muhammadiyah.

Dalam banyak hal, kata ulama Muhammadiyah, pernikahan wanita ahli kitab dengan pria Muslim banyak membawa kemadharatan. "Maka, pernikahan yang demikian juga dilarang." Abdullah ibnu Umar RA pun melarang pria Muslim menikahi wanita non-Muslim.

D. Pembagian Pernikahan Beda Agama Dalam Islam

Didalam kehidupan kita saat ini pernikahan antara dua orang yang se-agama merupakan hal yang biasa dan memang itu yang dianjurkan dalam agama kita. Tetapi dengan mengatasnamakan cinta, saat ini lazim (namun belum tentu diperbolehkan agama) dilakukan pernikahan beda agama atau nikah campur. Hal ini sebenarnya sudah diatur dengan secara baik di dalam agama kita, agama Islam.

Secara umum pernikahan lintas agama dalam Islam dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Pernikahan antara pria muslimdengan wanita non-muslim2. Pernikahan antara pria non-muslim dengan wanita muslimah

Page 7: Tugas Mkdu Semester 4 Pernikahan Beda Agama

Namun sebelum kita membahas tentang pernikahan tersebut diatas, sebaiknya kita perlu mengetahui tentang pengertian non-muslim di dalam Islam.Golongan non-muslim sendiri dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

 a. Golongan Orang Musyrik

Menurut Kitab Rowaa’iul Bayyan tafsir Ayyah Arkam juz 1 halaman 282 karya As Syech Muhammad Ali As Shobuni, orang musyrik ialah orang-orang yang telah berani menyekutukan ALLAH SWT dengan mahluk-NYA ( menyembah patung, berhala atau sejenisnya ).

Beberapa contoh golongan orang musyrik antara lain Majusi yang penyembah api atau matahari, Shabi’in, Musyrikin, dan beberapa agama di Indonesia dan kepercayaan yang menyembah patung, berhala atau lainnya.

b. Golongan Ahli KitabMenurut Kitab Rowaa’iul Bayyan tafsir Ayyah Arkam juz 1

halaman As Syech Muhammad Ali As Shobuni, Ahli Kitab adalah mereka yang berpegang teguh pada Kitab Taurat yaitu agama NabiMusa As. atau mereka yanga berpegang teguh pada Kitab Injil yaitu agama NabiIsa As. Atau banyak pula yang menyebut sebagai agama samawi atau agama yang diturunkan langsung dari langit yaitu Yahudi dan Nasrani.

Mengenai istilah Ahli Kitab ini, terdapat perbedaan pendapat diantara kalangan Ulama’. Sebagian Ulama’ berpendapat bahwa mereka semua kaum Nasrani termasuk yang tinggal di Indonesia ialah termasuk Ahli Kitab. Namun ada juga yang berpendapat bahwa Ahli Kitab ialah mereka yang nasabnya (menurut silsilah sejak nenek moyangnya dahulu) ketika diturunkan sudah memeluk agama Nasrani. Jadi kaum Nasrani di Indonesia, berdasarkan pendapat sebagian Ulama’ tidak termasuk Ahli Kitab.

E. Pernikahan Antara Pria Muslim Dengan Wanita Non-Muslim Didalam Islam, pernikahan antara antara pria muslim dengan wanita non-

muslim Ahli Kitab itu, menurut pendapat sebagian Ulama’ diperbolehkan. Hal ini

Page 8: Tugas Mkdu Semester 4 Pernikahan Beda Agama

didasarkan pada Firman ALLAH SWT dalam Al-Quran Surat Al-Maidah ayat 5

“(Dan dihalalkan menikahi) perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan dan dari kalangan orang-orang yang beriman dan perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan dan dari kalangan Ahli Kitab sebelum kamu ”. 

Namun ada beberapa syarat yang diajukan apabila akan melaksanakan hal tersebut, yaitu :

1. Jelas NasabnyaMenurut silsilah atau menurut garis keturunannya sejak nenek

moyangnya adalah Ahli Kitab, jadi seperti kesimpulan para Ulama’ di atas, sebagian besar kaum Nasrani di Indonesia bukan merupakan golongan Ahli Kitab, seperti halnya juga kaum Tionghoa yang beragama Nasrani di Indonesia.

2. Benar-benar Berpegang Teguh Pada Kitab Taurat dan Kitab InjilApabila memang apabila mereka berpegang teguh kepada Kitab

Taurat dan atau Injil (yang benar-benar asli) pasti mereka pada akhirnya akan masuk Islam, karena sebenarnya pada Kitab Taurat dan Injil yang asli telah disebutkan bahwa akan datang seorang Nabi setelah Nabi Musa As dan Nabi Isa As, yaitu Nabiullah Muhammad SAW. Dan apabila mereka mengimani akan adanya Nabiullah Muhammad SAW, pasti mereka akan masuk Islam

3. Wanita Ahli Kitab tersebut nantinya mampu menjaga anak-anaknya kelak dari bahaya fitnah

Ada beberapa Hadits Riwayat Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Sahabat Thalhah, Sahabat Hudzaifah, Sahabat Salman, Sahabat Jabir dan beberapa Sahabat lainnya, semua memperbolehkan pria muslim menikahi wanita Ahli Kitab. Sahabat Umar bin Khattab pernah berkata“Pria Muslim diperbolehkan menikah dengan wanita Ahli Kitab dan tidak diperbolehkan pria Ahli Kitab menikah dengan wanita muslimah”.

Bahkan Sahabat Hudzaifah dan Sahabat Thalhah pernah menikah dengan wanita Ahli Kitab tetapi akhirnya wanita tersebut masuk Islam. Dengan demikian, keputusan untuk memperbolehkan menikah dengan wanita Ahli Kitab sudah

Page 9: Tugas Mkdu Semester 4 Pernikahan Beda Agama

merupakan Ijma’ (artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi.) para Sahabat. Ulama’ besar Ibnu Al-Mundzir mengatakan bahwa jika ada Ulama’ Salaf yang mengharamkan pernikahan tersebut diatas, maka riwayat tersebut dinilai tidak Shahih

Lebih lanjut MUI mengeluarkan  Fatwa Majlis Ulama Indonesia (MUI) Nomor:  4/MUNAS VII/MUI/8/2005 per-tanggal 9-22 Jumadil Akhir 1426 H. / 26-29 Juli 2005 M tentang haramnya pernikahan pria muslim dengan wanita Ahli Kitab berdasarkan pertimbangan kemaslahatan. Meskipun fatwa itu diusung dengan merujuk pada beberapa dalil naqli, tetap saja menghapus kebolehan pria muslim menikah dengan wanita Ahli Kitab sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Maidah ayat 5 tersebut diatas. Dan rupanya fatwa itu dikeluarkan karena didorong oleh keinsafan akan adanya persaingan antara agama. Para Ulama’ menganggap bahwa persaingan tersebut telah mencapai titik rawan bagi kepentingan dan pertumbuhan masyarakat muslim dan merupakan tindakan pencegahan untuk melindungi muslim dan keturunannya

Dalam hal ini fakta-fakta sejarah menunjukkan bahwa tiada sesuatu agama dan sesuatu ideologi di muka bumi ini yang memberikan kebebasan beragama, dan bersikap toleran terhadap agama/kepercayaan lain, seperta agama Islam. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 120:“Orang Yahudi dan Kristen tidak akan senang kepada kamu, hingga kamu mengikuti agama mereka”.

Dan Allah berfirman surat An Nisa ayat 141yang artinya :“Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk melenyapkan orang-orang yang beriman”.

Firman tersebut mengingatkan kepada umat Islam hendaknya selalu berhati-hati dan waspada terhadap tipu muslihat orang-orang kafir termasuk Yahudi dan Kristen, yang selalu berusaha melenyapkan Islam dan umat Islam dengan berbagai cara, dan hendaklah umat Islam tidak memberi jalan/kesempatan pada meraka untuk mencapai maksudnya, misalnya dengan jalan perkawinan muslimahdengan pria non Muslim.

Namun ada pula Ulama’ yang secara tegas mengharamkan pernikahan antara pria muslimdengan wanita Ahli Kitab. Para Ulama’ ini mendasarkan pendapatnya pada Firman ALLAH Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 221

Page 10: Tugas Mkdu Semester 4 Pernikahan Beda Agama

“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang muslim itu lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman . sesungguhnya budak mukmin itu lebih baik daripada musyrik, walaupun mereka menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan ALLAH mengajak ke surga dan ampunan dengan ijinNYA. Dan ALLAH menerangkan ayat-ayatNYA (perintah-perintahNYA) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran”

Dan juga Al-Quran Surat Al-Mumtahanah ayat 10

ال أعجبتكم ولو مشركة من خير مؤمنة والمة يؤمن حتى المشركات تنكحوا واليدعون أولئك أعجبكم ولوا مشرك من خير مؤمن ولعبد يؤمنوا حتى المشركين تنكحوا

يتذكرون لعلهم للناس آيته ويبين بإذنه والمغفرة الجنة الى يدعو والله النار الىبإيمانهن، اعلم الله فامتحنوهن، مهاجرات المؤمنات جاءكم إذا آمنوا الذين ياأيهالهن يحلون هم وال لهم حل هن ال الكفار، الى ترجعوهن فال مؤمنات علمتموهن فإن

... أجورهن آتيتموهن إذا تنكحوهن أن عليكم جناح وال أنفقوا، ما وآتوهملهم، حل وطعامكم لكم حل الكتاب أوتوا الذين وطعام الطيبات، لكم احل اليوم

آتيتموهن إذا قبلكم من الكتاب أوتوا الذين من والمحصنات المؤمنات من والمحصناتعمله حبط فقد بااليمان يكفر ومن أخذان، متخذى وال مسفحين غير محصنين أجورهن

الخاسرين من االخرة فى وهو “Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. ALLAH mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu mengembalikan mereka kepada (suami-suami) mereka orang-orang kafir. Mereka tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayarkan. Demikianlah hukum ALLAH yang ditetapkanNYA diantara kamu, dan ALLAH Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”

Disamping itu, mereka juga berpegangan kepada perkataan Sahabat Abdullah bin Umar yang berarti

“tiada kemusyrikan yang paling besar daripada wanita yang meyakini Isa bin Maryam sebagai tuhannya”.

Dalam Kitab Al-Mughni juz 9 halaman 545 karya Imam Ibnu Qudamah, Ibnu Abbas pernah menyatakan, hukum pernikahan dalam QS. Al-Baqarah ayat 221 dan QS. Al-Mumtahanah ayat 10 diatas telah dihapus (mansukh) oleh QS.

Page 11: Tugas Mkdu Semester 4 Pernikahan Beda Agama

Al-Maidah ayat 5. Karenanya yang berlaku adalah hukum dibolehkannya pernikahan pria muslimdengan wanita Ahli Kitab

Sedangkan pernikahan antara pria muslim dengan wanita musyrikah, menurut kesepakatan para Ulama’ tetap diharamkan, apapun alasannya, karena dikhawatirkan dapat menimbulkan fitnah 

F. Pernikahan Antara Pria Non-Muslim Dengan Wanita MuslimahPernikahan antara wanita muslimahdengan pria non-muslim, menurut

kalangan Ulama’ tetap diharamkan, baik menikah dengan pria Ahli Kitab maupun dengan seorang pria musyrik. Hal ini dikhawatirkan wanita yang telah menikah dengan pria non-muslim tidak dapat menahan godaan yang akan datang kepadanya. Seperti halnya wanita tersebut tidak dapat menolak permintaan sang suami yang mungkin bertentangang dengan syariat Islam, atau wanita itu tidak dapat menahan godaan yang datang dari lingkungan suami yang tidak seiman yang mungkin cenderung lebih dominan

Dalil naqli pernyataan tentang haramnya pernikahan seorang wanita muslimahdengan pria non-muslim adalah Al-QuranSurat Al-Maidah ayat 5, yang menyatakan bahwa ALLAH SWT hanya memperbolehkan pernikahan seorang pria muslimdengan wanita Ahli Kitab, tidak sebaliknya. Seandainya pernikahan ini diperbolehkan, maka ALLAH SWT pasti akan menegaskannya di dalam Al-Quran. Karenanya , berdasarkan mahfum al-mukhalafah, secara implisit ALLAH SWT melarang pernikahan tersebut.

Dalam Kitab tafsir Al-Tabati karya Imam Ibnu Jarir At-Tabari, menuturkan Hadits Riwayat Jabir bin Abdillah bahwa NabiMuhammad SAW pernah bersabda

“Kami (kaum muslim) menikahi wanita Ahli Kitab, tetapi mereka (pria Ahli Kitab) tidak boleh menikahi wanita kami”

Menurut Imam Ibnu Jarir At-Tabari, meskipun sanad-sanad Hadits tersebut sedikit bermasalah, maknanya telah disepakati oleh kaum muslimin, maka ke-hujjah-annya dapat dipertanggungjawabkan.

G. Alasan Larangan Pernikahan Beda Agama

Pada paparan-paparan seperti dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa

menurut Tafsir Tematik al-Qur'an, al-Qur'an melarang seorang Muslim, baik pria

maupun wanita menikah dengan orang musyrik. Tafsir Tematik al-Qur'an

berpendapat bahwa surat al-Baqarah (2): 221 telah menyebutkan apa yang biasa

dikatakan sebagai alasan (`illah) penetapan larangan pernikahan dengan orang

musyrik, yaitu karena mengajak ke neraka.

Page 12: Tugas Mkdu Semester 4 Pernikahan Beda Agama

Kata musyrik dalam ayat tersebut, menurut analisis Tafsir Tematik al-

Qur'an, dengan demikian, merujuk pada agama. Alasan kesimpulan ini

didasarkan pada `iilah penetapan pelarangan wanita dan pria musyrik tidak boleh

dinikahi, menurut ayat itu, karena akan mengajak pasangan hidupnya ke neraka,

yang berupa kekafiran kepada Allah dan Rasul-Nya. Ajakan mereka ini secara

diametral bertentangan dengan ajakan Allah yang mengajak kepada surga dan

ampunan.1

Pernikahan, kata Rasyid Ridha,2 seperti dikutip Tafsir Tematik al-Qur'an,

merupakan faktor yang memberikan ruang dan mendorong orang untuk bersikap

toleran terhadap pasangannya dalam banyak hal. Setiap sikap mempermudah dan

toleran terhadap pria dan wanita musyrik itu dilarang dan harus dihindari dampak

buruknya, meskipun pendapat Ridha ini tidak disetujui oleh al-Jashshas sebagai

alasan utama. Kata al-Jashshas, alasan seperti dikemukakan Ridha ini bukan `illah

mujibah tetapi `illah penyerta semata bagi haramnya pernikahan dengan wanita

dan pria musyrik. Menurutnya, sebab dilarangnya pernikahan itu adalah

kemusyrikannya yang dianut oleh orang musyrik sendiri. Sebab kalau mengajak

ke neraka itu dijadikan sebagai `illah, al-Qur'an sendiri memperbolehkan pria

Muslim menikahi wanita ahli kitab.3 Dari bantahan ini tampaknya al-Jashshash

menyamakan antara wanita ahli kitab dengan wanita musyrik.

Tafsir Tematik al-Qur'an sendiri agaknya menerjemahkan mengajak ke neraka

itu sebagai memiliki nuansa agama. Kesimpulan ini, menurut analisis Tafsir

Tematik al-Qur'an, karena orang-orang yang dilarang untuk dinikahi itu dalam

al-Qur'an disebut dengan menggunakan identitas agama. Di samping itu, ketika

menetapkan aturan larangan pernikahan dalam surat al-Baqarah: 221, kitab suci

itu menggiringnya dengan pernyataan yang khas agama: "mereka mengajak ke

neraka", yang kemudian mereka dipahami sebagai alasan penyebab dan penyerta,

seperti telah dikemukakan di muka.1MTPPI, Tafsir al-Qur'an Tematik, 214.2Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, VI, 193.3Ibid., 215.

Page 13: Tugas Mkdu Semester 4 Pernikahan Beda Agama

Meskipun berdasarkan pemahaman tekstual atas al-Mâidah: 5 bahwa pria

Muslim diperbolehkan menikai wanita ahli kitab, namun karena al-Qur'an,

disimpulkan Tafsir Tematik al-Qur'an, menyebutkan larangan itu terkait sebagai

motif agama, maka dalam kontek Indonesia, menurut Tafsir Tematik al-Qur'an,

bila pernikahan beda agama diperbolehkan, akan mengakibatkan rusaknya

kerukunan antar agama yang telah diupayakan sedemikian rupa. Berdasarkan

perspektif ini, pelarangan oleh MUI dan hukum positif, dalam perspektif syari`ah

dapat dibenarkan. Tampaknya, Tafsir Tematik al-Qur'an berpendapat bahwa

alasan pelarangan bukan semata karena berangkat persoalan agama semata, tetapi

juga pernikahan itu sudah menjadi urusan publik.

H. Pernikahan Beda Agama yang ada pada saat ini

Meskipun sudah dilarang, perkawinan beda agama masih terus dilakukan.

Berbagai cara ditempuh, demi mendapatkan pengakuan dari Negara. ada beberapa

cara yang populer ditempuh pasangan beda agama agar pernikahannya dapat

dilangsungkan.

Pagi menikah sesuai agama laki-laki, siangnya menikah sesuai dengan agama

perempuan.

Salah satu dari calon pengantin baik laki-laki ataupun perempuannya

mengalah mengikuti agama pasangannya.lalu setelah menikah dia kembali

kepada agamanya.

Menikah diluar negri

Untuk perkawinan beda agama yang ada pada saat ini, mantan Menteri

Agama Quraish Shihab berpendapat agar dikembalikan kepada agama masing-

masing. Yang jelas dalam jalinan pernikahan antara suami dan istri, pertama harus

didasari atas persamaan agama dan keyakinan hidup. Namun pada kasus

pernikahan beda agama, harus ada jaminan dari agama yang dipeluk masing-

Page 14: Tugas Mkdu Semester 4 Pernikahan Beda Agama

masing suami dan istri agar tetap menghormati agama pasangannya.  “Jadi jangan

ada sikap saling menghalangi untuk menjalankan ibadah sesuai agamanya

Pendapat berbeda disampaikan pengajar hukum Islam di UI Farida

Prihatini. Farida menegaskan bahwa MUI melarang perkawinan beda agama.

Pada prinsipnya, bukan hanya agama Islam. “Semua agama tidak

memperbolehkan kawin beda agama. Umatnya saja yang mencari peluang-

peluang. Perkawinannya dianggap tidak sah, dianggap tidak ada perkawinan,

tidak ada waris, anaknya juga ikut hubungan hukum dengan ibunya. Farida jg

menilai Pemerintah tidak tegas. Meskipun UU tidak memperbolehkan kawin beda

agama, tetapi Kantor Catatan Sipil bisa menerima pencatatan perkawinan beda

agama yang dilakukan di luar negeri. Padahal,Kantor Catatan Sipil merupakan

produk negara. Dengan demikian, seharusnya yang dicatat KCS adalah sesuai

dengan hukum Indonesia.  “Secara hukum tidak sah. Kalau kita melakukan

perbuatan hukum di luar negeri, baru sah sesuai dengan hukum kita dan sesuai

dengan hukum di negara tempat kita berada. Harusnya kantor catatan sipil tidak

boleh melakukan pencatatan.

BAB III

Page 15: Tugas Mkdu Semester 4 Pernikahan Beda Agama

PENUTUP

A. Kesimpulan

Larangan perkawinan  antar  pemeluk  agama  yang  berbeda  itu agaknya 

dilatarbelakangi  oleh  harapan akan lahirnya sakinah dalam keluarga. Bagaimana

mendidik anak-anak mereka.karena pada dasarnya seorang anak akan

kebingungan untuk mengikuti ayahnya atau ibunya.Perkawinan baru  akan 

langgeng  dan  tenteram jika  terdapat  kesesuaian  pandangan  hidup  antar  suami

dan istri, karena jangankan  perbedaan  agama,  perbedaan  budaya, atau  bahkan 

perbedaan  tingkat  pendidikan  antara suami dan istri pun tidak  jarang 

mengakibatkan  kegagalan  perkawinan.

Tafsir Tematik al-Qur'an, setelah melakukan kajian ayat 221 al-Baqarah dan

al-Mâidah ayat 5 serta melihat konteks keindonesiaan, pada akhirnya

berkesimpulan bahwa HARAM hukumnya pernikahan orang Muslim dengan

orang yang beda agama (di samping Yahudi dan Nasrani juga agama lainnya),

baik bagi pria Muslim maupun wanita Muslim. Analisis-analisis yang dikemukan

untuk memperkuat kesimpulannya, tafsir ini melakukan analisis secara mendalam

atas ayat yang melarang pernikahan beda agama, seperti telah dipaparkan di

muka. Apabila diteruskan maka perkawinan itu adalah tidak sah, dan hukumnya

adalah zinah yang merupakan perbuatan haram

Wallahu A`lam bi al-Shawab.