Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
TUGAS MK. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM)
Oleh
Adithia Anggraeni (K15161114)
E63
EVALUASI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI SECARA INSOURCING,
COSOURCING DAN OUTSOURCING
Dosen Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc (CS)
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2017
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................i
................................................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN ...........................................................................................................4 1.1. Latar Belakang .........................................................................................................4
1.2. Tujuan .......................................................................................................................4
II. PEMBAHASAN ..............................................................................................................5 2.1. Pengembangan Sistem Informasi Pendekatan Insourcing ........................................5
2.2. Pengembangan Sistem Informasi Pendekatan Outsourcing .....................................7
2.3. Pengembangan Sistem Informasi Pendekatan Cosourcing .......................................14
III. PENUTUP........................................................................................................................15 3.1. Kesimpulan ...............................................................................................................15
3.2. Saran .........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Perbandingan Skala Perusahaan dan Pemilihan Insourcing-Outsourcing ...........7
Gambar 2. Pertimbangan Perusahaan dalam Memilih Metode Outsourcing .........................10
Gambar 3. Perbandingan Insourcing dan Oursourcing ..........................................................13
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem informasi manajemen merupakan kombinasi dari people, hardware, software,
jaringan komunikasi, sumber data, prosedur dan kebijakan yang terorganisasi dengan baik
yang dapat menghasilkan, menyimpan, dan menyebarluaskan informasi dalam suatu
perusahaan. Sistem informasi memegang peranan sangat penting dalam bisnis perusahaan,
yaitu mendukung operasi bisnis, mendukung pengambilan keputusan manajerial dan
mendukung keunggulan strategisnya. Jika sebelumnya peranan sistem informasi hanya
sebagai proses penunjang saja dalam memperoleh data dengan titik berat pada efisiensi biaya
operasional minimalisasi resiko operasi dari berbagai fungsi perusahaan, maka pada saat ini
peranannya telah berubah menjadi komponen strategis bagi perusahaan untuk meningkatkan
kemampuan bersaing.
Apabila sistem informasi manajemen dirancang dan dilaksanakan dengan baik maka
akan banyak manfaat yang bisa diperoleh manajemen perusahaan. Sebaliknya, akibat bila
sistem informasi tidak terkelola dengan baik, dalam waktu tertentu perusahaan akan
mengalami ketidakmampuan mengontrol sumberdaya, sehingga dalam mengambil keputusan
strategis sangat terganggu, yang pada akhirnya akan mengalami kekalahan dalam bersaing.
Untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kegiatan operasional, mengelola
sumberdaya dan unggul dalam bersaing ada beberapa metode yang dapat dimanfaatkan oleh
perusahaan, yaitu metode insourcing, cosourcing atau outsourcing. Ketika perusahaan masih
berskala kecil, kegiatan operasional perusahaan dapat dijalankan secara insourcing,
konvensional dan manual, karena semua masih mudah ditangani, namun ketika perusahaan
semakin berkembang, cara ini sudah tidak bisa diandalkan lagi, semua bagian dalam
perusahaan membutuhkan sistem yang dapat dijalankan secara lebih mudah, lebih cepat, dan
lebih tepat.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pengembangan sistem informasi dengan menggunakan pendekatan insourcing, cosourcing
atau outsourcing di sebuah perusahaan dan membahas mengenai metode mana yang lebih
baik.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengembangan Sistem Informasi Pendekatan Insourcing
Pengembangan sistem informasi dengan cara melakukan pengembangan sendiri atau yang
dikenal dengan istilah insourcing merupakan pengembangan yang dilakukan oleh para spesialis
sistem informasi yang berada dalam perusahaan itu sendiri. Perusahaan bukan menyerahkan pekerjaan
kepada perusahaan lain yang lebih kompeten, akan tetapi melaksanakan pekerjaan sendiri atau justru
mengambil atau menerima pekerjaan dari perusahaan lain. Insourcing mengoptimalkan karyawan
dalam perusahaan untuk dipekerjakan di luar perusahaan berdasarkan kompetensi dan minat
karyawan itu sendiri dan difasilitasi oleh perusahaannya. Insourcing bisa dalam bentuk
bekerja di luar perusahaan secara fulltime, fifty-fifty atau temporary. Kompensasi diterima
dengan mengikuti pola tersebut. Artinya mereka akan dibayar secara penuh oleh perusahaan
yang menggunakannya, atau sharing dengan perusahaan asalnya, atau perusahaan asal hanya
menanggung selisih gaji (Zilmahram, 2009). Tujuan in-sourcing adalah dengan menjaga
tingkat produktivitas dan penggunaan aset secara maksimal agar biaya satuannya dapat
ditekan, dan akan meningkatkan keuntungan perusahaan. Dengan demikian kompetensi
utamanya tidak hanya digunakan sendiri tetapi juga dapat digunakan oleh perusahaan lain
yang akan meningkatkan keuntungan.
Keunggulan Insourcing:
1. Perusahaan dapat mengontrol sistem informasinya sendiri.
2. Dengan membangun dan mengembangkan sendiri sistem TI, perusahaan bisa menjaga
kerahasiaan dan keamanan sistem dan data informasinya.
3. Biaya untuk pekerja in-source lebih kecil daripada biaya untuk pekerja outsource.
4. Karena tenaga TI dari dalam perusahaan adalah pegawai sendiri sehingga biaya yang
dikeluarkan adalah biaya gaji, bukan biaya kontrak pegawai.
5. Mengurangi biaya operasional perusahaan
6. Biaya operasional sistem TI bisa ditekan dengan tidak perlu fasilitas-fasilitas tambahan
bila menggunakan tenaga insource.
7. Tingkat kontrol pada transfer teknologi menjadi pertimbangan.
8. In-source sistem TI bisa memberikan kontrol penuh bagi manajemen perusahaan atas
transfer teknologi yang sedang dilakukan. Tingkat kontrol yang tinggi diperlukan untuk
efisiensi dan efektifitas.
6
9. Keterpaduan langkah yang diproteksi dari penggunaan yang tidak terautorisasi,
kemudian keterpaduan tersebut menjadi pilihan untuk memilih in-sourcing.
10. Fasilitas yang digunakan menjadi scope efisiensi perusahaan
11. Perusahaan bisa menerapkan efisiensi dengan membatasi fasilitas, perangkat, aplikasi
yang akan digunakan. Agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
12. Memiliki kemampuan untuk melihat secara keseluruhan dari proses.
13. Karena membangun dan mengembangkan sistem TI sendiri, maka perusahaan mampu
memahami semua detail dan proses yag berlangsung.
14. Lebih ekonomis dalam hal ruang lingkup dan ukuran
Kelemahan Insourcing:
1. Biaya investasi pembangunan dan pengembangan sistem
2. Perusahaan perlu memperhatikan masalah biaya investasi yang mungkin membesar
karena tidak berpengalaman dalam bidang tersebut. Kelemahan insourcing selalu
dihubungkan dengan tingkat kebutuhan investasi yang dibutuhkan ketika keputusan
insourcing dibuat
3. Perubahan permintaan dan penawaran pasar
4. Ketika perusahaan mencoba untuk mengubah atau mengambil alternatif yang sesuai
dengan kebutuhan pasar atau permintaan pasar, maka sistem TI harus juga diubah
sehingga memerlukan penyesuaikan dalam aplikasinya.
5. Kecocokan permintaan terhadap kebutuhan berbagai bagian dari rantai suplai (supply
chain) sangat berbelit-belit pada proses insourcingoses internal tidak dengan mudah
mencapai kesesuaian.
6. Mengurangi fleksibilitas strategi.
7. Perusahaan terpaku pada pengembangan sistem TI sehingga dalam penyesuaian
terhadap strategi pasar menjadi tidak fleksibel.
8. Membutuhkan investasi yang tinggi.
9. Tingginya biaya investasi membuat perusahaan harus menyediakan dana besar terus
menerus.
10. Supplier yang berpotensi memberikan produk dan layanan yang mahal
11. Perusahaan tidak mempunyai posisi tawar pada supplier karena bukan sebagai
pelanggan besar.
7
Umumnya pada perusahaan skala kecil, dengan jumlah sumberdaya yang sedikit dan
tingkat kompleksitas proses bisnis yang masih sederhana, perusahaan lebih memilih untuk
menggunakan metode insourcing. Sebaliknya ketika perusahaan semakin berkembang, akan
lebih memilih metode outsourcing. Berikut ini gambar perbandingan antara skala perusahaan
dan pemilihan metode insourcing dan outsourcing.
Gambar 1. Perbandingan Skala Perusahaan dan Pemilihan Insourcing-Outsourcing
2.2. Pengembangan Sistem Informasi Pendekatan Outsourcing
Outsourcing terdiri dari dua suku kata, yaitu out dan sourcing. Outsourcing dapat
diartikan sebagai pengalihan kerja atau tanggung jawab kepada pihak lain. Biasanya bagian
pekerjaan yang di-outsourcing-kan merupakan pekerjaan yang sifatnya non-core atau
penunjang. Outsourcing menurut O’Brien dan Marakas (2010) dalam bukunya “Introduction
to Information Sistems”, istilah outsourcing dalam arti luas adalah pembelian sejumlah
barang atau jasa yang semula dapat dipenuhi oleh internal perusahaan tetapi sekarang dengan
memanfaatkan mitra perusahaan sebagai pihak ketiga. Tujuannya agar organisasi dapat lebih
berkonsentrasi kepada aktivitas inti bisnisnya dengan mepertimbangkan aspek investasi,
risiko, dan efisiensi. Alasan penggunaan outsourcing pada umumnya adalah penghematan
biaya (cost saving), lebih fokus pada kegiatan utama (core business), pemanfaatan sumber
daya (resource), waktu, dan infrastruktur yang lebih baik.
8
Bentuk-bentuk outsourcing menurut The Computer Sciences Corporation (CSC) Index ada 4,
yaitu:
1. Total outsourcing, secara total pada seluruh komponen TI
2. Selective outsourcing, hanya pada komponen-komponen tertentu
3. Transitional outsourcing, yang fokusnya pada pembuatan sistem baru
4. Transformational outsourcing, yang fokusnya pada pembangunan dan operasional dari
sistem baru
Alasan perusahaan melakukan oursourcing diantaranya:
1. Keterbatasan kompetensi TI.
2. Tidak semua perusahaan mempunyai kemampuan dalam bidang teknologi informasi
apalagi bila itu sangat jauh dari bisnis intinya. Misalnya perusahaan bidang agribisnis
membutuhkan TI untuk menunjang daya saing, tetapi tidak mempunyai sumber daya
yang kompeten dibidang tersebut, sehingga memilih melakukan outsourcing.
3. Tidak memiliki sumber daya dan biaya yang cukup.
4. Apabila perusahaan yang bersifat enterprise dalam skala kecil membutuhkan TI untuk
berkolaborasi dengan mitra, namun tidak cukup biaya untuk membangun sistemTI
sendiri. Misal perusahaan pemasok skala kecil atau menengah membutuhkan TI untuk
memantau kebutuhan dan permintaan perusahaan yang dipasoknya secara cepat dan
efisien. Karena tidak punya sumber daya dan biaya cukup, dianggap lebih murah
menggunakan outsourcing pada sistem TI.
5. Supaya fokus di bisnis inti.
6. Aktivitas dalam penerapan sistim TI sangat menyita waktu, perhatian dan keterlibatan
semua elemen perusahaan, sehingga membuat aktivitas pada bisnis inti menjadi
terbengkalai dan tidak fokus. Perusahaan yang tidak fokus pada bisnis intinya tidak
akan bisa kompeten menghadapi persaingan yang terus berubah.
7. Ingin menciptakan pola biaya yang terkontrol.
8. Pemisahan penerapan sistem TI dengan bisnis inti melalui outsourcing, diharapkan bisa
menciptakan pola biaya yang terkontrol, berapa biaya untuk TI dan berapa untuk
aktivitas bisnis inti. Karena terkadang biaya untuk TI sangat besar dari pada biaya
bisnis intinya.
9. Efisiensi sumber daya TI.
9
10. Perusahaan tidak kompeten dalam bidang TI, sehingga bisa menimbulkan inefisiensi
apabila menerapkan sistem TI sendiri. Perusahaan kontraktor TI akan lebih mudah
menganalisis kebutuhan dan mendesain sistem TI dengan lebih efisien dan efektif.
11. Menghindari risiko trial & error atas teknologi terbaru
12. Penerapan sistem TI cenderung beresiko karena harus menyesuaikan dengan kebutuhan
perusahaan yang berbeda-beda. Tak jarang bahkan menggunakan uji coba apabila ada
kebutuhan menggunakan teknologi baru. Hal ini menimbulkan biaya dan resiko
terhambatnya aktivitas perusahaan.
13. Membagi resiko
14. Dengan melakukan proyek bersama maka berarti berbagi resiko bersama, hal tersebut
dirasa lebih ringan.
15. Mencapai kemampuan berkelas dunia
16. Bekerjasama dengan perusahaan TI kelas dunia berarti membuka peluang akses dunia
internasional. Jejaring yang dimiliki perusahaan outsource akan menjadi jejaring
perusahaan pengguna juga.
17. Sumber daya TI yang ada bisa fokus pada bisnis inti
Berikut ini merupakan gambar yang menunjukkan mengapa perusahaan memilih metode
outsourcing:
10
Gambar 2. Pertimbangan Perusahaan dalam Memilih Metode Outsourcing
Menurut Rahardjo (2006), outsourcing sudah tidak dapat dihindari oleh perusahaan.
Berbagai manfaat dapat dipetik dari melakukan outsourcing, seperti penghematan biaya (cost
saving), perusahaan bisa memfokuskan diri pada kegiatan utamanya (core business), dan
akses pada sumber daya (resources) yang tidak dimiliki oleh perusahaan. Berikut ini adalah
keunggulan dan kelemahan metode outsourcing:
Keunggulan Outsourcing :
1. Biaya menjadi lebih murah karena perusahaan tidak perlu membangun sendiri fasilitas
SI dan TI.
2. Memiliki akses ke jaringan para ahli dan profesional dalam bidang SI/TI.
3. Perusahaan dapat mengkonsentrasikan diri dalam menjalankan dan mengembangkan
bisnis intinya.
4. Dapat mengeksploitasi skill dan kepandaian dari perusahaan outsource dalam
mengembangkan produk yang diinginkan perusahaan.
5. Mempersingkat waktu proses karena beberapa outsourcer dapat dipilih sekaligus untuk
saling bekerja sama menyediakan layanan yang dibutuhkan perusahaan.
11
6. Fleksibel dalam merespon perubahan SI yang cepat sehingga perubahan arsitektur SI
berikut sumberdayanya lebih mudah dilakukan. penerapan teknologi terbaru dapat
menjadi competitive advantage bagi perusahaan outsource.
7. Meningkatkan fleksibilitas untuk melakukan atau tidak melakukan investasi, sehingga
mengurangi resiko kegagalan investasi.
Kelemahan Outsourcing :
1. Permasalahan pada moral karyawan, penanganan masalah karyawan outsource lebih
sulit dibandingkan karyawan tetap.
2. Kurangnya kontrol perusahaan pengguna terhadap sistem informasi yang
dikembangkan dan terkunci oleh penyedia outsourcing melalui perjanjian kontrak.
3. Ketergantungan dengan perusahaan lain yaitu perusahaan pengembang sistem
informasi akan terbentuk.
4. Kurangnya perusahaan dalam mengerti teknik sistem informasi agar bisa
dikembangkan atau diinovasi di masa mendatang, karena yang mengembangkan
tekniknya adalah perusahaan outsource.
5. Jurang antara karyawan tetap dan karyawan outsource.
6. Perubahan dalam gaya manajemen.
7. Proses seleksi kerja yang berbeda.
8. Informasi-informasi yang berhubungan dengan perusahaan kadang diperlukan oleh
pihak pengembang aplikasi, dan kadang informasi penting juga perlu diberikan, hal ini
akan menjadi ancaman bagi perusahaan bila bertemu dengan pihak pengembang yang
nakal.
Persiapan dan Tahapan Sebelum Menggunakan Outsourcing di Perusahaan
Agar implementasi metode outsourcing tepat guna dan sesuai dengan strategi perusahaan, ada
beberapa persiapan dan tahapan yang perlu dijalankan perusahaan, yaitu:
1. Identifikasi pekerjaan yang dapat diserahkan pada perusahaan Outsource. Dapatkan
komitmen dari pimpinan tinggi perusahaan.
2. Lakukan sosialisasi, untuk meyakinkan bahwa calom pengguna (user) menerima
konsep Outsource ini.
3. Perhitungan anggaran dengan seksama
4. Undang beberapa outsource untuk presentasi. Jika pekerjaan cukup besar, bersiaplah
untuk bekerja sama dengan 12 perusahaan outsource.
12
5. Pastikan perusahaan outsource tersebut memiliki izin lengkap serta lakukan cek
kredibilitas dari klien mereka sebelumnya.
6. Diskusikan secara detail perjanjian legal kerja sama kedua perusahaan. Pastikan kedua
belah pihak memahami dan menyetujui hasil akhir yang diharapkan dari pekerjaan ini.
7. Lakukan monitoring performa kerja secara berkala.
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Keberhasilan Langkah Outsourcing
Keberhasilan pemilihan metode ouotsourcing ditentukan oleh beberapa faktor di bawah ini:
1. Memahami maksud dan tujuan perusahaan;
2. Memiliki visi dan perencanaan strategis;
3. Memilih secara tepat service provider atau pembari jasa;
4. Melakukan pengawasan dan pengelolaan terus menerus terhadap hubungan
antarperusahaan dan pemberi jasa;
5. Memiliki kontrak yang cukup tersusun dengan baik;
6. Memelihara komunikasi yang baik dan terbuka dengan individu atau kelompok terkait;
7. Mendapatkan dukungan dan keikutsertaan manajemen;
8. Memberikan perhatian secara berhati-hati pada persoalan yang menyangkut karyawan;
9. Memiliki justifikasi ekonomi dan keuangan yang layak;
10. Menggunakan tenaga berpengalaman dari luar.
Penerapan Outsourcing Dalam Berbagai Aktivitas Perusahaan
Sesuai Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan, tenaga kerja
yang boleh menggunakan metode outsourcing dalam perusahaan adalah jenis pekerjaan
keamanan, pelayanan kebersihan, transportasi, katering dan pekerjaan penunjang
penambangan. Sedangkan bidang pekerjaaan lainnya tidak boleh menggunakan outsourcing.
Namun sebagian besar dari kegiatan industri mulai meng-outsource-kan kegiatan
manufakturnya kegiatan tersebut antara lain adalah fabrikasi atau manufaktur pembuatan
komponen, perakitan dan pengepakan lengkap. Pada perusahaan yang bergerak di bidang TI
tenaga outsourcing mencakup layanan sebagai berikut: Pemeliharaan Aplikasi,
Pengembangan dan Implementasi Aplikasi, Data Centre Operations, End-User Support, Help
Desk, Dukungan Teknis, Perancangan dan Design Jaringan, Network Operations dan Sistems
Analysis.
Perlu diketahui bagaimana cara mengatur strategi outsourcing yang cocok atau selaras
(aligned) dengan strategi bisnis. Strategi outsourcing tersebut yaitu:
13
1. Manajemen harus menyetujui bahwa pekerjaan yang akan di outsource bukanlah
pekerjaan yang kritikal (core competence job) dari perusahaan itu.
2. Mempertimbangkan model outsource seperti apa yang akan dilakukan.
3. Memperhitungkan dengan seksama budget yang akan dipergunakan.
4. Melakukan komunikasi yang intensif dan terarah mengenai implementasi outsourcing
pada karyawan.
5. Melakukan pemilihan vendor.
Ada beberapa pertimbangan pada saat perusahaan memutuskan untuk menggunakan
metode insourcing atau outsorcing. Berikut ini gambar perbandingan pemilihan metode
insourcing dan outsourcing
Gambar 3. Perbandingan Insourcing dan Outsourcing
14
2.3. Pengembangan Sistem Informasi Pendekatan Cosourcing
Pengembangan sistem informasi dengan pendekatan cosourcing adalah jenis
hubungan pekerjaan dan aktivitas dimana hubungan antara perusahaan dan rekanan lebih erat
dari sekedar hubungan outsourcing. Contohnya adalah dengan memperbantukan tenaga ahli
pada perusahaan pemberi jasa untuk saling pendukung kegiatan masing-masing perusahaan.
Keunggulan pemilihan co-sourcing sebagai alternatif pengembangan sistem informasi dalam
suatu perusahaan antara lain:
1. Tim berada di bawah arahan dan kontrol langsung perusahaan sehingga kinerja pihak
ketiga dapat langsung diawasi oleh perusahaan.
2. Tim yang dibentuk memiliki standar kualitas tinggi sesuai dengan kebutuhan baik dari
segi kuantitas maupun kualitas.
3. Standar, prosedur dan metodologi sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
4. Tim mempunyai sense of ownership and accountable dalam membangun sistem.
5. Tim merupakan kepanjangan tangan dari perusahaan sehingga kepercayaan perusahaan
dapat dijaga.
6. Pekerjaan yang dilakukan dapat menjadi sarana pembelajaran bagi seluruh komponen
perusahaan.
Beberapa kelemahan pemilihan co-sourcing dalam pengembangan sistem informasi, yaitu:
1. Kemungkinan akan terbaginya SDM yang memiliki kompetensi dalam fokus bisnis
yang dilaksanakan.
2. SDM dari perusahaan hanya disertakan sampai rancangan penyusunan dan
pengembangan sistem sehingga perusahaan sulit melakukan perbaikan dan
pengembangannya lebih lanjut.
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari paparan makalah dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada dasarnya semua jenis pekerjaan yang tidak menyangkut pengambilan keputusan
yang mempengaruhi kebijakan perusahaan bisa di outsourcing atau di co sourcing-kan.
Bagi perusahaan, sistem outsourcing dan cosourcing ini bisa dibilang sangat
menguntungkan, karena bisa dilakukan dengan cepat dan anggaran yang jelas.
Keuntungan bagi perusahaan adalah perusahaan bisa lebih fokus mengurusi bisnis intinya
daripada menghabiskan energi, waktu dan biaya untuk hal-hal yang bersifat teknis.
2. Pengembangan sistem informasi melalui sistem insourcing lebih fokus terhadap kontrol
internal perusahaan baik biaya, teknologi dan konten kerahasiaan data. Perusahaan
biasanya memilih untuk melakukan insourcing antara lain dengan alasan untuk
mengurangi biaya tenaga kerja dan pajak. Dengan insourcing mereka dapat memiliki
dukungan pelanggan yang lebih baik dan control yang lebih baik.
3. Ketiga metode pengembangan sistem informasi insourcing, outsourcing dan cosourcing
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dalam pemilihan metode
pengembangan yang lebih baik bagi perusahaan, perlu memperhatikan kebutuhan dan
kondisi perusahaan. Bagi perusahaan dalam skala kecil dan lebih sederhana metode
insourcing menjadi paling efektif dan efisien, namun ketika perusahaan semakin
berkembang, skala usaha dan kegiatan operasionalnya semakin meluas dan kompleksitas
meningkat maka metode outsourcing dan cosourcing lebih efektif dan efisien untuk
dijalankan oleh perusahaan. Perusahaan yang bertumbuh menjadi perusahaan yang tidak
sederhana membutuhkan teknologi sistem informasi yang lebih maju untuk
mempermudah dalam operasional perusahaan dengan harapan profit yang dihasilkan juga
menjadi lebih baik, dan menciptakan keunggulan strategi.
4. Ketika memutuskan membangun sebuah sistem informasi, dibutuhkan banyak
pertimbangan, dan tahap-tahap yang harus dilalui untuk mengetahui kebutuhan dan
keinginan sesungguhnya demi mencapai output yang diharapkan, oleh karena itu banyak
hal yang harus diketahui ketika akan menyerahkan pekerjaan kepada ahlinya atau akan
menjalankan pekerjaan itu sendiri, insourcing atau outcourcing, keduanya harus dikenali
dan dipahami untung ruginya supaya tidak salah dalam memutuskan.
16
5. Jika sudah mengenali kebutuhan maka pertimbangan selanjutnya akan diserahkan kepada
siapa pembangunan sistem informasinya.
3.2. Saran
1. Suatu perusahaan seringkali hanya mementingkan reducing cost dan improving
competitiveness daripada keamanan, padahal perbaikan sistem informasi setelah dirusak
justru akan menelan biaya lebih banyak. Kemanan sebuah informasi itu sendiri
sebenarnya dapat dikur dengan uang. Pengembangan sistem baik secara outsourcing
harus lebih dipertimbangkan mengingat pentingnya menjaga keutuhan dan kerahasian
data.
2. Sebaiknya pada kontrak kerjasama outsoucing lebih menekankan pada pasal yang
memuat sanksi pelanggaran bagi masing-masing pihak.
3. Bagi perusahaan yang memilih pengembangan sistem dengan insourcing sebaiknya
merekrut tenaga IT yang ahli dari awal sehingga dapat memberikan hasil optimal. Dapat
memberikan
4. Untuk menjaga kestabilan sistem informasi di lingkungan perusahaan, dianjurkan agar
diadakan pemisahan secara fungsional antara pengembang sistem, pengoperasian sistem
harian dan pemakai akhir.
17
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 2011. Membandingkan Pengembangan Sistem Informasi Secara Outsourcing dan
Insourcing dalam http://www.scribd.com . Diakses pada 2 Februari 2017.
O’Brien, James A. 2005. Pengantar Sistem Informasi Perspektif Bisnis dan Manajerial,
Penerjemah: Dewi fitriasari dan Deny Arnoz Kwary, Jakarta: Salemba Empat
Rahardjo, B. 2006. Kesulitan Outsourcing di Indonesia. http://rahard.wordpress.com/2006/
02/25/kesulitan-outsourcing-di-indonesia/.
.
Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2013.
Zilmahram, T. 2009. Outsourcing dan Insourcing dalam http://habahate.blogspot.com.
Diakses pada 2 Februari 2017.
18
TUGAS MK. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM)
Oleh
Adithia Anggraeni (K15161114)
E63
KONVERSI SISTEM INFORMASI DALAM SEBUAH PERUSAHAAN
Dosen
Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc (CS)
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2017
19
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................i
................................................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................iii
IV. PENDAHULUAN ...........................................................................................................22 4.1. Latar Belakang .........................................................................................................22
4.2. Tujuan .......................................................................................................................23
V. PEMBAHASAN ..............................................................................................................24 2.1. Proses Rekayasa Perangkat Lunak (Software) .........................................................24
2.2. Konversi Sistem Informasi .......................................................................................25
2.3. Kendala Implementasi Konversi Sistem Informasi ..................................................30
VI. PENUTUP........................................................................................................................33 3.1. Kesimpulan ...............................................................................................................33
3.2. Saran .........................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA
20
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tahapan Implementasi ........................................................................................25
Gambar 2. Metode Konversi Sistem ......................................................................................27
21
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Software ISO 9126 .............................................................................23
22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persaingan yang semakin ketat dalam dunia bisnis dan usaha mendorong setiap
perusahaan untuk lebih kreatif dan mampu mengelola bisnisnya secara lebih baik. Perusahaan
dapat meningkatkan kemampuannya dengan mengembangkan sistem informasi sesuai dengan
kemajuan teknologi yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Informasi menjadi salah satu
sumberdaya yang harus dikelola secara baik sehingga dapat menciptakan nilai tambah bagi
perusahaan. Sistem Informasi merupakan seperangkat alat, data dan prosedur yang bekerja
secara bersama-sama untuk memberikan hasil berupa informasi yang berguna. Informasi
yang berguna adalah informasi yang akurat, tepat waktu, relevan dan valid sehingga dalam
pengambilan keputusan dapat didukung oleh informasi tersebut dan dapat mencapai sasaran
yang telah direncanakan. Terdapat tiga alasan mendasar penerapan sistem informasi dalam
sebuah perusahaan, yaitu mendukung proses dan operasi bisnis, mendukung pengambilan
keputusan para pegawai dan manajer, mendukung berbagai strategi untuk keunggulan
kompetitif.
Agar dapat terus bertahan dan memiliki keunggulan kompetitif, sistem dan software
perlu dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, versi software diupdate
secara berkala, aplikasi yang kita gunakan harus terus berkembang dan mengikuti teknologi
terbaru. Pengembangan sistem dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk
menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada.
Apabila sistem yang kita gunakan kurang applicable kita perlu konversi ke sistem lain yang
baru yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan kita, namun data yang ada di sistem lama
haruslah dibackup untuk kemudian dikonversi ke sistem baru. Karakterisrtik software yang
ideal menurut ISO 9126:
23
Karakteristik Sub karakteristik
Functionality: software untuk menjalankan
fungsinya sebagaimana kebutuhan sistemnya
Suitability, Accuracy,
Interoperability,Security
Reliability:Kemampuan software untuk dapat
tetap tampil sesuai dengan fungsinya ketika
digunakan
Maturity, Fault tolerance, Recoverability
Usability:Kemampuan software untuk mudah
dimengerti, dipelajari, digunakan dan disukai
pengguna
Understandability, Learnability,
Operability, Attractiveness
Efficiency: Kemampuan software untuk
menampilkan performans relatif terhadap
penggunaan sumberdaya
Time Behavior, Resource Utilization
Maintainability: Kemampuan software untuk
dimodifikasi (koreksi,adaptasi,perbaikan)
Analyzability, Changeability, Stability,
Testability
Portability: Kemampuan software untuk
ditransfer dari satu lingkungan ke lingkungan lain
Adaptability, Installability
Tabel 1. Karakteristik Software ISO 9126
1.2. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah utnuk
menjelaskan bagaimana konversi sistem informasi baru menggantikan sistem yang lama
dapat diterapkan di dalam suatu organisasi atau sebuah perusahaan
24
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Proses Rekayasa Perangkat Lunak (Software)
Software dalam penggunaannya akan terus mengalami pengembangan dan pada
umumnya akan ditemui beberapa permasalahan, diantaranya adalah kesalahan setting
konfigurasi jaringan, kesalahan protocol yang digunakan, kesalahan pengalamatan IP,
kesalahan identifikasi client dan server, kesalahan network service, kesalahan security sistem
atau kerusakan file program. Pada tahap ini software perlu direkayasa. Pemodelan delam
perangkat lunak merupakan suatu yang harus dikerjakan di bagian awal dari rekayasa, dan
pemodelan ini akan mempengaruhi perkerjaan-pekerjaan dalam rekayasa perangkat lunak
tersebut. Pada rekayasa perangkat lunak, banyak model yang telah dikembangkan untuk
membantu proses pengembangan perangkat lunak. Model tersebut antara lain:
1. Code and Fix
2. Sistem Development Life Cycle (SDLC)
3. Prototyping
4. Spiral
5. CASE (Computer Aided Software Engineering)
Ketika suatu perusahaan ingin mengembangkan software, ada beberapa hal yang perlu
disiapkan, yaitu
1. Penetapan tujuan dari pembangunan sistem informasi , agar sistem informasi yang
dibangun sesuai dengan kebutuhan perusahaan, lakukan interview dengan pegawai,
dan manajemen perusahaan , untuk mengetahui sistem seperti apa yang sebenarnya
yang dibutuhkan,sampaikan keinginan dan kebutuhan ini kepada konsultan design
sistem.
2. Mempelajari studi kelayakan dari sistem yang akan dibuat.
3. Melakukan analisa karena sistem yang dibuat harus functionally, reliability, usability,
efficiency,maintainability,dan portability.
4. Melakukan tahapan analisa, berupa input ( data base ) yang dibutuhkan dan output apa
yang dingin dihasilkan, bagaimana proses operasionalnya, penyimpanan datanya, dan
juga bagaimana pengawasannya.
5. Melakukan pendekatan analisis.
6. Melakukan tahapan – tahapan desain pembangunan sistem informasi.
7. Melakukan tahapan implementasi dari sistem informasi yang dibangun
25
8. Memahami konversi sistem, karena sering kali setelah sistem dibuat, kita terburu-buru
mencoba sistem baru, padahal sering terjadi masalah ketika migrasi dari sistem lama ke
sistem baru, untuk itu kita harus memahami konversi sistem sehingga hal yang tidak
kita inginkan tidak terjadi.
Gambar 2. Tahapan Implementasi
2.2. Konversi Sitem Informasi
Konversi sistem merupakan tahapan yang digunakan untuk mengoperasikan sistem
baru dalam rangka menggantikan sistem yang lama. Tingkat kesulitan dan kompleksitas
dalam pengkonversian dari sistem lama ke sistem baru tergantung pada sejumlah faktor. Jika
konversi memanfaatkan perangkat lunak dengan pengaturan baru, database baru, kendali
baru, jaringan baru dan perubahan drastis dalam prosedurnya, maka konversi menjadi agak
sulit. Dan keberhasilan konversi sistem sangat tergantung pada seberapa jauh professional
sistem menyiapkan penciptaan dan pengkonversian file data yang diperlukan untuk sistem
baru. Empat metode konversi sistem terdiri atas :
1. Konversi Langsung (Direct Conversion/Plunge Strategy)
Konversi ini dilakukan dengan cara menghentikan sistem lama dan menggantikannya
dengan sistem baru. Cara ini merupakan yang paling berisiko, tetapi murah. Konversi
langsung adalah pengimplementasian sistem baru dan pemutusan jembatan sistem
lama,sehingga apabila konversi telah dilakukan, maka tak ada cara untuk balik ke
sistem lama. Pendekatan sesuai untuk kondisi-kondisi sebagai berikut:
26
a. Sistem tersebut tidak mengganti sistem lain.
b. Sistem yang lama sepenuhnya tidak bernilai.
c. Sistem yang baru bersifat kecil atau sederhana atau keduanya.
d. Rancangan sistem baru sangat berbeda dari sistem lama, dan perbandingan antara
sistem sistem tersebut tidak berarti.
Keunggulan : – Relatif tidak mahal.
Kelemahan : – Mempunyai risiko kegagalan yang tinggi
.
2. Konversi Paralel (Parallel Conversion)
Setelah melalui masa tertentu, jika sistem baru telah bisa diterima untuk menggantikan
sistem lama, maka sistem lama segera dihentikan. Cara seperti ini merupakan
pendekatan yang paling aman, tetapi merupakan cara yang paling mahal, karena
pemakai harus menjalankan dua sistem sekaligus. Konversi Paralel adalah suatu
pendekatan dimana baik sistem lama dan baru beroperasi secara serentak untuk
beberapa période waktu.
Keunggulan :
Memberikan derajat proteksi yang tinggi kepada organisasi dari kegagalan sistem baru.
Kelemahan :
Besarnya biaya untuk duplikasian fasilitas dan biaya personel yang memelihara sistem
rangkap tersebut.
3. Konversi Bertahap (Phased Conversion)
Konversi bertahap dilakukan dengan menggantikan suatu bagian dari sistem lama
dengan sistem baru. Jika terjadi sesuatu, bagian yang baru tersebut akan diganti
kembali dengan yang lama. Jika tak terjadi masalah, modul-modul baru akan
dipasangkan lagi untuk mengganti modul-modul lama yang lain. Dengan metode
phased conversion, sistem baru diimplementasikan beberapa kali, dan secara perlahan
menggantikan sistem lama. Konversi bertahap dapat menghindarkan risiko yang
ditimbulkan oleh konversi langsung dan memberikan waktu yang banyak kepada
pemakai untuk beradaptasi terhadap perubahan. Untuk menggunakan metode phased
conversion, sistem harus disegmentasi.
Keunggulan :
Kecepatan perubahan dalam organisasi tertentu bisa diminimasi, dan sumber pemrosesan data
dapat diperoleh sedikit demi sedikit selama période waktu yang luas.
27
Kelemahan :
Keperluan biaya yang diadakan untuk mengembangkan interface temporer dengan sistem
lama, daya terapnya terbatas, dan terjadi kemunduran semangat, sebab orangorang tidak
pernah merasa menyelesaikan sistem.
.
4. Konversi Pilot (Pilot Conversion)
Pendekatan ini dilakukan dengan cara menerapkan sistem baru hanya pada lokasi
tertentu yang diperlakukan sebagai pelopor. Jika konversi ini dianggap berhasil, maka
akan diperluas ke tempat-tempat yang lain. Ini merupakan pendekatan dengan biaya
dan risiko yang rendah. Dengan metode Konversi Pilot, hanya sebagian dari organisasi
yang mencoba mengembangkan sistem baru.
Kelebihan :
Risiko lebih kecil dibanding konversi langsung, lebih murah daripada konversi paralel,
koreksi kesalahan dapat dilakukan sebelum implementasi.
Kelemahan :
Membutuhkan area dari operasi untuk uji coba.
Gambar 2 . Metode Konversi Sistem
28
Untuk menghindari kesalahan yang umum terjadi dalam konversi sistem (sistem lama ke
sistem baru) dalam suatu organisasi dapat dilakukan beberapa cara berikut (beserta asumsi) :
1. Perusahaan harus mengkaji ulang visi, misi, serta tujuan yang akan dicapai serta
mempelajari implementasi yang belum optimal
2. Pelatihan sumber daya manusia (SDM) agar mampu menjalankan dan mengoptimalkan
fungsi dari sistem informasi baru yang fungsi dari sistem informasi baru yang
diterapkan.
3. Pemimpin perusahaan harus mengetahui dan mengerti mengenai pentingnya penerapan
sistem baru di perusahaan sehingga memberikan perhatian terhadap implementasi
sistem baru tersebut di perusahaan.
4. Perusahaan harus memberikan perhatian terhadap bagian pengolahan informasi,
sehingga karir pada bagian ini jelas, hal ini dapat merangsang karyawan agar mau
ditempatkan pada bagian tersebut.
5. Harus menciptakan sinergisme diantara subsistem-subsistem yang mendukung
pengoperasian sistem sehingga akan terjadi kerjasama.
6. Perusahaan perlu menyediakan prosedur dalam mengaplikasikan sistem baru, dengan
asumsi tidak semua SDM bersangkutan dapat cepat tanggap.
Keberhasilan konversi sistem sangat tergantung pada seberapa jauh profesional sistem
menyiapkan penciptaan dan pengkonversian file data yang diperlukan untuk sistem baru.
Ada dua metode dasar yang bisa digunakan untuk menjalankan konversi file :
1. Konversi File Total dapat digunakan bersama dengan semua metode konversi file
sistem di atas.
2. Konversi File Gradual (sedikit demi sedikit) terutama digunakan dengan metode paralel
dan phase-in. Dalam beberapa contoh, ia akan bekerja untuk metode pilot. Umumnya
konversi file gradual tidak bisa diterapkan untuk konversi sistem langsung.
Pengalihan Sistem Informasi dari sistem yang lama ke sistem yang baru dapat berakibat fatal,
terjadi karena :
1. Belum siapnya sumber daya untuk mengaplikasikan sistem yang baru.
2. sistem baru sudah terpasang, namun terdapat kesalahan prosedur dalam pelaksanaanya,
sehingga perubahan tidak dapat terjadi. Sehingga keberadaan sistem baru justru
mempersulit kinerja yang sudah ada.
3. Perencanaan dan aplikasi sistem Informasi tidak memiliki arah dan tahapan yang baik.
29
4. Tidak ada komunikasi yang baik diantara vendor sebagai penyedia IT dengan
perusahaan sebagai pengguna, sehingga sistem baru yang terbentuk menjadi tidak
sesuai dengan kebutuhan pengguna.
5. Perusahaan memandang perubahan teknologi merupakan hal yang harus dilakukan agar
perusahaan tidak ketinggalan zaman. Namun sebenarnya perusahaan tidak
membutuhkan teknologi tersebut.
6. Level kematangan perusahaan terhadap TI masih rendah.
7. Fenomena ini terjadi karena dengan adanya perubahan dari sistem lama ke sistem baru
maka akan terjadi keadaan dimana karyawan menghadapi masa transisi yaitu keharusan
menjalani adaptasi yang dapat berupa adaptasi teknikal (skill, kompetensi, proses
kerja), kultural (perilaku, mind set, komitment) dan politikal (munculnya isu efisiensi
karyawan/PHK, sponsorship/dukungan top management). Dengan adanya ketiga hal ini
maka terjadi saling tuding di dalam organisasi, dimana manajemen puncak
menyalahkan bawahan yang bertanggung jawab, konsultan, vendor bahkan terkadang
peranti TI itu sendiri.
Langkah-langkah yang dilakukan agar kesalahan alih sistem informasi dapat dihindari:
1. Lihat kembali dan koreksi visi yang ingin di bangun, pelajari implementasi apa yang
belum maksimal dan latih sumber daya manusia agar mampu mengoptimalkan peranti
yang sudah dibeli. Hal ini hanya akan mungkin untuk dilaksanakan apabila pimpinan
perusahaan mengetahui tentang TI/sedikit tentang TI, sehingga dia paham apa yang
ingin dicapai perusahaannya dengan mengaplikasikan TI ini.
2. Harus menciptakan sinergisme diantara subsistem-subsistem yang mendukung
pengoperasian sistem sehingga akan terjadi kerjasama secara terintegrasi diantara
subsistem-subsistem ini. Asumsi hanya akan tercapai apabila para perancang sistem ini
mengetahui masalah-masalah informasi apa yang ada di perusahaan dan yang harus
segera di selesaikan. Biasanya para perancang sistem ini akan mulai pada tingkat
perusahaan, selanjutnya turun ke tingkat-tingkat sistem.
3. Para perancang Sistem Informasi harus menyadari bagaimana rasa takut di pihak
pegawai maupun manajer dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan proyek
pengembangan dan sistem operasional. Manajemen perusahaan, dibantu oleh spesialis
informasi, dapat mengurangi ketakutan ini dan dampaknya yang merugikan dengan
mengambil empat langkah berikut :
30
a. menggunakan komputer sebagai suatu cara mencapai peningkatan pekerjaan (job
enhancement) dengan memberikan pada komputer tugas yang berulang dan
membosankan, serta memberikan pada pegawai tugas yang menantang kemampuan
mereka.
b. Menggunakan komunikasi awal untuk membuat pegawai terus menyadari maksud
perusahaan. Pengumuman oleh pihak manajemen puncak pada awal tahap analisis
dan penerapan dari siklus hidup sistem merupakan contoh strategi ini.
c. Membangun hubungan kepercayaan antara pegawai, spesialisasi informasi dan
manajemen. Hubungan tersebut tercapai dengan sikap jujur mengenai dampak-
dampak dari sistem komputer dan dengan berpegang pada janji. Komunikasi formal
dan penyertaan pemakai pada tim proyek mengarah pada tercapainya kepercayaan.
d. Menyelaraskan kebutuhan pegawai dengan tujuan perusahaan. Pertama, identifikasi
kebutuhan pegawai, kemudian memotivasi pegawai dengan menunjukkan pada
mereka bahwa bekerja menuju tujuan perusahaan juga membantu mereka memenuhi
kebutuhan mereka.
2.3. Kendala Implementasi Konversi Sistem Informasi
Konversi sistem informasi yang lama menjadi sistem informasi baru bisa berhasil dan
juga bisa gagal. Hal itu dipengaruhi oleh stakeholder yang terlibat dalam pembuatan dan
implementasi sistem informasi tersebut. Kegagalan yang terjadi dalam pengalihan sistem
informasi dari sistem yang lama ke sistem yang baru dapat berakibat fatal, terjadi karena:
1. Belum siapnya sumber daya untuk mengaplikasikan sistem yang baru.
2. Sistem baru sudah terpasang, namun terdapat kesalahan prosedur dalam pelaksanaanya,
sehingga perubahan tidak dapat terjadi. Sehingga keberadaan sistem baru justru
mempersulit kinerja yang sudah ada.
3. Perencanaan dan aplikasi sistem Informasi tidak memiliki arah dan tahapan yang baik.
4. Tidak ada komunikasi yang baik di antara vendor sebagai penyedia TI dengan
perusahaan sebagai pengguna, sehingga sistem baru yang terbentuk menjadi tidak
sesuai dengan kebutuhan pengguna.
5. Perusahaan memandang perubahan teknologi merupakan hal yang harus dilakukan agar
perusahaan tidak ketinggalan zaman. Namun sebenarnya perusahaan tidak
membutuhkan teknologi tersebut.
6. Level kematangan perusahaan terhadap TI masih rendah.
31
7. Fenomena ini terjadi karena dengan adanya perubahan dari sistem lama ke sistem baru
maka akan terjadi keadaan dimana karyawan menghadapi masa transisi yaitu keharusan
menjalani adaptasi yang dapat berupa adaptasi teknikal (skill, kompetensi, proses
kerja), kultural (perilaku, mind set, komitmen) dan politikal (munculnya isu efisiensi
karyawan/PHK,sponsorship/dukungan top management). Dengan adanya ketiga hal ini
maka terjadi saling tuding di dalam organisasi, dimana manajemen puncak
menyalahkan bawahan yang bertanggung jawab, konsultan, vendor bahkan terkadang
peranti TI itu sendiri.
Langkah-langkah preventif yang dilakukan agar kesalahan alih sistem informasi dapat
dihindari:
1. Lihat kembali dan koreksi visi yang ingin di bangun, pelajari implementasi apa yang
belum maksimal dan latih sumber daya manusia agar mampu mengoptimalkan peranti
yang sudah dibeli. Hal ini hanya akan mungkin untuk dilaksanakan apabila pimpinan
perusahaan mengetahui tentang TI/sedikit tentang TI, sehingga dia paham apa yang
ingin dicapai perusahaannya dengan mengaplikasikan TI ini.
2. Harus menciptakan sinergisme diantara subsistem-subsistem yang mendukung
pengoperasian sistem sehingga akan terjadi kerjasama secara terintegrasi diantara
subsistem-subsistem ini. Asumsi hanya akan tercapai apabila para perancang sistem ini
mengetahui masalah-masalah informasi apa yang ada di perusahaan dan yang harus
segera di selesaikan. Biasanya para perancang sistem ini akan mulai pada tingkat
perusahaan, selanjutnya turun ke tingkat-tingkat sistem.
3. Para perancang Sistem Informasi harus menyadari bagaimana rasa takut di pihak
pegawai maupun manajer dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan proyek
pengembangan dan sistem operasional. Manajemen perusahaan, dibantu oleh spesialis
informasi, dapat mengurangi ketakutan ini dan dampaknya yang merugikan dengan
mengambil empat langkah berikut :
4. Menggunakan komputer sebagai suatu cara mencapai peningkatan pekerjaan (job
enhancement) dengan memberikan pada komputer tugas yang berulang dan
membosankan, serta memberikan pada pegawai tugas yang menantang kemampuan
mereka.
5. Menggunakan komunikasi awal untuk membuat pegawai terus menyadari maksud
perusahaan. Pengumuman oleh pihak manajemen puncak pada awal tahap analisis dan
penerapan dari siklus hidup sistem merupakan contoh strategi ini.
32
6. Membangun hubungan kepercayaan antara pegawai, spesialisasi informasi dan
manajemen. Hubungan tersebut tercapai dengan sikap jujur mengenai dampak-dampak
dari sistem komputer dan dengan berpegang pada janji. Komunikasi formal dan
penyertaan pemakai pada tim proyek mengarah pada tercapainya kepercayaan.
7. Menyelaraskan kebutuhan pegawai dengan tujuan perusahaan. Pertama, identifikasi
kebutuhan pegawai, kemudian memotivasi pegawai dengan menunjukkan pada mereka
bahwa bekerja menuju tujuan perusahaan juga membantu mereka memenuhi kebutuhan
mereka.
33
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Tahap implementasi pada sebuah sistem informasi merupakan tahap di mana sistem
yang telah dirancang pada tahap sebelumnya diterapkan, baik berupa perangkat keras maupun
perangkat lunak yang digunakan. Dengan penerapan sistem yang dirancang, hasilnya dapat
dioperasikan dan digunakan secara optimal sesuai kebutuhan. Pada saat sistem memerlukan
pengembangan atau perbaikan maka muncul tahap konversi sistem yang baru menggantikan
sistem yang lama. Tahap konversi sistem bersifat urgen di mana walaupun sistem telah
didesain dan digunakan dengan baik, kesuksesan sistem informasi tergantung dari seberapa
baik konversi sistem yang dilakukan.
Dalam pemilihan pendekatan konversi implementasi sistem informasi manajemen,
harus menentukan sendiri strategi konversi yang mana yang cocok diterapkan pada
perusahaan, karena setiap perusahaan adalah unik dan memiliki kemampuan dan keterbatasan
yang tidak sama. Strategi mengurangi resiko kegagalan yang terjadi saat pengalihan atau
konversi sistem yang dapat dilakukan yaitu: Konversi Langsung (Direct Conversion/Plunge
Strategy), Konversi Paralel (Parallel Conversion), Konversi Bertahap (Phased Conversion),
Konversi Pilot (Pilot Conversion).
4.2. Saran
Keputusan untuk memilih metode konversi sistem itu sendiri dipengaruhi oleh
manajemen perusahaan dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari metode
konversi serta resiko yang mungkin timbul dari penerapan metode konversi sistem. Faktor
efisiensi biaya dan efektivitas waktu dalam proses konversi sistem tentu tetap menjadi
pertimbangan utama untuk optimalisasi benefit perusahaan baik jangka pendek maupun
jangka panjang.
34
DAFTAR PUSTAKA
O’Brien, J. 2005. Pengantar Sistem Informasi: Perspektif Bisnis dan Manajerial. Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.
Sudono, A.S. 2010. Penyebab Kegagalan IT Project. http://itkelinik.com/?p=113. [23
November 2010]
http://raifertilini.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2010/07/14/konversi-sistem-informasi/yang diakses
2 Februari 2017.
http://sasmoyo.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2010/07/21/no-2-kesalahan-kesalahan-yang-
mungkin-terjadi-saat-pengalihan-atau-konversi-suatu-sistem-lama-ke-sistem-baru-dan-cara-
cara-penkonversian-sistem-dengan-berbagai-asumsi-agar-tidak-terjadi-kesalahan/ yang
diakses 2 Februari 2017.
http://raifertilini.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2010/07/14/konversi-sistem-informasi/yang