34
1 TUGAS MK. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM) Oleh Adithia Anggraeni (K15161114) E63 EVALUASI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI SECARA INSOURCING, COSOURCING DAN OUTSOURCING Dosen Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc (CS) PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

TUGAS MK. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM) Oleh Adithia ...labkomsb.staff.ipb.ac.id/files/2017/02/ADITHIA-ANGGRAENI-E63-K15… · tugas mk. sistem informasi manajemen (sim) oleh adithia

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    TUGAS MK. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM)

    Oleh

    Adithia Anggraeni (K15161114)

    E63

    EVALUASI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI SECARA INSOURCING,

    COSOURCING DAN OUTSOURCING

    Dosen Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc (CS)

    PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR 2017

  • 2

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI ..........................................................................................................................i

    ................................................................................................................................................

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................ii

    I. PENDAHULUAN ...........................................................................................................4 1.1. Latar Belakang .........................................................................................................4

    1.2. Tujuan .......................................................................................................................4

    II. PEMBAHASAN ..............................................................................................................5 2.1. Pengembangan Sistem Informasi Pendekatan Insourcing ........................................5

    2.2. Pengembangan Sistem Informasi Pendekatan Outsourcing .....................................7

    2.3. Pengembangan Sistem Informasi Pendekatan Cosourcing .......................................14

    III. PENUTUP........................................................................................................................15 3.1. Kesimpulan ...............................................................................................................15

    3.2. Saran .........................................................................................................................16

    DAFTAR PUSTAKA

  • 3

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Perbandingan Skala Perusahaan dan Pemilihan Insourcing-Outsourcing ...........7

    Gambar 2. Pertimbangan Perusahaan dalam Memilih Metode Outsourcing .........................10

    Gambar 3. Perbandingan Insourcing dan Oursourcing ..........................................................13

  • 4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Sistem informasi manajemen merupakan kombinasi dari people, hardware, software,

    jaringan komunikasi, sumber data, prosedur dan kebijakan yang terorganisasi dengan baik

    yang dapat menghasilkan, menyimpan, dan menyebarluaskan informasi dalam suatu

    perusahaan. Sistem informasi memegang peranan sangat penting dalam bisnis perusahaan,

    yaitu mendukung operasi bisnis, mendukung pengambilan keputusan manajerial dan

    mendukung keunggulan strategisnya. Jika sebelumnya peranan sistem informasi hanya

    sebagai proses penunjang saja dalam memperoleh data dengan titik berat pada efisiensi biaya

    operasional minimalisasi resiko operasi dari berbagai fungsi perusahaan, maka pada saat ini

    peranannya telah berubah menjadi komponen strategis bagi perusahaan untuk meningkatkan

    kemampuan bersaing.

    Apabila sistem informasi manajemen dirancang dan dilaksanakan dengan baik maka

    akan banyak manfaat yang bisa diperoleh manajemen perusahaan. Sebaliknya, akibat bila

    sistem informasi tidak terkelola dengan baik, dalam waktu tertentu perusahaan akan

    mengalami ketidakmampuan mengontrol sumberdaya, sehingga dalam mengambil keputusan

    strategis sangat terganggu, yang pada akhirnya akan mengalami kekalahan dalam bersaing.

    Untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kegiatan operasional, mengelola

    sumberdaya dan unggul dalam bersaing ada beberapa metode yang dapat dimanfaatkan oleh

    perusahaan, yaitu metode insourcing, cosourcing atau outsourcing. Ketika perusahaan masih

    berskala kecil, kegiatan operasional perusahaan dapat dijalankan secara insourcing,

    konvensional dan manual, karena semua masih mudah ditangani, namun ketika perusahaan

    semakin berkembang, cara ini sudah tidak bisa diandalkan lagi, semua bagian dalam

    perusahaan membutuhkan sistem yang dapat dijalankan secara lebih mudah, lebih cepat, dan

    lebih tepat.

    1.2. Tujuan

    Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana

    pengembangan sistem informasi dengan menggunakan pendekatan insourcing, cosourcing

    atau outsourcing di sebuah perusahaan dan membahas mengenai metode mana yang lebih

    baik.

  • 5

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1. Pengembangan Sistem Informasi Pendekatan Insourcing

    Pengembangan sistem informasi dengan cara melakukan pengembangan sendiri atau yang

    dikenal dengan istilah insourcing merupakan pengembangan yang dilakukan oleh para spesialis

    sistem informasi yang berada dalam perusahaan itu sendiri. Perusahaan bukan menyerahkan pekerjaan

    kepada perusahaan lain yang lebih kompeten, akan tetapi melaksanakan pekerjaan sendiri atau justru

    mengambil atau menerima pekerjaan dari perusahaan lain. Insourcing mengoptimalkan karyawan

    dalam perusahaan untuk dipekerjakan di luar perusahaan berdasarkan kompetensi dan minat

    karyawan itu sendiri dan difasilitasi oleh perusahaannya. Insourcing bisa dalam bentuk

    bekerja di luar perusahaan secara fulltime, fifty-fifty atau temporary. Kompensasi diterima

    dengan mengikuti pola tersebut. Artinya mereka akan dibayar secara penuh oleh perusahaan

    yang menggunakannya, atau sharing dengan perusahaan asalnya, atau perusahaan asal hanya

    menanggung selisih gaji (Zilmahram, 2009). Tujuan in-sourcing adalah dengan menjaga

    tingkat produktivitas dan penggunaan aset secara maksimal agar biaya satuannya dapat

    ditekan, dan akan meningkatkan keuntungan perusahaan. Dengan demikian kompetensi

    utamanya tidak hanya digunakan sendiri tetapi juga dapat digunakan oleh perusahaan lain

    yang akan meningkatkan keuntungan.

    Keunggulan Insourcing:

    1. Perusahaan dapat mengontrol sistem informasinya sendiri.

    2. Dengan membangun dan mengembangkan sendiri sistem TI, perusahaan bisa menjaga

    kerahasiaan dan keamanan sistem dan data informasinya.

    3. Biaya untuk pekerja in-source lebih kecil daripada biaya untuk pekerja outsource.

    4. Karena tenaga TI dari dalam perusahaan adalah pegawai sendiri sehingga biaya yang

    dikeluarkan adalah biaya gaji, bukan biaya kontrak pegawai.

    5. Mengurangi biaya operasional perusahaan

    6. Biaya operasional sistem TI bisa ditekan dengan tidak perlu fasilitas-fasilitas tambahan

    bila menggunakan tenaga insource.

    7. Tingkat kontrol pada transfer teknologi menjadi pertimbangan.

    8. In-source sistem TI bisa memberikan kontrol penuh bagi manajemen perusahaan atas

    transfer teknologi yang sedang dilakukan. Tingkat kontrol yang tinggi diperlukan untuk

    efisiensi dan efektifitas.

  • 6

    9. Keterpaduan langkah yang diproteksi dari penggunaan yang tidak terautorisasi,

    kemudian keterpaduan tersebut menjadi pilihan untuk memilih in-sourcing.

    10. Fasilitas yang digunakan menjadi scope efisiensi perusahaan

    11. Perusahaan bisa menerapkan efisiensi dengan membatasi fasilitas, perangkat, aplikasi

    yang akan digunakan. Agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

    12. Memiliki kemampuan untuk melihat secara keseluruhan dari proses.

    13. Karena membangun dan mengembangkan sistem TI sendiri, maka perusahaan mampu

    memahami semua detail dan proses yag berlangsung.

    14. Lebih ekonomis dalam hal ruang lingkup dan ukuran

    Kelemahan Insourcing:

    1. Biaya investasi pembangunan dan pengembangan sistem

    2. Perusahaan perlu memperhatikan masalah biaya investasi yang mungkin membesar

    karena tidak berpengalaman dalam bidang tersebut. Kelemahan insourcing selalu

    dihubungkan dengan tingkat kebutuhan investasi yang dibutuhkan ketika keputusan

    insourcing dibuat

    3. Perubahan permintaan dan penawaran pasar

    4. Ketika perusahaan mencoba untuk mengubah atau mengambil alternatif yang sesuai

    dengan kebutuhan pasar atau permintaan pasar, maka sistem TI harus juga diubah

    sehingga memerlukan penyesuaikan dalam aplikasinya.

    5. Kecocokan permintaan terhadap kebutuhan berbagai bagian dari rantai suplai (supply

    chain) sangat berbelit-belit pada proses insourcingoses internal tidak dengan mudah

    mencapai kesesuaian.

    6. Mengurangi fleksibilitas strategi.

    7. Perusahaan terpaku pada pengembangan sistem TI sehingga dalam penyesuaian

    terhadap strategi pasar menjadi tidak fleksibel.

    8. Membutuhkan investasi yang tinggi.

    9. Tingginya biaya investasi membuat perusahaan harus menyediakan dana besar terus

    menerus.

    10. Supplier yang berpotensi memberikan produk dan layanan yang mahal

    11. Perusahaan tidak mempunyai posisi tawar pada supplier karena bukan sebagai

    pelanggan besar.

  • 7

    Umumnya pada perusahaan skala kecil, dengan jumlah sumberdaya yang sedikit dan

    tingkat kompleksitas proses bisnis yang masih sederhana, perusahaan lebih memilih untuk

    menggunakan metode insourcing. Sebaliknya ketika perusahaan semakin berkembang, akan

    lebih memilih metode outsourcing. Berikut ini gambar perbandingan antara skala perusahaan

    dan pemilihan metode insourcing dan outsourcing.

    Gambar 1. Perbandingan Skala Perusahaan dan Pemilihan Insourcing-Outsourcing

    2.2. Pengembangan Sistem Informasi Pendekatan Outsourcing

    Outsourcing terdiri dari dua suku kata, yaitu out dan sourcing. Outsourcing dapat

    diartikan sebagai pengalihan kerja atau tanggung jawab kepada pihak lain. Biasanya bagian

    pekerjaan yang di-outsourcing-kan merupakan pekerjaan yang sifatnya non-core atau

    penunjang. Outsourcing menurut O’Brien dan Marakas (2010) dalam bukunya “Introduction

    to Information Sistems”, istilah outsourcing dalam arti luas adalah pembelian sejumlah

    barang atau jasa yang semula dapat dipenuhi oleh internal perusahaan tetapi sekarang dengan

    memanfaatkan mitra perusahaan sebagai pihak ketiga. Tujuannya agar organisasi dapat lebih

    berkonsentrasi kepada aktivitas inti bisnisnya dengan mepertimbangkan aspek investasi,

    risiko, dan efisiensi. Alasan penggunaan outsourcing pada umumnya adalah penghematan

    biaya (cost saving), lebih fokus pada kegiatan utama (core business), pemanfaatan sumber

    daya (resource), waktu, dan infrastruktur yang lebih baik.

  • 8

    Bentuk-bentuk outsourcing menurut The Computer Sciences Corporation (CSC) Index ada 4,

    yaitu:

    1. Total outsourcing, secara total pada seluruh komponen TI

    2. Selective outsourcing, hanya pada komponen-komponen tertentu

    3. Transitional outsourcing, yang fokusnya pada pembuatan sistem baru

    4. Transformational outsourcing, yang fokusnya pada pembangunan dan operasional dari

    sistem baru

    Alasan perusahaan melakukan oursourcing diantaranya:

    1. Keterbatasan kompetensi TI.

    2. Tidak semua perusahaan mempunyai kemampuan dalam bidang teknologi informasi

    apalagi bila itu sangat jauh dari bisnis intinya. Misalnya perusahaan bidang agribisnis

    membutuhkan TI untuk menunjang daya saing, tetapi tidak mempunyai sumber daya

    yang kompeten dibidang tersebut, sehingga memilih melakukan outsourcing.

    3. Tidak memiliki sumber daya dan biaya yang cukup.

    4. Apabila perusahaan yang bersifat enterprise dalam skala kecil membutuhkan TI untuk

    berkolaborasi dengan mitra, namun tidak cukup biaya untuk membangun sistemTI

    sendiri. Misal perusahaan pemasok skala kecil atau menengah membutuhkan TI untuk

    memantau kebutuhan dan permintaan perusahaan yang dipasoknya secara cepat dan

    efisien. Karena tidak punya sumber daya dan biaya cukup, dianggap lebih murah

    menggunakan outsourcing pada sistem TI.

    5. Supaya fokus di bisnis inti.

    6. Aktivitas dalam penerapan sistim TI sangat menyita waktu, perhatian dan keterlibatan

    semua elemen perusahaan, sehingga membuat aktivitas pada bisnis inti menjadi

    terbengkalai dan tidak fokus. Perusahaan yang tidak fokus pada bisnis intinya tidak

    akan bisa kompeten menghadapi persaingan yang terus berubah.

    7. Ingin menciptakan pola biaya yang terkontrol.

    8. Pemisahan penerapan sistem TI dengan bisnis inti melalui outsourcing, diharapkan bisa

    menciptakan pola biaya yang terkontrol, berapa biaya untuk TI dan berapa untuk

    aktivitas bisnis inti. Karena terkadang biaya untuk TI sangat besar dari pada biaya

    bisnis intinya.

    9. Efisiensi sumber daya TI.

  • 9

    10. Perusahaan tidak kompeten dalam bidang TI, sehingga bisa menimbulkan inefisiensi

    apabila menerapkan sistem TI sendiri. Perusahaan kontraktor TI akan lebih mudah

    menganalisis kebutuhan dan mendesain sistem TI dengan lebih efisien dan efektif.

    11. Menghindari risiko trial & error atas teknologi terbaru

    12. Penerapan sistem TI cenderung beresiko karena harus menyesuaikan dengan kebutuhan

    perusahaan yang berbeda-beda. Tak jarang bahkan menggunakan uji coba apabila ada

    kebutuhan menggunakan teknologi baru. Hal ini menimbulkan biaya dan resiko

    terhambatnya aktivitas perusahaan.

    13. Membagi resiko

    14. Dengan melakukan proyek bersama maka berarti berbagi resiko bersama, hal tersebut

    dirasa lebih ringan.

    15. Mencapai kemampuan berkelas dunia

    16. Bekerjasama dengan perusahaan TI kelas dunia berarti membuka peluang akses dunia

    internasional. Jejaring yang dimiliki perusahaan outsource akan menjadi jejaring

    perusahaan pengguna juga.

    17. Sumber daya TI yang ada bisa fokus pada bisnis inti

    Berikut ini merupakan gambar yang menunjukkan mengapa perusahaan memilih metode

    outsourcing:

  • 10

    Gambar 2. Pertimbangan Perusahaan dalam Memilih Metode Outsourcing

    Menurut Rahardjo (2006), outsourcing sudah tidak dapat dihindari oleh perusahaan.

    Berbagai manfaat dapat dipetik dari melakukan outsourcing, seperti penghematan biaya (cost

    saving), perusahaan bisa memfokuskan diri pada kegiatan utamanya (core business), dan

    akses pada sumber daya (resources) yang tidak dimiliki oleh perusahaan. Berikut ini adalah

    keunggulan dan kelemahan metode outsourcing:

    Keunggulan Outsourcing :

    1. Biaya menjadi lebih murah karena perusahaan tidak perlu membangun sendiri fasilitas

    SI dan TI.

    2. Memiliki akses ke jaringan para ahli dan profesional dalam bidang SI/TI.

    3. Perusahaan dapat mengkonsentrasikan diri dalam menjalankan dan mengembangkan

    bisnis intinya.

    4. Dapat mengeksploitasi skill dan kepandaian dari perusahaan outsource dalam

    mengembangkan produk yang diinginkan perusahaan.

    5. Mempersingkat waktu proses karena beberapa outsourcer dapat dipilih sekaligus untuk

    saling bekerja sama menyediakan layanan yang dibutuhkan perusahaan.

  • 11

    6. Fleksibel dalam merespon perubahan SI yang cepat sehingga perubahan arsitektur SI

    berikut sumberdayanya lebih mudah dilakukan. penerapan teknologi terbaru dapat

    menjadi competitive advantage bagi perusahaan outsource.

    7. Meningkatkan fleksibilitas untuk melakukan atau tidak melakukan investasi, sehingga

    mengurangi resiko kegagalan investasi.

    Kelemahan Outsourcing :

    1. Permasalahan pada moral karyawan, penanganan masalah karyawan outsource lebih

    sulit dibandingkan karyawan tetap.

    2. Kurangnya kontrol perusahaan pengguna terhadap sistem informasi yang

    dikembangkan dan terkunci oleh penyedia outsourcing melalui perjanjian kontrak.

    3. Ketergantungan dengan perusahaan lain yaitu perusahaan pengembang sistem

    informasi akan terbentuk.

    4. Kurangnya perusahaan dalam mengerti teknik sistem informasi agar bisa

    dikembangkan atau diinovasi di masa mendatang, karena yang mengembangkan

    tekniknya adalah perusahaan outsource.

    5. Jurang antara karyawan tetap dan karyawan outsource.

    6. Perubahan dalam gaya manajemen.

    7. Proses seleksi kerja yang berbeda.

    8. Informasi-informasi yang berhubungan dengan perusahaan kadang diperlukan oleh

    pihak pengembang aplikasi, dan kadang informasi penting juga perlu diberikan, hal ini

    akan menjadi ancaman bagi perusahaan bila bertemu dengan pihak pengembang yang

    nakal.

    Persiapan dan Tahapan Sebelum Menggunakan Outsourcing di Perusahaan

    Agar implementasi metode outsourcing tepat guna dan sesuai dengan strategi perusahaan, ada

    beberapa persiapan dan tahapan yang perlu dijalankan perusahaan, yaitu:

    1. Identifikasi pekerjaan yang dapat diserahkan pada perusahaan Outsource. Dapatkan

    komitmen dari pimpinan tinggi perusahaan.

    2. Lakukan sosialisasi, untuk meyakinkan bahwa calom pengguna (user) menerima

    konsep Outsource ini.

    3. Perhitungan anggaran dengan seksama

    4. Undang beberapa outsource untuk presentasi. Jika pekerjaan cukup besar, bersiaplah

    untuk bekerja sama dengan 12 perusahaan outsource.

  • 12

    5. Pastikan perusahaan outsource tersebut memiliki izin lengkap serta lakukan cek

    kredibilitas dari klien mereka sebelumnya.

    6. Diskusikan secara detail perjanjian legal kerja sama kedua perusahaan. Pastikan kedua

    belah pihak memahami dan menyetujui hasil akhir yang diharapkan dari pekerjaan ini.

    7. Lakukan monitoring performa kerja secara berkala.

    Faktor-Faktor yang Menyebabkan Keberhasilan Langkah Outsourcing

    Keberhasilan pemilihan metode ouotsourcing ditentukan oleh beberapa faktor di bawah ini:

    1. Memahami maksud dan tujuan perusahaan;

    2. Memiliki visi dan perencanaan strategis;

    3. Memilih secara tepat service provider atau pembari jasa;

    4. Melakukan pengawasan dan pengelolaan terus menerus terhadap hubungan

    antarperusahaan dan pemberi jasa;

    5. Memiliki kontrak yang cukup tersusun dengan baik;

    6. Memelihara komunikasi yang baik dan terbuka dengan individu atau kelompok terkait;

    7. Mendapatkan dukungan dan keikutsertaan manajemen;

    8. Memberikan perhatian secara berhati-hati pada persoalan yang menyangkut karyawan;

    9. Memiliki justifikasi ekonomi dan keuangan yang layak;

    10. Menggunakan tenaga berpengalaman dari luar.

    Penerapan Outsourcing Dalam Berbagai Aktivitas Perusahaan

    Sesuai Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan, tenaga kerja

    yang boleh menggunakan metode outsourcing dalam perusahaan adalah jenis pekerjaan

    keamanan, pelayanan kebersihan, transportasi, katering dan pekerjaan penunjang

    penambangan. Sedangkan bidang pekerjaaan lainnya tidak boleh menggunakan outsourcing.

    Namun sebagian besar dari kegiatan industri mulai meng-outsource-kan kegiatan

    manufakturnya kegiatan tersebut antara lain adalah fabrikasi atau manufaktur pembuatan

    komponen, perakitan dan pengepakan lengkap. Pada perusahaan yang bergerak di bidang TI

    tenaga outsourcing mencakup layanan sebagai berikut: Pemeliharaan Aplikasi,

    Pengembangan dan Implementasi Aplikasi, Data Centre Operations, End-User Support, Help

    Desk, Dukungan Teknis, Perancangan dan Design Jaringan, Network Operations dan Sistems

    Analysis.

    Perlu diketahui bagaimana cara mengatur strategi outsourcing yang cocok atau selaras

    (aligned) dengan strategi bisnis. Strategi outsourcing tersebut yaitu:

  • 13

    1. Manajemen harus menyetujui bahwa pekerjaan yang akan di outsource bukanlah

    pekerjaan yang kritikal (core competence job) dari perusahaan itu.

    2. Mempertimbangkan model outsource seperti apa yang akan dilakukan.

    3. Memperhitungkan dengan seksama budget yang akan dipergunakan.

    4. Melakukan komunikasi yang intensif dan terarah mengenai implementasi outsourcing

    pada karyawan.

    5. Melakukan pemilihan vendor.

    Ada beberapa pertimbangan pada saat perusahaan memutuskan untuk menggunakan

    metode insourcing atau outsorcing. Berikut ini gambar perbandingan pemilihan metode

    insourcing dan outsourcing

    Gambar 3. Perbandingan Insourcing dan Outsourcing

  • 14

    2.3. Pengembangan Sistem Informasi Pendekatan Cosourcing

    Pengembangan sistem informasi dengan pendekatan cosourcing adalah jenis

    hubungan pekerjaan dan aktivitas dimana hubungan antara perusahaan dan rekanan lebih erat

    dari sekedar hubungan outsourcing. Contohnya adalah dengan memperbantukan tenaga ahli

    pada perusahaan pemberi jasa untuk saling pendukung kegiatan masing-masing perusahaan.

    Keunggulan pemilihan co-sourcing sebagai alternatif pengembangan sistem informasi dalam

    suatu perusahaan antara lain:

    1. Tim berada di bawah arahan dan kontrol langsung perusahaan sehingga kinerja pihak

    ketiga dapat langsung diawasi oleh perusahaan.

    2. Tim yang dibentuk memiliki standar kualitas tinggi sesuai dengan kebutuhan baik dari

    segi kuantitas maupun kualitas.

    3. Standar, prosedur dan metodologi sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

    4. Tim mempunyai sense of ownership and accountable dalam membangun sistem.

    5. Tim merupakan kepanjangan tangan dari perusahaan sehingga kepercayaan perusahaan

    dapat dijaga.

    6. Pekerjaan yang dilakukan dapat menjadi sarana pembelajaran bagi seluruh komponen

    perusahaan.

    Beberapa kelemahan pemilihan co-sourcing dalam pengembangan sistem informasi, yaitu:

    1. Kemungkinan akan terbaginya SDM yang memiliki kompetensi dalam fokus bisnis

    yang dilaksanakan.

    2. SDM dari perusahaan hanya disertakan sampai rancangan penyusunan dan

    pengembangan sistem sehingga perusahaan sulit melakukan perbaikan dan

    pengembangannya lebih lanjut.

  • 15

    BAB III

    PENUTUP

    3.1. Kesimpulan

    Dari paparan makalah dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

    1. Pada dasarnya semua jenis pekerjaan yang tidak menyangkut pengambilan keputusan

    yang mempengaruhi kebijakan perusahaan bisa di outsourcing atau di co sourcing-kan.

    Bagi perusahaan, sistem outsourcing dan cosourcing ini bisa dibilang sangat

    menguntungkan, karena bisa dilakukan dengan cepat dan anggaran yang jelas.

    Keuntungan bagi perusahaan adalah perusahaan bisa lebih fokus mengurusi bisnis intinya

    daripada menghabiskan energi, waktu dan biaya untuk hal-hal yang bersifat teknis.

    2. Pengembangan sistem informasi melalui sistem insourcing lebih fokus terhadap kontrol

    internal perusahaan baik biaya, teknologi dan konten kerahasiaan data. Perusahaan

    biasanya memilih untuk melakukan insourcing antara lain dengan alasan untuk

    mengurangi biaya tenaga kerja dan pajak. Dengan insourcing mereka dapat memiliki

    dukungan pelanggan yang lebih baik dan control yang lebih baik.

    3. Ketiga metode pengembangan sistem informasi insourcing, outsourcing dan cosourcing

    memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dalam pemilihan metode

    pengembangan yang lebih baik bagi perusahaan, perlu memperhatikan kebutuhan dan

    kondisi perusahaan. Bagi perusahaan dalam skala kecil dan lebih sederhana metode

    insourcing menjadi paling efektif dan efisien, namun ketika perusahaan semakin

    berkembang, skala usaha dan kegiatan operasionalnya semakin meluas dan kompleksitas

    meningkat maka metode outsourcing dan cosourcing lebih efektif dan efisien untuk

    dijalankan oleh perusahaan. Perusahaan yang bertumbuh menjadi perusahaan yang tidak

    sederhana membutuhkan teknologi sistem informasi yang lebih maju untuk

    mempermudah dalam operasional perusahaan dengan harapan profit yang dihasilkan juga

    menjadi lebih baik, dan menciptakan keunggulan strategi.

    4. Ketika memutuskan membangun sebuah sistem informasi, dibutuhkan banyak

    pertimbangan, dan tahap-tahap yang harus dilalui untuk mengetahui kebutuhan dan

    keinginan sesungguhnya demi mencapai output yang diharapkan, oleh karena itu banyak

    hal yang harus diketahui ketika akan menyerahkan pekerjaan kepada ahlinya atau akan

    menjalankan pekerjaan itu sendiri, insourcing atau outcourcing, keduanya harus dikenali

    dan dipahami untung ruginya supaya tidak salah dalam memutuskan.

  • 16

    5. Jika sudah mengenali kebutuhan maka pertimbangan selanjutnya akan diserahkan kepada

    siapa pembangunan sistem informasinya.

    3.2. Saran

    1. Suatu perusahaan seringkali hanya mementingkan reducing cost dan improving

    competitiveness daripada keamanan, padahal perbaikan sistem informasi setelah dirusak

    justru akan menelan biaya lebih banyak. Kemanan sebuah informasi itu sendiri

    sebenarnya dapat dikur dengan uang. Pengembangan sistem baik secara outsourcing

    harus lebih dipertimbangkan mengingat pentingnya menjaga keutuhan dan kerahasian

    data.

    2. Sebaiknya pada kontrak kerjasama outsoucing lebih menekankan pada pasal yang

    memuat sanksi pelanggaran bagi masing-masing pihak.

    3. Bagi perusahaan yang memilih pengembangan sistem dengan insourcing sebaiknya

    merekrut tenaga IT yang ahli dari awal sehingga dapat memberikan hasil optimal. Dapat

    memberikan

    4. Untuk menjaga kestabilan sistem informasi di lingkungan perusahaan, dianjurkan agar

    diadakan pemisahan secara fungsional antara pengembang sistem, pengoperasian sistem

    harian dan pemakai akhir.

  • 17

    DAFTAR PUSTAKA

    [Anonim]. 2011. Membandingkan Pengembangan Sistem Informasi Secara Outsourcing dan

    Insourcing dalam http://www.scribd.com . Diakses pada 2 Februari 2017.

    O’Brien, James A. 2005. Pengantar Sistem Informasi Perspektif Bisnis dan Manajerial,

    Penerjemah: Dewi fitriasari dan Deny Arnoz Kwary, Jakarta: Salemba Empat

    Rahardjo, B. 2006. Kesulitan Outsourcing di Indonesia. http://rahard.wordpress.com/2006/

    02/25/kesulitan-outsourcing-di-indonesia/.

    .

    Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2013.

    Zilmahram, T. 2009. Outsourcing dan Insourcing dalam http://habahate.blogspot.com.

    Diakses pada 2 Februari 2017.

  • 18

    TUGAS MK. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM)

    Oleh

    Adithia Anggraeni (K15161114)

    E63

    KONVERSI SISTEM INFORMASI DALAM SEBUAH PERUSAHAAN

    Dosen

    Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc (CS)

    PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR 2017

  • 19

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI ..........................................................................................................................i

    ................................................................................................................................................

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................ii

    DAFTAR TABEL ..................................................................................................................iii

    IV. PENDAHULUAN ...........................................................................................................22 4.1. Latar Belakang .........................................................................................................22

    4.2. Tujuan .......................................................................................................................23

    V. PEMBAHASAN ..............................................................................................................24 2.1. Proses Rekayasa Perangkat Lunak (Software) .........................................................24

    2.2. Konversi Sistem Informasi .......................................................................................25

    2.3. Kendala Implementasi Konversi Sistem Informasi ..................................................30

    VI. PENUTUP........................................................................................................................33 3.1. Kesimpulan ...............................................................................................................33

    3.2. Saran .........................................................................................................................33

    DAFTAR PUSTAKA

  • 20

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Tahapan Implementasi ........................................................................................25

    Gambar 2. Metode Konversi Sistem ......................................................................................27

  • 21

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Karakteristik Software ISO 9126 .............................................................................23

  • 22

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Persaingan yang semakin ketat dalam dunia bisnis dan usaha mendorong setiap

    perusahaan untuk lebih kreatif dan mampu mengelola bisnisnya secara lebih baik. Perusahaan

    dapat meningkatkan kemampuannya dengan mengembangkan sistem informasi sesuai dengan

    kemajuan teknologi yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Informasi menjadi salah satu

    sumberdaya yang harus dikelola secara baik sehingga dapat menciptakan nilai tambah bagi

    perusahaan. Sistem Informasi merupakan seperangkat alat, data dan prosedur yang bekerja

    secara bersama-sama untuk memberikan hasil berupa informasi yang berguna. Informasi

    yang berguna adalah informasi yang akurat, tepat waktu, relevan dan valid sehingga dalam

    pengambilan keputusan dapat didukung oleh informasi tersebut dan dapat mencapai sasaran

    yang telah direncanakan. Terdapat tiga alasan mendasar penerapan sistem informasi dalam

    sebuah perusahaan, yaitu mendukung proses dan operasi bisnis, mendukung pengambilan

    keputusan para pegawai dan manajer, mendukung berbagai strategi untuk keunggulan

    kompetitif.

    Agar dapat terus bertahan dan memiliki keunggulan kompetitif, sistem dan software

    perlu dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, versi software diupdate

    secara berkala, aplikasi yang kita gunakan harus terus berkembang dan mengikuti teknologi

    terbaru. Pengembangan sistem dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk

    menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada.

    Apabila sistem yang kita gunakan kurang applicable kita perlu konversi ke sistem lain yang

    baru yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan kita, namun data yang ada di sistem lama

    haruslah dibackup untuk kemudian dikonversi ke sistem baru. Karakterisrtik software yang

    ideal menurut ISO 9126:

  • 23

    Karakteristik Sub karakteristik

    Functionality: software untuk menjalankan

    fungsinya sebagaimana kebutuhan sistemnya

    Suitability, Accuracy,

    Interoperability,Security

    Reliability:Kemampuan software untuk dapat

    tetap tampil sesuai dengan fungsinya ketika

    digunakan

    Maturity, Fault tolerance, Recoverability

    Usability:Kemampuan software untuk mudah

    dimengerti, dipelajari, digunakan dan disukai

    pengguna

    Understandability, Learnability,

    Operability, Attractiveness

    Efficiency: Kemampuan software untuk

    menampilkan performans relatif terhadap

    penggunaan sumberdaya

    Time Behavior, Resource Utilization

    Maintainability: Kemampuan software untuk

    dimodifikasi (koreksi,adaptasi,perbaikan)

    Analyzability, Changeability, Stability,

    Testability

    Portability: Kemampuan software untuk

    ditransfer dari satu lingkungan ke lingkungan lain

    Adaptability, Installability

    Tabel 1. Karakteristik Software ISO 9126

    1.2. Tujuan

    Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah utnuk

    menjelaskan bagaimana konversi sistem informasi baru menggantikan sistem yang lama

    dapat diterapkan di dalam suatu organisasi atau sebuah perusahaan

  • 24

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1. Proses Rekayasa Perangkat Lunak (Software)

    Software dalam penggunaannya akan terus mengalami pengembangan dan pada

    umumnya akan ditemui beberapa permasalahan, diantaranya adalah kesalahan setting

    konfigurasi jaringan, kesalahan protocol yang digunakan, kesalahan pengalamatan IP,

    kesalahan identifikasi client dan server, kesalahan network service, kesalahan security sistem

    atau kerusakan file program. Pada tahap ini software perlu direkayasa. Pemodelan delam

    perangkat lunak merupakan suatu yang harus dikerjakan di bagian awal dari rekayasa, dan

    pemodelan ini akan mempengaruhi perkerjaan-pekerjaan dalam rekayasa perangkat lunak

    tersebut. Pada rekayasa perangkat lunak, banyak model yang telah dikembangkan untuk

    membantu proses pengembangan perangkat lunak. Model tersebut antara lain:

    1. Code and Fix

    2. Sistem Development Life Cycle (SDLC)

    3. Prototyping

    4. Spiral

    5. CASE (Computer Aided Software Engineering)

    Ketika suatu perusahaan ingin mengembangkan software, ada beberapa hal yang perlu

    disiapkan, yaitu

    1. Penetapan tujuan dari pembangunan sistem informasi , agar sistem informasi yang

    dibangun sesuai dengan kebutuhan perusahaan, lakukan interview dengan pegawai,

    dan manajemen perusahaan , untuk mengetahui sistem seperti apa yang sebenarnya

    yang dibutuhkan,sampaikan keinginan dan kebutuhan ini kepada konsultan design

    sistem.

    2. Mempelajari studi kelayakan dari sistem yang akan dibuat.

    3. Melakukan analisa karena sistem yang dibuat harus functionally, reliability, usability,

    efficiency,maintainability,dan portability.

    4. Melakukan tahapan analisa, berupa input ( data base ) yang dibutuhkan dan output apa

    yang dingin dihasilkan, bagaimana proses operasionalnya, penyimpanan datanya, dan

    juga bagaimana pengawasannya.

    5. Melakukan pendekatan analisis.

    6. Melakukan tahapan – tahapan desain pembangunan sistem informasi.

    7. Melakukan tahapan implementasi dari sistem informasi yang dibangun

  • 25

    8. Memahami konversi sistem, karena sering kali setelah sistem dibuat, kita terburu-buru

    mencoba sistem baru, padahal sering terjadi masalah ketika migrasi dari sistem lama ke

    sistem baru, untuk itu kita harus memahami konversi sistem sehingga hal yang tidak

    kita inginkan tidak terjadi.

    Gambar 2. Tahapan Implementasi

    2.2. Konversi Sitem Informasi

    Konversi sistem merupakan tahapan yang digunakan untuk mengoperasikan sistem

    baru dalam rangka menggantikan sistem yang lama. Tingkat kesulitan dan kompleksitas

    dalam pengkonversian dari sistem lama ke sistem baru tergantung pada sejumlah faktor. Jika

    konversi memanfaatkan perangkat lunak dengan pengaturan baru, database baru, kendali

    baru, jaringan baru dan perubahan drastis dalam prosedurnya, maka konversi menjadi agak

    sulit. Dan keberhasilan konversi sistem sangat tergantung pada seberapa jauh professional

    sistem menyiapkan penciptaan dan pengkonversian file data yang diperlukan untuk sistem

    baru. Empat metode konversi sistem terdiri atas :

    1. Konversi Langsung (Direct Conversion/Plunge Strategy)

    Konversi ini dilakukan dengan cara menghentikan sistem lama dan menggantikannya

    dengan sistem baru. Cara ini merupakan yang paling berisiko, tetapi murah. Konversi

    langsung adalah pengimplementasian sistem baru dan pemutusan jembatan sistem

    lama,sehingga apabila konversi telah dilakukan, maka tak ada cara untuk balik ke

    sistem lama. Pendekatan sesuai untuk kondisi-kondisi sebagai berikut:

  • 26

    a. Sistem tersebut tidak mengganti sistem lain.

    b. Sistem yang lama sepenuhnya tidak bernilai.

    c. Sistem yang baru bersifat kecil atau sederhana atau keduanya.

    d. Rancangan sistem baru sangat berbeda dari sistem lama, dan perbandingan antara

    sistem sistem tersebut tidak berarti.

    Keunggulan : – Relatif tidak mahal.

    Kelemahan : – Mempunyai risiko kegagalan yang tinggi

    .

    2. Konversi Paralel (Parallel Conversion)

    Setelah melalui masa tertentu, jika sistem baru telah bisa diterima untuk menggantikan

    sistem lama, maka sistem lama segera dihentikan. Cara seperti ini merupakan

    pendekatan yang paling aman, tetapi merupakan cara yang paling mahal, karena

    pemakai harus menjalankan dua sistem sekaligus. Konversi Paralel adalah suatu

    pendekatan dimana baik sistem lama dan baru beroperasi secara serentak untuk

    beberapa période waktu.

    Keunggulan :

    Memberikan derajat proteksi yang tinggi kepada organisasi dari kegagalan sistem baru.

    Kelemahan :

    Besarnya biaya untuk duplikasian fasilitas dan biaya personel yang memelihara sistem

    rangkap tersebut.

    3. Konversi Bertahap (Phased Conversion)

    Konversi bertahap dilakukan dengan menggantikan suatu bagian dari sistem lama

    dengan sistem baru. Jika terjadi sesuatu, bagian yang baru tersebut akan diganti

    kembali dengan yang lama. Jika tak terjadi masalah, modul-modul baru akan

    dipasangkan lagi untuk mengganti modul-modul lama yang lain. Dengan metode

    phased conversion, sistem baru diimplementasikan beberapa kali, dan secara perlahan

    menggantikan sistem lama. Konversi bertahap dapat menghindarkan risiko yang

    ditimbulkan oleh konversi langsung dan memberikan waktu yang banyak kepada

    pemakai untuk beradaptasi terhadap perubahan. Untuk menggunakan metode phased

    conversion, sistem harus disegmentasi.

    Keunggulan :

    Kecepatan perubahan dalam organisasi tertentu bisa diminimasi, dan sumber pemrosesan data

    dapat diperoleh sedikit demi sedikit selama période waktu yang luas.

  • 27

    Kelemahan :

    Keperluan biaya yang diadakan untuk mengembangkan interface temporer dengan sistem

    lama, daya terapnya terbatas, dan terjadi kemunduran semangat, sebab orangorang tidak

    pernah merasa menyelesaikan sistem.

    .

    4. Konversi Pilot (Pilot Conversion)

    Pendekatan ini dilakukan dengan cara menerapkan sistem baru hanya pada lokasi

    tertentu yang diperlakukan sebagai pelopor. Jika konversi ini dianggap berhasil, maka

    akan diperluas ke tempat-tempat yang lain. Ini merupakan pendekatan dengan biaya

    dan risiko yang rendah. Dengan metode Konversi Pilot, hanya sebagian dari organisasi

    yang mencoba mengembangkan sistem baru.

    Kelebihan :

    Risiko lebih kecil dibanding konversi langsung, lebih murah daripada konversi paralel,

    koreksi kesalahan dapat dilakukan sebelum implementasi.

    Kelemahan :

    Membutuhkan area dari operasi untuk uji coba.

    Gambar 2 . Metode Konversi Sistem

  • 28

    Untuk menghindari kesalahan yang umum terjadi dalam konversi sistem (sistem lama ke

    sistem baru) dalam suatu organisasi dapat dilakukan beberapa cara berikut (beserta asumsi) :

    1. Perusahaan harus mengkaji ulang visi, misi, serta tujuan yang akan dicapai serta

    mempelajari implementasi yang belum optimal

    2. Pelatihan sumber daya manusia (SDM) agar mampu menjalankan dan mengoptimalkan

    fungsi dari sistem informasi baru yang fungsi dari sistem informasi baru yang

    diterapkan.

    3. Pemimpin perusahaan harus mengetahui dan mengerti mengenai pentingnya penerapan

    sistem baru di perusahaan sehingga memberikan perhatian terhadap implementasi

    sistem baru tersebut di perusahaan.

    4. Perusahaan harus memberikan perhatian terhadap bagian pengolahan informasi,

    sehingga karir pada bagian ini jelas, hal ini dapat merangsang karyawan agar mau

    ditempatkan pada bagian tersebut.

    5. Harus menciptakan sinergisme diantara subsistem-subsistem yang mendukung

    pengoperasian sistem sehingga akan terjadi kerjasama.

    6. Perusahaan perlu menyediakan prosedur dalam mengaplikasikan sistem baru, dengan

    asumsi tidak semua SDM bersangkutan dapat cepat tanggap.

    Keberhasilan konversi sistem sangat tergantung pada seberapa jauh profesional sistem

    menyiapkan penciptaan dan pengkonversian file data yang diperlukan untuk sistem baru.

    Ada dua metode dasar yang bisa digunakan untuk menjalankan konversi file :

    1. Konversi File Total dapat digunakan bersama dengan semua metode konversi file

    sistem di atas.

    2. Konversi File Gradual (sedikit demi sedikit) terutama digunakan dengan metode paralel

    dan phase-in. Dalam beberapa contoh, ia akan bekerja untuk metode pilot. Umumnya

    konversi file gradual tidak bisa diterapkan untuk konversi sistem langsung.

    Pengalihan Sistem Informasi dari sistem yang lama ke sistem yang baru dapat berakibat fatal,

    terjadi karena :

    1. Belum siapnya sumber daya untuk mengaplikasikan sistem yang baru.

    2. sistem baru sudah terpasang, namun terdapat kesalahan prosedur dalam pelaksanaanya,

    sehingga perubahan tidak dapat terjadi. Sehingga keberadaan sistem baru justru

    mempersulit kinerja yang sudah ada.

    3. Perencanaan dan aplikasi sistem Informasi tidak memiliki arah dan tahapan yang baik.

  • 29

    4. Tidak ada komunikasi yang baik diantara vendor sebagai penyedia IT dengan

    perusahaan sebagai pengguna, sehingga sistem baru yang terbentuk menjadi tidak

    sesuai dengan kebutuhan pengguna.

    5. Perusahaan memandang perubahan teknologi merupakan hal yang harus dilakukan agar

    perusahaan tidak ketinggalan zaman. Namun sebenarnya perusahaan tidak

    membutuhkan teknologi tersebut.

    6. Level kematangan perusahaan terhadap TI masih rendah.

    7. Fenomena ini terjadi karena dengan adanya perubahan dari sistem lama ke sistem baru

    maka akan terjadi keadaan dimana karyawan menghadapi masa transisi yaitu keharusan

    menjalani adaptasi yang dapat berupa adaptasi teknikal (skill, kompetensi, proses

    kerja), kultural (perilaku, mind set, komitment) dan politikal (munculnya isu efisiensi

    karyawan/PHK, sponsorship/dukungan top management). Dengan adanya ketiga hal ini

    maka terjadi saling tuding di dalam organisasi, dimana manajemen puncak

    menyalahkan bawahan yang bertanggung jawab, konsultan, vendor bahkan terkadang

    peranti TI itu sendiri.

    Langkah-langkah yang dilakukan agar kesalahan alih sistem informasi dapat dihindari:

    1. Lihat kembali dan koreksi visi yang ingin di bangun, pelajari implementasi apa yang

    belum maksimal dan latih sumber daya manusia agar mampu mengoptimalkan peranti

    yang sudah dibeli. Hal ini hanya akan mungkin untuk dilaksanakan apabila pimpinan

    perusahaan mengetahui tentang TI/sedikit tentang TI, sehingga dia paham apa yang

    ingin dicapai perusahaannya dengan mengaplikasikan TI ini.

    2. Harus menciptakan sinergisme diantara subsistem-subsistem yang mendukung

    pengoperasian sistem sehingga akan terjadi kerjasama secara terintegrasi diantara

    subsistem-subsistem ini. Asumsi hanya akan tercapai apabila para perancang sistem ini

    mengetahui masalah-masalah informasi apa yang ada di perusahaan dan yang harus

    segera di selesaikan. Biasanya para perancang sistem ini akan mulai pada tingkat

    perusahaan, selanjutnya turun ke tingkat-tingkat sistem.

    3. Para perancang Sistem Informasi harus menyadari bagaimana rasa takut di pihak

    pegawai maupun manajer dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan proyek

    pengembangan dan sistem operasional. Manajemen perusahaan, dibantu oleh spesialis

    informasi, dapat mengurangi ketakutan ini dan dampaknya yang merugikan dengan

    mengambil empat langkah berikut :

  • 30

    a. menggunakan komputer sebagai suatu cara mencapai peningkatan pekerjaan (job

    enhancement) dengan memberikan pada komputer tugas yang berulang dan

    membosankan, serta memberikan pada pegawai tugas yang menantang kemampuan

    mereka.

    b. Menggunakan komunikasi awal untuk membuat pegawai terus menyadari maksud

    perusahaan. Pengumuman oleh pihak manajemen puncak pada awal tahap analisis

    dan penerapan dari siklus hidup sistem merupakan contoh strategi ini.

    c. Membangun hubungan kepercayaan antara pegawai, spesialisasi informasi dan

    manajemen. Hubungan tersebut tercapai dengan sikap jujur mengenai dampak-

    dampak dari sistem komputer dan dengan berpegang pada janji. Komunikasi formal

    dan penyertaan pemakai pada tim proyek mengarah pada tercapainya kepercayaan.

    d. Menyelaraskan kebutuhan pegawai dengan tujuan perusahaan. Pertama, identifikasi

    kebutuhan pegawai, kemudian memotivasi pegawai dengan menunjukkan pada

    mereka bahwa bekerja menuju tujuan perusahaan juga membantu mereka memenuhi

    kebutuhan mereka.

    2.3. Kendala Implementasi Konversi Sistem Informasi

    Konversi sistem informasi yang lama menjadi sistem informasi baru bisa berhasil dan

    juga bisa gagal. Hal itu dipengaruhi oleh stakeholder yang terlibat dalam pembuatan dan

    implementasi sistem informasi tersebut. Kegagalan yang terjadi dalam pengalihan sistem

    informasi dari sistem yang lama ke sistem yang baru dapat berakibat fatal, terjadi karena:

    1. Belum siapnya sumber daya untuk mengaplikasikan sistem yang baru.

    2. Sistem baru sudah terpasang, namun terdapat kesalahan prosedur dalam pelaksanaanya,

    sehingga perubahan tidak dapat terjadi. Sehingga keberadaan sistem baru justru

    mempersulit kinerja yang sudah ada.

    3. Perencanaan dan aplikasi sistem Informasi tidak memiliki arah dan tahapan yang baik.

    4. Tidak ada komunikasi yang baik di antara vendor sebagai penyedia TI dengan

    perusahaan sebagai pengguna, sehingga sistem baru yang terbentuk menjadi tidak

    sesuai dengan kebutuhan pengguna.

    5. Perusahaan memandang perubahan teknologi merupakan hal yang harus dilakukan agar

    perusahaan tidak ketinggalan zaman. Namun sebenarnya perusahaan tidak

    membutuhkan teknologi tersebut.

    6. Level kematangan perusahaan terhadap TI masih rendah.

  • 31

    7. Fenomena ini terjadi karena dengan adanya perubahan dari sistem lama ke sistem baru

    maka akan terjadi keadaan dimana karyawan menghadapi masa transisi yaitu keharusan

    menjalani adaptasi yang dapat berupa adaptasi teknikal (skill, kompetensi, proses

    kerja), kultural (perilaku, mind set, komitmen) dan politikal (munculnya isu efisiensi

    karyawan/PHK,sponsorship/dukungan top management). Dengan adanya ketiga hal ini

    maka terjadi saling tuding di dalam organisasi, dimana manajemen puncak

    menyalahkan bawahan yang bertanggung jawab, konsultan, vendor bahkan terkadang

    peranti TI itu sendiri.

    Langkah-langkah preventif yang dilakukan agar kesalahan alih sistem informasi dapat

    dihindari:

    1. Lihat kembali dan koreksi visi yang ingin di bangun, pelajari implementasi apa yang

    belum maksimal dan latih sumber daya manusia agar mampu mengoptimalkan peranti

    yang sudah dibeli. Hal ini hanya akan mungkin untuk dilaksanakan apabila pimpinan

    perusahaan mengetahui tentang TI/sedikit tentang TI, sehingga dia paham apa yang

    ingin dicapai perusahaannya dengan mengaplikasikan TI ini.

    2. Harus menciptakan sinergisme diantara subsistem-subsistem yang mendukung

    pengoperasian sistem sehingga akan terjadi kerjasama secara terintegrasi diantara

    subsistem-subsistem ini. Asumsi hanya akan tercapai apabila para perancang sistem ini

    mengetahui masalah-masalah informasi apa yang ada di perusahaan dan yang harus

    segera di selesaikan. Biasanya para perancang sistem ini akan mulai pada tingkat

    perusahaan, selanjutnya turun ke tingkat-tingkat sistem.

    3. Para perancang Sistem Informasi harus menyadari bagaimana rasa takut di pihak

    pegawai maupun manajer dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan proyek

    pengembangan dan sistem operasional. Manajemen perusahaan, dibantu oleh spesialis

    informasi, dapat mengurangi ketakutan ini dan dampaknya yang merugikan dengan

    mengambil empat langkah berikut :

    4. Menggunakan komputer sebagai suatu cara mencapai peningkatan pekerjaan (job

    enhancement) dengan memberikan pada komputer tugas yang berulang dan

    membosankan, serta memberikan pada pegawai tugas yang menantang kemampuan

    mereka.

    5. Menggunakan komunikasi awal untuk membuat pegawai terus menyadari maksud

    perusahaan. Pengumuman oleh pihak manajemen puncak pada awal tahap analisis dan

    penerapan dari siklus hidup sistem merupakan contoh strategi ini.

  • 32

    6. Membangun hubungan kepercayaan antara pegawai, spesialisasi informasi dan

    manajemen. Hubungan tersebut tercapai dengan sikap jujur mengenai dampak-dampak

    dari sistem komputer dan dengan berpegang pada janji. Komunikasi formal dan

    penyertaan pemakai pada tim proyek mengarah pada tercapainya kepercayaan.

    7. Menyelaraskan kebutuhan pegawai dengan tujuan perusahaan. Pertama, identifikasi

    kebutuhan pegawai, kemudian memotivasi pegawai dengan menunjukkan pada mereka

    bahwa bekerja menuju tujuan perusahaan juga membantu mereka memenuhi kebutuhan

    mereka.

  • 33

    BAB IV

    PENUTUP

    4.1. Kesimpulan

    Tahap implementasi pada sebuah sistem informasi merupakan tahap di mana sistem

    yang telah dirancang pada tahap sebelumnya diterapkan, baik berupa perangkat keras maupun

    perangkat lunak yang digunakan. Dengan penerapan sistem yang dirancang, hasilnya dapat

    dioperasikan dan digunakan secara optimal sesuai kebutuhan. Pada saat sistem memerlukan

    pengembangan atau perbaikan maka muncul tahap konversi sistem yang baru menggantikan

    sistem yang lama. Tahap konversi sistem bersifat urgen di mana walaupun sistem telah

    didesain dan digunakan dengan baik, kesuksesan sistem informasi tergantung dari seberapa

    baik konversi sistem yang dilakukan.

    Dalam pemilihan pendekatan konversi implementasi sistem informasi manajemen,

    harus menentukan sendiri strategi konversi yang mana yang cocok diterapkan pada

    perusahaan, karena setiap perusahaan adalah unik dan memiliki kemampuan dan keterbatasan

    yang tidak sama. Strategi mengurangi resiko kegagalan yang terjadi saat pengalihan atau

    konversi sistem yang dapat dilakukan yaitu: Konversi Langsung (Direct Conversion/Plunge

    Strategy), Konversi Paralel (Parallel Conversion), Konversi Bertahap (Phased Conversion),

    Konversi Pilot (Pilot Conversion).

    4.2. Saran

    Keputusan untuk memilih metode konversi sistem itu sendiri dipengaruhi oleh

    manajemen perusahaan dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari metode

    konversi serta resiko yang mungkin timbul dari penerapan metode konversi sistem. Faktor

    efisiensi biaya dan efektivitas waktu dalam proses konversi sistem tentu tetap menjadi

    pertimbangan utama untuk optimalisasi benefit perusahaan baik jangka pendek maupun

    jangka panjang.

  • 34

    DAFTAR PUSTAKA

    O’Brien, J. 2005. Pengantar Sistem Informasi: Perspektif Bisnis dan Manajerial. Penerbit

    Salemba Empat, Jakarta.

    Sudono, A.S. 2010. Penyebab Kegagalan IT Project. http://itkelinik.com/?p=113. [23

    November 2010]

    http://raifertilini.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2010/07/14/konversi-sistem-informasi/yang diakses

    2 Februari 2017.

    http://sasmoyo.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2010/07/21/no-2-kesalahan-kesalahan-yang-

    mungkin-terjadi-saat-pengalihan-atau-konversi-suatu-sistem-lama-ke-sistem-baru-dan-cara-

    cara-penkonversian-sistem-dengan-berbagai-asumsi-agar-tidak-terjadi-kesalahan/ yang

    diakses 2 Februari 2017.

    http://raifertilini.blogstudent.mb.ipb.ac.id/2010/07/14/konversi-sistem-informasi/yang