30
TUGAS : FILSAFAT ILMU DOSEN : DR. SURYO EDIYONO, M. Hum FAKTOR RISIKO HIPERTENSI TERHADAP PENYAKIT JANTUNG KORONER TINJAUAN FILSAFAT ILMU (LANDASAN ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI) OLEH : Achmad Randi C11110260 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

Tugas makalah Filsafat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Filsafat

Citation preview

TUGAS : FILSAFAT ILMU

DOSEN : DR. SURYO EDIYONO, M. Hum

FAKTOR RISIKO HIPERTENSI TERHADAP PENYAKIT JANTUNG KORONER

TINJAUAN FILSAFAT ILMU

(LANDASAN ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI)

OLEH :

Achmad Randi

C11110260

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2011

A. LATAR BELAKANG

Penyakit jantung koroner ( PJK ) merupakan problema kesehatan utama di negara

maju. Di Indonesia telah terjadi pergeseran kejadian Penyakit Jantung dan pembuluh

darah dari urutan ke-l0 tahun 1980 menjadi urutan ke-8 tahun 1986. Sedangkan penyebab

kematian tetap menduduki peringkat ke-3. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya

Penyakit Jantung Koroner sehingga usaha pencegahan harus bentuk multifaktorial juga.

Pencegahan harus diusahakan sedapat mungkin dengan cara pengendalian faktor faktor

resiko PJK dan merupakan hal yang cukup penting dalam usaha pencegahan PJK, baik

primer maupun sekunder. Pencegahan primer lebih ditujukan pada mereka yang sehat

tetapi mempunyai resiko tinggi, sedangkan sekunder merupakan upaya memburuknya

penyakit yang secara klinis telah diderita. Berbagai Penelitian telah dilakukan selama 50

tahun lebih dimana didapatlah variasi insidens PJK yang berbeda pada geografis dan

keadaan sosial tertentu yang makin meningkat sejak tahun 1930 dan mulai tahun 1960

merupakan Penyebab Kematian utama di negara Industri. Mengapa didapatkan variasi

insidens yang berbeda saat itu belum diketahui dengan pasti, akan tetapi didapatkan jelas

terjadi pada keadaan keadaan tertentu. Penelitian epidemiologis akhirnya mendapatkan

hubungan yang jelas antara kematian dengan pengaruh keadaan sosial, kebiasaan

merokok, pola diet, exercise, dsb yang dapat dibuktikan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi terjadinya PJK antara lain: umur, kelamin ras, geografis, keadaan sosial,

perubahan masa, kolesterol, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, exercise, diet,

perilaku dan kebiasaan lainnya, stress serta keturunan.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah hipertensi merupakan salah

satu faktor risiko yang dapat menjadi penyebab penyakit jantung koroner.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hipertensi sebagai faktor risiko

dari penderita penyakit jantung koroner.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengelompokkan faktor-faktor risiko tersebut

kedalam major risk factor dan minor risk factor penyakit jantung koroner.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor risiko

penyebab penyakit jantung koroner.

2. Sebagai informasi tambahan untuk menurunkan angka kejadian penyakit jantung koroner

E. TINJAUAN FILSAFAT

Ditinjau dari segi filsafat ilmu. Terdapat tiga landasan filsafat yang digunakan untuk

meninjau suatu ilmu, yakni landasan ontologi, epistemologi dan aksiologi (Suryo, 2010).

1. Landasan Ontologi

Landasan ontologi dari ilmu pengetahaun adalah analisis tentang objek materi dari ilmu

pengetahuan yang mengkaji realitas sebagaimana adanya. Objek materi tersebut adalah hal-hal

atau benda-benda empiris (Suryo, 2010). Pada penelitian kali ini, peneliti akan menganalisa

hipertensi sebagai faktor risiko penyebab penyakit jantung koroner

a. Hipertensi

Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan salah satu faktor

risiko terjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan stroke sehingga memerlukan penanganan

yang cepat dan cepat. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia

menunjukan 1,8 - 18,6% penduduk yang berusia 20 tahun adalah penderita hipertensi.

DEFINISI HIPERTENSI

Suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal

yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas).

Penulisan tekanan darah (contoh: 130/85 mmHg) didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut

jantung:

1. Sistolik (nilai yang lebih tinggi : 130) menunjukan fase darah yang sedang

dipompa oleh jantung.

2. Diastolik (nilai yang lebih rendah : 85) menunjukkan fase darah yang kembali ke

jantung.

Menurut WHO batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85

mmHg. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua bagian:

1. Hipertensi essensial/primer. Jenis hipertensi yang penyebabnya masih belum dapat

diketahui. Sekitar 90% penderita hipertensi menderita jenis hipertensi ini. Oleh

karena itu, penelitian dan pengobatan lebih banyak ditujukan bagi penderita

hipertensi essensial ini.

2. Hipertensi sekunder. Jenis hipertensi yang menjadi penyebabnya dapat diketahui,

antara lain kelainan pada pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid, atau

penyekit kelenjar adrenal.

Faktor risiko terjadinya hipertensi, adalah antara lain:

1. Obesitas (Kegemukan).

Merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum diketahui secara pasti

hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan

sirkulasi volume darah penderita obesitasobesitas dengan hipertensi lebih tinggi daripada

penderita hipertensi dengan berat badan normal.

2. Stres.

Diduga melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas).

Peningkatan aktivitas saraf simpatis mengakibatkan meningkatnya tekanan darah secara

intermitten (tidak menentu).

3. Faktor Keturunan (Genetik).

Apabila riwayat hipertensi didapat pada keuda orang tua, maka dugaan Hipertensi

essensial akan sangat besar. Demikian pula dengan kembar monozigot (satu sel telur)

apabila salah satunya adalah penderita hipertensi.

4. Jenis Kelamin (Gender).

Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita Hipertensi daripada wanita.

Hipertensi berdasarkan gender ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor psikologis. Pada

wanita seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan),

depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih berhubungan dengan

pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran.

5. Usia.

Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juiga

semakin besar.

6. Asupan garam.

Melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah yang akan diikuti

oleh peningkatan eksresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik

(sistem pendarahan) yang normal. Pada hipertensi essensial mekanisme inilah yang

terganggu.

7. Gaya hidup yang kurang sehat.

Walaupun tidak terlalu jelas hubungannya dengan hipertensi namun kebiasaan merokok,

minum minuman beralkohol dan kurang olahraga dapat pula mempenegaruhi

peningkatan tekanan darah. Nursis/pkm/03062

Adapun gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa:

ƒ Pusing

ƒ Mudah marah

ƒ Telinga berdengung

ƒ Sukar tidur

ƒ Sesak nafas

ƒ Rasa berat di tengkuk

ƒ Mudah lelah

ƒ Mata berkunang-kunang

ƒ Mimisan (jarang dilaporkan)

PENATALAKSANAAN FAKTOR RISIKO

Penanganan/pengobatan Hipertensi

Pengobatan Non-farmakologis.Terkadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga

pengobatan farmakologis tidak diperlukan, atau minimal ditunda.

Pengobatan Farmakologi. Pengobatan dengan menggunakan obat-obatan kimiawi.

Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan secara non farmakologis, antara

lain:

1. Mengatasi Obesitas.

Dengan melakukan diet rendah kolesterol, namun kaya dengan serat dan protein.

Dianjurkan pula minum suplemen potassium dan kalsium. Minyak ikan yang kaya

dengan asam lemak omega 3 juga dianjurkan. Diskusikan dengan dokter ahli/ahli gizi

sebelum melakukan diet.

2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.

Harus memperhatikan kebiasaan makan penderita hipertensi. Pengurangan asupan garam

secara drastis akan sulit dilaksanakan, jadi sebaiknya dilakukan secara bertahap dan tidak

dipakai sebagai pengobatan tunggal.

3. Menghindari stress.

Ciptakan suasana yang menenangkan bagi pasien penderita hipertensi. Perkenalkan

berbagai metode relaksasi seperti yoga atau meditasi, yang dapat mengontrol sistem saraf

yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat.

Anjurkan kepada pasien penderita hipertensi untuk melakukan olahraga seperti senam

aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. Selain itu

menghentikan kebiasaan merokok dan mengurangi minum minuman beralkohol

sebaiknya juga dilakukan.

5. Pengobatan tradisional

• juice mentimun

• juice mengkudu

• juice belimbing

• air rebusan daun alpukat

• daun seledri

6. Hal-hal yang perlu diperhatikan :

• hipertensi bisa timbul gejala ataupun tidak timbul gejala

• terapi bukan untuk menyembuhkan tetapi untuk mengontrol hipertensi

• kontrol dengan teratur dapat menunjukkan perbaikan dan hidup yang normal

• jika tidak kontrol dapat terjadi komplikasi seperti diatas

• minum obat secara teratur sesuai dosis, tidak boleh dipakai secara terus menerus &

hentikan sesuai anjuran medis

• dilarang menambah dosis sendiri tanpa kontrol

• pada pengobatan jangka panjang, makan makanan tinggi potasium seperti: sayuran

hijau dan jeruk citrun

B. Penyakit jantung koroner

Suatu usaha dilakukan untuk meninjau hubungan antara penyakit arteri koroner (CAD)

dan faktor risiko. Faktor risiko utama untuk CAD adalah disfungsi endotel, termasuk hipertensi,

diabetes, obesitas, dislipidemia, peningkatan resistensi insulin, dan

hyperhomocysteinemia. Faktor-faktor lain seperti genetik, konstitusional, gender lingkungan,,

etnis, dukungan sosial, meningkatkan asupan lemak dan kalori, penurunan aktivitas fisik dan

perubahan terkait (penanda inflamasi meningkat, dislipidemia, resistensi insulin, disfungsi

endotel dan stres oksidatif) juga berhubungan denganpeningkatan risiko untuk CAD pada

lansia. Penekanan khusus diberikan kepada faktor-faktor seperti, psikososial, gaya hidup,

lingkungan, genetik, imunologi, spesies radikal bebas, jenis kelamin, menopause, anemia,

komorbiditas, hipertensi, aterosklerosis, diabetes, penyakit ginjal, penyakit paru, efek samping

obat terapeutik dan radiasi.

Faktor Risiko Penyakit Arteri Koroner 

1. Faktor psikososial: 

Bunga di link antara faktor psikososial dan CAD baru-baru ini meningkat. Sastra laporan

mengidentifikasi sejumlah faktor psikososial termasuk stres kronis, status sosial ekonomi,

depresi, ciri-ciri kepribadian, dukungan sosial dan status imigran yang memiliki link dengan

CAD. 

1.1. Stres kronis Hidup 

Tegangan kehidupan kronis termasuk stres kerja, ketegangan kerja, dan

ketidakseimbangan upaya-hadiah, perkawinan dan stres domestik. Stres kerja cenderung lebih

besar pada individu status sosial ekonomi rendah, dan juga terkait dengan dukungan sosial

rendah, konvensional faktor risiko kardiovaskular, pendidikan kurang dan sifat-sifat psikologis

tertentu. kontrol pekerjaan rendah lebih sering terjadi pada kelompok yang lebih rendah status

sosial ekonomi, dan sekitar setengah dari gradien sosial terbalik dalam insiden CAD disebabkan

untuk mengendalikan rendah di tempat kerja . Studi di Finlandia, Jerman dan Inggris telah

menunjukkan bahwa Ayub strain dan ketidakseimbangan upaya-hadiah telah dikaitkan dengan

perkembangan yang lebih cepat dan risiko aterosklerosis karotid CAD stres Perkawinan

memprediksi gejala depresi pada wanita dan wanita dengan CAD didirikan yang melaporkan

tinggi stres perkawinan memiliki prognosis yang lebih buruk. 

1.2. Status Sosial Ekonomi 

Didirikan bukti menunjukkan bahwa status sosial ekonomi yang rendah dikaitkan dengan

hasil kesehatan yang merugikan. status sosial ekonomi yang rendah juga merupakan faktor risiko

yang dibuat untuk pengembangan CAD. Horne dkk, menemukan status sosial ekonomi rendah,

termasuk status ekonomi perumahan dan status ekonomi,. Memprediksi peningkatan risiko

kematian / infark miokard pada populasi besar pasien dengan signifikan, CAD angiographically

yang ditetapkan pada awal. Studi-studi ini mendukung gagasan bahwa morbiditas terkait status

sosial ekonomi dan mortalitas melibatkan kombinasi kompleks faktor (misalnya, ekonomi, status

pendidikan, psikologis, sosial dan juga perumahan). Pembelajaran lebih lanjut mengenai risiko

yang berhubungan dengan status tinggal dijamin, sebagaimana studi status sosial ekonomi dalam

kohort sekunder-pencegahan dan dengan intervensi pencegahan. 

1.3. Depresi 

 Depresi dan penyakit jantung koroner mungkin berhubungan dengan beberapa cara:

terdapat bukti epidemiologis bahwa tingkat gejala depresi pada pasien laki-laki dan perempuan

yang berhubungan dengan peningkatan risiko infark miokard dan kematian lebih tinggi setelah

terjadinya peristiwa jantung akut. Lebih lanjut, pasien mengembangkan depresi setelah infark

miokard memiliki komplikasi lebih lanjut, termasuk aritmia jantung. Pada pasien dengan

penyakit kronis depresi jantung koroner juga menghasilkan status fungsional buruk jantung

dengan nyeri dada yang lebih sering dan parah, lebih keterbatasan fisik, kepuasan perlakuan

yang kurang dan kualitas hidup yang dianggap rendah. Ketidakpatuhan terhadap terapi obat juga

lebih menonjol pada pasien jantung tertekan.  Mekanisme patofisiologis yang mungkin

menyebabkan komplikasi lebih sering penyakit jantung koroner pada pasien dengan depresi tidak

sepenuhnya dijelaskan, tapi sebagian bisa disebabkan stimulasi sympatho-adrenergik lebih tinggi

dan meningkatkan agregasi trombosit.

Dalam studi mengenai peranan faktor psikososial yang mendesak waktu / ketidaksabaran,

prestasi berjuang / daya saing, permusuhan, depresi, dan kecemasan atas risiko jangka panjang

hipertensi, Yan et al,. menemukan urgensi waktu / ketidaksabaran dan permusuhan yang terkait

dengan peningkatan dosis-respon dalam risiko jangka panjang hipertensi pada orang dewasa

muda. 

1.4. Personality Traits 

Laporan Sastra telah berfokus bahwa permusuhan dan kemarahan adalah faktor risiko

potensial untuk penyakit jantung termasuk CAD. Namun, efek pengganggu gender, etnis,

dukungan sosial, meningkatkan asupan lemak dan kalori, penurunan aktivitas fisik, dan alkohol

dan tembakau melemahkan hubungan. 

1.5. Dukungan Sosial 

Di Inggris, 16% pria dan 11% dari wanita melaporkan kurangnya parah sosial 

dukungan. dukungan sosial rendah menyebabkan tekanan psikologis yang lebih besar. Dampak

merugikan dari peristiwa hidup stres dapat terbantu dengan dukungan sosial; sosial orang

terisolasi mungkin mengalami stres ditambah. 

1.6. Kegemukan 

Obesitas secara luas diakui sebagai faktor risiko untuk CAD. Sastra laporan menunjukkan

bahwa hal itu dapat menjadi faktor risiko hanya jika disertai oleh hipertensi, hiperlipidemia,

toleransi glukosa, dll Dalam sebuah survei yang dilakukan pada kelompok yang relatif homogen

dari 527 subyek Konkani, Mooteri et al., menunjukkan prevalensi tinggi CAD meskipun

kurangnya obesitas yang signifikan. 

1.7. Merokok 

Merokok merupakan faktor risiko yang diketahui untuk CAD dan kematian jantung

mendadak (SCD). Sastra laporan menunjukkan hubungan merokok dengan ketinggian IL-2 dan

tingkat serum sP-selectin pada pasien dengan stabil CAD. merokok saat ini merupakan prediktor

independen yang kuat risiko SCD pada pasien dengan CAD.Pasien yang berhenti merokok

mengalami penurunan yang signifikan dalam risiko SCD. Namun, efek merokok terus dan

berhenti merokok risiko SCD pada pasien dengan CAD didirikan dikenakan kontroversi. Wang

et al., melaporkan prevalensi tinggi kelebihan berat badan dan / atau pasien merokok dengan

penyakit jantung koroner di Cina pedesaan. Merokok juga ditemukan menjadi faktor risiko yang

paling signifikan independen untuk penyakit arteri tungkai bawah, berhubungan dengan

klaudikasio dan amputasi. Namun demikian, survei yang dilakukan dalam kelompok yang relatif

homogen dari 527 subyek Konkani mengungkapkan prevalensi tinggi dari CAD meskipun

kurangnya merokok. Kaamotho et al., juga ditemukan prevalensi rendah merokok dalam studi

pada faktor-faktor risiko untuk CAD. 

2. Faktor Lingkungan 

  Polusi udara - lain abad ke-20 "asap besar" - layak dipertimbangkan sebagai penyebab

2. Auto knalpot selimut kota-kota di dunia. Ini terdiri dari asap dan limbah lainnya dari

penguapan minyak bumi dan pembakaran yang berasal dari crankcases dan pipa gas buang truk

dan mobil. Auto gas buang sesuai timeline, dan jumlah mereka yang semakin meningkat di

seluruh dunia paralel kenaikan pada penyakit jantung koroner. Peningkatan dosis bahan kimia ini

meniru asap rokok dan merangsang peradangan di paru-paru. Mereka tampaknya diserap ke

dalam darah, dimana mereka menyebabkan peradangan pada pembuluh darah, peningkatan

tekanan darah, dan arteri koroner tersumbat. 

3. Faktor genetik 

CAD adalah gangguan, kompleks multifaktorial dimana interaksi antara pengaruh genetik

dan berbagai lingkungan memainkan peranan penting. penelitian genetik epidemiologi

menunjukkan bahwa polimorfisme gen, termasuk mereka yang berada di gen angiotensin-

converting enzim dan paraoxonase meningkatkan risiko untuk CAD pada individu dengan

diabetes tipe 2 . Polimorfisme dalam gen untuk faktor pertumbuhan insulin-seperti-aku dan

lipase lipoprotein telah ditunjukkan untuk meningkatkan risiko baik CAD dan diabetes tipe 2. 

Ada cacat genetik tertentu yang mempengaruhi aktivitas beberapa enzim (cystathionin β-sintase,

methyltransferase dan 5, reduktase 10 methylenetetrahydrofolate) yang dapat mengakibatkan

homocystinuria. Heterosigositas kekurangan atas cystathionin β-sintase diketahui dihubungkan

dengan arthrosclerosis dan penyakit trombotik termasuk CAD.  Lokus gen Adiponektin, 3q27

kromosom, adalah situs kandidat untuk CAD. Adiponektin I164T mutasi dikaitkan dengan

sindrom metabolik dan penyakit arteri koroner. I164T Mutasi pada gen adiponektin dilaporkan

menjadi latar belakang genetik umum yang terkait dengan sindrom metabolik dan CAD dalam

populasi Jepang [24]  The Von Willebrand factor (vWF) dapat kausal berhubungan dengan

penyakit jantung koroner atau hanya menjadi penanda kerusakan endotel. Alel G dari -1793 /

polimorfisme promotor C G pada gen vWF telah dikaitkan dengan tingkat plasma yang lebih

tinggi vWF. Van der Meer et al., menemukan hubungan yang jelas tentang alel G dari

polimorfisme -1793 / C G pada gen vWF dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner. 

4. Faktor imunologi 

Banyak data literatur menunjukkan adanya hubungan antara lokal dan sistemik aktivasi

inflamasi / kekebalan tubuh dan patogenesis aterosklerosis. Dalam kondisi aterosklerotik aktivasi

dapat dimodifikasi oleh beberapa faktor yang memberi efek merusak pada dinding pembuluh

darah.

Peradangan dan rekrutmen monosit ke dalam dinding arteri dianggap aspek penting dalam

inisiasi dan progresi aterosklerosis. Ada peningkatan IL-6 atau sVCAM-1 dalam progresi

aterosklerosis dan konsekuensi klinis termasuk CAD. Merokok diketahui mempengaruhi

sejumlah penanda inflamasi pada pasien CAD. Merokok-induced disfungsi endotel dapat

mengakibatkan elevasi IL-2 dan tingkat sP-selektin serum dan aktivasi inflamasi akibat dalam

dinding pembuluh darah dimediasi oleh sitokin dan molekul adhesi. Ketinggian IL-2 dan tingkat

serum sP-selectin disebabkan oleh rokok merokok ditemukan terkait dengan CAD stabil. CAD

pasien yang belum pernah merokok ditandai dengan timbulnya tertunda angina dan peningkatan

sTNFR 2 konsentrasi. Cesari et al., menyarankan peran penting untuk IL-6 dan TNF-alpha di

klinik seperti CAD sub-klinis. Mereka menemukan CRP protein C-reaktif memiliki hubungan

lemah dengan CAD dari sitokin pada pria yang lebih tua dan wanita.

5. Spesies Peran Radikal Bebas 

Low density lipoprotein (LDL) oxidatively diubah oleh sel endotel dan makrofag pada

dinding arteri. Oxidatively diubah LDL (Ox-LDL) dikenal untuk terlibat dalam inisiasi dan

pengembangan lesi ateroskleroti. Penyerapan Lembu LDL oleh makrofag dan sel otot polos

mengarah pada pembentukan sel busa yang mengakumulasi tetesan lipi. Pameran Ox-LDL

aktivitas beberapa sel biologis, yaitu, meningkatkan interaksi antara leukosit dan sel-sel endotel,

menghambat migrasi sel endotel, menginduksi sekresi endotelin dari sel endotel dan makrofag,

dan menginduksi apoptosis pada sel-sel otot polos vaskuler. Dalam penelitian terbaru, Zhang et

al., menemukan peningkatan tingkat sirkulasi Lembu LDL menjadi faktor risiko yang signifikan

untuk CAD. 

Ketidakseimbangan antara kerusakan oksidatif dan perlindungan antioksidan dalam

hubungannya dengan patofisiologi aterosklerosis telah disarankan untuk menyebabkan

CAD. Pada pasien dengan CAD, eritrosit dan glutathione peroksidase Glutathione secara

signifikan lebih rendah dari yang ditemukan di kontrol. Pasien dengan CAD dilaporkan telah

malondialdehid tinggi dan rendah kadar plasma total tiol protein daripada kontrol, yang

merupakan produk kerusakan oksidatif lipid dan protein. 

6. Gender 

Studi pada kehamilan hipertensi dan faktor risiko konvensional pada wanita <66 tahun,

mengungkapkan diabetes, hipertensi, hiperkolesterolemia, usia lanjut, merokok, dan pre-

eklampsia merupakan faktor resiko independen untuk CAD berikutnya pada wanita. Sementara,

Kamotho et al., menyarankan diabetes melitus, hipertensi, dislipidemia, usia jenis kelamin laki-

laki, sebagai faktor risiko yang signifikan untuk CAD. Penyakit kardiovaskular terus menjadi

penyebab utama kematian pada wanita di atas usia 50 di Amerika Serikat. Perbedaan signifikan

ada antara laki-laki dan perempuan dalam insiden, prevalensi, dan hasil pengobatan penyakit

kardiovaskuler, terutama CAD. Fitur penyajian CAD dapat bervariasi antara laki-laki dan

perempuan, dan evaluasi diagnostik gejala tersebut mungkin berbeda hanya berdasarkan

gender. Namun, Dalam studi otopsi cross-sectional dari keterlibatan permukaan arteri dengan

aterosklerosis antara Greenland, tidak ada perbedaan yang signifikan antara perempuan dan laki-

laki yang ditemukan di salah satu faktor risiko atau prevalensi dan luasnya aterosklerosis pada

aorta dan di arteri koroner.

7. Menopause

Menopause adalah fase fisiologis kehidupan seorang wanita, karena perubahan status

hormonal mereka. gejala pemilih mungkin terkait dengan perubahan dalam metabolisme

bersama dengan baru faktor risiko kardiovaskular, terutama agresif untuk sistem kardiovaskular

wanita, tidak siap karena perlindungan karena masa subur.Perubahan profil lipid, obesitas,

hipertensi intoleransi, glukosa dan diabetes mellitus mungkin ikut campur sebagai faktor risiko

berat. Penyakit jantung itu merupakan penyebab paling sering mortalitas dan morbiditas juga

dalam jenis kelamin perempuan lebih dari kanker, baik di Amerika Serikat seperti di

Eropa. Risiko yang terkait dengan pasca-menopause terutama disebabkan oleh gangguan

mendadak estrogen, yang memiliki efek protektif tidak langsung pada lipid, metabolisme

glycidic dan efek langsung pada fungsi kapal. 

8. Anemia 

Pada hewan, eksperimen diinduksi CAD signifikan menghambat respon hemodinamik

kehilangan darah bedah; bukti yang bersifat anekdot pada manusia membenarkan temuan

ini. respon Erythropoietic kehilangan darah bedah mungkin juga tumpul pada pasien dengan

CAD. Terlepas dari apakah anemia adalah hasil dari suatu kondisi yang sudah ada atau

kehilangan darah bedah, kehadirannya memburuk hasil pada pasien dengan CAD yang menjalani

operasi jantung. Kombinasi dari penyakit arteri koroner dan anemia telah mengakibatkan infark

miokard akut juga. Akhirnya, anemia setelah operasi noncardiac dikaitkan dengan peningkatan

risiko iskemi miokard, berpotensi menciptakan siklus di mana darah kerugian dan iskemia

miokard memperburuk satu sama lain. 

9. Komorbiditas 

Sebagai penduduk usia, dokter semakin dibutuhkan untuk membuat keputusan tentang

pasien dengan penyakit co-ada beberapa (komorbiditas). Banyak uji coba terapi CAD telah

dikeluarkan pasien dengan komorbiditas yang signifikan, seperti bahwa ada data terbatas untuk

membimbing pengelolaan pasien. Komorbiditas penyakit sangat terkait dengan kelangsungan

hidup jangka panjang pada pasien dengan CAD. 

9.1. Hipertensi 

Hipertensi mungkin terkait dengan indeks massa tubuh meningkat, dengan resistensi

insulin, retensi natrium, viskositas darah meningkat dan defisiensi estrogen dengan peningkatan

proliferasi sel otot halus yang menentukan peningkatan resistensi pembuluh darah sistemik. Ini

adalah penyakit kardiovaskuler umum dan dianggap sebagai faktor risiko yang paling signifikan

dalam pengembangan stroke, gagal jantung kongestif, insufisiensi ginjal, lesi arteri pada

umumnya, penyakit jantung koroner dan infark miokard. Hipertensi adalah umum di antara

orang gemuk dan berhubungan dengan kebiasaan merokok dan minum alkohol Haukkamaa et

al., menemukan kehamilan hipertensi menjadi faktor risiko independen untuk CAD di kalangan

wanita muda. 

Meskipun studi cross-sectional telah melaporkan sejumlah asosiasi hipertensi,

hiperkolesterolemia, diabetes, merokok, dan / atau obesitas dengan kehadiran CAD, korelasi dari

faktor-faktor risiko untuk infark miokard dengan tingkat atau perkembangan CAD telah kurang

konsisten. Namun demikian, faktor-faktor risiko yang umumnya diasumsikan faktor utama tidak

hanya infark miokard, tetapi tingkat CAD juga. Pada analisis regresi berganda, tidak satupun dari

faktor-faktor risiko yang dikaitkan dengan derajat CAD. Tiga variabel lain (umur, high-density

lipoprotein-kolesterol dan testosteron bebas, sering menunjukkan sebuah asosiasi independen

dengan derajat CAD. Ini mungkin variabel prediktor kuat derajat CAD daripada tekanan darah,

kolesterol, diabetes, merokok, dan massa tubuh index.

Baweja et al., menemukan CAD secara bermakna berhubungan dengan stroke, hipertensi

sistemik, diabetes mellitus, stadium akhir penyakit ginjal, dan riwayat keluarga stroke dan

miokard infark. Kejadian peningkatan kejadian kardiovaskular yang merugikan pada pasien

dengan sklerosis aorta berhubungan dengan CAD dan peradangan, bukan akibat efek dari

penyakit jantung valvular per se.

9.2. Aterosklerosis 

Aterosklerosis, ditandai dengan plak kolesterol-sarat, hampir universal dalam masyarakat

barat, dengan keterlibatan luas arteri koroner, carotid dan utama dari kaki. Apakah dicitrakan

langsung oleh USG karotis atau dideteksi dengan mengurangi tekanan darah pergelangan kaki,

gejala intermittent claudication di kaki, atau penyakit jantung koroner tampak secara klinis,

aterosklerosis pada arteri utama adalah konsisten dikaitkan pada populasi umum dengan

peningkatan kadar kolesterol plasma, merokok dan diabetes juga kontributor utama

aterosklerosis. 

9.3. Diabetes 

Di antara faktor risiko untuk CAD, diabetes mellitus merupakan penyumbang utama,

tidak hanya dalam pengembangan CAD, tetapi juga untuk hasil berbagai manifestasi

penyakit. Bahkan, peningkatan kadar glukosa darah, bahkan di bawah tingkat diabetes didirikan,

melayani sebagai prediktor peningkatan risiko. Meskipun perbaikan dalam pengelolaan pasien

dengan sindrom koroner stabil, CAD stabil masih dikaitkan dengan kematian meningkat secara

substansial dan morbiditas pada pasien diabetes. Semua komplikasi kecuali untuk CAD lebih

sering pada pria dengan diabetes mellitus tipe 1. Faktor risiko yang berhubungan dengan semua

komplikasi diabetes kronis adalah durasi diabetes dan hipertensi arteri. Umur, kelainan lipid,

merokok dan konsumsi alkohol, riwayat keluarga dikaitkan dengan berbagai tingkat tipe 1

diabetes mellitus komplikasi. Pada pasien dengan microangiopathy, neuropati dan CAD

komponen berikut ditemukan sindrom metabolik: obesitas, hipertensi, dislipidemia menyiratkan

kontribusi resistensi insulin untuk patogenesis komplikasi ini.

Resistensi insulin memainkan peran penting sebagai faktor risiko utama dari CAD.Ada

banyak konsekuensi metabolik resistensi insulin dan kondisi yang dikaitkan dengan negara

insulin resisten. Patologi yang paling jelas berhubungan dengan resistensi insulin diabetes

mellitus tipe 2, tapi manifestasi lain meliputi hipertensi, obesitas sentral, negara hiperkoagulasi,

dan dislipidemia. The dislipidemia aterogenik yang terkait dengan negara insulin resisten

ditandai dengan hipertrigliseridemia, peningkatan sekresi lipoprotein yang sangat-low-density

dari hati, peningkatan lipoprotein aterogenik kecil, low-density padat; dan penurunan kolesterol

lipoprotein high-density. Masing-masing kelainan lipid merupakan faktor risiko independen

untuk CAD, dan dalam konser, risiko kardiovaskular diperbesar. Oleh karena itu, insulin resisten

negara harus diidentifikasi sedini mungkin pada pasien, dan ini kelainan lipid harus dinilai dan

diobati. Faktor-faktor di luar jangkauan aliran-membatasi lesi koroner yang sangat penting untuk

hasil pada subyek diabetes dengan sindrom koroner stabil. 

9.4. Penyakit Ginjal 

Dalam studi mengenai identifikasi asosiasi CAD aterosklerosis dan tekanan nadi dengan

perkembangan penyakit ginjal pada pasien dengan penyakit ginjal kronis ringan, Kim et al.,

menemukan CAD aterosklerosis dan tekanan pulsa untuk dihubungkan dengan perkembangan

penyakit ginjal. Tahap akhir penyakit ginjal ditemukan secara bermakna dikaitkan dengan

penyakit jantung termasuk CAD.

9.5. Penyakit Paru 

Fibrosis paru dan aterosklerosis memiliki banyak kesamaan di tingkat

histopatologi.Selain itu, penyakit paru-paru fibrosis menunjukkan efek sistemik dan memiliki

potensi untuk mempengaruhi pembuluh darah di luar paru-paru. Studi terbaru mengungkapkan

hubungan yang signifikan antara gangguan paru-paru fibrotik dengan CAD. Gowda et al.,

menemukan edema paru akut (setelah kardioversi dari arrhythmiaas) untuk dihubungkan dengan

penyakit jantung termasuk CAD. 

9.6. Efek Samping Obat Terapi 

Luas paparan berbagai obat, bahan kimia, dan produk biologis dan kesadaran baru dari

manifestasi beracun mereka telah menyebabkan pengakuan dari banyak penyakit termasuk

jantung, ginjal, kelainan neurologis, asidosis metabolik, disseminated intravascular coagulation,

atau penyakit paru. 

Ada kekhawatiran tentang peningkatan risiko penyakit kardiovaskular pada pasien

terinfeksi HIV yang menerima ART. Risiko ini dapat dikaitkan dengan kelainan metabolik yang

berhubungan dengan penggunaan jangka panjang obat antiretroviral.Bahkan, juga diakui faktor

resiko penyakit jantung seperti hipertensi, dislipidemia, diabetes mellitus dan penumpukan lemak

pusat semakin terlihat pada pasien HIV terhadap terapi antiretroviral. Faktor-faktor ini juga dapat

dikaitkan dengan faktor-faktor risiko non reversibel, seperti jenis kelamin laki-laki, usia lebih

dari 40 tahun dan riwayat keluarga CAD prematur. Selain itu, merokok dan gaya hidup menetap

dapat mempengaruhi pasien dengan penyakit kardiovaskuler yang signifikan. 

Hubungan yang sangat aktif rejimen terapi antiretroviral yang meliputi inhibitor protease

dengan gangguan metabolisme dan somatik telah menimbulkan kekhawatiran tentang

kemungkinan peningkatan risiko CAD pada pasien dengan infeksi HIV. Dalam penelitian

terbaru, Barbaro et al., menemukan inhibitor protease untuk mempercepat terjadinya peristiwa

CAD-terkait di muda, laki-laki, perokok berat yang mengembangkan gangguan metabolisme dan

lipodistrofi selama terapi. 

Beberapa obat anti-depresan, di sisi lain, juga dapat menyebabkan gejala jantung dan

meningkatkan risiko pada pasien dengan penyakit jantung koroner. Penggunaan antidepresan

trisiklik telah ditunjukkan untuk menimbulkan risiko relatif lebih tinggi infark miokard bahkan

setelah penyesuaian untuk faktor risiko kardiovaskular lainnya. anti-depressants trisiklik

mungkin memiliki efek jantung langsung, seperti QT-perpanjangan dengan aritmia ventrikel,

hipotensi ortostatik dan, kurang sering, disfungsi miokard. 

9.7. Radiasi 

Orang dengan penyakit Hodgkin dan kanker payudara sering menerima terapi radiasi di

dada (mediastinum) sebagai unsur pengobatan. Sementara terapi sering menyembuhkan

keganasan tersebut, telah terlibat dalam menyebabkan penyakit akhir-onset jantung. Dalam studi

terkait, Friedlander et al., menemukan terapi radiasi dada mengakibatkan masuknya sengaja

jantung dalam bidang iradiasi.

2. Landasan Epistemologi

Landasan epistemologis dari ilmu pengetahuan adalah analisis tentang tersusunnya ilmu

pengetahuan. Ilmu pengetahuan sendiri tersusun melalui proses yang disebut dengan metode

ilmiah (Suryo, 2010). Sehingga, dalam mengkaji hipertensi sebagai salah satu faktor risiko

penyebab penyakit jantung koroner. Peneliti harus melalui suatu proses ilmiah dengan

menentukan masalah, pentetapan kerangka masalah serta kerangka konsepnya sendiri.

Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyebab kematian di Indonesia.

Dimana tiap tahunnya terjadi peningkatan pada kasus tersebut. Beberapa studi menunjukkan

bahwa terdapat beberapa pemicu penyakit jantung koroner, seperti umur, kelamin ras, geografis,

keadaan sosial, perubahan masa, kolesterol, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, exercise,

diet, perilaku dan kebiasaan lainnya, stress serta keturunan. Pada hipertensi sendiri, merupakan

salah satu penyebab utama penyakit jantung koroner.

Masalahnya, hipertensi merupakan sebuah penyakit yang terdapat berbagai faktor risiko

yang dapat berperan sebagai faktor pencetus hipertensi, Sehingga, perlu diketahui faktor-faktor

risiko yang dapat menyebabkan hipertensi sebagai salah satu penyebab penyakit jantung koroner.

Untuk mengetahui faktor-faktor risiko lain sebagai pemicu penyakit jantung koroner,

Dapat dilakukan suatu metode penelitian dengan menggunakan metode cross sectional dengan

mengumpulkan data penderita hipertansi pada berbagai lokasi berbeda. Peneliti harus melakukan

identifikasi dan menemukan penderita penyakit jantung koroner dengan riwayat hipertensi.

Selanjutnya, peneliti mengumpulkan data dan medical record dari korban serta melakukan

coding dan verifikasi terhadap penderita penyakit jantung koroner..

Berdasarkan latar belakang, landasan aksiologi serta epistemology dari penelitian ini,

maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : Terdapat beberapa faktor risiko mayor yang

menyebabkan penyakit jantung koroner.

3. Landasan Aksiologi

Landasan aksiologi ilmu berkaitan dengan dampak ilmu bagi umat manusia, analisis

tentang penerapan hasil-hasil temuan limu pengetahuan, terutama yang berkaitan dengan dampak

atau manfaat bagi kehidupan manusia (Suryo, 2010). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini

dapat digunakan sebagai bahan informasi alternatif dalam mengkaji pasien hipertensi. Dengan

demikian, kita dapat mengetahui faktor-faktor yang memberikan pengaruh bagi penderita

penyakit jantung koroner salah satunya adalah hipertensi. Sehingga kita dapat

mengaplikasikannya sebagaii tindakan untuk menekan angka kejadian penyakit jantung koroner

terutama disebabkan oleh Hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

Djohan, T. Bahri Anwar, 2004, Penyakit Jantung Koroner Dan Hypertensi, artikel fakultas

kedokteran Universita sumatera utara. Medan.

Ediyono, Suryo, 2010, Buku Ajar Filsafat Ilmu, Penerbit Kaliwangi, Yogyakarta

Price and Wilson, 2008, Patofisiologi dan Dasar Mekanisme Penyakit Edisi 6 Volume 1, EGC ;

Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta

---. 2005. Coronary Artery Disease: A Review of Risk Factors. Journal of Medicine.

http://www.pjnhk.go.id/artikel22.htm