16
TUGAS KELOMPOK FISIKA DASAR Nama Anggota : Auxilia Febri W. P. (1209065018) Faris Faruqi Ilham (1209065025) Irwan Kurniawan (1209065028) Riduan Situmorang (1209065029) Shabrina iswari Adani (1209065040) Yunita Ali P (1209065032)

Tugas Kelompok Fisika Optik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan fisika

Citation preview

Page 1: Tugas Kelompok Fisika Optik

TUGAS KELOMPOK

FISIKA DASAR

Nama Anggota :

Auxilia Febri W. P. (1209065018)

Faris Faruqi Ilham (1209065025)

Irwan Kurniawan (1209065028)

Riduan Situmorang (1209065029)

Shabrina iswari Adani (1209065040)

Yunita Ali P (1209065032)

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2012

Page 2: Tugas Kelompok Fisika Optik

1. EMETROPI

Mata normal disebut emetropi, sedangkan yang tidak normal atau mengalami kelainan

atau cacat disebut ametropi. Definisi dari Emetropia adalah sinar sejajar yang datang dari jarak

tak terhingga dibiaskan oleh sistem optik mata dalam keadaan tanpa akomodasi tepat di retina

Ciri – ciri dari emetropi

o Pada saat melihat benda yang jauh maupun benda yang dekat bayangan yang

jatuh tepat pada retina.

o Titik dekatnya (pp) adalah + 25 cm.

o Titik jauhnya (pr) adalah tak terhingga (~).

2. MIOPIA

Rabun jauh (miopi) adalah cacat mata yang tidak dapat melihat benda- benda jauh

dengan jelas. Cacat mata miopi dapat diatasi dengan menggunakan kaca mata berlensa

negative (lensa cekung atau divergen).

Ciri – ciri dari miopi

o Pada saat melihat benda yang jauh bayangannya jatuh di depan retina, sehingga

benda terlihat kurang jelas.

o Pada saat melihat benda yang bayangannya jatuh tepat pada retina.

o Titik jauhnya kurang dari tak berhingga (si = pr < ~)

o Rumus kekuatan lensa yang digunakan:

Keterangan:

P : kekuatan lensa (dalam dioptri).

Pr : jarak terjauh yang masih dapat dilihat (dalam meter).

Page 3: Tugas Kelompok Fisika Optik

So : titik jauh mata normal terletak pada jarak jauh tak berhingga.

Mata miopi saat melihat jauh Mata miopi saat melihat

tanpa kacamata. jauh berkacamata negative (-).

Menurut penyebabnya dibedakan atas

1. Miopia aksialis: disebabkan jarak anteroposterior bola mata terlalu panjang

2. Miopia refraktif: disebabkan kelainan pada media refraksi, misalnya keratokonus,

keratoglobus, katarak imatur

Berdasarkan berat ringannya miopia dibedakan atas

1. Miopia sangat ringan: kurang dari 1 dioptri (D)

2. Miopia ringan: 1 – 3 D

3. Miopia sedang: 3 – 6 D

4. Miopia tinggi: 6 – 10 D

5. Miopia berat: lebih dari 10 D

Secara klinis dibedakan atas

1. Miopia simpleks: kurang dari 6 D. Timbul pada usia muda kemudian berhenti setelah

pubertas, atau sedikit kenaikkan sampai umur 20 tahun

2. Miopia progresif: melebihi 6 D. Dimulai sejak lahir, mencapai puncak pada waktu

remaja, bertambah terus sampai usia 25 tahun atau lebih

3. Miopia maligna: miopia progresif yang disertai kelainan degeneratif pada koroid

Page 4: Tugas Kelompok Fisika Optik

Gejala yang dialami

Penglihatan kabur jauh sedangkan penglihatan dekat terang. Pada miopia tinggi

pungtum remotum kedua mata terlalu dekat, sehingga kedua mata harus melakukan

konvergensi berlebihan sehingga akan timbul keluhan astenovergen berupa mata cepat lelah,

pusing dan silau.

3. HIPERMETROPIA

Rabun dekat (hipermetropi) adalah cacat mata yang tidak dapat melihat benda-benda

dekat dengan jelas.

Ciri – ciri dari Hipermetropia

o Pada saat melihat benda yang jauh bayangan jatuh pada retina, sehingga terlihat

jelas.

o Pada saat melihat benda yang dekat bayangan jatuh di belakang retina, sehingga

benda trlihat tidak jelas.

o Cacat mata ini dapat ditolong dengan lensa cembung atau lensa konvergen (berlensa

negatif).

Hipermetropi saat melihat dekat. Hipermetropi saat melihat dekat

dengan kacamata (+).

Page 5: Tugas Kelompok Fisika Optik

Menurut sebabnya dibedakan atas

1. Hipermetropia refraktif: akibat pembiasan kornea, lensa, dan humor akuos

berkurang

2. Hipermetropia aksial: akibat sumbu bola mata terlalu pendek

Jenis-jenis hipermetropia

1. Hipermetropia manifes ialah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata

positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini

tediri atas hipermetropia absolut ditambah dengan hipermetropia fakultatif. Bila

dilakukan pemeriksaan mata pada seorang hipermetropia dan dapat melihat jelas

(visus 6/6) dengan ∫ +3,00 akan tetapi dapat menjadi lebih jelas dengan ∫ +3,50

maka dikatakan hipermetropia manifesnya adalah ∫ +3,50

2. Hipermetropia absolut, dimana kelainan refraksi tidak dapat diimbangi dengan

akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh. Pada contoh di

atas hipermetropia absolutnya bernilai ∫ +3,00.

3. Hipermetropia fakultatif, dimana kelainan hipermetropia dapat diimbangi dengan

akomodasi ataupun dengan kacamata positif. Pasien yang hanya mempunyai

hipermetropia fakultatif akan melihat normal tanpa kacamata. Bila diberikan

kacamata positif yang memberikan penglihatan normal maka otot akomodasinya

akan beristirahat. Pada contoh di atas maka hipermetropia fakultatifnya adalah ∫

+3,50 dikurang ∫ +3,00 atau 0,50.

4. Hipermetropia laten, di mana kelainan hipermetropia tanpa siklopegi (atau dengan

obat yang melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya dengan akomodasi.

Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila diberikan siklopegia. Hipermetropia

laten merupakan selisih antara hipermetropia total dan manifes yang menunjukkan

kekuatan tonus dari mm.siliaris. Makin muda makin besar komponen hipermetropia

laten seseorang, makin tua seseorang akan terjadi kelemahan akomodasi sehingga

hipermetropia laten menjadi hipermetropia fakultatif dan kemudian akan menjadi

Page 6: Tugas Kelompok Fisika Optik

hipermetropia absolut. Hipermetropia laten sehari-hari diatasi pasien dengan

akomodasi terus-menerus, terutama bila pasien masih muda dan daya

akomodasinya masih kuat

5. Hipermetropia total ialah hipermetropia yang ukurannya didapat sesudah diberikan

siklopegia. Hasil pengukuran lensa sesudah diberikan siklopegia (hipermetropia

total) lebih besar daripada hipermetropia manifes.

Berdasarkan penyebabnya, hipermetrop dibedakan atas 3 jenis, yaitu :

1. Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial merupakan kelainan refraksi akibat

bola mata pendek atau sumbu anteroposterior yang pendek.

2. Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga

bayangan difokuskan di belakang retina.

3. Hipermetropia indeks refraktif, dimana terdapat indeks bias yang kurang pada

sistem optic mata, misalnya pada usia lanjut lensa mempunyai indeks refraksi yang

berkurang.

Gejala Hipermetropia

Astenopia akomodatif, disebabkan akomodasi terus menerus pada waktu melakukan

pekerjaan dekat, sehingga menimbulkan keluhan sakit kepala, sakit disekitar mata, mata cepat

lelah, penglihatan dekat kabur.

Pada hipermetropia tinggi dapat terjadi strabismus konvergen, akibat berakomodasi

terus menerus bolamata melakukan konvergensi sehingga akan terlihat esotropia.

Koreksi Mata

Untuk memperbaiki kelainan refraksi adalah dengan mengubah sistem pembiasan

dalam mata. Pada hipermetropia diperlukan lensa cembung atau konveks untuk mematahkan

sinar lebih kuat ke dalam lensa. Pengobatan hipermetropia adalah diberikan koreksi

hipermetropia manifes dimana tanpa siklopegia didapatkan ukuran lensa positif maksimal yang

memberiakn tajam penglihatan normal.

Page 7: Tugas Kelompok Fisika Optik

Pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kaca mata sferis positif terkuat atau

lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan maksimal. Bila pasien datang

dengan + 3,00 D ataupun dengan + 3,25 D dan memberikan ketajaman penglihatan normal,

maka diberikan kacamata + 3,25 D. Hal ini untuk memberikan istirahat pada mata akibat

hipermetropia fakultatifnya diistirahatkan dengan lensa positif.

Pada pasien di mana akomodasi masih sangat kuat atau pada anak-anak, maka

sebaiknya dilakukan dengan memberikan siklopegik atau melumpuhkan otot akomodasi.

Dengan melumpuhkan otot akomodasi, maka pasien akan mendapatkan koreksi kacamatanya

dengan mata yang istirahat.

Pada pasien hipermetropia aksial memerlukan kekuatan lensa yang lebih tinggi untuk

menggeser sinar ke macula lutea dibanding dengan hipermetropia lain.

Pada setiap kekuatan lensa +1 dioptri akan terjadi pembesaran benda yang dilihat

sebesar 2%. Penderita yang memakai kacamata positif akan terlihat seolah-olah matanya

menjadi besar. Dengan kacamata positif tebal akan terjadi kesukaran melihat seperti gangguan

penglihatan tepi dan aberasi sferis.

Lensa kontak dapat mengurangi masalah dalam hal koreksi visus penderita

hipermetropia akan tetapi perlu diperhatikan kebersihan dan ketelitian pemakaiannya. Selain

itu, perlu diperhatikan juga masalah lama pemakaian, infeksi, dan alergi terhadap bahan yang

dipakai.

4. PRESBIOPIA

Presbiopia merupakan keadaan refraksi mata dimana punctumproksimum (titik terdekat

yang dapat dilihat dengan akomodasi yangmaksimal) telah begitu jauh sehingga pekerjaan

dekat yang halus sepertimembaca, menjahit sukar dilakukan.

Pada presbiopia terjadi gangguan akomodasi pada usia lanjut. Presbiopia biasanya mulai

muncul pada usia 40 tahun. Dengan bertambahnya usia makasemakin kurang kemampuan

mata untuk melihat dekat. Presbiopia terjadiakibat lensa makin keras, sehingga elastisitasnya

berkurang. Demikian puladengan otot akomodasinya, daya kontraksinya berkurang sehingga

tidak terdapat pengenduran zonula Zinnii yang sempurna. Orang yang lemahdengan keadaan

Page 8: Tugas Kelompok Fisika Optik

umum yang kurang baik sering lebih cepat membutuhkankacamata baca akibat presbiopia

daripada orang sehat dan kuat.

Ciri – ciri dari mata Presbiopi

o Presbiopi sering dialami oleh orang berusia lanjut.

o Saat melihat jauh bayangan benda yang dilihat jatuh di depan retina, sehingga

terlihat kurang jelas.

o Titik dekatnya lebihbesar 25 cm (pp > 25 cm).

o Titik jatuhnya kurang dari tak hingga (pr < ~).

o Dapat ditolong dengan kacamata berlensa rangkap atau bifocal. Bagian atas

menggunakan lensa cekung. Untuk melihat jauh dan bagian bawah menggunakan

lensa cembung untuk melihat dekat.

Pada presbiopia pungtum proksimum menjadi jauh, sehingga pekerjaan dekat sulit

dilakukan. Hal ini disebabkan lensa mengalami kemunduran untuk mencembung, disebabkan

proses sklerosis. Proses sklerosis ini akan berjalan progresif sesuai dengan bertambahnya umur.

Selain itu kontraksi otot siliar juga berkurang sehingga pengendoran zonula zinii tidak

sempurna. Proses ini biasanya dimulai pada umur 40 tahun.

Gejala Presbiopia

Pekerjaan dekat sukar dilakukan karena penglihatan menjadi kabur, setelah membaca

mata terasa lelah dan berair.

Koreksi mata

Untuk membantu kekurangan daya akomodasi pada presbiopia maka dapat

dipergunakan lensa positif untuk menambah kekuatan lensa yang berkurang sesuai usia. Pada

pasien presbiopia ini diperlukan kacamata baca atau adisi untuk membaca dekat yang

berkekuatan tertentu, biasanya :

· +1,0 D untuk usia 40 tahun

Page 9: Tugas Kelompok Fisika Optik

· +1,5D untuk usia 45 tahun

· + 2,0 D untuk usia 50 tahun

· + 2,5 D untuk usia 55 tahun

· + 3,0 D untul usia 60 tahun

Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi + 3,0 dioptri adalah lensa positif terkuat

yang dapat diberikan pada seseorang. Pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi bila

membaca pada jarak 33 cm, karena benda yang dibaca terletak pada titik api lensa + 3,0 dioptri

sehingga sinar yang keluar akan sejajar. Kekuatan lensa kacamata baca sering disesuaikan

dengan kebutuhannya. Seperti seorang ahli music yang membutuhkan jarak dekat 50 cm untuk

membaca not-not sehingga dia membutuhkan kacamata dengan kekuatan lensa yang lebih kecil

5. ASTIGMSTISMA

Astigmatis adalah cacat mata yang tidak dapat membedakan garis tegak dan garis

mendatar pada waktu bersamaan. Cacat mata ini bisa ditolong dengan kacamata silindris.

Berdasarkan titik pembiasan dibagi atas:

1. Astigmatisma reguler: terdapat dua bidang pembiasan utama yang saling tegak

lurus, dengan daya pembiasan terkuat dan terlemah. Bila daya pembiasan terkuat

pada aksis 90° disebut astigmatisma “with the rule”, sedangkan bila daya pembiasan

terkuat p;ada aksis 180° derajat disebut astigmatisma “against the rule”

2. Astigmatisma ireguler: titik pembiasan tidak teratur, dan tidak terdapat dua bidang

pembiasan yang saling tegak lurus

Berdasarkan letak pembiasan, astigmatisma reguler dapat dibagi atas:

1. Astigmatisma miopik simpleks: satu meridian berupa miopia, sedangkan meridian

yang lainnya merupakan emetropia

2. Astigmatisma miopik kompositus: kedua meridian miopia

3. Astigmatisma hipermetropia simpleks: satu meridian hipermetropia, sedangkan

meridian yang lainnya emetropia

Page 10: Tugas Kelompok Fisika Optik

4. Astigmatisma hipermetropia kompositus: kedua meridian hipermetropia

5. Astigmatisma mixtus: satu meridian miopia, meridian lainnya hipermetropia

Gejala dari Astigmatisma yaitu :

· Penglihatan ganda pada satu atau kedua mata

· Melihat benda yang bulat menjadi lonjong

· Penglihatan kabur

· Bentukbenda berubah

· Sakit kepala

· Mata tegang dan pegal

· Mata dan fisik lemah

· Pada astigmat tinggi (4-8 D) yang selalu melihat kabur sering mengakibatkan

ambliopia.

Koreksi mata

Koreksi mata astigmat adalah dengan memakai lensa dengan dua kekuatan yang

berbeda. Astigmat ringan tidak perlu diberi kacamata. Pada astigmat yang berat dapat diberi

kacamata silinder, lensa kontak atau pembedahan. Pada astigmat ireguler, dapat digunakan

kontak lensa yang kaku, dimana air mata antara kontak lensa dan permukaan kornea dapat

mengkompensasi permukaan kornea yang tidak regular.

SOAL – SOAL

Page 11: Tugas Kelompok Fisika Optik

1. Seorang penderita rabun jauh ( miopi ) dengan titik jauh 100 cm ingin melihat benda

yang sangat jauh. Berapa jarak focus dan kuat lensa yang harus digunakan ?

Jawab :

Dik : s’ = 100 cm

s = ∞ cm

dit : a. f = ?

b. p = ?

jawab

a.

F = - 100 cm

F = - 1 m

b.

2. Seorang penderita rabun dekat ( hipermetropi ) Dengan titik dekat 100 cm ingin

membaca pada jarak baca normal ( 25 cm ). Berapakah jarak focus dan kuat lensa yang

harus digunakan ?

Page 12: Tugas Kelompok Fisika Optik

Jawab :

Dik = s’ = -100 cm

S = 25 cm

Dit = a. f = ?

b. p = ?

jwb =

a.

F =

F = 33,333 cm =

b.

Page 13: Tugas Kelompok Fisika Optik