Upload
cimo49
View
464
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
Dikerjakan Oleh :
Nama : AGUSSETIAWAN NASHAR
NIM : C1D210023
Tugas Ilmu Alamiah Dasar
1. Apakah cirri-ciri Manusia sebagai makhluk ?
Penjelasan :
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani,
dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia
diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies
primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam
hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di
mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau
makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain.
Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan
bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan
teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok
dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis
kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-
laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa
sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa
sebagai wanita.
Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita,
anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua.
Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya,
berdasarkan ciri-ciri fisik (warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan),
afiliasi sosio-politik-agama (penganut agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ,
anggota partai XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh,
keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya.
Tokoh adalah istilah untuk orang yang tenar (misalnya 'tokoh politik', 'tokoh yang
tampil dalam film', 'tokoh yang menerima penghargaan', dll).
Manusia sebagai makhluk memiliki ciri-ciri :
1. Memiliki organ tubuh yang kompleks dan sangat khusus terutama otaknya.
2. Mengadakan pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan keluar.
3. Memberikan tanggapan terhadap rangsangan.
4. Memiliki potensi berkembang biak
5. Tumbuh dan bergerak.
6. Berinterkasi dengan lingkungan
7. Mati
referensi : http://id.wilkipedia.org dan http://irfanzizi.multiply.com/item/reply-to-message/irfanzizi:journal:2
2. Mengapa keinginan Manusia berbeda dengan keiginan hewan tingkat tinggi
lainnya ?
Penjelasan :
Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu. Hewan juga mempunyai “rasa
ingin tahu” akan tetapi tidak berkembang atau disebut “idle curiousity” atau
“instinct.” Segala aktivitasnya didorong oleh instink itu dengan tujuan untuk
melestarikan hidupnya. Untuk itulah mereka mencari makan, melindungi diri dan
berkembang biak.
Manusia mempunyai rasa ingin tahu yang berkembang. Akumulasi dari segala
yang mereka dapat dari usahanya mendapatkan jawaban dari keingintahuannya itu
merupakan “pengetahuan”-nya. Pengetahuan manusia selalu berkembang. Ia selalu
tidak puas dengan fakta tetapi ingin tahu juga tentang “apa,” “bagaimana” dan
“mengapa” demikian.
Berlandaskan pada pengetahuan tentang beberapa rahasia alam yang diperolehnya,
manusia kemudian berusaha untuk menguasai dan memanfaatkan pengetahuannya
untuk memperbaiki kualitas dan pemenuhan kebutuhan hidupnya.
referensi : http://irfanzizi.multiply.com/item/reply-to-message/irfanzizi:journal:2
3. Uraikan langkah-langkah yang digunakan dalam menerapkan Metode
Ilmiah ?
Penjelasan :
Para ilmuwan mempelajari gejala alam dan permasalahannya senantiasa
menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan suatu kegiatan penelitian
objektif untuk menemukan dan mengembangkan serta menguji ilmu pengetahuan.
Kegiatan atau penelitian menggunakan metode ilmiah meliputi enam langkah berikut.
a. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dimulai dengan mengajukan pertanyaan apa (what), mengapa
(why), di mana (where), kapan (when), dan bagaimana (how). Barangkali di antara
kita ada yang bertanya demikian: Apakah maksudnya dari masalah itu? Mengapa
harus mencari dan menemukan masalah? Bagaimanakah caranya menemukan
masalah untuk penelitian itu? Terlebih dahulu perlu dibedakan pemahaman istilah
atau kalimat dari ”mencari masalah”, yaitu ”mencari masalah” dalam arti (1)
perbuatan mengganggu kepentingan orang lain sehingga cenderung menciptakan
gangguan keamanan dan ketentraman bagi orang lain, dengan ”mencari masalah”
dalam arti (2) menelusuri sesuatu yang belum diketahui sebab-akibatnya, sehingga
jika ditanyakan kepada orang lain menyebabkan orang lain pun menyadari
ketidaktahuannya sehingga perlu dipelajari dan diteliti. Yang kita maksudkan dalam
penelitian dan metode ilmiah tentang mencari masalah tadi adalah (2) menelusuri
sesuatu yang belum diketahui sebab-akibatnya, sehingga jika ditanyakan kepada
orang lain menyebabkan orang lain pun menyadari ketidaktahuannya sehingga perlu
dipelajari dan diteliti. Sebagai contoh masalah ”bersama” adalah fakta-fakta berikut
ini:
a. Mengapa pada jam-jam tertentu ayam suka berkokok dan kejadiannya rutin?
b. Mengapa semut selalu berjalan beriring dan seperti bersalam-salaman
dengan sesama?
c. Mengapa lalat lebih menyukai tempat yang kotor dari pada tempat yang
bersih?
Jika kita tidak ada yang mengetahui jawabannya dengan benar, berarti
pertanyaan dari fakta itu tersebut dapat dijadikan sebagai masalah, dan layak untuk
diteliti sehingga dapat diperoleh jawabannya dengan benar berdasarkan data yang ada.
Ada pun cara menemukan masalah untuk penelitian adalah dapat dengan secara tak
sengaja, misalnya pada saat menyendiri atau berjalan-jalan di suatu tempat, lalu
mendapatkan suatu kejadian dan menarik perhatian untuk diketahui lebih dalam. Lalu
dari keingintahuan tersebut selanjutnya dibuatlah pertanyaan yang mendorong ke
tindakan penelitian. Selain itu dapat pula secara sengaja, misalnya ketika mendapat
permasalahan pada waktu memanfaatkan atau berada di sekitar benda yang kemudian
ditelitinya. Misalnya, seseorang memiliki sebuah televisi beukuran kecil (14 ”),
kemudian tidak merasa puas karena baik gambar dan suaranya dirasakannya tidak
memuaskan. Dengan adanya keberanian dan kemauan untuk mencoba mengubah dari
ukuran gambar dan suara tv-nya yang kecil ke ukuran yang besar, maka dia kemudian
menyusun rencana kerja untuk percobaannya.
b. Pengumpulan Informasi.
Seorang calon peneliti kemudian melakukan pengumpulan informasi dengan
cara studi literatur (membaca dan mempelajari buku dan sumber informasi lainnya)
berupa teori, konsep, keterangan atau hasil penelitian/pengamatan orang lain
sebelumnya yang dapat membantu menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapinya. Misalnya terdapat masalah: ”Apakah wabah penyakit di
desa A disebabkan oleh lingkungan yang kotor?”. Dalam hal ini, calon peneliti harus
mempelajari sekurang-kurangnya informasi tentang:
a. Apakah yang dimaksud dengan kata wabah itu?
b. Bagaimana wabah itu dapat muncul?
c. Apakah yang dimaksud dengan penyakit?
d. Bagaimanakah ciri-ciri penyakit yang ditemukan dalam masalah tersebut?
e. Berdasarkan ciri-cirinya, penyakit yang diamati tersebut sebenarnya
penyakit apa?
f. Kondisi yang bagaimanakah yang dapat memunculkan penyakit tersebut?
g. Apa yang dimaksud dengan lingkungan itu?
h. Apa yang dimaksud dengan kotor?
i. Kondisi yang bagaimana yang dimaksud dengan kotor tersebut?
j. Hal apakah yang dapat dimunculkan dari kondisi kotor tersebut?
Kata-kata yang bercetak tebal pada pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan
kata-kata penting yang harus lebih dahulu dipahami penjelasannya oleh si calon
peneliti. Dalam istilah penelitian, kata-kata penting itu di sebut “Kata Kunci” atau
”Key-note” Seorang calon peneliti wajib mengetahui dan mengumpulkan kata kunci
dari pertanyaan atau permasalahannya sendiri sebelum dia melakukan pengkajian
literaturnya. Dengan penentuan kata kunci itu seorang peneliti akan memiliki arah
pencarian informasi yang khusus-tidak mengembang tak terarah, sehingga secara
tidak langsung membatasi diri dalam membahas bahan penelitiannya. Sedangkan bagi
pembaca atau penguji, penjelasan (definisi) kata kunci itulah yang akan terlebih
dahulu ditanyakan kepada si peneliti tersebut manakala hasil penelitiannya
dipublikasikan kepada umum. Oleh sebab itu pula dalam menentukan permasalahan,
seorang calon peneliti tidak boleh mengunakan suatu kata atau istilah yang mana dia
sendiri tidak mampu menjelaskannya kepada orang lain.
c. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara untuk permasalahan yang diajukan
atau yang sedang dihadapi. Hipotesis bersifat teoritis. Pada contoh perumpamaan,
Martina berhipotesis (menjawab dengan jawaban hasil dugaan/perkiraan) bahwa
penyakit itu mungkin disebabkan karena lingkungan desa yang kotor. Pada dasarnya
hipotesis merupakan serangkaian kalimat yang menjelaskan tentang faktor penyebab
atau akibat sesuatu sehingga menimbulkan permasalahan. Untuk memudahkan
penentuan hipotesis, kita dapat menggunakan rumus kalimat sebab-akibat: ”Apakah
jika..... maka ....?”, atau ”Apakah .... karena ...?” atau ”Apakah ... disebabkan
oleh/menyebabkan .... ?” Kalimat tersebut lalu dijawab dengan jawaban seolah-olah
kita sudah tahu, misalnya: Ya (Positif), atau Bukan (Negatif). Selanjutnya setelah
merasa yakin dengan jawaban Ya/Bukan tersebut, disusunlah menjadi suatu kalimat
penjelasan, misalnya:
a. Ada hubungan antara .... dengan .....
b. Timbulnya .... adalah karena ....
c. Terjadinya .... disebabkan oleh faktor ....
d. Tidak ada hubungan antara .... dengan ....
e. Timbulnya ... bukan disebabkan oleh .....
Kalimat –kalimat a—e yang merupakan hipotesis inilah yang selanjutnya wajib
dibuktikan kebenarannya, yaitu melalui percobaan (eksperimen) atau penelitian.
d. Melakukan Percobaan/Eksperimen/Uji-Coba
Dalam melakukan eksperimen, kita harus menentukan perlakuan-perlakuan
tertentu. Dikenal dua macam perlakuan, yaitu perlakuan kontrol dan perlakuan yang
bervariasi (disebut juga variabel atau faktor penentu). Beberapa variabel dalam
eksperimen dikenal sebagai berikut.
a) Variabel bebas adalah variabel yang sengaja dibuat tidak sama dalam satu
eksperimen.
b) Variabel terikat adalah variabel yang terjadi karena perlakuan variabel
bebas.
c) Variabel terkontrol adalah variabel yang dibuat sama dalam suatu
eksperimen.
d) Variabel pengganggu adalah variabel yang tidak diharapkan tetapi dapat
mengganggu hasil percobaan. Variabel pengganggu ini harus diusahakan
tidak ada.
Pada suatu penelitian yang membandingkan 2 atau lebih kondisi (sering
dilakukan pada penelitian di bidang IPA), biasanya digunakan 2 atau lebih sampel
(contoh perwakilan dari objek yang diteliti) yang diberi perlakuan yang berbeda.
Sampel pertama misalnya dikenai variabel terkontrol (variabel kontrol), dan sampel
kedua dikenai variabel bebas.
Sampel yang dikenai variabel kontrol akan diperlakukan secara alami (apa
adanya seperti yang terjadi di lingkungan dan dianggap sebagai sesuatu yang normal)
dan digunakan untuk pembanding terhadap sampel lain yang diberi perlakuan khusus,
atau diberi variabel bebas.
Untuk lebih jelasnya, simaklah contoh materi penelitian berikut.
Judul penelitian: Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan kacang tanah.
Peneliti akan menyediakan 2 sampel kacang tanah yang ditanam pada dua
wadah/tempat yang berbeda.
a) Sampel pertama, diberi variabel kontrol, yaitu segala kondisi alami.
Kacang tanah pada sampel ini akan dibiarkan tumbuh pada tempat yang
dikenai sinar matahari sebagaimana kacang tanah yang biasa di tanam oleh
petani pada umumnya.
b) Sampel kedua, diberi perlakuan khusus, yaitu kacang tanahnya ditanam di
tempat yang tidak dikenai pengaruh sinar matahari (di tempat yang gelap).
Hal ini dilakukan karena peneliti ingin mengetahui pengaruh sinar matahari.
Pada sampel ini, kacang tanah diberi variabel bebas, yaitu sinar matahari.
Sedangkan variabel kontrolnya adalah segala sesuatu yang sama dengan pada
sampel pertama selain sinar matahari, misalnya sama-sama disiram (diberi
air), dipupuk, jenis dan pH tanahnya sama. Ada pun yang disebut variabel
terikat pada contoh penelitian ini adalah pertumbuhan dari kacang tanah.
Artinya apa yang terjadi pada pertumbuhan kacang tanah terikat (bergantung
kepada) pengaruh sinar matahari (variabel bebasnya). Sedangkan yang
dimaksud dengan variabel pengganggu, misalnya kondisi cuaca (cerah atau
mendung), ada-tidaknya penyakit atau gangguan fisik terhadap kacang tanah
yang diteliti yang kesemuanya juga turut mempengaruhi pertumbuhan kacang
tanah selain dipengaruhi oleh sinar matahari.
c) Untuk lebih mudahnya memahami hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat, simaklah persamaan matematika berikut: y = 2x. Dari
persamaan ini dapat kita ketahui bahwa nilai y tergantung kepada nilai x.
Simbol y adalah perumpamaan untuk pertumbuhan kacang tanahnya,
sedangkan x sebagai sinar mataharinya. Selama pengamatannya, peneliti akan
(harus) mengamati kondisi apa yang terjadi pada masing-masing sampel
tersebut. Setelah diperoleh data, misalnya ternyata pertumbuhan kacang tanah
dari kedua sampel itu berbeda, maka peneliti akan mempelajari dan meneliti
sebab-sebab perbedaan tersebut dengan menitik beratkan kepada sinar
matahari dan segala sesuatu yang ada pada kacang tanah. Misalnya, mengapa
sinar matahari dapat menimbulkan kondisi tersebut?, Faktor apa yang
dipengaruhi oleh sinar matahari terhadap kacang tanah itu? Semua jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan seperti itu nantinya menjadi materi bahasan dalam
pengolahan data. Oleh sebab itu pula isi materi bahasan laporan penelitian
sangat bergantung kepada data hasil pengamatan/ penelitian.
Dalam merancang suatu eksperimen, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:
a). Memilih, merencanakan dan menyusun cara-cara melakukan pekerjaan
pengamatan/ penelitian. Susun langkah-langkah kegiatan pengamatannya
secara rinci, jelas dan berurutan. Cara kerja yang rinci dapat mempermudah
kejelasan tentang apa dan bagaimana suatu pekerjaan itu dilakukan. Kejelasan
maksud perintah atau petunjuk kerja akan memberikan kemudahan dalam
ketepatan melakukan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan, tidak salah
paham. Dan keruntutan urutan cara kerja dapat menentukan hasil akhir dari
pekerjaan.
b). Memilih alat dan bahan yang tepat. Makna tepat di sini adalah sesuai dengan
kebutuhan dan kewajaran alat yang digunakan (tidak berlebihan atau terlalu
sederhana). Misalnya untuk menimbang berat benda dalam satuan kilogram
akan lebih tepat menggunakan timbangan dalam satuan kilogram seperti
timbangan untuk barang belanjaan di toko-toko (lebih tepat lagi dengan
timbangan khusus yang biasa digunakan di laboratorium), dan akan tidak
cocok jika menggunakan timbangan untuk emas yang mengukur dalam satuan
gram atau miligram. Demikian pula dalam menggunaan bahan, bila dalam
penelitian tidak dituntut (menjadi syarat wajib) bahan yang murni-yang
biasanya lebih sulit didapat dan harganya mahal-maka tidak salah jika
menggunakan bahan yang lebih mudah didapat dan lebih murah. Misalnya
dalam penggunaan air, jika dalam percobaan tidak disyaratkan menggunakan
air murni (akuades), maka kita dibenarkan dalam penggunaan air tersebut
misalnya dengan menggunakan air hujan atau air bersih lainnya.
Ada pun syarat-syarat penggunaan alat dan bahan serta cara kerja penelitian
tersebut harus memenuhi kriteria berikut:
1) Valid (sah, sahih, benar): benar dalam penggunaan alat dan bahan serta cara
kerjanya. Seperti contoh penggunaan timbangan di atas.
Yaitu untuk mengetahui berat suatu benda, bukanlah dengn mergangkatnya
dengan tangan, lalu dirasakan berat-ringannya, melainkan harus menggunakan
alat ukur berat, yaitu timbangan. Dan dalam menentukan timbangan pun masih
perlu lagi diperhatikan unsur ketepatan dan kecocokannya, karena harus
memperhatikan faktor ketelitiannya, semakin teliti, semakin sahih. Demikian
pula misalnya dalam cara menimbang benda yang ditimbang adalah
sebagaimana orang lain menimbang, yaitu meletakkan benda pada timbangan,
kemudian diperhatikan kesetimbangannya dan diketahui (dicatat) bilangan
yang ditunjukkan pada timbangannya. Bukan dengan cara meletakkan benda
pada timbangan, lalu diperhatikan kecondongan/turunnya salah satu lengan
timbangan. Jika demikian, berat benda tidak akan diketahui dengan benar.
Cara demikian dikatakan cara penimbangan benda yang tidak valid (invalid,
cacat).
Beberapa contoh lainnya:
a) Valid:
- Untuk mengukur luas lapangan bola digunakan meteran gulung yang panjang
pitanya 100 m atau 1000 m.
- Untuk melihat bentuk bakteri digunakan mikroskop.
- Untuk mengukur diameter sebatang jarum digunakan mikrometer sekrup.
- Untuk menanyakan informasi tentang luas wilayah suatu desa mencari
informasinya ke kantor Kecamatan.
b) Tidak valid
- Untuk mengukur luas lapangan bola digunakan mistar plastik yang panjangnya
30 cm.
- Untuk melihat bentuk bakteri digunakan kaca pembesar (loup).
- Untuk mengukur diameter sebatang jarum digunakan mistar bersatuan
milimeter.
- Untuk Untuk menanyakan informasi tentang luas wilayah suatu desa mencari
informasinya ke kantor polisi.
Dari contoh-contoh di atas, dapat kita simpulkan bahwa yang perlu
diperhatikan validitas (kesahihan) dalam penelitian itu adalah valid (sahih)
dalam menggunakan alat, bahan dan cara kerjanya. Demikian pula dalam
menentukan informasi (bahan referensi). Kita perlu memperhatikan kapasitas
seseorang (jika manusia, jika melalui wawancara atau angket), perlu
diperhatiakn latar belakang pengetahuannya, jabatannya, atau keterkaitannya
dengan permasalahan yang sedang dihadapi. Sedangkan terhadap media,
misalnya buku, karya tulis ilmiah, internet, surat kabar, dan yang sejenisnya,
perlu diperhatikan antara lain: tahun penerbitannya (semakin baru semakin
baik, biasanya 5 tahun ke bawah), sera lembaga atau organisasi apa yang
mempublikasikannya.
2) Logis (sesuai daya nalar, masuk akal)
Segala sesuatu yang dilibatkan dan dikerjakan dalam percobaan harus bersifat
logis (masuk akal). Biasanya sesuatu yang valid akan logis. Tetapi sesuatu
yang logis belum tentu valid, karena mempertimbangkan efektifitas dan
ketepatan. Misalnya dalam pengukuran luas lapangan bola yang menggunakan
mistar yang panjangnya 30 cm. Fungsi mistar adalah untuk mengukur panjang
suatu benda (logis), tetapi tidak valid (tidak sah) karena dengan menggunakan
mistar tersebut akan dihasilkan faktor kesalahan pengukuran yang lebih besar.
Terutama dalam penyusunan urutan kerja dalam percobaan, atau pada saat
pengolahan data, seringkali terjadi kesalahan penempatan urutan pengerjaan
sesuatu (urutan kerja). Akibat dari kesalahan ini dapat menimbulkan kondisi
tidak logis (tidak masuk akal), atau setidak-tidaknya mempengaruhi mutu hasil
pekerjaan seandainya dari serangkaian cara kerja itu diubah dan menghasilkan
sesuatu yang mutunya/hasilnya berbeda. Pada kondisi seperti ini, perlu
diperhatkan, urutan kerja mana yang lebih logis dari pada urutan kerja lainnya.
Misalnya, mana yang harus lebih dulu dikerjakan agar hasil yang diperoleh
lebih sesuai dengan kebutuhan dari pada cara kerja yang sudah ada.
Dalam operasi hitungan matematika, bagian mana yang harus dikerjakan lebih
dahulu agar nilai x-nya benar?.
Misalnya pada persamaan: x=((1+1)-1)+((1+1)+1+1+(1+1))).
Jawab: x=5Jika mengabaikan fungsi tanda kurung: x=1+1-1+1+1+1+1+1+1
Jika memperhatikan fungsi tanda kurung: x=((1+1)-1)+((1+1)+1+1+(1+1))).
x=((2)-1)+((2)+1+1+(2))) = x=((1)+((2)+2+(2))).
x=((1)+(6)).
x=7.
Kesimpulannya: Karena cara pengerjaannya berbeda, maka hasil akhir
pekerjaannya juga berbeda.
3) Measurable (Terukur, Dapat Diukur)
Segala sesuatu yang diteliti, atau setiap bahan yang diteliti dalam percobaan
harus menghasilkan data hasil pengukuran, baik secara kualitatif (baik, buruk,
kecil, besar, sedikit, banyak, dan sejenisnya) atau secara kuantitatif yang
dinyatakan dalam nilai bilangan dan satuan tertentu. Misalnya untuk berat: 10
mg, panjang: 10 cm, volume: 10 cm3. Sesuatu yang tidak dapat diukur, atau
tidak dapat dinyatakan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif tidak
dapat dibawa ke dalam kegiatan penelitian. Dalam hal ini pula terdapat suatu
ketentuan, selama sesuatu itu dapat dinyatakan atau diubah (dikonversi) ke
nila kuantitatif (dinyatakan dalam bentuk nilai angka), maka harus diupayakan
dalam bentuk nilai angka. Misalnya dinyatakan dengan kata ”Banyak”, maka
banyak tersebut seberapa banyak? Berapa jumlahnya sehingga dapat
dinyatakan banyak? Dalam hal ini harus ada ketentuan batasan, misalnya jika
jumlah benda di atas 1000 buah, maka dinyatakan banyak, sehingga bila
dikonversi dalam bentuk rumus misalnya dapat dinyatakan sebagai x>1000.
Demikian pula untuk kata-kata lainnya yang digunakan dalam pengumpulan
data penelitian tersebut.
4) Reliable (Dapat dipercaya, tepat, akurat)
Antara sifat “reliabel” dengan “valid” adalah sangat mirip. Kembali ke tentang
contoh timbangan. Dimisalkan terdapat benda yang apabila ditimbang
misalnya beratnya :
10 kg atau jika lebih telitinya dapat dinyatakan seberat 10,10 kg.
4.1. Keakuratan cara kerja.
Jika terdapat ketentuan bahwa berat benda tersebut boleh dinyatakan dalam satuan
terbesar saja (Mialnya di sini dalam satuan kg) dan jika kurang atau lebih sedikit
saja masih dianggap benar. Maka jika untuk menyatakan berat sebuah bahan
kimia mungkin dapat dinyatakan dengan 10 kg saja, jika ternyata kelebihan
beratnya atau kurang sedikit (tidak tepat 10 kg) tidak mempengaruhi hasil akhir
penelitian. Tetapi jika terdapat ketentuan yang menuntut keteliian tinggi karena
nilia beratnya menentukan hasil akhir penelitian, maka beratnya bahan kimia tadi
harus diukur seteliti mungkin sesuai dengan kemampuan alat timbangan yang
digunakan. Sehingga jika berat bahan kimia tadi dinyatakan sebagai 10 kg saja,
maka dapat saja dinyatakan salah karena tidak reliabel, karena setelah diukur
ternyata berat bahan kimia tersebut tepatnya adalah 10,10 kg.
4.2. Keakuratan alat.
Jika berat benda (bahan kimia) tersebut harus dapat dinyatakan hingga satuan
terkecil karena dituntut tingkat ketelitian tertinggi, maka :
a. Jika timbangan untuk mengukur berat benda tersebut hanya mampu sampai
satuan kg saja (Misalnya timbangan untuk jual beli bahan sembako di
toko/warung), maka timbangan tesebut tidak akurat/reliable untuk menimbang
berat benda tadi karena tidak dapat menghitung hingga ke satuan miligram.
b. Jika timbangan untuk mengukur berat benda tersebut memiliki kemampuan
untuk berat sampai satuan mg (Misalnya timbangan untuk emas di toko emas),
maka timbangan tesebut cukup akurat/reliable untuk menimbang berat benda
tadi.
Oleh sebab itulah dalam melakukan suatu peneltian, penentuan alat yang
disebut alat terbaik bukanlah berarti alat terbaru atau alat paling bagus dari
segi model atau bentuk, melainkan alat yang paling mampu memenuhi
tuntutan dalam penelitian tersebut.
e. Analisis Data
Analisis artinya diuraikan, atau penguraian sesuatu yang besar atau rumit menjadi
sesuatu yang lebih kecil atau lebih sederhana. Data yang diperoleh dari hasil
eksperimen kemudian harus dapat dibahas secara rinci dan dijelaskan hubungannya
dengan ilmu pengetahuan yang sudah ada. Data tersebut harus diolah dalam bentuk
hasil perhitungan matematis atau kajian ilmu tertentu misalnya disesuaikan dengan
hukum, teori, postulat, atau pernyataan tertentu dari ilmu yang bersesuaian dengan
bahan penelitian yang dilakukan. Agar lebih mudah dipelajari dan diamati oleh pihak
lain, maka hasil pengolahan data tersebut sebaiknya disajikan dalam bentuk
kesimpulan atau uraian singkat, tabel, grafik, atau diagram. Selanjutnya hasil
pengolahan data tersebut dibandingkan dengan teori, fakta, dan konsep yang ada
dalam studi literatur.
f. Pengambilan Kesimpulan
Kesimpulan harus mengacu pada tujuan eksperimen. Ada dua kemungkinan yang
ada dalam kesimpulan, yaitu kemungkinan hipotesis diterima dan kemungkinan
hipotesis ditolak. Hipotesis dinyatakan diterima jika pernyataan pada hipotesis itu
ternyata cocok dengan hasil pengolahan data (sesuai). Dan hipotesis dinyatakan
ditolak jika pernyataan pada hipotesis tersebut tidak terbukti karena tidak sesuai
dengan hasil pengolahan data. Perhatikan contoh kejadian berikut ini.
a. Judul Penelitian: Pengaruh Air Limbah Sabun terhadap Perkembangbiakan Ikan
Lele.
b. Hipotesis : Air sabun dapat menurunkan kemampuan perkembangbiakan ikan
lele.
Setelah dilakukan uji coba, ternyata air sabun dapat menyebabkan ikan lele
keracunan dan kesulitan untuk berkembang-biak. Jika demikian berarti hipotesisnya
sesuai dengan hasil penelitian. Dengan demikian hipotesis tersebut diterima.
Sumber dan referensi : http://sman1mempawahhulu.blogspot.com/2010/08/metode-ilmiah-dan-langkah-langkah.html