TUGAS hipertensi sekunder

Embed Size (px)

DESCRIPTION

formularium pengobatan hipertensi sekunder

Citation preview

FARMASI RUMAH SAKITFormularium Hipertensi Sekunder

Disusun oleh

Nama: DWI AJI MAULANA

NPM: 2014000041

Kelas: A (Program Profesi Apoteker)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PANCASILA

2014A. Definisi

1. Hipertensi

Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah.

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 seperti yang terlihat pada tabel berikutKlasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7Klasifikasi Tekanan DarahTekanan Darah Sisitolik (mmHg)Tekanan Darah Diastolik

(mmHg)

Normal< 120< 80

Prahipertensi120 13980 89

Hipertensi Stage 1140 15990 99

Hipertensi Stage 2 160 100

The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International Society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi. Pada anak-anak, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persenti dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada pengukuran yang terpisah (Bakri, 2008).2. Hipertensi SekunderHipertensi sekunder atau hipertensi non esensial adalah hipertensi yang dapat diketahui penyebabnya. Hipertensi sekunder meliputi kurang lebih 5% dari total penderita hipertensi. Timbulnya penyakit hipertensi sekunder sebagai akibat dari suatu penyakit, kondisi atau kebiasaan tertentu.Hipertensi sekunder mempengaruhi sejumlah kecil dari populasi hipertensi, tetapi pengaruhnya cukup signifikan. Tidak seperti hipertensi primer, hipertensi sekunder berpotensi dapat disembuhkan. Penentu untuk pemeriksaan tergantung pada indeks kecurigaan terhadap penyebab hipertensi selama pemeriksaan pasien dan pengobatan. Pengujian tertentu yang tersedia harus seimbang tergantung pada risiko dan biaya pemeriksaan serta pengobatan dengan manfaat yang diperoleh jika penyebab sekunder dihilangkan.B. Etiologi dan PatofisiologiHipertensi sekunder dapat diketahui penyebab spesifiknya, dan digolongkan dalam 4 kategori : 1. Hipertensi Kardiovaskuler biasanya berkaitan dengan peningkatan resistensi perifer total kronik yang disebabkan oleh ateroslerosis.

2. Hipertensi renal (ginjal) dapat terjadi akibat dua defek ginjal : penyakit jaringan ginjal itu sendiri atau oklusi parsial arteri renalis.

a. Penyakit parenkim ginjal penyebab paling umum dari hipertensi sekunder. Hipertensi bisa disebabkan karena kelainan glomerolus, tubulus interstitial dan kelainan polikistik. Kebanyakan kasus berhubungan dengan peningkatan volume intravaskuler atau peningkatan aktivitas sistem renin-engiotensin-aldosteron. Hipertensi mempercepat progresi ke renal insufisiensi dan kontrol yang ketat agar tekanan darh menjadi 130/85 mmHg atau lebih rendah akan memperlambat proses ini. Dilatasi arteriol eferen oleh angiotensin-converting enzyme inhibitor mengurangi progresi penyakit ini.

b. Hipertensi Renovaskular yaitu karena stenosis arteri renalis, terdapat pada 1-2% pasien dengan hipertensi. Ini disebabkan karena hyperplasia dilapisan fibromuskuler pada individu yang muda, lebih sering pada wanita berusia < 50 tahun. Kelainan pembuluh darah ginjal yang lain adalah stenosis karena aterosklerosis pada arteri renalis proximal. Mekanisme dari terjadinya hipertensi ialah peningkatan pelepasan renin karena penurunan aliran darah ginjal dan tekanan perfusi. Renal vaskular hipertensi akan tampak bila satu cabang dari arteri renalis mengalami stenosis, tetapi pada 25% pasien kedua arteri mengalami stenosis, tetapi pada 25% pasien kedua arteri mengalami obstruksi.Hipertensi renovaskular harus dicurigai pada beberapa keadaan : (1) onset pada usia 50 tahun, (2) adanya bruit di epigastrium atau bruit arteri renals, (3) adanya aterosklerosis pada aorta atau arteri-arteri perifer, (4) bila terdapat penurunan fungsi ginjal yang tiba-tiba setelah pengaturan dari angiotensin-converting enzym inhibitor.

3. Hipertensi endokrin terjadi akibat gangguan-gangguan endokrin dan adanya sindrom cronn

a. Feokromositoma adalah suatu tumor medula adrenal yang mengeluarkan epinefrin dan norepinefrin dalam jumlah yang berlebihan. Peningkatan abnormal kadar kedua hormon ini mencetuskan peningkatan curah jantung dan vasokontriksi umum, keduanya menimbulkan hipertensi yang khas untuk penyakit ini.

Penyebab hipertensi karena feokromositoma hanya 0,1%. Tumor pada medulla adrenal atau dari sel kromafil ektopik akan menyebabkan kontraksi pembuluh darah. Sel adenokortikal berperan dalam sintesis epinefrin akan menyebabkan peningkatan curah jantung dan gangguan toleransi glukosa.

b. Cushings Syndrome yaitu akibat produksi berlebihan steroid zona fasikulata adrenal dalam bentuk kortisol (hidrokortison). Glukokortikoid memacu pembentukan glikogen dan glukosa dari protein (glukoneogenesis). Meningkatkan pembentukan lemak, menghambat sistem imun dan memacu saraf simpatik. Penyebab sindrom Cushing: (1) adenoma kelenjar pituitary, (2) adenoma adrenal atau karsinoma, (3) adenokortikotropin hormon (ACTH, ektopik dan (4) pengobatan glukokortikoid jangka panjang

c. Hiperaldosteronisme primer yaitu pasien dengan sekresi aldosteron berlebihan terdapat pada 0,5% dari seluruh kasus hipertensi. Lesi biasanya terletak pada adenoma adrenal, tetapi beberapa pasien memiliki hiperplasia adrenal bilateral

d. Sindrom Cronn berkaitan dengan peningkatan pembentukan hormon korteks adrenal. Hormon ini adalah bagian dari jalur hormonal yang menyebabkan retensi garam dan air oleh ginjal. beban garam dan air yang berlebihan di dalam tubuh akibat peningkatan kadar aldosteron menyebabkan tekanan darah meningkat.

4. Hipertensi neurogenik terjadi akibat lesi saraf . Masalahnya adalah kesalahan kontrol tekanan darah akibat defek di pusat kontrol kardiovaskuler atau di baroreseptor. Hipertensi neurogenik juga dapat terjadi sebagai respon kompensasi terhadap penurunan aliran darah otak. Sebagai respon terhadap ganguan ini, muncullah suatu refleks yang meningkatkan tekanan darah sebagai usaha untuk mengalirkan darah kaya oksigen ke jaringan otak secara adekuat.5. Penyebab lain Hipertensi Sekunder

Selain keempat kategori di atas terdapat penyebab lain berupa penggunaan hormone estrogen pada wanita. Peningkatan tekanan darah pada wanita pengguna kontrasepsi oral disebabkan oleh expansi volume karena meningkatnya aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron. Abnormalitas primer adalah pada peningkatan sintesis renin oleh hepar. Kontrasepsi dihubungkan dengan hipertensi lebih sering pada wanita berusia diatas 35 tahun dengan pemakaian kontrasepsi lebih dari 5 tahun dan pada mereka y gemuk. Hipertensi bersifat reversibel dengan menghentikan penggunaan kontrasepsi. Selain itu dapat diakibatkan karena gangguan elektrolit berupa hiperkalemia, gangguan anatomi coarctasio aorta, akromegali, hipertiroidisme, hiperparatiroid, pengobatan dengan siklosporin dan NSAID, serta sleep apnea. Abnormalitas pada peningkatan sintesis renin oleh hepar ini dapat dihubungkan dengan hipertensi sekunder.

Pada faktanya pasien yang memiliki hipertensi pada usia muda tanpa riwayat keluarga dengan hipertensi atau mereka yang pertama kali menunjukkan gejala hipertensi pada usia diatas 50 tahun, lebih cenderung memiliki hipertensi sekunder. C. Faktor Resiko1. Beberapa Faktor Yang Tidak Dapat Diubaha. Usia: Seiring bertambahnya usia, maka semakin besar kemungkinan Anda mengembangkan tekanan darah tinggi, terutama sistolik akibat arteri menjadi keras. Hal tersebut sebagian besar disebabkan oleh aterosklerosis atau pengerasan arteri.

b. Ras: Lebih banyak orang Afrika-Amerika memiliki tekanan darah tinggi dibandingkan orang kulit putih. Orang Afrika-Amerika mengembangkan tekanan darah tinggi pada usia lebih muda dan lebih cepat mengembangkan komplikasi tekanan darah tinggi yang lebih parah.

c. Riwayat keluarga (Turunan): Tekanan darah tinggi cenderung menurun di keluarga.

d. Jenis Kelamin: Umumnya, pria memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengembangkan tekanan darah tinggi dibandingkan wanita. Kemungkinan ini bervariasi tergantung dari umur dan beragam diantara kelompok etnis.

2. Beberapa Faktor Yang Dapat Diubaha. Obesitas: Defisini obesitas yaitu jika berat badan Anda lebih berat 30% atau lebih di atas berat badan ideal Anda. Obesitas terkait erat dengan tekanan darah tinggi.Orang yang gemuk memiliki kemungkinan dua hingga enam kali lebih besar untuk mengembangkan tekanan darah tinggi dibandingkan mereka yang berat badannya di kisaran berat badan ideal.

b. Sensitivitas natrium (garam): Beberapa orang mempunyai sensitivitas tinggi terhadap natrium (garam), dan tekanan darah mereka naik jika mereka makan garam. Mengurangi asupan natrium cenderung menurunkan tekanan darah mereka. Bacalah label makanan untuk mengetahui berapa banyak kandungan natrium di dalamnya. Hindari makanan yang mengandung natrium tinggi. Tujuan yang ingin dicapai adalah tidak lebih dari 1500 mg natrium per hari.

c. Minum alkohol: Minum lebih dari 1-2 gelas alkohol per hari cenderung meningkatkan tekanan darah pada mereka yang sensitif terhadap alkohol.

d. Penggunaan kontrasepsi oral: Beberapa wanita yang menggunakan pil KB mengalami tekanan darah tinggi.

e. Kurang olahraga (kurang aktivitas fisik): Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik memberikan kontribusi terhadap pengembangan obesitas dan tekanan darah tinggi.

f. Obat-obatan: Ada beberapa obat tertentu yang cenderung meningkatkan tekanan darah, seperti amfetamin (stimulan), pil diet, dan beberapa pil yang digunakan untuk mengobati gejala flu dan alergi.

D. Gejala Klinik

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan, yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Retina merupakan bagian tubuh yang secara langsung bisa menunjukkan adanya efek dari hipertensi terhadap arteriola (pembuluh darah kecil). Dengan anggapan bahwa perubahan yang terjadi di dalam retina mirip dengan perubahan yang terjadi di dalam pembuluh darah lainnya di dalam tubuh, seperti ginjal. Untuk memeriksa retina, digunakan suatu oftalmoskop. Dengan menentukan derajat kerusakan retina (retinopati), maka bisa ditentukan beratnya hipertensi.

Jika hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala seperti sakit kepala bagian oksipital, kelelahan, epistaksis, pusing dan migren, mual dan muntah, sesak nafas, gelisah, padangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jatung dan ginjal.E. Diagnosis

1. Gejala dan Tanda

Kebanyakan pasien tidak memiliki gejala yang spesifik karena peningkatan tekanan darahnya. Adanya gejala yang membuat pasien datang ke dokter berhubungan dengan 3 hal: (1) peningkatan tekanan darah itu sendiri, (2) penyakit hipertensi vaskular dan (3) penyakit lain yang menyertai (pada hipertensi sekunder).

Peningkatan tekanan darah menimbulkan gejala antara lain sakit kepala biasanya pada regio occipital yang terasa pada saat pasien bangun tidur pagi hari dan hilang secara spontan. Gejala lain diantaranya pusing, palpitasi, mudah lelah dan impoten. Gejala karena penyakit hipertensi vaskular diantaranya termasuk epitaksis, hematuria, pandangan kabur karena perubahan pada retina, angina pektoris dan dispneu karena gagal jantung.

Contoh gejala pada hipertensi sekunder diantaranya :

a. Hipertensi renovaskular

Manifestasi klinisnya sangat bervariasi, seperti pada tabel dibawah ini.

Gambaran epidemiologis Hipertensi yang tidak disertai adanya riwayat keluarga Umur di bawah 20 tahun atau di atas 50 tahun

Perokok

Ras kulit putih

Gambaran hipertensinya Kenaikan tekanan darah yang mendadak dari sedang menjadi berat Hipertensi mendadak setelah trauma abdomen

Hipertensi yang sulit dikendalikan dengan terapi biasa

Terdapat retinopati yang tidak sesuai dengan tingginya tekanan darah

Respons terapi yang sempurna terhadap penghambat enzim pengkonversi angiotensin

Tidak terdapat respons atau terjadi peningkatan tekanan darah setelah pemberian diuretik

Keterlibatan ginjal Azotemia yang tidak bisa diterangkan penyebabnya Proteinuria berat yang tidak bisa diterangkan penyebabnya

Terjadi penurunan fungsi ginjal setelah terapi dengan penghambat enzim pengkonversi angiotensin

Adanya hiperaldosteronisme Hipokalemia Alkalosis

Gambaran lain Terdengar murmur di daerah abdomen Terdengar murmur di daerah karotis atau pembuluh darah besar lain

Peningkatan aktivitas renin plasma (ARP) yang tak dapat diterangkan sebabnya

Tes seleksi diantaranya adalah pielografi intravena sekuensial, ARP, perifer dan renogram Hippuran. Pada pielogram intravena sekuensial, ginjal yang sakit tampak lebih kecil (berbeda 30 meq/24 jam dan rasio aldosteron/ARP > 30 50. Tes supresi kaptopril dilakukan dengan pemberian 25 mg kaptopril, sesudah 2 jam kadar aldosteron > 15 (g/dl. c. Cushings Syndrome

Gejala klinis tergantung dari aktivitas glukokortikoid yaitu mudah lelah, striae, moon face, obesitas daerah perut, hipertensi gangguan toleransi glukosa, ulkus peptikum, osteoporosis, mudah timbul ekimosis, simenorea. Diagnosis Cushings syndrome selain gejala klinis juga perlu pemeriksaan laboratorium atau sarana penunjang lain seperti CT-Scan atau MRI. Tes laboratorium mengukur kortikol urin 24 jam atau kortisol plasma jam 8 pagi sesudah mendapat deksametason 1mg pada jam 11 malam. Kortisol dalam urin meningkat sampai 2 kali lipat atau lebih dari normal. Dengan tes deksametason pada orang normal, kadar kortisol dalam plasma kurang dari 4 (g/dl, sedangkan pada Cushings syndrome kortisol dalam plasma > 10 (g/dl. Uji supresi deksametason juga dilakukan untuk membedakan tumor adrenal dan hipertensi yaitu pemberian deksametason dosis rendah 2 mg/hari selama 2 hari I disusul 8 mg/hari selama 2 hari berikutnya.d. FeokromositomaHipertensi bersifat labil dan berat disertai sakit kepala, berkeringat, palpitasi dan tremor pada tangan. Pada pasien biasa terjadi hiperglikemia.

Kebanyakan pasien kurus, pada pemeriksaan fundus didapatkan retinopati hipertensif. Karena ada hambatan fungsi baroreseptor akan terjadi hipotensi ortostatik. Pada pengukuran kadar katekolamin urin 24 jam, bila kadar katekolamin > 100 (g/hari maka norepinefrin dan epinefrin harus diukur dari sampel yang sama. Pada tumor medulla adrenal kadar katekolamin > 30 (g/hari2. Pemeriksaan Fisik

Diawali pada keadaan umum. Dilihat apakah ada tampilan moon face seperti pada Cushings Syndrome.

Selanjutnya dilakukan perbandingan tekanan darah dan denyut nadi pada kedua ekstremitas atas pada saat berbaring dan berdiri. Meningkatnya tekanan diastolik dari posisi berbaring ke posisi berdiri cocok dengan hipertensi esensial.

Pemeriksaan funduskopi dapat memberikan suatu penilaian untuk lamanya hipertensi dan prognosis. Palpasi dan auskultasi arteri karotis harus dilakukan untuk mengetahui adanya tidaknya stenosis atau oklusi. Pada pemeriksaan paru dan jantung dicari ada tidaknya tanda-tanda hipertrofi ventrikel kiri atau dekompensasi jantung. Ini biasanya ditemukan pada hipertensi dengan komplikasi.

Pada pemeriksaan abdomen didengarkan ada tidaknya bruit pada auskultasi yang menandakan adanya stenosis arteri renalis. Bruit ini memiliki komponen diastolik atau bisa kontinu, dan sangat baik terdengar pada sebelah kanan atau kiri dari garis tengah di atas umbilikus atau pada panggul. Abdomen juga harus dipalpasi untuk mencari ada tidaknya aneurisma abdomen dan pembesaran ginjal pada penyakit poliskistik ginjal.3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan dasar untuk evaluasi awal :

a. Darah perifer lengkap, protein dan glukosa di urin serta serum kreatinin dan atau nitrogen urea dalam darah, untuk menilai fungsi ginjal. Bisa juga dilakukan urinalisa secara mikroskopik

b. Hematokrit

c. Level serum postassium untuk menilai adanya mineralokortikoid yang menginduksi hipertensi

d. Glukosa ndarah digunakan untuk menilai adanya diabetes mellitus yang dapat berhubungan dengan aterosklerosis, nefropati diabetik pada pasien dengan hipertensi. Adanya aldesteronisme primer, Cushings syndrome dan feokromositoma dapat berkaitan dengan hiperglikemia.

e. Kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL dan trigliserida dinilai untuk melihat ada tidaknya faktor predisposisi untuk aterosklerosis

f. EKG, harus dilakukan pada semua kasus. Sebenarnya penilaian echocardiogram lebih sensitif untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri pada hipertensi dengan komplikasi

g. Rontgen thoraks. Dapat dibantu melihat adanya dilatasi aorta atau elongasi yang tampak pada koarktasio aorta.

Pada beberapa pasien, pengaturan tekanan darah ditempat praktek menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan pengukuran di rumah. Ini disebut white-coa hypertension. Pada pasien yang dicurigai demikian dapat dilakukan pengukuran tekanan darah diluar tempat praktek dengan ambulatory blood pressure monitoring (ABPM). Alat ini diprogram untuk mengukur tekanan darah tiap 15 30 menit selama 24 jam pada saat pasien melakukan aktivitas normal sehari-hari. F. Komplikasi

Komplikasi pada hipertensi yang tidak diobati berkaitan dengan meningkatnya tekanan darah yang menimbulkan perubahan fungsi pada sistem vaskularisasi dan hati, atau karena aterosklerosis yang biasanya menyertai suatu hipertensi yang lama. 1. Penyakit hipertensif kardiovaskular Komplikasi kardiovaskular merupakan penyebab utama dari kematian karena hipertensi sekunder. Elektrokardiografi menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel kiri pada 15% kasus hipertensi kronik. Ini merupakan prediktor yang kuat untuk menentukan prognosis. Hipertrofi ventrikel kiri dapat menyebabkan gagal jantung kongestif, aritmia ventrikel, iskemia miokard dan kematian mendadak.

2. Penyakit hipertensif serebrovaskular

Hipertensi merupakan predisposisi utama dari stroke, terutama perdarahan intraserebral dan juga infark serebral. Komplikasi serebrovaskular ini sangat berkaitan dengan tekanan darah sistolik daripada tekanan darah diastolik. Insiden dari komplikasi ini dikurangi dengan penggunaan terapi antihipertensi.

Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol juga dapat mempengaruhi kemampuan Anda untuk berpikir, mengingat dan belajar. Masalah dengan konsep memori atau pemahaman lebih sering terjadi pada orang yang memiliki tekanan darah tinggi.

3. Penyakit ginjal hipertensi

Hipertensi kronik dapat menimbulkan nefrosklerosis, penyebab umum dari renal insufisiensi. Pengontrolan tekanan darah yang agresif dapat mengurangi proses ini. Pada pasien dengan hipertensif nefropati, tekanan darah harus 130/85 mmHg atau lebih rendah bila ada proteinuria. ACE inhibitor terbuktif efektif untuk mencegah komplikasi lanjut.

4. Komplikasi aterosklerosis

Merupakan komplikasi hipertensi jangka lama. Faktor resiko pembentukan aterosklerosis diantaranya juga termasuk : merokok, dislipidemia dan DM. Terapi antihipertensi dapat efektif untuk mengurangi adanya komplikasi lanjut yang dapat menimbulkan penyakit jantung koroner. Komplikasi ini biasa diikuti oleh Sindrom Metabolik. Sindrom ini termasuk sekelompok gangguan metabolisme tubuh yang ditandai dengan lingkar pinggang meningkat, trigliserida tinggi, rendahnya high-density lipoprotein (HDL), tekanan darah tinggi, dan kadar insulin tinggi. Jika seseorang memiliki tekanan darah tinggi, orang tersebut mungkin memiliki komponen lain dari sindrom metabolik. Komponen tersebut berupa semakin besarnya risiko terkena penyakit diabetes, penyakit jantung atau stroke.

G. PenatalaksanaanPenanggulangan hipertensi sekunder secara umum adalah pengobatan kausal penyebab dari hipertensi sekunder, berbeda dengan hipertensi primer yang bertujuan menghilangkan gejala agar tidak memperburuk kondisi organ lain. Secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis penatalaksanaan : 1. Terapi Tanpa Obat (Non Farmakologis)

Secara umum penatalaksanaan non farmakologis diantaranya:

Menghilangkan stress

Pengaturan diet

Olahraga teratur

Menurunkan berat badan (bila diperlukan)

Kontrol faktor resiko lain yang bisa memperberat terjadinya aterosklerosis. Pengaturan diet terdiri atas 3 aspek :

a. Karena manfaat dari restriksi natrium dan volume intravaskular dalam menurunkan tekanan darah, pasien sebelum diinstruksikan untuk mengurangi intake natrium secara drastis. Bagaimanapun juga beberapa penelitian menyebutkan adanya penurunan 5 mmHg pada tekanan darah sistolik dan penurunan 2,6 mmHg pada tekanan diastolik bila sodium dikurangi sampai 75 meq/hari. Seperti telah diketahui sebelumnya bahwa beberapa pasien dengan hipertensi sangat sensitif terhadap garam dan kadar asupan sodium mempengaruhi tekanan darah. Karena tidak adanya resiko yang nyata dari restriksi natrium ringan, pendekatan yang paling praktis ialah dengan menyarankan diet restriksi natrium ringan (hingga 5 gr NaCl/hari), yang bisa didapatkan dengan tidak menambahkan garam pada makanan yang biasa. Pendekatan yang pada faktornya berguna ialah dengan metode diet DASH (dietary approaches to stop hypertension) yang menggunakan makanan-makanan alami yang tinggi kalium dan rendah lemak jenuh, penekanan pada konsumsi buah dan sayuran serta produk-produk rendah kalori. Diet ini secara signifikan menurunkan tekanan darah kepada hipertensi stage I. Kombinasi dari diet DASH dengan restriksi natrium sedang akan membuat tekanan darha yang besar daripada dengan manipulasi diet tunggal.

b. Restriksi kalori diharuskan pada pasien hipertensi dengan overweight. Beberapa pasien yang obese menunjukkan penurunan tekanan darah yang signifikan sebagai konsekuensi dari penurunan berat badan. Pada penelitian TAIm (Trial of Antihypertensive Interventions and Management), penurunan berat badan (rata-rata 4,4 kg dalam 6 bulan) akan menurunkan tekanan darah sebanyak 2,5 mmHg.

c. Restriksi asupan kolesterol dan lemak jenuh direkomendasikan, karena dengan diet ini akan menurunkan insiden komplikasi arteriosklerosis. Olahraga teratur juga dianjurkan sesuai dengan status batas kardiovaskular pasien. Olahraga tidak hanya membantu menurunkan berat badan tetapi juga terbukti menurunkan tekanan arteri. Olahraga isotonik (seperti berenang, joging) lebih baik daripada olahraga isometrik (seperti angkat beban).

2. Terapi Dengan Obat (Farmakologis)1. Hipertensi ginjal

Terdapat cukup bukti bahwa hipertensi mempercepat penurunan fungsi ginjal. Berhubungan dengan patofisiologi hipertensi dan kelainan ginjal, pengobatan hipertensi akan mengurangi progresivitas fungsi ginjal.

a. Pembatasan Natrium

Retensi natrium disertai peningkatan cairan ekstraselular sangat berperan terhadap hipertensi ginjal dan penurunan tekanan darah. Cara-cara pembatasan natrium yaitu: (1) pembatasan natrium dalam sehari sampai 2 g (88 mmol); (2) Mengukur berat badan dan tekanan darah secara teratur; (3) pemeriksaan ureum dan kreatinin serum dan (4) dilarang pemberian tambahan garam kalium.

Pembatasan natrium sebanyak 2 g/hari pada pasien rawat jalan sangat bermanfaat tetapi perlu pendidikan terhadap diet dan kerjasama dengan pasien. Pasien dievaluasi terhadap tanda-tanda dehidrasi (hipotensi ortostatik atau penurunan berat badan yang cepat) atau peningkatan ureum dan kreatinin. Bila terjadi gagal ginjal terminal dengan gejala asidosis metabolik yang memerlukan bikarbonat, pemakaian natrium perlu disesuaikan. Pemberian cairan sitrat lebih baik daripada natrium klorida. Bila dengan cara ini belum memberikan hasil yang memuaskan terhadap pengendalian tekanan darah, perlu ditambahkan diuretic.

b. Diuretik

Tiazid khasiatnya kurang bila diberikan pada pasien hipertensi renal dengan kadar kreatinin lebih dari 2 mg% atau kliren kreatinin kurang dari 30 mL/menit sebab kerjanya pada nefron distal dimana natrium rendah.

Diuretik loop seperti furosemid, asam etakrin, bumetamid, dan toresemid merupakan pilihan utama untuk penanggulangan kelebihan cairan ekstraselular dan hipertensi dengan filtrasi glomerolus kurang dari 30 ml/menit. Kerja diuretik loop adalah menghambat reabsorbsi natrium dan klorida pada loop Henle yang naik di daerah medulla sebanyak 25 30%. Perlu pembatasan natrium selama pengobatan dengan diuretik, sebab retensi natrium dapat terjadi sebagai kompensasi. Berat badan ditimbang setiap hari dan waktu penimbangan yang sama untuk mengetahui keseimbangan natrium. Dosis permulaan furosemid pada pasien dengan filtrasi glomerolus kurang dari 50% adalah dosis tunggal intravena 40 mg perhari atau oral 80 mg perhari.

Efek samping adalah hipokalemia dan gangguan toleransi gula. Efek furosemid menjadi toksik bila gagal ginjal memburuk atau pemberian bersama aminoglikosida. Pengobatan kombinasi diuretik loop dan tiazid

Pengobatan kombinasi ini dapat memberi khasiat positif walaupun tes klirens kreatinin kurang dari 10 mL/menit. Kerja pengobatan kombiasi ini adalah diuretik loop bekerja pada bagian proksimal yang menghambat absorbsi natrium, sehingga natrim yang tiba di distal diekskresi oleh diuretik tiazid

c. Penghambat Enzim Pengkonversi Angiotensin

Kerja obat golongan ini adalah menurunkan tekanan dalam kapiler glumerulus sehingga mencegah terjadinya sklerosis dan kerusakan glomerulus. Menurut Diabetes Collaborative Study Group pada diabetes tipe II, pemberian kaptopril dapat memperlambat progresivitas fungsi ginjal. Jadi kerja penghambat enzim pengkonversi angiotensin selain antihipertensi juga untuk memperlambat progresivitas penyakit ginjal.

d. Antagonis Kalsium

Antagonis kalsium mempunyai sifat vasodilatasi arteriol aferen sehingga tekanan dalam kapiler glomerulus meningkat. Keadaan tersebut dalam waktu lama akan mempengaruhi fungsi ginjal.

e. Pengobatan Kombinasi

Pengobatan kombinasi antara golongan penghambat enzim pengkonversi angiotensin dan antagonis kalsium diberikan pada pasien hipertensi dengan gagal ginjal yang berat atau yang telah resisten. Bila kombinasi kedua obat tersebut belum berhasil dapat ditambahkan vasodilator seperti minoksidil. Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos dan mengakibatkan penurunan resisten vaskular yang diikuti oleh aktivitas simpatik dan terjadi takikardia. Penyekat beta perlu ditambahkan untuk mencegah rangsangan pada jantung.

f. Diet Rendah Protein

Diet rendah protein mempunyai pengaruh terhadap penurunan tekanan dalam kapiler glomerulus. Karena itu diet rendah protein perlu dilakukan bersamaan dengan cara-cara di atas untuk mengendalikan tekanan darah agar penurunan faal ginjal dapat diperlambat. Pembatasan protein adalah 0,3 sampai 0,5 kg/BB. 2. Hipertensi Renovaskular

Penatalaksanaan hipertensi renovaskular meliputi terapi obat, Percutaneus Transluminal renal Angiplasty (PTRA), nefrektomi, dan ablasi renal (renal ablation).

Banyak studi menunjukkan bahwa tekanan darah dapat dikendalikan pada kebanyakan pasien hipertensi renovaskular, terutama pada pemakaian penghambat enzim pengkonversi angiotensin dosis tinggi atau kombinasi beberapa obat antihipertensi. Namun demikian, pemakaian obat antihipertensi memberikan risiko penyumbatan arteri renalis yang dapat mengakibatkan trombosis arteri atau perburukan fungsi ginjal yang progresif.

Penghambat enzim pengkonversi angiotensin walaupun efektif dalam menurunkan tekanan darah tetapi memberikan risiko yang tinggi untuk terjadinya azotemia, akibat penurunan laju filtrasi glomerulus. Antagonis kalsium menghambat aktivitas angiotensin II pada arteriol sistemik, arteriol aferen, mesangium dan zona glomerulosa korteks adrenal. Jadi, antagonis kalsium tidak menghambat secara penuh aksi angiotensin II pada arteri aferen. Dengan demikian, berbeda dengan penghambat enzim pengkonversi angiotensin, antagonis kalsium dapat mempertahankan laju filtrasi glomerulus pada daerah ginjal setelah stenotik (post stenotic area). Penyakit beta (beta blocker) juga efektif dalam menurunkan tekanan darah karena kerjanya yang menghambat sekresi renin. Tetapi risiko untuk terjadinya penurunan laju filtrasi glomerulus daerah ginjal setelah stenotik tetap tinggi. Diuretik, dapat dipergunakan pada hipertensi yang resisten, tetapi pada umumnya tidak terlalu efektif.

Percutaneus transluminal renal angioplasty (PTRA), nefroktomi dan ablasi renal, adalah tindakan-tindakan bedah yang dapat mengatasi hipertensi renovaskular secara kausal. 3. Hiperaldosteronisme Primer

Bila penyebabnya adalah suatu adenoma, pembedahan merupakan pengobatan pilihan, walaupun tidak semua pasien berhasil menjadi normotensi. Pada bentuk hiperplasia pengobatan ditujukan untuk memperbaiki keseimbangan elektrolit yaitu dengan pemberian antagonis aldosteron (spironolakton) atau diuretik hemat kalium (amilorid).

4. Cushings Syndrome

Pada tumor adrenal dilakukan tindakan pembedahan dan pemberian kortikosteroid sebagai subtitusi. Pada kasus hyperplasia akibat rangsangan ACTH, pengobatan ditujukan baik terhadap kelenjar adrenal maupun terhadap hipofisis. Bila harus dilakukan pembedahan terhadap kelenjar adrenal, harus diikuti dengan pemberian kortkosteroid subtitusi.

5. Feokromositoma

Pengobatan medikamentosa mendahului tindakan pembedahan sangat bermanfaat. Fenoksibenzamin (dibenzilin) atau prazosin oral sangat efektif. Antagonis kalsium juga digunakan oleh beberapa sarjana. Penghambat ( dan ( yaitu labetalol secara teori bermanfaat. H. Farmakoterapi 1. Golongan ACE Inhibitor

a. AccuprilKandungan

: Kuinapril hidroklorida 5 mg; 10 mg; 20 mgProduksi

: Pfizer

Golongan

: KIndikasi

: Hipertensi dan gagal jantung kongestif

Dosis

: 1 kali sehari 1 tablet; Dosis awal : 1 kali sehari 5 mg;

dapat ditingkatkan sampai 20-40 mg bila khasiat yang diinginkan tidak tercapai

harga : 30 tab 5 mg Rp 149.440; 30 tab 10 mg Rp 352.800; 30 tab 20 mg Rp 352.800

b. Dexacap

Kandungan

: Captopril 12,5 mg; 25 mg; 50 mgProduksi

: Dexa Medica

Golongan

: KIndikasi

: Hipertensi sedang dan berat, terapi tambahan untuk

gagal jantung.

Perhatian

: Gangguan fungsi ginjal, terapi dengan imunosupresan, penyakit pembuluh darah kolagen.

Efek Samping : Ruam, pruritus, muka kemerahan, batuk kering, kurang atau hilangnya indra pengecap, proteinuria, sakit kepala, neutropenia, hipotensi sementara.

Interaksi Obat: Efek hipotensi ditingkatkan oleh diuretik dan Antihipertensi lain dan diturunkan oleh indometasin

dan salisilat. Pemberian diuretik hemat K dapat menyebabkan hiperkalemia.

Dosis : Dewasa : Untuk hipertensi : awal 12.5-25 mg 2-3 kali/hari. Jika diperlukan dapat ditingkatkan sampai dengan 50 mg 2-3 kali/hari. Anak : awal 0.3 mg/kg berat badan/hari. Maksimal 6 mg/kg berat badan/hari. Untuk gagal jantung : awal 25 mg 3 kali/hari, sebaiknya dimulai 12.5 mg 3 kali/hari.

Harga

: dus 10x6 tab 12,5 mg Rp 11.520; 25 mg Rp 18.000; 50

mg Rp 30.720

c. Co DiovanKandungan

: Valsartan 160 mg. Hydroclortiazide 25 mgProduksi

: Novartis Indonesia

Golongan

: KIndikasi

: Hipertensi

Kontra Indikasi: Hamil dan gangguan hati berat. Sirosis billier dan

kolestatis. Anurea, gangguan ginjal berat, hipokalemia, hiponatremea, hiperkalimea dan hiperurisemia

Perhatian

: Pasien kekurangan Vol dan antrium. Stenosis arteri ginjal, gangguan hati, SLE

Efek Samping: Sakit kepala, pusing, lemah, sinusitis, infeksi saluran nafas atas, batuk, nyeri punggung, diare, infeksi virus, nyeri abdomen, keseleo, penglihatan abnormal, impotensi, ruam kulit, insomnia

Dosis

: Sehari 1 tablet

Harga

: Tablet 2 x 14 Rp. 20,456Sediaan lainnya Golongan ACE Inhibitor Sumber: Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO Indonesia)No. No.Nama DagangKandunganProduksiKeterangan

(Hipertensi sekunder)

1AccuprilKuinapril HClPfizerKardiovaskular

2Acendril KaptorilHarsenRenal

3Acenor-M 10Fesinopril NaBristol-Myers SquibbKardiovaskular

4AcepressKaptoprilBernofarmKardiovaskular

5CapotenKaptoprilBristol-Myers SquibbKardiovaskular

6CapozideKaptoprilBristol-Myers SquibbRenal

7CaptensionKaptoprilKalbe farmaKardiovaskular

8CaptoprilKaptoprilHexpharmKardiovaskular

9CarcadeRamiprilAventis pharmaKardiovaskular

10CasiprilKaptoprilTunggal idaman abdiKardiovaskular

11CibacenBenazepril HClSandozKardiovaskular

12Co DiovanValsartan, HCtNovartisKardiovaskular

13DexacapKaptoprilDexa medicaKardiovaskular

14FarmotenKaptoprilFahrenheitKardiovaskular

15FortenKaptoprilHexpharmKardiovaskular

16GoptenTrandoprilAbbottKardiovaskular

17HyperilRamiprilFerronKardiovaskular

18InaprilKaptoprilIndofarmaKardiovaskular

19InhitrilLisinoprilBernofarmKardiovaskular dan renal

20InterprilLisinoprilInterbatKardiovaskular

21LinoxalLisinoprilSandozKardiovaskular

22LocapKaptoprilSandozKardiovaskular

23LotensinKaptoprilKimia farmaKardiovaskular

24MeiprilEnalapril maleatMeijiKardiovaskular dan renal

25MetoprilKaptoprilMetiskaKardiovaskular

26NopertenLisinoprilDexa medicaKardiovaskular

27NoprilLisinoprilKimia farmaKardiovaskular dan renal

28OdaceLisinoprilDarya varyaKardiovaskular

29OtorylKaptoprilOttoKardiovaskular

30PratenKaptoprilPrafaKardiovaskular

31PrexumPerindoprilServierKardiovaskular

32PrixKaptoprilRama farmaKardiovaskular

33Ramipril OGB DexaRamiprilDexa medicaKardiovaskular

34RamixalRamiprilSandozKardiovaskular

35RedutensRamiprilDankosKardiovaskular

36RenacardonEnalapril maleatFahrenheitKardiovaskular

37ScantensinKaptoprilTempo scanKardiovaskular

38TanapressImidapril HClTanabeKardiovaskular

39TenaceEnalapril maleatCombipharKardiovaskular

40TenaprilRamiprilDexa medicaKardiovaskular

41TenatenEnalapril maleatCoronet crownKardiovaskular

42TenazideEnalapril maleatCombipharKardiovaskular

43TenofaxKaptoprilSandozKardiovaskular

44TensicapKaptoprilSanbe farmaKardiovaskular

45TensinopLisinoprilSanbe farmaKardiovaskular

46TensipharLisinoprilActavisKardiovaskular

47TensobonKaptoprilCoronet crownKardiovaskular

48TriatecRamiprilSanofi aventisKardiovaskular

49UnivascMoeksiprilPharosKardiovaskular

50VaprilKaptoprilPhaprosKardiovaskular

51ZestrilLisinoprilAstra ZenecaKardiovaskular

2. Golongan beta blockera. Biscor

Kandungan

: Bisoprolol fumarate 5 mgProduksi

: Dexa Medica

Golongan

: KIndikasi

: Terapi tunggal atau kombinasi dengan antihipertensi lain.

Kontra Indikasi: Sinus bradikardia, syok kardiogenik, blok jantung derajat 2 atau 3, penyakit jantung.

Perhatian

: Gangguan hati dan ginjal, penyakit jantung, bronkospastik, hipoglikemia, diabetes yang mendapat insulin atau obat hipoglikemik.

Efek Samping

: Mual, muntah, bradikardia, bronkospasme, ekstremitas terasa dingin, sakit kepala, lelah, lemah, vertigo, depresi, diare, pusing, parestesia, hipoestesia ansietas, mulut kering, palpitasi, aritmia lain, klaudikasio, hipotensi, nyeri dada, gagal jantung, insomia, nyeri perut, nyeri otot, kram otot, konstipasi, tremor, ruam kulit, akne, eksim, iritasi kulit, gatal, berkeringat, alopesia, angioedema, dermatitis, eksfoliatif, gangguan visual, tinitus, nyeri telinga, gout, asma, batuk, dispnea, faringitis, rinitis, sinusitis, impotensi, penyakit Peyronie, sistitis, kolik ginjal, purpura, peningkatan berat badan.

Interaksi Obat: Antagonis Ca seperti verapamil dan diltiasem, rifampisin, -bloker, antiaritmia seperti disopiramid.

Dosis : Awal 5 mg 1 kali/hari, dapat ditingkatkan menjadi 10-20 mg 1 kali/hari. Untuk pasien bronkospastik, penyakit hati (hepatitis atau sirosis) dan gangguan ginjal (bersihan kreatinin < 40 mL/menit) : awal 2.5 mg 1 kali/hari.

Harga

: Tablet salut selaput 5 mg x 3 x10 Rp. 4,719

b. Betablok Komposisi

: Atenolol 50 mg; 100 mgProduksi

: Hexpharm Jaya

Golongan

: KIndikasi

: Hipertensi, angina yang terjadi setelah kegiatan fisik.

Kontra Indikasi: Gagal jantung, sinus bradikardia, blok jantung derajat 2 dan 3, syok kardiogenik.

Perhatian

: Penghentian terapi secara perlahan pada pasien dengan penyakit iskemia jantung. Anak, hamil dan laktasi. Penghentian terapi sebelum operasi atau hati-hati bila digunakan anestesi. Penyakit bronkospastik, gagal jantung, diabetes atau hipoglikemia, tirotoksikosis atau gangguan fungsi ginjal.

Efek Samping

: Gangguan GI, bradikardia, ekstremitas terasa dingin, pusing, lelah, letargi, mengantuk, vertigo, depresi, ruam kulit, mata kering.

Interaksi Obat: Efek aditif dengan reserpin.

Dosis

: Untuk hipertensi : 50 mg/hari sebagai obat tunggal atau dengan diuretik. Jika dalam 1-2 minggu tidak respon, dosis ditingkatkan sampai dengan 100 mg/hari. Untuk angina yang terjadi setelah kegiatan fisik : 50-100 mg/hari.

Harga

: dus 3x10 Tablet Rp 61.500; 50 mg Rp 37.950c. BisosprololKandungan

: Bisoprolol 5 mgProduksi

: Hexpharm Jaya

Golongan

: KIndikasi

: Terapi tunggal atau kombinasi dengan antihipertensi lain.

Kontra Indikasi: Sinus bradikardia, syok kardiogenik, blok jantung derajat 2 atau 3, penyakit jantung.

Perhatian

: Gangguan hati dan ginjal, penyakit jantung, bronkospastik, hipoglikemia, diabetes yang mendapat insulin atau obat hipoglikemik.

Interaksi Obat: Antagonis Ca, antiaritmia misalnya disopiramid, rifampisin, -bloker.

Dosis

: Awal 5 mg 1 kali/hari, dapat ditingkatkan menjadi 10- 20 mg 1 kali/hari.

Harga

: Tablet 5 mg x 3 x 10 Rp. 2,900Sediaan lainnya Golongan beta blocker Sumber: Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO Indonesia)

No.Nama dagangKandunganProduksiKeterangan (Hipertensi sekunder)

1B BetaBisosprolol fumaratFerronKardiovaskular

2BetablokAtenolol Kalbe farmaKardiovaskular

3BiscorBisosprolol fumaratDexa medicaKardiovaskular

4BisoprololBisosprololHexpharmKardiovaskular

5ConcorBisosprolol fumaratMerckKardiovaskular

6FarmadralPropranolol HClFahrenheitKardiovaskular

7FarnorminAtenolol FahrenheitKardiovaskular

8HapsenBisosprolol hemifumaratPharosKardiovaskular

9HiblokAtenolol NufarindoKardiovaskular

10InderalPropranolol HClAstra ZenecaKardiovaskular

11InternololAtenolol InterbatKardiovaskular

12LodozBisosprolol hemifumaratMerckKardiovaskular

13LopresorMetoprolol tartrateSandozKardiovaskular

14LoprololMetoprolol tartrateIkapharmindoKardiovaskular

15MaintateBisosprolol hemifumaratTanabeKardiovaskular

16NiftenAtenolol Astra ZenecaKardiovaskular

17SpectralAsebutololAventisKardiovaskular

18SectrazideAsebutolol HClAventisKardiovaskular

19SelokenMetoprolol tartrateAstra ZenecaKardiovaskular

20SotacorSotalol HClBristol myers squibbKardiovaskular

21TenblokAtenolol Kimia farmaKardiovaskular

22TenoretAtenolol Astra ZenecaKardiovaskular

23TenoreticAtenololAstra ZenecaKardiovaskular

24TenorminAtenolol Astra ZenecaKardiovaskular

25Tensinorm Atenolol Medikon primaKardiovaskular

26ZumablokAtenolol SandozKardiovaskular

3. Golongan Ca Channel Blockera. AmdixalKandungan

: Amlodipine maleate 5 mg; 10 mgProduksi

: Sandoz

Golongan

: KIndikasi

: Hipertensi arterial. Terapi profilaksis angina pektoris.

Kontra Indikasi: Gangguan hati berat, hipotensi berat, hipersensitif terhadap amlodipine atau dihidropidin lain atau salah satu komponen obat ini. Syok kardiogenik, stenosis aorta berat, angina pektoris tidak stabil, infark miokard akut.

Perhatian

: Gangguan fungsi hati dan ginjal, gagal jantung kongestifhipotensi.

Efek Samping

: Gangguan KV (edema, palpitasi, pusing), sensasi panas dan kemerahan pada wajah, keringat berlebihan, ginekomastia, disfungsi seksual, nyeri, gangguan saluran kemih kelamin, gangguan sistem syaraf (sakit kelapa, lelah, mengantuk, somnolen), gangguan sensorik (diplopia, konjungtivitis, tinitus), gangguan GI (mual, nyeri perut), gangguan hati (ikterus, peningkatan enzim hati), kelainan kulit (eksantema), gangguan muskuloskeletal (astenia, kram otot, mialgia, artralgia).

Interaksi Obat: Efek ditingkatkan oleh antihipertensi lain dan antidepresan trisiklik, nitrat, -bloker, amiodaron, kuinidin.

Dosis

: Awal : 1 kali sehari 5 mg. Maksimal : 10 mg/hari.

Harga

: 3x10 Tablet 5 mg Rp 126.000; 10 mg Rp. 225.000b. AmcorKandungan

: Amlodipine besylate 5 mg

Produksi

: Merck

Golongan

: KIndikasi

: Hipertensi, terapi lini pertama untuk infark miokard, terapi kombinasi atau monoterapi untuk angina.

Perhatian

: Hamil, anak, Usia lanjut, laktasi. Gangguan fungsi hati dan ginjal, gagal jantung kongestif.

Efek Samping

: Sakit kepala, kelelahan, rasa panas dan kemerahan pada wajah, palpitasi, pusing, edema, somnolen, mual, nyeri perut.

Dosis

: Untuk hipertensi dan angina : Awal : 5 mg/hari, dapat ditingkatkan sampai 10 mg/hari. Untuk angina stabil kronik atau angina vasospastik : 5-10 mg/hari. Untuk pasien bertubuh kecil, rapuh, usia lanjut atau menidap insufisiensi hati : Awal : 1 kali sehari 2.5 mg

harga

: Tablet 3x30 tab Rp 138.600c. AmlodipineKandungan

: Amlodipine 5 mg; 10 mgProduksi

: Indofarma

Golongan

: KIndikasi

: Hipertensi dan angina

Kontra Indikasi: Hipersensitif terhadap dihidropiridin.

Perhatian

: Hamil, laktasi. Gangguan fungsi hati dan ginjal, gagal jantung kongestif.

Efek Samping

: Sakit kepala, kelelahan, rasa panas dan kemerahan pada wajah, palpitasi, pusing, edema, somnolen, mual, nyeri perut.

Dosis

: Untuk hipertensi dan angina : Awal : 1 kali sehari 5 mg. Maksimal : 10 mg/hari. Untuk pasien usia lanjut atau gangguan fungsi hati : Awal : 1 kali sehari 2.5 mg

harga

: Tablet 10 mg x 3 x 10Rp. 2,115

Sediaan lainnya Golongan Ca Channel Blocker Sumber: Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO Indonesia)

No.Nama dagangkandunganproduksiKeterangan (Hipertensi sekunder)

1ActapinAmlodipine besilatActavisKardiovaskular

2AmcorAmlodipine besilatMerckKardiovaskular

3AmdixalAmlodipine maleatSandozKardiovaskular

4AmlodipineAmlodipine HexpharmKardiovaskular

5AmlodipineAmlodipineIndofarmaKardiovaskular

6CalsivasAmlodipine besilatFahrenheitKardiovaskular

7CardicapAmlodipineCaprifarmindoKardiovaskular

8CardisanAmlodipineSanbe farmaKardiovaskular

9CardivaskAmlodipine besilatDankosKardiovaskular

10Ceremax ivNimodipinDankosNeurogenik

11DivaskAmlodipine besilatKalbe farmaKardiovaskular

12ExforgeAmlodipine, ValsartanNovartisKardiovaskular

13GensiaAmlodipine besilatPharosKardiovaskular

14HexavaskAmlodipine maleatHexapharmKardiovaskular

15IntervaskAmlodipine besilatInterbatKardiovaskular

16LacipilLasidipinGlaxo welcomeKardiovaskular

17LodipasAmlodipinePyridamKardiovaskular

18LopitenAmlodipine besilatGuardian pharmatamaKardiovaskular

19Loxen retardNikardipin HClNovartisKardiovaskular

20NimotopNimodipinBayerKardiovaskular

21NirmadilFelodipinFahrenheitKardiovaskular

22NormotenAmlodipine besilatSohoKardiovaskular

23NorvaskAmlodipinePfizerKardiovaskular

24PerdipineNikardipinAstellasKardiovaskular

25PlendilFelodipinAstra ZenecaKardiovaskular

26TarkaTrandolaprilAbbottKardiovaskular

27TensLasidipinBoeringher ingelheimKardiovaskular

28TensivaskAmlodipine besilatDexa medicaKardiovaskular

29TheravaskAmlodipine besilatDarya varyaKardiovaskular

30Vasdalat retardNifedipinKalbe farmaKardiovaskular

31VasgardAmlodipineKardiovaskular

32Zevask kaplAmlodipineIfarsKardiovaskular

4. Golongan Alpha blockera. CarduraKandungan

: Doxazosin mesylate 1 mg; 2 mgProduksi

: Pfizer

Golongan

: KIndikasi

: Hipertensi, hiperplasia prostat jinak dan untuk mengurangi aliran urin yang berhubungan dengan

hiperplasi prostat jinak.

Perhatian

: Hamil, laktasi, gangguan fungsi hati, hipotensi postural atau sinkop.

Efek Samping

: Astenia, pusing, sinkop, ejakulasi retrograde, IFIS (intraoperative floppy iris sysdrome), edema , pusing, kelelahan menyeluruh, kurang enak badan, sakit kepala, vertigo, mual, somnolen, rinitis, rasa panas dan kemerahan pada wajah, hipotensi ginekomastia.

Interaksi Obat: Penggunaan bersama penghambat PDE-5. Simetidin.

Dosis

: Untuk hipertensi : 1-16 mg/hari. Dosis lazim : 2-4 mg/hari. Untuk hiperplasia prostat jinak : Awal : 1 mg/hari, Dosis lazim : 2-4 mg/hari, Maksimal : 8 mg/hari.

Harga

: dus 5x10 tab 1 mg Rp277.795; 2 mg Rp475.440b. Hytrin

Kandungan

: Terazosin HCl 1 mg; 2 mgProduksi

: Abbott

Golongan

: KIndikasi

: Terapi untuk gejala hiperplasia prostat jinak (BPH) dan hipertensi.

Perhatian

: Gangguan dalam mengemudi kendaraan /

mengoperasikan mesin. Laktasi.

Efek Samping

: Mengantuk, pusing, hidung tersumbat, mual, edema perifer, astenia, hipotensi postural, nyeri pinggang, palpitasi, takikardi, gelisah, kesemutan, dyspnea, sinusitis, penglihatan kabur, impotensi.

Dosis : Dosis awal: 1 mg 1 x/hari sebelum tidur. Ditingkatkan bertahap s/d 5 mg 1 x/hari.

Harga

: dus 10x14 tab 1 mg Rp 591.000; 2x14 tab 2 mg Rp

211.450c. TensidoxKomposisi

: Doxazosin mesylate 1 mg; 2 mg; 4 mgProduksi

: Harsen

Golongan

: K

Indikasi

: Terapi hipertensi sebagai monoterapi untuk mengendalikan tekanan darah; hipertrofi prostat jinak.

Kontra Indikasi: Hipersensitif thd derivat kuinazolin.

Perhatian Khusus: Gangguan fugnsi hati; kanker prostat; hipotensi ortostatik. Dpt mempengaruhi kemampuan mengemudi atau menjalankan mesin. Hamil & laktasi. Anak.

Efek samping

: Pusing, sakit kepala, lelah/kurang enak badan, vertigo, edema, astenia, mengantuk, mual, rinitis, nyeri perut, diare, muntah, agitasi, tremor, hipotensi, ginekomastia.

Interaksi Obat: Simetidin, PDE-5 inhibitor.

Kategori Kehamilan (US FDA)Kategori C: Studi pada binatang percobaan telah memperlihatkan adanya efek samping pada janin (teratogenik atau embroisidal atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita, atau studi pada wanita dan binatang percobaan tidak dapat dilakukan. Obat hanya boleh diberikan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.

Dosis

: Hipertensi Awal 1 mg/hr,d pt ditingkatkan hingga 2-4 mg ssdh 1 atau 2 minggu terapi. Maks: 16 mg/hr. Hipertrofi prostat jinak Awal 1 mg 1 x/hr, dpt ditingkatkan s/d 2 mg/hr, lalu 4 mg/hr. Maks: 8 mg/hr. Dosis lazim: 2-4 mg/hr.

Harga

: Tensidox tab 1 mg3 10s (Rp10,000/boks)

Tensidox tab 2 mg3 10s (Rp18,000/boks)

Tensidox tab 4 mg3 10s (Rp30,000/boks)

Sediaan lainnya Golongan Alpha Blocker Sumber: Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO Indonesia)

No.Nama dagangKandunganProduksiKeterangan (Hipertensi sekunder)

1CarduraDoksazosinPfizerEndokrin

2HyrtinTerazosin HClAbbottEndokrin

3TensidoxDoksazosinHarsenEndokrin

5. Golongan Angiotensin II Antagonisa. Kaftensar Kandungan

: Losartan K 50 mg Produksi

: Kimia Farma

Golongan

: KIndikasi

: Hipertensi

Perhatian

: Hamil trimester 2 dan 3, hamil, laktasi, anak, usia lanjut, pasien dengan penurunan vol intravaskular, sirosis, stenosis arteri ginjal bilateral.

Efek Samping

: Pusing. Jarang : ruam kulit, peningkatan ALT, angioedema, diare, gangguan fungsi hati, mialgia, urikaria, pruritus, hiperkalemia.

Dosis

: 50 mg 1 kali/hari, dapat ditingkatkan sampai 100 mg/hari. Untuk pasien dengan penurunan vol intravaskular : awal 25 mg 1 kali/hari.

Harga

: Tablet salut selaput 50 mg x 3 x 10 Rp. 9,344b. AngiotenKandungan

: Losartan K 50 mgProduksi

: Kalbe Farma

Golongan

: KIndikasi

: Hipertensi

Dosis

: Untuk hipertensi: 1 kali sehari 50-100 mg Untuk

gangguan ginjal : 1 kali sehari 25 mg

Kontra Indikasi: Hipersensitif terhadap losartan K

Perhatian

: Hamil, laktasi, anak, deplesi volume intravaskuler, usia lanjut, gangguan fungsi hati, kerusakan ginjal.

Efek Samping

: Sakit kepala, dispepsia, nyeri punggung, lelah, batuk, diare, batuk, pusing, kram otot, mialgia, nyeri tungkai, insomnia, hidung tersumbat, infeksi saluran nafas atas, sinusitis.

Interaksi Obat: Diuretik tiazid : meningkatkan efek hipotensi. Angiotensin.

Harga

: Tablet 50 mg x 30 x 1 Rp. 13,823

c. Valsartan niKandungan

: Valsartan 80 mgProduksi

: Dexa Medica

Golongan

: KIndikasi

: Pengobatan hipertensi, terapi gagal jantung pada pasien yang intoleransi terhadap ACE inhibitor. Pasca infark miokard.

Kontra Indikasi: Hamil, laktasi, gagal hati yang berat, sirosis hati, obstruksi saluran empedu.

Perhatian

: Deplesi Na atau vol cairan tubuh, stenosis arteri ginjal, gangguan ginjal (bersihan kreatinin