Upload
rahmah-fitri-utami
View
892
Download
58
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS
SITOREDUKSI (DEBULKING) PADA PASIEN KANKER OVARIUM
NAMA : RAHMAH FITRI UTAMI
NIM : G1A212042
JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2012
Sitoreduksi (Debulking) pada Pasien Kanker Ovarium
Sekitar dua pertiga dari pasien kanker ovarium, penyakit akan berkembang
sampai stadium III-IV. Dengan demikian, terapi multimodalitas sangat penting
untuk mencapai hasil yang maksimal. Pendekatan terapi pada stadium lanjut mirip
dengan stadium I dengan sedikit modifikasi bergantung pada penyebaran
metastasis dan keadaan umum penderita. Tindakan operasi atau pembedahan yang
biasa dilakukan pada pasien kanker ovarium stadium lanjut adalah debulking atau
sitoreduksi.
1. Definisi dan Indikasi
Debulking atau sitoreduksi merupakan suatu prosedur pembedahan
berupa pengurangan massa tumor pada pasien kanker ovarium yang sudah
mengalami metastasis ke organ atau jaringan lain. Tindakan operasi ini
dilakukan terhadap tumor primer maupun metastasisnya di omentum, usus,
dan peritoneum (Covens, 2000).
2. Tujuan
Tindakan operasi ini tidak kuratif sehingga diperlukan terapi adjuvant
untuk mencapai kesembuhan. Bedah sitoreduksi pada umumnya hanya
bertujuan untuk mengurangi asites, mengurangi tekanan terhadap organ
sekitarnya, dan meningkatkan rasa nyaman pada penderita. Pembedahan
dilanjutkan dengan enam program kemoterapi berbasis platinum. Namun
beberapa wanita tidak dianjurkan mendapat terapi dengan pembedahan, hal ini
mengkin disebabkan karena kondisi kesehatan atau, kondisi tumor yang tidak
mungkin dioperasi. Agar mendapat kondisi klinis yang efektif, sebelum
memulai program pengobatan pasien harus dinilai kondisinya (Harter, 2010).
3. Teknik Sitoreduksi
Ada dua jenis teknik sitoreduksi yaitu:
a. Sitoreduksi konvensional
Teknik ini adalah teknik yang biasa dilakukan, yaitu operasi yang
bertujuan untuk membuang masa tumor sebanyak mungkin dengan
menggunakan alat operasi yang lazim dipakai. Dengan operasi ini
keberhasilan mereduksi tumor dibedakan atas 2 golongan yaitu:
1) Optimal debulking : jika diameter sisa tumor setelah operasi kurang
dari 2 cm.
2) Suboptimal debulking: jika masa tumor sisa lebih dari 2 cm.
Griffith dan kawan-kawan menyatakan bahwa terdapat hubungan
terbalik antara survival dengan residu tumor. Pasien dengan optimal
debulking memilki survival yang lebih baik yaitu dengan mean-survival 39
bulan, sedang pasien dengan suboptimal debulking adalah 17 bulan dan
tidak ada yang hidup lebih dari 26 bulan (Harter, 2010).
b. Teknik baru :
1) Argon Beam Coagulator
2) Cavitron ultrasonic surgical aspirator (CUSA)
3) Teknik laser
4. Manfaat
Sejak laporan awal oleh Griffiths pada tahun 1975 mengenai
debulking, maka semakin sering nilai debulking dibahas. Banyak hasil studi
retrospektif yang menyatakan kemampuan bertahan hidup pada wanita
dengan kanker ovarium meningkat setelah mendapatkan terapi bedah
sitoreduksi, dengan syarat penyakit residual kurang dari 2 cm penyakit.
Secara khusus, 2 cm penyakit residual menggambarkan hasil pembedahan di
mana tidak ada sisa dari daerah tumor yang memperoleh pembedahan dengan
ukuran lebih besar dari 2 cm. Kemampuan bertahan hidup akan meningkat
seiring kecilnya ukuran penyakit residual, jika kurang dari 1,5 cm, kurang
dari 1 cm, atau kurang dari 0,5 cm. Kemampuan bertahan hidup yang paling
optimal dilaporkan jika tidak ada penyakit residual hingga operasi selesai
(Eisenkop, 1998). Harus dijelaskan pada pasien untuk mempertimbangkan
debulking yang optimal, untuk dapat mengetahui seberapa besar penyakit
residual, dimana pasien harus bisa memastikan bahwa sisa tumor berukuran
kurang dari 1 cm.
Ada beberapa alasan mengapa reseksi implan kanker ovarium diyakini
dapat memperpanjang kelangsungan hidup, antara lain:
a. Operasi akan mengangkat mayoritas sel tumor yang kemoresistan.
b. Pengangkatan massa nekrotik akan meningkatkan transport obat untuk
sisa sel yang bervaskularisasi baik.
c. Sisa tumor yang melengket lebih cepat berkembang dan karena itu lebih
sensitif terhadap pemberian kemoterapi.
d. Dapat mengurangi jumlah sel-sel maligna sehingga memerlukan siklus
kemoterapi yang lebih sedikit sehingga mengurangi kemoresistan.
e. Pengangkatan tumor yang besar berpotensi memperbaiki sistem imun
tubuh pasien (Harter, 2010).
Keuntungan debulking secara klinis yang relevan masih diperdebatkan
(Covens, 2000). Namun, karena bedah sitoreduksi memiliki beberapa
keuntungan, maka dapat dilakukan kapan saja apabila kondisi klinisnya baik.
Karena tujuannya adalah reseksi kanker ovarium secara maksimal dan semua
penyakit metastasis, maka laparoskopi sesungguhnya tidak diperlukan lagi.
Namun, terdapat berbagai prosedur lain yang diperlukan untuk mencapai
minimal penyakit residual (Chi, 2006).
5. Operabilitas operasi Sitoreduksi
Operasi ini dimaksudkan untuk reduksi massa tumor pada kanker
ovarium yang menyebar pada kavum abdomen dan retroperitonium dengan
kesadaran bahwa tidak ada harapan kesembuhan. Apabila ditemukan kondisi
berikut, maka kasusnya dianggap inoperable:
a. Metastasis di parenkim hepar
b. Metastasis di pancreas
c. Metastasis di lien pada stadium IV
d. Metastasis di kelenjar paraaorta di daerah suprarenal
e. Penetrasi diafragma oleh metastasis
f. Metastasis di porta hepatis
g. Infiltrasi dinding abdomen
Metastasis ini harus segera ditentukan agar penderita terhindar dari
tindakan operasi yang luas dan reseksi organ yang berlebihan.
6. Prosedur Sitoreduksi
a. Eksplorasi
Pada umumnya, sayatan vertikal dianjurkan untuk mempermudah
akses ke seluruh abdomen. Pasien dengan penyakit lanjut tidak
memerlukan pencucian peritoneal atau penilaian sitologi cairan, namun
seringkali beberapa liter ascites perlu dievakuasi untuk meningkatkan
akses. Selanjutnya, abdomen dieksplorasi secara hati-hati dengan cepat
untuk menentukan apakah debulking optimal layak. Evaluasi pembedahan
secara minimal adalah lebih baik untuk kondisi debulking luas jika jelas
bahwa tumor lebih besar dari 2 cm akan tertinggal. Jika histerektomi dan
BSO yang tidak mungkin, biopsi sampling ovarium dan endometrium
dapat dilakukan. Namun, jika dilakukan pembedahan, maka operasi harus
dimulai dengan prosedur paling rumit (Ramirez, 2011).
b. Omentektomi
Seringkali, sebuah omentektomi infracolic dapat dilakukan dan
diperpanjang dengan mudah yaitu di area supracolic. Frozen section dapat
digunakan sebagai media untuk mengkonfirmasikan diagnosis kanker
ovarium presumptif epitel.
Bila omentum telah dipenuhi oleh metastasis, omentektomi dapat
dilakukan terlebih dahulu sebelum tumor di daerah pelvis dieksplorasi.
Bila terjadi perlengketan dengaan lien terkadang dapat pula dilakukan
dengan splenektomi.
c. Reseksi tumor pelvis
Setelah omentektomi, kemudian yang dinilai berikutnya adalah
panggul. Biasanya dilakukan histerektomi per-abdominal total dan BSO.
d. Reseksi Kelenjar Getah Bening Retroperitoneal (Limfadenektomi)
Pada kasus dengan ukuran nodul tumor pada abdomen kurang
dari 2 cm (stadium IIIB) harus dilakukan biopsi node pelvis bilateral dan
para-aorta. Pada pasien dengan penyakit stadium IV dengan nodul tumor
perut minimal 2 cm (sudah stadium penyakit IIIC), tindakan diseksi nodal
tidak selalu diperlukan. Konfirmasi metastasis kelenjar getah bening
secara histologi mengurangi kebutuhan untuk sampling lebih lanjut.
Namun, apabila tidak dilakukan sampling, maka belum diakui secara
signifikan persentase nodal secara makroskopik (Eisenkop, 2001).
Namun, masih ada beberapa perdebatan tentang definisi optimal
debulking, haruskah limfadenektomi sistematis dimasukkan atau cukup
hanya dengan menghilangkan kelenjar getah bening yang membesar dan
teraba. Hal ini disebabkan karena 81% dari pasien dengan penyakit lanjut
memiliki metastasis kelenjar getah bening yang sering tidak terdeteksi
oleh palpasi. Selain itu, sebagian besar nodus metastasis berlokasi di area
para-aorta bagian atas dan interaortocaval (Harter, 2010).
Gambar 1. Probabilitas node positif pada pasien kanker ovarium
e. Reseksi Organ-organ lain
Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam upaya pembedahan
sitoreduksi diperlukan beberapa prosedur tambahan lain seperti
spelenectomy, reseksi diafragma, reseksi usus besar dan usus halus. Untuk
tujuan penegakkan diagnostik, appendectomy juga sering dilakukan
(Bristow, 2002).
7. Sitoreduksi Sekunder atau Interval
Banyak pasien tidak mengalami debulking yang optimal pada awal
pembedahan. Dalam beberapa kasus, dari tes pencitraan akan disarankan
untuk dilakukan pembedahan. Sitoreduksi sekunder merupakan sebuah
pembedahan yang dilakukan pada pasien setelah kemoterapi, biasanya 2 atau 3
siklus, dengan upaya untuk menghilangkan tumor yang tersisa yang belum
hilang oleh kemoterapi (Ramirez, 2011).
Pasien yang dapat menerima operasi sitoreduksi sekunder harus
memenuhi kriteria berikut :
(1) platinum-sensitif,
(2) memiliki interval panjang bebas penyakit yaitu selama 16 sampai 18
bulan,
(3) situs kekambuhan yang lokal dan mampu menerima sitoreduksi secara
lengkap, dan
(4) tidak ada ascites
Untuk mencapai manfaat kelangsungan hidup maksimal, debulking
harus menghasilkan minimal residual disease (Harter, 2006). Namun, sekitar
setengah dari pasien akan dibahas tanpa mencapai tujuan ini. Selanjutnya,
seperti dalam sitoreduksi primer, manfaat terhadap kelangsungan hidup
keseluruhan dari pendekatan ini belum pernah diteliti dalam uji coba klinis
secara acak.
Pasien dengan sitoreduksi sekunder yang optimal (diameter massa
tumor < 1 cm) mampu bertahan hidup selama 16 sampai 60 bulan.
Sedangkan, pasien-pasien dengan diameter massa tumor ≥ 1 cm hanya
mampu bertahan hidup selama 8 sampai 27 bulan. Namun, manfaat dari
operasi bila dibandingkan dengan kemoterapi saja, tidak jelas karena
kurangnya data (Ramirez, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Bristow RE, Tomacruz RS, Armstrong DK, et al. 2002. Survival effect of
maximal cytoreductive surgery for advanced ovarian carcinoma during
the platinum era: a meta-analysis. J Clin Oncol.20(5):1248-1259.
Chi DS, Eisenhauer EL, Lang J, et al. 2006. What is the optimal goal of primary
cytoreductive surgery for bulky stage IIIC epithelial ovarian carcinoma
(EOC)? Gynecol Oncol.103(2):559-564.
Covens AL. 2000. A critique of surgical cytoreduction in advanced ovarian
cancer. Gynecol Oncol. 78: 269-74.
Eisenkop SM, Friedman RL, Spirtos NM. 2000. The role of secondary
cytoreductive surgery in the treatment of patients with recurrent epithelial
ovarian carcinoma. Cancer. 88: 144-153.
Eisenkop SM, Friedman RL, Wang HJ. 1998. Complete cytoreductive surgery is
feasible and maximizes survival in patients with advanced epithelial
ovarian cancer: A prospective study. Gynecol Oncol. 69: 103-108.
Harter P, du Bois A, Hahmann M, et al. 2006. Surgery in Recurrent Ovarian
Cancer: The Arbeits gemeinschaft Gynaekologische Onkologie (AGO)
DESKTOP OVAR Trial. Ann Surg Oncol. 13: 1702-1710.
Harter P, Pfisterer J, du Bois A. 2010. Cytoreductive surgery for ovarian cancer.
Transworld Research Network. 35-49.
Ramirez I, Chon HS, Apte SM. 2011. The Role of Surgery in the Management of
Epithelial Ovarian Cancer. Cancer Control. 18 (1) : 22-30.