30
TUGAS Sistim Jar. RS Disusun Oleh : SABASTIANUS 11.04.055 PROGRAM STUDI DIII TEKNIK ELEKTROMEDIK STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG 2013

Tugas Bu Ina

Embed Size (px)

Citation preview

TUGAS

Sistim Jar. RS

Disusun Oleh :

SABASTIANUS

11.04.055

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK ELEKTROMEDIK

STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG

2013

PH METER

a. Prinsip Dasar

1. Fungsi

pH meter merupakan salah satu dari peralatan laboratorium yang berfungsi

untuk mengukur angka keamanan suatu larutan / cairan.

2. Gambaran

pH meter terdiri dari dua komponen yaitu peralatan dan elektroda.

Elektroda dihubungkan ke peralatan melalui kabel dengan connector pada

ujungnya. Ada bermacam – macam model dari connector yang digunakan

pada pH meter, tapi hanya dua model yang paling biasa dipakai yaitu model

standar Amerika dan BNC Connector.

Pemasangan pH electrode ke meter yaitu dengan cara menekan BNC

connector ke atas metal connector pada meter kemudian BNC diputar ke

kanan sampai kedudukan terkunci. Sedang untuk melepas pH electrode dari

meter yaitu kebalikan dari cara pemasangan.

pH meter model B-164 mempunyai keistimewaan yaitu mempunyai

Automatic Temperature Compensation ( ATC ) kabel hitam tipis dengan plug

2,5 mm pada satu ujung yang lain, yang dihhubungkan ke pH electrode

supaya pembaca pH bekerja, sensor temperature harus dihubungkan ke

meter.

3. pH Elektrode

Electrode yang berasal dari pabrik sudah diaktifkan dan siap digunakan.

Pada satu ujung dari electrode adalah kabel yang dihubungkan ke meter. Dan

pada ujung yang lain adalah pelindung tutup plastic ( Protective Plastic Cap ).

Jika tutup plastic dilepas, akan terlihat sedikit pH buffer 7. Buffer ini berfungsi

sebagai pembanding untuk menjaga electrode agar tidak basah selama

penyimpanan.

Jika electrode selesai digunakan, masukkan sedikit buffer 7 ke dalam

tutup plastic dan pasang kembali jika ingin menghindarkan electrode kering

untuk beberapa pembanding :

Pertama, jika electrode kering ketika akan menggunakannya rendamlah

didalam larutan buffer 7 selama 24 jam untuk menghidupkan kembali.

Kedua, biarkan electrode untuk aktif kembali sebagai hasil pengeringan lagi.

4

b. Pengoperasian

1. Kalibrasi

a. Setiap hari

Kalibrasi alat dilakukan setiap hari yang bertujuan untuk mengatur /

mengeset meter agar menampilkan angka 7 ketika electrode dimasukkan

dalam buffer 7.

Catatan : sensor temperature harus disambungkan ke penampil pH.

1) Lepaskan pelindung tutup plastic dan cuci electrode dengan air

suling. Masukkan electrode dan sensor temperature ke dalam

larutan buffer. Jaringan ATC akan melakukan koreksi temperature

dari buffer 7.

2) Putar knob control ke pH dan buat display menampilkan angka 7

dengan mengatur knob standar.

3) Cuci electrode dan sensor temperature dengan air suling dan

sekarang siap untuk mengetes sample.

b. Secara periode

1) Hubungkan pH electrode ke BNC connector meter. Lepaskan

pelindung tutup plastic electrode dari ujung electrode.

Untuk pembacaan yang akurat di bawah pH 7, kalibrasi dengan

larutan buffer 4. Sedangkan untuk pembacaan di atas ph 7,

kalibrasi dengan larutan buffer 10.

2) Masukkan pH electrode dan sensor temperature ke dalam larutan

buffer 7. Jaringan ATC akan melakukan koreksi temperature dari

larutan buffer dan sample tes.

3) Putar knob control pH dan atur knob standar sampai meter

menunjukkan pH 7.

4) Cuci electrode dan sensor temperature dengan air suling dan

masukkan kedalam larutan pH 4 atau larutan pH 10.

5) Buat meter untuk menampilkan angka 4 atau 10 dengan mengatur

SLOPE knob.

6) Kembalikan electrode ke larutan buffer 7 dan reset ke angka 7

dengan menggunakan knob standar. Mengulang, mengatur angka

7 dan angka 4 atau 10, sampai meter menunjukkan secara tepat

angka 7 jika electrode dimasukkan ke dalam larutan buffer 7. Jika

electrode dimasukkan ke dalam larutan buffer 7. Meter sudah

selesai dikalibrasi dan siap untuk mengetes sample.

5

2. Pengetesan sample

Setelah meter selesai dikalibrasi, meter siap untuk mengetes sample yang

akan di tes / diukur.

Catatan : sensor temperature harus disambungkan ke penampil / pembaca

pH.

Langkah pengetesan sample :

a) Atur knob control ke posisi pH. Jaringan ATC akan melakukan

koreksi temperature dari larutan buffer dan larutan yang akan di tes.

b) Masukkan elektode ke dalam cairan sample.

Aduk sample dengan electrode. Penampil pH akan stabil dalam 15

detik setelah pengadukkan sample dihentikan.

c) Jika pengetesan sample selesai, matikan meter. Cucilah elektode

dengan air suling dan masukkan sedikit larutan buffer 7 ke dalam

tutup pelindung dan pasang tutup kembali.

3. mV Function

Catatan : ATC dan slope control tidak mempunyai efek pada penampil milivolt.

Langkah pengoperasian :

a) Hubuingkan ion selective electrode yang sudah di pilih ke BNC

connector.

b) Putar switch control ke posisi ‘mV’ dan segera baca milivolt.

c) Jika relativitas milivolt dinginkan, isopotensial pot dapat digunakan

untuk merubah penampilan milivolt dari larutan referensi. Atur juga

isopotensial pot untuk menampilkan mV yang dipilih, sekitar + / -130

milivolt larutan referensi. Mengenal penginisialan pH electrode baru

dengan isopotensialuntuk instruksion pada pengaturan isopotensial

pot. Jika melakukan melakukan pengaturan untuk pembacaan

milivolt yang relativitas lakukan langkah b) dengan b.1) dan d)

dengan d.1)

d) Jika merubah pot “mV” untuk pembaca relativitas milivolt, diperlukan

pengaturan kembali pot dengan menggunakan pH elektode.

Lakukan : penginisialan pH electrode baru dengan pengaturan

isopotensial.

4. Penginisialan pH electrode baru dengan pengaturan isopotensial.

Walaupun setiap peralatan, pH electrodenya dikalibrasi awal sebelum

dikeluarkan oleh pabrik, perlu juga untuk mengatur kembali isopotensial pot

dari waktu ke waktu. Pengaturan kembali harus dengan pada saat pengaturan

kembali electrode dengan menggunakan meter. Jika melakukan pengaturan

6

untuk penampil relativitas milivolt, lakukan langkah b) dengan b.1) dan

langkah d) dengan d.1).

a) Buka tempat battery keluarkan battery dari tempatnya. Lokasi

isopotensial pot berada di sudut kanan.

b) Hubungkan pH electrode ke BNC Connector dan masukkan

electrode ke dalam larutan buffer 7.

b.1). Hubungkan electrode khusus ion yang sudah dipilh ke BNC

Connector dan masukkan electrode ke dalam larutan referensi.

c) Putar knob control ke posisi ‘mV’

d) Atur isopotensial pot dengan obeng runcing sampai display

menunjukkaan angka “ 000 “.

d.1). Atur isopotensial pot dengan obeng runcing untuk penampilan

yang dipilih, dalam range + / - 130 milivolt dari larutan

referensi.

e) Pengaturan isopotensial selesai. Procedure ini harus dilakukan

hanya sekali dalam pemakaian electrode.

c. Penyimpanan Elektrode

Banyak pemakai ( user ) menyimpan electrode di dalam air suling. Cara

penyimpanan seperti ini tidak baik, karena air suling mempunyai persentase ion

sedikit, yang menyuling ion dari dari bola listrik, yang menyebabkan reaksi / respon

yang lamban. Sebaiknya, pH electrode harus disimpan didalam larutan buffer 7 yang

memberikan respon / reaksi yang cepat untuk sebagian besar sample tes. Caranya

dengan memasukkan sedikit dari larutan buffer 7 ke dalam tutup pelindung electrode

ketika menyimpan elektode untuk menahan keabsahan.

Agar memberikan respon yang cepat dan low junction potensial reference

electrode, sisa junction harus dihilangkan dengan resistance rendah dan dengan

aliran ( arus ) dari isi larutan. Jika junction di biarkan kering, beberapa partikel

sample atau lapisan endapan mungkin sulit untuk melepas dari junction dengan

merendam.

Jika pH electrode dibiarkan kering, rendam elekrode lebih dari 24 jam

didalam larutan buffer 7. Membiarkan electrode untuk kering secara berulang – ulang

akan merusak electrode secara permanent.

7

d. Pemeliharaan

1. Lepas tutup pelindung electrode, isi dengan larutan buffer 7, jika selesai

menggunakan electrode.

2. Cuci dengan air suling sebelum dan sesudah memakai larutan buffer dan

setelah pengetesan sample.

3. Ganti battery meter jika tanda battery pada display menunjukan 8 volt atau

kurang.

4. Jangan menggores atau memecah kaca bola lampu pada ujung dari

electrode.

5. Jangan memasukkan meter ke tempat yang lembab atau atmosfir basah.

Meter tidak tahan air.

6. Kondisi alat dijaga dalam keadaan bersih.

7. Elektrode setelah selesai dipergunakkan dicuci yang bersih serta ujung gelas

electrode pada posisi direndam dalam air pada breaker gelas.

8. KCL pada electrode selalu dijaga dalam keadaan penuh.

9. Bila alat tidak dioperasikan battery dilepas dan disimpan pada tempat yang

kering.

e. Cara Kerja

1. Battery dikontrol dan alat pada posisi OFF.

2. Elektrode dipasang pada pH meter.

3. Elektrode distandarisasi dengan buffer pH 4 dan buffer pH 7 dengan cara :

a) Ujung gelas electrode dibilas dibilas dengan aquadest menggunakan

botol semprot dan dikeringkan dengan kertas tissue.

b) Ujung gelas electrode dimasukkan ke dalam larutan buffer pH 4

pada breaker gelas hingga ujungnya terendam semua.

c) Tombol pH diputar pelan – pelan sampai display menunjukkan

angka pH 4.

d) Ujung gelas electrode di bilas dengan aquadest menggunakan botol

semprot dan dikeringkan dengan kertaas tissue.

e) Ujung gelas electrode dimasukkan kedalam larutan buffer pH 7,

pada beaker gelas hingga ujungnya terendam semua.

f) Tombol pH diputar pelan – pelan sampai display menunjukkan

angka pH 7

g) Ujung gelas electrode dibilas dengan aquadest menggunakan botol

semprot dan dikeringkan dengan kertas tissue.

h) Elektrode siap untuk menguji pH.

8

4. Uji pH.

a) Elektrode dimasukkan dalam sample uji, alat pada posisi ON, tombol

temperature diputar pada posisi temperature dan angka pada display

menunjukkan suhu air.

b) Tombol skala temperature diputar dan disesuaikan dengan suhu air.

c) Tombol pH diputar pada posisi ON maka display akan menunjukkan

angka pH yang diukur.

PH Meter

pH meter : untuk mengukur derajat keasaman pada suatu larutan ( kadar hydrogen ).

Blok diagram pH meter

Keterangan

1. elektroda 4. amp 2

2. pre amp 5. ADC

3. amp 1 6. Encoder

Ada 2 macam elektroda pada pH meter

- reference elektroda ( pasif )

- elektroda aktif

Gambar elektroda pada suatu alat pH meter

Jika elektroda dimasukkan ke dalam suatu larutan, maka jika suatu arus akan diberikan ke kawat tsb

maka akan terjadi interaksi antara larutan yang terdapat pada suatu electrode tsb. Dengan larutan yang

akan diukur atau dengan kata lain ( Hg2 Cl2 ) atau calomel bagian padat dari suatu Hg pada keadaan ini

yang akan di deteksi oleh elektroda pH

.

1 2 3 4 5 6

Tabung glassPoros plug glassLead wire

Larutan HG2CL2

Larutan KCL

9

CENTRIFUGE

• Centrifuge adalah salah satu alat laboratorium, yang digunakan untuk memisahkan

partikel-partikel dalam suatu larutan yang mempunyai massa molekul berbeda.

Tiga Jenis Centrifuge

Centrifuge sederhana,

- dengan kecepatan sampai ±7000 Rpm

Centrifuge ligatan tinggi,

- dengan kecepatan ligatan diatas ±7000 Rpm

Ultra centrifuge,

- dengan kecepatan ligatan diatas ±12000 Rpm

• Biasanya ligatan sebesar 3000 setiap menit saja sudah mampu untuk memisahkan

partikel.

• Tetapi dalam beberapa suspense memerlukan ligitan yang lebih tinggi untuk

memisahkanya, untuk itu dipergunakan centrifuge ligitan tinggi,

bahkan untuk memisahkan komponen-komponen yang massanya hanya berbeda

sangat sedikit dipergunakan adalah ultracentrifuge.

• Apabila dalam penggunaan centrifuge hanya untuk beberapa tabung misalnya satu

atau tiga saja, usahakan agar posisinya tetap seimbang.

• Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah goncangan pada rotor centrifuge yang

mengakibatkan tabung menjadi pecah.

• Semakin tinggi kecepatan putaran, penyeimbang tabung-tabung tersebut harus

dilakukan dengan seksama, terutama untuk dua tabung yang letaknya berhadapan.

• Kecepatan ultracentrifuge sangat tinggi sehingga bagian-bagian sebuah sel yang

sangat kecil dapat dipisahkan.

• Kecepatanya tergantung pada besarnya rotor, atau dengan kata lain semakin besar

rotor maka semakin kecil kecepatan putarnya dan sebaliknya.

• Kecepatan putarannya dapat ditingkatkan perlahan-lahan dengan menggunakan sebuah

kontaktor.

• Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya motor hangus dan untuk mencegah

arus bantalan poros.

• Untuk mencapai harga yang tinggi, hambatan pada rotor harus diperkecil.

Ruang disekitar harus dipompa menjadi vakum.

10

Fungsi Pesawat

• Centrifuge berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel dalam suatu larutan yang

mempunyai berat molekul yang berbeda.

• Factor gravitasi dapat diperbesar dan proses pengendapanya dipercepat dengan

centrifuge, sehingga partikel-partikel yang berlainan bobot dapat dipisahkan.

• Partikel-partikel yang mempunyai bobot paling besar akan terdapat ditempat yang

paling bawah dari tabung pengendap, karrena gaya centrifugalnya menjadi paling

besar.

• Suatu suspense, misalnya pasir dan air dalam air akan mengendap setelah dibiarkan

beberapa lama. Hal ini akan menyebabkan gaya berat. Kita mempergunakan suatu alat

yang disebut centrifuge yang mengendapkan partikel-partikel suspense yang sukar

atau memerlukan waktu yang lama untuk mengendap.

Prinsip Kerja

• Prinsip kerja dari centrifuge adalah berdasarkan gaya centrifugal yang timbul akibat

putaran motor listrik.

Jadi apabila putaran motor semakin tinggi, semakin besar pula gaya centrifugal yang

dihasilkan.

• Semakin besar massa suatu partikel, maka partikel tersebut mendapat gaya centrifugal,

begitu pula halnya, jika jarak partikel terhadap titik pusat putaran semakin jauh, maka

akan menyebabkan partikel tersebut mendapatkan gaya centrifugal yang tinggi.

• Oleh karena itu bila suatu larutan dimasukkan pada suatu kuvet dan diletakan pada

centrifuge, kemudian difungsikan dengan kecepatan dan jarak larutan terhadap titik

pusat putaran tertentu, maka akan menyebabkan partikel yang mempunyai massa yang

lebih besar didalam larutan tersebut akan terletak lebih jauh terhadap titik pusat

perputaran dari pada partikel yang mempunyai massa lebih kecil.

• Komponen utama centrifugal ini adalah motor listrik yang mampu berputar dengan

kecepatan yang sangat tinggi dan umumnya lebih dari 1500rpm

11

Bagian R angkaian

• Motor listrik

sebagai komponen utamanya

• Power supply,

berfungsi untuk menyuplai daya yang diperlukan oleh pesawat centrifuge

• Rangkaian pengatur kecepatan motor

berfungsi untuk mengatur berapa kecepatan motor

• Timer

yang berfungsi untuk mengatur berapa lama motor harus berputar

• Centrifuge terdapat rem (breaker) yang berfungsi untuk menghentikan putaran motor

secara halus sehingga tidak terjadi goncangan yang akan menyebabkan larutan bisa

tercampur kembali.

• juga dilengkapi suatu sensor yang berfungsi untuk menghitung Rpm yang kemudian

ditampilkan pada display digital.

Blok Diagram

12

Cara Kerja Blok Diagram

• Pesawat centrifuge dihubungkan dengan sumber tegangan, kemudian sampel

dimasukan kedalam test tube, lalu centrifuge ditutup.

• Setting timer dan kecepatan sesuai dengan yang dibutuhkan. Setelah penyetingan

kecepatan dan waktu, tekan tombol start.

Maka motor akan berputar mulai dari kecepatan rendah sampai kecepatan

putar yang diseting , dalam hal ini dilakukan oleh optocoupler.

Pada saat waktu telah mencapai waktu yang diseting, maka secara otomatis tegangan

suplay ke motor akan terputus, maka motor akan berkurang putarannya secara

berlahan-lahan kemudian berhenti.

• Hal yang perlu diingat adalah jangan sekali-kali menghentikan motor dengan

menggunakan tangan.

• Secara otomatis rem (breaker) akan bekerja menghentikan motor, dengan cara

memberikan tegangan DC pada lilitan As motor.

Telah diketahui bahwa apabila suatu solenoid mendapat tegangan maka akan

mengakibatkan adanya magnet yang dapat menghentikan putaran motor, sampai

display Rpm menunjukkan tampilan ‘000’, atau motor benar-benar berhenti.

• Untuk keselamatan operator, centrifuge tidak boleh dihentikan oleh tangan karena

akan mengakibatkan arus kisaran dalam endapan.

• Rotor centrifuge harus dirawat dengan baik dan dijaga agar keadaan selalu bersih,

terlebih kalau rotornya bersudut banyak.

• Jika pada bagian bawah rotor sudah terkena cacat, besar kemungkinan tabung akan

pecah pada saat centrifuge dijalankan.

Beberapa centrifuge dilengkapi dengan rotor yang sangat berat, sehingga berat tabung

boleh dikatakan tidak berpengaruh lagi

CONTOH GAMBAR

13

Kromatografi

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan

pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen

(berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak,

akan melewati kolom yang merupakan fase diam.Molekul yang memiliki ikatan yang

kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul yang

berikatan lemah. Dengan ini, berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan

berdasarkan pergerakan pada kolom.

Setelah komponen terelusi dari kolom, komponen tersebut dapat dianalisa

dengan menggunakan detektor atau dapat dikumpulkan untuk analisa lebih lanjut.

Beberapa alat-alat analitik dapat digabungkan dengan metode pemisahan untuk

analisis secara on-line (on-line analysis) seperti: penggabungan kromatografi gas (gas

chromatography) dan kromatografi cair (liquid chromatography) dengan mass

spectrometry (GC-MS dan LC-MS), Fourier-transform infrared spectroscopy (GC-

FTIR), dan diode-array UV-VIS (HPLC-UV-VIS).

Kromatografi gas adalah proses pemisahan campuran menjadi komponen-

komponennya dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang melewati suatu

lapisan serapan (sorben) yang diam.

Fase diam dapat berupa:

-zat padat yang dikenal dengan kromatografi gas padat (GSC), dan zat cair sebagai

kromatografi gas-cair (GLC).

Keduanya hampir sama kecuali dibedakan dalam hal cara kerjanya.

Pada GSC pemisahan berdasarkan adsorpsi sedangkan GLC berdasarkan partisi.

Prinsip kerja kromatografi gas

Gas pembawa (biasanya digunakan helium, argon atau nitrogen) dengan tekanan

tertentu dialirkan secara konstan melalui kolom yang berisi fase diam.

Selanjutnya sampel diinjeksikan ke dalam injektor (injection port) yang suhunya dapat

diatur.

Komponen-komponen dalam sampel akan segera menjadi uap dan akan dibawa oleh

aliran gas pembawa menuju kolom.Komponen-komponen akan teradsorpsi oleh fase

diam pada kolom kemudian akan merambat dengan kecepatan berbeda sesuai dengan

nilai Kd masing-masing komponen sehingga terjadi pemisahan.

14

Komponen yang terpisah menuju detektor dan akan terbakar menghasilkan sinyal

listrik yng besarnya proporsional dengan komponen tersebut.

Sinyal lalu diperkuat oleh amplifier dan selanjutnya oleh pencatat (recorder)

dituliskan sebagai kromatogram berupa puncak.

Puncak konsentrasi yang diperoleh menggambarkan arus detektor terhadap waktu.

diagram skematik dari kromatografi gas

15

PHOTOMETER

PHOTOMETER merupakan alat elektronik yang banyak digunakan pada klinik

Laboratorium baik yang ada di Rumah Sakit ataupun klinik-klinuk Laboratorium yang lain.

Adapun fungsi dari alat ini adalah untuk menetapkan konsentrasi larutan atau biasa disebut

sampel (darah, serum, plasma) secara kwantitatif dan untuk larutan yang dapat menyerap

cahaya monokromatis.

Berdasarkan tingkat teknologi yang digunakan alat ini dibagi menjadi tiga jenis,

yaitu :

- Manual, misal PHOTOMETER TYPE 4010

- Semi Automatik, misal PHOTOMETER RA 50

- Automatik, misal NEW PHOTOMETER 8000, PT-275

PHOTOMETER 4010

16

Keterangan :

1. Tombol Zero (Nol) 11. Slang Input Sampel

2. Lampu Kontrol Zero 12. Counter

3. Display Digital 13. Tombol Result

4. Hasil Pengukuran 14. Steker Aliran Listrik

5. Selector Program 15. Fose

6. Tombol Standart 16. Selektor Tegangan Listrik

7. Tombol On/Off 17. Konektor

8. Cell Changer 18. Konektor

9. Lampu Standart

10. Filter

FUNGSI ALAT

Fotometer merupakan salah satu alat kesehatan yang digunakan untuk

menetapkan konsentrasi suatu larutan secara kwantitatif untuk larutan yang dapat

menyerap cahaya monokromatis

Prinsip dasar dari alat ini adalah dengan mengukur intensitas cahaya

monokromatis yang telah diserap oleh suatu larutan atau mengukur cahaya yang dihalangi

atau disebar oleh partikel-partikel dalam suspensi / larutan.

Cara pengukurannya berdasarkan Hukum Beer Lambert, yaitu bila ada cahaya

(Io) melalui larutan berwarna, maka cahaya tersebut sebagian akan diserap (Ia), sebagian

lagi akan dipantulkan (Iv) dan sebagian lagi akan diteruskan (It).

17

Menurut Beer Lambert, cahaya yang diserap yaitu : A = a.b.c = 2 – log % T.

dimana :

A = Absorbance

T = Transmitten

a = Konstanta absorbance

b = jarak absorsi (cm)

c = konsentrasi larutan (Mol/L)

Hubungan antara intensitas cahaya sebelum dan sesudah absorbsi adalah :

It = Io x 10-abc

Log It/Io = - a.b.c

Dimana :

It/Io = Transmiten

100 It/Io = Presentasi Transmiten (% T)

a = Konstanta absorbsi

b = Jarak absorbsi

c = Konsentrasi larutan (Mol/L)

Hubungan antara absorbsi dan konsentrasi serta antara log % T dan konsentrasi

dapat digambarkan sebagai berikut :

Berdasarkan gambar grafik di atas dapat disimpulkan bahwa :

1. Warna larutan berbanding lurus dengan konsentrasi

2. Semakin tinggi konsentrasi semakin banyak cahaya yang diserap

18

3. Semakin pekat suatu larutan maka semakin tinggi konsentrasinya.

4. Semakin kecil konsentrasi maka % T semakin besar

BLOK DIAGRAM

Prinsip kerja Photometer 4010 berdasarkan blok diagram di atas sebagai

berikut :

Cahaya yang berasal dari sumbernya akan diserap oleh filter. Oleh detektor,

cahaya yang telah melewati larutan di dalam kuvet, akan diubah menjadi sinyal listrik.

Sinyal tersebut diperkuat, lalu diproses oleh mikroprosesor setelah sebelumnya diubah

menjadi sinyal digital. Dan nilai konsentrasi larutan yang merupakan hasil kalkulasi,

akan ditampilkan pada display.

Fungsi masing-masing blok adalah :

1. Sumber Cahaya

Berfungsi untuk memancarkan spektrum cahaya dengan panjang gelombang tertentu.

Untuk mendapatkan spektrum cahaya visible dengan panjang gelombang antara 350

sampai dengan 750 nm, biasanya dipakai lampu tungsten sebagai sumber cahaya.

Sedangkan untuk mendapatkan cahaya yang univisible dengan panjang gelombang

200 – 360 nm dipakai lampu Halogen atau Deuterium.

2. Lensa

Untuk memfokuskan cahaya dari sumber cahaya ke monokromator.

3. Monokromator

19

Untuk mendapatkan cahaya monokromatis. Disebut juga sebagai filter. Dapat

menggunakan filter gelas berwarna, interferensi filter, ataupun prisma.

4. Kuvet

Kuvet adalah suatu alat yang biasa digunakan untuk meletakkan suatu larutan yang

akan diukur (sampel). Pada cahaya Visible digunakan cuvette optical glass atau

dispossible cuvette dari plastik. Sedangkan untuk cahaya unvisible biasanya

digunakan kuvet yang terbuat dari quarts atau silica.

5. Detektor atau foto transduser

Untuk merubah cahaya menjadi sinyal listrik. Detektor ini bisa berupa foto cell, foto

tube, atau photo multiplayer tube (PMT).

6. Amplifier atau penguat

Amplifier berfungsi untuk memperkuat sinyal listrik yang dihasilkan oleh detektor.

7. Display atau penampil digital

Berfungsi untuk menampilkan hasil pengukuran, menggunakan display digital

sehingga memudahkan pembacaan dan dapat mengurangi kesalahan pembacaan

(paralaks).

20

URINE ANALYZER

Urine analyzer adalah alat semi-otomatis untuk pengecekan yang dilakukan diluar tubuh

untuk mendapatkan hasil pengecekan urine dengan hasil yang lebih tepat.

Urine Analyzer digunakan untuk membaca dan mengevaluasi hasil dari Urine Test Strip.

(Contoh: Chemstrip 10MD*, Chemstrip 7,  dan Chemstrip 5 OB)

Strip tes urine ini digunakan untuk strip multiparameter penentuan berat jenis, pH, leukosit,

nitrit, protein, glukosa, keton, urobilinogen,bilirubin dan darah dalam urin.

Urine Analyzer adalah alat fotometer reflektansi (reflectance photometer).Urine Analyzer

membaca strip tes urine pada kondisi standar, menyimpan hasil ke memori dan menampilkan

hasil melalui printer built-in dan / atau serial interface pada alat tersebut.

Urine Analyzer menstandarisasi hasil ‘Urine Test Strip’ dengan dengan menghilangkan

faktor-faktor yang diketahui dapat mempengaruhi evaluasi/pengecekan secara  visual pada

strip tes urine.

CARA KERJA:

Strip uji ditempatkan pada baki geser, lalu motor penggerak bergerak kedalam alat pembaca.

Analisa pad membaca referensi, diikuti oleh masing-masing dari bagian uji pada strip. Alat

pembaca berisi LED yang memancarkan cahaya pada berbagai macam panjang gelombang.

Pembacaan dilakukan secara ‘electro-optically’ yang dilakukan sebagai berikut:

LED memancarkan cahaya dari panjang gelombang yang ditetapkan ke permukaan test pad

pada sudut optimal. Lampu yang mengenai ‘test zone’ (zona uji) terpantul secara proporsional

dengan warna yang dihasilkan pada test pad dan ditangkap oleh detektor.

Sebuah phototransistor diposisikan tepat di atas zona uji. Phototransistor mengirimkan sebuah

sinyal listrik analog ke A / D converter, yang berubah ke bentuk digital.

21

Mikroprosesor kemudianmengkonversi pembacaan digital menjadi nilai reflektansi relatif

dengan mengacu pada standar kalibrasi.

Akhirnya, sistem membandingkan nilai reflektansi dengan batas jangkauan yang ditetapkan

(reflektansi nilai-nilai yang diprogram ke dalam analisa untuk setiap parameter) dan output

hasil semi-kuantitatif. Setiap pad tes membaca photometrically sekitar 55-65 detik. Dalam

sampel urin yang sangat basa, Urine Analyzer secara otomatis mengoreksi hasil tes berat jenis

Berikut ini adalah daftar prinsip-prinsip uji spesifik untuk setiap parameter:

Berat Jenis: Dengan adanya kation, proton yang dilepaskan oleh zat pengompleks dalam pad

tes. Indikator bromthymol biru perubahan dari biru melalui biru-hijau ke kuning.

Uji pH: pad pengujian berisi indikator metil merah dan bromthymolbiru. Indikator-indikator

ini memberikan perbedaan warna yang jelas pada rentang pH dari 5 sampai 9.1, Dua  warna

berkisar dari oranye ke kuning dan hijau ke biru.

Uji Leukosit: leukosit granulocytic mengandung esterases yang mengkatalisis hidrolisis dari

suatu indoxylcarbonic asam ester menjadi indoxyl. Indoxyl yang terbentuk bereaksi

dengangaram diazonium untuk menghasilkan warna ungu.

Uji Nitrit: Nitrit, jika ada, akan bereaksi dengan amina aromatik untuk memberikan garam

diazonium, lelu terangkai dengan senyawa lebih lanjut, menghasilkan pewarna merah-ungu

azo

Uji Protein: Tes ini didasarkan pada perubahan warna indikator 3 ', 3 ",5', 5"-

tetrachlorophenol-3, 4, 5, 6-tetrabromosulfophthalein dengan adanya protein. Reaksi positif

ditunjukkan dengan perubahan warna dari kuning ke hijau muda atau hijau.

Uji Glukosa: deteksi Glukosa didasarkan pada metode enzymatic glucose oxidase/peroxidase

(GOD/POD) atau oksidasi /peroksidasi glukosa enzimatik Reaksi oksidasi glukosa

memanfaatkan enzim untuk mengkatalisis pembentukan asam gluconic dan peroksida

hidrogen dari oksidasi glukosa. Selanjutnya, enzim kedua, peroksidasi,mengkatalisis reaksi

22

hidrogen peroksida dengan chromogen tetramethylbenzidine untuk membentuk kompleks

pewarna hijau. Reaksi positif ditunjukkan dengan perubahan warna dari kuning ke hijau

Uji  Keton: Berdasarkan prinsip Legal’s Test, natrium nitroprussidedan glisin bereaksi dengan

asetoasetat dan aseton dalam media alkali untuk membentuk kompleks pewarna ungu.Hasil

positif ditunjukkan dengan perubahan warna dari krem ke ungu

Uji Urobilinogen: Urobilinogen digabungkan dengan 4-methoxybenzene-diazonium-

tetrafluoroborate dalam asam media untuk membentuk zat warna azo merah

Uji Bilirubin: Deteksi bilirubin berdasarkan pada reaksi penggabungan dari garam diazonium

dengan bilirubin dalam suatu asam menengah. Reaksi menghasilkan warna merah muda

menjadi merah-ungu sebanding dengan konsentrasi totalbilirubin (Beberapa pengguna dapat

menggambarkan ini sebagai krem pada warna persik.)

Uji Darah: Hemoglobin dan mioglobin, jika ada, mengkatalisisoksidasi indikator dengan

peroksida organik terkandung dalam tes pad. Eritrosit hemolisis utuh pada tes pad dan

hemoglobin membebaskan hemoglobin yang menghasilkan suatu titik hijau. Karena test pad

menyerap beberapa microliter urin, eritrosit akan lebih terlihat. Pada set yang terpisah dari

blok warna yang mewakili eritrosit dan hemoglobin. Titik hijau tersebar atau dipadatkan pada

pad tes kuning adalah indikasi dari eritrosit utuh, atau mioglobin.

CONTOH GAMBAR

23

24