44
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi di Indonesia terus menerus mengalami peningkatan, hal ini tidak lepas dari tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas infrastruktur yang semakin maju, seperti jembatan dengan bentang panjang dan lebar, bangunan gedung bertingkat tinggi (terutama untuk kolom dan beton pracetak), dan fasilitas lain. Perencananaan fasilitas-fasilitas tersebut mengarah kepada digunakannya beton mutu tinggi. Inovasi teknologi beton selalu dituntut guna menjawab tantangan akan kebutuhan, beton yang dihasilkan diharapkan mempunyai kualitas tinggi meliputi kekuatan dan daya tahan tanpa mengabaikan nilai ekonomis. Secara umum bahan pengisi (filler) beton terbuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh, mudah diolah (workability) dan mempunyai keawetan (durability) serta kekuatan (strength) yang sangat diperlukan dalam suatu konstruksi. Dari sifat yang dimiliki beton itulah menjadikan beton sebagai bahan 1

TUGAS AKHIR SIPP

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TUGAS AKHIR SIPP

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi di Indonesia

terus menerus mengalami peningkatan, hal ini tidak lepas dari tuntutan dan

kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas infrastruktur yang semakin maju,

seperti jembatan dengan bentang panjang dan lebar, bangunan gedung

bertingkat tinggi (terutama untuk kolom dan beton pracetak), dan fasilitas

lain. Perencananaan fasilitas-fasilitas tersebut mengarah kepada

digunakannya beton mutu tinggi. Inovasi teknologi beton selalu dituntut

guna menjawab tantangan akan kebutuhan, beton yang dihasilkan

diharapkan mempunyai kualitas tinggi meliputi kekuatan dan daya tahan

tanpa mengabaikan nilai ekonomis.

Secara umum bahan pengisi (filler) beton terbuat dari bahan-bahan

yang mudah diperoleh, mudah diolah (workability) dan mempunyai

keawetan (durability) serta kekuatan (strength) yang sangat diperlukan

dalam suatu konstruksi. Dari sifat yang dimiliki beton itulah menjadikan

beton sebagai bahan alternatif untuk dikembangkan baik bentuk fisik

maupun metode pelaksanaannya.

Berbagai penelitian dan percobaan dilakukan untuk meningkatkan

kualitas beton itu sendiri. Salah satu alternatif untuk meningkatkan mutu

beton yakni dengan menggunakan bahan ganti atau bahan tambah. Dalam

penelitian ini, kami menggunakan iron slag PT. Barawaja Makassar

sebagai bahan pengganti sebagian agregat kasar dan viscocrete sebagai

bahan tambah. Untuk itu, kami mengambil judul Pemanfaatan Iron Slag

PT. Barawaja Makassar pada Pembuatan Beton Mutu Tinggi dengan

Bahan Tambah Viscocrete.

1

Page 2: TUGAS AKHIR SIPP

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Apakah kuat tekan beton dengan menggunakan iron slag PT.

Barawaja Makassar sebagai pengganti agregat kasar dengan bahan

tambah viscocrete mampu menghasilkan beton mutu tinggi sampai K-

400, K-500 atau bahkan K-600?

2. Bagaimana pengaruh bahan tambah viscocrete terhadap nilai slump

beton?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kuat tekan beton yang menggunakan iron slag

sebagai pengganti agregat kasar dengan bahan tambah viscocrete pada

variasi iron slag 50%, dan 100%.

2. Mengetahui pengaruh viscocrete terhadap nilai slump beton.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberi manfaat

antara lain:

1. Memberi informasi mengenai pengembangan ilmu teknologi beton

dengan penambahan zat aditif jenis viscocrete dan penggantian

agregat kasar (iron slag) terhadap campuran beton.

2. Mengurangi volume limbah Industri Baja PT. Barawaja Makassar

yang terbuang di lingkungan.

3. Mencegah kemungkinan dampak pencemaran lingkungan akibat iron

slag PT. Barawaja Makassar.

2

Page 3: TUGAS AKHIR SIPP

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Beton Mutu Tinggi

Beton mutu tinggi dapat diartikan sebagai beton yang berorientasi

pada kekuatan yang tinggi (high strength concrete), yang

mempertimbangkan keawetan (durability) beton serta kemudahan

pengerjaan beton (workability) (Francis dan Young, 1982).

Menurut Lorrain (1991), klasifikasi beton berdasarkan

kekuatannya dapat dibagi dalam tiga kelas yaitu :

1. Beton Normal : Kuat tekan karakteristiknya 200-500 kg/cm2 dan

disebut Normal Strength Concrete (NSC).

2. Beton Mutu tinggi : Kuat tekan karakteristiknya 500–800 kg/cm2 dan

disebut High Sterngth Concrete (HCS).

3. Beton Sangat Tinggi : Kuat tekan karakteristiknya lebih dari 800

kg/cm2 dan disebut Very High Strength Concrete (VHSC).

Adapun menurut ACI Commitice 363 – State of The Art on High

Strength Concrete – bahwasanya batasan minimum untuk high strength

concrete adalah 6000 psi (41 MPa).

Setelah mengetahui definisi beton mutu tinggi kita juga perlu

mengetahui konsep desainnya agar dapat menerapkannya. Di negara-

negara maju seperti Amerika ataupun Eropa penerapan beton mutu tinggi

telah banyak digunakan dalam pembangunan gedung, jembatan,

terowongan dan masih banyak lagi. Hal ini merupakan tantangan bagi

dunia teknik sipil Indonesia untuk menerapkan penggunaan beton mutu

tinggi di Indonesia.

3

Page 4: TUGAS AKHIR SIPP

Ada beberapa fakta yang mempengaruhi kekuatan beton mutu

tinggi, yaitu :

1. Faktor Air Semen (FAS)

Mulyono (2004) memaparkan bahwa semakin besar nilai FAS,

maka semakin rendah mutu kekuatan beton. Dengan demikian untuk

menghasilkan sebuah beton yang bermutu tinggi, FAS dalam beton

haruslah rendah, sayangnya hal ini menyebabkan kesulitan dalam

pengerjaan. Umumnya nilai FAS minimum untuk beton normal sekitar 0,4

dan nilai maksimal 0,65. Tujuan pengurangan FAS ini adalah untuk

mengurangi hingga seminimal mungkin porositas beton yang dibuat

sehingga akan dihasilkan beton mutu tinggi. Pada beton mutu tinggi atau

sangat tinggi, menurut Supartono (1998), FAS dapat diartikan sebagai

meter to comentious ratio, yaitu berat air terhadap berat total semen dan

aditif comentious yang umumnya ditambahkan pada campuran beton mutu

tinggi.

2. Kualitas Agregat

Menurut Larrad (1990), umumnya agregat halus mempunyai

modulus halus butiran (MHB) sekitar 1,50-3,8. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa nilai 2,5<MHB<3,0 umumnya menghasilkan beton

mutu tinggi dengan FAS yang rendah dan mempunyai kekuatan tekan dan

kelecakan yang optimal. Ukuran butir agregat maksimum juga akan

mempengaruhi mutu beton yang akan dibuat. Hasil penelitian Larrad

(1990) menyebutkan bahwa butiran maksimum yang memberikan arti

nyata untuk membuat beton mutu tinggi tidak boleh lebih dari 15 mm.

Namun demikian pemakaian butiran agregat sampai dengan 25 mm masih

memungkinkan diperolehnya beton mutu tinggi dalam proses produksinya.

4

Page 5: TUGAS AKHIR SIPP

3. Bahan Tambah

Pengurangan kadar air dalam pembuatan beton mutu tinggi

menjadi perhatian penting. Dengan bahan tambah yang dapat mengurangi

air sangat tinggi seperti superplasticizer diharapkan kekuatan beton yang

dihasilkan lebih tinggi dengan air yang sedikit, tetapi tingkat kemudahan

pekerjaan juga lebih tinggi, dimana penggunaannya disesuaikan dengan

standar ASTM C 494 tipe F.

4. Kontrol Kualitas

Untuk menghasilkan beton yang bermutu tinggi, faktor kontrol

terhadap kualitas proses produksi beton pada saat pengambilan sampel,

pengujian maupun proses penakaran sampai perawatan mutlak menjadi

perhatian penting.

Selain itu, menurut Tjokrodimuljo (2007), bentuk standar benda uji

beton untuk menguji kuat tekan ialah silinder dengan ukuran 150 mm dan

tinggi 300 mm. Namun apabila karena alasan tertentu, misalnya tidak ada

cetakannya yang sesuai, maka bentuk benda uji dapat berupa kubus

dengan sisi 150 mm. Jika digunakan kubus dengan sisi 150 mm maka hasil

uji kuat tekannya harus dikalikan faktor pengali 0,83.

Apabila bentuk dan ukuran benda uji beton berbeda dengan bentuk

dan ukuran standar, maka hasil pengujian perlu dikalikan dengan faktor

pengali sebagaimana tercantum dalam Tabel 1 di bawah ini.

5

Page 6: TUGAS AKHIR SIPP

Tabel 1 Kuat tekan dan faktor pengali untuk berbagai ukuran silinder

beton (Neville, 1977 dalam Tjokrodimuljo, 2007)

Ukuran silinder Kuat tekan

(%)

Faktor

pengaliD (mm) L (mm)

50 100 108 0,917

75 150 106 0,943

100 200 104 0,962

150 300 100 1,000

200 400 96 1,042

Kriteria untuk persyaratan kekuatan beton, dimana rata-rata

campuran beton fcr harus melampaui fc’ tergantung pada kriteria yang

digunakan dalam spesifikasi dalam suatu proyek. Proporsi maksimum dari

hasil pengujian kekuatan individual secara acak yang rata-ratanya

diperbolehkan di bawah fc’. ASTM C 94-74 menggunakan pendekatan

yang lama. Untuk beton struktur yang direncanakan dengan metode

kekuatan batas, ASTM merekomendasikan bahwa tidak lebih dari 10%

dari hasil uji tekan mempunyai nilai kurang dari kekuatan yang ditentukan

(SNI 03-6815-2002).

B. Limbah Padat (Slag)

Menurut Nugraha dan Antoni (2007), slag merupakan bahan sisa

dari pengecoran besi (piq iron), dimana prosesnya memakai dapur

(furnance) yang bahan bakarnya dari udara yang ditiupkan (blast). Pada

peleburan baja, biji besi atau besi bekas dicairkan dengan II-3 kombinasi

batu gamping, delomite atau kapur. Pembuatan baja dimulai dari dengan

menghilangkan ion–ion pengotor baja, diantaranya aluminium, silicon dan

phosphor. Untuk menghilangkan ion–ion pengotor tersebut diperlukan

kalsium yang terdapat pada batu kapur. Campuran kalsium, alumonium,

silicon, dan phosphor membentuk slag yang bereaksi pada temperatur

6

Page 7: TUGAS AKHIR SIPP

1600ºC dan membentuk cairan, bila cairan ini didinginkan maka akan

terjadi Kristal yang dapat digunakan sabagai campuran semen dan dapat

juga sebagai pengganti agregat.

Berdasarkan ASTM (1995), slag adalah produk non-metal yang

merupakan material berbentuk halus sampai balok–balok besar dari hasil

pembakaran yang didinginkan. Menurut Lewis (1982), keuntungan

penggunaan limbah padat (slag) dalam campuran beton adalah sebagai

berikut :

1. Mempertinggi kekuatan tekan beton karena kecenderungan

melambatnya kenaikan kekuatan tekan.

2. Menaikkan rasio antara kelenturan dan kuat tekan beton.

3. Mengurangi variasi kekuatan tekan beton.

4. Mempertinggi ketahanan terhadap sulfat dalam air laut.

5. Mengurangi serangan alkali-silika.

6. Mengurangi panas hidrasi dan menurunkan suhu.

7. Memperbaiki penyelesaian akhir dan memberi warna cerah pada

beton.

8. Mempertinggi keawetan karena pengaruh perubahan volume.

9. Mengurangi porositas dan serangan klorida.

C. Bahan Tambah (Superplasticizer Sika Viscocrete-3115 ID)

Bahan tambah ialah bahan selain unsur pokok beton (air, semen,

dan agregat) yang ditambahkan pada adukan beton, sebelum, segera, atau

selama pengadukan beton. Tujuannya adalah untuk mengubah satu atau

lebih sifat-sifat beton sewaktu masih dalam keadaan segar atau setelah

mengeras, misalnya mempercepat pengerasan, menambah encer adukan,

menambah kuat tekan, menambah daktilitas (mengurangi sifat getas),

mengurangi retak-retak pengerasan, dan sebagainya (Tjokrodimuljo,

2007).

7

Page 8: TUGAS AKHIR SIPP

Pada penelitian ini bahan tambah yang digunakan berupa bahan

tambah kimia (chemical admixture) merek Sika Viscocrete-3115 ID dari

produksi Sika sesuai ASTM –C 494-92 tipe F “Water Reducing, High

Range Admixture” yang merupakan generasi ke tiga superplasticizer

untuk beton dan mortar yang berguna untuk mengencerkan beton sehingga

beton mempunyai kemampuan mengalir dan memadat sendri (high

flow/self-compacting concrete).

Beton berkekuatan tinggi dapat dihasilkan dengan pengurangan

kadar air. Akibat pengurangan kadar air akan membuat campuran lebih

padat sehingga pemakaian superplasticizer sangat diperlukan untuk

mempertahankan nilai slump yang tinggi. Keistimewaan penggunaan

superplasticizer dalam campuran pasta semen maupun campuran beton

antara lain:

1. Menjaga kandungan air dan semen tetap konstan sehingga didapatkan

campuran dengan workability tinggi.

2. Mengurangi jumlah air dan menjaga kandungan semen dengan

kemampuan kerjanya tetap sama serta menghasilkan faktor air semen

yang lebih rendah dengan kekuatan yang lebih besar.

3. Mengurangi kandungan air dan semen dengan faktor air semen yang

konstan tetapi meningkatkan kemampuan kerjanya sehingga

menghasilkan beton dengan kekuatan yang sama tetapi menggunakan

semen lebih sedikit.

4. Tidak ada udara yang masuk.

Penambahan 1% udara kedalam beton dapat menyebabkan

pengurangan strength rata-rata 6%. Untuk memperoleh kekuatan yang

tinggi, diharapkan dapat menjaga ”air content” didalam beton serendah

mungkin. Penggunaan superplasticizer menyebabkan sedikit bahkan

tidak ada udara masuk kedalam beton.

8

Page 9: TUGAS AKHIR SIPP

5. Tidak adanya pengaruh korosi terhadap tulangan

Secara umum, partikel semen dalam air cenderung untuk

berkohesi satu sama lainnya dan partikel semen akan menggumpal.

Dengan menambahkan superplasticizer, partikel semen ini akan saling

melepaskan diri dan terdispersi. Dengan kata lain superplasticizer

mempunyai dua fungsi yaitu, mendispersikan partikel semen dari

gumpalan partikel dan mencegah kohesi antar semen. Fenomena

dispersi partikel semen dengan penambahan superplasticizer dapat

menurunkan viskositas pasta semen, sehingga pasta semen lebih

fluid/alir. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan air dapat diturunkan

dengan penambahan superplasticizer.

Bahan tambah kimia tambahan dengan fungsi ganda ini, yaitu

mengurangi air sampai 12% atau lebih dan memperlambat waktu ikat

awal. Penambahan Sika Viscocrete-3115 ID pada dosis 0,5%-1,5%

kuat tekan beton mengalami kenaikan terutama pada umur 28 hari.

Penambahan superplasticizer pada beton mempunyai pengaruh dalam

meningkatkan workability beton sampai pada tingkat yang lebih besar.

Bahan ini digolongkan sebagai sarana untuk menghasilkan beton

mengalir tanpa terjadinya pemisahan yang diinginkan, dan umumnya

terjadi pada beton dengan jumlah air yang besar, karena memungkinkan

pengurangan kadar air guna mempertahankan workability yang sama.

(Murdock & Brook, 1991).

Data teknis tentang Sika Viscocrete – 3115 ID yang diproduksi

oleh PT. Sika Indonesia ditunjukkan pada Tabel 2.

9

Page 10: TUGAS AKHIR SIPP

Tabel 2 Data Teknis Sika Viscocrete – 3115 ID (PT. Sika Indonesia)

Type Polycarboxylate copolymers

Bentuk/warna Keruh, keputih-putihan

Berat jenis 1,04 ± 0,01 kg/ltr

Umur pakai 12 bulan dari tanggal produksi dan disimpan di tempat sejuk dan kering

Penyimpanan 200 kg drum dan 1000 kg

Dosis pemakaian - For soft plastic concrete(0,3-0,8% by weight of binder)

- For flowing and self compacting concrete (S.C.C)(0,8-2,0% by weight of binder)

D. Penelitian Sejenis yang Pernah Dilakukan

1. Ali Achmadi (2009)

Penelitian yang dilakukan oleh Achmadi bertujuan untuk

mengetahui persentase substansi agregat slag pada mutu beton yang

optimum. Dari hasil perencanaan beton disubstitusikan ke enam proporsi

benda uji dengan kadar slag yang berbeda yaitu 0%, 20%, 40%, 60%,

80%, dan 100%. Hasil penelitian substitusi slag dari 0% hingga 60%

menunjukkan kenaikan sedangkan substitusi pada 80% dan 100%

mengalami penurunan disebabkan oleh kondisi agregat halus yang terdapat

pada Zona III (agak kasar).

2. Vena dan Suni (2006)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan slag

sebagai agregat kasar pada beton. Dengan proporsi variasi slag 60%, 80%,

dan 100%. Hasil penelitian menunjukkan kuat tekan optimum terdapat

10

Page 11: TUGAS AKHIR SIPP

pada variasi 100%, dan kuat tarik optimum pada variasi 100%, serta berat

jenis beton berbanding lurus pada persentase slag.

3. Lukman dan Siti (2007)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan slag

sebagai agregat kasar dengan proporsi campuran variasi slag 0%, 10%,

30%, 50%, dan 70%. Hasil penelitian menunjukkan kuat tekan beton

meningkat seiring dengan penambahan persentasi slag dalam campuran

beton, dimana penambahan slag memberikan kontribusi positif dari segi

ekonomis.

4. Juandi dan Adriansya (2011)

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kekuatan

dari campuran beton tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beton

yang menggunakan agregat kasar iron slag memiliki kuat tekan yang lebih

tinggi dan mengalami peningkatan 9% dari beton yang menggunakan

agregat kasar berupa batu pecah.

11

Page 12: TUGAS AKHIR SIPP

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Bagan Alir Penelitian

Adapun tahapan penelitian ditunjukkan pada bagan alir pada

gambar 1.

Gambar 1 Bagan alir penelitian

12

SELESAI

Studi Literatur:- Buku teori- Penelitian sebelumnya

Uji karakteristik

Bahan iron slag, maks. Agregat 20 mm. PT. Barawaja Makassar

Uji laboratorium:- Berat jenis- Kadar air- Berat volume, dll

Rancangan campura metode SNI.

Pembuatan benda uji dari masing-masing variasi 5 sampel.

Perawatan beton

Uji tekan beton

- Olah data/analisis data- Hasil dan pembahasan- Kesimpulan dan saran

Alat dan

MULAI

Pengadukan beton menggunakan agr. kasar iron slag dengan variasi 50%, dan 100%.

-Beton normal = 4 hari-Beton variasi 50% = 6 hari-Beton variasi 100% = 13 hari

Page 13: TUGAS AKHIR SIPP

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 4 (empat) bulan

dengan melaksanakan pengujian karakterstik agregat terlebih dahulu dan

rencana mix design serta pengujian kuat tekannya. Semua prosedur

penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bahan dan Beton Jurusan

Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang.

C. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Pengujian karakteristik agregat dengan peralatan sebagai berikut :

saringan, timbangan digital, gelas ukur, oven dan lain-lain.

b. Pembuatan benda uji, menggunakan silinder ukuran diameter 15 cm

tinggi 30 cm untuk beton normal dan diameter 10 cm tinggi 20 cm

untuk beton variasi 50% dan 100% iron slag.

c. Pengadukan dan uji beton segar digunakan alat: mixer dan cetakan

silinder.

d. Uji beton setelah perwatan menggunakan alat uji tekan.

2. Bahan

a. Semen

Pada penelitian ini digunakan semen jenis PCC (Portland Cement

Composite) yaitu semen yang diproduksi oleh PT. Semen Tonasa.

b. Agregat Halus

Agregat halus yang digunakan pada campuran beton dalam

penelitian ini adalah pasir yang diperoleh dari Bili-bili Kabupaten

Gowa.

13

Page 14: TUGAS AKHIR SIPP

Adapun persyaratan agregat halus, ditunjukkan pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3 Spesifikasi karakteristik agregat halus (Mulyono, 2005)No Karakteristik agregat halus Interval batas ASTM

1 Kadar lumpur 0,2% - 6% C117

2 Kadar organic < No. 3 C40

3 Kadar air 3% - 5% C556

4 Berat volume 1,4 – 1,9 kg/ltr C29

5 Resapan 0.2% - 2% C128

6 Berat jenis spesifik 1,6 – 3,2 C128

7 Modulus kehalusan 2,2 – 3,1 C136

.

Tabel 4 Batas gradasi pasir (Mulyono, 2005)

Lubang ayakan (mm)

Persen butir yang lewat ayakan

Daerah I

Daerah II

Daerah III

Daerah IV

10 100 100 100 100

4.8 90-100 90-100 90-100 95-100

2.4 60-95 75-100 85-100 95-100

1.2 30-70 55-90 75-100 90-100

0.6 15-34 35-59 60-79 80-100

0.3 5-20 8-30 12-40 15-50

0.15 0-10 0-10 0-10 0-15

Keterangan: Daerah Gradasi I = Pasir kasar

Daerah Gradasi II = Pasir agak kasar

Daerah Gradasi III = Pasir halus

Daerah Gradasi IV = Pasir agak halus

14

Page 15: TUGAS AKHIR SIPP

c. Agregat Kasar

Agregat kasar yang digunakan pada campuran beton dalam

penelitian ini adalah batu pecah berasal dari Bili-bili Kabupaten

Gowa, dimana batu pecah tersebut sudah seringkali digunakan

untuk membuat campuran beton. Selain batu pecah digunakan juga

iron slag dari PT. Barawaja sebagai agregat kasar.

Adapun persyaratan agregat kasar ditunjukkan pada Tabel 5

dan Tabel 6.

Tabel 5 Spesifikasi karakteristik agregat kasar (Mulyono, 2005)No Karaktristik agregat kasar Interval batas ASTM

1 Kadar lumpur 0,2% - 1,0% C117

2 Kadar air 0,5% - 2,0% C556

3 Berat volume 1,6 – 1,9 kg/ltr C29

4 Resapan 0,2% - 4,0% C127

5

6

Berat jenis spesifik

Modulus kehalusan

1,6 – 3,2

5,5 – 8,5

C127

C104

7 Keausan 15% - 50% C131

Tabel 6 Batas gradasi agregat kasar (Mulyono, 2005)

Lubang ayakan (mm)Persen berat butir yang lewat ayakan

(butir maksimum 20 mm)

40 100

20 95-100

10 25-55

4.8 0-10

d. Air Bersih

Air yang digunakan untuk membuat campuran beton harus

bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam, dan

15

Page 16: TUGAS AKHIR SIPP

zat organik yang besifat merusak beton dan baja tulangan, Dalam

penelitian ini digunakan air bersih, yaitu air dari PDAM.

e. Superplasticizier

Pada penelitian ini, bahan tambah yang digunakan adalah

Sika Viscocrete – 3115 ID, dengan dosis yang digunakan sebesar

0,5% dari berat semen. Kadar ini diambil sesuai dosis pemakaian

dan kadar yang telah ditentukan yakni sebesar 0,3-0,8%.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dilakukan sebagai berikut :

1. Uji laboratorium

Karakteristik agregat : berat jenis dan penyerapan, analisa saringan,

kadar air, berat volume, kadar lumpur, kadar organik, dan keausan.

2. Rancangan campuran beton.

Metode rancangan campuran (mix design) dalam penelitian ini

menggunakan metode SNI.

3. Pembuatan benda uji

Benda uji silinder beton dibuat dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Penakaran bahan : Portland Cement, agregat halus (pasir) dan

agregat kasar (batu pecah dan iron slag), air dan superplasticizer

(Sika Viscocrete-3115 ID) sesuai dengan komposisi dan volume

beton benda uji yang akan dibuat.

b. Pengadukan bahan beton dengan mixer

c. Pemadatan dengan mesin pemadat.

d. Benda uji dibiarkan selama 24 jam dan kemudian cetakan dibuka.

e. Perawatan (perendaman).

1) untuk beton normal = 4 hari

2) untuk beton dengan variasi 50% iron slag = 6 hari

16

Page 17: TUGAS AKHIR SIPP

3) untuk beton dengan variasi 100% iron slag = 13 hari

4. Uji tekan silinder beton.

5. Analisis data hasil uji beton dalam bentuk grafik.

6. Kesimpulan dan Saran.

17

Page 18: TUGAS AKHIR SIPP

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Agregat

1. Hasil Pengujian Karakteristik Agregat Halus

Agregat halus yang akan digunakan sebagai material campuran

beton pada benda uji diperiksa parameternya. Parameter agregat halus

yang diperiksa meliputi kadar air, kadar lumpur, kadar organik, berat

volume, berat jenis SSD, absorbsi/penyerapan, dan modulus kehalusan.

Hasil pengujian karakteristik agregat halus ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil pengujian karakteristik agregat halus

18

No Karakteristik Spesifikasi Satuan Hasil Keterangan

1 Kadar Air 3-5 % 8,77 Relatif

2 Kadar Lumpur 0,2-6,0 % 4,54 Memenuhi

3 Kadar Organik < No. 3 - No. 1 Memenuhi

4 Berat Volume 1,4-1,9 kg/ltr 1,58 Memenuhi

5 Berat jenis SSD 1,6-3,2 - 2,56 Memenuhi

6 Absorbsi/Penyerapan 0,2-2,0 % 2,51 Memenuhi

7 Modulus Kehalusan 2,2-3,1 - 2,91 Agak Kasar

Page 19: TUGAS AKHIR SIPP

Dari ketujuh jenis pengujian karakteristik agregat halus, hanya

pengujian kadar air yang tidak memenuhi spesifikasi standar yang

ditentukan. Akan tetapi dari hasil pengujian kadar air dikatakan relatif

karena kondisi agregat halus yang kadang berubah-ubah tergantung dari

kondisi lingkungan sekitarnya.

2. Hasil Pengujian Karakteristik Agregat Kasar (Batu Pecah)

Pengujian karakteristik agregat kasar batu pecah dilakukan dalam

tujuh jenis pengujian yang meliputi kadar air, kadar lumpur, keausan,

berat volume, berat jenis SSD, absorbsi/penyerapan, dan modulus

kehalusan. Hasil pengujian karakteristik agregat kasar batu pecah

ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil pengujian karakteristik agregat kasar (batu pecah)

Has

19

No Karakteristik Spesifikasi Satuan Hasil Keterangan

1 Kadar Air 0,5-2 % 0,56 Memenuhi

2 Kadar Lumpur 0,2-1 % 0,86 Memenuhi

3 Keausan 15-50 % 26,54 Memenuhi

4 Berat Volume 1,6-1,9 kg/ltr 1,46 Tidak Memenuhi

5 Berat jenis SSD 1,6-3,2 - 2,81 Memenuhi

6 Absorbsi/Penyerapan 0,2-4 % 1,05 Memenuhi

7 Modulus Kehalusan 5,5-8,5 - 7,86 Memenuhi

Page 20: TUGAS AKHIR SIPP

Hasil pengujian karakteristik agregat kasar batu pecah sebagian

besar telah memenuhi spesifikasi standar yang ditentukan, hanya satu

yang tidak memenuhi spesifikasi standar yakni pengujian berat volume

yang menghasilkan 1,46 kg/ltr dari spesifikasi 1,6 kg/ltr–1,9 kg/ltr.

3. Hasil Pengujian Karakteristik Agregat Kasar (Iron Slag)

Pengujian karakteristik agregat kasar iron slag sama dengan

pengujian yang dilakukan untuk agregat kasar batu pecah yang hasilnya

ditunjukkan pada Tabel 9.

Tabel 9 Hasil pengujian karakteristik agregat kasar ( Iron Slag )

Dari ha

Hasil pengujian karakteristik agregat kasar iron slag, menunjukkan

bahwa berat volume juga tidak memenuhi spesifikasi standar yang

ditentukan. Selain itu, kadar air yang dihasilkan juga relatif lebih kecil

dari spesifikasi standar.

Berdasarkan Tabel 7, Tabel 8, dan Tabel 9 hasil pengujian

karakteristik menunjukkan bahwa pada umumnya telah memenuhi syarat,

20

No Karakteristik Spesifikasi Satuan Hasil Keterangan

1 Kadar Air 0,5-2,0 % 0,11 Relatif

2 Kadar Lumpur 0,2-1,0 % 0,99 Memenuhi

3 Keausan 15-50 % 31,71 Memenuhi

4 Berat Volume 1,6-1,9 kg/ltr 1,43 Tidak Memenuhi

5 Berat jenis SSD 1,6-3,2 - 3,14 Memenuhi

6 Absorbsi/Penyerapan 0,2-4,0 % 1,49 Memenuhi

7 Modulus Kehalusan 5,5-8,5 - 7,94 Memenuhi

Page 21: TUGAS AKHIR SIPP

akan tetapi dari hasil pengujian ada beberapa yg tidak memenuhi syarat,

hal ini dapat mempengaruhi pencapaian kuat tekan yang ditargetkan.

Namun demikian masih dapat dilakukan koreksi sebelum dan pada saat

pencampuran beton.

B. Nilai Slump Beton

Workability (kemudahan pengerjaan) beton dapat dilihat dari nilai

slump yang terjadi. Karena nilai slump merupakan parameter workability, jika

semakin tinggi nilai slump maka semakin mudah proses pengerjaan beton

(workability). Beton mutu tinggi menggunakan nilai fas rendah, berarti air

yang digunakan sangat sedikit, sehingga nilai slump rendah. Pada beton mutu

tinggi air yang digunakan sangat sedikit, dengan cara menambahkan bahan

tambah superplasticizer (Sika Viscocrete-3115 ID) yang bisa menjadikan

nilai slump lebih tinggi dari yang direncanakan. Dalam penelitian ini,

pemakaian bahan tambah Superplasticizer (Sika Viscocrete-3115 ID) semua

sama untuk setiap variasi yaitu sebesar 0,5% terhadap berat semen. Dengan

penambahan superplasticizer diharapkan akan diperoleh tingkat workability

yang tinggi untuk mencapai nilai slump yang sesuai tanpa terjadi bleeding dan

segregasi. Superplasticizer merupakan bahan tambah kimia yang mempunyai

pengaruh dalam meningkatkan workability beton sampai pada tingkat yang

cukup besar. (Murdock dan Brook, 1978).

Seiring dengan menurunnya nilai slump pada adukan beton, maka

tingkat workability juga akan menurun, dengan kata lain semakin banyak

pengurangan air dalam adukan beton maka kuat tekan beton akan meningkat,

akan tetapi semakin kecil nilai fas maka akan menurunkan nilai slump dan

tingkat workability, hal tersebut akan sangat berpengaruh pada proses

pengerjaan beton. Namun dengan menambahkan bahan tambah beton (Sika

Viscocrete-3115 ID) tanpa pengurangan air, tingkat penurunan workability

dapat dihindari sehingga saat pengerjaan beton dilaksanakan bisa menjadi

lebih mudah dan bisa mendapatkan kuat tekan beton yang lebih baik.

21

Page 22: TUGAS AKHIR SIPP

Pada penelitian ini menggunakan Sika Viscocrete-3115 ID sebesar

0,5%. Nilai slump yang dihasilkan pada penelitian ini ditunjukkan pada Tabel

10.

Tabel 10 Nilai slump beton dengan penambahan Sika Viscocrete-3115 ID sebesar 0,5%

Kode SampelNilai Slump

(cm)

400BN 2,5

400BS50 2,4

400BS100 2,4

500BN 2,4

500BS50 2,3

500BS100 2,2

600BN 2,2

600BS50 2,2

600BS100 2,0

Salah satu masalah yang berkaitan dengan penambahan

superplasticizer dalam campuran beton adalah cepat mengerasnya adukan

sehingga sulit untuk dilakukannya pengujian slump. Hal ini terjadi pada

campuran beton, dimana setelah selesai pengadukan beton segar cepat

mengeras. Dengan keadaan tersebut, sebelum adukan beton dicetak perlu

diaduk lagi secara manual secara terus menerus sehingga adukan beton dapat

kembali plastis.

Faktor yang mempengaruhi cepat mengerasnya adukan antara lain

jumlah penambahan superplasticizer, tipe dan jumlah kandungan semen,

waktu penambahan superplasticizer, kelembaban, temperatur, cara

pengadukan dan pemakaian bahan tambah lainnya (Ilham, 2004).

Gambar 3 ini menunjukkan perbandingan nilai slump beton dari

masing-masing mutu beton yang direncanakan, dimana semakin rendah nilai

fas adukan beton, maka nilai slump yang dihasilkan juga akan rendah sehingga

workability adukan beton tersebut rendah. Dengan penambahan Sika

22

Page 23: TUGAS AKHIR SIPP

Viscocrete-3115 ID yang sama sebesar 0,5% pada setiap campuran adukan

beton, memiliki nilai slump yang berbeda. Dari hasil penelitian yang didapat

menunjukkan bahwa workability adukan beton yang terjadi semakin tinggi

seiring dengan penambahan Sika Viscocrete-3115 ID.

0 50 1002.02.12.22.32.42.52.62.72.82.93.0

K-400K-500K-600

Nila

i Slu

mp

Beto

n (c

m)

Variasi Iron Slag (%)

Gambar 2 Grafik perbandingan nilai slump beton

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa semakin rendah nilai

fas adukan beton, maka nilai slump yang dihasilkan juga akan rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, nilai slump beton terendah

dihasilkan oleh mutu beton K-600, Hal ini disebabkan oleh nilai fas mutu

beton K-600 sebesar 0,3, selanjutnya K-500 sebesar 0,36, dan K-400

sebesar 0,44.

C. Kuat Tekan Beton

1. Kuat Tekan Beton Normal

Beton normal yang dibuat pada penelitian ini sebanyak sembilan

sampel, terdiri dari tiga sampel untuk beton K-400, tiga sampel untuk K-

500, dan tiga sampel untuk K-600. Hasil pengujian kuat tekan beton

normal ditunjukkan pada Tabel 11.

Tabel 11 Hasil uji tekan beton untuk beton normal

23

Page 24: TUGAS AKHIR SIPP

Berdasarkan hasil uji tekan yang telah dilakukan, kuat tekan rata-

rata yang dihasilkan sudah sesuai dengan kuat tekan rata-rata rencana. Kuat

tekan rata-rata rencana untuk mutu beton K-400, K-500, dan K-600

nilainya sebesar 518,4 kg/cm2, 618,4 kg/cm2, dan 718,4 kg/cm2.

2. Uji Kuat Tekan Beton menggunakan Iron Slag sebagai Bahan Pengganti

Penelitian ini menggunakan iron slag sebagai bahan pengganti

agregat kasar batu pecah, dimana variasi yang digunakan adalah iron slag

24

Mutu Beton

Nama Sampel

Kuat Tekan (kg/cm²)

Kuat Tekan Rata-Rata(kg/cm²)

umur 28 hari umur 28 hari

K-400

400BN1 582,313

559,087400BN2 577,336

400BN3 517,612

K-500

500BN1 671,900

684,342500BN2 373,278

500BN3 696,785

K-600

600BN1 721,670

741,578600BN2 816,234

600BN3 686,831

Ket.: Sampel 500BN2 tidak dimasukkan dalam rata-rata karena merupakan sampel rusak (invalid).

Page 25: TUGAS AKHIR SIPP

50% dan 100%. Hasil pengujian tekan beton dengan variasi 50% dan

100% iron slag pada Tabel 12 dan Tabel 13:

Tabel 12 Hasil uji tekan beton untuk beton dengan menggunakan variasi iron slag 50%

Mutu Beton

Kode Sampel

Kuat Tekan (kg/cm²)

umur 28 hari

Kuat Tekan Rata-rata (kg/cm²)umur 28 hari

Pencapaian Kuat Tekan

Rencana(%)

Rata-rataPencapaian

(%)

K-400

400BS501 581,676

477,805 92,169

92,312

400BS502 415,483

400BS503 436,257

400BS504 457,031

400BS505 498,579

K-500

500BS501 457,031

577,521 93,390

500BS502 415,483

500BS503 581,676

500BS504 706,320

500BS505 727,095

K-600

600BS501 623,224

656,463 91,378600BS502 768,643

600BS503 851,739

600BS504 519,353

600BS505 519,353

Berdasarkan Tabel 12, hasil uji kuat tekan beton pada umur 28 hari

tidak mencapai kuat tekan rencana, ASTM merekomendasikan bahwa

tidak lebih dari 10% dari hasil uji kekuatan mempunyai nilai kurang dari

kekuatan yang ditentukan (SNI 03-6815-2002). Dari pengujian yang telah

dilakukan kuat tekan yang dihasilkan mencapai 92,312%, ini berarti kuat

tekan yang diperoleh masih dapat dicapai.

Hasil pengujian dengan variasi 100% iron slag ditunjukkan pada

Tabel 13.

Tabel 13 Hasil uji tekan beton untuk beton dengan menggunakan variasi iron slag 100%

Mutu Beton

Kode Sampel

Kuat Tekan (kg/cm²)

Kuat Tekan Rata-rata

Pencapaian Kuat Tekan

Rata-rataPencapaian

25

Page 26: TUGAS AKHIR SIPP

umur 28 hari(kg/cm²) Rencana

(%) (%)umur 28 hari

K-400

400BS1001 322,235

368,269 71,039

73,054

400BS1002 391,285

400BS1003 383,613

400BS1004 406,630

400BS1005 337,580

K-500

500BS1001 567,748

469,543 75,929

500BS1002 460,336

500BS1003 429,647

500BS1004 460,336

500BS1005 429,647

K-600

600BS1001 491,025

518,645 72,194

600BS1002 567,748

600BS1003 537,058

600BS1004 506,369

600BS1005 491,025

Untuk variasi 100% iron slag, hasil uji tekan beton tidak mencapai

target yang diinginkan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, untuk pengujian

ini hanya mencapai 73,054% dari kuat tekan rata-rata rencana, ini berarti

lebih dari 10% dari hasil uji kekuatan yang telah ditentukan.

Tabel 11, Tabel 12, dan Tabel 13 dapat dilihat hasil pengujian kuat

tekan beton yang menggunakan agregat kasar batu pecah dan beton yang

menggunakan agregat kasar iron slag 50%, serta iron slag 100%.

Perbandingan kuat tekan beton ditunjukkan pada Gambar 3:

26

Page 27: TUGAS AKHIR SIPP

0 50 100

559.087

477.805

368.269

684.342

577.521

469.543

741.578

656.463

518.645

K-400 K-500 k-600

Kuat

Tek

an (k

g/cm

2)

Variasi Iron Slag (%)

Keterangan:

Gambar 3 Hasil pengujian kuat tekan beton

Gambar 2 menunjukkan bahwa terjadi penurunan kuat tekan beton dari

beton normal ke variasi 100% iron slag. Dari setiap mutu beton yang diuji,

variasi 100% iron slag tidak memenuhi standar yang telah ditentukan dimana

penurunan kekuatan beton melebihi 10%. Salah satu faktor penurunan kuat

tekan ini, diakibatkan karena gradasi agregat kasar iron slag yang digunakan

seragam atau tidak bervariasi.

27

Page 28: TUGAS AKHIR SIPP

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Kuat tekan beton normal dan variasi 50% iron slag mencapai kuat

tekan yang direncanakan, sementara untuk variasi 100% iron slag

mengalami penurunan kuat tekan rencana yang hanya mencapai

73,054% dari kuat tekan yang direncanakan.

2. Kuat tekan rencana tidak dapat dicapai pada variasi 100% iron slag,

karena gradasi agregat kasar iron slag yang digunakan seragam atau

tidak bervariasi.

3. Penggunaan iron slag sebagai pengganti agregat kasar batu pecah

dengan bahan tambah Sika Viscocrete-3115 ID tidak dapat mencapai

mutu beton K-400, K-500, dan K-600.

4. Penggunaan bahan tambah berupa superplasticizer (Sika Viscocrete-

3115 ID) sangat berpengaruh dalam workability beton, terutama dalam

merancang beton mutu tinggi.

B. Saran

Dari uaraian di atas dengan merujuk pada pembahasan dan hasil

penelitian ternyata masih banyak kekurangan dari penelitian ini, maka

untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik lagi diperlukan saran-

saran yang bersifat membangun seperti yang disebutkan sebagai berikut:

1. Dalam pembuatan beton mutu tinggi pelaksanaannya harus teliti dan

cermat, sehingga kualitas beton yang dihasilkan sesuai dengan yang

direncanakan.

2. Agar diperoleh sampel yang baik perlu diperhatikan pada saat

pengadukan dan pemadatan, karena apabila dalam pemadatan tidak

28

Page 29: TUGAS AKHIR SIPP

baik, sampel akan mengalami keropos dan ini akan sangat

mempengaruhi hasil uji.

3. Kontrol yang baik dapat dicapai dengan menggunakan bahan-bahan

yang memenuhi syarat, penakaran dan pencampuran bahan yang benar,

sesuai dengan kualitas yang diinginkan, serta pelaksanaan yang baik

dalam pengangkutan, penuangan, perawatan dan pengujian.

4. Pemakaian bahan tambah superplasticizer Sika Viscocrete-3115 ID

dalam campuran beton terutama di lapangan harus diawasi secara

ketat, karena pemakaian yang berlebihan akan mempengaruhi sifat-

sifat beton. Pemakaian yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur

penggunaan Sika Viscocrete-3115 ID.

29

Page 30: TUGAS AKHIR SIPP

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Ali. 2009. Kajian Beton Mutu Tinggi Menggunakan Slag Sebagai Agregat Halus dan Agregat Kasar dengan Aplikasi Superplasticizer dan Silicafume. Semarang: Universitas Diponegoro

ASTM Standard. 1986. Annual Books of ASTM Standars. Philadelphia.

Aprizon, Andi. 2008. High Strength Concrete. Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum. 1989. Pedoman Beton. Jakarta.

Mulyono, Tri. 2004. Teknologi Beton. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Murdock, L. J. dan K. M. Brook. 1991. Bahan dan Praktek Beton. Jakarta: Erlangga.

Nugraha, Paul dan Antoni. 2007. Teknologi Beton. Jakarta: Penerbit Andi.

Tjokrodimuljo, K. 2007. Teknologi Beton (edisi pertama). Yogyakarta: Biro penerbit Universitas Gadjah Mada.

Young, Francis J.1982. Concrete, USA; Prentice-Hall.

30