Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISA PERANAN PEMERIKSAAN PAJAK
TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI KPP
PRATAMA JAKARTA DUREN SAWIT
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Diploma III
SILVANA LENSIA NURIMANI
62140123
Program studi Manajemen Perpajakan
Akademi Manajemen Keuangan BSI Jakarta
Jakarta
2017
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Dngan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-NYA, sehingga pada akhirnya penulis
dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Dimana tugas akhr ini penulis sajikan
dalam bentuk buku yang sederhana. Adapun judul tugas akhir, yang penulis ambil
sebagai berikut, “Analisa Peranan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan
Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Duren Sawit”.
Tujuan penulisan tugas akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan
program Diploma III Institusi. Sebagai bahan penulisan diambil berdasarkan hasil
penelitian (eksperimen), observasi dan beberapa sumber literatur yang
mendukung penulisan ini. Penulisan menyadari bahwa tanpa bimbingan dan
dorongan dari semua pihak, maka penulisan tugas akhir ini tidak akn lancar. Oleh
karena itu pada kesempatan ini, izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Direktur Akademi Manajemen Keuangan BSI Jakarta.
2. Ketua Program Studi Akuntansi Akademi Manajemen Keuangan BSI Jakarta.
3. Bapak Dedi Suharyadi, SE, MM selaku Dosen pembimbing Tugas Akhir.
4. Bapak Dede Suleman, SE, MM selaku Asisten Pembimbing Tugas Akhir.
5. Ibu Sri Hardini Wijatsari selaku Kepala Seksi Pemeriksaan Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Jakarta Duren Sawit.
6. Semua Dosen dari Manajemen Perpajakan Diploma yang telah memberikan
penulis dengan semua bahan yang diperlukan.
viii
7. Ucapan terima kasih ditujukan kepada keluarga penulis, terutama pada
seseorang yang telah Allah jadikan sebagai Pendamping, saudara-saudara yang
telah sangat membantu dalam mendorong, menyarankan penulis untuk
menyelesaikan tugas akhir.
8. My bestfriend Theresia, Desi, Ariana yang selalu memberikan dukungan untuk
menyelesaikan tugas akhir ini.
9. Ucapan terima kasih ditujukan kepada teman 62.6A.31 atas waktunya saat kita
bersama-sama.
Serta semua pihak yang terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu
sehingga terwujudnya penulisan ini. Penulis menyadari bahwa penulisan tugas
akhir ini masih jauh sekali dari sempurna, untuk itu penulis mohon kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulis dimasa yang akan
datang.
Akhir kata semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi penulis khususnya
dan bagi para pembaca yang berminat pada umumnya.
Jakarta, 13 Juni 2017
Penulis
Silvana Lensia Nurimani
ix
ABSTRAK
Silvana Lensia Nurimani (62140123), Analisa Peranan Pemeriksaan Pajak
Terhadap Penerimaan Pajak DI Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta
Duren Sawit.
Pemeriksaan Pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dan bertujuan pula untuk
meningkatkan pula untuk meningkatkan penerimaan pajak dan mencegah rasa
ketidakadilan didalam perlakuan perpajakan diantara sesama Wajib Pajak,Oleh
karena itu dalam pelaksanaan pemungutan pajak harus di dasari, diawasi, dan
dilindungi oleh peraturan perundang-undangan yang pasti, agar terhindar dari hal-
hal yang dapat mengurangi pajak yang diterima oleh Negara, maka diperlukannya
pemeriksaan pajak. Metode pengumpulan data dalam penyusunan Tugas Akhir
adalah metode observasi, wawancara, dan studi pustaka dengan metode analisanya
berupa analisis kualitatif yaitu metode analisis data tanpa menggunakan analisis
statistik. Pemeriksaan dapat dilakukan setelah dikeluarkannya Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB),
Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN). Berdasarkan pengamatan penulis di Kantor
Pelayanan Pratama Jakarta Duren Sawit pengaruh Surat Ketetapan Pajak (SKP)
sangat berpengaruh terhadap penerimaan pajak, khususnya pada Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar (SKPKB) terlihat bahwa pada tahun 2014-2016 terdapat
kenaikan pada penerimaan pajak sebesar 1,52% ditahun 2014, sebanyak 3,24%
ditahun 2015, sedangkan di tahun 2016 terdapat kenaikan sebanyak 1,15%. Hal
ini menandakan bahwa ada peningkatan Wajib pajak Kurang Bayar yang dapat
mengurangi penerimaan pajak, untuk itu sangat diperlukan pemeriksaan pajak
untuk menghindari hal tersebut.
Kata Kunci: Pemeriksaan Pajak, Penerimaan Pajak
x
ABSTRACT
Silvana Lensia Nurimani (62140123), Analysis Of the Role Of Tax audit On
Tax Revenues at Jakarta Duren sawit Tax Office.
Tax Audit is a series of activities to collect and process data, information,
and/or evidence that is executed objectively and profesionally based on an audit
standard to test the compliance fulfillment of taxation abligations and/or for other
purposes in order to implement the provisions of the taxation legislation. And it
also aims to improve the tax revenue and prevent a sense of injustice in the
taxation treatment of among other taxpayer, therefore the implementation of tax
collection should be based on, supervised, and protected by certain laws and
regulations, in order to avoid something that can reduce taxes received by the
state, and hence the tax audit is required. The data collection method on
preparing this final project includes observation, interview, and literature study
and the analytical method is qualitative analysis that data analysis without using
statistical analysis. The audit can be done after the issuace of Tax Underpayment
Certificate (SKPKB), Overpayment Tax Assessment Certificate (SKPLB), Tax
Assessment Certificate (SKPN). Based on the observationof the author in Jakarta
Duren Sawit Primary Tax Service Office, the Tax Assessment Certificate (SKP) is
very influential on the tax revenue, especially in the Tax Underpayment
Certificate (SKPKB) as it is shown that in 2014-2016 there was an increase in tax
revenue of 1,52% in 2014, as much as 3,24% in 2015, while in 2016 there was
increase of 1,15%. This indicates that there was an increase in underpayment
taxpayer that could reduce the tax revenue, therefore the tax audit is very
necessary to avoid it.
Keywords: Tax audit, Tax revenue
xi
DAFTAR ISI
Halaman Lembar Judul Tugas akhir ............................................................................. i
Lembar Pernyataan Keaslian Tugas Akhir ................................................... ii
Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ............................. iii
Lembar Persetujuan dan Pengesahan Tugas Akhir ...................................... iv
Lembar Konsultasi Tugas Akhir .................................................................. vi
Kata Pengantar ............................................................................................ viii
Abstrak ......................................................................................................... ix
Daftar isi ....................................................................................................... xi
Daftar Gambar ............................................................................................. xiii
Daftar Tabel ................................................................................................ xiv
Daftar Lampiran ........................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1.Latar Belakang ................................................................ 1
1.2.Perumusan Masalah ........................................................ 3
1.3.Tujuan dan Manfaat ........................................................ 3
1.4.Metode Pengumpulan Data ............................................. 4
1.5.Ruang Lingkup ................................................................ 5
1.6.Sistematika Penulisan ..................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 8
2.1. Pajak ............................................................................... 8
2.1.1. Definisi pajak ....................................................... 8
2.1.2. Fungsi Pajak ......................................................... 9
2.1.3. Asas Pemungutan Pajak ...................................... 10
2.1.4. Sistem Pemungutan Pajak ................................... 11
2.1.5. Pengelompokan Pajak ......................................... 13
2.2. Pemeriksaan pajak ......................................................... 15
2.2.1. Definisi Pemeriksaan Pajak ................................. 15
2.2.2. Tujuan Pemeriksaan Pajak .................................. 16
2.2.3. Pemeriksaan Pajak Atas SPT OP.........................16
2.2.4. Pemeriksaan Atas SPT PPh Badan .....................19
2.2.5. Ruang Lingkup Pemeriksaan ............................... 23
2.2.6. Jenis Pemeriksaan ................................................ 23
2.2.7. Tahapan Pemeriksaan .......................................... 24
2.2.8. Kriteria Wajib Pajak yang Diperiksa ................... 29
2.3. Penerimaan Pajak ......................................................... 30
2.3.1. Penerimaan Pajak ................................................ 30
2.3.2. Macam-macam Penerimaan ................................ 31
BAB III PEMBAHASAN .................................................................. 32
3.1. Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi KPP Pratama
Jakarta Duren Sawit ....................................................... 32
xii
3.1.1.Sejaran dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi
KPP Jakarta Pratama Duren Sawit ....................... 32
3.1.2. Struktur dan Tata Kerja Organisasi KPP Pratama
Jakarta Duren Sawit ............................................. 36
3.1.3. Kegiatan Usaha/Organisasi KPP Pratama Jakarta
Duren Sawit ........................................................ 40
3.2. Hasil Penelitian .............................................................. 44
3.2.1. Wajib Pajak Terdaftar ......................................... 44
3.2.2. Peranan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan
Pajak .................................................................... 48
3.2.3. Upaya yang Dilakukan Pemeriksa dalam Meng
hadapi Masalah dan Kendala .............................. 51
3.2.4. Upaya yang Dilakukan Pemeriksa Pajak saat Ter
jadi Penolakan dan Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak ................................................................. 52
BAB IV PENUTUP ........................................................................... 54
4.1. Kesimpulan .................................................................... 54
4.2. Saran .............................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 56
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................. 57
SURAT KETERANGAN PKL ................................................................. 58
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................ 60
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar III.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Jakarta Duren Sawit ......... 36
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel III.1 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Tahun 2014-2016 ...................... 45
Tabel III.2 Penyampaian SPT Tahunan Tahun 2016 ................................... 47
Tabel III.3 Selisih Penerimaan Pajak Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan
Tahun 2014-2016 ...................................................................... 49
Tabel III.4 Laporan Penerimaan Pajak Melalui SKPKB Tahun 2014-
2016 ........................................................................................... 51
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A1. Data Jumlah Wajib Pajak Terdaftar ..................................................... 60
B2. Data Penyampaian SPT Tahunan 2016 ................................................ 61
C3. Data Laporan Penerimaan Pajak .......................................................... 62
D4. Data Laporan Pemeriksaan Pajak ......................................................... 63
E5. Data Selisih Penerimaan Pajak Sebelum dan Sesudah
Pemeriksaan...........................................................................................64
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem pemungutan pajak di Indonesia berdasarkan UU Perpajakan yang
berlaku khususnya Pajak Penghasilan (PPh) berdasarkan sistem Self Assessment.
Berdasarkan sistem tersebut maka Wajib Pajak diberi kesempatan dan
kepercayaan serta tanggung jawab untuk menghitung, membayar dan melaporkan
sendiri besarnya pajak terutang atau pajak yang harus dibayar. Sistem ini di anut
sejak terjadi reformasi dibidang perpajakan, sejak reformasi tersebut Indonesia
mulai menganut asas Self Assessment dalam hal pemungutan pajak sebagai
pengganti dari sistem Official Assessment.
Dalam Self Assessment System, Wajib Pajak diberi kepercayan untuk
menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang
terutang sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan.
Agar hak dan kewajiban perpajakan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Wajib
Pajak, pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Pajak berkewajiban melakukan
pembinaan berupa penyebaran informasi dan penyuluhan perpajakan, pelayanan
administrasi yang diperlukan oleh Wajib Pajak, serta melaksanakan pengawasan
terhadap kepatuhan Wajib Pajak melalui pemeriksaan pajak.
Pemeriksaan pajak disamping untuk meningkatkan kepatuhan Wajib
Pajak, bertujuan pula untuk meningkatkan penerimaan pajak dan mencegah rasa
ketidakadilan didalam perlakuan perpajakan di antara sesama Wajib Pajak.
Dengan pemeriksaan pajak diharapkan Wajib Pajak dapat memahami peraturan
perpajakan yang berlaku dan segera memperbaiki jika terdapat kekeliruan dan
2
kesalahan dalam melaporkan kewajiban perpajakan. Pemeriksaan pajak
diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa tidak dapat
menghindari kewajibannya sebagai Warga Negara dan Negara menjamin bahwa
setiap orang dapat diperiksa dan diperlakukan secara adil.
Dengan demikian pemeriksaan pajak yang sangat diperlukan sebagai pagar
penjaga agar Wajib Pajak tetap berada dalam koridor peraturan perpajakan yang
berlaku. Selain itu, penegak hukum melalui pemeriksaan pajak diharapkan dapat
menciptakan peraturan perpajakan yang Fair (terbuka secara objektif), Konsisten
(apa yang diputuskan tidak bisa diubah) dan Konsekuen (sesuai dengan apa yang
diputuskan berpegang teguh dan tidak menyimpang dari apa yang sudah
diputuskan).
Adapun bentuk pengawasan yang dilakukan oleh Fiskus (pejabat pajak)
adalah pemeriksaan kantor dan pemeriksaan lapangan. Pelaksanaan pemeriksaan
lapangan dibagi menjadi dua yaitu :
1. Pemeriksaan Lapangan (LP)
2. Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL)
Yang selalu bertitik tolak dari Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan dan
perlakuan atas kejadian atau transaksi yang berpedoman Standar Akuntansi
Keuangan (SAK). Pelaksanaan pemeriksaan tersebut dilakukan oleh Kantor
Pelayanan Pajak terkait, dalam hal ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Jakarta Duren Sawit.
Karena peranan pemeriksaan pajak sangat penting bagi penerimaan pajak
yang bertujuan sebagai pengamanan penerimaan Negara dari sektor pajak, maka
penulis tertarik untuk mengambil judul “Analisa Peranan Pemeriksaan Pajak
3
Terhadap Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta
Duren Sawit”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis mencoba merumuskan masalah
sebagaiberikut :
1. Bagaimana peranan pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Duren Sawit ?
2. Kendala dan upaya yang dihadapi Pemeriksa Pajak terhadap pemeriksaan pajak
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Duren Sawit ?
3. Bagaimana peranan pemeriksaan pajak saat terjadi penolakan dari Wajib Pajak
dan terhadap kepatuhan kewajiban perpajakan.
1.3.Tujuan dan Manfaat
Tujuan penulis dalam menyusun dan melaksanakan penulisan tugas akhir
ini, antara lain :
1. Untuk mengetahui peranan periksaan pajak terhadap penerimaan pajak.
2. Untuk mengetahui masalah dan kendala yang dihadapi Pemeriksa Pajak.
3. Untuk mengetahui peranan pemeriksaan pajak saat terjadi penolakan dan
terhadap kepatuhan kewajiban perpajakan.
4
Manfaat penyusunan tugas akhir, antara lain :
1. Bagi Penulis
Penulisan tugas akhir ini diharapkan bermanfaat bagi penulis agar dapat lebih
mengetahui dan memperluas wawasan dan pengetahuan tentang pemeriksaan
pajak.
2. Bagi Tempat Penelitian (Kantor Pelayanan Pajak)
Penulisan tugas akhir ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi
intansi terkait pemeriksaan pajak dalam hal-hal yang menyangkut kepatuhan
Wajib Pajak lainnya dalam rangka memenuhi kewajiban perpajakan dalam hal
ini di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Duren Sawit.
3. Bagi Pembaca atau Orang Lain
Penulisan tugas akhir ini diharapkan bermanfaat bagi pihak lain agar dalam
penelitian selanjutnya yang berkaitan juga dengan pemeriksaan pajak disetiap
Kantor Pelayanan Pajak lainnya.
1.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu proses pengaduan data untuk
keperluan penelitian. Dalam penyusunan tugas akhir ini digunakan beberapa
metode untuk mengumpulkan data dan informasi. Adapun metode pengumpulan
data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi
Penulis melakukan pengamatan langsung atas objek data dan kronologis atau
kejadian, merekam, serta mencatat data yang diperoleh dari bagian seksi
pemeriksaan.
5
2. Wawancara
Penulis melakukan pengumpulan data dan mengadakan tanya jawab kepada
salah satu petugas pemeriksaan pajak dari seksi pemeriksaan sebagai pihak
yang berkepentingan dan terkait sesuai dengan penelitian.
3. Studi Pustaka
Penulis memperoleh data melalui penelitian kepustakaan (Library Research)
yang digunakan penulis untuk mendapatkan landasan dan konsep yang kuat
agar permasalahan dapat dipecahkan. Penulis juga melakukan penelitian
dengan membaca literatur (bahan atau sumber ilmiah)yang ada seperti buku,
dan juga memperoleh data berbagai sumber yang berhubungan dengan topik
tugas akhir yang dibahas, seperti sejarah KPP, sruktur organisasi, dan data-data
lainnya.
Serta melalui dokumentasi yaitu mencatat dan memfotocopy dokumen yang
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan dalam KPP dari salah satu
petugas umum dari seksi Sub Bagian Umum.
1.5.Ruang lingkup
Ruang lingkup dari penulisan tugas akhir ini adalah studi kasus
berdasarkan penelitian dan pengamatan di Kantor Pelayanan Pajak(KPP) Pratama
Jakarta Duren Sawit yaitu dengan cara membandingkan fakta yang ada dan
dilaporkan dengan membandingkan teoritis yang erat hubungannya dengan
masalah yang diteliti pada Tahun 2014-2016 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Jakarta Duren Sawit. Adapun masalah yang diteliti adalah peranan pemeriksaan
pajak terhadap penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
6
Jakarta Duren Sawit, secara garis besar tentang PPh Orang Pribadi dan PPh
Badan.
1.6.Sistematika Penulisan
Sistematika ini terdiri dari empat bab pembahasan yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan secara garis besar mengenai latar
belakang, Perumusan masalah, Tujuan dan manfaat, Metode
pengumpulan data, Ruang lingkup, serta mengenai Sistematika
penulisan yang berisikan pembahasan berupa uraian-uraian singkat
dari bab-bab tugas akhir ini.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini dijabarkan tentang teori-teori dan pendapat-
pendapat yang bersumber dari suatu teori yang relevan yang dapat
digunakan sebagai tuntunan untuk memecahkan permasalahan dan
berfungsi sebagai kerangka dan acuan dan sudut pandang dalam
mengarahkan penelitian untuk memberi jawaban terhadap rumusan
masalah yang diajukan, serta membantu penyusunan instrument
penelitian.
BAB III PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan tentang Tinjauan Umum Perusahaan yang
terdiri dari sejarah umum KPP Pratama Jakarta Duren Sawit,
struktur dan Tata Cara Organisasi, dan Kegiatan usaha/Organisasi.
Dan dalam bab ini juga diuraikan tentang Hasil Penelitian
7
BAB IV PENUTUP
Dalam bab ini menyajikan beberapa kesimpulan yang diambil dari
bab pendahuluan. Selain itu juga dikemukakann saran-saran yang
bermanfaat bagi pihak-pihak lain dikemudian hari.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pajak
2.1.1. Definisi pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung.
Adapun pengertian pajak menurut para ahli antara lain adalah sebagai berikut:
Menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R
dikutip dalam Perpajakan Indonesia (2016:2), “Pajak dapat diartikan adanya aliran
dari sektor privat ke sektor publik secara dipaksakan yang dipungut berdasarkan
keuntungan ekonomi tertentu dari nilai setara dalam rangka pemenuhan
kebutuhan negara dan objek-objek sosial”.
Menurut Soemitro dalam buku perpajakan indonesia (2016:2)
diungkapkan bahwa:
Pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta kesektor publik
berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak
mendapatkan imbalan (tegenprestatie) yang secara langsung dapat
ditunjukan, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan
sebagai alat pendorong, penghambat atau pencegah, untuk mencapai
tujuan yang ada diluar bidang keuangan negara.
Menurut Smeeth (1951) menjelaskan bahwa “pajak adalah prestasi kepada
pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat
dipaksakan, tanpa adanya kontra prestasi yang dapat ditunjukan dalam hal yang
individual, maksudnya untuk membiayai pengeluaran pemerintah”.
Menurut S. I Djajadiningrat yang dikutip oleh Resmi (2013:2):
Pajak adalah kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan ke kas negara yang
disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan
tertentu tetapi bukan sebagai hukuman menurut peraturan yang ditetapkan
Pemerintah serta dapat dipaksakan tetapi tak ada jasa timbal balik dari Negara
secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum.
9
Definisi pajak dari berbagai ahli diatas, menunjukkan bahwa pajak yang dipungut
pada prinsipnya adalah sama yakni masyarakat diminta menyerahkan sebagian
harta yang dimiliki sebagai kontribusi untuk membiayai keperluan barang dan jasa
bagi kepentingan bersama. Adapun definisi pajak secara resmi yang dimuat dalam
UU KUP adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2.1.2. Fungsi Pajak
Ada dua fungsi pajak menurut Priantara (2016:3) yaitu:
1. Fungsi budgetair (pendanaan)
Fungsi budgetair disebut juga fungsi utama pajak, atau fungsi fiskal yaitu pajak
dipergunakan sebagai alat untuk memasukan dana ke kas Negara secara
optimal berdasarkan undang-undang. Fungsi ini disebut fungsi utama karena
fungsi inilah yang mempunyai historis pertama kali timbul karena merupakan
suatu alat atau sumber untuk memasukan uang sebanyak-banyaknya kedalam
kas Negara yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran
Negara. Dan dilakukan melalui kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi.
Dimana kebijakan intensifikasi pajak berkaitan dengan upaya menggali potensi
pajak yang belum atau kurang maksimal pengenaan pajak, sedangkan
kebijakan ekstensifikasi berkaitan dengan penambahan Wajib Pajak terdaftar.
10
2. Fungsi regulair (mengatur)
Fungsi regulair disebut juga fungsi tambahan yaitu pajak digunakan sebagai
alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya diluar bidang
keuangan. Dan disebut sebagai fungsi tambahan karena hanya sebagai fungsi
pelengkap dari fungsi utama pajak sebagai sumber pemasukan dan penerimaan
dana bagi Pemerintah. Meskipun bukan menjadi fungsi utama,fungsi regulair
pada ekonomi makro merupakan hal penting sebagai instrumen kebijakan
fiskal dari Pemerintah yang menjadi mitra kebijakan moneter oleh Bank
Sentral (Bank Indonesia). Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi
mengatur :
a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang mewah. Semakin mewah
suatu barang maka tarif pajaknya semakin tinggi sehingga harga jual
barang tersebut lebih mahal.
b. Tarif pajak ekspor adalah 0% bertujuan untuk mendorong hasil produksi
barang atau penyerahan jasa ke luar negeri sehingga dapat memperbesar
cadangan devisa Negara dan mendorong investasi dan lapangan kerja di
dalam negeri (domestik).
c. Kompensasi kerugian yang lebih lama pada sektor dan daerah tertentu
bertujuan untuk mendorong investasi sektor strategis dan pemerataan serta
percepatan pembangunan.
2.1.3 Asas Pemungutan Pajak
Terdapat tiga asas pemungutan pajak menurut Priantara (2016:8) yakni:
1. Asas domisili atau tempat tinggal
11
Asas ini menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh
penghasilan Wajib Pajak yang berdomisili atau bertempat tinggal diwilayahnya
baik atas penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Asas ini dipakai pada PPh Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan di Indonesia
sehingga setiap Wajib Pajak Dalam Negeri (WPDN) dikenakan pajak atas
seluruh penghasilan yang diterima atau diperolehnya dari Indonesia dan dari
luar Indonesia (global income).
2. Asas Sumber
Asas ini menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan
yang bersumber atau berasal dari wilayahnya tanpa memperhatikan tempat
tinggal Wajib Pajak apakah diwilayahnya atau diluar wilayahnya.
3. Asas kebangsaan
Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan status
kewarganegaraan atau kebangsaan seorang Wajib Pajak. Contoh adalah pajak
bangsa asing yang dahulu pernah berlaku di Indonesia, besarnya pajak ini
berbeda sesuai dengan kewarganegaraan atau kebangsaan seorang Wajib Pajak.
2.1.4. Sistem Pemungutan Pajak
Terdapat tiga sistem pemungutan pajak (Waluyo 2013:17) yaitu sebagai
berikut:
1. Official assesment system yaitu suatu sistem pemungutan pajak dimana
wewenang untuk menghitung besarnya pajak terutang oleh seseorang berada
pada pemungut atau aparatur pajak, dalam hal ini Wajib Pajak bersifat pasif,
menunggu ketetapan dari aparatur atau petugas pajak, hutang baru timbul
12
setelah ada Surat Ketetapan Pajak (SKP) dari aparatur pajak. Dengan demikian
berhasil atau tidaknya pemungutan pajak banyak tergantung pada aparatur atau
petugas pajak karena inisiatif kegiatan dan peran dominan berada pada aparatur
atau petugas pajak.
2. Self Assesment system yaitu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk
menghitung besarnya pajak terutang berada pada Wajib Pajak dalam sistem ini
Wajib Pajak harus aktif menghitung, memperhitungkan, menyetor dan
melaporkan sendiri pajaknya. Fiskus (petugas pajak) tidak turut campur dalam
perhitungan besarnya pajak terhitung kecuali Wajib Pajak menyalahi aturan.
Dengan demikian berhasil atau tidaknya pemungutan pajak banyak tergantung
pada Wajib Pajak karena inisiatif kegiatan dan peran dominan berada pada
Wajib Pajak.
3. With holding system yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang
bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib
pajak, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak tergantung pada
Wajib Pajak yang berwenang melakukan pemotongan atau pemungutan.
Dari beberapa sistem pemungutan pajak diatas, sistem pemungutan pajak
yang dianut oleh Indonesia adalah sistem Self assesment system yang
mengharuskan Wajib Pajak menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan
melaporkan kewajiban pajaknya sendiri. Dalam hal ini Wajib Pajak dianggap
paling mengetahui mengenai besarnya pajak terutang karena Wajib Pajak tentu
lebih memahami dan mengetahui penghasilan sendiri. Dalam rangka untuk
memperoleh keyakinan yang memadai, maka diperlukan sarana untuk melakukan
13
pengawasan. Pada dasarnya apa yang telah dihitung, disetor, dan dilaporkan oleh
Wajib Pajak dianggap benar oleh fiskus kecuali apabila fiskus mempunyai
data/informasi yang mengindikasikan bahwa laporan tersebut salah. Dalam hal ini
fungsi fiskus adalah menjamin bahwa pajak yang telah dihitung, diperhitungkan,
dan dilaporkan oleh Wajib Pajak telah sesuai dengan yang berlaku, sesuai dengan
pasal 12 ayat (1) UU KUP yang menyebutkan, “Apabila Direktur Jenderal Pajak
mendapatkan bukti jumlah pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan
Terhutang (SPT) tidak benar, Direktur Jenderal Pajak menetapkan jumlah pajak
yang terutang”.
2.1.5. Pengelompokan Pajak
Terdapat perbedaan atau penggolongan jenis-jenis pajak yang didasarkan
pada suatu kriteria, seperti siapa yang membayar pajak, apakah beban pajak dapat
dilimpahkan kepada pihak lain, siapa yang memungut, serta sifat-sifat yang
melekat pada pajak yang bersangkutan (Priantara 2016:6) yaitu:
1. Menurut Golongan
a. Pajak Langsung adalah pajak yang pembebanannya langsung kepada Wajib
Pajak yang berkewajiban membayar pajaknya atau Wajib Pajak yang
bersangkutan yang harus memikul beban pajak dan beban pajak ini tidak
dapat dialihkan kepada pihak lain. Contoh: PPh.
b. Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pembebananya dapat dialihkan
kepada pihak lain. Contoh: PPN dan Pajak Penjualan. Pajak ini dipungut
oleh Wajib Pajak Pengusaha Kena Pajak (PKP) terlebih dahulu dan yang
14
memikul beban pajak adalah pengguna jasa atau barang yang dihasilkan
oleh Wajib Pajak tersebut.
2. Menurut Sifat
a. Pajak Subjektif adalah pajak yang waktu pengenaannya yang pertama
diperhatikan adalah subjek pajaknya. Setelah menentukan subjeknya
barulah menentukan objeknya. Contoh: ajak Pertambahan Nilai (PPh).
b. Pajak Objektif adalah pajak yang waktu pengenaanya yang pertama
diperhatikan adalah objek pajaknya. Setelah diketahui objeknya barulah
menentukan subjeknya. Contoh: Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
3. Menurut Lembaga Institusi pemungutan
a. Pajak Pusat adalah pajak yang diadministrasikan oleh Pemerintah Pusat
dalam hal ini adalah Kementrian Keuangan yakni Direktorat Jenderal Pajak,
Contoh: pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
b. Pajak Daerah adalah pajak yang diadministrasikan oleh pemerintah daerah.
Pajak Daerah dibedakan antara Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota.
Pajak Provinsi terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar dan Pajak Pengambilan dan
Pemanfaatan Air Dibawah Tanah dan Air Permukaan. Sedangkan Pajak
Kabupaten/Kota terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Reklame,
Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Mineral Bukan Logam dan
Batuan.
15
2.2. Pemeriksaan Pajak
2.2.1. Definisi pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan menurut Ilyas & Wicaksono (2015:32) dapat diartikan
sebagai proses pengumpulan dan evaluasi atas bukti mengenai informasi untuk
menentukan dan melaporkan tingkat korespodensi antara informasi dan kriteria
yang telah ditentukan sebelumnya. Dari definisi tersebut, ditambahkan pula
bahwa pemeriksaan seharusnya dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen.
Pemeriksaan menurut Priantara (2016:62) adalah serangkaian kegiatan
menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan
secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan atau untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan perpajakan.
Menurut Mardiasmo (2011:52) Pemeriksaan Pajak adalah kegiatan-
kegiatan yang bertujuan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dengan mengacu
pada peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pemeriksaan pajak merupakan karakteristik kunci dari mekanisme
kepatuhan sukarela dalam sistem self-assessment karena dengan semakin tinggi
tingkat pemeriksaan akan dapat meningkatkan kepatuhan pajak (Allingham dan
Sandmo dalam Isa dan Pope, 2010). Hal ini juga tentunya berlaku untuk Indonesia
yang menerapkan sistem self-assessment sebagai sistem pemungutan pajaknya.
Sehingga pemeriksaan pajak (Tax Audit) yang dilakukan oleh Direktur
Jenderal Pajak merupakan bagian disiplin auditing, tepatnya audit kepatuhan,
karena tujuan dari pemeriksaan pajak adalah untuk menguji kepatuhan Wajib
16
Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Disisi lain pemeriksaan pajak
diharapkan mempunyai pengaruh terhadap peningkatan penerimaan pajak baik
yang berasal dari temuan-temuan pemeriksaan maupun peningkatan kepatuhan
Wajib Pajak pada tahun-tahun berikutnya (dari Wajib Pajak yang diperiksa
maupun dari Wajib Pajak lainya).
2.2.2. Tujuan Pemeriksaan Pajak
Sesuai dengan ketentuan pasal 29 ayat (1) Undang-Undang KUP
dinyatakan bahwa pemeriksaan memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan: dan
2. Tujuan lain.
2.2.3. Pemeriksaan Pajak Atas SPT Tahunan Orang Pribadi (OP)
Pemeriksaan atas SPT tahunan PPH OP yang memiliki penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan atau melakukan pekerjaan bebas dengan peredaran
usaha tidak melebihi RP. 4,8 miliar setahun. Contoh: Orang pribadi yang memiliki
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan adalah: (1) Tuan Wisnu yang bekerja
sebagai tax manager pada PT Nada Hapsari atau (2) Nona Cinta bekerja sebagai
Direktur pada PT Usaha Jaya dan Direktur pada PT Tantri Wijaya. Meskipun atas
penghasilan yang diterima oleh Tuan Wisnu dan Nona Cinta telah dipotong PPh
Pasal 21 oleh masing-masing pemberi kerja, namun mereka tetap diharuskan
untuk mengisi SPT Tahunan PPh OP untuk menghitung ulang pajak penghasilan
atas penghasilan yang mereka terima selama satu tahun. Adapun contoh Orang
Pribadi yang melakukan pekerjaan bebas adalah Ibu Sukma yang membuka
17
praktik dokter dirumah. Pengujian yang akan dilakukan oleh pemeriksa pajak
sehubungan dengan SPT PPh yang disampaikan oleh Orang Pribadi yang
memiliki penghasilan dengan pekerjaan atau pekerjaan bebas akan difokuskan
pada beberapa hal (Ilyas & Wicaksono 2015:85) sebagai berikut:
1. Pengujian Kelengkapan (Completness) Penghasilan Yang Dilaporkan.
Dalam rangka melakukan pengujian kebenaran jumlah penghasilan yang
dilaporkan oleh Wajib Pajak, dan adabeberapa hal yang harus dilakukan oleh
Pemeriksa Pajak yaitu:
a. Pemanfaatan data internal Direktorat Jenderal Pajak yang berupa bukti
potong SPT Masa PPh Pemotongan dan pemungutan baik bukti potong PPh
Pasal 21, pasal 22, Pasal 23 maupun Pasal 4 ayat (2) yang disampaikan
oleh Wajib Pajak yang bertransaksi dengan Wajib Pajak Orang Pribadi
yang sedang dilakukan Pemeriksaan Pajak. Hal ini dimaksudkan untuk
memastikan bahwa wajib Pajak telah melaporkan seluruh penghasilan yang
diterimanaya dari selulruh pemberi kerja.
b. Pengujian rekening bank Wajib Pajak.
Dengan melakukan pengujian atas rekening koran Wajib Pajak, Pemeriksa
Pajak akan dapat menentukan apakah Wajib Pajak telah melaporkan
seluruh penghasilan yang diterimanya dalam SPT Tahunan PPh OP.
c. Penghitungan kekayaan bersih.
Pendekatan pertambahan kekayaan bersih dilakukan dengan menghitung
selisih kekayaan bersih Wajib Pajak awal dan akhir tahun.
18
d. Pengujian biaya hidup.
Biaya hidup adalah seluruh pengeluaran Wajib Pajak tidak termasuk
pengeluaran yang digunakan untuk menambah kekayaan, setidaknya jika
Wajib Pajak tidak memiliki utang maka penghasilan Wajib Pajak minimal
sama dengan biaya hidup.
2. Kebenaran Jenis/Sumber Penghasilan Yang Dilaporkan.
Pemeriksa Pajak akan melakukan pengujian dalam rangka memastikan
kebenaran jenis/sumber Wajib Pajak terutama dalam hal Wajib Pajak
menyatakan bahwa penghasilan yang diterima berupa non-objek pajak, yang
contohnya adalah berupa warisan.
3. Kebenaran Penerapan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
Untuk Wajib Pajak yang melakukan pekerjaan bebas sepanjang peredaran
brutonya tidak melebihi Rp. 4.800.000.000,00 dalam satu tahun pajak, maka
Wajib Pajak dapat menghitung penghasilan netonya dengan menggunakan
norma penghitungan penghasilan neto.
4. Kebenaran Penerapan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Pemeriksaan Pajak akan melakukan pengujian dalam rangka memastikan
kebenaran pengurangan penghasilan neto fiskal berupa penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP), hal ini dilakukan oleh pemeriksa pajak untuk memastikan
agar PTKP yang dinyatakan oleh Wajib Pajak dalam SPT telah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
5. Kebenaran Penarapan Tarif Pajak Penghasilan.
Pemeriksa Pajak akan melakukan pengujian dalam rangka memastikan
kebenaran penerapan tarif Pajak Penghasilan, hal ini dilakukan untuk
19
memastikan agar tarif yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk menghitung
Pajak Penghasilan telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Adapun tarif
yang berlaku adalah tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang PPh.
6. Kebenaran Kredit Pajak Yang Diperhitungkan.
Pemeriksa Pajak akan melakukan pengujian dalam rangka memastikan
kebenaran kredit pajak yang diperhitungkan oleh Wajib Pajak, hal ini
dilakukan untuk memastikan agar kredit pajak yang dinyatakan oleh Wajib
Pajak dalam SPT telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2.2.4. Pemeriksaan Atas SPT Tahunan PPh Badan
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang KUP, pengertian Badan
adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha. Contoh Subjek Pajak Badan
meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha
milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk
apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan,
yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atai organisasi lainnya,
lembaga dan bentuk badab lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk
usaha tetap. Adapun yang harus dilakukan oleh Pemeriksa Pajak dalam
melakukan pengujian sehubungan dengan SPT PPh yang disampaikan oleh Wajib
Pajak Badan yang melakukan pembukuan (termasuk untuk Wajib Pajak Orang
Pribadi yang melakukan pembukuan) akan difokuskan pada beberapa hal (Ilyas &
Wicaksono 2015:95)sebagai berikut:
20
1. Kelengkapan (Completness) Penghasilan Dilaporkan.
Tujuan pengujian kelengkapan atas penghasilan yang dilaporkan oleh Wajib
Pajak dalam SPT dilakukan untuk memastikan bahea Wajib pajak telah
melaporkan seluruh penghasilan yang diterimanya dalam SPT Tahunan PPh
Badan. Adapun teknik pemeriksaan yang dapat dipakai untuk melakukan
pengujian kelengkapan atas penghasilan diantaranya:
a. Pemanfaatan informasi internal dan/atau eksternal Direktorat Jenderal
Pajak.
Dapat dijadikan sebagai pembanding kelengkapan penghasilan yang
dilaporkan oleh Wajib Pajak dalam SPT Tahunan PPh Badan dapat berupa:
Data laporan audit dari kantor akuntan publik, data devisa hasil ekspor
dan/atau data pemberitahuan ekspor barang (PEB).
b. Analisis angka-angka.
Dapat dilakukan oleh Pemeriksa Pajak untuk menguji apakah Wajib Pajak
apakah Wajib Pajak telah melaporkan seluruh penghasilan yang
diterimanya dalam SPT Tahunan PPh Badan salah satunya dilakukan
dengan menganalisis perubahan biaya penjualan dengan perubahan
penghasilan yang dilaporkan.
c. Penelusuran angka.
Dapat dilakukan oleh Pemeriksa Pajak untuk menguji apakah Wajib Pajak
telah melaporkan seluruh penghasilan yang diterimanya dalam SPT
Tahunan PPh Badan dilakukan dengan melakukan penelusuran anagka
penghasilan yang dilaporkan pada SPT/laporan keuangan mundur kebuku
besar, buku besar tambahan sampai ke jurnal umum.
21
d. Penelusuran bukti.
Peneluisuran bukti adalah pemeriksaan bukti yang mendukung suatu
transaksi yang telah dicatat (vouching) atau yang seharusnya dicatat
(tracing). Tujuannya yaitu untuk menguji apakah suatu transaksi yang telah
dilaporkan didukung oleh bukti kompeten yang cukup (vouching) atau
apakah bukti kompeten yang cukup tersebut telah dicatat dan dilaporkan
(tracing) oleh Wajib Pajak.
e. Pengujian keterkaitan.
Pengujian keterkaitan adalah pengujian yang dilakukan untuk meyakini
suatu transaksi berdasarkan pengujian atas mutasi pos-pos lain yang terkait
atau berhubungan dengan transaksi tersebut, yang dapat dilakukan oleh
Pemeriksa Pajak untuk meyakini kelengkapan penghasilan yang dilaporkan
oleh Wajib Pajak adalah penguji keterkaitan antara lain: Penerimaan tunai
dengan penerimaan kas/bank uang muka penjualan (uji arus uang) atau
penghasilan kredit (aktrual) dengan pelunasan piutang usaha (uji arus
piutang).
f. Ekualisasi atau rekonsiliasi.
Adalah pencocokan saldo 2 (dua) atau lebih angka yang mempunyai
hubungan satu dengan yang lainnya, apabila hasilnya terdapat perbedaan
maka perbedaan tersebut harus dapat dijelaskan.
g. Permintaan keterangan/bukti.
Permintaan keterangan/bukti adalah kegiatan untuk meminta keterangan
atau bukti kepada pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan wajib
Pajak secara tertulis.
22
h. Konfirmasi.
Konfirmasi adalah kegiatan untuk memperoleh penegasan atas kebenaran
dan kelengkapan data dan/atau informasi yang telah dimiliki kepada pihak
lain terkait suatu transaksi yang dilakukan oleh Wajib pajak.
i. Pengujian kebenaran penghitungan matematis.
Pengujian penghitungan matematis adalah pengujian yang dilakukan untuk
meyakini kebenaran penghitungan matematis seperti penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian atas objek pajak yang diperiksa.
2. Kebenaran Jenis/Sumber Penghasilan Yang Dilaporkan.
Pemeriksaan Pajak akan melakukan pengujian dalam rangka memastikan
kebenaran jenis/sumber penghasilan Wajib Pajak terutama dalam hal Wajib
Pajak menyatakan bahwa penghasilan yang diterima berupa: penghasilan yang
telah dikenakan PPh final, dan penghasilan non-objek pajak. Adapun teknik
pemeriksaan yang dapat dipakai oleh Pemeriksa Pajak untuk melakukan
pengujian kebenaran jenis/sumber penghasilan diantaranya adalah:
a. Pemanfaatan informasi internal dan/atau eksternal Direktorat Jenderal
Pajak.
b. Pengujian kebenaran fisik.
Untuk menentukan apakah Wajib Pajak telah melaporkan penghasilan
sesuai dengan sumbernya, Pemeriksa Pajak dapat melakukan pengujian
kebenaran fisik.
c. Konfirmasi.
Pemeriksa Pajak dapat melakukan kepada pihak lawan transaksi dari pihak
Wajib Pajak yang sedang dilakukan pemeriksaan.
23
2.2.5. Ruang Lingkup Pemeriksaan
Ruang lingkup pemeriksaan (Ilyas & Wicaksono 2015:37) yang
merupakan cakupan objek pemeriksaan yang meliputi jenis pajak dan periode
pencatatan/pembukuan yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Ruang lingkup
pemeriksaan berdasarkan cakupan jenis pajak meliputi satu jenis pajak (single
tax), beberapa jenis pajak, atau seluruh jenis pajak (all-taxes), baik untuk satu
Masa Pajak, beberapa Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak baik
dalam tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan. Ruang lingkup pemeriksaan untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perpajakan dapat meliputi
penentuan, pencocokan, atau pengumpulan materi yang bertujuan dengan
pemeriksaan.
2.2.6. Jenis Pemeriksaan
Pemeriksaan dapat dilakukan melalui 2 (dua) jenis pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan, yang meliputi:
1. Pemeriksaan Lapangan yaitu pemeriksaan yang dilakukan ditempat tinggal atau
tempat kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerja bebas
Wajib Pajak, dan/atau tempat lain yang dianggap perlu oleh pemeriksa pajak.
Pemeriksaan Lapangan dapat dibedakan menjadi:
a. Pemeriksaan Lengkap (PL) adalah pemeriksaan lapangan yang dilakukan
terhadap Wajib Pajak,termasuk kerja sama operasi dan konsorsium atas
seluruh jenis pajak untuk tahun berjalan dan/atau tahun-tahun sebelumnya,
24
yang dilaksanakan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan yang
lazim digunakan dalam rangka mencapai tujuan pemeriksaan.
b. Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL) adalah pemeriksaan lapangan yang
dilakukan terhadap Wajib Pajak untuk satu, beberapa, atau seluruh jenis
pajak secara terkoordinasi antar seksi oleh Kepela Kantor dalam tahun
berjalan dan/atau tahun-tahun sebelumnya, yang dilaksanakan dengan
menerapkan teknik-teknik pemeriksaan yang dipandang perlu menurut
keadaan dalam rangka mencapai tujuan pemeriksaan.
2. Pemeriksaan Kantor,yaitu pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat
Jenderal Pajak.
2.2.7. Tahapan Pemeriksaan
Secara garis besar pemeriksaan pajak dibagi menjadi 3 tahapan (Extrated
slide Ap.6.D3 2017:11), yaitu:
1. Persiapan Pemeriksaan
Persiapan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik sesuai
dengan tujuan pemeriksaan menurut peraturan Dirjen Pajak- PER-23/PJ/2013,
11 jun 2013, yang paling sedikit meliputi:
a. Kegiatan mengumpulkan dan mempelajari data Wajib Pajak,meliputi:
1). Mempelajari profil Wajib Pajak.
2). Menganalisis data keuangan Wajib Pajak.
3) Mempelajari data lain yang relevan, baik dari Direktorat Jenderal Pajak
maupun dari pihak lain.
25
b. Penyusunan Rencana Pemeriksaan (audit plan)
Yaitu Rencana Kerja Pemeriksaan yang disusun oleh supervisor dan harus
ditelaah serta mendapat persetujuan dari Kepala UP2 (Unit Pelaksana
Pemeriksaan) yang berisi:
1). Identitas Wajib Pajak berdasarkan identifikasi masalah atas data Wajib
Pajak yang telah dikumpulkan dan dipelajari yang memberikan
gambaran umum mengenai Wajib Pajak.
2). Identitas tim Pemeriksa Pajak yang berisi susunan tim dan jumlah SP2
(Surat Perintah Pemeriksaan) yang sedang dikerjakan olah tim
Pemeriksa Pajak yang bersangkutan.
3).Uraian rencana pemeriksaan yang berisi informasi mengenai identifikasi
masalah, perkiraan tanggal selesai pemeriksaan, serta pos-pos yang
akan diperiksa, dan dapat dilakukan perubahan jika Pemeriksa Pajak
menemukan kondisi yang berbeda saat melakukan pemeriksaan
terhadap Wajib Pajak dengan kondisi awal yang dijadikan
pertimbangan saat membuat Rencana Pemeriksaan serta perubahan
Rencana Pemeriksaan dapat disetujui atau ditolak berdasarkan
pertimbangan Kepala UP2 dan harus diperhatikan jangka waktu
pemeriksaannya.
c. Penyusunan Program Pemeriksaan (audit program)
Program pemeriksaan adalah pernyataan pemilihan metode pemeriksaan,
teknik pemeriksaan, dan prosedur pemeriksaan yang akan dilaksanakan
oleh Pemeriksa Pajak dalam melakukan pemeriksaan sesuai dengan
Rencana pemeriksaan, disusun oleh supervisor dan dibantu oleh Ketua tim,
26
buku, catatan, dan dokumen yang diperlukan. Dimana program
pemeriksaan telah ditanda tangani oleh Kepala UP2 yang sesuai dengan
pos-pos yang akan diperiksa sebagaimana tercantum dalam Rencana
pemeriksaan dan perubahannya serta harus memuat Rencana program
pemeriksaan dan Realisasi program pemeriksaan.
d. Menyiapkan sarana pemeriksaan
Untuk kelancaran dan kelengkapan dalam menjalankan pemeriksaan, tim
Pemeriksa Pajak harus menyiapkan sarana yang diperlukan.
2. Pelaksanaan Pemeriksaan
Pelaksanaan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan harus dilakukan sesuai dengan standar pelaksanaan pemeriksaan
yang meliputi:
a. Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik
sesuai dengan tujuan pemeriksaan, yang paling sedikit meliputi kegiatan
mengumpulkan dan mempelajari data Wajib Pajak, menyusun rencana
pemeriksaan, dan menyusun program pemeriksaan, serta mendapat
pengawasan yang seksama.
b. Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan pengujian berdasarkan metode
dan teknik pemeriksaan sesuai dengan program pemeriksaan yang telah
disusun.
c. Temuan hasil pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang
cukup dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
27
d. Pemeriksaan dilakukan oleh suatu tim Pemeriksa Pajak yang terdiri dari
seorang orang supervisor, seorang ketua tim, dan seorang atau lebih
anggota tim, dan dalam keadaan tertentu ketua tim dapat merangkap
sebagai anggota tim.
e. Tim pemeriksa dapat dibantu oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian tertentu, baik yang berasal dari Direktorat Jenderal Pajak, maupun
yang berasal dari instansi diluar Direktorat Jenderal Pajak yang telah
ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, sebagai tenaga ahli seperti
penerjemah bahasa,ahli bidang teknologi informasi dan pengacara.
f. Apabila diperlukan, pemeriksaa untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dapat dilakukan secara bersama-sama dengan tim
pemeriksa dari instansi lain.
g. Pemeriksaan dapat dilaksanakan dikantor Direktorat Jenderal Pajak, tempat
tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas Wajib Pajak, dan/atau tempat lain yang dianggap perlu
oleh Pemeriksa Pajak.
h. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat
dilanjutkan diluar jam kerja.
i. Pelaksanaan Pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk Kertas Kerja
Pemeriksaan (KKP), dengan ketentuan:
1). KKP wajib disusun oleh Pemeriksa Pajak dan berfungsi sebagai:
a). Bukti bahwa pemeriksaan telah dilaksanakan.
b). Bahan dalam melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan
dengan Wajib Pajak mengenai temuan hasil pemeriksaan.
28
c). Dasar pembuatan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).
d). Sumber data atau informasi bagi penyelesaian keberatan atau
banding yang diajukan oleh Wajib Pajak: dan
e). Referensi untuk pemeriksaan berikutnya.
2). KKP harus memberikan gambaran mengenai:
a). Prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan.
b). Data, keterangan, dan/atau bukti yang diperoleh.
c). Pengujian yang telah dilakukan.
d). Simpulan dan hal-hal lain yang dianggap perlu yang berkaitan
dengan pemeriksaan.
3. Pelaporan Pemeriksaan Pajak
Kegiatan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan harus dilaporkan dalam bentuk LHP yang disusun sesuai standar
pelaporan pemeriksaan, yaitu:
a. LHP disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos-pos
yang diperiksa sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat simpulan
Pemeriksa Pajak yang didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidak
adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan,
dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait dengan
pemeriksaan.
b. LHP untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan sekurang-
kurangnya memuat:
1). Penugasan Pemeriksaan.
2) .Identitas Wajib Pajak.
29
3). Pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak.
4). Pemenuhan kewajiban perpajakan.
5). Data/informasi yang tersedia.
6). Buku dan dokumen yang dipinjam.
7). Materi yang diperiksa.
8). Uraian hasil pemeriksaan.
9). Ikhtisar hasil pemeriksaan.
10). Penghitungan pajak terutang, dan
11). Simpulan dan usulan pemeriksaan pajak.
2.2.8. Kriteria Wajib Pajak yang Diperiksa
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dapat dilakukan dalam hal memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Wajib Pajak dengan SPT Lebih Bayar.
2. Wajib Pajak dengan SPT Kurang Bayar.
3. Wajib Pajak dengan SPT Nihil.
4. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
5. Wajib Pajak yang melakukan perubahan tahun buku atau metode pembukuan
atau karena dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap.
6. Wajib Pajak yang diduga melakukan tindak pidana perpajakan.
7. Wajib Pajak tertentu berdasarkan pertimbangan perpajakan.
30
2.3. Penerimaan Pajak
2.3.1. Definisi Penerimaan Pajak
Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara yang
bersumber dari pajak dilakukan melalui perluasan Wajib Pajak, perluasan objek
pajak, perubahan tarif pajak dan penegakan hukum dibidang perpajakan. Dengan
berbagai macam perluasan tersebut maka semua pihak; negara dan institusi bisnis
(non bisnis) mempunyai kepentingan untuk mengetahui dan memahami cara-cara
menghitung, melaporkan, serta menyetorkan kewajibannya sehingga dapat
meningkatkan pendapatan penerimaan negara dalam penerimaan pajak.
Menurut Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 4 tahun 2012 Tentang
Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 22 tahun 2011 tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara tahun Anggaran 2012, “Penerimaan perpajakan
adalah semua penerimaan negara yang terdiri atas pajak dalam negeri dan pajak
perdagangan internasional”.
Dalam internet http://www.bppk.depkeu.go.id/artikelvo14no1 menurut
Suryadi penerimaan pajak adalah “Sumber pembiayaan negara yang dominan baik
untuk belanja rutin maupun pembangunan.”
Penerimaan Pajak adalah “penerimaan yang berasal dari pajak yang
dibayarkan Wajib Pajak atau Subjek Pajak kepada kas negara melalui bank,
kantor pos, kantor pajak, dan lain-lain. Penerimaan pajak juga dapat diartikan
sebagai penerimaan pemerintah yang dalam arti seluas-luasnya yaitu mulai dari
penerimaan dalam negeri maupun luar negeri”.
31
2.3.2. Macam-macam Penerimaaan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara dan Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
bahwa pendapatan negara dapat dikelompokan ke dalam:
1. Penerimaan Perpajakan.
Semua penerimaan yang diterima oleh negara yang berasal dari Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Pertambahan Nilai
Barang Mewah (PPnBM), Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, Cukai
dan pajak lainnya.
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak ( PNBP).
Semua penerimaan yang diterima oleh negara dalam bentuk penerimaan dari
sumber daya alam (pendapatan minyak bumi, pendapatan gas alam, pendapatan
kehutanan, pendapatan perikanan) dan bagian pemerintah atas laba Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu sumber pendapatan milik
negara PNBP memiliki peran yang cukup penting dalam menopang pendanaan
milik negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
walaupun sangat rentan terhadap perkembangan berbagai faktor eksternal.
3. Hibah.
Penerimaan negara dalam bentuk sumbangan yang berasal dari negara lain,
swasta dan pemerintah daerah yang tidak perlu dibayar kembali, bersifat tidak
wajib dan tidak mengikat, tidak berlangsung terus menerus dan digunakan
untuk kegiatan tertentu.
32
33
32
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Tinjauan Umum Perusahaan/Organisasi Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Jakarta Duren Sawit
3.1.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan/Organisasi kantor Pelayanan
Pajak Pratama Jakarta Duren Sawit
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Duren Sawit yang
dibentuk sebagai bagian dari Reorganisasi dilingkungan Direktorat Jenderal
Pajak berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007 tanggal
21 Mei 2007, mulai beroperasi tanggal 2 Oktober 2007 berdasarkan keputusan
Direktur Jenderal Pajak No. KEP-86/PJ/2007 tanggal 11 Juni 2007. Wilayah kerja
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Duren Sawit meliputi wilayah kecamatan
Duren Sawit Kotamadya Jakarta Timur dengan luas 2.280 ha yang terdiri dari 7
Kelurahan yakni:
1. Kelurahan Pondok Bambu.
2. Kelurahan Malaka Jaya.
3. Kelurahan Duren Sawit.
4. Kelurahan Pondok Kopi.
5. Kelurahan Pondok Kelapa.
6. Kelurahan Klender.
7. Kelurahan Malaka Sari.
Sebagaimana telah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan RI
No.443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 dan saat ini berubah dalam Keputusan
33
Menteri Keuangan RI No.06/KM.1/2004 tanggal 07 Januari 2004, KPP adalah
sebagai unsur pelaksana Direktorat Jenderal Pajak dibidang Pelayanan Pajak yang
berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah.
Sebagai Kantor Pelayanan Pajak yang menerapkan sistem administrasi
perpajakan modern, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Duren Sawit
memiliki karakteristik organisasi berdasarkan fungsi dan diharapkan memiliki
sistem informasi yang terintregitasi, sumber daya manusia yang kompeten, sarana
kantor yang memadai serta tata kerja yang transparan. Berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan RI No.132/PMK.01/2006 tanggal 22 Desember 2006, KPP
Pratama Jakarta Duren Sawit memiliki kedudukan, tugas pokok dan fungsi
sebagai berikut:
1. Kedudukan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Duren Sawit merupakan instansi
vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Kantor Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Timur.
2. Tugas
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Duren Sawit mempunyai tugas
melaksanakan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak dibidang
Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan
Bnagunan (PBB) dalam wilayah kecamatan Duren Sawit berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
34
3. Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya Kantor Pelayana Pajak Pratama Jakarta Duren
Sawit menyelenggarakan fungsi:
a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek
pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan.
b. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
c. Pengadministrasikan dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.
d. Penyuluhan perpajakan.
e. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak.
f. Pelaksanaan Ekstensifikasi.
g. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penghasilan pajak.
h. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.
i. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
j. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.
k. Pelaksanaan intensifikasi.
l. Pembetulan ketetapan pajak.
m. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan.
n. Pelaksanaan administrasi kantor.
35
Adapun Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Duren
Sawit adalah sebagai berikut:
1. Visi
2. Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Duren Sawit adalah menjadi
institusi pemerintahan yang menyelenggarakan sistem administrasi
perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan
intergritas dan profesionalisme yang tinggi. Visi tersebut merefleksikan
cita-cita Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Pratama Duren Sawit untuk
menjadi contoh pelayanan masyarakat bagi unit-unit instansi pemerintah
lainnya dengan tingkatan standar dunia atau standar internasional baik
untukkualitas aparatnya maupun kualitas kinerja dan hasil-hasilnya
sehingga mendapatkan pengakuan dari masyarakat bahwa eksistensi dan
kinerjanya memang benar-benar berkualitas tinggi dan akurat, mampu
memenuhi harapan masyarakat serta memiliki citra yang baik dan bersih.
2. Misi
Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Duren Sawit adalah
menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-undang
perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan anggaran
pendapatan dan belanja negara melalui sistem administrasi perpajakan yang
efektif dan efisien.
Tujuan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Duren Sawit merupakan
implementasi dari misi dan merupakan sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkam
pada kurun waktu tertentu, satu sampai lima tahun kedepan. Oleh karena itu
36
sebagai penjabaran visi dan misi yang telah ditetapkan Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Jakarta Duren Sawit memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan Pelayanan Perpajakan.
2. Meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak melalui pengawasan dan penegakan
hukum.
3. Meningkatkan efektifitas dan efesiensi organisasi melalui reformasi dan
modernisasi.
4. Meningkatkan profesionalisme dan intregitas Sember Daya Manusia.
3.1.2. Struktur dan Tata Kerja Organisasi Kantor Pelayanan Pajak
Pratama jakarta Duren Sawit
Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Duren sawit
adalah sebagai berikut:
Struktur Organisasi KPP Pratama jakarta Duren Sawit
Gambar III.1
Bagan Organisasi KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Sumber: Seksi Pelayanan dan informasi KPP Pratama Jakarta Duren Sawit
Kantor Pelayanan Pajak
Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Saksi Pelayanan Saksi Penagihan Saksi Pemeriksaan Saksi
Ekstensifikasi Perpajakan
Seksi Pengawasan dan Konsultasi I -
IV
Subbagian Umum Kelompok Jabatan
Fungsional
37
Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab dari masing-masing seksi adalah
sebagai berikut:
1. Sub Bagian Umum
a. Sub Bagian kepegawaian seperti kenaikan pangkat, kenaikan gaji,
pendidikan dan laporan ketertiban.
b. Urusan keuangan seperti pengurusan gaji, tunjangan, rapel dan penyusunan
laporan pertanggung jawaban ke Kantor Perbendaharaan Negara (KPN).
c. Urusan Rumah Tangga seperti menyediakan segala sarana dan prasarana
untuk menunjang operasional sehari-hari.
2. Seksi pengolahan data dan informasi
a. Menerima surat-surat dan dokumen atau data dari kepala Kantor Pelayanan
Pajak (KPP).
b. Melakukan verifikasi lapangan untuk pengukuhan Nomor Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak (NPPKP).
c. Melakukan perekaman Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang diterima
dari seksi pelayanan.
d. Melayani peminjaman atau pemanfaatan data seksi lain.
e. Mencari data ke kartu pengawasan data dan menggabungkan data ke dalam
berkas data.
f. Melakukan pencarian data ke instansi pemerintah atau swasta dengan
menerbitkan surat tugas.
g. Menyusun Laporan Penerimaan Pajak (LPP).
h. Membuat monografi fiskal yang nantinya digunakan sebagai bahan
penggalian potensi pajak dan pengawasan Wajib Pajak.
38
i. Menyajikan informasi ke seluruh seksi di Kantor Pelayanan Pajak Jakarta
Duren Sawit, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Timur, dan
Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak.
3. Seksi Pelayanan
a. Menerima SPT Masa atau Tahunan dari Wajib Pajak.
b. Melayani pendaftaran Wajib Pajak.
c. Melayani permohonan penghapusan Wajib Pajak.
d. Melayani Perubahan nama dan alamat Wajib Pajak.
e. Melayani permohonan pindah Wajib Pajak dari dan ke Kantor Pelayanan
Pajak lain.
f. Melayani dan mengirimkan blanko Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan ke
alamat Wajib Pajak melalui pos bagi Wajib Pajak yang tidak mengambil
sendiri ke Kantor Pelayanan Pajak.
g. Melayani penata usahaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan yang telah
direkam.
h. Melayani pengiriman blanko-blanko Laporan Pajak Pribadi (LP2) ke
instansi pemerintah yang karyawannya wajib LP2.
i. Menjelaskan pekerjaan yang berkaitan dengan permohonan perpanjangan
jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan.
j. Melakukan penerbitan Surat Ketetapan Pajak dengan dasar lembar-lembar
perhitungan dan nota penghitungan dari seksi pemeriksaan dan seksi
pengawasan dan konsultasi.
39
k. Mengelola berkas Wajib Pajak yaitu menyimpan berkas Wajib Pajak apabila
diperlukan seksi lain, melakukan administrasi penyimpanan dan keluar
masuknya dokumen Wajib Pajak.
4. Seksi Penagihan
a. Menerima dan mengarsipkan Surat Setoran Pajak (SSP) lembar 3 atas Surat
Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT).
b. Membuat kartu pengawasan tunggakan pajak.
c. Membuat surat pengawasan Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan
Pajak (SKP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT).
d. Menyelesaikan permohonan penundaan pembayaran pajak sampai dengan
penerbitan surat keputusan.
e. Melaksanakan pekerjaan penghapusan piutang pajak.
f. Melaksanakan tindakan penagihan seperti surat tegoran, paksa, dan
sebagainya.
5. Seksi Pemeriksaan
Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan
pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah
Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan pajak lainnya.
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan dan
subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak
dalam menunjang ekstensifikasi.
7. Seksi Pengawasan dan konsultasi I, II, III dan IV
40
Mempunyai tugas melakukan pengamatan pengawasan kepatuhan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak, memberikan bimbingan dan himbauan kepada Wajib
Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak,
analisis kinerja Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam
rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan
pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta melakukan evaluasi hasil
banding.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional
masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan.
3.1.3. Kegiatan Usaha / Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
jakarta Duren Sawit
Sasaran kegiatan usaha Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Duren
Sawit merupakan penjabaran dari tujuan secara terukur yang akan dicapai secara
nyata dalam jangka waktu tertentu. Sebagai penjabaran tujuan kegitan usaha yang
ditetapkan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Duren Sawit memiliki sasaran
sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan.
2. Meningkatkan efektifitas penyuluhan.
3. Meningkatkan efektifitas kehumasan.
4. Mengefektifkan pengawasan Wajib Pajak.
5. Meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak melalui pembetulan SPT.
6. Mengoptimalkan pelaksanaan ekstensifikasi.
41
7. Mengoptimalkan pelaksanaan penagihan.
8. Meningkatkan kegiatan inteljen perpajakan.
9. Meningkatkan efektifitas perpajakan.
10. Meningkatkan efektifitas penyidikan.
11. Melaksanakan reformasi kebijakan.
12. Melaksanakan reformasi proses bisnis.
13. Melaksanakan reformasi organisasi.
14. Melaksanakan modernisasi teknologi komunikasi dan informasi.
15. Mengoptimalkan pengelolaan dan penggunaan anggaran.
16. Mengembangkan sistem manajemen SDM berbasis kinerja dan kompetensi.
17. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan SDM.
Demi tercapainya kegiatan usaha dan keterpaduan dalam upaya mencapai
sasaran, tujuan, visi dan misi yang telah ditetapkan, maka ditetapkan pula
kebijakan-kebijakan dalam bentuk strategi kinerja yang dijadikan pedoman,
petunjuk atau pegangan bagi setiap kegitan usaha Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Jakarta Duren Sawit yaitu:
1. Meningkatkan pelayanan perpajakan dengan memanfaatkan teknologi
informasi.
2. Menyiapkan standar pelayanan.
3. Mempersingkat waktu pelayanan.
4. Meningkatkan dan memperbanyak sarana untuk mendekatkan pelayanan
kepada masyarakat.
5. Menyiapkan standar penanganan pengaduan Wajib Pajak.
6. Menyederhanakan formulir dan persyaratan perpajakan.
42
7. Meningkatkan frekuensi penyuluhan.
8. Menyempurnakan materi dan metode penyuluhan.
9. Mensosialisasikan hak dan kewajiban Wajib Pajak.
10. Mempublikasikan visi, misi dan nilai.
11. Meningkatkan publikasi kinerja, peran dan mafaat pajak.
12. Memanfaatkan data base DJP untuk menguji Wajib Pajak non filer (sebutan
bagi pemilik NPWP yang sudah lama tidak melaporkan SPT)
13. Memetakan kepatuhan Wajib Pajak.
14. Menggali potensi perpajakan sektor usaha tertentu dengan cara persuasif.
15. Meningkatkan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak.
16. Mengefektifkan penanganan transaksi berindikasi tranfer pricing (TP) yaitu
transaksi barang/jasa antara beberapa divisi pada suatu kelompok usaha
dengan harga yang tidak wajar dengan menaikan/menurunkan harga.
17. Mengembangkan sistem administrasi pemeriksaan pajak.
18. Meningkatkan mutu hasil pemeriksaan.
19. Membentuk budaya organisasi yang merupakan pelaksanaan nilai-nilai
organisasi.
20. Menyempurnakan jaringan komunikasi yang terintegritas.
21. Membudayakan komunikasi berbasis teknologi informasi kepada seluruh
pegawai.
22. Menyempurnakan basis data.
23. Mengembangkan sistem pembinaan pegawai.
24. Mengembangkan sistem pengawasan karyawan.
25. Menerapkan kode etik secara tegas dan konsisten.
43
Adapun prosedur kerja yang dilakukan oleh Kantor pelayanan Pajak
Jakarta Duren Sawit berdasarkan standard operating procedure (SOP) tentang
tata cara penggalian potensi Wajib Pajak baru adalah sebagai berikut:
1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama menugaskan Kepala seksi
Ekstensifikasi perpajakan untuk melaksanakan penggalian potensi Wajib
Pajak baru.
2. Kepala Ekstensifikasi perpajakan menerima penugasan dari Kepala Kantor
dan selanjutnya meminta bantuan kepada seksi PDI untuk memberikan data
yang diperlukan untuk penggalian potensi Wajib Pajak baru.
3. Kepala Seksi PDI memberikan data yang diperlukan untuk menggali potensi
Wajib Pajak baru kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi.
4. Setelah menerima data dari seksi PDI selanjutnya Kepala Seksi Ekstensifikasi
menugaskan pelaksana seksi untuk melakukan inventaris dan pemilahan data
Wajib Pajak potensial yang belum memiliki NPWP.
5. Pelaksana seksi ekstensifikasi perpajakan melakukan inventaris dan
pemilahan data Wajib pajak potensial yang belum memiliki NPWP, dan
selanjutnya menyampaikan hasil inventarisasi dan hasil pemilahan kepada
Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.
6. Kepala Seksi Ekstensifikasi perpajakan menerima hasil inventarisasi dan
pemilahan dari pelaksana seksi dan kemudian menganalisa untuk menentukan
prioritas kegiatan ekstensifikasi, selanjutnya menugaskan pelaksana seksi.
7. Pelaksana seksi kemudian melaksanakan Ekstensifikasi dan melaporkan
kepala Kepala Seksi Ekstemsifikasi Perpajakan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
44
8. Proses selesai.
Penerapan sistem administrasi perpajakan akan membawa konsekuensi
terjadinya perubahan yang mendasar baik menyangkut aspek struktur organisasi
maupun implementasi pelayanan kepada Wajib Pajak. Dan berbagai fasilitas
kemudahan dan kenyamanan pelayanan kepada Wajib Pajak diberikan dengan
memanfaatkan perkembangan dan kemajuan teknologi informasi. Berbagai
fasilitas tersebut antara lain Website, Call Centre, Complaint centre, e-filling, e-
SPT, One-Line payment dan sebagainya. Guna untuk memudahkan pelayanan dan
pengawasan terhadap Wajib Pajak serta meningkatkan produktifitas aparat,
dimana Kantor Pelayanan Pajak akan didukung sepenuhnya oleh sistem
administrasi yang berbasis komputer.
3.2. Hasil Penelitian
3.2.1. Peranan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Duren sawit
Wajib Pajak terdaftar dalam Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta
Duren Sawit terbagi menjadi dua yaitu:
1. Wajib Pajak Efektif.
2. Wajib Pajak non Efektif.
Wajib Pajak Efektif adalah Wajib Pajak terdaftar dikurangi dengan Wajib Pajak
non efektif. Wajib Pajak non efektif adalah Wajib Pajak yang selama dua tahun
berturut-turut tidak menyampaikan SPT Tahunan, Wajib Pajak orang pribadi yang
telah meninggal dunia dan ahli warisnya belum memberitahukan secara resmi
sehingga masih terdaftar di dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak dan
45
orang pribadi yang telah pindah alamat tanpa memberitahukan lebih dulu kepada
Kantor Pelayanan pajak dimana Wajib Pajak tersebut terdaftar sehingga
keberadaannya sulit ditemukan.
Sedangkan untuk Wajib Pajak Badan, Wajib Pajak non Efektif terjadi
karena badan usaha tersebut sudah tidak menjalankan usahanya lagi tetapi belum
dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk menggambarkan
keadaan yang sebenarnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Duren sawit,
maka penulis akan menampilkan data Wajib Pajak terdaftar di wilayah kerja
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Duren sawit.
Tabel III.1
Jumlah Wajib Pajak Terdaftar
Tahun 2014- 2016
No TAHUN
WAJIB
PAJAK
TERDAFTAR
(jiwa)
YANG TIDAK
WAJIB
MENYAMPAI
KAN
(jiwa)
WAJIB
MENYAMPAIK
AN
(jiwa)
MENYAMPAIK
AN SPT
(jiwa)
TIDAK
MENYAMPAIK
AN SPT
(jiwa)
1 2014 145.492 58.514 86.978 50.111 36.867
2 2015 152.309 69.210 83.099 53.454 29.645
3 2016 161.183 74.532 86.651 54.808 31.483
Sumber: Seksi pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Jakarta Duren Sawit
Dari tabel III.1 diatas dapat dilihat dari total jumlah Wajib Pajak yang
tedaftar pada tahun 2014-2016 terdapat 202.256 Wajib Pajak yang tidak wajib
menyampaikan SPT Tahunan, yaitu tahun 2014 sebanyak 58.514 Wajib Pajak,
tahun 2015 sebanyak 69.210 Wajib Pajak, dan tahun 2016 sebanyak 74.532 Wajib
Pajak yang tidak wajib atau tidak harus menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan walaupun sudah terdaftar dan telah memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak dikarenakan pemegang Nomor pokok Wajib Pajak penghasilannya selama
satu tahun di bawah besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang
46
berlaku di Indonesia yaitu Rp. 15.840.000 untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi,
ditambah RP. 1.320.000 untuk Wajib Pajak yang telah menikah dan ditambah lagi
RP. 1.320.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan
sepenuhnya paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.
Dan dari tabel III.1 diatas juga dapat dilihat jumlah Wajib Pajak terdaftar
dan telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak pada tahun 2014 sebanyak 145.492
Wajib Pajak, dengan jumlah sebanyak 86,978 Wajib Pajak yang wajib
menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT), tetapi hanya 50.111 Wajib
Pajak yang telah meyampaikan SPT nya sedangkan sebanyak 36.867 Wajib Pajak
tidak menyampaikan SPT. Untuk tahun 2015 sebanyak 152.309 yang telah
terdaftar dan telah memiliki NPWP, dengan jumlah sebanyak 83.099 Wajib Pajak
yang wajib menyampaikan SPT, tetapi hanya sebanyak 54.454 Wajib Pajak yang
telah menyampaikan SPT nya sedangkan sebanyak 29.645 Wajib Pajak tidak
menyampaikan SPT. Dan pada tahun 2016 sebanyak 161.183 Wajib Pajak yang
telah terdaftar dan memiliki NPWP, dengan jumlah sebanyak 86.651 Wajib Pajak
yang wajib menyampaikan SPT, tetapi hanya sebanyak 54.808 Wajib Pajak yang
telah menyampaikan SPT nya sedangkan selebihnya sebanyak 31.843 Wajib
Pajak tidak menyampaikan SPT.
Salah satu indikator kepatuhan Wajib Pajak kepatuhan Wajib Pajak adalah
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam penyampaian SPT tahunan.
Agar dapat lebih detail tentang keadaan SPT Tahunan yang dilaporkan oleh Wajib
Pajak, maka penulis akan menyajikan tabel penerimaan SPT Tahunan tahun 2016.
47
Tabel III.2
Penyampaian SPT Tahunan
Tahun 2016
NO JENIS SPT JUMLAH
PENYAMPAIAN KURANG LEBIH NIHIL
TAHUNAN SPT
(jiwa) BAYAR (jiwa)
BAYAR (jiwa)
(jiwa)
1 PPH OP 51.457 1.831 39 49.600
2 PPH BADAN 2.129 588 - 1.541
Sumber: Seksi pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Jakarta Duren Sawit
Dari tabel III.2 diatas dapat dilihat umtuk SPT Tahunan PPH Orang
Pribadi dapat dilihat dari total 51.470 Wajib Pajak yang menyampaikan SPT,
Wajib Pajak yang kurang bayar sebanyak 1.831 Wajib Pajak, Wajib Pajak lebih
bayar sebanyak 39 Wajib Pajak, dan Wajib Pajak Nihil sebanyak 49.600 Wajib
Pajak. Dan untuk PPH Badan dapat dilihat dari total 2.152 Wajib Pajak yang
menyampaikan SPT,terdapat Wajib Pajak yang kurang bayar sebanyak 588 Wajib
Pajak, tetapi tidak terdapat Wajib Pajak yang lebih bayar, sedangkan untuk Wajib
Pajak Nihil sebanyak 1.541 Wajib Pajak.
SPT merupakan dokumen untuk melaporkan pajak, Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar (SKPKB) adalah Surat keputusan yang menentukan besarnya
jumlah pajak yang terutang, kredit pajak, kekurangan pembayaran pokok pajak,
sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar. Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar (SKPLB) adalah Surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pada
pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang. Sedangkan yang dimaksud
Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) adalah Surat ketetapan pajak yang
48
menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau
pajak tidak terutang atau tidak ada kredit pajak.
Dalam hal ini penyampaian SPT Tahunan Kurang Bayar dapat menambah
pendapatan penerimaan pajak tentunya setelah dilakukannya pemeriksaan pajak.
3.2.2. Peranan pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak
Penerimaan di sektor pajak dapat meningkat apabila didukung oleh
beberapa faktor-faktor yang bisa mendukung peningkatan penerimaan pajak
terlebih dalam kepatuhan kewajiban perpajakan, faktor-faktor tersebut diantaranya
adalah perkembangan suatu wilayah apakah berpotensi untuk melakukan suatu
kegiatan usaha. Dan peranan pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak yaitu
dengan pemeriksaan dapat diketahui kepatuhan dan kewajiban perpajakan Wajib
Pajak yang diperiksa apakah sudah benar atau belum, dan dengan pemeriksaan
pajak juga akan menambah penerimaan pajak negara sebagai contoh dengan
diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB). Dari hasil
penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Duren Sawit pemeriksaan
yang dilakukan oleh bagian yang bersangkutan telah memberikan kontribusi yang
paling besar pada upaya peningkatan penerimaan pajak, sehingga pemeriksaan
kepada para Wajib Pajak terutama Wajib Pajak yang tingkat kepatuhannya rendah
diharapkan dapat dipakai sebagai acuan dalam upaya meningkatkan penerimaan
pajak.
Agar pemeriksaan pajak dapat berjalan dengan efektif dan efisien dapat
dilakukan faktor-faktor pendorong yang dipilih dalam menentukan strategi dan
langkah-langkah pemeriksaan yang dilakukan,dengan cara Wajib Pajak yang tidak
49
patuh mendapat prioritas untuk diperiksa,sedangkan pemeriksaan terhadap Wajib
Pajak yang menyampaikan SPT lebih Bayar dan SPT Kurang Bayar yang relatif
lebih patuh dilakukan secara selektif. Untuk itu diperlukan deregulasi terhadap
penyelesaian SPT Lebih Bayar dan SPT Kurang Bayar yang selama ini harus
dilakukan melalui pemeriksaan.
Dengan demikian dengan meningkatkan kinerja pemeriksaan pajak telah
meningkatkan penerimaan pajak dan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan
Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Peranan pemeriksaan
untuk menjaga agar penerimaan pajak tidak mengalami kerugian target, untuk
lebih jelasnya berikut penulis akan menyajikan tabel selisih penerimaan pajak
sebelum dan sesudah pemeriksaan pajak:
Tabel III.3
Selisih Penerimaan Pajak sebelum dan Sesudah Pemeriksaan
Tahun 2014-2016
TAHUN
JUMLAH
WP
DIPERIKSA
(jiwa)
PENERIMAAN
PAJAK
SEBELUM
PEMERIKSAAN
(Rp)
PENERIMAAN
PAJAK
SESUDAH
PEMERIKSAAN
(Rp)
SELISIH
(Rp) %
2014 121 851.411.566.733 898.862.867.575 47.451.300.842 5,27%
2015 212 1.085.598.122.176 1.092.570.395.350 6.972.273.174 0,63%
2016 456 972.324.281.525 1.199.996.240.833 227.671.959.308 18,9%
Sumber: Seksi Pemeriksaan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Duren Sawit
Dari tabel diatas dapat disimpulkan dan diketahui bahwa pada tahun 2014
terdapat 121 Wajib Pajak (WP) yang diperiksa dengan jumlah penerimaan pajak
sebesar Rp 851.411.566.733 setelah dilakukan pemeriksaan penerimaan pajak
bertambah menjadi sebesar Rp 898.862.867.575 jadi mengalami kenaikan sebesar
Rp 47.451.300.842 atau 5,27%. Untuk tahun 2015 terdapat 212 WP yang
50
diperiksa dengan jumlah penerimaan pajak sebesar Rp.1.085.598.122.176 setelah
dilakukan pemeriksaan penerimaan pajak bertambah menjadi Rp
1.092.570.395.350 jadi mengalami kenaikan sebesar Rp 6.972.273.174 atau
0,63%. Sedangkan untuk tahun 2016 terdapat 456 WP yang diperiksa dengan
jumlah penerimaan pajak sebesar Rp 972.324.281.525 setelah dilakukan
pemeriksaan penerimaan pajak bertambah menjadi Rp 1.199.996.240.833 jadi
mengalami kenaikan sebesar Rp 227.671.959.308 atau 18,97%.
Dari tabel III.3 di atas jumlah Wajib pajak yg diperiksa adalah karna
Wajib Pajak terdapat SPT yang menunjukan Kurang Bayar, Lebih Bayar ataupun