Tugas 1 Krismin Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sttnas

Citation preview

  • 5/19/2018 Tugas 1 Krismin Fix

    1/19

    Tugas 1Defenisi Kristal dan Mineral

    Oleh :

    Erick Wijaya Pratama Batlayeri

    410014176

    SEKOLAH TINGGI TEKNOLIGI NASIONAL

    2014

  • 5/19/2018 Tugas 1 Krismin Fix

    2/19

    1.1 Defenisi Kristal

    Batuan adalah kumpulan satu atau lebih mineral, yang dimaksud dengan

    Mineral sendiri adalah bahan anorganik, terbentuk secara alamiah, seragam

    dengan komposisi kimia yang tetap pada batas volumenya dan mempunyai kristal

    kerakteristik yang tercermin dalam bentuk fisiknya. Jadi, untuk mengamati proses

    Geologi dan sebagai unit terkecil dalam Geologi adalah dengan mempelajari

    kristal.

    Kristalografi adalah suatu ilmu pengetahuan kristal yang dikembangkan

    untuk mempelajari perkembangan dan pertumbuhan kristal, termasuk bentuk,

    struktur dalam dan sifat-sifat fisiknya. Dahulu, Kristalografi merupakan bagian

    dari Mineralogi. Tetapi karena bentuk-bentuk kristal cukup rumit dan bentuk

    tersebut merefleksikan susunan unsur-unsur penyusunnya dan bersifat tetap untuk

    tiap mineral yang dibentuknya., maka pada akhir abad XIX, Kristalografi

    dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan tersendiri

    Kata kristal berasal dari bahasa Yunani crystallonyang berarti tetesan

    yang dingin atau beku. Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk

    menyeragamkan pendapat para ahli, maka kristal adalah bahan padat homogen,

    biasanya anisotrop dan tembus cahaya serta mengikuti hukum-hukum ilmu pasti

    sehingga susunan bidang-bidangnya memenuhi hukum geometri

    Jumlah dan kedudukan bidang kristalnya selalu tertentu dan teratur.

    Kristal-kristal tersebut selalu dibatasi oleh beberapa bidang datar yang jumlah dan

    kedudukannya tertentu. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang

    berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-

    bidang ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka

    kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal.

  • 5/19/2018 Tugas 1 Krismin Fix

    3/19

    Bidang muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh

    perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu

    kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal melalui pusat

    kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut sebagai

    parameter

    Bila ditinjau dan telaah lebih dalam mengenai pengertian kristal,

    mengandung pengertian sebagai berikut :

    1. Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya :

    tidak termasuk didalamnya cair dan gas

    tidak dapat diuraikan kesenyawa lain yang lebih sederhana oleh proses

    fisika

    terbentuknya oleh proses alam

    2. Mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya

    mengikuti hukum geometri :

    jumlah bidang suatu kristal selalu tetap

    macam atau model bentuk dari suatu bidang kristal selalu tetap

    sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.

    Apabila unsur penyusunnya tersusun secara tidak teratur dan tidak mengikuti

    hukum-hukum diatas, atau susunan kimianya teratur tetapi tidak dibentuk oleh

    proses alam (dibentuk secara laboratorium), maka zat atau bahan tersebut bukan

    disebut sebagai kristal.

    A. Proses Pembentukan Kristal

    Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal. Proses

    yang di alami oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal

    tersebut. Proses ini juga bergantung pada bahan dasar serta kondisi lingkungan

    tempat dimana kristal tersebut terbentuk.

  • 5/19/2018 Tugas 1 Krismin Fix

    4/19

    Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada

    pembentukan kristal :

    Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada

    skala luas dibawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau

    lelehan dasar pembentuk kristal akan membeku atau memadat dan

    membentuk kristal. Biasanya dipengaruhi oleh perubahan suhu

    lingkungan.

    Fase gas ke padat (sublimasi) : kristal dibentuk langsung dari uap tanpa

    melalui fase cair. Bentuk kristal biasanya berukuran kecil dan kadang-

    kadang berbentuk rangka (skeletal form). Pada fase ini, kristal yang

    terbentuk adalah hasil sublimasi gas-gas yang memadat karena perubahan

    lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut adalah hasil dari aktifitas vulkanis

    atau dari gunung api dan membeku karena perubahan temperature.

    Fase padat ke padat : proses ini dapat terjadi pada agregat kristal dibawah

    pengaruh tekanan dan temperatur (deformasi). Yang berubah adalah

    struktur kristalnya, sedangkan susunan unsur kimia tetap (rekristalisasi).

    Fase ini hanya mengubah kristal yang sudah terbentuk sebelumnya karena

    terkena tekanan dan temperatur yang berubah secara signifikan. Sehingga

    kristal tersebut akan berubah bentuk dan unsur-unsur fisiknya. Namun,

    komposisi dan unsur kimianya tidak berubah karena tidak adanya faktor

    lain yang terlibat kecuali tekanan dan temperatur.

  • 5/19/2018 Tugas 1 Krismin Fix

    5/19

    1.2 Defenisi Meneralogi

    Mineral adalah suatu senyawa anorganik yang terbentuk di alam (secara

    alamiah) bersifat homogen, dengan komposisi kimia terbatas dan sifat fisika

    tertentu.

    A. Sifat Fisik Meneral

    Warna Mineral

    Warna pada Mineral adalah warna yang kita tangkap dengan mata bila

    mana Mineral tersebut terkena sinar.

    Sebab-sebab yang menimbulkan warna di dalam mineral bergantung pada

    bagian hal antara lain, Komposisi kimia, Srtuktur kristal dan Ikatan atom,

    Pengotoran pada mineral

    Kilap (Luster)

    Kilap merupakan suatu sifat optis yang mempunyai hubungan yang erat

    dengan peristiwa pemantulan dan pembiasan.

    Jenis-jenis kilap; Kilap logam (luster metalic), Kilap setengah logam

    (luster sub metalic), Kilap bukan Logam{ Kilap kaca ( Vitreous luster),

    Kilap intan (Diamond luster), Kilap lemak (Greasy luster), Kilap lilin

    ( Waxy luster), Kilap sutera (Silky luster), Kilap mutiara (Pearly luster),

    Kilap damar ( Resineous luster) }

    Cerat (Sreak)

    Cerat atau warna gores, adalah warna yang kita dapatkan bilamana mineral

    digoreskan pada keping porselin yang kasar permukaannya atau warna

    mineral bila ditumbuk halus.

    Belahan (Cleavage)

    Belahan adalah kecenderungan suatu kristal/ mineral yang karena

    pengaruh mekanis, seperti pemukulan atau penekanan akan terbelah-belah

    dan tidak hancur pada arah tertentu, sehingga didapatkan permukaan yang

    rata dan licin.

  • 5/19/2018 Tugas 1 Krismin Fix

    6/19

    Pecahan (Fracture)

    Pecahan adalah keretakan mineral yang didapat tidak melalui suatu bidang

    tertentu, sehingga arah pecahan tidak teratur dan tidak rata.

    Pecahan dari mineral dapat dibedakan atas:

    a. Concoidal Fracture ( Pecahan melengkung)

    b. Hackeys Fracture (Pecahan tajam-tajam dan tidak teratur)

    c. Even Fracture (Pecahan rata)

    d. Uneven Fracture (Pecahan kasar dan tidak teratur)

    Kekerasan ( Hardnes)

    Kekerasan pada umumnya didefenisikan sebagai daya tahan suatu mineral

    terhadap goresan.

    Urutan tingkat kekerasan suatu mineral:

    a. Talk Kekerasan = 1

    b. Gypsum Kekerasan = 2

    c. Kalsit Kekerasan = 3

    d. Flourit Kekerasan = 4

    e. Apatit Kekerasan = 5

    f. Ortoklas Kekerasan = 6

    g. Kuarsa Kekerasan = 7

    h. Topas Kekerasan = 8

    i. Korundum Kekerasan = 9

    j. Intan Kekerasan = 10

    Kekenyalan ( Tenacity)

    Kekenyalan merupakan sifat dalam dari suatu mineral yang merupakan

    daya tahan mineral terhadap usaha pemecahan, penghancuran,

    pemotongan, dan lengkungan atau sobekan pendek

  • 5/19/2018 Tugas 1 Krismin Fix

    7/19

    Kekenyalan dapat dibedakan menjadi :

    1.

    Brittle Yaitu mineral dapat hancur atau menjadi seperti tepung.

    2. Sectile Yaitu mineral dapat dipotong menjadi lembaran tipis pisau

    lipat.

    3.

    Malleable Yaitu mineral dapat ditempa menjadi lembaran atau

    lempengan tipis.

    4. Fleksible Yaitu mineral dapat dibengkokkan/dilengkingkan, tetapi

    bila gaya yang bekerja pada mineral tersebut tidak dapat kembali

    pada keadaan semula.

    5. Elastic Yaitu mineral bila dibengkokkan dapat kembali pada

    keadaan semula bila gaya yang bekerja sudah tidak ada.

    6. Ductil Yaitu mineral dapat digores dengan kawat.

    Diapaneaty

    Diapaneaty merupakan sifat yang dimiliki beberapa mineral, yaitu

    kemampuan suatu mineral untuk memindahkan cahaya Diapaneaty dapat

    dikelompokan menjadi:

    1.

    Transparant; apabila benda diletakan di bawah suatu mineral, maka

    benda tersebut dapat dilihat dengan jelas.

    2. Translucent; suatu mineral dapat memindahkan cahaya, tetapi

    benda yang berada di bawahnya tidak dapat dilihat dengan jelas.

    3. Opaque; sifat suatu mineral yang tidak dapat memindahkan

    cahaya.

    Berat jenis (Density)

    Berat jenis mineral merupakan perbandingan antara berat mineral di udara

    terhadap volumenya didalam air. Yang dimaksud dengan volumenya di

    dalam air adalah berat volume air yang sama dengan berat mineral

    tersebut.

  • 5/19/2018 Tugas 1 Krismin Fix

    8/19

    Berat jenis suatu mineral tergantung pada dua faktor yaitu:

    1.

    Jenis atom penyusunnya

    2. Variasi atom yang dapat bersenyawa

    3. Sifat-sifat Magnit

    4.

    Sifat Listrik

    5. Sifat Permukaan

    6. Sifat Radioaktif

    7.

    Sifat-sifat yang lain:

    Rasa

    Mineral-mineral yang dapat larut dalam air dapat memberikan

    rasa yang khas bagi mineral-mineral yang bersangkutan, antara

    lain:

    - Asin seperti pada Halite (NaCL)

    - Pahit seperti pada Ensonit (MgSO4 7H2 O)

    - Dingin seperti pada Tawas (KAl3(OH)6(SO)4)2

    Bau

    Kebanyakan meneral dalam keadaan kering atau baru/segar

    tidak memberikan bau, tetapi pada beberapa mineral akan

    memberikan bau khususnya kalau mineral itu digosok,

    dibasahi, direaksikan dengan asam-asam, dll seperti:

    - Bau bawang putih pada mineral arsen (AS)

    - Bau belerang pada mineral Belerang (S)

    - Bau arang seperti pada batu bara dan aspal.

    Rabaan

    - Rabaan seprti lemak pada mineral Talk

    - Rabaan kasar pada kapur

    - Rabaan licin pada sepioli

    - Melekat kalau diraba seperti pada mineral Kaolin

  • 5/19/2018 Tugas 1 Krismin Fix

    9/19

    B. Struktur Mineral

    Pada umumnya struktur mineral dapat digolongkan sebagai berikut:

    Kristaloid : struktur kristalin. Kelompok kristal seperti pada kalsit,

    kelompok butir yang tidak teratur, seperti pada marmer.

    Kalloid dan Gel : disini strukturnya amorf.

    C. Sistem Kristal

    Dalam mempelajari dan mengenal bentuk kristal secara mendetail, perlu

    diadakan pengelompokkan yang sistematis. Pengelompokkan itu didasarkan

    pada perbangdingan panjang, letak (posisi) dan jumlah serta nilai sumbu

    tegaknya. Bentuk kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat simetrinya (bidang

    simetri dan sumbu simetri) dibagi menjadi tujuh sistem, yaitu

    1. Isometrik,

    2. Tetragonal,

    3.

    Hexagonal,

    4. Trigonal,

    5. Orthorhombik,

    6.

    Monoklin dan

    7. Triklin.

    1. Sistem Isometrik

    Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem

    kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus

    satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk

    masing-masing sumbunya.

    Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio

    (perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan

    sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi =

    = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( , dan

    ) tegak lurus satu sama lain (90).

    http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2011/02/26/sistem-kristal/
  • 5/19/2018 Tugas 1 Krismin Fix

    10/19

    Gambar 1 Sistem Isometrik

    Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem

    Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada

    sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3,

    dan sumbu c juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya

    perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan

    bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap sumbu b.

    Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :

    Tetaoidal

    Gyroida

    Diploida

    Hextetrahedral

    Hexoctahedral

    Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalahgold,

    pyrite, galena, halite, Fluorite (Pellant, chris: 1992)

    2. Sistem Tetragonal

    Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal

    yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuanpanjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih

    pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.

    Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan

    sumbu) a = b c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi

    tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = =

    90. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( , dan )

    tegak lurus satu sama lain (90).

    http://medlinkup.files.wordpress.com/2010/11/cubic_crystal_system_1.gif
  • 5/19/2018 Tugas 1 Krismin Fix

    11/19

    Gambar 2 Sistem Tetragonal

    Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal

    Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada

    sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3,

    dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya

    perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan

    bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap sumbu b.

    Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:

    Piramid

    Bipiramid

    Bisfenoid

    Trapezohedral

    Ditetragonal Piramid

    Skalenohedral

    Ditetragonal Bipiramid

    Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil,

    autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite(Pellant, Chris: 1992)

    3. Sistem Hexagonal

    Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap

    ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut

    120 terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama.

    Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek

    (umumnya lebih panjang).

    http://medlinkup.files.wordpress.com/2010/11/tetragonal_crystal.jpg
  • 5/19/2018 Tugas 1 Krismin Fix

    12/19

    Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio

    (perbandingan sumbu) a = b = d c , yang artinya panjang sumbu a sama

    dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c.

    Dan juga memiliki sudut kristalografi = = 90 ; = 120. Hal ini berarti,

    pada sistem ini, sudut dan saling tegak lurus dan membentuk sudut 120

    terhadap sumbu .

    Gambar 3 Sistem Hexagonal

    Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem

    Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada

    sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3,

    dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya

    perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^b = 20 ; d^b+= 40. Hal ini

    menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20 terhadap sumbu b dan

    sumbu d membentuk sudut 40 terhadap sumbu b+.

    Sistem ini dibagi menjadi 7:

    Hexagonal Piramid

    Hexagonal Bipramid

    Dihexagonal Piramid

    Dihexagonal Bipiramid

    Trigonal Bipiramid

    Ditrigonal Bipiramid

    Hexagonal Trapezohedral

    Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz,

    corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977)

    http://medlinkup.files.wordpress.com/2010/11/hexagonal_crystal.jpg
  • 5/19/2018 Tugas 1 Krismin Fix

    13/19

    4. Sistem Trigonal

    Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain

    yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam

    sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama.

    Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang

    terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua

    titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.

    Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu)

    a = b = d c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama

    dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut

    kristalografi = = 90 ; = 120. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut dan

    saling tegak lurus dan membentuk sudut 120 terhadap sumbu .

    Gambar 4 Sistem Trigonal

    Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal

    Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada

    sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3,

    dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya

    perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^b = 20 ; d^b+= 40. Hal inimenjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20 terhadap sumbu b dan

    sumbu d membentuk sudut 40 terhadap sumbu b+.

    http://medlinkup.files.wordpress.com/2010/11/rhombohedral_crystal_system_1.gif
  • 5/19/2018 Tugas 1 Krismin Fix

    14/19

    Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:

    Trigonal piramid

    Trigonal Trapezohedral

    Ditrigonal Piramid

    Ditrigonal Skalenohedral

    Rombohedral

    Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah tourmaline

    dan cinabar(Mondadori, Arlondo. 1977)

    5. Sistem Orthorhombik

    Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal

    yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut

    mempunyai panjang yang berbeda.

    Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio

    (perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak

    ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut

    kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya

    saling tegak lurus (90).

    Gambar 5 Sistem Orthorhombik

    Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem

    Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya

    tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya

    pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan

    bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap sumbu b.

    http://medlinkup.files.wordpress.com/2010/11/orthorhombic_crystal_system_1.gif
  • 5/19/2018 Tugas 1 Krismin Fix

    15/19

    Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:

    Bisfenoid

    Piramid

    Bipiramid

    Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalahstibnite,

    chrysoberyl, aragonite dan witherite (Pellant, chris. 1992)

    6. Sistem Monoklin

    Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu

    yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus

    terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga

    sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang

    paling panjang dan sumbu b paling pendek.

    Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan

    sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama

    panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi =

    = 90 . Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut dan saling tegak lurus

    (90), sedangkan tidak tegak lurus (miring).

    Gambar 6 Sistem Monoklin

    Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal

    Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak

    ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada

    http://medlinkup.files.wordpress.com/2010/11/monoclinic_crystal_system_11.gif
  • 5/19/2018 Tugas 1 Krismin Fix

    16/19

    sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa

    antara sumbu a+ memiliki nilai 45 terhadap sumbu b.

    Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:

    Sfenoid

    Doma

    Prisma

    Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite,

    malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)

    7. Sistem Triklin

    Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak

    saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.

    Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan

    sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu -sumbunya tidak ada yang sama

    panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi =

    90. Hal ini berarti, pada system ini, sudut , dan tidak saling tegak lurus

    satu dengan yang lainnya.

    Gambar 7 Sistem Triklin

    Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin memilikiperbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan

    menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar

    sumbunya a+^b = 45 ; b^c+= 80. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+

    memiliki nilai 45 terhadap sumbu b dan b membentuk sudut 80 terhadap c+.

    Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:

    Pedial

    Pinakoida

    http://medlinkup.files.wordpress.com/2010/11/triclinic_crystal_system_11.gif
  • 5/19/2018 Tugas 1 Krismin Fix

    17/19

    Lampiran Gambar Kristal dan Mineral

    Felspar albit

    http://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/kalkopirit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/felspar-albit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/beril.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/kalkopirit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/topas.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/augit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/kalkopirit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/felspar-albit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/beril.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/kalkopirit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/topas.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/augit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/kalkopirit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/felspar-albit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/beril.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/kalkopirit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/topas.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/augit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/kalkopirit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/felspar-albit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/beril.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/kalkopirit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/topas.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/augit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/kalkopirit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/felspar-albit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/beril.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/kalkopirit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/topas.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/augit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/kalkopirit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/felspar-albit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/beril.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/kalkopirit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/topas.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/augit.jpg
  • 5/19/2018 Tugas 1 Krismin Fix

    18/19

    Felspar albit

    http://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/garam-dan-pirit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/garam-dan-pirit.jpghttp://aulizar.files.wordpress.com/2010/11/garam-dan-pirit.jpg
  • 5/19/2018 Tugas 1 Krismin Fix

    19/19

    Daftar Pustaka

    http://aulizar.wordpress.com/2010/11/24/kristal/

    http://radarjuve.blogspot.com/2013/07/kristalografi-dan-mineralogi.html

    http://medlinkup.wordpress.com/2010/10/31/kristalografi-1/

    pend-geografi.ums.ac.id/files/KRISTALOGRAFI.doc

    http://bamseko.wordpress.com/2013/10/11/pengenalan-7-sistem-kristal/

    http://aulizar.wordpress.com/2010/11/24/kristal/http://aulizar.wordpress.com/2010/11/24/kristal/http://radarjuve.blogspot.com/2013/07/kristalografi-dan-mineralogi.htmlhttp://radarjuve.blogspot.com/2013/07/kristalografi-dan-mineralogi.htmlhttp://medlinkup.wordpress.com/2010/10/31/kristalografi-1/http://medlinkup.wordpress.com/2010/10/31/kristalografi-1/http://bamseko.wordpress.com/2013/10/11/pengenalan-7-sistem-kristal/http://bamseko.wordpress.com/2013/10/11/pengenalan-7-sistem-kristal/http://bamseko.wordpress.com/2013/10/11/pengenalan-7-sistem-kristal/http://medlinkup.wordpress.com/2010/10/31/kristalografi-1/http://radarjuve.blogspot.com/2013/07/kristalografi-dan-mineralogi.htmlhttp://aulizar.wordpress.com/2010/11/24/kristal/