16
TRIGGER CASE PADA KASUS MATI BATANG OTAK (MBO) Kasus Seorang laki-laki usia 25 tahun masuk ruang ROI pasca craniotomy hari ke-6. Riwayat kecelakaan klien menabrak mobil di depannya karena mengantuk. Dari pengkajian didapatkan pengeluaran drainage 100 cc/24 jam, urine output 1800 cc/24 jam, intake 2000 cc/24 jam. Terpasang ventilator mode PSIMV, RR = 18 x/menit, TD= 80/40 mmHg, dopamin 5 mg/24 jam. Klien sudah didiagnosa oleh dokter MBO. Perawat dan dokter sudah memberitahukan kepada keluarg keadaan pasien yang sebenarnya. Keluarga belum bisa menerima keadaan pasien karena pasien adalah anak satu-satunya dan sekarang tercatat sebagai mahasiwa fakultas kedokteran. Jump 1 Clarify Unfamiliar Terms Kata kunci 1. Laki laki 2. Usia 25 tahun 3. Kecelakaan menabrak mobil 4. Post craniotomy = Craniotomy = Operasi untuk membuka tengkorak (tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak. 5. Pengeluaran drainage

Trigger Case Pada Kasus Mbo Jump 1 Dan 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TRIGER CASE

Citation preview

TRIGGER CASE PADA KASUS MATI BATANG OTAK (MBO)

KasusSeorang laki-laki usia 25 tahun masuk ruang ROI pasca craniotomy hari ke-6. Riwayat kecelakaan klien menabrak mobil di depannya karena mengantuk. Dari pengkajian didapatkan pengeluaran drainage 100 cc/24 jam, urine output 1800 cc/24 jam, intake 2000 cc/24 jam. Terpasang ventilator mode PSIMV, RR = 18 x/menit, TD= 80/40 mmHg, dopamin 5 mg/24 jam. Klien sudah didiagnosa oleh dokter MBO. Perawat dan dokter sudah memberitahukan kepada keluarg keadaan pasien yang sebenarnya. Keluarga belum bisa menerima keadaan pasien karena pasien adalah anak satu-satunya dan sekarang tercatat sebagai mahasiwa fakultas kedokteran.

Jump 1 Clarify Unfamiliar TermsKata kunci1. Laki laki2. Usia 25 tahun3. Kecelakaan menabrak mobil4. Post craniotomy = Craniotomy = Operasi untuk membuka tengkorak (tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak.5. Pengeluaran drainagedrainage = Suatu proses yang menggambarkkan pengeluaran cairan dari rongga atau luka dengan cara suction atau gravitasi6. Urine Output = Pengeluaran urine setiap 24 jam dalam satuan ml7. Intake = jumlah nutrisi yang masuk dalam tubuh kita dalam bentuk cair maupun padat yang masuk secara peroral, enteral atau parenteral8. Ventilator mode PSIMVVentilator = suatu alat system bantuan nafas secara mekanik yang di desain untuk menggantikan/menunjang fungsi pernafasan.Mode P-SIMV= (Pressure-Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation)Intermittent Mandatory Ventilation (IMV) merupakan campuran antara nafas spontan pasien dan kontrol ventilator. Ventilator memberikan bantuan inspirasi sesuai dengan frekuensi yang ditetapkan pada selang waktu tertentu, diluar itu pasien masih dapat bernafas sendiri, sehingga dapat terjadi tabrakkan antara pernafasan pasien dan pernafasan dari ventilator. Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation.SIMV berbeda dari IMV karena mandatory breath was synchronized Ventilator memberikan bantuan inspirasi sesuai dengan frekuensi nafas yang ditetapkan, tetapi bantuan inspirasi jatuh tepat pada saat pasien memulai usaha nafas spontan, SIMV + Pressure Support Ventilator bekerja untuk SIMV dengan volume cycle sedangkan untuk PS dengan pressure cycle9. RR = Respiration Rate (jumlah seseorang mengambil napas per menit)10. TD = tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut - 120 /80 mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan sistole. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastole.11. Dopamin = obat agen vasopressor dan inotropic. Dopamine bekerja dengan cara meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke ginjal dan digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika jantung tak mampu memompa cukup darah12. MBO (mati batang otak) = kondisi tiadanya distribusi darah dan oksigen (O2 ) ke otak yang menyebabkan seluruh sistem otak (termasuk batang otak, saraf dan bagian-bagian otak lain yang mengatur aktivitas-aktivitas penghidupan seperti pernapasan dan denyut jantung) tidak lagi bekerja dengan sempurna dan keseluruhan. Kehilangan fungsi otak ini umumnya tidak lagi dapat dipulihkan, akhirnya membawa kepada masalah kematian otak13. Keluarga belum bisa menerima14. Anak satu satunya15. Mahasiswa Fakultas KedokteranJump 2 Define The ProblemKasus KLL Post Craniotomy hari ke 6 dengan diagnosa medis MBO. DEFINISI MBOKematian batang otak didefinisikan sebagai hilangnya seluruh fungsi otak, termasuk fungsi batang otak, secara ireversibel. Tiga tanda utama manifestasi kematian batang otak adalah koma dalam, hilangnya seluruh reflex batang otak, dan apneu.Diagnosis kematian batang otak merupakan diagnosis klinis. Tidak diperlukan pemeriksaan lain apabila pemeriksaan klinis (termasuk pemeriksaan refleks batang otak dan tes apnea) dapat dilaksanakan secara adekuat. Apabila temuan klinis yang sesuai dengan kriteria kematian batang otak atau pemeriksaan konfirmatif yang mendukung diagnosis kematian batang otak tidak dapat diperoleh, diagnosis kematian batang otak tidak dapat ditegakkan. LANGKAH PENETAPAN KEMATIAN BATANG OTAKLangkah-langkah penetapan kematian batang otak meliputi hal-hal berikut:1. Evaluasi kasus koma2. Memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai kondisi terkini pasien3. Penilaian klinis awal refleks batang otak4. Periode interval observasia. sampai dengan usia 2 bulan,periode interval observasi 48jamb. usia lebih dari 2 bulan sampai dengan 1 tahun, periode interval observasi 24 jamc. usia lebih dari 1 tahun sampai dengan kurang dari 18 tahun, periode interval observasi 12 jamd. usia 18 tahun ke atas, periode interval observasi berkisar 6 jam5. Penilaian klinis ulang reflex batang otak6. Tes apneu7. Pemeriksaan konfirmatif apabila terdapat indikasi8. Persiapan akomodasi yang sesuai9. Sertifikasi kematian batang otak10. Penghentian penyokong kardiorespirasi

DIAGNOSIS MATI BATANG OTAKDiagnosis MBO barangkali merupakan diagnosis paling penting yang pernah dibuat oleh dokter, karena bila telah dipastikan, normalnya ventilator akan dilepaskan dari pasien dan henti jantung akan terjadi tidak lama kemudian. Jadi, diagnosis ini merupakan ramalan yang terlaksana dengan sendirinya (self-ful filling prophecy). Kebanyakan dokter yang merawat dapat membenarkan dilepaskannya ventilator dari pasien, karena meneruskan ventilasi mekanis memberikan stres bagi famili pasien dan staf perawatan. Selain itu, terapi yang diteruskan secara tidak langsung menyatakan bahwa pemulihan masih dimungkinkan dan memberi famili pasien harapan palsu. Namun ventilasi yang diteruskan selama periode yang singkat sesudah diagnosis MBO memungkinkan perolehan organ kualitas bagus untuk tujuan transplantasi dan seringkali dilakukan.Penerimaan batang otak sebagai sumber kehidupan dan penghentian ventilasi sebagai akibat diagnosis MBO potensial sulit bagi orang awam untuk menerimanya. Tidaklah mudah untuk memberitahu famili pasien, yang berwarna merah, hangat dan kelihatannya bernafas dengan nyaman pada ventilator, mati. Bahkan lebih sulit lagi jika famili pasien melihat gerakan pasien yang dinyatakan dokter timbul pada tingkat spinal dan tidak mengindikasikan fungsi otak. Masyarakat di negara maju seperti Inggris sangat mempercayai dokter dan biasanya tidak dijumpai kesulitan tatkala dibuat diagnosis MBO.Sekarang ini sudah dapat diterima bahwa batang otak, dan bukan seluruh otak, pengatur respirasi dan stabilitas kardiovaskular. Diyakini bahwa untuk mendapatkan kesadaran harus ada kontinyuitas neuronal antara sistem saraf periferal dan korteks. Bila batang otak yang menghubungkan keduanya mati, kontinyuitas sistem yang diaktifkan oleh retikular terganggu dan tidak dapat timbul kesadaran.Diagnosis MBO dan petunjuknya dapat dilihat pada fatwa IDI tentang MBO. Diagnosis MBO mempunyai dua komponen utama. Komponen pertama terdiri dari pemenuhan prasyarat-prasyarat dan komponen kedua adalah tes klinik fungsi batang otak.Pada hakekatnya sebelum melakukan tes klinis, dokter harus menetapkan tanpa keraguan bahwa pasien komatous dan bergantung pada ventilator dan mempunyai kondisi yang konsisten dengan koma ireversibel dan hilangnya fungsi batang otak. Pasien dengan MBO tidak dapat bernafas. Dokter-dokter yang tidak familiar dengan diagnosis MBO kadang-kadang menyarankan dokter seniornya untuk melakukan testing pada pasien yang tidak bergantung pada ventilator dengan cedera berat. Fenomena ini menonjolkan tiga hal. Pertama dokter-dokter yang bekerja di ICU perlu lebih dahulu mengkaji langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis MBO sesuai fatwa IDI yang memang belum tersosialisasikan dengan baik, agar jangan sampai melewatkan langkah-langkah yang harus dijalani sebelum melakukan testing arefleksia batang otak. Kedua adalah adanya kenyataan bahwa beberapa pasien menderita cedera otak berat yang akhirnya inkompatibel dengan kehidupan yang lama, namun kausa kematiannya bukanlah MBO. Beratnya cedera otak pada pasien-pasien ini dapat mengindikasikan keputusan untuk menghentikan terapi aktif atau membatasi terapi aktif. Keputusan penghentian atau limitasi terapi individual untuk tiap pasien dan sangat kontras dengan diagnosis MBO yang identik bagi semua pasien. Hal ketiga adalah perlunya tanpa keraguan memantapkan diagnosis cedera otak ireversibel yang cukup untuk menyebabkan koma apneik. Diagnosis yang kompatibel adalah cedera kepala, perdarahan subarakhnoid, perdarahan intraserebral, tenggelam dan henti jantung. Penegakan diagnosis memerlukan anamnesis yang cukup dan pemeriksaan klinis serta investigasi (biasanya CT Scan).Elektrolit, gula darah dan gas darah arterial hendaknya diperiksa dan gangguan yang cukup untuk menyebabkan koma hendaknya diatasi. Selain itu, upaya yang sungguh-sungguh harus sudah dikerjakan untuk mengatasi efek-efek edema serebri, hipoksia dan syok. Sebagai konsekuensi, untuk memenuhi prasyarat-prasyarat, diperlukan waktu dan tidaklah biasa untuk menegakkan diagnosis MBO sebelum 24 jam perawatan di rumah sakit. Seringkali pasien sudah dirawat di rumah sakit jauh lebih lama.CT Scan bermanfaat tidak saja untuk mengetahui kausa MBO, tetapi juga untuk memperlihatkan efek herniasi lewat tentorium dan foramina magnum. Kompresi arteri dan vena mengakibatkan edema sitotoksik dan tekanan intrakranial dapat meningkat akibat terhalangnya drainase cairan serebrospinal oleh sumbatan aquaduktus atau ruang subarakhnoid. Perubahanperubahan ini menyebabkan herniasi berlanjut dan posisi otak menurun. Penurunan ini begitu besar sehingga cabang-cabang arteri basilaris (yang mendarahi batang otak) teregang dan mengakibatkan perdarahan intraparenkimal dan memperparah edema.Tes klinis. Sebelum melakukan tes formal, kita harus memastikan bahwa pasien tidak menunjukkan postur abnormal (deserebrasi dan dekortikasi) dan tidak mempunyai refleks okulo-sefal aktif (fenomena mata kepala boneka) atau aktivitas kejang. Bila ada salah satu gejala tersebut, pasti terjadi hantaran impuls saraf lewat batang otak dan selanjutnya tes tidak diperlukan dan tidak tepat untuk dilakukan. Batang otak berarti masih hidup.Tes formal fungsi batang otak dilaksanakan di samping tempat tidur dan memerlukan demonstrasi apnea dalam keadaan hiperkarbia dan tidak adanya refleks batang otak. Peralatan canggih tidak diperlukan selain analisis gas darah. Tes ini sendiri mudah dilakukan, hanya memerlukan waktu beberapa menit dan hasilnya jelas. Bila memang tanda-tanda fungsi batang otak yang hilang di atas ada semua, maka hendaknya secara sistematis diperiksa 5 refleks batang otak (lihat tabel 3). Kelima refleks harus negatif sebelum diagnosis MBO ditegakkan. Tes terhadap refleks-refleks batang otak dapat menilai integritas fungsional batang otak dengan cara yang unik. Tidak ada daerah otak lainnya yang dapat diperiksa sepenuhnya seperti ini. Tes ini mencari ada atau tidak ada respons, dan bukan gradasi fungsi. Ini mudah dilakukan dan dapat dimengerti oleh setiap dokter atau perawat yang terlatih. Ini tidak bergantung pada mesin, atau super spesialis.Namun, apnea dan arefleksia saraf kranial juga terjadi pada keadaan nonfatal lain seperti ensefalitis batang otak dan sindroma Guillain-Barre.Lagi-lagi perlu ditekankan bahwa tes-tes jangan dilakukan bila prasyarat-prasyarat belum dipenuhi. Ini perlu diperhatikan agar jangan sampai terjadi kesalahan prosedur sebab selalu ada saja laporan kasus yang menggambarkan keadaan yang menyerupai MBO tetapi ternyata dapat pulih kembali. Bila setiap kasus didekati secara sistematis, tidak akan terjadi kesalahan.

FAKTOR PERANCUDalam membuat diagnosis MBO kadang-kadang dijumpai kesukaran. Bila dokter yang bertugas masih ragu-ragu mengenai: a) diagnosis primer, b) kausa disfungsi batang otak yang reversibel (obat atau gangguan metabolik), c) kelengkapan tes klinis, maka hendaknya jangan dibuat diagnosis MBO !!.Kondisi-kondisi berikut dapat mempengaruhi diagnosis klinis mati batang otak, sehingga hasil diagnosis tidak dipastikan hanya berdasarkan pada alasan klinis. Pada keadaan ini pemeriksaan konfirmatif direkomendasikan:1. Trauma spinal servikal berat atau trauma fasial berat2. Kelainan pupil sebelumnya3. Level toksis beberapa obat sedatif, aminoglikosida, antidepresan trisiklik, antikolinergik, obat antiepilepsi, agen kemoterapi, atau agen blokade neuromuscular4. Sleep apnea atau penyakit paru berat yang mengakibatkan retensi kronis CO25. Manifestasi berikut terkadang tampak dan tidak boleh diinterpretasikan sebagai bukti fungsi batang otak:a. Gerakan spontan ekstremitas selain dari respon fleksi atau ekstensi patologisb. Gerakan mirip bernafas (elevasi dan aduksi bahu, lengkungan punggung, ekspansi interkosta tanpa volume tidal yang bermakna)c. Berkeringat, kemerahan, takikardid. Tekanan darah normal tanpa dukungan farmakologis, atau peningkatan mendadak tekanan darahe. Tidak adanya diabetes insipidusf. Refleks tendon dalam, refleks abdominal superfisial, respon fleksi tripelg. Refleks Babinski

PEMERIKSAAN KONFIRMATIF APABILA TERDAPAT INDIKASIDiagnosis mati batang otak merupakan diagnosis klinis. Tidak diperlukan pemeriksaan lain apabila pemeriksaan klinis (termasuk pemeriksaan refleks batang otak dan tes apnea) dapat dilaksanakan secara adekuat. Pada beberapa pasien dengan kondisi tertentu seperti cedera servikal atau kranium, instabilitas kardiovaskular, atau faktor lain yang menyulitkan pemeriksaan klinis untuk menegakkan diagnosis mati batang otak, perlu dilakukan tes konfirmatif.Pemilihan tes konfirmatif sangat tergantung pada pertimbangan praktis, mencakup ketersediaan, kemanfaatan, dan kerugian yang mungkin terjadi. Beberapa tes konfirmatif yang biasa dilakukan antara lain:1. Angiography (conventional, computerized tomographic, magnetic resonance, dan radionuclide):kematian batang otak ditegakkan apabila tidak terdapat pengisian intraserebral (intracerebral filling) setinggi bifurkasio karotis atau sirkulus Willis2. Elektroensefalografi:kematian batang otak ditegakkan apabila tidak terdapat aktivitas elektrik setidaknya selama 30 menit.3. Nuclear brain scanning: kematian batang otak ditegakkan apabila tidak terdapat ambilan (uptake) isotop pada parenkim otak dan/atau jaringan vaskular, bergantung teknik isotop (hollow skull phenomenon)4. Somatosensory evoked potentials: kematian batang otak ditegakkan apabila tidak terdapat respon N20-P22 bilateral pada stimulasi nervus medianus.5. Transcranial doppler ultrasonography: kematian batang otak ditegakkan oleh adanya puncak sistolik kecil (small systolic peaks) pada awal sistolik tanpa aliran diastolik (diastolic flow) atau reverberating flow, mengindikasikan adanya resistensi yang sangat tinggi (very high vascular resistance) terkait peningkatan tekanan intrakranial yang besar.

PENILAIAN DAN SERTIFIKASI1. Dua dokter spesialis yang berkompeten (minimal 3 tahun setelah lulus dan telah mendapatkan pelatihan untuk menentukan MO) dapat mendiagnosis MO untuk menerbitkan sertifikasi MO. Mereka adalah dokter anak, anestesi, neurologi dan bedah saraf. Dokter yang berkepentingan dalam transplantasi organ tidak disertakan untuk sertifikasi MO2. Penilaian dan sertifikasi harus diulang setelah penilaian pertama (dengan interval diantara 2 pemeriksaan tergantung dari usia penderita), tidak harus dokter spesialis yang sama3. Sertifikasi MO ditentukan oleh sejumlah dokter pertama (dokter A dan B) dan dilengkapi oleh 2 dokter yang lainnya (dokter C dan D) atau dokter A dan B jika dokter yang sama dapat melakukan tes ulangan4. Waktu untuk menentukan kematian adalah waktu tes ke dua. Jika detak jantung penderita berhenti sebelum tes kedua, saat itu ditetapkan sebagai waktu kematian5. Sertifikasi MO hanya dilakukan di RS dengan fasilitas lengkap perawatan intensif kardiopulmoner pada penderita koma.

KESIMPULANKematian batang otak didefinisikan sebagai hilangnya seluruh fungsi otak, termasuk fungsi batang otak, secara ireversibel. Tiga tanda utama manifestasi kematian batang otak adalah koma dalam, hilangnya seluruh reflex batang otak, dan apnea. Jadi seorang dokter harus memahami benar konsep kematian batang otak, karena hal ini di antaranya dapat bermakna tidak perlunya lagi life support (penyokong kehidupan) atau sebagai suatu syarat mutlak diperkenankannya donor organ untuk transplantasi.