Author
riskha-febriani-hapsari
View
247
Download
3
Embed Size (px)
8/12/2019 traumatik oklusi
1/20
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Oklusi Traumatik dan Trauma Oklusi (Trauma karena oklusi)
Ketika tekanan oklusal melebihi kapasitas adaptif jaringan periodonsium, terjadi
kerusakan jaringan periodonsium. Kerusakan ini disebut sebagai trauma oklusi.
Dapat disimpulkan bahwa trauma oklusi adalah kerusakan jaringan periodonsium
akibat tekanan oklusi yang melebihi kapasitas adaptasi jaringan periodonsium.
Sedangkan oklusi yang menyebabkan kerusakan disebut oklusi traumatik.1
Istilah trauma oklusi pertama sekali digunakan pada American Literature oleh
Stillman pada tahun 1917. Ia mendeskripsikannya sebagai kondisi yang terbentuk
pada jaringan periodonsium ketika pergerakan gigi di luar batas normalnya.5Definisi
lain dari trauma oklusi adalah kerusakan pada bagian dari sistem mastikasi yang
dihasilkan oleh kontak oklusal yang tidak normal.6Trauma oklusi periodontal adalah
lesi degeneratif yang terjadi akibat tekanan oklusal yang melebihi kapasitas adaptif
dari jaringan periodonsium.7 Trauma oklusi dapat dinyatakan sebagai diagnosis
ketika kerusakan pada jaringan periodonsium memang berhubungan dengan oklusi.
Tidak seperti luka pada gingivitis dan periodontitis, yang dimulai dari jaringan
gingiva, luka karena trauma oklusi dimulai dari ligamen periodontal dan meliputi
sementum dan tulang alveolar.8
2.2 Tekanan Oklusal
Tekanan oklusal normal adalah ketika gigi mendapat tekanan fungsional tanpa
melebihi kapasitas adaptasi jaringan pendukung dibawahnya sehingga tidak melukai
jaringan tersebut. Kemampuan jaringan periodonsium untuk beradaptasi terhadap
tekanan oklusal berbeda-beda pada setiap orang atau pada orang yang sama namun
waktunya berbeda. Efek dari tekanan oklusal pada jaringan periodonsium
dipengaruhi oleh besar, arah, durasi, dan frekuensi dari tekanan tersebut.1
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
8/12/2019 traumatik oklusi
2/20
14
Stimulasi oklusal fungsional merupakan hal yang penting dalam menjaga
ligamen periodontal dan tulang alveolar yang sehat agar memiliki struktur yang baik.
Kurangnya tekanan oklusal menyebabkan atropi periodontal yang ditandai dengan
terjadinya penipisan dari ruang ligamen periodontal, penurunan densitas dari tulang
trabekular serta serat-serat ligamen periodontal yang mengendur.7 Sedangkan jika
besarnya tekanan oklusal meningkat, maka jaringan periodonsium akan memberi
respon berupa pelebaran pada ruang ligamen periodontal, penambahan dan pelebaran
pada seratserat ligamen periodontal dan penambahan densitas pada tulang alveolar.1
Perubahan arah tekanan oklusal menyebabkan reorientasi pada tekanan dan
tegangan di dalam jaringan periodonsium. Tekanan ke arah lateral dan tekanan yang
bersifat rotasi lebih merusak jaringan periodonsium. Selain itu, tekanan yang secara
konstan diarahkan ke tulang lebih merusak daripada tekanan yang sifatnya
intermittent. Semakin sering terjadinya tekanan oklusal pada jaringan periodonsium,
maka jaringan periodonsium akan semakin rusak.1Pada beberapa keadaan tekanan
oklusal dapat merusak jaringan periodonsium dan menyebabkan terjadinya trauma
oklusi.7
2.3 Klasifikasi Trauma Oklusi
Trauma oklusi dapat diklasifikasikan menjadi dua katagori berdasarkan etiologi
yang terjadi, yaitu :
1. Trauma oklusi primer, terjadi jika terdapat peningkatan kekuatan dan durasi
dari tekanan oklusal yang berlebihan pada jaringan periodonsium normal atau
sehat (tidak terdapat kelainan gingiva, kehilangan jaringan ikat, ataupun
migrasi apikal dari epitel penghubung).7,9,10
Menurut Manson, lesi yang
ditimbulkan dari oklusi traumatik ini dapat atau tidak dapat mengalami
peradangan pada jaringan marginal pada periodonsium, tetapi pada dasarnya
lesi ini tidak mengalami kehilangan tulang alveolar.11 Tetapi ada pendapat
lain yang mengatakan bahwa oklusi traumatik primer juga dapat
menyebabkan kerusakan tulang alveolar yaitu bila hambatan oklusal yang
menyebabkan trauma oklusi tidak dikoreksi.12
Contoh penyebab trauma
oklusi primer : restorasi yang terlalu tinggi, pemasangan protesa yang
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
8/12/2019 traumatik oklusi
3/20
15
menyebabkan tekanan berlebih pada gigi penyangga. Perubahan yang terjadi
antara lain pelebaran ruang ligamen periodontal, kegoyangan gigi, rasa sakit.
Perubahan yang terjadi biasanya bersifat reversible, dapat hilang jika oklusi
traumatik dikoreksi.9 Lesi ini timbul karena tekanan yang berlebihan pada
gigi yang mempunyai tulang pendukung yang normal.
Gambar. 1 Gambaran trauma oklusi primer7
2. Trauma oklusi sekunder, terjadi ketika tekanan oklusal normal yang diterima
menjadi berlebihan karena telah terdapat kehilangan jaringan yang parah atau
berkurangnya kemampuan jaringan periodonsium untuk menahan tekanan
oklusal.1,7
Tekanan normal yang diterima menjadi tidak normal pada jaringan
pendukung yang sudah terkena penyakit dan akan semakin parah.11 Gigi
dengan truma oklusi sekunder dapat mengalami kerusakan tulang alveolar
yang cepat dan juga mengakibatkan pembentukan poket.10
Gambar. 2 Gambaran trauma oklusi sekunder7
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
8/12/2019 traumatik oklusi
4/20
8/12/2019 traumatik oklusi
5/20
17
2.4.1 Ketidakseimbangan Oklusi
2.4.1.1 Kontak prematur dan blocking
Pada kondisi normal, terjadi kontak stimultan antara gigi atas dan bawah, pada
oklusi sentris maupun pada gerak artikulasi pada waktu mandibula berfungsi.
Ketidakseimbangan oklusi terjadi bila gigi yang berkontak terlebih dahulu pada regio
tertentu jumlahnya kurang dari 50% dari jumlah gigi di regio tersebut atau satu atau
dua gigi berkontak terlebih dahulu. Bila hambatan terjadi pada waktu oklusi sentris
disebut kontak prematur, sedangkan jika terjadi pada gerak artikulasi disebut dengan
blocking.12,13
Gambar. 3 Gambaran gigi gigi yang mengalami kontak prematur13
Efek dari kontak prematur dan blocking
Ketika kontak prematur terjadi, gigi yang terlibat harus dapat bergerak sehingga
gerakan mandibula dapat sepenuhnya normal atau jika giginya kaku, mandibula
didefleksikan dari jalur penutupan normal sehingga terjadi oklusal slide. Hasil darikontak abnormal ini dapat terjadi langsung atau tidak langsung pada gigi yang
bersangkutan.
a. Langsung
Ketika tekanan oklusal meningkat, efek tekanan akan diterima
langsung oleh gigi yang terlibat. Pada umumnya, jika terjadi atrisi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
8/12/2019 traumatik oklusi
6/20
18
jaringan periodonsium tetap sehat, tetapi sejumlah kasus menunjukkan
bahwa walaupun atrisi terjadi, kerusakan jaringan periodonsium tetap ada
terutama jika terdapat iritan lokal, misalnya plak yang menurut sejumlah
ahli hal ini berhubungan dengan terbentuknya poket infraboni.
b. Tidak langsung
Arah dari pergeseran yang mana mengakhiri penutupan sentrik
tergantung dari iklinasi cusp yang terlibat. Kontak prematur pada
inklinasi yang mengarah ke mesial pada cusp bagian atas akan
menghasilkan pergeseran ke depan.
Dalam banyak kasus pergeseran dapat terjadi baik ke depan, ke
belakang atau ke samping. Jika pergeseran oklusal ke depan, gigi insisif
atas menjadi subjek meningkatnya beban horizontal (Gambar.4), tetapi
jika pergeseran ke belakang, TMJ akan menerima tekanan (Gambar.5).
Dalam banyak kasus, pasien secara tidak sadar menyesuaikan jalur
penutupan yang abnormal untuk menghindari kontak prematur, dalam hal
ini bukan hanya gigi yang menerima tekanan tetapi sarafsaraf otot
menjadi berubah dan ketegangan otot mungkin terjadi. Sehingga pasien
mengeluh adanya sakit pada wajah atau bagian di TMJ.
Adanya ketidakseimbangan oklusi tidak selalu menyebabkan gejala
TMJ. Tetapi banyak kasus membuktikan bahwa ketika
ketidakseimbangan oklusi dieliminasi, gejalagejala TMJ tersebut tidak
timbul kembali.12,13
Gambar. 4 Gambaran gigi anterior yang kontak prematur13
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
8/12/2019 traumatik oklusi
7/20
19
Gambar. 5 Gambaran gigi posterior yang kontak prematur13
2.4.1.2 Gigi hilang yang tidak diganti
Hal ini berperan dalam kerusakan jaringan periodonsium dengan beberapa cara.
Ketika gigi bagian proksimal tidak didukung oleh gigi tetangganya karena telah
diekstraksi, tekanan oklusal menekan periodonsium dan mengakibatkan gigi semakin
lama menjadi miring. Tekanan oklusal pada gigi yang miring menjadi semakin
divergen pada poros gigi.
Hilangnya gigi-gigi fungsional akan menghasilkan perubahan hubungan dan
keseimbangan tekanan diantara gigigigi. Jika kerusakan periodontal sudah terjadi,
tekanan ini memperberat kerusakan. Kejadian ini hampir tidak dapat dihindari,
karena kerusakan yang terjadi pada kontak normal yang disebabkan oleh tippingpada gigi, akan menuju pada impaksi dan stagnasi makanan yang menghasilkan
inflamasi gingiva dan formasi poket.13
Gambar.6 Gambaran rontgen kerusakan tulang pada molar bawah
yang telah miring (tilt) akibat kehilangan gigi tetangga13
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
8/12/2019 traumatik oklusi
8/20
20
2.4.1.3 Perbandingan Mahkota-Akar yang Tidak Seimbang (PMATS)
Hasil pengematan klinis sejumlah ahli menunjukkan bahwa gigi dengan mahkota
yang besar dan permukaan oklusal yang lebar tetapi akarnya pendek dan runcing,
menyebabkan trauma oklusi, karena tekanan oklusal yang jatuh pada permukaan gigi
akan melebihi kapasitas adaptasi jaringan periodonsiumnya.4
2.4.1.4 Kontak Edge-to-edge
Analisis klinis menunjukkan bahwa kontak edge-to-edge sering menyebabkan
trauma oklusi jaringan pendukungnya.4
2.4.1.5 Alat prostetik dan restorasi yang buruk
2.4.1.5.1 Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)
Cengkeram dari GTS menyediakan retensi dan sokongan. Beberapa tipe
cengkeram menyediakan lebih dari satu fungsi yang berbeda antara satu cengkeram
dengan yang lainnya dan hal ini menguntungkan untuk setiap kasus untuk memilih
desain cengkeram yang paling baik. Desain cengkeram yang salah dapat
mempengaruhi tekanan lateral berlebih pada gigi penyangga. Ketika gerakan lateral
mendibula menyebabkan tippingpada GTS (dapat karena alat tidak pas atau karena
oklusi salah), gigi penyangga menerima tekanan lateral yang besar. Sebagai contoh,
protesa gigi bawah free end saddle (Gambar.7) biasanya menggunakan premolar
dengan cengkeram tanpa sandaran oklusal dan saddlebiasanya terlalu pendek untuk
didukung oleh ramus vertikal. Beban oklusal akan membuat alat bergerak turun dan
menarik gigi penyangga. Pada saat yang sama alat bergerak turun dan menekan tepi
gingiva bagian distal dari gigi penyangga sehingga kerusakan gingiva dan tekanan
oklusal terjadi bersamaan dan kerusakan periodontal di sekeliling gigi penyangga
akan terjadi dengan cepat. Akhirnya, gigi dapat hilang dan gigi tetangga di sebelah
mesial dapat mengalami hal yang sama.13
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
8/12/2019 traumatik oklusi
9/20
21
Gambar. 7 Gambaran tekanan yang diberikan kepada gigi penyangga dari protesa lower free-end13
2.4.1.5.2 Desain Gigi Tiruan Jembatan (GTJ)
Desain yang benar dari GTJ lebih aman untuk jaringan periodonsium
dibandingkan gigi tiruan sebagian lepasan. Pada umumnya dianjurkan untuk
menggunakan satu dan satu setengah kali gigi penyangga untuk setiap gigi yang akan
digantikan. Permukaan akar dari gigi penyangga harus melebihi besar permukaan
gigi yang akan digantikan.
Gigi yang telah digantikan dengan restorasi maupun dengan protesa, harus
diperhatikan oklusinya setiap waktu dan setiap gerakan. Pada konstruksi GTJ yang
harus diperhatikan adalah ketika melakukan preparasi sehingga jaringan gigi yang
diambil cukup dan adekuat untuk digantikan dengan material restoratif. Idealnya
digunakan artikulator yang sesuai anatomi, namun gigitan fungsional juga dapat
dihasilkan dengan meminta pasien melakukan gerakan mengasah (grinding) pada
selembar wax ketika preparasi.13
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
8/12/2019 traumatik oklusi
10/20
22
Gambar. 8 Gambaran rontgen kehilangan tulang karena berkontak dengan GTJ gigi atas.
Kehilangan tulang yang disertai dengan abses periodontal akut antara gigi 31 dan 41 dimana gigi gigi
tersebut berkontak dengan GTJ gigi atas secara protrusif13
2.4.1.5.3 Restorasi yang terlalu tinggi
Jika restorasi terlalu tinggi, gigi akan bertemu dengan lawannya terlebih dahulu
pada penutupan sentrik dan terkadang pada hubungan lain. Hal ini lebih sering terjadi
pada restorasi dengan hubungan sentrik yang tepat, tetapi tidak tepat pada gerakan
lateral dan protrusif. Satu contoh yang paling sering adalah restorasi mahkota jaket
porselen yang terlalu tinggi, sehingga pada posisi protrusif hanya mahkota dengan
gigi lawan yang berkontak.13
Gambar. 9 Gambaran gigi yang mengalami kontak prematur
akibat mahkota jaket porselen yang terlalu panjang-13
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
8/12/2019 traumatik oklusi
11/20
23
2.4.2 Kebiasaan buruk
Mulut adalah pusat dari beberapa aktivitas fungsional maupun nonfungsional.
Pensil, pulpen pin, kuku, pipa, penjepit rambut dan alat lainnya digigit dan dikunyah
pada banyak orang. Kebiasaankebiasaan ini dapat menyebabkan kerusakan jaringan
periodonsium. Dari semua contoh kebiasaan ini, selalu terdapat iritan lokal, plak atau
kalkulus yang menghasilkan kerusakan yang cepat pada jaringan dan pada beberapa
kasus dapat terjadi pembentukan abses.13
Gambar. 10 Gambaran klinis dan rontgen akibat kebiasaan menggiggit penjepit rambut 13
Bruksism adalah istilah yang digunakan jika ditemukan adanya grinding danclenching pada gigi, tanpa disadari dan pada waktu yang tidak dapat ditentukan.
Bruxers(orang yang memiliki kebiasaan bruksism) biasanya tidak menyadari bahwa
ia memiliki kebiasaan tersebut dan tidak merasa membutuhkan perawatan sampai
terdapat kerusakan pada gigi dan mulut. Ketika gigi sedang melakukan hal ini, otot
otot mastikasi melakukan tekanan yang sangat kuat dan tekanan yang diterima oleh
jaringan periodonsium sangat besar. Apabila jaringan periodonsium sehat, maka
jaringan dapat beradaptasi dengan mengabsorpsi tekanan tersebut. Tetapi jika
terdapat inflamasi gingiva dan poket, kebiasaan tersebut dapat menambah keparahan
yang telah terjadi.13
Kerusakan yang disebabkan oleh bruksism biasanya
menunjukkan gejala yang berbeda pada setiap individu.14
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
8/12/2019 traumatik oklusi
12/20
24
Gambar. 11 Gambaran klinis dan rontgen gigi gigi akibat bruksism13
2.5 Respon jaringan terhadap peningkatan tekanan oklusal
Pengaruh tekanan oklusi traumatik terhadap jaringan periodonsium dapat terjadi
melalui tiga tingkatan, yaitu cedera atau luka, perbaikan dan adaptasi perubahan
bentuk dari jaringan periodonsium.1
Tahap 1 : Cedera / Luka
Besar, lokasi dan pola kerusakan jaringan tergantung pada besar, frekuensi dan
arah gaya yang menyebabkan kerusakan tersebut. Tekanan berlebih yang ringan akan
menstimulasi resorpsi pada tulang alveolar disertai terjadinya pelebaran ruang
ligamen periodontal. Tegangan berlebih yang ringan juga menyebabkan
pemanjangan serat-serat ligamen periodotal serta aposisi tulang alveolar. Pada area
dimana terdapat peningkatan tekanan, jumlah pembuluh darah akan berkurang dan
ukurannya mengecil. Sedangkan pada area yang ketegangannya meningkat,
pembuluh darahnya akan membesar.
Tekanan yang besar akan menyebabkan terjadinya perubahan pada jaringan
periodonsium, dimulai dengan tekanan dari serat-serat yang menimbulkan area
hyalinisasi. Kerusakan fibroblas dan kematian sel-sel jaringan ikat kemudian terjadi
yang mengarah kepada area nekrosis pada legamen periodontal. Perubahan
pembuluh darah terjadi : selama 30 menit, hambatan dan stase (penghentian)
pembuluh darah terjadi ; selama dua sampai tiga jam, pembuluh darah terlihat
bersama eritrosit yang mulai terbagi menjadi kepingan-kepingan dan dalam waktu
antara satu hingga tujuh hari, terjadi disintegrasi dinding pembuluh darah dan
melepaskan isinya ke jaringan sekitarnya. Pada keadaan ini terjadi peningkatan
resorpsi tulang alveolar dan permukaan gigi.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
8/12/2019 traumatik oklusi
13/20
25
Tegangan yang sangat besar menyebabkan pelebaran ligamen periodontal,
trombosis, pendarahan dalam jaringan, robeknya ligamen periodontal dan resorpsi
tulang alvelolar.
Tekanan yang sangat besar hingga dapat menekan akar kearah tulang, dapat
menyebabkan nekrosis pada ligamen periodontal dan tulang. Tulang teresorpsi dari
ligamen periodontal yang masih vital yang bersebelahan dengan daerah nekrotik dan
sumsum tulang trabekula. Proses ini dinamakan undermining resorption.
Daerah furkasi merupakan daerah yang mudah mengalami kerusakan akibat
tekanan oklusal berlebih. Luka pada jaringan periodonsium menyebabkan depresi
aktivitas mitotik dan tingkat proliferasi dan diferensiasi pada fibroblas, formasi
kolagen dan pada formasi tulang. Hal ini dapat kembali ke normal ketika tekanan
tersebut dihilangkan.
Tahap 2 : Perbaikan
Perbaikan selalu terjadi secara konstan dalam jaringan periodonsium yang
normal dan trauma oklusi menstimulasi peningkatan aktivitas perbaikan. Jaringan
yang rusak dihilangkan, selsel dan seratserat jaringan ikat, tulang dan sementum
dibentuk dalam usaha untuk menggantikan jaringan periodonsium yang rusak.
Ketika tulang teresorpsi tekanan oklusal yang berlebihan, tubuh berusaha
menggantikan tulang trabekula yang tipis dengan tulang baru. Proses ini dinamakan
formasi tulang penahan atau buttressing bone fomation untuk mengkompensasi
kehilangan tulang. Hal ini adalah gambaran proses reparatif yang berhubungan
dengan trauma oklusi.
Tahap 3 : Adaptasi perubahan bentuk dari jaringan periodonsium
Ketika proses perbaikan tidak dapat menandingi kerusakan yang diakibatkan
oklusi, jaringan periodonsium merubah bentuk dalam usaha untuk menyesuaikan
struktur jaringan dimana tekanan tidak lagi melukai jaringan. Hasil dari proses ini
adalah penebalan pada ligamen periodontal yang mempunyai bentuk funnel pada
puncak dan angular pada tulang tanpa formasi poket dan terjadi kelonggaran pada
gigi yang bersangkutan.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
8/12/2019 traumatik oklusi
14/20
26
Fase cedera menunjukkan peningkatan pada daerah resorpsi dan penurunan pada
daerah formasi tulang, sedangkan fase perbaikan menunjukkan peningkatan formasi
dan penurunan resorpsi tulang. Setelah pengadaptasian perubahan bentuk jaringan
periodonsium, maka resorpsi dan formasi tulang akan kembali normal.
Trauma oklusi terjadi bila tekanan yang jatuh pada permukaan gigi melebihi
kemampuan adaptasi jaringan periodonsium sehingga menimbulkan kerusakan
jaringan periodonsium.
2.6 Penjalaran penyakit periodontal dan hubungannya dengan oklusi traumatik
Walaupun banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa oklusi traumatik
bukanlah penyebab utama penyakit periodontal, tetapi oklusi traumatik dapat
menjadi faktor risiko yang signifikan dalam perkembangan penyakit periodontal.2
Penjalaran peradangan dari tepi gingiva ke jaringan periodonsium lainnya
menandakan suatu perubahan dari tahap gingivitis menjadi tahap periodontitis.
Periodontitis selalu didahului oleh gingivitis tetapi gingivitis tidak selalu menjadi
periodontitis.7
Inflamasi pada jaringan periodonsium tidak bisa dipisahkan dari pengaruh
oklusi. Karena oklusi adalah monitor konstan dari jaringan perodonsium, oklusi
mempengaruhi respon dari jaringan periodonsium terhadap inflamasi dan menjadi
faktor risiko pada semua penyakit periodontal. Peran dari trauma oklusi pada
gingivitis dan periodontitis lebih dapat dimengerti apabila jaringan periodonsium
dibagi menjadi dua zona yaitu zona iritasi dan zona ko-destruksi.
Zona iritasi terdiri atas interdental gingiva dan tepi gingiva yang dibatasi oleh
serat-serat gingiva. Ini merupakan awal terjadinya gingivitis dan poket periodontal.
Gingivitis dan poket terjadi karena adanya iritan lokal dari plak, bakteri, kalkulus dan
impaksi makanan. Dengan beberapa pengecualian, para peneliti setuju bahwa trauma
oklusi tidak menyebabkan gingivitis atau poket.
Iritan lokal yang menginisiasi terjadinya gingivitis dan poket mempengaruhi tepi
gingiva, tetapi oklusi terjadi pada jaringan pendukung dan tidak memperngaruhi
gingiva. Tepi gingiva tidak terpengaruh dengan adanya trauma oklusi karena suplai
darah dari tepi gingiva sudah cukup. Selama inflamasi hanya terjadi pada gingiva
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
8/12/2019 traumatik oklusi
15/20
27
maka hal tersebut tidak dipengaruhi oleh tekanan oklusal. Namun jika inflamasi dari
gingiva meluas ke jaringan periodonsium, inflamasi memasuki zona ko-destruksi.1
Weinmann menyatakan bahwa inflamasi pada gingiva menjalar ke jaringan
lainnya melalui aliran pembuluh darah pada jaringan ikat jarang lalu masuk ke tulang
alveolar. Arah penjalaran keradangan ini penting, karena ia mempengaruhi pola atau
bentuk kerusakan tulang pada penyakit periodontal. Iritasi lokal menyebabkan
peradangan pada tepi gingiva papila interdental sehingga penetrasi peradangan
kejaringan di bawahnya merusak serabut gingiva di sekitar perlekatannya pada
sementum. Kemudian peradangan ini menyebar ke jaringan penyangga yang lebih
dalam yang disebut sebagai zona ko-destruksi, melalui jalan15
:
1. Interproksimal (Interproximal Pathways)
Di daerah interproksimal peradangan menjalar melalui pembuluh darah pada
jaringan ikat jarang kemudian melintasi serat transeptal lalu masuk ke tulang alveolar
melalui pembuluh darah yang menembus puncak alveolar pada septum interdental.
Lokasi tempat masuknya peradangan kedalam tulang tergantung pada lokasi dari
saluran pembuluh darah. Peradangan tersebut dapat menyebar memasuki septum
interdental pada tengah-tengah puncak tulang alveolar atau melalui sisi septum
interdental. Peradangan ini dapat menyebar memasuki tulang alveolar melalui
beberapa saluran pembuluh darah. Setelah mencapai tulang sumsum, peradangan ini
berbalik arah dari tulang ke ligamentum periodontal. Hal yang jarang terjadi
penyebaran peradangan dari gingiva langsung keserabut periodontal dan masuk ke
septum interdental.
2. Fasial dan Lingual (Facial and Lingual Pathways)
Pada permukaan fasial dan lingual peradangan di tepi gingiva menyebar
sepanjang permukaan luar periosteum dan masuk ke ruang sumsum tulang melalui
pembuluh darah yang menembus kortek tulang.
Efek dari trauma oklusi
Arah penjalaran peradangan gingiva dapat dipengaruhi oleh oklusi traumatik.
Tekanan yang berlebihan mengakibatkan :
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
8/12/2019 traumatik oklusi
16/20
28
Perubahan arah susunan serabut transeptal dan horizontal menjadi
angular (miring).
Kompresi, degenerasi dan perubahan susunan serabut periodontal
lainnya.
Glickman dan Smulow menyatakan bahwa pada kasus oklusi traumatik, arah
penjalaran peradangan berubah jalur yang biasanya dari interdental papila ke septum
interdental menjadi dari serat transeptal lansung ke ligamentum periodontal. Akibat
perubahan arah penjalaran peradangan ini terjadi bentuk kerusakan tulang dalam arah
vertikal dan terjadi infrabony pocket.15,17
Tekanan yang berlebihan menyebabkan peregangan serabut principal
periodontal membrane, mengurangi karier yang dibentuk oleh perlekatan serabut-
serabut tadi sehingga memudahkan peradangan menjalar langsung ke ligamentum
periodontal (membran periodontal).
Gambar. 12 Gambaran zona iritasi dan kodestuksi16 Gambar. 13 Gambaran reaksi host-parasit dantrauma oklusi16
Penghilangan faktor risiko oklusi traumatik dengan selektif grinding dan atau
dengan alatalat terapi oklusal lain selama terapi periodontal, memperlihatkan
perubahan yang nyata pada perkembangan penyakit dan meningkatnya hasil
perawatan. Oleh sebab itu, perawatan oklusal harus dipertimbangkan sebagai bagian
perawatan dari keseluruhan perawatan penyakit periodontal.2
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
8/12/2019 traumatik oklusi
17/20
29
2.7 Gambaran klinis dan radiografis trauma oklusi
Kerusakan yang ditimbulkan oleh trauma oklusi periodontal bervariasi
berdasarkan keparahan dari besarnya tekanan serta lamanya waktu terjadinya
perubahan tersebut.7 Terdapat keluhan-keluhan subjektif dan perubahan-perubahan
klinis yang sering ditemukan pada kasus-kasus yang berkaitan dengan trauma oklusi.
Perubahan-perubahan tersebut,12,13
yaitu :
Sakit atau ketidaknyamanan
Sensitif pada tekanan
Sakit pada wajah atau sendi temporomandibula
Resesi pada gingiva
Celah pada gingiva yang disebut Stillmans Cleft
Pembesaran gingiva yang hiperplastis dan menyeluruh atau disebut juga Mc
Calls Festoon.
Poket periodontal / kehilangan perlekatan epitel gingiva
Kegoyangan gigi
Migrasi dan atau posisi gigi yang abnormal
Gambaran RO :
1.
Pelebaran irregular ruang periodontal
2. Pelebaran bagian puncak pada ruang ligamentum periodonsium
3. Diskontinuitas atau penebalan pada lamina dura
4. Kerusakan tulang alveolar ke arah vertikal
5.
Radiolusensi pada furkasi
6. Radiolusensi dan kondensasi tulang alveolar atau resorpsi akar.7,9,13
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
8/12/2019 traumatik oklusi
18/20
30
Gambar. 14 Gambaran Ro jaringan periodonsium akibat oklusi traumatik(A), Pelebaran bagian puncak (crest) pada ruang ligamen periodontium.
(B), Pelebaran yang irregular di seluruh ruang ligamen periodontal.
(C), Bentuk yang angular kehilangan tulang.
(D), Radiolusensi pada bagian furkasi.7
2.8 Diagnosis Trauma Oklusi
Diagnosis trauma oklusi ditegakkan melalui pemeriksaan subjektif, klinis dan
radiologis. Pemeriksaan subjektif dilakukan untuk mengetahui adanya keluhan
seperti rasa sakit dan kegoyangan gigi, serta untuk mengetahui adanya kebiasaan
buruk pada penderita seperti bruksism, menghisap jari, menggigit benda-benda keras
dsb. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk melihat: permukaan oklusal gigi geligi yaitu
adanya atrisi atau abrasi oklusal, hubungan oklusi gigi-gigi di rahang atas dan
rahang bawah pada regio anterior dan posterior pada posisi sentris dan artikulasi
untuk melihat adanya kontak prematur dan blockingserta melihat adanya hubungan
gigi yang edge-to-edge.Selain itu dilihat juga adanya kegoyangan gigi serta derajat
kegoyangannya. Pemeriksaan pada gingiva dilakukan untuk melihat adanya
perubahan pada gingiva berupa pembesaran gingiva, resesi gingiva, celah pada
gingiva, poket periodontal juga pada daerah bifurkasi, kehilangan perlekatan epitel
gingiva, serta abses atau fistula pada gingiva yang umumnya terjadi di daerah
bifurkasi. Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk melihat adanya pelebaran ruang
periodontal, diskontinuitas atau penebalan lamina dura, kerusakan tulang vertikal,
radiolusensi pada bifurkasi, radiolusensi atau kondensasi tulang alveolar atau
resorpsi akar. Gejala-gejala klinis dan radiologis seperti tersebut diatas sering
menyertai trauma oklusi. Diagnosis trauma oklusi ditegakkan bila pemeriksaan
klinis, radiologis dan seringkali disertai dengan keluhan subjektif, menunjukkan
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
8/12/2019 traumatik oklusi
19/20
31
adanya oklusi yang abnormal disertai kerusakan jaringan periodonsium akibat
tekanan oklusal yang melebihi kapasitas jaringan periodonsium untuk menerima
tekanan oklusal tersebut. Sebaliknya bila oklusi yang abnormal tidak disertai dengan
kerusakan jaringan periodonsium tidak dapat didiagnosis sebagai trauma oklusi.12
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
8/12/2019 traumatik oklusi
20/20
2.9 Kerangka Teori
Etiologi oklusi traumatik :
Kontak prematur danBlocking
Gigi hilang yang tidak diganti
Alat prostetik dan restorasi
yang buruk
Kebiasaan buruk
PMATS
Kontak ed e-to-ed e
Oklusi
Traumatik
Iritan Lokal
Keluhan Subjektif :
-
Sakit
-
Tidak nyaman
- Sensitif pada
tekanan
-
Sakit pada
sendi TMJ
Gambaran Klinis :
-
Resesi Gingiva
-
Celah pada gingiva
- Pembesaran
gingiva
-
Poket periodontal
-
Kehilangan
perlekatan epitelgingiva
-
Kegoyangan gigi
-
Migrasi atau posisi
gigi abnormal
Gambaran radiologis :
-
Pelebaran irregular ruang
periodontal dan bagianpuncak pada ruang
ligamentum periodonsium-
Diskontinuitas atau
penebalan pada lamina
dura
-
Kerusakan tulang ke arah
vertikal-
Radiolusensi pada furkasi
- Radiolusensi dan
kondensasi tulang alveolaratau resorpsi akar
Jaringan
Periodonsium