Upload
liany-agnes
View
284
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
7/25/2019 Trauma Spinalis
1/36
BAB I
PENDAHULUAN
Trauma atau cedera medulla spinalis merupakan salah satu penyebab
gangguan fungsi saraf yang sering menimbulkan kecacatan permanen pada usia
muda. Kelainan yang lebih banyak dijumpai pada usia produktif ini seringkali
mengakibatkan penderita harus terbaring di tempat tidur atau duduk di kursi roda
karena tetraplegia atau paraplegia.
Data epidemiologik dari berbagai negara menyebutkan bahwa angka
kejadian (insidensi) trauma ini sekitar 11, ! ",# kasus per 1$$.$$$ penduduk
tiap tahunnya. %elum termasuk dalam data tersebut jumlah penderita yang
meninggal pada saat terjadinya cedera akut (&slam, '$$). edangkan #$* trauma
spinal ini disebabkan kecelakaan lalu lintas, '$* jatuh, #$* luka tembak,
olahraga, kecelakaan kerja. +okasi trauma dislokasi cerical paling sering pada
-' diikuti dengan - dan - terutama pada usia dekade " (apardi, '$$').
-edera akut tulang belakang spinal cord merupakan penyebab yang paling
sering dari kecacatan dan kelemahan setelah trauma. /leh karena itu, ealuasi dan
pengobatan pada cedera tulang belakang, spinal cord dan nere roots memerlukan
pendekatan yang terintegrasi. Diagnosa dini, preerasi fungsi spinal cord dan
pemeliharaan aligment dan stabilitas merupakan kunci keberhasilan manajemen.
0enanganan, rehabilitas spinal cord dan kemajuan perkembangan multidisipliner
tim trauma dan perkembangan metode modern dari fusi cerical dan stabilitas
merupakan hal penting harus dikenal masyarakat (apardi, '$$').
1
7/25/2019 Trauma Spinalis
2/36
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
2.1.1 Anatomi Columna Vertebrali
-olumna ertebralis adalah pilar utama tubuh yang berfungsi melindungi
medulla spinalis dan menunjang berat kepala serta batang tubuh, yang
diteruskannya ke lubang2lubang paha dan tungkai bawah. 3asing2masing tulang
dipisahkan oleh diskus interertebralis.
ertebralis dikelompokkan sebagai berikut4
a. ertebra -ericalis
ertebra cericalis ini memiliki dens, yang mirip dengan pasak.
ertebra cericalis ketujuh disebut prominan karena mempunyai
prosesus spinosus paling panjang.
b. ertebra Thoracalis
5kurannya semakin besar mulai dari atas kebawah. -orpus berbentuk
jantung, berjumlah 1' buah yang membentuk bagian belakang thora6.
c. ertebra +umbalis
-orpus setiap ertebra lumbalis bersifat masif dan berbentuk ginjal,
berjumlah buah yang membentuk daerah pinggang, memiliki corpus
ertebra yang besar ukurannya sehingga pergerakannya lebih luas
kearah fleksi.
d. /s. acrum
Terdiri dari os. sacrum yang membentuk sakrum atau tulangkengkang dimana ke ertebral ini rudimenter yang bergabung yang
membentuk tulang bayi.
e. /s. -occygeal
Terdiri dari # tulang yang juga disebut ekor pada manusia, mengalami
rudimenter. %eberapa segmen ini membentuk 1 pasang saraf
coccygeal.
'
7/25/2019 Trauma Spinalis
3/36
!ambar 1 . Anatomi Columna Vertebrali
+engkung kolumna ertebralis jika dilihat dari samping maka kolumnaertebralis memperlihatkan empat kura atau lengkung antero2posterior yaitu
lengkung ertikal pada daerah leher melengkung kedepan daerah torakal
melengkung kebelakang, daerah lumbal kedepan dan daerah pelis melengkung
kebelakang. Kedua lengkung yang menghadap pasterior, yaitu torakal dan pelis,
disebut promer karena mereka mempertahankan lengkung aslinya kebelakang dari
hidung tulang belakang, yaitu bentuk (sewaktu janin dengan kepala membengkak
ke bawah sampai batas dada dan gelang panggul dimiringkan keatas kearah depan
"
7/25/2019 Trauma Spinalis
4/36
badan. Kedua lengkung yang menghadap ke anterior adalah sekunder "lengkung
serikal berkembang ketika anak2anak mengangkat kepalanya untuk melihat
sekelilingnya sambil menyelidiki, dan lengkung lumbal di bentuk ketika ia
merangkak, berdiri dan berjalan serta mempertahankan tegak.
7ungsi dari kolumna ertebralis yaitu sebagai penunjang badan yang
kokoh dan sekaligus bekerja sebagai penyangga ke depan perantaraan tulang
rawan cakram interertebralis yang lengkungnya memberikan fleksibilitas dan
memungkinkan membongkok tanpa patah. -akramnya juga berguna untuk
menyerap goncangan yang terjadi bila menggerakkan berat badan seperti waktu
berlari dan meloncat, dan dengan demikian otak dan sumsum belakang terlindung
terhadap goncangan. Disamping itu juga untuk memikul berat badan,
menyediakan permukaan untuk kartan otot dan membentuk tapal batas posterior
yang kukuh untuk rongga2rongga badan dan memberi kaitan pada iga. (8eltan.
-. 0earah, 199: dalam &lham, '$$;)
2.1.2 Anatomi #e$ulla S%inali
3edulla spinalis atau sumsum tulang belakang bermula ada medulla
oblongata, menjulur kearah kaudal melalu foramen magnum dan berakhir diantara
ertebra2lumbalis pertama dan kedua. Disini medulla spinalis meruncing sebagai
konus medularis, dan kemudian sebuah sambungan tipis dari piameter yang
disebut filum terminale, yang menembus kantong durameter, bergerak menuju
koksigis. umsum tulang belakang yang berukuran panjang sekitar # cm ini,
pada bagian depannya dibelah oleh fisura anterior yang dalam, sementara bagian
belakang dibelah oleh sebuah fisura sempit.
3edula spinalis adalah bagian dari susunan saraf pusat yang seluruhnyaterletak dalam kanalis ertebralis, dikelilingi oleh tiga lapis selaput pembungkus
yang disebut meningen. +apisan2lapisan dan struktur yang mengelilingi medula
spinalis dari luar ke dalam antara lain 4
1. dinding kanalis ertebralis (terdiri atas ertebrae dan ligamen)
'. lapisan jaringan lemak (ekstradura) yang mengandung anyaman pembuluh2
pembuluh darah ena
#
7/25/2019 Trauma Spinalis
5/36
". duramater
#. arachnoid
. ruangan subaraknoid (caitas subarachnoidealis) yang berisi li
7/25/2019 Trauma Spinalis
6/36
+apisan meningen terdiri atas pachymenin6 (duramater) dan leptomenin6
(arachnoid dan piamater). 0ada masa kehidupan intrauterin usia " bulan, panjang
medula spinalis sama dengan panjang kanalis ertebralis, sedang dalam masa2
masa berikutnya kanalis ertebralis tumbuh lebih cepat dibandingkan medula
spinalis sehingga ujung kaudal medula spinalis berangsur2angsur terletak pada
tingkat yang lebih tinggi. 0ada saat lahir, ujung kaudal medula spinalis terletak
setinggi tepi kaudal corpus ertebrae lumbalis &&. 0ada usia dewasa, ujung kaudal
medula spinalis umumnya terletak setinggi tepi kranial corpus ertebrae lumbalis
&& atau setinggi discus interertebralis antara corpus ertebrae lumbalis & dan &&.
Terdapat banyak jalur saraf (tractus) di dalam medula spinalis. alur saraf tersebut
dapat dilihat pada gambar di berikut.
!ambar &. Berba'ai (alur ara) $alam me$ula %inali
3edula pinalis merupakan kelanjutan dari otak dimulai setinggi foramen
occipitalis magnum melanjutkan ke bawah di dalam canalis spinalis dan berakhir
pada conus medullaris setinggi .+umbalis &. Kemudian hanya berupa serabut2
serabut saraf yang disebut caudal a
7/25/2019 Trauma Spinalis
7/36
%agian tepi atau corte6 mengandung serat2serat saraf (white matter) dan bagian
tengahnya berwarna gelap (grey matter) yang mengandung sel2sel body dan
bentuknya seperti kupu2kupu. Dari medulla spinalis ini keluar masuk serabut saraf
sebanyak "1 pasang yang melalui foramen interertebralis. ebagaimana otak
medulla spinalis juga dilapisi oleh selaput meningen dan mengandung cairan otak.
0ada medulla spinalis terdapat rute utama pada setiap ketiga columna alba. 0ada
tractus asendens terdiri atas tiga tractus yaitu4
1. Tractus spinothalamicus anterior atau entralis
3eneruskan impuls taktil dan tekanan dari medulla ke thalamus. erabutnyadimulai pada collumna posterior substantia grisea dari sisi berseberangan dan
melintas diatas commisura alba anterior sebelum naik pada columna alba anterior.
'. Tractus spinothalamicus lateralis
3embawa impuls sakit dan temperatur ke thalamus. erabutnya bergabung pada
medulla dengan serabut dari tractus spinothalamicus anterior untuk membentuk
lemnicus spinalis. erabut keluar dari sel yang terletak pada cornu posterior
subatantia grisea sisi seberangannya dan terutama berjalan naik pada columna
lateralis.
". Tractus spinothalamicus anterior posterior atau entralis dorsalis
3eneruskan informasi ke cerebellum yang dapat membantu koordinasi otot
(aktiitas sinergik) dan tonus otot juga sentuhan dan tekanan. erabut2 serabut
saraf mulai keluar pada cornu posterius dari sisi yang sama dan berjalan menuju
columna alba lateralis.
:
7/25/2019 Trauma Spinalis
8/36
Tractus desendens terdiri atas4
1. Tractus corticospinalis atau cerebrospinalis anterior atau entralis
Tersusun atas serabut2serabut yang berjalan turun melalui otak dari corte6 cerebri.
3edulla terletak didekat fissura antero2media dan berhubungan dengan kontrol
oluntaris dari otot skeletal. Tractus menjadi lebih kecil ketika berjalan naik dan
hampir hilang pada regio thoracis media karena pada ketinggian ini sebagian besar
serabut pembentuknya sudah menyeberang ke sisi berlawanan untuk berakhir
dengan cara membentuk sinaps di sekitar cornu anterior dari neuron motoris
inferior. %eberapa serabut yang masih tersisa akan berakhir pada columna anterior
substantia grisea pada sisi chorda yang sama.
'. Tractus lateralis atau tractus pyramidalis transerse
3engandung sejumlah besar serabut untuk mengontrol gerak otot olunter.
erabutnya keluar pada corte6 motoris dan melintang diatas atau bergabung
dengan tractus sisi seberangnya pada medulla.
". Tractus estibulospinalis
uga berjalan turun pada columna anterior substantia alba. Tractus ini mempunyai
hubungan dengan fungsi keseimbangan dan postur. erabut saraf mulai keluar
pada medulla di sisi yang sama dari gabungan sel2sel yang disebut nucleus
estibularis.
#. Tractus rubrospinalis
Terletak tepat di depan tractus corticospinalis lateralis, serabutnya dimulai pada
mesenchepalon dan berjalan turun untuk berakhir di sekitar sel2sel cornu anterius.
%erhubungan dengan kontrol aksi otot dan merupakan bagian utama dari sistem
e6trapyramidal.
Tractus motoris dan sensoris merupakan tractus yang paling penting di dalam otak
dan medulla spinalis dan mempunyai hubungan yang erat untuk gerakan motoris
;
7/25/2019 Trauma Spinalis
9/36
oluntaris, sensasi rasa sakit, temperatur dan sentuhan dari organ2 organ indera
pada kulit dan impuls propioseptif dari otot dan sendi.
Tractus corticospinalis atau pyramidalis atau motoris berasal dari corte6 motoriiusprecentralis, serabutnya berjalan turun melalui capsula interna pada genu dan
duapertiga anterior limbus posterior.
Tractus cortico entralis mengendalikan neuron2neuron motorik yang melayani
otot2otot pada truncus termasuk mm.intercostalis dan abdominalis. emua neuron
yang menyalurkan impul2impuls motorik ke nuclei motorii di dalam batang otak
dan medulla spinalis dapat disebut sebagai neuron motor atas (upper motor
neuron). &mpuls2impuls motorik ini dapat disalurkan melalui jalur2 jalur saraf
yang termasuk dalam susunan pyramidal dan susunan ekstrapyramidal oleh karena
itu dalam area yang luas sel2sel neuron yang membentuk jalur desendens
pyramidal (tractus corticobulbaris dan corticospinalis) dan ekstrapyramidal
(tractus reticulospinalis dan rubrospinalis) dapat disebut sebagai neuron motor
atas sedangkan neuron2neuron motorik di dalam nuclei motorii di dalam batang
otak dan medulla spinalis dapat disebut neuron motor bawah (lower motor
neuron).
0ada sumsum tulang belakang terdapat dua penebalan, serikal dan
lumbal. Dari penebalan ini, ple6us2ple6us saraf bergerak guna melayani anggota
badan atas dan bawah dan ple6us dari daerah thora6 membentuk saraf2saraf
interkostalis. 7ungsi sumsum tulang belakang adalah mengadakan komunikasi
antara otak dan semua bagian tubuh dan bergerak refleks.
5ntuk terjadinya gerakan refleks, dibutuhkan struktur sebagai berikut4
1. /rgan sensorik4 menerima impuls, misalnya kulit
'. erabut saraf sensorik4 mengantarkan impuls2impuls tersebut menuju
sel2sel dalam ganglion radi6 posterior dan selanjutnya menuju
substansi kelabu pada kornu posterior mendula spinalis.
". umsum tulang belakang, dimana serabut2serabut saraf penghubung
menghantarkan impuls2impuls menuju kornu anterior medula spinalis.
9
7/25/2019 Trauma Spinalis
10/36
#. el saraf motorik4 dalam kornu anterior medula spinalis yang
menerima dan mengalihkan impuls tersebut melalui serabut sarag
motorik.
. /rgan motorik yang melaksanakan gerakan karena dirangsang oleh
impuls saraf motorik.
. Kerusakan pada sumsum tulang belakang khususnya apabila terputus
pada daerah torakal dan lumbal mengakibatkan (pada daerah torakal)
paralisis beberapa otot interkostal, paralisis pada otot abdomen dan
otot2otot pada kedua anggota gerak bawah, serta paralisis sfinker pada
uretra dan rektum.
%erikut ini adalah fungsi dari tiap segmen saraf pada tulang belakang4
!ambar *. +un'i e'men tulan' bela,an'
1$
7/25/2019 Trauma Spinalis
11/36
Le-el +untion
-12- =eckfle6ors
-12T1 =ecke6tensors
-", -#,
-
upplydiaphragm(mostly-#)
-,- houldermoement, raise arm (deltoid)> fle6ion of elbow (biceps)>
C/e6ternally rotates the arm (supinates)
-,-: 86tends elbowand wrist(tricepsand wrist e6tensors)>pronateswrist
-:,T1 7le6es wrist
upply small muscles of the hand
T12T &ntercostalsand trunkaboe the waist
T:2+1 ?bdominalmuscles
+1, +',
+", +#
Thighfle6ion
+', +",
+#
Thighadduction
86tensionoflegat theknee(
7/25/2019 Trauma Spinalis
12/36
-edera medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang
disebabkan seringkali oleh kecelakaan lalu lintas. ?pabila cedera itu mengenai
daerah serikal pada lengan, badan dan tungkai mata penderita itu tidak tertolong.
Dan apabila saraf frenitus itu terserang maka dibutuhkan pernafasan buatan,
sebelum alat pernafasan mekanik dapat digunakan
2.& Etiolo'i (')
Trauma medulla spinalis dapat terjadi karena,
Kecelakaan
+uka tusuk atau tembak
Tumor
2.* Klai)i,ai(") ()
-edera 3edulla spinalis dapat dibagi menjadi komplet dan tidak komplet
berdasarkan adaAtidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi.
Tabel 1 4 Klasifikasi lesi trauma medulla spinalis (9)
Terdapat sindrom utama cedera medulla spinalis inkomplet
menurutAmerican Spinal Cord Injury Associationyaitu 4 (1) -entral -ord
yndrome, (') ?nterior -ord yndrome, (") %rown e
7/25/2019 Trauma Spinalis
13/36
yndrome. +ee menambahkan lagi sebuah sindrom inkomplet yang sangat
jarang terjadi yaitu 0osterior -ord yndrome
-entral -ord yndrome (--) biasanya terjadi setelah cedera
hiperekstensi. ering terjadi pada indiidu di usia pertengahan dengan
spondilosis cericalis. 0redileksi lesi yang paling sering adalah medulla
spinalis segmen serikal, terutama pada ertebra -#2-. ebagian kasus tidak
ditandai oleh adanya kerusakan tulang. 3ekanisme terjadinya cedera adalah
akibat penjepitan medulla spinalis oleh ligamentum flaum di posterior dan
kompresi osteofit atau material diskus dari anterior. %agian medulla spinalis
yang paling rentan adalah bagian dengan askularisasi yang paling banyak
yaitu bagian sentral. 0ada -entral -ord yndrome, bagian yang palingmenderita gaya trauma dapat mengalami nekrosis traumatika yang permanen.
8dema yang ditimbulkan dapat meluas sampai 12' segmen di bawah dan di
atas titik pusat cedera. ebagian besar kasus -entral -ord
yndrome menunjukkan hipoAisointens pada T1 dan hiperintens pada T',
yang mengindikasikan adanya edema
Bambaran khas -entral -ord yndrome adalah kelemahan yang lebih
prominen pada ekstremitas atas dibanding ektremitas bawah. 0emulihan
fungsi ekstremitas bawah biasanya lebih cepat, sementara pada ekstremitas
atas (terutama tangan dan jari) sangat sering dijumpai disabilitas neurologic
permanen. Cal ini terutama disebabkan karena pusat cedera paling sering
adalah setinggi -#2- dengan kerusakan paling hebat di medulla spinalis
- dengan lesi +3=. Bambaran klinik dapat berariasi, pada beberapa kasus
dilaporkan disabilitas permanen yang unilateral.
1"
7/25/2019 Trauma Spinalis
14/36
Tabel ' 4 Klasifikasi trauma medulla spinalis inkomplit (1$)
2.0 #e,anime Ce$era
?da # mekanisme yang mendasari 4
a. Kompresi oleh tulang, ligamen, benda asing, dan hematoma. Kerusakan
paling berat disebabkan oleh kompresi dari fragmen korpus ertebra yang
tergeser ke belakang dan cedera hiperekstensi.
b. TarikanAregangan jaringan4 regangan berlebih yang menyebabkan
gangguan jaringan biasanya setelah hiperfleksi. Toleransi regangan pada
medulla spinalis menurun sesuai usia yang meningkat.
c. 8dema medulla spinalis timbul segera dan menimbulkan gangguan
sirkulasi kapiler lebih lanjut serta aliran balik ena yang menyertai cedera
primer.
d. Bangguan sirkulasi merupakan hasil kompresi oleh tulang atau strukttur
lain pada sistem arteri spinal posterior atau anterior.
Kecelakaan automobil, terjatuh, olahraga, kecelakaan industri, tertembak
peluru, dan luka tusuk dapat menyebabkan trauma medulla spinal. ebagian besar
pada medulla spinal serikal bawah (-#2-:, T1), dan sambungan torakolumbal
(T112T1', +1). 3edulla spinal torakal jarang terkena.
-edera medulla spinalis dapat diklasifikasikan sesuai dengan leel,
beratnya defisit neurologik, spinal cord syndrome, dan morfologi.
1#
7/25/2019 Trauma Spinalis
15/36
A. Le-el
+eel neurologist adalah segmen paling kaudal dari medulla spinalis
yang masih dapat ditemukan keadaan sensoris dan motoris yang normal di
kedua sisi tubuh. ?pabila leel sensoris digunakan, ini menunjukan kearah
bagian segmen kaudal medulla spinalis dengan fungsi sensoris yang normal
pada ke dua bagian tubuh. +eel motoris dinyatakan seperti sensoris, yaitu
daerah paling kaudal dimana masih dapat ditemukan motoris dengan tenaga
"A pada lesi komplit, mungkin masih dapat ditemukan fungsi sensoris
maupun motoris di bawah leel sensorisAmotoris. &ni disebut sebagai daerah
dengan preserasi parsialE. 0enentuan dari leel cedera pada dua sisi adalah
penting.
Terdapat perbedaan yang jelas antara lesi di bawah dan di atas T1.
-edera pada segmen serikal diatas T1 medulla spinalis menyebabkan
7/25/2019 Trauma Spinalis
16/36
1. ensasi (termasuk sensasi posisi) atau gerakan olunteer pada
ekstremitas bawah.
'. akra l sparing, sebagai contoh4 sensasi perianal, kontraksi sphincter
ani secara olunter atau fleksi jari kaki olunter.
uatu cedera tidak dikualifikasikan sebagai tidak komplit hanya
dengan dasar adanya reserasi refleks sacral saja, misalnya
bulbocaernosus, atau anal wink. Gefleks tendo dalam juga mungkin
dipreserasi pada cedera tidak komplit.
C. S%inal Cor$ Sn$rome
%eberapa tanda yang khas untuk cedera neurologist kadang2kadang
dapat dilihat pada penderita dengan cedera medulla spinalis. 0ada sentral cord
syndrome yang khas adalah bahwa kehilangan tenaga pada ekstremitas atas,
lebih besar dibanding ekstremitas bawah, dengan tambahan adanya
kehilangan adanya sensasi yang berariasi. %iasanya hal ini terjadi cedera
hiperekstensi pada penderita dengan riwayat adanya stenosis kanalis seikalis
(sering disebabkan oleh osteoarthritis degeneratif). Dari anamnesis umumnya
ditemukan riwayat terjatuh ke depan yang menyebabkan tumbukan pada
wajah yang dengan atau tanpa fraktur atau dislokasi tulang serikal.
0enyembuhannya biasanya mengikuti tanda yang khas dengan
penyembuhan pertama pada kekuatan ekstremitas bawah. Kemudian fungsi
kandung kemih lalu kearah proksimal yaitu ekstremitas atas dan berikutnya
adalah tangan. 0rognosis penyembuhannya sentral cord syndrome lebih baik
dibandingkan cedera lain yang tidak komplit. entral cord syndrome diduga
disebabkan karena gangguan askuler pada daerah medulla spinalis padadaerah distribusi arteri spinalis anterior. ?rteri ini mensuplai bagian tengah
medulla spinalis. Karena serabut saraf motoris ke segmen serikal secara
topografis mengarah ke senter medulla spinalis, inilah bagian yang paling
terkena.
?nterior cord syndrome ditandai dengan adanya paraplegia dan
kehilangan dissosiasi sensoris terhadap nyeri dan sensasi suhu. 7ungsi
kolumna posterior (kesadaran posisi, ibrasi, tekanan dalam) masih
1
7/25/2019 Trauma Spinalis
17/36
ditemukan. %iasanya anterior cord syndrome disebabkan oleh infark medulla
spinalis pada daerah yang diperdarahi oleh arteri spinalis anterior. indrom ini
mempunyai prognosis yang terburuk diantara cidera inkomplik.
%rown e
7/25/2019 Trauma Spinalis
18/36
-edera yang mengenai kolumna spinalis akan diuraikan dalam urutan
anatomis, dari cranial mengarah keujung kaudal tulang belakang.
Dislokasi atlanto ! oksipita (atlanto ! occipital dislokatiaon)
-edera ini jarang terjadi dan timbul sebagai akibat dari
trauma fleksi dan distraksi yang hebat. Kebanyakan penderita
meninggal karena kerusakan batang otak. Kerusakan neurologist
yang berat ditemukan pada leel saraf karanial bawah.kadang !
kadang penderita selamat bila resusitasi segera dilakukan ditempat
kejadian.
7raktur atlas (-21)
?tlas mempunyai korpus yang tipis dengan permukaan
sendi yang lebar. 7raktur -21 yang paling umum terdiri dari burst
fraktur (fraktur efferson). 3ekanisme terjadinya cedera adalah
a6ial loading, seperti kepala tertimpa secara ertikal oleh benda
berat atau penderita terjatu dengan puncak kepala terlebih dahulu.
7raktur jefferson berupa kerusakan pada cincin anterior maupun
posterior dari -21, dengan pergeseran masa lateral. 7raktur akan
terlihat jelas dengan proyeksi open mouth dari daerah -21 dan -2'
dan dapat dikomfirmasikan dengan -T can. 7raktur ini harus
ditangani secara awal dengan koral seikal.
Gotary sublu6ation dari -21
-edera ini banyak ditemukan pada anak !anak. Dapat
terjadi spontan setelah terjadi cedera beratA ringan, infeksi saluran
napas atas atau penderita dengan rematoid arthritis. 0enderita
terlihat dengan rotasi kepala yang menetap. .pada cedera ini jarak
odontoid kedua lateral mass -21 tidak sama, jangan dilakukan
rotasi dengan paksa untuk menaggulangi rotasi ini, sebaiknya
dilakukan imobilisasi. Dan segera rujuk.
7raktur aksis(-2')
?ksis merupakan tulang ertebra terbesar dan mempunyai
bentuk yang istimewah karena itu mudah mengalami cedera.
1. fraktur odontoid
Kurang $* dari fraktur -2' mengenai odontoid suatu
tonjolan tulang berbentuk pasak. 7raktur ini daoat
1;
7/25/2019 Trauma Spinalis
19/36
diidentifikasi dengan foto ronsen serikal lateral atau buka
mulut.
'. 7raktur dari elemen posterior dari -2'
7raktur hangman mengenai elemen posterior -2', pars
interartikularis '$ * dari seluruh fraktur aksis fraktur
disebabkan oleh fraktur ini. Disebabkan oleh trauma tipe
ekstensi, dan harus dipertahankan dalam imobilisasi
eksternal.
7raktur dislocation ( -2" sampai -2:)
7raktur -2" sangat jarang terjadi, hal ini mungkin
disebabkan letaknya berada diantara aksis yang mudah mengalami
cedera dengan titik penunjang tulang serikal yang mobile, seperti-2 dan -2, dimana terjadi fleksi dan ekstensi tulang serikal
terbesar.
7raktur ertebra torakalis ( T21 sampai T21$)
7raktur ertebra Torakalis dapat diklasifikasikan menjadi #
kategori 4 (1) cedera baji karena kompresi bagian korpus anterior,
(') cedera bursi, (") fraktur -hance, (#) fraktur dislokasi.
?6ial loading disertai dengan fleksi menghasilkan cedera kompresi
pada bagian anterior. Tip kedua dari fraktur torakal adalah cedera
burst disebabkan oleh kompresi ertical aksial. 7raktur dislokasi
relatie jarang pada daerah T21 sampai T21$.
7raktur daerah torakolumbal (T211 sampai +21) fraktur lumbal
7raktur di daerah torakolumbal tidak seperti pada cedera
tulang serikal, tetapi dapat menyebabkan morbiditas yang jelas
bila tidak dikenali atau terlambat mengidentifikasinya. 0enderita
yang jatuh dari ketinggian dan pengemudi mobil memakai sabuk
pengaman tetapi dalam kecepatan tinggi mempunyai resiko
mengalami cedera tipe ini. Karena medulla spinalis berakhir pada
leel ini , radiks saraf yang membentuk kauda ekuina bermula pada
daerah torakolumbal
2./ Pato)iiolo'i
Tulang belakang yang mengalami gangguan trauma dapat menyebabkan
kerusakan pada medulla spinalis, tetapi lesi traumatic pada medulla spinalis tidak
19
7/25/2019 Trauma Spinalis
20/36
selalu terjadi karena fraktur dan dislokasi. 8fek trauma yang tidak langsung
bersangkutan tetapi dapat menimbulkan lesi pada medulla spinalis disebut
whiplashEAtrauma indirek. Hhiplash adalah gerakan dorsofleksi dan anterofleksi
berlebihan dari tulang belakang secara cepat dan mendadak.
Trauma whiplash terjadi pada tulang belakang bagian serikalis bawah
maupun torakalis bawah misalnya pada waktu duduk dikendaraan yang sedang
cepat berjalan kemudian berhenti secara mendadak. ?tau pada waktu terjun dari
jarak tinggi menyelam dan masuk air yang dapat mengakibatkan paraplegia.
Trauma tidak langsung dari tulang belakang berupa hiperekstensi,
hiperfleksi, tekanan ertikal (terutama pada T1' sampai +'), rotasi. Kerusakan
yang dialami medulla spinalis dapat bersifat sementara atau menetap ?kibat
trauma terhadap tulang belakang, medula spinalis dapat tidak berfungsi untuk
sementara (komosio medulla spinalis), tetapi dapat sembuh kembali dalam
beberapa hari. Bejala yang ditimbulkan adalah berupa edema, perdarahan peri
askuler dan infark disekitar pembuluh darah. 0ada kerusakan medulla spinalis
yang menetap, secara makroskopis kelainannya dapat terlihat dan terjadi lesi,
contusio, laserasio dan pembengkakan daerah tertentu di medulla spinalis.
+aserasi medulla spinalis merupakan lesi berat akibat trauma tulang
belakang secara langsung karena tertutup atau peluru yang dapat mematahkan
Amenggeserkan ruas tulang belakang (fraktur dan dislokasi). +esi transersa
medulla spinalis tergantung pada segmen yang terkena (segmen transersa,
hemitransersa, kuadran transersa). Cematomielia adalah perdarahan dalam
medulla spinalis yang berbentuk lonjong dan bertempat disubstansia grisea.
Trauma ini bersifat whiplash yaitu jatuh dari jarak tinggi dengan sifat badan
berdiri, jatuh terduduk, terdampar eksplosi atau fraktur dislokasio.kompresimedulla spinalis terjadi karena dislokasi, medulla spinalis dapat terjepit oleh
penyempitan kanalis ertebralis.
uatu segmen medulla spinalis dapat tertekan oleh hematoma ekstra
meduler traumatic dan dapat juga tertekan oleh kepingan tulang yang patah yang
terselip diantara duramater dan kolumna ertebralis. Bejala yang didapat sama
dengan sindroma kompresi medulla spinalis akibat tumor, kista dan abses didalam
kanalis ertebralis.
'$
7/25/2019 Trauma Spinalis
21/36
?kibat hiperekstensi dislokasio, fraktur dan whislap radiks saraf spinalis
dapat tertarik dan mengalami jejasAreksis. 0ada trauma whislap, radiks columna 2
: dapat mengalami hal demikian, dan gejala yang terjadi adalah nyeri radikuler
spontan yang bersifat hiperpatia, gambaran tersebut disebut hematorasis atau
neuralgia radikularis traumatik yang reersible. ika radiks terputus akibat trauma
tulang belakang, maka gejala defisit sensorik dan motorik yang terlihat adalah
radikuler dengan terputusnya arteri radikuler terutama radiks T; atau T9 yang
akan menimbulkan defisit sensorik motorik pada dermatoma dan miotoma yang
bersangkutan dan sindroma sistema aaanastomosis anterial anterior spinal.
2. #ani)etai Lei Traumati
3anifestasi klinis bergantung pada lokasi yang mengalami trauma dan
apakah trauma terjadi secara parsial atau total. %erikut ini adalah manifestasi
berdasarkan lokasi trauma 4
?ntara -1 sampai -
Gespiratori paralisis dan kuadriplegi, biasanya pasien meninggal
?ntara - dan -
0aralisis kaki, tangan, pergelangan> abduksi bahu dan fleksi siku yang lemah>
kehilangan refleks brachioradialis
?ntara - dan -:
0aralisis kaki, pergelangan, dan tangan, tapi pergerakan bahu dan fleksi siku
masih bisa dilakukan> kehilangan refleks bisep
?ntara -: dan -;
0aralisis kaki dan tangan
-; sampai T1
CornerIs syndrome (ptosis, miotic pupils, facial anhidrosis), paralisis kaki
?ntara T11 dan T1'
0aralisis otot2otot kaki di atas dan bawah lutut
T1' sampai +1
0aralisis di bawah lutut
-auda e
7/25/2019 Trauma Spinalis
22/36
Ciporefle6 atau paresis e6tremitas bawah, biasanya nyeri dan usually pain and
hyperesthesia, kehilangan control bowel dan bladder
" sampai atau conus medullaris pada +1
Kehilangan kontrol bowel dan bladder secara total
%ila terjadi trauma spinal total atau complete cord injury, manifestasi yang
mungkin muncul antara lain total paralysis, hilangnya semua sensasi dan aktiitas
refleks (3erck,'$1$).
Komosio Medula Spinalis
Komosio medula spinalis adalah suatu keadaan dimana fungsi medula spinalis
hilang sementara akibat suatu trauma dengan atau tanpa disertai fraktur atau
dislokasi. embuh sempurna akan terjadi dalam waktu beberapa menit hingga
beberapa jam A hari tanpa meninggalkan gejala sisa.
Kerusakan reersibel yang mendasari komosio medula spinalis berupa edema,
perdarahan periaskuler kecil2kecil dan infark disekitar pembuluh darah. 0ada
inspeksi makroskopik medula spinalis tetap utuh. %ila paralisis total dan
hilangnya sensibilitas menetap lebih dari #; jam maka kemungkinan sembuh
sempurna menipis dan perubahan pada medula spinalis lebih mengarah ke
perubahan anatomik daripada fisiologik.
Kontusio Medula Spinalis
%erbeda dengan komosio medula spinalis yang diduga hanya merupakan
gangguan fisiologik saja tanpa kerusakan anatomik makroskopik, maka pada
kontusio medula spinalis didapati kerusakan makroskopik dan mikroskopik
medula spinalis yaitu perdarahan, pembengkakan (edema), perubahan neuron,
reaksi peradangan.
0erdarahan didalam substansia alba memperlihatkan adanya bercak2bercak
degenerasi Haller dan pada kornu anterior terjadi hilangnya neuron yang diikuti
proliferasi mikroglia dan astrosit.
Laserasio Medula Spinalis
''
7/25/2019 Trauma Spinalis
23/36
0ada laserasio medula spinalis terjadi kerusakan yang berat akibat diskontinuitas
medula spinalis. %iasanya penyebab lesi ini adalah luka tembak atau
bacokAtusukan, fraktur dislokasi ertebra.
Perdarahan
?kibat trauma, medula spinalis dapat mengalami perdarahan epidural, subdural
maupun hematomiella. Cematom epidural dan subdural dapat terjadi akibat
trauma maupun akibat anestesia epidural dan sepsis. Bambaran klinisnya adalah
adanya trauma yang relatif ringan tetapi segera diikuti paralisis flaksid berat
akibat penekanan medula spinalis. Kedua keadaan diatas memerlukan tindakan
darurat bedah. Cematomiella adalah perdarahan di dalam substansia griseamedula spinalis. 0erdarahan ini dapat terjadi akibat fraktur2dislokasi, trauma
Hhisplash atau trauma tidak langsung misalnya akibat gaya eksplosi atau jatuh
dalam posisi berdiriAduduk. Bambaran klinisnya adalah hilangnya fungsi medula
spinalis di bawah lesi, yang sering menyerupai lesi transersal. Tetapi setelah
edema berkurang dan bekuan darah diserap maka terdapat perbaikan2perbaikan
fungsi funikulus lateralis dan posterior medula spinalis. Cal ini menimbulkan
gambaran klinis yang khas hematomiella sebagai berikut 4 terdapat paralisis
flaksid dan atrofi otot setinggi lesi dan dibawah lesi terdapat paresis spastik,
dengan utuhnya sensibilitas nyeri dan suhu serta fungsi funikulus posterior.
Kompresi Medula Spinalis
Kompresi medula spinalis dapat terjadi akibat dislokasi ertebra maupun
perdarahan epi dan subdural. Bambaran klinisnya sebanding dengan sindrom
kompresi medula spinalis akibat tumor, kista dan abses di dalam kanalis
ertebralis. ?kan didapati nyeri radikuler, dan paralisis flaksid setinggi lesi akibat
kompresi pada radiks saraf tepi.
?kibat hiperekstensi, hiperfleksi, dislokasi, fraktur dan gerak lecutan (Hhiplash)
radiks saraf tepi dapat tertarik dan mengalami jejas (reksis).
0ada trauma lecutan radiks -2: dapat mengalami hal demikian, dan
menimbulkan nyeri radikuler spontan. Dulu gambaran penyakit ini dikenal
sebagai hematorakhis, yang sebenarnya lebih tepat dinamakan neuralgia
'"
7/25/2019 Trauma Spinalis
24/36
radikularis traumatik yang reersibel. Di bawah lesi kompresi medula spinalis
akan didapati paralisis spastik dan gangguan sensorik serta otonom sesuai dengan
derajat beratnya kompresi. Kompresi konus medularis terjadi akibat fraktu2
dislokasi ertbra +1, yang menyebabkan rusaknya segmen sakralis medula
spinalis. %iasanya tidak dijumpai gangguan motorik yang menetap, tetapi terdapat
gangguan sensorik pada segmen sakralis yang terutama mengenai daerah sadel,
perineum dan bokong.
Di samping itu djumpai juga gangguan otonom yang berupa retensio urine serta
pada pria terdapat impotensi. Kompresi kauda ekuina akan menimbulkan gejala,
yang bergantug pada serabut saraf spinalis mana yang terlibat. ?kan dijumpaiparalisis flaksid dan atrofi otot. Bangguan sensorik sesuai dengan dermatom yang
terlibat.
Kompresi pada saraf spinalis ', " dan # akan menyebabkan retensio urin dan
hilangnya kontrol olunter esika urinaria, inkontinensia ali dan impotensi.
Hemiseksi Medula Spinalis
%iasanya dijumpai pada luka tembak atau luka tusukAbacok di medula spinalis.
Bambaran klinisnya merupakan sindrom %rown e
7/25/2019 Trauma Spinalis
25/36
kornu anterior medula spinalis segmen serikal atau akibat terlibatnya serabut
traktus kortikospinalis yang terletak lebih medial di kolumna lateralis medula
spinalis. indrom ini sering dijumpai pada penderita spondilitis serikal.
Transeksi Medula Spinalis
%ila medula spinalis secara mendadak rusak total akibat lesi transersal maka
akan dijumpai " macam gangguan yang muncul serentak yaitu 4
1. semua gerak olunter pada bagian tubuh yang terletak di bawah lesi akan
hilang fungsinya secara mendadak dan menetap
'. semua sensibilitas daerah di bawah lesi menghilang
". semua fungsi reflektorik pada semua segmen dibawah lesi akan hilang.
8fek terakhir ini akan disebut renjatan spinal (spinal shock), yang
melibatkan baik refleks tendon maupun refleks otonom. Kadang kala pada
fase renjatan ini masih dapat dijumpai refleks bulbokaernosus dan atau
refleks anal. 7ase renjatan spinal ini berlangsung beberapa minggu sampai
beberapa bulan ("2 mingu)
0ada anak2anak, fase shock spinal berlangsung lebih singkat daripada orang
dewasa yaitu kurang dari 1 minggu. %ila terdapat dekubitus, infeksi traktus
urinarius atau keadaan metabolik yang terganggu, malnutrisi, sepsis, maka fase
syok ini akan berlangsung lebh lama.
3c-ough mengemukakan " faktor yang mungkin berperan dalam mekanisme
syok spinal.
1. Cilangnya fasilitas traktus desendens
'. &nhibisi dari bawah yang menetap, yang bekerja pada refleks ekstensor,
dan
". Degenerasi aksonal interneuron
'
7/25/2019 Trauma Spinalis
26/36
Karena fase renjatan spinal ini amat dramatis, Gidoch menggunakannya sebagai
dasar pembagian gambaran klinisnya atas ' bagian, ialah renjatan spinal atau
arefleksia dan aktiitas refleks yang meningkat.
Syok spinal atau arefleksia
esaat setelah trauma, fungsi motorik dibawah tingkat lesi hilang, otot flaksid,
refleks hilang, paralisis atonik esika urinaria dan kolon, atonia gaster dan
hipestesia. uga di bawah tingkat lesi dijumpai hilangnya tonus asomotor,
keringat dan piloereksi serta fungsi seksual. Kulit menjadi kering dan pucat serta
ulkus dapat timbul pada daerah yang mendapat penekanan tulang. fingter esika
urinaria dan anus dalam keadaan kontraksi ( disebabkan oleh hilangnya inhibisi
dari pusat sistem saraf pusat yang lebi tinggi ) tetapi otot detrusor dan otot polos
dalam keadaan atonik. 5rin akan terkumpul, setelah tekanan intraesikuler lebih
tinggi dari sfingter uretra maka urin akan mengalir keluar (oerflow incontinence)
Demikian pula terjadi dilatasi pasif usus besar, retensio ali dan ileus parlitik.
Gefleks genitalia (ereksi penis, refleks bulbokaernosus, kontraksi otot dartos)
menghilang.
Aktifitas refleks yang meningkat
etelah beberapa minggu respon refleks terhadap rangsang mulai timbul, mula2
mula lemah makin lama makin kuat. ecara bertahap timbul refleks fleksi yang
khas yaitu tanda babinski dan kemudian fleksi tripel muncul. %eberapa bulan
kemudian refleks menghindar tadi akan bertambah meningkat, sehingga rangsang
pada kulit tungkai akan menimbulkan kontraksi otot perut, fleksi tripel,
hiperhidrosis, pilo2ereksi dan pengosongan kandung kemih secara otomatis. Cal
ini disebut refleks massa.
'
7/25/2019 Trauma Spinalis
27/36
!ambar 2.& E)e, Trauma S%inal
2.3 Kom%li,ai
0asien dengan -& sering mengalami cedera multipel. 0erlu untuk
mempertahankan olume intraaskular dengan aliran darah yang optimal yang
ditunjukkan oleh nilai hematokrit antara "$2"#*. Ciperpireksia perlu dikontrol
secara agresif untuk mencegah cedera spinal lebih lanjut. Terjadinya demam
berdasarkan studi berhubungan dengan saluran kencing atau infeksi jaringan ikat.
1. istem araf
Dapat terjadi siringomyelia oleh karena pembesaran progresif
ruangan intramedular yang disebabkan oleh hematomyelia traumatik atau
infark. Diagnosis ditegakkan dengan 3G&. Dapat pula terjadi
penghambatan medula spinalis (spinal cord tethering) oleh karena fibrosis
dan traksi pada segmen medula fungsional. pastisitas oleh karena
kehilangan impuls inhibisi dari otak dapat menghambat higiene dan posisi
tubuh. 0engobatan berupa klonidin transdermal, baclofen oral atau insersi
permanen pompa baclofen intratekal.
':
7/25/2019 Trauma Spinalis
28/36
'. istem Gespirasi
ekitar '1* dari penyebab kematian pada -& adalah komplikasi
respirasi terutama pada cedera di daerah serikal. ika terjadi disfungsi
otot bantu napas pasien sebaiknya dalam posisi telentang. Cigiene paru
dipertahankan dengan drainase postural dengan pemindahan manual setiap
' jam atau fisioterapi dada. 7isioterapi diafragma dapat dikerjakan setiap
hari.
". istem 5rinarius
Dapat terjadi disfungsi kandung kemih dimana terjadi kelemahan
kandung kemih dengan oerflow incontinentia oleh karena distensi, diikuti
dengan spastisitas kandung kemih setelah beberapa minggu atau beberapa
bulan ditandai dengan peningkatan frekuensi kencing. 0engobatan berupa
kateterisasi cepat dilanjutkan dengan kateterisasi intermiten. &nfeksi
traktus urinarius adalah komplikasi umum disfungsi kandung kemih.
0enggunaan antibiotik profilaksis masih bersifat kontroersi.
#. Tromboembolisme
%aik deep ein thrombosis (DT) maupun emboli paru bersifat
umum pada fase akut cedera spinal, yang terjadi oleh karena stasis ena,
cedera askuler pada trauma multipel, atau hiperkoagulabilitas. 0rofilaksis
yang direkomendasikan berupa penggunaan stoking selama ' minggu
setelah cedera dan pemberian antikoagulan pada saat kurang dari :' jam
setelah cedera. Dalam hal ini dapat diberikan heparin minidose ($$$ unit
subkutan, " kali sehari). ?ntikoagulan berikutnya dapat diberikan untuk
mempertahankan 0TT melebihi 1, kali kontrol. ?ntikoagulan distop '#
jam sebelum operasi dan dilanjutkan jam setelah operasi. Dianjurkan
pengobatan profilaksis dilanjutkan hingga ' bulan.
. Bastrointestinal
Disfungsi gastrointestinal dapat menimbulkan ileus masif.
';
7/25/2019 Trauma Spinalis
29/36
0emasangan pipa nasogastrik diperlukan jika komplikasi ini dapat tidak
bergejala misalnya jika pasien menderita kuadriplegia. 0elunak feses
maupun enema dapat mempermudah pengosongan usus.
. aringan &kat dan Tulang
Komplikasi yang sering terjadi berupa ulkus dekubitus dimana
dapat dicegah dengan pemindahan pasien yang sering. 0engobatan ulkus
dekubitus berupa dressing, debridement, hingga flap rotasi.
2.4 Pemeri,aan Penun(an' () (;)
0emeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain4
1. J2Gay spinal4 menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur atau
dislokasi)
'. -T can4 untuk menentukan tempat lukaAjejas, mengealuasi gangguan
struktural.
". 3G&4 untuk mengidentifikasi kerusakan syaraf spinal, edema dan kompresi
#. 3ielografi
5ntuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal ertebral) jika faktor
patologisnya tidak jelas atau dicurigai adannya dilusi pada ruang sub
arakhnoid medulla spinalis (biasanya tidak akan dilakukan setelah
mengalami luka penetrasi).
. 7oto rongent thorak4 mengetahui keadaan paru (contoh 4 perubahan pada
diafragma, atelektasis)
. 0emeriksaan fungsi paru (kapasitas ital, olume tidal)4 mengukur olume
inspirasi maksimal khususnya pada pasien dengan trauma serikat bagian
bawah atau pada trauma torakal dengan gangguan pada saraf frenikus Aotot
interkostal).
:. ?BD 4 menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya entilasi
2.15 Penatala,anaan Ce$era #e$ulla S%inali () () (11)
'9
7/25/2019 Trauma Spinalis
30/36
Terapi pada cedera medula spinalis terutama ditujukan untuk
meningkatkan dan mempertahankan fungsi sensoris dan motoris. 0asien
dengan cedera medula spinalis komplet hanya memiliki peluang * untuk
kembali normal. +esi medulla spinalis komplet yang tidak menunjukkan
perbaikan dalam :' jam pertama, cenderung menetap dan prognosisnya
buruk. -edera medula spinalis tidak komplet cenderung memiliki prognosis
yang lebih baik. ?pabila fungsi sensoris di bawah lesi masih ada, maka
kemungkinan untuk kembali berjalan adalah lebih dari $*
3etilprednisolon merupakan terapi yang paling umum digunakan untuk
cedera medula spinalis traumatika dan direkomendasikan olehational
Institute o! Healthdi ?merika erikat. =amun demikian penggunaannyasebagai terapi utama cedera medula spinalis traumatika masih dikritisi banyak
pihak dan belum digunakan sebagai standar terapi. Kajian oleh %raken
dalam Cochrane Librarymenunjukkan bahwa metilprednisolon dosis tinggi
merupakan satu2satunya terapi farmakologik yang terbukti efektif pada uji
klinik tahap " sehingga dianjurkan untuk digunakan sebagai terapi cedera
medula spinalis traumatika.
Tindakan rehabilitasi medik merupakan kunci utama dalam penanganan
pasien cedera medula spinalis. 7isioterapi, terapi okupasi, dan bladder
trainingpada pasien ini dikerjakan seawal mungkin. Tujuan utama fisioterapi
adalah untuk mempertahankan G/3 ("ange o! Mo#ement) dan kemampuan
mobilitas, dengan memperkuat fungsi otot2otot yang ada. 0asien
dengan Central Cord Syndrome $ - biasanya mengalami pemulihan
kekuatan otot ekstremitas bawah yang baik sehingga dapat berjalan dengan
bantuan ataupun tidak. Terapi okupasional terutama ditujukan untuk
memperkuat dan memperbaiki fungsi ekstremitas atas, mempertahankan
kemampuan aktiitas hidup sehari2hariA acti#ities o! daily li#ing (?D+).
0embentukan kontraktur harus dicegah seoptimal mungkin. 0enggunaan alat
bantu disesuaikan dengan profesi dan harapan pasien
0enelitian prospektif selama " tahun menunjukkan bahwa suatu program
rehabilitasi yang terpadu (hidroterapi, elektroterapi, psikoterapi,
penatalaksanaan gangguan kandung kemih dan saluran cerna) meningkatkan
"$
7/25/2019 Trauma Spinalis
31/36
secara signifikan nilai status fungsional pada penderita cedera medula
spinalis.
0enatalaksanaan pada fase akut
?irway
ika penderita dapat berbicara maka jalan napas kemungkinan besar
dalam keadaan adekuat. /bstruksi jalan napas sering terjadi pada penderita
yang tidak sadar, yang dapat disebabkan oleh benda asing, muntahan, jatuhnya
pangkal lidah, atau akibat fraktur tulang wajah. 5saha untuk membebaskan
jalan napas harus melindungi ertebra serikalis (cerical spine control), yaitu
tidak boleh melakukan ekstensi, fleksi, atau rotasi yang berlebihan dari leher.Dalam hal ini, dapat dilakukan chin lift atau jaw thrust sambil merasakan
hembusan napas yang keluar melalui hidung. %ila ada sumbatan maka dapat
dihilangkan dengan cara membersihkan dengan jari atau suction jika tersedia.
5ntuk menjaga patensi jalan napas selanjutnya dilakukan pemasangan pipa
orofaring.
%reathing
%ila hembusan napas tidak adekuat, perlu bantuan napas. %antuannapas dari mulut ke mulut akan sangat bermanfaat. ?pabila tersedia, /' dapat
diberikan dalam jumlah yang memadai. 0ada penderita dengan cedera kepala
berat atau jika penguasaan jalan napas belum dapat memberikan oksigenasi
yang adekuat, bila memungkinkan sebaiknya dilakukan intubasi endotrakheal.
irkulasi
tatus sirkulasi dapat dinilai secara cepat dengan memeriksa tingkat
kesadaran dan denyut nadi. Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah
mencari ada tidaknya perdarahan eksternal, menilai warna serta temperatur
kulit, dan mengukur tekanan darah. Denyut nadi perifer yang teratur, penuh,
dan lambat biasanya menunjukkan status sirkulasi yang relatif normoolemik.
0ada penderita dengan cedera kepala, tekanan darah sistolik sebaiknya
dipertahankan di atas 1$$ mmCg untuk mempertahankan perfusi ke otak yang
adekuat.
"1
7/25/2019 Trauma Spinalis
32/36
Denyut nadi dapat digunakan secara kasar untuk memperkirakan
tekanan sistolik. %ila denyut arteri radialis dapat teraba maka tekanan sistolik
lebih dari 9$ mmCg. %ila denyut arteri femoralis yang dapat teraba maka
tekanan sistolik lebih dari :$ mmCg. edangkan bila denyut nadi hanya teraba
pada arteri karotis maka tekanan sistolik hanya berkisar $ mmCg. %ila ada
perdarahan eksterna, segera hentikan dengan penekanan pada luka.
-airan resusitasi yang dipakai adalah Ginger +aktat atau =a-l $,9*,
sebaiknya dengan dua jalur intra ena. 0emberian cairan jangan ragu2ragu,
karena cedera sekunder akibat hipotensi lebih berbahaya terhadap cedera otak
dibandingkan keadaan edema otak akibat pemberian cairan yang berlebihan.
0osisi tidur yang baik adalah kepala dalam posisi datar, cegah head down
(kepala lebih rendah dari leher) karena dapat menyebabkan bendungan ena di
kepala dan menaikkan tekanan intrakranial (&dmgarut,'$$9).
0ada saat ini laminektomi dekompresi tidak dianjurkan kecuali pada
kasus2kasus tertentu. &ndikasi untuk dilakukan operasi 4
1. reduksi terbuka dislokasi dengan atau tanpa disertai fraktur pada daerah
serikal, bilamana traksi dan manipulasi gagal.
'. adanya fraktur serikal dengan lesi parsial medula spinalis dengan
fragmen tulang tetap menekan permukaan anterior medula spinalis
meskipun telah dilakukan traksi yang adekuat.
". trauma serikal dengan lesi parsial medula spinalis, dimana tidak tampak
adanya fragmen tulang dan diduga terdapat penekanan medula spinalis
oleh herniasi diskus interertebralis. Dalam hal ini perlu dilakukanpemeriksaan mielografi dan scan tomografi untuk membuktikannya.
#. fragmen yang menekan lengkung saraf.
. adanya benda asing atau fragmen tulang dalam kanalis spinalis.
"'
7/25/2019 Trauma Spinalis
33/36
. +esi parsial medula spinalis yang berangsur2angsur memburuk setelah
pada mulanya dengan cara konseratif yang maksimal menunjukkan
perbaikan, harus dicurigai hematoma.
2. 11 Pro'noi
0rognosis tergantung pada 4
2 +okasi lesi (lesi serikal atas prognosis lebih buruk).
2 +uas lesi (komplit A inkomplit).
2 Tindakan dini (prehospital dan hospital).
2 Trauma multipel.
2 7aktor penyulit (komorbiditas).
BAB III
KESI#PULAN
""
7/25/2019 Trauma Spinalis
34/36
-edera medula spinalis merupakan salah satu penyebab utama disabilitas
neurologis akibat trauma. 0enyebab paling sering untuk terjadinya trauma medulla
spinalis adalah karena kecelakaan lalu lintas, dll. Trauma medulla spinalis sendiri
diklasifikasikan menjadi trauma medulla spinalis komplit dan trauma medulla
spinalis inkomplit.
edangkan gejala yang paling sering pada trauma medulla spinalis adalah,
nyeri akut pada belakang leher, paraplegia, paralisis sensorik motorik total,
kehilangan kontrol kandung kemih (retensi urine, distensi kandung kemih)m
penurunan keringat dan tonus asomotor, penurunan fungsi pernapasan, gagal
nafas
Terapi cedera medula spinalis terutama ditujukan untuk meningkatkan dan
mempertahankan fungsi sensoris dan motoris. Therapy operatif kurang dianjurkan
kecuali jika pasien memiliki indikasi untuk dilakukannya operasi.
-edera medula spinalis tidak komplet cenderung memiliki prognosis yang
lebih baik daripada trauma medulla spinalis komplit.
"#
7/25/2019 Trauma Spinalis
35/36
DA+TA6 PUSTAKA
1. Fork 8. ?pproach to The 0atient with ?cute =erous ystem Trauma,
%est 0ractice of 3edicine, eptember '$$$
'. chreiber D. pinal -ord &nuries, e3edicine ournal, ?pril, '$$'
". idharta 0, 3ardjono 3, =eurologi Klinis Dasar, Dian Gakyat, akarta,
19;1
#. Buyton, ?rthur, -. Call, ohn, 8. %uku ?jar 7isiologi Kedokteran. 8disi 9.
akarta 4 8B-> 199:.
. ?dams GD, ictor 3, Gopper ?C. Disease of pinal -ord in 0rinciples of
=eurology, :thed. 3cBraw2Cill, =ew Fork, '$$1.
. ?lpert 3. -entral -ord yndrome. e3edicine ournal '$$1> '
:. Curlbert G. 3ethylprednisolone for ?cute pinal -ord &njury4 ?n
&nappropriate tandard of -are. =eurosurg (pine). '$$$>9"4 12:
;. %raken 3%. teroid 7or ?cute pinal -ord &njury (-ochrane Geiew)4
-ochrane +ibrary, &ssue ", '$$'
9. http4AAwww.nutritionalsupplementproduct.comA1";1Aspinal2cord2injuryA
1$. http4AAwww.maitrise2
orthop.comAcorpusmaitriAorthopaedicA1$'du
7/25/2019 Trauma Spinalis
36/36