139
TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA PERKAWINAN PADA MASYARAKAT PEKAL DI KECAMATAN KETAHUN, KABUPATEN BENGKULU UTARA, BENGKULU: DESKRIPSI PERTUNJUKAN, PERUBAHAN, DAN FUNGSINYA SKRIPSI SARJANA O L E H NAMA : FRITA ANJELINA PAKPAHAN NIM : 100707018 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2014

TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA PERKAWINAN PADA

MASYARAKAT PEKAL DI KECAMATAN KETAHUN, KABUPATEN

BENGKULU UTARA, BENGKULU: DESKRIPSI PERTUNJUKAN,

PERUBAHAN, DAN FUNGSINYA

SKRIPSI SARJANA

O

L

E

H

NAMA : FRITA ANJELINA PAKPAHAN

NIM : 100707018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

2014

Page 2: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

ii

TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA PERKAWINAN PADA

MASYARAKAT PEKAL DI KECAMATAN KETAHUN, KABUPATEN

BENGKULU UTARA, BENGKULU: DESKRIPSI PERTUNJUKAN,

PERUBAHAN, DAN FUNGSINYA

SKRIPSI SARJANA

NAMA: FRITA ANJELINA PAKPAHAN

NIM : 100707018

Disetujui oleh

Pembimbing I, Pembimbing II,

Arifninetrirosa, SST., M.A Dra. Heristina Dewi, M.Pd.

NIP 196502191994032002 NIP 196605271994032010

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

2014

Page 3: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

iii

PENGESAHAN

DITERIMA OLEH:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk

melengkapi

salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi pada

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada Tanggal :

Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU,

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A.

NIP 195110131976031001

Panitia Ujian: Tanda Tangan

1. Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D ( )

2. Dra. Heristina Dewi, M.Pd ( )

3. Arifninetrirosa, SST. M.A ( )

4. Drs. Fadlin, M.A ( )

5. Drs. Perikuten Tarigan, M.Si ( )

Page 4: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

iv

DISETUJUI OLEH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

KETUA,

Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D

NIP 196512211991031001

Page 5: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

v

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu: Deskripsi Pertunjukan, Perubahan, dan Fungsi. Melalui skripsi ini, penulis akan mengkaji tentang tiga aspek dalam konteks upacara perkawinan adat Pekal di Kecamatan Ketahun. Adapun ketiga aspek tersebut adalah: (a) deskripsi pertunjukan; (b) Perubahan yang terjadi; dan (c) fungsi pada sosial masyarakat Pekal. Penelitiannya akan difokuskan kepada bagaimana pertunjukan tradisi Gandai tersebut dalam konteks upacara perkawinan adat masyarakat Pekal, deskripsi gerak Gandai, musik pengiring, perubahan yang terjadi terhadap tradisi Gandai tersebut, serta fungsinya dalam sosial masyarakat Pekal itu sendiri.

Pendekatan yang penulis lakukan adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun dalam proses kerjanya, penulis akan melakukan pengamatan terlibat, wawancara, studi pustaka (termasuk pustaka online), perekaman kegiatan, transkripsi, dan analisis laboratorium. Penelitian ini terfokus kepada pendapat informan dalam konteks studi emik, namun diimbangi dengan pendekatan etnik oleh penulis. Informan berjumlah lima orang, yang terdiri dari satu orang Ketua Badan Musyawarah Adat Pekal, satu orang Budayawan Pekal, satu orang penari Gandai, dan dua orang pemusik Gandai yang terdiri dari satu orang pemain edap dan satu orang pemain sunai. Pada proses pentranskripsian musik iringannya akan dituliskan ke dalam notasi balok dengan menggunakan program sibelius.

Dari metode dan teknik tersebut di atas akan didapatkan hasil penelitian sebagai berikut. (a) deskripsi tradisi Gandai pada upacara perkawinan adat masyarakat Pekal yang di dalamnya terdapat tahapan-tahapan upacara perkawinan adat masyarakatnya. (b) Struktur melodi sunai yang secara umum adalah repetitif. (c) perubahan dan fungsinya dalam sosial masyarakat Pekal.

Kata Kunci: gandai, tari, deskripsi pertunjukan, perubahan, fungsi.

ABSTRACT

Page 6: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

vi

This thesis entitled Gandai Tradition in the Context of the Community

marriage ceremony in the District Ketahun, North Bengkulu, Bengkulu: Description of Performance, Change, and Function. Through this thesis, the authors will examine three aspects in the context of Pekal marriage ceremony custom in District Ketahun. The three aspects are: (a) description of the performance; (b) The changes; and (c) social function in Pekal society. The research is focused on how about the performance of Gandai tradition in the context of custom marriage ceremony in Pekal society, description movement of Gandai, musical accompaniment, the changes of Gandai tradition, and social functions of Gandai tradition.

The approaches used is qualitative research methods. In the process it works, the author will do partisipant observations, interview, study of literature (include online literature), recording, transcription, and laboratory analysis. This research focused on informants opinion in the context of emic study, but offset by ethic study of the author. The informant amounted five, consisting of a chairman of the Pekal customary, a Pekal cultural observer, a Gandai dancer, and two musician consisting of one for edap player and one more for sunai player. In the process of music transcription will be written into notation by using sibelius program.

From the methods and techniques described above can be obtained following results. (a) description of gandai tradition in marriage ceremony of Pekal customary that it will also include stages of Pekal marriage ceremony. (b) Sunai melodic structure which are largely repetitive. (c) change and its function in Pekal society.

Keywords: gandai, dance, description of the performance, change, function.

Page 7: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

yang berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan pada

Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu:

Deskripsi Pertunjukan, Perubahan, dan Fungsi. Skripsi ini dikerjakan demi

memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Seni (S.Sn) dari

jurusan Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada orang tua terbaik yang sangat penulis cintai, Papa N Pakpahan dan

Mama M Sikumbang. Terima kasih atas doa, perhatian, dan pengorbanannya yang

sungguh luar biasa khususnya dalam proses pengerjaan skripsi ini. Terima kasih

juga atas bimbingannya dari mulai kecil hingga sekarang diberi kesempatan untuk

menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi. Terima kasih penulis sampaikan

kepada saudara-saudara yang penulis sayangi yaitu adik Soferdy Apriansyah

Pakpahan, adik George Faresh Pakpahan, dan adik Dinda Krisnauli Pakpahan.

Perhatian kalian menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Serta

terima kasih kepada adik-adik sepupuku, keluarga besar Pakpahan dari

Pangaribuan, dan keluarga besar Nenek Buyut Utiah tersayang.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. dr.

Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara beserta jajarannya dan Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku

Dekan Fakultas Ilmu Budaya beserta jajarannya yang telah memberikan

Page 8: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

viii

fasilitas dan sarana pembelajaran selama menuntut ilmu di Universitas

Sumatera Utara tercinta ini.

Dalam hal ini, Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu

Arifninetrirosa, SST., M.A selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dra. Heristina

Dewi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II dan sekaligus Sekretaris Departemen

Etnomusikologi. Kedua dosen pembimbing yang hebat ini sangat membantu

penulis selama penyelesaian skripsi. Mereka juga memberikan banyak saran,

semangat dan pelajaran mengenai kesabaran, keberanian, dan kepandaian dalam

penulisan skripsi ini.

Kemudian terima kasih kepada kepada Bapak Drs. Muhammad Takari,

M.Hum., Ph.D selaku Ketua Departemen Etnomusikologi, kepada Bapak Drs.

Fadlin, M.A selaku Ketua Laboratorium Departemen Etnomusikologi serta

sebagai dosen Pembimbing Akademik penulis selama kuliah, dan segenap dosen-

dosen di Departemen Etnomusikologi yang turut membantu lancarnya proses

penyelesaian skripsi ini. Begitu pula kepada Ibu Adry Wiyanni Ridwan S.S selaku

pegawai administrasi di Departemen Etnomusikologi yang telah membantu semua

urusan administrasi penulis. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada

informan penulis yaitu Bapak Zhamari A. S Jamal, Bapak Makmur, Ibu Ratna,

Ibu Syuraiani, Bapak Ali Bidin, Bapak Mahmudin, dan Bapak Herman, .

Ucapan terima kasih kepada teman-teman stambuk 2010 yakni Anna

Purba, Yenni Alexandra Mrp, Maharani N Tarigan, Pretty P Manurung, Mei

Linda Tarigan, Friska Simamora, Lido Hutagalung, Benny Yogi Purba, Rony

Sinaga, A M Surung Solin, Yusuf siregar, dan teman-teman seperjuangan

lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang sudah penulis anggap

Page 9: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

ix

seperti keluarga selama proses perkuliahan. Tidak terasa sudah empat tahun

kita bersusah senang bersama.

Penulis juga berterima kasih banyak kepada kak Reny Yulyati Br

Lumban Toruan S.Sn yang sudah menjadi teman sekamar, teman menari,

teman suka, dan teman duka penulis. Terima kasih banyak juga kepada teman-

teman menari penulis di sanggar Tigo Sapilin yaitu teteh Riza, kak Dina

Mayantuti Sitopu S.Sn, kak Jery Periance Saragih S.Sn, kak Chrismes Manik

S.Sn, kak Sari Ramadhani S.E, Syafwan Arrazak, dan Friska Simamora. Serta

terima kasih banyak kepada Sopandu Manurung dan Titi K Laoli,yang telah

membantu penulis dalam proses pentranskripsian.

Penulis juga mengucapkan beribu-ribu maaf apabila ada kata yang

kurang berkenan dalam hati dan beribu-ribu maaf pula apabila ada nama yang

lupa penulis cantumkan. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada

seluruh pihak yang sudah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga hasil penelitian dari skripsi ini dapat berguna bagi masyarakat Pekal,

bagi pembaca dan juga kepada peneliti berikutnya.

Medan, Agustus 2014

Penulis

Frita Anjelina Pakpahan

NIM: 100707018

DAFTAR ISI

Page 10: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

x

ABSTRAKSI .................................................................................................. V ABSTRACT ................................................................................................... VI KATA PENGANTAR ................................................................................... VII DAFTAR ISI .................................................................................................. X DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... XII DAFTAR TABEL .......................................................................................... XIV

BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang............................................................................. 1 1.2 Pokok Permasalahan .................................................................... 8 1.3 Tujuan dan Manfaat ..................................................................... 8

1.3.1 Tujuan ................................................................................ 8 1.3.2 Manfaat .............................................................................. 8

1.4 Konsep dan Teori......................................................................... 9 1.4.1 Konsep ............................................................................... 9 1.4.2 Teori .................................................................................. 11

1.5 Metode Penelitian ........................................................................ 13 1.5.1 Studi Kepustakaan ............................................................. 15 1.5.2 Penelitian Lapangan .......................................................... 15

1.5.2.1 Wawancara ............................................................ 16 1.5.2.2 Perekaman ............................................................. 16

1.5.3 Kerja Laboratorium (Desk Work) ..................................... 17 1.5.3.1 Metode Transkripsi 18

1.6 Lokasi Penelitian ......................................................................... 18

BAB II: MASYARAKAT PEKAL DI KECAMATAN KETAHUN ........ 19 2.1 Lokasi Lingkungan Alam dan Demografi ................................... 19 2.2 Asal-usul Masyarakat Pekal ........................................................ 27 2.3 Mata Pencaharian ........................................................................ 30 2.4 Sistem Agama dan Kepercayaan ................................................. 31 2.5 Sistem Kekerabatan ..................................................................... 32 2.6 Bahasa ......................................................................................... 34 2.7 Kesenian ...................................................................................... 36

BAB III: PERTUNJUKAN TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA PERKAWINAN ADAT MASYARAKAT PEKAL ...............

39

3.1 Asal Usul Tradisi Gandai ............................................................ 39 3.2 Perkawinan Pada Masyarakat Pekal ............................................ 41 3.3 Jenis Pesta Perkawinan ................................................................ 42 3.4 Tahapan-tahapan Upacara Perkawinan Adat Masyarakat Pekal . 43

3.4.1 Betanyu .............................................................................. 44 3.4.2 Madak ................................................................................ 44 3.4.3 Berasan .............................................................................. 45 3.4.4 Negak Pengujung .............................................................. 49 3.4.5 Persiapan Bimbang ............................................................ 49 3.4.6 Akad Nikah ....................................................................... 49 3.4.7 Acara Setelah Akad ........................................................... 54

3.4.7.1 Khatam Kaji .......................................................... 55

Page 11: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

xi

3.4.7.2 Belarak .................................................................. 55 3.4.7.3 Batepung ............................................................... 55 3.4.7.4 Bersanji ................................................................. 56

3.4.8 Ngubak Basu ..................................................................... 56 3.4.9 Malam Begandai ............................................................... 57 3.4.10 Pesta Resepsi ................................................................... 59

BAB IV: DESKRIPSI PERTUNJUKAN TRADISI GANDAI .................. 61 4.1 Pendukung Pertunjukan ............................................................... 61

4.1.1 Penari ................................................................................. 61 4.1.2 Pemusik ............................................................................. 62 4.1.3 Penonton ............................................................................ 62

4.2 Perlengkapan Pertunjukan ........................................................... 63 4.2.1 Pengujung .......................................................................... 63 4.2.2 Kostum dan Tata Rias ....................................................... 64

4.2.2.1 Kostum .................................................................. 64 4.2.2.2 Tata Rias ............................................................... 65

4.2.3 Alat Musik yang Digunakan ............................................. 67 4.2.3.1 Edap ...................................................................... 67 4.2.3.2 Sunai ..................................................................... 68

4.3 Deskripsi Gerak Gandai .............................................................. 70 4.3.1 Ragam dan Pola Gerak ...................................................... 71

4.3.1.1 Ragam ................................................................... 71 4.3.1.2 Pola Lantai ............................................................ 75

4.4 AnalisisMusik Iringan ................................................................. 98 4.4.1 Model Notasi ..................................................................... 98 4.4.2 Melodi Sunai dan Strukturnya ........................................... 99

4.4.2.1 Tangga Nada ......................................................... 102 4.4.2.2 Nada Dasar ............................................................ 103 4.4.2.3 Wilayah Nada ....................................................... 103 4.4.2.4 Frekuensi Pemakaian Nada ................................... 104 4.4.2.5 Jumlah Interval ..................................................... 104 4.4.2.6 Formula Melodik .................................................. 105 4.4.2.7 Pola Kadensa ......................................................... 108 4.4.2.8 Kontur ................................................................... 110

BAB V: FUNGSI DAN PERUBAHAN TRADISI GANDAI ..................... 112 5.1 Fungsi Gandai Sebagai Fenomena Kontinuitas .......................... 112

5.1.1 Fungsi Pengungkapan Emosional ..................................... 113 5.1.2 Pengungkapan Penghayatan Estetika ................................ 113 5.1.3 Fungsi Hiburan .................................................................. 114 5.1.4 Fungsi Komunikasi ........................................................... 114 5.1.5 Fungsi Reaksi Jasmani ...................................................... 115 5.1.6 Fungsi yang Berkaitan dengan Norma Sosial ................... 115 5.1.7 Fungsi Pengintegrasian Masyarakat .................................. 116 5.1.8 Fungsi Berdasarkan Teori Narawati dan Seodarsono ....... 116

5.2 Perubahan Tradisi Gandai dalam Kebudayaan Masyarakat Pekal ...........................................................................................

117

Page 12: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

xii

BAB VI: PENUTUP ...................................................................................... 120

6.1 Kesimpulan .................................................................................. 120 6.2 Saran ............................................................................................ 122

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 123 DAFTAR INFORMAN ................................................................................... 125

DAFTAR GAMBAR

Page 13: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

xiii

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Ketahun Dilihat Dari Provinsi Bengkulu ................................................................

27

Gambar 2.2 Gamat ..................................................................... 37 Gambar 2.3 Mamecok ................................................................ 38 Gambar 3.1 Lengguai Nikah ...................................................... 47 Gambar 3.2 Lengguai Nikah yang Diletakkan di hadapan

Ketua Badan Musyawarah Adat ............................. 47

Gambar 3.3 Serawo .................................................................... 48 Gambar 3.4 Bolu Koja yang Akan Dihidangkan Bersama

Serawo .................................................................... 48

Gambar 3.5 Rombongan Calon Pengantin Lanang Tiba ........... 51 Gambar 3.6 Lengguai Nikah yang Dibawa Calon Pengantin

Lanang .................................................................... 52

Gambar 3.7 Irisan Daun Pandan dan Bunga yang Dibawa Calon Pengantin Lanang ........................................

52

Gambar 3.8 Kue yang Juga Dibawa oleh Calon Pengantin Lanang ....................................................................

53

Gambar 3.9 Pengucapan Ijab Kabul ........................................... 53 Gambar 3.10 Penyematan Cincin ................................................. 54 Gambar 3.11 Pertunjukan Tradisi Gandai pada Malam

Begandai ................................................................. 59

Gambar 4.1 Penari Gandai ......................................................... 65 Gambar 4.2 Edap ....................................................................... 67 Gambar 4.3 Cara Memainkan Edap ........................................... 68 Gambar 4.4 Sunai ....................................................................... 69 Gambar 4.5 Cara Memainkan Sunai .......................................... 70

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perincian Nama Desa dan Wilayah Kecamatan Ketahun .......................................................................

20

Page 14: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

xiv

Tabel 2.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ....... 22 Tabel 2.3 Distribusi Sarana Pendidikan ...................................... 22 Tabel 2.4 Nama-nama Satuan Pendidikan di Kecamatan

Ketahun ....................................................................... 23

Tabel 2.5 Perbedaan Bahasa Pekal dengan Beberapa Bahasa Para-Melayu ................................................................

35

Tabel 4.1 Nama Ragam Gerak Gandai ....................................... 72 Tabel 4.2 Deskripsi Kinesiologis Tradisi Gandai ....................... 77 Tabel 5.1 Interval Melodi Sunai 104

Page 15: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Siklus1 hidup manusia dimulai sejak menjadi janin dalam kandungan,

lahir, dewasa, perkawinan, memiliki anak, memasuki keorganisasian, kematian,

pasca kematian, dan seterusnya. Menurut William Haviland (2014: 200)

pernikahan atau perkawinan adalah kesatuan sosial atau ritual yang diakui atau

juga kontrak sah antara pria dan wanita yang saling menetapkan hak dan

kewajiban, antara mereka dan anak-anak mereka, dan antara mereka dan hukum.

Fungsi utama perkawinan adalah untuk melanjutkan keturunan. Sedangkan

gunanya adalah untuk memuaskan nafsu biologis manusia, menerima dan

memberi kasih sayang kepada pasangan hidup, membina keluarga, menyatukan

dua keluarga besar, dan sebagainya. Dimana terjadi suatu hubungan antara

seorang pria dan seorang wanita secara seksual yang nantinya perempuan yang

bersangkutan memenuhi syarat untuk melahirkan anak (Goodenough,1970:12 13).

Dalam menuju proses itu, harus terlebih dahulu mengikuti upacara

pengabsahannya yang sering disebut upacara perkawinan. Disini agama

memegang peran utama, karena dalam masyarakat tertentu perkawinan tidak

boleh bertentangan dengan ajaran agama dan norma-norma adat. Demikian juga

yang terjadi pada masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun.

1 Siklus adalah putaran waktu yg di dalamnya terdapat rangkaian kejadian yang berulang-ulang secara tetap dan teratur (sumber: http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi).

Page 16: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

2

Pekal adalah salah satu suku yang mendiami wilayah Provinsi Bengkulu,

terutama di Kabupaten Bengkulu Utara. Suku Pekal merupakan proses asimilasi2

antara suku Rejang dan suku Minangkabau. Masyarakat Pekal dalam sistem

kekerabatannya sama seperti dengan masyarakat Minangkabau yang menerapkan

sistem kekerabatan matrilineal (garis keturunan dari pihak ibu).3

Dalam melaksanakan tata cara adat perkawinannya, masyarakat Pekal

harus menjalankan secara adat dan agama. Tata cara menurut adat sudah

dijalankan dari mulai betanyu (melamar), berasan, 4 akad nikah, pesta resepsi.

Pada tahap akad nikah, adat tetap berjalan bersamaan dengan agama. Disini Ketua

Badan Musyawarah Adat dan perwakilan dari Kantor Urusan Agama (KUA)

duduk berdampingan selama proses akad nikah berlangsung. Para majelis adat

dan keluarga kedua belah pihaklah sebagai saksi. Setelah itu pada malam harinya

malam begandai dimana ditampilkan pertunjukan Gandai. Dalam upacara

pernikahan masyarakat Pekal, malam begandai digunakan untuk berkumpul

dengan semua keluarga, tetangga, teman-teman dari kedua pengantin. Gandai

sendiri berarti tari yang ditarikan bersama-sama. Tradisi ini bisa dikatakan sebagai

pelengkap upacara adat, yang dilakukan oleh golongan masyarakat yang tingkat

perekonomiannya relatif baik. Jika tradisi ini atau acara malam begandai tidak

diadakan, pesta resepsi keesokan harinya tetap berlangsung.

2 Asimilasi adalah proses sosial yang timbul dari beberapa golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifat khasnya yang lambat laun membentuk satu kebudayaan yang baru (budaya campuran). 3 Matrilineal adalah suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ibu. Matrilineal berasal dari dua kata, yaitu mater (bahasa Latin) yang berarti "ibu," dan linea (bahasa Latin) yang berarti "garis". Jadi matrilineal berarti mengikuti garis keturunan yang ditarik dari pihak ibu. (sumber: id.wikipedia.org/Wiki/Matrilineal). 4 Berasan adalah salah satu proses tata cara adat perkawinan yang dilaksanakan sehari sebelum akad nikah. Pada malam berasan, kedua belah pihak meminta izin kepada Badan Musyawarah Adat perihal upacara adat yang akan diadakan esok hari. Di sini disepakati waktu dan tempat akad nikah dan penentuan kerja tiap orang yang terkait dalam upacara adat besok.

Page 17: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

3

Gandai ini merupakan salah satu tarian yang terdapat di Kecamatan

Ketahun, Provinsi Bengkulu. Diperkirakan sudah cukup lama ada dan

berkembang di dalam masyarakatnya dengan pola-pola tradisi. Tetapi tidak bisa

dipastikan siapa penciptanya dan kapan diciptakan. Menurut Soedarsono (1986 :

93) tari tradisional ialah semua tarian yang telah mengalami perjalanan sejarah

yang cukup lama, yang selalu bertumpu pada pola-pola tradisi yang telah ada.

Dengan mengacu pada pendapat yang dikemukakan di atas, jelas Gandai dapat

dikelompokan pada tari tradisional.

Gandai ini ditarikan selalu pada malam hari pada upacara perkawinan

masyarakat Pekal. Gandai ditarikan oleh dua orang atau lebih penari dan harus

dalam jumlah yang genap, karena menarikannya berpasangan, semakin banyak

penarinya semakin terlihat ramai dan semarak. Jumlah genap ini melambangkan

keseimbangan yang kokoh, misalnya keseimbangan baik-buruk, kiri-kanan,

pulang-pergi, dan sebagainya (Murni dalam Arifni, 2006: 340). Pada umumnya

penarinya adalah perempuan, hanya pada ragam ambat dan ejang baseluk penari

berpasangan (laki-laki dan perempuan). Gerak yang sering disajikan dalam

upacara perkawinan adat masyarakat Pekal hanya ada berkisar enam sampai dua

belas dari tiga puluh enam ragam gerak saja, dari 26 ragam gerak yang ada.5

Karena 6 ragam gerak ini dianggap sudah mewakili 20 ragm lainnya. Dalam

penyajiannya, para penari menari di atas pengujung.6 Tradisi Gandai ini,

dipertunjukkan untuk menghibur pengantin lanang (laki-laki) dan pengantin tinu

(wanita) yang duduk bersanding di pelaminan, keluarga besar kedua pengantin,

5 Menurut wawancara dengan Ibu Ratna selaku penari Gandai pada tanggal 19 Pebruari 2014 6 Pengujung merupakan panggung yang didirikan khusus untuk upacara perkawinan. Pengujung menempel dengan dinding rumah.

Page 18: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

4

dan masyarakat yang datang untuk menyaksikannya. Gerakan Gandai diatur oleh

gerakan kaki maupun gerakan tangan.

Peranan musik dalam Gandai ini sangat penting, karena bisa dirasakan

kehadiran Gandai tanpa musik terasa tidak menarik untuk ditonton. Musik iringan

Gandai sangat berkaitan dengan tarinya, musik menjadi pembentuk suasana dan

jembatan bagi perubahan gerak tari. Jadi, disini musik berperan sebagai

terbentuknya keindahan Gandai itu sendiri. Dalam mengiringi Gandai, musik

iringan telah memiliki struktur yang baku sesuai dengan ragam tarinya. Tarian ini

menggunakan dua alat musik, yakni edap (frame drum) sebagai pembawa tempo

dan pembawa ritem variabel dan sunai (end blown flute) sebagai pembawa melodi

dan penentu tempo. Musiknya disajikan dengan pantun yang dibawakan, bisa

dibawakan oleh penari, pemusik, bahkan masyarakat yang menyaksikannya.

Berikut beberapa syair pantun yang dibawakan dalam mengiringi Gandai ini:

Kalu aban mameli regen

(kalau kamu membeli harmonika)

Beli untuk di akui lak regen pecak

(belilah untuk aku harmonika yang pecah)

Kalu aban jadi pengaten

(kalau kamu jadi pengantin)

Enang lak akui basusak payak

(biarlah aku yang bersusah payah)

Page 19: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

5

Makna dari syair tersebut adalah pesan dari orangtua yang sangat gembira melihat

anaknya menikah sehingga mereka rela bersusah payah untuk mengadakan pesta.

Racang samilu di tengak kebon

(iris kulit bambu di tengah kebun)

Asal tembak ngambik di batang

(asal-asaln ambil di batang)

Ati senang diam di dusun

(hati senang tinggal di dusun)

Enang akui di rantau uhang

(biar aku di rantau orang)

Syair pantun ini bermakna kerinduan masyarakat Pekal yang ada di perantauan

akan kampung halamannya. Mereka yang merantau akan sangat senang bila ikut

terlibat dalam malam begandai sehingga mereka dapat menyampaikan keluh

kesah mereka.

Bintang timur bamiak manis

(bintang timur berminyak manis)

Tagonang-gonang dalam tempian

(tergenang-genang dalam tampi)

Sedang tidoh ku bakik nangis

(sedang tidur aku bangkit nangis)

Mangenang utung dengan bagian

(mengenang untung dengan bagian)

Page 20: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

6

Makna dari syair tersebut adalah keluh kesah seorang janda yang merasa

hidupnya bernasib malang akibat ditinggal pergi suaminya.

Dahulunya Gandai adalah tarian masyarakat Pekal yang dipertunjukan saat

acara buka lahan atau pesta panen dan acara-acara adat lainnya. Masyarakat Pekal

mengapresiasikan suasana hati sekaligus ucapan terima kasih dengan cara menari.

Setiap malam Jumat para masyarakat desa baik yang tua maupun yang muda

berkumpul di balai desa. Namun dewasa ini penyajian Gandai lebih banyak

dipertunjukan pada upacara perkawinan, perpisahan sekolah, dan pengesahan

lembaga-lembaga saja dan sudah jarang dilihat pada kegiatan tanam dan panen,

hal ini dikarenakan sudah banyak masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun yang

tidak lagi bertani atau berladang walaupun masih ada sebagian. Mereka sekarang

lebih banyak bekerja di pertambangan batu bara dan perkebunan kelapa sawit dan

karet7. Adapun yang mempunyai lahan sendiri kebanyakan mengupahkan

lahannya pada orang lain atau menggunakan mesin untuk membantu mereka.

Sehingga timbul pertanyaan bagaimana deskripsi pertunjukan tradisi Gandai,

mengapa ragam gerak gandai tersebut hanya tinggal dua puluh enam gerak saja

lagi dan apa-apa saja perubahan serta fungsi pada tradisi Gandai dalam konteks

upacara perkawinan pada masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun.

Untuk mengkaji deskripsi pertunjukan tradisi Gandai yang didalamnya

mencakup gerak tari digunakan pendekatan-pendekatan ilmu antropologi tari.

Dimana antropologi tari merupakan disiplin ilmu yang sebelumnya dikenal

sebagai etnologi tari (etnokoreologi). Penelitian terhadap tradisi ini memerlukan

7 Wawancara dengan bapak Zhamari A.S Jamal selaku budayawan Pekal pada tanggal 19 Februari 2014.

Page 21: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

7

bantuan disiplin lainnya, seperti: antropologi, sejarah, psikologi, sosiologi, dan

lainnya seperti yang diungkapkan Janet Adshead (1988: 6). Disiplin-disiplin ini

membantu untuk memahami tari dan fungsi-fungsinya dalam kehidupan

masyarakat pendukungnya.

Tradisi Gandai dalam konteks upacara perkawinan adat masyarakat Pekal

di Kecamatan Ketahun seperti terurai dalam latar belakang ini, dapat didekati

dengan pendekatan multidisiplin ilmu. Pertama untuk mengkaji deskripsi gerak

tari digunakan pendekatan etnokoreologi yang penerapannya dari sejumlah

disiplin ilmu seperti antropologi, musikologi, etnografi, dan lain-lain.

Kedua untuk mengkaji perubahan dan fungsinya digunakan pendekatan

sosiologi, fungsionalisme dalam ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu humaniora. Pada

pendekatan sosiologi, hampir semua kajian sosiologi berkaitan dengan perubahan

khususnya perubahan sosial yang menggambarkan realitas sosial. Dalam kajian

sosiologi, masyarakat tidak boleh dibayangkan sebagai keadaan yang tetap, tetapi

sebagai proses, bukan sebagai obyek semu yang kaku tetapi sebagai aliran

peristiwa yang terus menerus. Sehingga dapat dilihat perbedaan antara keadaan

sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan. Lalu pada pendekatan

fungsionalisme menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal fungsi dari

elemen-elemennya sepertinorma, adat, tradisi, dan institusi.

Berdasarkan fakta lapangan tersebut diatas, penulis memilih judul untuk

penelitian ini, sebagai berikut: “Tradisi Gandai dalam Konteks Upacara

Perkawinan Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

Utara, Bengkulu: Deskripsi Pertunjukan, Perubahan, dan Fungsi”.

Page 22: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

8

1.2 Pokok Permasalahan

Agar pembahasan lebih terarah maka ditentukan pokok permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana deskripsi pertunjukan tradisi Gandai dalam konteks

upacara perkawinan pada masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun,

Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu?

2. Bagaimana perubahan dan fungsi tradisi Gandai dalam konteks

upacara perkawinan pada masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun,

Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana deskripsi pertunjukan

tradisi Gandai dalam konteks upacara perkawinan pada masyarakat

Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu.

2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana perubahan dan fungsi

tradisi Gandai dalam konteks upacara perkawinan pada masyarakat

Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu.

1.3.2 Manfaat

Adapun manfaat yang diambil dari penelitian yang diwujudkan dalam

skripsi ini adalah sebagai berikut:

Page 23: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

9

1. Untuk memperdalam pengetahuan tentang tradisi Gandai dalam

konteks upacara perkawinan pada masyarakat Pekal dan menambah

referensi dan dokumentasi budaya (khususnya Gandai).

2. Sebagai bahan informasi bagi pembaca dan masyarakat mengenai

kesenian Gandai agar dapat mengetahui penyajian Gandai dan musik

iringannya dalam konteks upacara perkawinan pada masyarakat Pekal

di Kecamatan Ketahun.

3. Menambah pengetahuan bagi penulis dan peneliti-peneliti lain.

Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai materi dasar

atau awal untuk penelitian selanjutnya.

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Tradisi adalah suatu kepercayaan atau perilaku yang diturunkan dalam

suatu kelompok atau masyarakat yang memiliki makna simbolik atau makna

khusus yang berasal dari masa lalu (Thomas A. Green, 1997:800). Kata tradisi

yang dimaksud dalam tulisan ini, yaitu tradisi Gandai yang diturunkan oleh nenek

moyang masyarakat Pekal kepada generasi sekarang ini. Dimana proses

pembelajarannya secara oral (tanpa tulisan).

Gandai berarti tari, tari adalah segala gerak yang berirama atau sebagai

segala gerak yang dimaksudkan untuk menyatakan keindahan ataupun kedua-

duanya (Tengku Luckman Sinar, 1996:5). Dalam tulisan ini yang penulis maksud

dengan Gandai adalah salah satu tradisi masyarakat Pekal yang digunakan pada

upacara Perkawinan adatnya. Tradisi Gandai ini memakai 4 orang atau lebih

Page 24: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

10

penari dalam jumlah genap, yang gerakannya diambil dari kehidupan sehari-hari

masyarakat Pekal. Tradisi ini juga sudah satu kesatuan dengan musik iringannya,

dimana alat musiknya terdiri dari edap dan sunai.

Konteks adalah situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian.

Konteks yang dimaksud adalah pada upacara perkawinan dimana upacara

perkawinan itu sendiri adalah aktivitas yang dilakukan untik meresmikan ikatan

perkawinan dua orang yang berjanji secara norma agama, norma hukum, dan

norma sosial.

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh

suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat 1986:160). Masyarakat yang

dimaksud dalam tulisan ini adalah masyarakat yang tinggal pada Kecamatan

Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Daerah ini sesuai

dengan daerah yang menjadi tempat penelitian penulis dimana daerah ini masih

terdapat pelaksanaan upacara perkawinan yang mempertunjukkan Gandai.

Deskripsi di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:258) artinya

mengambarkan apa adanya. Deskripsi atau deskriptif berasal dari bahasa Inggris

yaitu descriptif, yang artinya bersifat menyatakan sesuatu dengan memberikan

gambaran melalui kata-kata atau tulisan. Seeger (1958:184) menyebutkan bahwa

deskriptif adalah penyampaian objek dengan menerangkan terhadap pembaca

secara tulisan maupun lisan dengan sedetil-detilnya. Deskripsi yang penulis

maksud adalah deskripsi pertunjukan tradisi Gandai pada masyarakat Pekal di

Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu, Bengkulu.

Page 25: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

11

Perubahan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000:1234) adalah

hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran. Menurut Yandianto dalam Bonggud

Sidabitar (2013:9) perubahan dalam bahasa inggris disebut change, misalnya

perubahan sosial atau sosial change, artinya perubahan dalam kemasyarakatan

yang mempengaruhi sistem sosial suatu masyarakat yang berhubungan dengan

nilai-nilai, dan perilaku di antara kelompok manusia. Perubahan yang dimaksud

penulis adalah suatu perubahan/peralihan yang terjadi pada tradisi Gandai dalam

konteks upacara masyarakat Pekal dan fungsi tradisi Gandai bagi hidup

masyarakat Pekal. Dimana akan dilihat bagaimana kedudukannya dalam

masyarakat Pekal, peranannya dalam masyarakat Pekal, dan aturan-aturan yang

membatasi peranan tradisi Gandai ini dalam masyarakat Pekal, serta akan dilihat

adakah perubahan terhadap tradisi Gandai tersebut yang berpengaruh pada

fungsinya dalam masyarakat Pekal khususnya dalam konteks upacara Perkawinan

adatnya.

1.4.2 Teori

Dalam meneliti keenam ragam gerak Gandai tersebut, penulis akan

mendeskripsikannya. Dalam teori komposisi tari, hadirnya gerak dapat

ditimbulkan karena beberapa faktor rangsang yaitu rangsang visual, kinestetik,

rabaan, dan gagasan (Ben Suharto, 1985: 20-21). Menurut pendapat tersebut

diatas, gerak-gerak dalam Gandai timbul dari rangsang visual dan rangsang

kinestetik. Rangsang visual bisa dilihat dari nama-nama gerak, contoh sementaro,

yang mengacu pada bagaimana kehidupan seseorang yang hanya bersifat

sementara. Sedangkan rangsang kinestetik bisa dilihat dari rangsang gerak.

Page 26: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

12

Keenam ragam gerak Gandai tersebut penulis akan menggunakan teknik

kinisiologi. Kinesiologi tari yang dimaksud adalah ilmu yang mempelajari tentang

gerak-gerak tubuh manusia dalam tari yang ditata sesuai dengan musik dan

mengandung makna serta memiliki kekuatan otot, tulang, syaraf, dan sendi yang

dibutuhkan untuk melakukan gerakan tersebut (http://gitadanceq.blogspot.com).

Setelah itu juga akan dilihat bagaiman uraian mengenai ragam gerak, pola lantai,

motif gerak, frase gerak, busana tari yang digunakan masyarakat Pekal dalam

konteks adatnya.

Untuk mendeskripsikan musik Gandai ini, khususnya struktur melodi

sunai yang berfungsi secara musikal sebagai pembawa melodi utama, penulis

menggunakan teori “bobot tangga nada” (weighted scale), yang ditawarkan oleh

Malm (1977). Ia menawarkan delapan parameter untuk mendeskripsikan melodi,

yaitu: (1) tangga nada, (2) wilayah nada, (3) nada dasar, (4) interval, (5) distribusi

nada, (6) formula melodi, (7) pola-pola kadensa, dan (8) kontur.

Dalam suatu kebudayaan tradisi lisan atau oral suatu perubahan dapat

terjadi, karena proses pengajarannya dilakukan secara lisan. Menurut Alan P

Merriam (1964:303) mengemukakan bahwa perubahan dapat berasal dari dalam

lingkungan kebudayaan (internal), dan perubahan juga bisa berasal dari luar

kebudayaan (eksternal). Perubahan secara internal merupakan perubahan yang

timbul dari dalam dan dilakukan oleh pelaku-pelaku kebudayaan itu sendiri, dan

juga disebut inovasi. Sedangkan perubahan eksternal merupakan perubahan yang

timbul akibat pengaruh yang dilakukan oleh orang-orang dari luar lingkup budaya

tersebut atau akulturasi. Perubahan yang terjadi dalam tradisi Gandai merupakan

Page 27: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

13

hasil kreatifitas masyarakat Pekal itu sendiri yang diakibatkan oleh kebudayaan

barat.

Fungsi menurut Alan P Merriam (1964) pada teori use and function

(penggunaan dan fungsi) yang berkaitan dengan tradisi Gandai adalah sebagai

berikut: (i) fungsi pengungkapan emosional, (ii) fungsi penikmatan estetika, (iii)

fungsi hiburan, (iv) fungsi komunikasi, (vii) fungsi validasi lembaga-lembaga

sosial dan ritual keagamaan, (viii) fungsi kontribusi demi kelangsungan dan

stabilitas budaya, dan (ix) fungsi pengintegrasian masyarakat.

Sementara itu pakar tari lndonesia yaitu Narawati dan R.M. Soedarsono

dalam Reny Yulyati (2013:22) membedakan fungsi tari menjadi dua, yaitu (1)

kategori fungsi tari yang besifat primer, yang dibedakan menjadi tiga, yaitu: (a)

fungsi tari sebagai sarana ritual, (b) fungsi tari sebagai ungkapan pribadi, dan (c)

fungsi tari sebagai presentasi estetik, dan (2) kategori fungsi tari yang bersifat

sekunder, yaitu lebih mengarah pada aspek komersial atau sebagai lapangan mata

pencaharian.

Berdasarkan teori fungsi tari dari Narawati dan Soedarsono ini, maka

fungsi tradisi Gandai, mencakup baik itu fungsi primer dan juga fungsi sekunder.

Di dalam kegiatan tari ini terdapat fungsi ritual, ungkapan pribadi, estetik, dan

mata pencaharian.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang

menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Untuk meneliti Gandai pada upacara

perkawinan masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, penulis menggunakan

Page 28: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

14

metode penelitian kualitatif, sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Kirk

Miller dalam Moleong (1990:3) yang mengatakan: “Penelitian kualitatif adalah

tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental

bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan

berhubungan dengan orang-orang dalam bahasa dan peristilahannya”.

Pendekatan emik dan etik juga menjadi penting karena penulis adalah

“orang dalam” (insider). Dalam penelitian lapangan, pendekatan emik merupakan

identifikasi fenomena budaya menurut pandangan pemilik budaya tersebut,

sedangkan etik adalah identifikasi menurut peneliti yang mengacu pada konsep

konsep sebelumnya (Kaplan dan Manners 1999:256-8). Dalam penelitian ini

penulis akan menggunakan pendekatan emik dan etik untuk mendapatkan data

yang objektif.

Menurut Curt Sachs dalam Nettl (1962:16) penelitian dalam

etnomusikologi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: kerja lapangan (field work) dan

kerja laboratorium (desk work). Kerja lapangan meliputi pengumpulan dan

perekaman data dari aktivitas musikal dalam sebuah kebudayaan manusia,

sedangkan kerja laboratorium meliputi pentranskripsian, menganalisis data dan

membuat kesimpulan dari keseluruhan data.

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan metode yang diungkapkan

oleh Curt Sach, namun sebelum melakukan kerja lapangan (field work) dan kerja

laboratorium (deks work) penulis akan melakukan studi kepustakaan terlebih

dahulu. Adapun tujuan dari studi kepustakaan ini dalah untuk mengumpulkan

data-data awal dalam penelitian ini.

Page 29: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

15

1.5.1 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan perlu dilakukan untuk mengumpulkan data-data atau

sumber bacaan untuk mendukung penelitian. Sumber bacaan ini dapat berupa

buku-buku, skripsi etnomusikologi, jurnal, maupun bacaan yang diperlukan untuk

mendukung penelitian.

Dalam hal ini penulis telah membaca skripsi sarjana Etnomusikologi yaitu

Reny Yulyati Br Lumban Toruan, Desi Ari Natalia S, Seridah Ritha Gustina

Ginting, dan Flora Hutagalung, serta skripsi lainnya yang berhubungan dengan

tulisan penulis. Penulis juga membaca buku-buku antropologi dan etnomusikologi

yaitu Pengantar Ilmu Antropologi, The Anthropology Of Music, Etnomusikologi,

dan beberapa buku lainnya. Untuk melengkapi tulisan ini, penulis melakukan

studi kepustakaan juga terhadap topik-topik lain yang berkaitan dengan penelitian

skripsi ini antara lain pendidikan, sosiologi, antropologi, sistem kekerabatan, dan

topik tentang kebudayaan masyarakat Pekal. Selajutnya hasil dari studi

kepustakaan tersebut akan dijadikan sebagai informasi tambahan dalam penulisan

skripsi ini.

1.5.2 Penelitian Lapangan

Penulis melakukan penelitian lapangan agar mengetahui keseluruhan

mengenai objek yang diteliti. Penulis juga dapat terlibat langsung dengan objek

yang sedang diteliti dan mendapat lebih banyak informasi. Oleh karena itu penulis

menggunakan dua teknik dalam pengumpulan data di lapangan yaitu:

Page 30: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

16

1.5.2.1 Wawancara

Wawancara diperlukan untuk mendukung penelitian tentang tradisi

Gandai dalam konteks upacara perkawinan adat masyarakat Pekal. Dalam

mengambil sumber data dilapangan penulis melakukan wawancara dengan

budayawan, beberapa tokoh adat, penari dan pemusik maupun orang-orang yang

pernah terlibat dalam penyajian tradisi Gandai ini. Serta informan lainnya yang

berhubungan dengan penelitian ini.

Teknik wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara berfokus

(focus interview) yaitu melakukan pertanyaan selalu berpusat pada pokok

permasalahan. Selain wawancara berfokus peneliti juga melakukan wawancara

bebas (free interview) yaitu pertanyaan tidak selalu berpusat pada pokok

permasalahan tetapi pertanyaan dapat berkembang ke pokok permasalahan

lainnya dengan tujuan untuk memperoleh data yang beraneka ragam namun tidak

menyimpang dari pokok permasalahan (Koentjaraningrat 1985:139). Hal ini

penulis lakukan untuk mendukung data yang telah diperoleh dari kerja lapangan

maupun dari studi kepustakaan. Penulis menjadikan bapak Zhamari A.S Jamal

dan Bapak Makmur sebagai informan kunci mereka adalah budayawan Pekal

sekaligus orang yang paham mengenai adat perkawinan Pekal. Untuk informan

pangkal penulis menunjuk Ibu Ratna dan Bapak Mahmudin. Selain itu penulis

juga mewawancarai beberapa orang penonton.

1.5.2.2 Perekaman

Perekaman dalam penelitian sangat penting untuk mengumpulkan data di

lapangan. Perekaman yang dilakukan secara audi-visual. Perekaman secara audio

akan menggunakan Handphone Nokia C3 dan untuk perekaman adio-visualnya

Page 31: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

17

ini akan menggunakan kamera digital Sony Cyber-shot dan Hp. Penulis akan

merekam hasil wawancara dengan narasumber yang dilakukan di lapangan.

Narasumber-narasumber yang penulis wawancarai antara lain Zhamari A.S Jamal,

Makmur, Mahmudin, Ali Bidin, Ratna, dan Herman. Selain itu penulis juga akan

merekam materi musik yang akan menjadi di deskripsikan nantinya. Khusus foto-

foto ragam gerak Gandai ini, didapat melalui rekonstruksi. Karena pencahayaan

panggung malam begandai yang penulis teliti kurang baik. Sehingga diambil pada

siang hari.

1.5.3 Kerja Laboratorium (Desk Work)

Setelah semua data di lapangan diperoleh dan bahan dari hasil studi

kepustakaan terkumpul, selanjutnya dilakukan pembahasan dan penyusunan

tulisan. Untuk mendeksripsikan materi musik, terlebih dahulu dilakukan

pentranskripsian yang selanjutnya akan dideskripsikan.

Terdapat dua pendekatan yang diungkapkan oleh Bruno Nettl (1964:98)

dalam mendeksripsikan materi musik pada kerja laboratorium, yaitu (1) kita dapat

menganalisis dan mendeskripsikan apa yang didengar, dan (2) kita dapat dengan

cara menuliskannya apa yang kita dengar tersebut diatas kertas lalu

mendeskripsikan apa yang kita lihat. Dari kedua pendekatan tersebut penulis akan

menggunakan pendekatan yang kedua dalam mendeskripsikan musik iringan

Gandai. Untuk itu harus dilengkapi dengan analisis yang didasarkan atas materi

yang terlihat dalam bentuk notasi. Oleh karena itu dalam kerja laboratorium

penulis akan melakukan transkripsi. Transkripsi adalah proses memindahkan

bunyi (menotasikan), mengalihkan bunyi yang didengar menjadi simbol visual.

Page 32: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

18

1.5.3.1 Metode Transkripsi

Sebagai bahan transkripsi penulis mengambil langsung dari lapangan yaitu

saat malam begandai pada upacara perkawinan adat Maradona Johansyah dengan

Irayanti Putri. Musik iringan Gandai ini disajikan oleh bapak Ali Bidin selaku

pemain sunai dan bapak Herman selaku pemain edap. Dalam

mentranskripsikannya, penulis meminta bantuan kepada beberapa teman yang

mampu dalam hal pentranskripsian. Adapun alasan mengapa penulis tidak

mentranskripsikan sendiri dikarenakan kurangnya pengetahuan penulis akan

instrumen tiup serta keterbatasan penulis dalam mengidentifikasi setiap bunyi

instrumen yang dimainkan. Melalui bantuan tersebut proses pentranskripsian

musik tradisi Gandai dapat diselesaikan lebih cepat.

Setelah mendapatkan hasilnya (baik melodi maupun pola ritemnya)

penulis lalu memindahkannya ke dalam software musik sibellius, kemudian

mendengarkan kembali hasil yang telah dipindahkan tersebut.

1.6 Lokasi Penelitian

Untuk lokasi penelitian penulis meneliti tradisi Gandai pada upacara

perkawinan adat Maradona Johansyah dengan Irayanti Putri yang berlangsung di

Desa Pasar Ketahun pada tanggal 7 Februari 2014. Kecamatan ini masih

ditemukan upacara yang menyajikan Gandai, Kecamatan Ketahun merupakan

salah satu daerah tempat bermukimnya masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun

Provinsi Bengkulu. Selain itu Kecamatan Ketahun juga merupakan kampung

halaman penulis dan semua kerabat dekat penulis menetap disana, sehingga

mudah bagi penulis untuk mencari dan mendapatkan informan.

Page 33: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

19

BAB II

MASYARAKAT PEKAL DI KECAMATAN KETAHUN

Bab II ini akan menguraikan tentang keadaan lingkungan masyarakat Pekal

di Kecamatan Ketahun seperti lokasi lingkungan alam dan demografi, asal-usul

masyarakat Pekal, mata pencaharian, sistem agama dan kepercayaan, sistem

kekerabatan, sistem bahasa, dan sistem kesenian. Hal-hal tersebut menurut penulis

juga penting untuk diuraikan, karena selain untuk mengenalkan daerah penelitian

penulis kepada pembaca, juga berhubungan dengan tradisi Gandai dalam konteks

upacara perkawinan masyarakatnya.

2.1 Lokasi Lingkungan Alam dan Demografi

Ketahun adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara,

Provinsi Bengkulu, Indonesia dengan luas 8216 hektar. Kecamatan Ketahun

berjarak ± 95 km dari kota Bengkulu yang merupakan ibukota provinsi dan dapat

di tempuh dengan menggunakan mobil, dengan lama perjalanan sekitar 2,5 jam

(jika kondisi arus lalu lintas dalam keadaan normal). Kecamatan Ketahun yang

berada 0-1500 m di atas permukaan laut ini terdiri atas 27 Desa yang terdiri dari

21 desa depinitif dan 6 lainnya merupakan desa persiapan (dapat dilihat pada

halaman 19).

Kecamatan Ketahun berbatasan dengan Kecamatan Napal Putih di sebelah

utara, Samudera Indonesia di sebelah selatan, sebelah barat berbatasan dengan

Kecamatan Putri Hijau, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Batik

Nau (Data Statistik Kecamatan Ketahun tahun 2013).

Page 34: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

20

TABEL 2.1

Perincian Nama Desa dan Luas Wilayah Kecamatan Ketahun

NO NAMA DESA LUAS WILAYAH

(Hektar)

1 Urai 300

2 Air Simpang 104

3 Air Sebayur 420

4 Air Sekamanak 132

5 Marga Bakti 250

6 Bukit Makmur 490

7 Pasar Ketahun (Ibukota

Kecamatan)

230

8 Bukit Indah 102

9 Giri Kencana 670

10 Bukit Harapan 300

11 Gunung Payung 270

12 Kualalangi 258

13 Talang Baru 200

14 Dusun Raja 250

15 Fajar Baru 250

16 Lubuk Mindai 270

17 Tanjung Muara 110

18 Sumber Mulya 300

Page 35: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

21

19 Bumi Harjo 130

20 Bukit Tinggi 150

21 Melati Harjo 120

22 Persiapan Sebayur Jaya 600

23 Persiapan Limas Jaya 750

24 Persiapan Simpang Batu 170

25 Persiapan Lembah Duri 320

26 Persiapan Alas Bangun 720

27 Persiapan Baru Manunggal 350

JUMLAH 8216

Sumber: Kantor Kecamatan Ketahun (November 2013)

Dari data nama-nama tersebut diatas, yang masih aktif sering

menggunakan tradisi Gandai adalah desa Urai, desa Pasar Ketahun, desa Bukit

Indah, desa Bukit Harapan, desa Gunung Payung, desa Kualalangi, desa Talang

Baru, dan desa Lubuk Mindai. Sedangkan desa Air Simpang, desa Air Sebayur,

desa Air Sekamanak, desa Marga Bakti, desa Bukit Makmur, desa Giri Kencana,

desa Fajar Baru, desa Tanjung Muara, desa Sumber Mulya, desa Bumi Harjo, desa

Bukit Tinggi, dan desa Melati Harjo merupakan desa-desa ekstransmigrasi dari

pulau Jawa. Lalu desa-desa yang masih dalam tahap persiapan merupakan desa

perambah yang kebanyakan masyarakatnya berasal dari Kabupaten Bengkulu

Selatan.

Saat ini 6 desa persiapan depinitif tersebut menjadi polemik bagi

Kecamatan Ketahun, dimana terjadi tarik ulur antara pihak pemerintahan dengan

pihak pemilik lahan yang selama ini menjadi pusat kegiatan desa seperti desa Alas

Page 36: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

22

Bangun, Limas Jaya, dan Sebayur Jaya terletak pada Hutan Produksi Tanah

(HPT) Air Urai dan Air Serangai. Hal ini menjadi polemik dikarenakan HPT

menjadi kewenangan Menteri Kehutanan, sementara 3 desa lainnya yaitu Baru

Manunggal, Lembah Duri dan Simpang Batu terletak di perkebunan PT Way

Sebayur yang umur HGUnya terlantar.

Selain suku Pekal sebagai suku yang mayoritas mendiami wilayah

Kecamatan Ketahun, ada suku-suku lainnya yang ada di Kecamatan Ketahun

yaitu, suku Minangkabau, suku Rejang, suku Batak, suku Jawa, suku Serawai,

suku Sunda, dan lain sebagainya. Mengenai keadaan penduduknya dan

pendidikan dapat dilihat pada tabel 2.2, 2.3 dan tabel 2.4 di bawah ini.

Tabel 2.2

Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Pria Wanita Jumlah (Jiwa)

22.948 22.773 45721

(Data Statistik Kecamatan Ketahun Tahun 2013)

Tabel 2.3

Distribusi Sarana Pendidikan

SMA/SMK/MA SMP/MTS SD/MI

Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

3 2 13 2 32 6

(data statistik dari http://referensi.data.kemdikbud.go.id)

Page 37: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

23

Tabel 2.4

Nama-nama Satuan Pendidikan di Kecamatan Ketahun

No Nama Alamat Status

1 MAN Ketahun Pasar Ketahun Negeri

2 MAS Al Um Bukit Harapan Swasta

3 MAS Darun Naja Urai Swasta

4 MIN Ketahun Giri Kencana Negeri

5 MIS Al Hidayah Simpang Batu Swasta

6 MIS Al Iman Bukit Indah Swasta

7 MIS Al Um Bukit Harapan Swasta

8 MIS Darunanaja Urai Swasta

9 MIS Mimbarul Huda Air Sebayur Swasta

10 MTSN Ketahun Giri Kencana Negeri

11 MTSS Al Um Bukit Harapan Swasta

12 MTSS Darunnaja Urai Swasta

13 SD Negeri 01 Ketahun Pasar Ketahun Negeri

14 SD Negeri 02 Ketahun Dusun Raja Negeri

15 SD Negeri 03 Ketahun Urai Negeri

16 SD Negeri 04 Ketahun Kualalangi Negeri

17 SD Negeri 05 Ketahun Talang Baru Negeri

18 SD Negeri 06 Ketahun Giri Kencana Negeri

19 SD Negeri 07 Ketahun Bukit Tinggi Negeri

20 SD Negeri 08 Ketahun Bumi Harjo Negeri

Page 38: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

24

21 SD Negeri 09 Ketahun Bukit Harapan Negeri

22 SD Negeri 10 Ketahun Sumber Mulya Negeri

23 SD Negeri 11 Ketahun Marga Bakti Negeri

24 SD Negeri 12 Ketahun Bukit Makmur Negeri

25 SD Negeri 13 Ketahun Bukit Makmur Negeri

26 SD Negeri 14 Ketahun Fajar Baru Negeri

27 SD Negeri 15 Ketahun Fajar Baru Negeri

28 SD Negeri 16 Ketahun Melati Harjo Negeri

29 SD Negeri 17 Ketahun Gunung Payung Negeri

30 SD Negeri 18 Ketahun Lubuk Mindai Negeri

31 SD Negeri 19 Ketahun Air Simpang Negeri

32 SD Negeri 20 Ketahun Air Sebayur Negeri

33 SD Negeri 21 Ketahun Air Sekamanak Negeri

34 SD Negeri 22 Ketahun Air Simpang Negeri

35 SD Negeri 23 Ketahun Kualalangi Negeri

36 SD Negeri 24 Ketahun Dusun Raja Negeri

37 SD Negeri 25 Ketahun Tanjung Muara Negeri

38 SD Negeri 26 Ketahun Limas Jaya Negeri

39 SD Negeri 27 Ketahun Tanjung Muara Negeri

40 SD Negeri 28 Ketahun Lembah Duri Negeri

41 SD Negeri 29 Ketahun Sebayur Jaya Negeri

42 SD Negeri 30 Ketahun Cakra Negeri

43 SD Negeri No. 31 Ketahun Gembung Raya Negeri

Page 39: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

25

44 SDS Tunas Kita Pamor Pamor Ganda Swasta

45 SMAN 1 Ketahun Bukit Indah Negeri

46 SMKN 1 Ketahun Pasar Ketahun Negeri

47 SMP Negeri 01 Ketahun Bumi Harjo Negeri

48 SMP Negeri 02 Ketahun Pasar Ketahun Negeri

49 SMP Negeri 03 Ketahun Bukit Makmur Negeri

50 SMP Negeri 04 Ketahun Limas Jaya Negeri

51 SMP Negeri 05 Ketahun Air Sebayur Negeri

52 SMP Negeri 06 Ketahun Bukit Harapan Negeri

53 SMP Negeri 07 Ketahun Urai Negeri

54 SMP Negeri 08 Ketahun Marga Bakti Negeri

55 SMP Negeri 09 Ketahun Air Simpang Negeri

56 SMP Negeri 11 Ketahun Dusun Raja Negeri

57 SMP Negeri 12 Ketahun Melati Harjo Negeri

58 SMP Negeri Terbuka Ketahun Bumi harjo Negeri

(Data statistik dari http://referensi.data.kemdikbud.go.id)

Dari tabel distribusi pendidikan diatas, dapat dikatakan bahwa adanya

sarana pendidikan yang telah menyebar rata membuat masyarakat Pekal di

Kecamatan Ketahun banyak yang bersekolah daripada yang menganggur atau

hanya bekerja di ladang atau sawah, waktu mereka untuk berkumpul dan

melakukan kegiatan begandai terbatas dengan adanya kegiatan belajar ersebut.

Ketahun merupakan daerah yang subur dan sangat berpotensi dalam

bidang pertanian, kelautan, perkebunan sawit, dan pertambangan batu bara.

Masyarakat Ketahun ada yang bertani dan berladang untuk memenuhi kebutuhan

Page 40: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

26

sehari-hari dan tak sedikit pula sekarang yang telah memliki lahan pribadi untuk

perkebunan kelapa sawit dan karet. Banyak pengusaha-pengusaha yang

menanamkan modalnya untuk mendirikan perkebunan kelapa sawit atau

perkebunan karet di Kecamatan Ketahun. Perusahaan-perusahaan yang bergerak

dalam bidang perkebunan kelapa sawit yaitu PT Julang Oca Permana milik Bakrie

Group dan PTPN VII, sedangkan PT Pamor Ganda milik bapak D L Sitorus

bergerak dalam bidang perkebunan karet.

Untuk sektor pertambangannya, dapat dikelompokkan menjadi

pertambangan mineral dan pertambangan batu bara. Pertambangan mineralnya

berupa pertambangan batuan. Pada sektor pertambangaan batu baranya ditujukan

untuk pasar ekspor. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang

pertambangan batu bara seperti PT Injatama, PT Rekasindo Guriang Tandang, dan

PT Adi Bara Pratama. Banyak masyarakat Pekal yang bekerja di perusahaan-

perusahaan tersebut sehingga tingkat kesejahteraan masyarakatnya cukup baik,

tampak dari sedikitnya tindakan kriminal seperti curanmor (pencurian kendaraan

bermotor) dan pencurian lainnya.8 Mereka pun juga ada yang melaut untuk

mencari ikan. Hasil tangkapan mereka bisa untuk di konsumsi secara pribadi atau

di jual.

8 Keterangan bapak Ir. Budi Sampurno (camat Ketahun).

Page 41: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

27

Gambar 2.1:

Peta Kecamatan Ketahun Dilihat Dari Provinsi Bengkulu

2.2 Asal-usul Masyarakat Pekal

Secara etimologi, Pekal berasal dari kata mengkal yang berarti belum

matang namun sudah tidak lagi mentah. Menurut legenda, nama ini diperoleh

karena suku Pekal merupakan bentuk mengkal dari suku Minangkabau dan suku

Rejang yang wilayahnya merupakan pemberian dari suku Minangkabau dan suku

Rejang. Dengan begitu, suku Pekal berkaitan dengan mitologi suku Rejang dan

hikayat raja Inderapura dari Minangkabau (http://ms.wikipedia.org/wiki/

Minangkabau). Menurut bapak Makmur yang diamini oleh bapak Zhamari A.S

Jamal dahulunya dikisahkan putri Rindu Bulan yang merupakan satu-satunya

anak perempuan dari raja Rejang Lebong yang bernama menaruh hati dengan

pemuda biasa di kerajaannya, sehingga raja Rejang Lebong marah dan

memerintahkan keenam putranya untuk membunuh putrinya tersebut. Namun

keenam putranya tidak tega membunuh adiknya, sehingga mereka membawa putri

rindu Bulan ke tepi sungai besar dan membuatkannya sebuah rakit dari bambu

dengan dibekali beras dan ayam. Sungai ini berasal dari dua bukit yaitu bukit

Page 42: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

28

Tapus yang sungainya bermuara di muara Ketahun dan yang satunya lagi

bermuara ke Jambi.

Maka pergilah putri Rindu Bulan dengan rakitnya menelusuri sungai. Hari

demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan hingga setahun putri Rindu

Bulan menyelusuri sungai hingga rakitnya rusak di muara. Setelah sampai di

muara, ayam yang ia bawa berubah menjadi elang sedangkan beras yang ia bawa

tertumpah dan berubah menjadi senggugu. Inilah yang menjadi asal asul

penamaan sungai Ketahun yang dilewati putri Rindu Bulan selama setahun

Setelah rakitnya diperbaiki, ia melanjutkan perjalanannya sehingga sampai

di pulau Pagai (Sumatera Barat). Kemudian ia diselamatkan dan dirawat oleh

orang yang tinggal disana. Karena kecantikannya, ia mampu memikat hati anak

raja dari kerajaan Pagai, lalu ia dipinang oleh anak raja tersebut dan menikahlah

mereka. Putri Rindu Bulan kemudian mengatakan pada suaminya bahwa daerah

asalnya dari daerah Rejang Lebong. Ia dan suaminya memutuskan untuk kembali

ke Rejang Lebong.

Menurut sumber lainnya yang jalan ceritanya sedikit berbeda,9 putri yang

dimaksud bernama Putri Lindung Bulan yang merupakan putri bungsu dari Rajo

Tiang Pat “Sultan Sarduni”, setelah ia menginjak remaja banyak sekali putra-putra

Raja, putra-putra Sultan, dan putra-putra sunan dari Aceh, Sulawesi, dan daerah-

daerah lain yang menyukainya dan ingin meminangnya. Tapi anehnya, setiap ada

yang datang hendak melamar selalu saja secara tiba-tiba tubuh Putri Lindung

Bulan mendapat penyakit kulit yang menulir, dan hal inilah yang membuat

9 Dari blog http://rejang-lebong.blogspot.com

Page 43: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

29

pinangan itu batal. Namun setelah yang meminang itu kembali

kedaerah/kerajaannya, secara tiba-tiba pula penyakit Putri Lindung Bulan sembuh.

Melihat kejadian yang terus terjadi atas Putri Lindung Bulan, yang

menjadi aib bagi kerajaan khususnya bagi saudara-saudara Putri Lindung Bulan,

maka datanglah niat busuk dari saudaranya ki Geto untuk membunuh Putri

Lindung Bulan. Bermufakatlah saudara-saudaranya yaitu Ki Geto, Ki Tago, Ki

Ain, Ki Genain, dan Ki Nio untuk menyingkirkan dan membunuh Putri Lindung

Bulan.

Mereka memberikan alasan kepada Sultan Sarduni untuk mengobati Putri

Lindung Bulan ke hutan hingga sembuh. Maksud kelima bersaudara itu tidak

disetujui oleh Karang Nio (saudara Putri Lindung Bulan lainnya). Ia kalah suara

dan mendapat ancaman dari kelima saudara lainnya bahwa harus ia yang

membunuh adiknya tersebut. Akhirnya pada suatu hari setelah mendapatkan izin

dari ayahnya, berangkatlah Karang Nio denga Putri Lindung Bulan menuju hutan.

Sesampai mereka di sana, Karang Nio membawa Putri Lindung Bulan ke pinggir

sungai (yang sekarang dikenal dengan sungai Ketahun) dan ia menceritakan niat

buruk saudara-saudaranya yang lain. Ia pun berniat menyelamatkan Putri, ia

menyuruh putri untuk berakit mengikuti arus sungai itu. Namun sebelum Putri

berangkat, Karang Nio berencana untuk mengelabui ke-5 saudara lainnya dengan

cara menyayat sedikit kulit telinga Putri dengan mata pedangnya sebagai barang

bukti bahwa ia telah membunuhPutri Lindung Bulan.

Sebelumnya ia membekali Putri dengan secupak (ukurann 1½ kg) beras

dawai, sebuah kelapa, dan seekor ayam biring serta sepotong bambu sebagai

satang (pendayung rakit). Setelah tugas dilaksanakan, Karang Nio kembali ke

Page 44: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

30

Bandar Agung untuk melaporkan kepada saudara-saudaranya bahwa Putri

Lindung Bulan telah dibunuh dengan menunjukan barang bukti berupa pedang

yang berlumur darah. Kepada ayahnya ia mengatakan bahwa Putri sedang berobat

di tengah hutan.

Setelah beberapa lama Putri Lindung Bulan berakit, sampailah ia di muara

sungai. Karena muara sungai itu airnya tenang dan luas, ia membuang satang

yang ia gunakan untuk mendayung rakitnya. Ia juga membuang buah kelapa dan

ayam biring yang diberikan kakknya ke darat, lalu secupak beras dawai ia

hamburkan ke air muara sungai itu. Ia dan rakitnya hanyut hingga ke lautan

sampai ia terdampar di pagi hari di sebuah pulau yang ia beri nama pulau Pagai

(berasal dari bahasa Rejang yang berarti pagi). Satang bambu yang ia buang tadi

berubah menjadi aur kuning, buah kelapa berubah menjadi nibung kuning, ayam

biring berubah menjadi burung elang berantai, dan beras dawai berubah menjadi

segugu. Benda-benda tersebut masih bisa dilihat sekarang di muara sungai

Ketahun.

2.3 Mata Pencaharian

Kecamatan Ketahun merupakan daerah yang subur dan berpotensi tinggi

dalam bidang pertanian, kelautan dan perkebunan. Beberapa dari masyarakat

Pekal juga telah bekerja sebagai pegawai pada sektor swasta maupun sektor

pemerintahan, dan pedagang. Pada sektor perkebunan, masyarakat Pekal

mayoritas berkebun karet dan kelapa sawit.

Banyak juga masyarakat Pekal yang memanfaatkan hasil laut dengan

menjadi nelayan. Hal ini dikarenakan wilayah Ketahun berada di pesisir pantai.

Page 45: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

31

Adanya sektor tambahan lainnya yaitu sektor pertambangan batu bara.

Pertambangan batu bara yang digerakan pihak asing membuat semakin

bertambahnya lapangan pekerjaan bagi masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun.

2.4 Sistem Agama dan Kepercayaan

Mayoritas masyarakat Bengkulu beragama Islam, termasuk suku Pekal

yang ada di Kecamatan Ketahun. Walau sedikit terlambat perkembangannya dari

daerah lain yang sudah tersentuh pada abad ke-7. Hal ini dikarenakan letak

geografis Bengkulu yang berada di tepi Samudera Hindia bukan berada di antara

selat atau pulau, sehingga pelayaran mengalami kesulitan untuk berlayar menuju

Bengkulu. Islam sendiri masuk saat Bengkulu masih terbentuk dalam sistem

pemerintahan berupa kerajaan-kerajaan kecil yang berada di kawasan dataran

tinggi ataupun berada di wilayah pesisir Bengkulu.

Islam masuk ke Bengkulu melalui Minangkabau (1500) atau Palembang.

Masuknya Islam diperkirakan melalui lima pintu. Pertama melalui penyebaran

Islam oleh Tengku Malim Mukidim dari Aceh pada tahun 1471yang datang ke

kerajaan tertua di Bengkulu yaitu kerajaan Sungai Serut dengan raja pertamanya

Ratu Agung (1550-1570) yang berasal dari Gunung Bungkuk. Beliau berhasil

mengislamkan Ratu Agung. Kedua melalui perkawinan Perkawinan antara sultan

Muzafar Syah dengan putri Serindang Bulan (inilah awal Islam masuk ke tanah

Rejang pada pertengahan abad ke-17). Ketiga melalui datangnya Bagindo

Maharajo Sakti dari Pagaruyung ke kerajaan Sungai Lemau pada abad ke-17.

Lalu melalui dakwah yang dilakukan dai-dai dari Banten (bentuk kerjasama

Page 46: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

32

kerajaan Banten dengan kerajaan Selebar). Dan yang terakhir melalui kerajaan

Mukomuko.

Pada suku Pekal unsur Islami terlihat dari beberapa acara adat dan seni

budaya mereka. Walaupun mereka telah memeluk Islam, tetapi beberapa

kepercayaan terhadap hal-hal animisme dan dinamisme masih terlihat dalam

kehidupan masyarakat suku Pekal. Mereka mempercayai hal-hal gaib dan tempat-

tempat keramat yang konon dapat mempengaruhi kehidupan dan kesehatan

mereka.

Masyarakat Pekal masih memberikan punjung (sesajian) kepada muara

(setiap tahun) dan jika tidak memberikan punjung ke muara, ada kepercayaan

bahwa laut akan marah dan memakan korban yang selalu merupakan pendatang

(bukan masyarakat Pekal). Agama Islam tidak dapat dipisahkan dari identitas

masyarakat Pekal. Masyarakat Pekal mempunyai pepatah yang sama dengan

pepatah masyarakat Minangkabau yaitu, adat besandi syara’, syara’ besandi

Kitabullah (adat Pekal bersendi hukum Islam dan hukum Islam bersendi Al

Qur’an). Sehingga dapat dilihat kesatuan antara adat masyarakat Pekal dengan

agama Islam yang saling membina masyarakatnya.

2.5 Sistem Kekerabatan

Masyarakat Pekal menggunakan sistem matrilinel, dimana silsilah

keturunan yang diperhitungkan melalui garis ibu. Hal ini dikarenakan pengaruh

budaya Minangkabau lebih kuat daripada budaya Rejangnya yang menganut

Patrilineal. Dalam sistem kekerabatan matrilineal terdapat tiga unsur yang paling

dominan, yaitu: Pertama, garis keturunan menurut garis ibu. Kedua, perkawinan

Page 47: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

33

harus dengan kelompok keluarga lain, di luar kelompok keluarga sendiri, yang

sekarang dikenal dengan eksogami matrilineal. Ketiga, ibu memegang peran

sentral dalam pendidikan, pengamanan kekayaan, dan kesejahteraan keluarga.

Dalam perkawinan masyarakat Pekal menganut sistem eksogami, dimana

yang artinya adalah sistem perkawinan di luar batas suatu lingkungan tertentu,

atau dengan kata lainnya perkawinan di luar kelompoknya. Serta matrilokal

dimana suami tinggal di sekitar rumah kerabat isterinya, atau di dalam lingkungan

kekerabatan isterinya. Semua harta dan tanah yang dimiliki diwariskan kepada

anak perempuan.

Dalam keluarga Pekal, ayah tidak termasuk dalam anggota keluarga istri

dan anaknya, akan tetapi ia tetap menjadi anggota kaum warganya masing-

masing, yaitu ibunya. Ayah dipandang sebagai pemberi keturunan. Di dalam

masyarakat Pekal ada sebutan atau nama panggilan yang digunakan keluarga.

Seperti seorang anak memanggil ibunya dengan panggilan amak, dan panggilan

abak untuk ayah.

Dalam masyarakat Pekal, terdapat sebutan atau nama panggilan yang

digunakan keluarga. Panggilan ini juga berlaku untuk semua masyarakat Pekal

dimana saja seperti seorang adik memanggil uwo kepada kakak perempuannya,

kelawai untuk panggilan adik perempuan. Panggilan untuk kakak laki-laki adalah

dang, adek dipanggil asek. Bagi laki-laki dalam satu kelompok keluarga

menyebut kakak atau adik perempuan mereka dengan istilah kelawai. Sedangkan

bagi perempuannya menyebut istilah manai kepada kakak maupun adik laki-

lakinya. Paman atau saudara laki-laki ibu dipanggil mamok, sedangkan bibi

Page 48: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

34

dipanggil pindoung, lalu memanggil sebai kepada nenek, dan memanggil ninik

kepada kakek.

2.6 Bahasa

Bahasa berarti sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan

oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan

mengidentifikasi diri: percakapan (perkataan) yang baik , tingkah laku yang baik,

sopan santun (Kamisa, 1997:49). Bahasa Pekal merupakan bahasa ibu dari

masyarakat Pekal yang menetap disana. Hampir seluruh masyarakat Pekal

menggunakan bahasa Pekal sebagai media komunikasi dalam percakapan formal

maupun percakapan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Pekal termasuk dalam

rumpun bahasa Melayu cabang dari rumpun bahasa Austronesia.

Kecamatan Ketahun merupakan salah satu daerah yang penduduknya

adalah mayoritas suku Pekal. Masyarakat Pekal ini sangat menjaga kelestarian

budaya mereka, termasuk bahasa yang mereka pakai. Mereka terbiasa memakai

bahasa Pekal dalam kehidupan sehari-hari ketika berkomunikasi dengan sesama

mereka. Bahkan sebagian penduduk yang tidak bersuku Pekal pun mengerti dan

fasih menggunakan bahasa ini, karena bahasa Pekal lebih sering digunakan jika

dibandingkan dengan bahasa nasional (bahasa indonesia). Hal ini mengharuskan

mereka untuk beradaptasi dengan penduduk asli yang dalam kesehariannya

menggunakan bahasa Pekal. Masyarakat suku Pekal biasanya menyebut diri

mereka sendiri sebagai Uhang Aok atau orang Pekal sedangkan bahasa mereka

sering disebut mekal.

Page 49: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

35

Bahasa Pekal sendiri sama di seluruh Kecamatan Ketahun, namun beda

dialeknya. Sepanjang sungai Serut (Ketahun) bahasa Pekal banyak dipengaruhi

dialek Rejang. Seperti contoh untuk mengatakan “tidak” masyarakat daerah ini

menggunakan kata codo mirip dengan bahasa Rejang coa. Daerah Sebelat sudah

dipengaruhi dialek Minangkabau. Sebagai contoh untuk mengatakan tidak

menggunakan kata dodo mirip dengan bahasa Minangkabau indak ado. Meski

terdapat adanya perbedaan dialek dan kosakata dalam bahasa Pekal, namun

perbedaan tersebut tidak menjadi persoalan yang berarti dalam proses komunikasi

antar penutur bahasa Pekal. Perbedaan dialek dan kosakata tersebut menjadi

cerminan kayanya kandungan bahasa Pekal.

Berikut ini adalah contoh yang menunjukkan persamaan dan perbedaan

antara bahasa Pekal dengan beberapa bahasa Para-Melayu pada tabel 2.2.

Tabel 2.5

Perbedaan Bahas Pekal dengan Beberapa Bahasa Para-Melayu

Bahasa Pekal

(Bengkulu)

apo lawik Liek kucing alui ulah kehas

Bahasa

Minangkabau

(Sumatera

Barat)

apo lauik caliak kuciang pai ula kareh

Bahasa

Mukomuko

apo laut Liek kucieng paing ula kaqeh

Page 50: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

36

(Bengkulu)

Bahasa Urak

Lawoi’

(Muangthai

Selatan)

nama lawoi Lihai mi’aw pi ulal kras

Bahasa

Indonesia

apa laut Lihat kucing pergi ular keras

(Dari http://id.wikipedia.org/ Bahasa_Pekal)

2.6 Kesenian

Kesenian adalah ekspresi manusia terhadap keindahan, dalam kebudayaan

suku-suku bangsa yang pada mulanya bersifat deskriptif (Koentjaraningrat, 1982:

395-397). Kesenian orang Pekal di Kecamatan Ketahun memiliki berbagai genre

kesenian, yang difungsikan di dalam kehidupan mereka seperti: gamat, dendang,

berzanji, mamecok, gandai, tari saputangan, tari kain panjang, tari piring, dan

lain-lain.Kesenian-kesenian ini hidup dan berkembang terus sampai sekarang.

Begamat merupakan salah satu kesenian menari sambil berbalas pantun

pada masyarakat Pekal yang biasanya digunakan dalam acara akikah dan sunatan.

Kata begamat merujuk pada alat musiknya yang bernama gamat (lihat pada

gambar 2.1). Alat musik ini tergolong klasifikasi kordofon sejenis kecapi dan

dimainkan hanya oleh perempuan saja dengan cara di petik dengan ukuran kurang

lebih 55 x 15 cm (p x l).

Page 51: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

37

Gambar 2.2:

Gamat

(Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

Dendang merupakan seni berbalas pantun dengan menggunakan biola.

Pantun yang dibawakan terdiri dari dua baris, empat baris, dan enam baris.

Penggalan pertama adalah sampiran dan penggalan kedua adalah isi pantun.

Antara sampiran dan isi pantun terjadi kesatuan, baik dari segi isi, tema, dan rima

(persajakan). Pantun empat baris merupakan pantun yang paling umum

dibawakan, dengan rima rata (aa-aa) maupun binari (a-b-a-b). Pantun dapat

disajikan dengan gaya bahasa sehari-hari.

Barsanji adalah seni berunsur Islam yang umum digunakan di dalam

upacara-upacara yang berkaitan dengan agama Islam, seperti perkawinan,

khitanan, mengantar calon dan menyambut haji, festival budaya Islam, dan lain-

Page 52: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

38

lain. Kesenian ini bersumber dari Kitab Al-Barzanji yang di dalamnya adalah

kisah tentang kehidupan Nabi Muhammad. Kitab ini dikarang oleh ulama Islam

ternama yaitu Syekh Ahmad Barzanji.

Mamecok merupakan kesenian pencak silat yang ada pada masyarakat

Pekal di Kecamatan Ketahun. Mamecok ini hanya dilakukan oleh pria yang

berjumlah 4 orang atau lebih dalam jumlah genap. Biasanya mereka mengenakan

peci serta sarung yang diikat di pinggang.

Gambar 2.3:

Mamecok

(Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

Tari sapu tangan dan tari kain panjang adalah tarian masyarakat Pekal

yang hanya ditarikan oleh laki-laki saja. Namun sudah sukar ditemukan

masyarakat Ketahun yang cakap menarikannya.

Page 53: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

39

BAB III

PERTUNJUKAN TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA

PERKAWINAN ADAT PADA MASYARAKAT PEKAL

3.1 Asal Usul Tradisi Gandai

Tradisi Gandai merupakan tradisi masyarakat Pekal yang sudah menjadi

adat istiadat mereka. Tradisi Gandai yang menjadi topik penulisan ini mengalami

perubahan. Diduga hal ini berdampak dari berkembangnya teknologi pada

masyarakat Pekal dan transmigrasi penduduk pulau Jawa ke Kecamatan Ketahun.

Dahulunya masyarakat Pekal berkumpul di balai desa setiap malam Jumat,

biasanya dimulai dari pukul 7 malam hingga pukul 6 pagi. Mereka berkumpul

untuk menyabut pembukaan lahan baru atau merayakan hasil panen mereka yang

hampir seminggu mereka kerjakan di sawah atau ladang mereka tanpa ada waktu

untuk bersantai. Dengan berkumpul mereka dapat berbagi suka cita dan

menghilangkan rasa lelah. Mereka yang berkumpul tidak hanya sekedar saling

bercerita namun mereka menari dan berbalas pantun. Tidak hanya para pemuda-

pemudi yang hadir, para orang tua pun turut serta. Semua yang hadir harus

mengenakan sarung.

Tradisi ini sekarang sudah tidak lagi dipertunjukan pada malam Jumat di

balai desa. Menurut bapak Zhamari A.S Jamal,10 ada beberapa faktor yang

mempengaruinya. Pertama, masyarakat Pekal semakin berkurang yang bekerja

sebagai petani. Mereka meninggalkan bahkan menjual lahan-lahan milik mereka,

10 Wawancara pada tanggal 9 Juli 2014

Page 54: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

40

karena lebih tertarik bekerja di perusahaan-perusahaan yang dahulunya banyak

membuka lapangan pekerjaan. Kedua, berkembangnya hiburan seperti organ

tunggal dan lingkuk pada masyarakat Pekal. Organ tunggal ini dibawa oleh

masyarakat Jawa yang bertransmigrasi ke Kecamatan Ketahun.11 Organ tungal

yang berkembang tersebut menyajikan lagu-lagu dangdut yang iramanya lebih

cepat dan membuat masyarakat Pekal lebih tertarik untuk menyaksikannya.

Sedangan lingkuk sendiri merupakan kesenian berjoget antara perempuan dan

laki-laki yang dibawa dari daerah Palembang. Kesenian ini kurang diterima oleh

para orang-orang tua Pekal karena dari menarikannya berpasangan dengan antara

perempuan dan laki-laki yang bukan muhrim. Sehingga sekarang sukar dijumpai

di Kecamatan Ketahun.

Hal yang yang serupa juga disampaikan oleh Ibu Syuraiani12 selaku

penggiat tari. Beliau juga menambahkan bahwa pendidikan juga menjadi salah

satu faktor yang membuat kegiatan pertunjukan tradisi Gandai ini berkurang.

Banyak anak-anak dan remaja bersekolah sehingga untuk keluar dan berkumpul di

malam hari sangat terbatas dikarenakan belajar. Menurut beliau di tahun 1980-

1990-an masih banyak sanggar-sanggar yang terus mempraktikkaan tradisi ini.

Namun karena sanggar-sanggar tersebut terkendala dana dan semakin sedikitnya

generasi muda yang tertarik masuk sanggar, maka sanggar-sanggar tersebut tutup

dengan sendirinya. Sekarang hanya Karang Taruna Desa yang mempraktikkan

tradisi ini.

11 Program transmigrasi penduduk Jawa yang ada di Pulau Jawa ke Bengkulu dilakukan antara tahun 1980-1985. Pertama kali penduduk Jawa tersebut diletakkan di daerah Mangkurajo, yaitu suatu daerah pegunungan di Lebong yang dekat dengan daerah tambang emas. Mereka yang bertransmigrasi diberi lahan untuk diolah. Namun saat itu program transmigrasi tidak berjalan mulus, sebagian dari mereka berpindah ke daerah lainnya, salah satunya Kecamatan Ketahun. (sumber: Kantor Kecamatan Ketahun) 12

Page 55: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

41

3.2 Perkawinan Pada Masyarakat Pekal

Melaksanakan perkawinan merupakan suatu keharusan bagi semua orang,

baik pria maupun wanita untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Maka dari

itu perkawinan diarahkan, diawasi, dan dilaksanakan sesuai dengan aturan-aturan

adat untuk tercapainya sebuah kebahagiaan.

Perkawinan adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan yang diakui

sah oleh masyarakat. Setiap masyarakat mempunyai tata cara tersendiri, maka

suatu perkawinan dianggap sah berbeda antara satu masyarakat dengan

masyarakat lain. Begitu pula dalam masyarakat Pekal bahwa masa perkawinan

merupakan salah satu masa peralihan yang sangat penting. Pada masa inilah

seseorang melepaskan diri dari keluarganya, lalu membentuk keluarga sendiri atau

bisa diktakan sebgai titik awal proses pemekaran kelompok keluarga. Disini

perkawinan memiliki fungsi sebagai sarana legalisasi hubungan seksual antara

seorang pria dengan seorang wanita dimana dipandang dari sudut adat dan agama

serta undang-undang negara. Juga terdapat penentuan hak dan kewajiban serta

perlindungan atas suami istri dan anak-anak, memenuhi kebutuhan manusia akan

teman hidup dan status sosial dan terutama untuk memperoleh ketentraman batin,

serta memelihara kelangsungan hidup kekerabatan dan menghindari kepunahan

(Amir M. S, 1997:23).

Perkawinan pada masyarakat Pekal bersifat eksogami yang berarti

perkawinan harus diluar klan kelompoknya, walaupun tidak memiliki sistem

pemargaan seperti yang ada di masyarakat Minangkabau. Perkawinan pada

masyarakat Pekal ini bersifat religius, karena jalinan tersebut tidak hanya

mengikat hubungan kedua belah pihak yang berkawin saja, tetapi juga mengikat

Page 56: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

42

seluruh kerabat/keluarga dari kedua belah pihak. Dalam budaya Pekal,

perkawinan merupakan persoalan bagi kaum kerabat, mulai dari mencari

pasangan, membuat persetujuan, pertunangan dan perkawinan, bahkan sampai

kepada segala urusan terjadinya perkawinan tersebut memerlukan penyesuaian

dalam banyak hal.

Dari segi latar belakang kedua keluarga bisa sangat berbeda, baik

kebiasaan hidup, pendidikan, asal-usul, tingkat sosial, bahasa, tata krama, dan lain

sebagainya. Dengan demikian diperlukannya kesediaan dan kemampuan untuk

menyesuaikan diri dari masing-masing pihak. Hal ini dapat dilakukan dengan

mengenal watak masing-masing pribadi dan keluarganya penting sekali demi

memperoleh keserasian ataupun keharmonisan dalam hubungan antar keluarga

kedepannya. Tidak terlepas pada tanggung jawabnya seperti nafkah lahir batin,

jaminan hidup, dan pendidikan anak-anak yang akan dilahirkan nantinya.

3.3 Jenis Pesta Perkawinan

Pesta perkawinan pada masyarakat Pekal dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu

bimbang gedang (pesta besar), bimbang senet (pesta kecil). Berikut ini dapat

dilihat penjelasan lengkapnya.

1. Bimbang Gedang (Pesta Besar) menurut Bapak Makmur ditandai dengan

hewan yang dipotong sebagai konsumsi. Untuk bimbang gedang

memotong kerbau sebagai konsumsi. Lalu bimbang gedang juga ditandai

dengan memilih lebih dari satu acara setelah akad nikah. Orang yang

melakukan bimbang gedang merupakan orang yang taraf ekonominya

tergolong mampu. Beliau juga mengatakan bahwa tidak ada kriteria

Page 57: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

43

tertentu untuk melaksanakan bimbang gedang kecuali dari segi

kemampuan ekonominya. Pesta tetap diadakan di rumah pengantin tinu

dengan pengujung yang besar dari bimbang senet yang dapat menampung

banyak undangan.

2. Bimbang Senet (Pesta Kecil) ditandai dengan memotong hewan kambing

sebagai konsumsi. Mereka yang mengadakan bimbang ini biasanya yang

memiliki taraf kemampuan ekonomi yang seadanya. Untuk upacara

perkawinan adat yang penulis teliti melaksanakan bimbang senet ini.

3.4 Tahapan-tahapan Upacara Perkawinan Adat Masyarakat Pekal

Tata cara upacara perkawinan adat masyarakat Pekal ada dua, yaitu adat

dan agama. Pada tata cara menurut adat, dilakukan proses betanyu yang dilakukan

oleh pihak laki-laki. Persiapan upacara Perkawinan adat dilakukan jauh-jauh hari

sebelumnya agar semua berjalan dengan baik.

Ada pun tahapan-tahapan dalam upacara Perkawinan adatnya, yaitu:

1. Betanyu

2. Madak

3. Berasan

4. Negak pengujung

5. Persiapan bimbang

6. Akad nikah

7. Acara setelah akad nikah

8. Ngubak basu

9. Malam begandai

Page 58: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

44

10. Pesta resepsi

3.4.1 Betanyu

Betanyu merupakan tahap paling awal dalam proses perkawinan

masyarakat Pekal. Pada tahap ini pihak keluarga calon pengantin lanang (orang

tua calon pengantin lanang dan sanak saudara lainnya) datang ke rumah calon

pengantin tinu bersama dengan Ketua Badan Musyawarah Adat. Mereka akan

mengutarakan maksud kedatangan untuk melamar atau menanyakan kesediaan

calon pengantin tinu untuk dijadikan menantu bagi keluarga calon pengantin

lanang. Setelah lamaran diterima, langsung ditentukan uang hantaran dan mahar.

Uang hantaran berkisar 5 juta hingga lebih, tergantung kesepakatan kedua belah

pihak. Begitu pula dengan maharnya, bisa berupa cincin emas atau seperangkat

alat shalat bahkan keduanya. Di sini juga ditentukan waktu yang tepat untuk

mengadakan bimbang, termasuk mengenai berasan. Biasanya jarak antara

lamaran dengan bimbang sekitar satu bulan.

3.4.2 Madak

Madak dilakukan dua atau tiga hari sebelumnya bimbang. Disini pihak

dari calon pengantin tinu (orang tua atau mamok) datang kesetiap rumah

tetangganya yang ada di sekitar tempat acara untuk memberitahukan tentang

adanya bimbang dan memberitahukan hal berkenaan dengan waktu dan tempat

pelaksanaannya serta mengundang secara langsung kepala keluarga (laki-laki)

dari setuiap rumah yang didatangi tersebut agar hadir pada malam berasan dan

membantu untuk negak pengujung. Keluarga yang di padak akan merasa senang

Page 59: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

45

karena diundang secara langsung tanpa menggunakan undangan tertulis. Menurut

bapak Makmur

3.4.3 Berasan

Berasan dilakukan pada malam sebelum akad nikah. Biasanya dimulai

pada pukul 8 malam sampai dengan selesai. Pada tahap berasan ini orang-orang

yang datang ialah calon pengantin lanang beserta keluarga, majelis (orang-orang

yang sebelumnya sudah di padak), dan Ketua Badan Musyawarah Adat. Setelah

semuanya berkumpul dan lengguai nikah13 (lihat pada gambar 3.1) sudah

diletakkan di depan Ketua Badan Musyawarah Adat, maka acara sudah bisa

dimulai. Seorang perwakilan dari calon pengantin tinu langsung menyampaikan

maksud dan tujuan mereka mengadakan berasan di hadapan majelis, Ketua Badan

Musyawarah Adat, dan calon pengantin lanang beserta keluarga. Lalu ia minta

izin serta menyampaikan kegiatan-kegiatan apa saja yang akan dilakukan besok

hari kepada Ketua Badan Musyawarah Adat. Kegiatan-kegiatan yang akan

dilakukan besok harus terperinci beserta dengan pembagian siapa-siapa saja yang

bertugas hingga bimbang selesai. Seperti pemilihan tuo kerjo (pemimpin masak)

beserta anggotanya, penyambut tamu, orang yang mendokorasi pengujung, dan

sebagainya. Apabila ada kegiatan yang ditambah tanpa dirundingkan pada malam

berasan, maka pemilik acara akan dikenakan denda adat. Dan apabila ingin

menambah lagi kegiatan tanpa denda adat, harus diadakan berasan kembali. Oleh

karena itu, sebelum semua kegiatan dipaparkan, jauh-jauh hari kedua belah pihak

13 Lengguai nikah merupakan wadah yang berisi sirih, pinang, kapur , gambir, tembakau, dan rokok dari daun nipah. Lengguai nikah ini merupakan salah satu benda yang wajib ada pada malam berasan. Apabila benda ini belum dikeluarkan, berarti pihak calon pengantin tinu belum dipersilahkan menyampaikan maksud.

Page 60: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

46

keluarga saling berembuk terlebih dahulu. Disini pihak calon pengantin tinu juga

memberitahukan mengenai jenis pernikahan yang akan diselenggarakan besok.

Untuk upacara perkawinan adat yang penulis teliti merupakan bimbang senet.

Setelah itu, salah seorang perwakilan dari calon pengantin lanang

menyampaikan juga maksud mereka. Mereka datang untuk menyerahkan uang

hantaran beserta mahar yang telah dijanjikan. Mereka pun tidak lupa untuk

membawa uang adat sebanyak 2% dari uang hantaran. Mereka biasanya juga

meminta agar malam itu ditunangkan antara calon pengantin lanang dan calon

pengantin tinu (disini calon pengantin tinu tidak dihadirkan). Sekarang ini banyak

masyarakat Pekal mengadakan pertunangan pada malam berasan, karena

dianggap paling baik daripada diadakan satu bulan sebelumnya. Menurut bapak

Makmur selaku Ketua Badan Musyawarah Adat Pekal14 hal ini dilakukan untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan kedua belah pihak.

Setelah kedua belah pihak menyampaikan maksud dan tujuannya, maka

mereka menunggu putusan dari Ketua Badan Musyawarah Adat mengenai apa

yang diterima dan apa yang ditolak. Disini serawo (lihat pada gambar 3.3) wajib

dihidangkan sebagai pemutus kata. Ketua Badan Musyawah Adat tidak akan

memulai pembicaraan apabila serawo belum dihidangkan. Serawo adalah

makanan dari beras pulut yang dimasak kering dan ditaburi kelapa yang sudah

dicampur dengan gula merah di atasnya. Serawo merupakan simbol adat

masyarakat Pekal. Pada malam berasan ini, pihak keluarga calon pengantin tinu

lah yang memasak menyediakannya. Biasanya disajikan dengan bolu koja.

Setelah serawo dihidangkan, Ketua BMA sudah bisa menanggapi dan menyetujui

14 Wawancara pada tanggal 15 Februari 2014

Page 61: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

47

maksud tan tujuan dari kedua belah pihak tadi. Pada tahap ini pula disampaikan

oleh pihak calon penganti tinu mengenai jenis bimbang yang akan dilaksanakan.

Gambar 3.1:

Lengguai Nikah

(Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

Gambar 3.2:

Lengguai Nikah yang Diletakkan di Hadapan Ketua Badan Musyawarah Adat

(Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

Page 62: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

48

Gambar 3.3:

Serawo

(Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

Gambar 3.4:

Bolu Koja yang Akan Dihidangkan Bersama Serawo

(Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

Page 63: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

49

3.4.4 Negak Pengujung

Negak Pengujung dilakukan pada pagi hari, biasanya sudah dimulai dari

pukul 7 pagi. Pada tahap ini, orang-orang yang telah di padak datang ke rumah

calon pengantin tinu untuk mendirikan pengujung. Biasanya orang-orang yang

bekerja telah ditentukan pada saat berasan walaupun tidak menutup kemungkinan

yang tidak hadir pada saat berasan ikut membantu. Mereka mendirikan pengujung

sesuai dengan bahan-bahan yang disediakan pemilik pesta secara bergotong

royong. Mereka yang membantu pun sangat dipersilahkan untuk meminjamkan

bahan-bahan yang diperlukan untuk negak pengujung seperti papan, seng, kursi,

dan lain sebagaianya. Disini serawo juga harus disediakan bagi orang-orang yang

membantu mendirikan pengujung.

Setelah negak pengujung, pemilik pesta mengucapkan terima kasih dan

memberitahukan mengenai waktu untuk akad nikah di siang harinya melalui

Ketua Badan Musyawarah Adat.

3.4.5 Persiapan Bimbang

Dalam tahapan ini, dilakukan berbagai persiapan di rumah calon pengantin

tinu, seperti persiapan kamar pengantin, pelaminan dan dekorasinya, memasak,

dan lain-lainnya sebelum akad nikahnya dilakukan. Mereka yang telah ditunjuk

pada saat berasan lah yang bekerja pada tahap ini.

3.4.6 Akad Nikah

Nikah, merupakan bersatunya dua orang untuk membentuk rumah tangga,

yang diwujudkan dengan pernyataan yang disebut dengan Ijab Kabul atau Akad

Page 64: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

50

Nikah. Persyaratan syahnya nikah, yaitu adanya wali pengantin perempuan, saksi,

ijab kabul suatu pernyataan kedua pengantin dan uang hantaran. Pelaksanaan

akad nikah dilakukan dirumah pengantin perempuan tepatnya di pengujung yang

telah disediakan. Terlaksananya akad nikah kemudian disempurnakan dengan

acara adat atau pesta perkawinan.

Akad nikah biasanya diadakan pada siang hari setelah Shalat Dzuhur,

sekitar pukul 1 siang atau pukul 2 siang. Sebelumnya, calon pengantin lanang

bersama keluarga mempersiapkan diri dirumahnya. Calon pengantin mengenakan

pakaian adat yang disediakan dari salon yang mereka sewa jasanya, ia pun

mempersiapkan diri dengan menghapal ijab kabul yang akan diucapkan nantinya.

Sedangkan keluarga besarnya berkumpul terlebih dahulu dan mempersiapkan

mengenai apa-apa saja yang akan dibawa. Bagi para tetangga calon penganti

lanang pun dipersilahkan yang berkenan untuk ikut serta dalam rombongan.

Setelah segala sesuatunya dipersiapkan, berangkatlah calon pengantin lanang

beserta keluraga dan partisipan lainnya. Biasanya bila jarak menuju rumah calon

pengantin tinu cukup jauh, mereka menggunakan mobil.

Setelah sampai di tempat tujuan dan dipersilahkan masuk oleh pemilik

acara melalui Ketua Badan Musyawarah Adat, mereka akan duduk di pengujung

yang telah disediakan. Hanya calon pengantin lanang dan orang tua yang

menempati pengujung yang dijadikan tempat akad nikah. Setelah semuanya sudah

duduk tenang, di persilahkanlah calon pengantin tinu untuk masuk dan duduk

tidak jauh dari calon pengantin lanang sebagai tanda akad nikah akan dimulai.

Wajah calon pengantin tinu ditutup oleh selendang.

Page 65: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

51

Orang tua laki-laki dari calon pengantin tinu lah yang menikahkan

putrinya. Namun apabila orang tua laki-laki calon pengantin tinu sudah

meninggal, bisa digantikan dengan saudara laki-laki calon pengantin tinu atau

wali yang telah ditunjuk. Pada saat mengucapkan Ijab Kabul, calon pengantin

lanang bersalaman dengan orang tua laki-laki calon pengantin tinu dan ditutup

sapu tangan. Pengucapan Ijab Kabul ini di saksikan oleh Ketua Badan

Musyawarah, Imam Mesjid setempat, perwakilan dari KUA, majelis, dan keluarga

besar kedua belah pihak. Setelah Ijab Kabul diucapkan dan dinyatakan sah,

selendang yang menutup wajah pengantin tinu sudah boleh dibuka dan sudah

boleh duduk berdampingan dengan pengantin lanang. Setelah itu mereka

menandatangi surat-surat dari pihak KUA dan saling menyematkan cincin.

Gambar 3.5:

Rombongan Calon Pengantin lanang Tiba

(Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

Page 66: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

52

Gambar 3.6:

Lengguai Nikah yang Dibawa Calon Pengantin Lanang

(Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

Gambar 3.7:

Irisan Daun Pandan dan Bunga yang Dibawa Calon Pengantin Lanang

(Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

Page 67: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

53

Gambar 3.8:

Kue yang Juga Dibawa oleh Calon Pengantin Lanang

(Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

Gambar 3.9:

Pengucapan Ijab Kabul

(Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

Page 68: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

54

Gambar 3.10:

Penyematan Cincin

(Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

3.4.7 Acara Setelah Akad Nikah

Acara yang dilakukan setelah akad nikah sudah pasti telah dibicarakan di

saat berasan. Acara yang dimaksud merupakan acara wajib setelah akad nikah.

Pemilik bimbang biasanya hanya memilih satu acara atau semua acara untuk

dilakukan, seperti khatam kaji, belarak, batepung, dan bersanji. Mereka yang

memilih semua acara untuk dilaksanakan sudah sangat jarang ditemui, biasanya

hanya memilih satu atau dua acara. Biasanya bila memilih acara lebih dari satu,

maka bimbang yang dilaksanakan harus bimbang gedang. Pada upacara

perkawinan adat yang penulis teliti, pihak pengantin tinu memilih bersanji

Page 69: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

55

sebagai acara setelah akad nikah. Adapun acara yang dimaksud adalah sebagai

berikut

3.4.7.1 Khatam Kaji

Khatam Kaji merupakan acara dimana pengantin tinu membaca Al Qur’an

hingga tamat. Pengantin tinu membaca Al Qur’an dihadapan pengantin lanang

dan orang banyak. Biasanya acara ini dilakukan bagi pengantin tinu yang belum

tamat membaca Al Qur’an. Menuru bapak Makmur biasanya dibaca dari surat Ad-

Dhuha sampai dengan surat Annas. Setelah itu ditutup dengan doa khusus yang

dipimpin oleh Imam yang telah ditunjuk.

3.4.7.2 Belarak

Belarak adalah acara pengantin lanang dan pengantin tinu berkeliling

kampung. Mereka berkeliling kampung diiringi dengan rebana yang dimainkan.

Dengan belarak ini mereka secara tidak langsung memberitahukan bahwa mereka

telah sah menjadi suami istri. Setelah itu mereka kembali ke pelaminan.

3.4.7.3 Batepung

Batepung adalah salah satu acara setelah akad nikah dimana sebelum

kedua pengantin masuk ke rumah diberikan nasihat. Kedua pengantin berdiri di

halaman depan teras rumah pengantin tinu sambil memegang kain yang dialas

dengan tikar. Keluarga pengantin tinu berdiri di teras menghadap ke arah

pengantin. Pada acara ini didatangkan pemantun untuk berpantun sambil

Page 70: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

56

menyampaikan nasehat-nasehat untuk kedua pengantin. Acara ini selalu

mendatangkan haru bagi kedua pengantin.

3.4.7.4 Bersanji

Bersanji pada upacara perkawinan adat ini dipimpin oleh Imam Mesjid.

Disini Imam Mesjid menyampaikan doa-doa, pujia-pujian dan kisah tentang

riwayat Nabi Muhammad berdasarkan kitab Al-Barzanji yang ditulis Syekh Ja’far

Al-Barzanji bin Hasan bin Abdul Karim lalu para majelis yang hadir termasuk

kedua pengantin menyahutinya. Bersanji pada upacara perkawinan adat ini

merupakan sebuah pengharapan agar upacara perkawinan tersebut lancar serta

kedua pengantin kelaknya bisa hidup berdampingan secara rukun. Pada upacara

perkawinan adat masyarakat Pekal yang penulis teliti, hanya acara bersanji ini

yang dilakukan.

3.4.8 Ngubak Basu

Ngubak basu diadakan setelah gelaran acara akad nikah selesai. Acara ini

diadakan dirumah pengantin tinu. Disini pengantin lanang diperkenalkan kepada

seluruh keluarga pengantin tinu. Disini juga dijelaskan kepada pengantin

mengenai hal-hal yang membantu terjadinya upacara, mulai dari orang-orang

yang memasak, menyediakan makanan, menyambut tamu, barang-barang yang

dipinjam dari tetangga, dan sebagainya. Hal ini dilakukan agar kedua pengantin

mengerti bahwa mereka nantinya harus saling tolong menolong terhadap sesama.

Acara ini dihadiri oleh Ketua BMA, Kepala Desa dan perangkatnya, serta pihak

yang berkepentingan. Setelah acara ini selesai biasanya Ketua Badan Musyawarah

Page 71: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

57

Adat menyampaikan mengenai ada atau tidak adanya acara setelah ngubak basu

ini. Bila tidak mengadakan malam begandai dikenal dengan istilah gam yang

artinya malam tanpa acara.

3.4.9 Malam Begandai

Malam begandai diadakan pada malam hari setelah ngubak basu, biasanya

dimulai pada pukul 8 malam di rumah pengantin tinu, atau selesai Shalat Magrib

dan Shalat Isya. Malam begandai ini dihadiri oleh Ketua BMA, kedua pengantin

yang duduk bersanding di pelaminan, keluarga besar kedua pengantin, dan

masyarakat Pekal yang ingin menyaksikannya. Malam begandai diawali dengan

kata sambutan dari Ketua Badan Musyawarah Adat lalu dari keluarga pengantin

tinu, dan pertunjukan tadisi Gandai bisa dimulai.

Pertunjukan dimulai dengan menari yang pantunnya berisi nasehat-nasehat

kepada kedua pengantin. Biasanya penarilah yang menyampaikan pantunnya.

Lalu beristirahat sejenak sambil makan serawo dan makanan lainnya seperti bolu

koja dan kue talam bersama-sama. Makanan ini disajikan dengan teh manis atau

kopi. Serawo sendiri wajib dihidangkan bagi penari dan pemusik. Apabila serawo

tidak disajikan bagi penari atau pemusik, maka pihak pemilik pesta dikenai sangsi

adat. Setelah itu pertunjukan dilanjutkan dengan menari lagi. Biasanya disini

pantun yang dibawakan sudah bersifat bebas namun pemantun masih dikalangan

penari atau pemusik. jika terasa sudah cukup lama, maka penari istirahat kembali.

Setelah itu acara dilanjutkan lagi, namun bila ada dari penonton yang ingin menari

dipersilahkan untuk naik ke pengujung dengan mengenakan sarung. Mereka yang

naik untuk menari biasanya telah menentukan pasangan yang akan diajak menari.

Page 72: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

58

Biasanya malam begandai berakhir pada pukul 1 pagi. Sesuai dengan

permintaan pemilik acara yang sudah disampaikan pada saat berasan. Tradisi

Gandai yang ditampilkan diselingi dengan makan serawo bersama dan berbalas

pantun. Bagi masyarakat yang ingin menari, bisa ikut serta menari dengan

mengenakan sarung. Malam begandai merupakan salah bagian dari upacara

perkawinan adat masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun yang bisa dikatakan

sebagai pelengkap upacara perkawinan adat, yang dilakukan oleh golongan

masyarakat yang tingkat perekonomiannya relatif baik. Jika malam begandai ini

tidak diadakan, pesta resepsi keesokan akan harinya tetap berlangsung.

Untuk tradisi Gandainya, beberapa hari sebelum upacara perkawinan,

biasanya pihak pengantin akan menghubungi pihak karang taruna desa melalui

ketua Badan Musyawarah Adat Pekal untuk meminta menari dalam upacara

perkawinan adat yang akan digelar nantinya. Setelah itu pihak karang taruna akan

memilih penari dan pemusiknya. Kemudian penari dan pemusik yang sudah

ditentukan akan dihubungi dan dikabari kapan pelaksanaan upacara akan digelar.

Pada saat hari pelaksanaan upacara perkawinan adatnya, tepatnya di sore

hari setelah akad nikah, penari dan pemusik melakukan persiapan masing-masing

seperti pengenaan kostum dan riasan sebelum malam begandai dimulai. Saat

acara dimulai, para penari diposisikan di atas pengujung yang dapat dilihat

pengantin, keluarga besar, dan masyarakat yang hadir. Acara ini selesai sesuai

dengan kesepakatan waktu pada saat berasan dan ditutup dengan ucapan

terimakasih dari pihak pemilik acara kepada semua yang terlibat serta doa

bersama.

Page 73: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

59

Gambar 3.11:

Pertunjukan tradisi Gandai pada Malam Begandai

(Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

3.4 Pesta Resepsi

Setelah akad nikah dan malam begandai digelar, keesokan harinya

diadakan pesta resepsi. Disini para tamu yang hadir adalah tamu yang

mendapatkan undangan secara tertulis seminggu sebelum perhelatan. Para tamu

yang sudah berkeluarga biasanya mendapat kesempatan hadir di waktu pagi hari

dan siang hari, sekitar pukul 9 sampai dengan pukul 4. Lalu untuk tamu muda-

mudinya hadir di malam hari, biasanya setelah shalat Magrib hingga selesai.

Pada pesta resepsi ini, tamu yang datang dapat menikmati hidangan yang

disediakan, hiburan musik, dan melihat pengantin duduk bersanding di pelaminan

dengan pakaian yang mereka pilih. Hidangan yang disediakan berupa hidangan

prasmanan, para tamu yang hadir dapat mengambil sendiri makanan yang mereka

inginkan yang telah disediakan. Mereka yang hadir dapat juga menikmati hiburan

Page 74: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

60

musik yang disediakan pemilik acara, bahkan mereka diperkenankan untuk ikut

menyumbangkan suaranya untuk bernyanyi di panggung. Hiburan musik yang

disajikan biasanya berupaorgan tunggal. Selain itu mereka juga dapat

menyaksikan pengantin yang duduk bersanding di pelaminan dengan mengenakan

pakaian yang mereka pilih.

Pakaian yang kedua pengantin kenakan biasanya mereka sewa dari salon

beserta tata riasnya yang terdiri dari 3 sesi. Untuk sesi yang pertama mereka

mengenakan pakaian adat masyarakat Pekal. Untuk pakaian adat yang dikenakan

oleh pengantin lanang terdiri atas jas (bisa wrana hitam, merah tua, dan biru tua),

songket yang dililitkan di pinggang, celana panjang berwarna hitam, sepatu, tutup

kepala. Dan sebuah keris. Sedangkan untuk pakaian adat yang dikenakan

pengantin tinu, baju kurung berlengan panjang yang terbuat dari bahan beludru

(umumnya berwarna merah tua, biru tua, atau hitam). Dihiasi corak-corak dan

sulaman berbentuk lempengan uang logam yang berwarna emas. Lalu dilengkapi

denga mahkota emas yang disematkan pada sanggul kepala dengan pita warna-

warni yang menjuntai, serta anting-anting berukir dari emas (lihat pada gambar

3.10 Hal 54). Lalu sesi kedua mereka biasanya mengenakan pakaian adat dari

suku pengantin lanang. Apabila sang pengantin lanang berasal dari suku yang

sama, maka biasanya mereka akan mengenakan pakaian pengantin dalam 2 sesi.

Serta yang terakhir yaitu mengenakan pakaian yang mereka kenal dengan istilah

slayer15

15 Slayer merupakan gaun panjang yang berwarna putih untuk pengantin tinu dan setelan jas untuk pengantin lanang. Slayer ini seperti pakaian yang dikenakan oleh pengantin eropa pada umumnya.

Page 75: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

61

BAB IV

DESKRIPSI PERTUNJUKAN TRADISI GANDAI

Pada bab IV ini akan di uraikan tentang deskripsi pertunjukan tradisi

Gandai seperti pendukung pertunjukan, perlengkapan pertunjukan, deskripsi

gerak, dan analisis musik.

4.1 Pendukung Pertunjukan

Tradisi Gandai dalam penyajiannya dapat dikatakan sebuah pertunjukan.

Sebuah pertunjukan tentunya harus didukung oleh beberapa hal agar dapat

berjalan dengan baik. Beberapa pendukung pertunjukan, yaitu adanya penari,

pemusik, dan penonton.

4.1.1 Penari

Penari merupakan bagian terpenting dalam pertunjukan tradisi Gandai ini,

karena penari lah yang mempertunjukkan tarian tradisi Gandai ini. Penari akan

menjadi pusat perhatian dari penonton. Untuk itu diperlukan penari yang memiliki

kecakapan dan kemampuan menarikan Gandai ini di atas pengujung.

Setiap dalam pertunjukan tradisi Gandai ini biasanya komposisi penarinya

berjumlah 4 orang atau lebih dalam jumlah yang genap; umumnya, semakin

banyak penarinya semakin terlihat ramai dan bagus. Penarinya adalah perempuan

semua. Pemilihan penari tidak berdasarkan pada syarat tertentu, tetapi pada

kesanggupan dan kemahiran penari untuk dapat menari dan hadir sesuai waktu

yang ditentukan oleh pemimpin karang taruna desa. Hal ini dikarenakan penari

yang ada bukanlah penari profesional, dimana para anggotanya tidak hanya

Page 76: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

62

bekerja sebagai penari melainkan ada yang pelajar dan harus sekolah, dan ada

pula yang sudah bekerja di bidang yang lain. Para penari yang dipilih dan

mempunyai waktu untuk berlatih lagi mempelajari gerakan sebelum hari

pelaksanaan. Pada saat pertunjukan, penari akan saling berinteraksi antar sesama

penari di lapangan dalam melakukan perubahan gerakan.

4.1.2 Pemusik

Tradisi Gandai ini menggunakan 2 orang pemusik, diantaranya 1 orang

pemain edap dan 1 lagi pemain sunai. Menurut wawancara dengan Bapak Ali

Bidin sebagai pemain sunai yang sudah cukup berumur, beliau yang selalu

dipanggil pihak karang taruna untuk memainkan sunai dikarenakan hanya beliau

yang bisa memainkannya lagi. Adapun yang memainkannya selain beliau

merupakan warga kecamatan lain. Hal ini dikarenakan karena sulitnya memainkan

sunai ini. Dapat dilihat dari teknik permainannya yang rumit, yakni circular

breathing, dimana sirkulasi pernapasan yang terus menerus tanpa berhenti.

Sehingga memerlukan latihan yang cukup lama dan begitu melelahkan. Pada saat

pertunjukan, pemusik akan saling berinteraksi juga antar sesama pemusik di

lapangan dalam melakukan pergantian strukturnya, ada tanda-tandanya dalam

musiknya.

4.1.3 Penonton

Penonton dalam setiap pertunjukan tradisi Gandai di setiap perkawinan

masyarakat Pekal merupakan pengantin itu sendiri, keluarga besar kedua belah

pihak dan masyarakat yang hadir untuk menyaksikannya pada malam begandai.

Page 77: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

63

Akan tetapi acara yang dilaksanakan di rumah dengan membuat pengujung juga

menjadi sebuah tontonan juga bagi orang-orang yang melewati daerah tersebut.

4.2 Perlengkapan Pertunjukan

Sebelum dimulainya pertunjukan tradisi Gandai, ada beberapa

perlengkapan yang perlu dipersiapkan. Dimana perlengkapan yang dipersiapkan

nantinya akan mendukung jalannya pertunjukan, serta dapat menambah daya tarik

pertunjukannya. Persiapan harus maksimal dalam penyusunan dan penataannya,

agar dapat menghasilkan pertunjukan yang terbaik. Perlengkapan dalam

pertunjukan tradisi Gandai ini tergantung kesepakatan penari untuk menggunakan

atau tidak menggunankan properti, kebanyakan pada upacara perkawinan adat

masyarakat Pekal tidak menggunakan properti seperti sapu tangan, lampu teplok,

dan lain-lain. Untuk pemusiknya mereka pun lebih sering mengenakan baju

sehari-hari. Selain itu mereka memerlukan pengujung, serta alat musik yang

digunakan dalam pertunjukan ini. Segala perlengkapan ini harus diperhatikan

dengan teliti, agar dapat berjalan lancar nantinya.

4.2.1 Pengujung

Pengujung untuk pertunjukan tradisi Gandai ini merupakan tempat yang

telah dibangun sebelumnya untuk akad nikah. Pengujung biasanya beralaskan

papan yang disusun dengan luas yang telah ditentukan dan beratapkan seng yang

dihiasi daun kelapa dipinggirnya, pengujung ini juga termasuk panggung di

dalamnya. Pengujung yang disediakan untuk pertunjukan biasanya sisi yang

berhadapan dengan pelaminan pengantin.

Page 78: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

64

4.2.2 Kostum dan Tata Rias

4.2.2.1 Kostum Penari

Pada malam begandai, penari Gandai menggunakan kebaya serta kain

panjang sebagai sarung dimana sarung ini berguna untuk menutup bagian tertentu

sehingga sopan dan tertib dipandang mata,

1. Baju Kebaya berlengan panjang dengan warna yang telah disepakati

sesama penari, biasanya berwrna kuning emas, merah,hijau, dan biru.

2. Kain Panjang, kain ini merupakan rok panjang yang longgar yang

warnanya disesuaikan dengan warna baju Kebaya yang dikenakan.

Kain ini untuk menutup bagian tertentu sehingga sopan dan tertib

dipandang mata

3. Samulung, ini merupakan selendang yang diletakan (dikalungkan) di

bahu. Samulung ini digunakan penari saat gerakan Gandai

membutuhkan selendang.

4. Sunting, merupakan hiasan kepala. Berwarna kuning emas.

Page 79: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

65

Gambar 4.1:

Penari Gandai

(Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

4.2.2.2 Tata Rias

Dalam pertunjukan tradisi Gandai ini juga harus diperhatikan tata riasnya.

Mereka merias diri sendiri dan tidak perlu ke salon. Menurut ibu Ratna selaku

penari bahwa penari Gandai harus bisa merias dirinya sendiri. Akan tetapi warna

make up dan segala perlengkapannya disesuaikan dengan kesepakatan bersama

agar seragam. Tata rias ini terbagi 2, yaitu sebagai berikut.

(1) Tata rias wajah atau make-up, semua penari menggunakan warna

make-up yang sama sesuai dengan warna kostum. Dalam tata rias wajah yang

Samulung

Baju Kebaya

Kain Panjang

Page 80: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

66

digunakan ada foundation/alas bedak, bedak, eye shadow, shading, blush on,

celak, bulu mata palsu, lipstick.

Foundation yang digunakan penari adalah foundation yang bisa tahan

lama. Bergerak banyak akan menghasilkan keringat yang berlebihan, agar polesan

make-up tidak luntur makanya menggunakan foundation yang tahan lama.

Bedak yang dipilih penari untuk digunakan biasanya warna bedak yang

masuk dengan warna kulit. Eye shadow yang digunakan biasanya ada 3 tingkatan

warna, pada tingkat pertama warna yang dipilih adalah warna yang serupa dengan

warna pakaian yang dikenakan. Misalnya, jika pakaian yang digunakan adalah

warna kuning keemasan, maka warna eye shadow tingkat pertamanya digunakan

warna kuning keemasan. Jika warna pakaian yang digunakan warna merah muda,

maka eye shadow tingkat pertamanya digunakan warna merah muda pula, begitu

seterusnya. Pada eye shadow tingkat kedua biasanya menggunakan warna gelap,

seperti hitam dan coklat, posisi ini dibuat di bagian sudut mata agar nampak

pertegasan pada mata. Tingkat ke-3 atau paling atas di buat warna putih. Setelah 3

tingkatan tersebut ditempelkan bulu mata palsu agar terlihat lebih indah.

Shading yang digunakan untuk penegasan pada hidung, dan blush on

digunakan untik penegasan pada bagian pipi. Sedangkan celak digunakan untuk

penegasan pada alis mata. Begitu juga pada bibir, dalam penegasannya digunakan

lipstick yang berwarna merah.

(2) Tata rias rambut, pada penataan rambut, masing-masing penari

mengikat rambutnya menjadi satu. Setelah diikat dipasangkan sanggul, dan diberi

sunting agar terlihat indah.

Page 81: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

67

4.2.3 Alat Musik yang Digunakan

4.2.3.1 Edap

Alat musik edap ini merupakan alat musik membranophone, tergolong

frame drum yang berfungsi sebagai pembawa ritem variabel dan menjaga tempo -

sunai. Dibuat dari kayu yang keras (dari batang nangka) dan dibagian atasnya

ditutup dengan kulit kambing. Bentuknya mirip dengan gendang ronggeng yang

ada di masyarakat Melayu Sumatera Utara. Edap dimainkan dengan cara dipegang

dan dipukul dengan 2 tangan tanpa alat pukul lain dan mempunyai lobang

dibagian belakang badannya.

Gambar 4.2:

Edap

(Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

Page 82: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

68

Gambar 4.3:

Cara Memainkan Edap

(Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

4.2.3.2 Sunai

Alat musik tiup tradisional Pekal ini masuk dalam klasifikasi aerophone,

tergolong dalam end blown flute yang berfungsi sebagai pembawa melodi yang

dikembangkan (improvisasi) dan dimainkan oleh satu orang.

Alat musik ini terbuat dari bambu serik, yaitu bambu yang hidup di tepi

sungai yang menghadap ke arah matahari. Ukuran Sunai ini tidak memiliki

patokan. Menurut bapak Mahmudin, sunai ini terdiri dari 9 ruas. Dimana ruas

yang paling pertama (bawah) berukuran 1 jengkal (jarak dari telunjuk ke jempol

tangan). Ruas kedua, ketiga, dan keempat berukuran 1 Jengkal dikurangi 2cm.

Ruas kelima berukuran seperti ruas kedua ditambah lebar 1 jari telunjuk. Lalu

Page 83: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

69

untuk ruas keenam, ketujuh, dan kedelapan berukuran sebesar lebar 1 jari jempol.

Dan untuk ruas terakhir berukuran sebesar lebar 2 jari jempol. Sedangkan untuk

bagian yang ditiup terbuat dari bulu ayam jago. Sunai ini diberi 6 lubang dan saat

dimainkan ruas pertama diletakkan di atas telapak kaki pemusik. Hal ini dilakukan

agar suara sunai lebih bagus.

Gambar 4.4:

Sunai

(Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

Page 84: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

70

Gambar 4.5:

Cara Memainkan Sunai

(Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

4.3 Deskripsi Gerak Gandai

Dalam bukunya yang berjudul History of The Dance, Curt Sachs

mengemukakan tentang perkembangan tari sebagai seni yang tinggi yang sudah

ada pada zaman prasejarah. Dimana awalnya kebudayaan tari telah mencapai

tingkat kesempurnaan yang belum tercapai oleh seni atau ilmu pengetahuan

lainnya. Di dalam penyajian Gandai ini menggunakan gerakan variatif yang

bertema kehidupan sehari-hari ang ada pada masyarakat Pekal. Gerakan-gerakan

yang terbentuk dalam Gandai telah terstruktur ataupun terpola di dalam aturan-

aturan adat dan nilai keindahan setempat secara simbolis serta memiliki makna-

makna tersendiri. Dimana kata struktur disini adalah bagian-bagian yang

melengkapi Gandai dalam pertunjukannya saling berhubungan satu dengan yang

lain, ataupun tahapan-tahapannya.

Page 85: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

71

Dalam penyajiannya seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya,

Gandai ini dipertunjukan pada awal acara, memakai minimal 4 orang penari atau

lebih dalam jumlah genap, yang gerakannya diambil dari gerakan-gerakan sehari-

hari dengan pola yang sudah tersusun dalam bagian-bagian ragamnya.

Menarikannya penari harus tunduk, mata harus mengarah ke bawah. Karena bila

melirik-liriik sana-sini dianggap sebagai penari yang menggoda orang lain.

4.3.1Ragam dan pola Gerak

4.3.1.1 Ragam

Ragam gerak berarti motif gerakan-gerakan yang tersusun dalam unsur

kreatifitas gerak tari. Dalam wawancara dengan bapak Zhamari A.S Jamal selaku

budayawan Pekal, mengungkapkan bahwa Gandai terdapat 36 ragam. Namun

beliau hanya mengingat 26 ragam gerak, sedangkan 10 ragam gerak lainnya hanya

diketahui oleh orang-orang sebelum generasinya. Hal ini dikarenakan ragam gerak

tersebut sulit ditarikan. Dalam menarikannya Gandai ini bersifat pengulangan

hingga sunai memberi tanda untuk berganti ragam.

Dari 26 ragam gerak yang ada, biasanya hanya 6 atau 12 ragam gerak saja

yang dipergunakan pada upacara perkawinan adat masyarakat Pekal. Dua belas

ragam gerak ini dianggap sudah dapat mewakili ke-26 ragam gerak lainnya. Enam

ragam gerak yang lazim digunakan tersebut seperti nenet, sementaro, sumpaya,

laluin, menjung, dan lampu. Enam ragam lainnya yang disertakan seperti sunai

indai, retak kudo, lori, behang kakok behang, jek sayang, payung. Pemilihan

ragam gerak yang akan dipergunakan ini tidak bisa disepakati oleh penari dan

pemusik pada saat sebelum pertunjukan, karena hal ini bersifat spontan. Namun

Page 86: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

72

ragam nenet merupakan ragam gerak yang wajib dan sebagai ragam pertama

untuk mengawali Gandai. Berikut tabel ragam gerak Gandai beserta makna

ragamnya.

Tabel 4.1

Nama Ragam Gerak Gandai

NO NAMA RAGAM GERAK

1 Nenet: merupakan ragam gerak yang wajib ada di awal tarian. Kata

nenet berasal dari suara sunai yang menurut masyarakat Pekal

berbunyi net-net. Pada ragam ini tidak ada pantun yang disampaikan

2 Sementaro: menceritakan tentang kehidupan di dunia yang sementara.

Memberi pesan agar kita taat beribadah dan saling bertenggang rasa

terhadap sesama.

3 Sumpaya (Cehai Kasiak): bercerita tentang tidak baiknya berpisah

apalagi bagi yang sudah menikah. Memberi pesan agar kita dapat terus

menjaga keharmonisan rumah tangga bagi yang sudah menikah dan

bagi yang belum menikah untuk hormat kepada orang tua.

4 Laluine: menceritakan tentang sifat seseorang yang egois. Sifat ini

sangat tidak disukai oleh banyak orang. Memberi pesan agar kita tidak

bersifat egois terhadap keluarga dan tetangga.

5 Menjung: Gerakan bercerita tentang kehidupan yang tidak lurus-lurus

saja. Dapat dilihat dari gerakannya yang selalu serong atau miring.

Memberi pesan agar kita ikhlas menjalani hidup

6 Lampu: Bercerita tentang masyarakat Pekal yang masih banyak

menggunakan lampu teplok (minyak tanah). Ini bermakna sindiran

Page 87: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

73

terhadap pemerintah agar memperhatikan masyarakat Pekal

7 Sunai Indai: Menceritakan tentang tangisan seorang perempuan

terhadap kekasihnya yang pergi meninggalkannya untuk menikah

dengan orang lain.

8 Retak Kudo: Menceritakan tentang emansipasi wanita. Gerakan-

gerakannya seperti rentak kuda saat berjalan yang tangguh dan kokoh.

9 Payung: Menceritakan tentang gadis-gadis Pekal yang harus menjaga

harga diri mereka. Disini payung dianggap pelindung.

10 Lori: Menceritakan tentang masyarakat Pekal di Napal Putih yang

bekerja mencari emas di daerah Lebong Tandai dengan menggunakan

kendaraan bernama lori. Lori beroda empat dan berjalan diatas rel

seperti kereta api.

11 Behang Kakok Behang: Menceritakan tentang binatang seperti kucing

yang hidup di aliran sungai Ketahun yang memakan ikan-ikan kecil.

Hewan ini juga mereka sebut dengan istilah kucing air.

12 Kepal Tebang: Menceritakan tentang kapal terbang (pesawat) yang

sering melintas di Kecamatan Ketahun. Masyarakat Pekal berkeinginan

agar segera dapat menaikinya. Memberi pesan agar kita jangan malas

belajar dan bekerja agar semua keinginan kita tercapai.

13 Piring: menceritakan tentang piring yang digunakan masyarakat Pekal

untuk makan.

14 Tehong Tunjuk: Menceritakan tentang kemahiran masyarakat Pekal

dalam mengolah Terong yang berukuran sebesar jari telunjuk tangan

menjadi panganan. Terong ini berwarna hijau.

Page 88: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

74

15 Kalebang: Menceritakan tentang penantian seseorang terhadap orang-

orang yang dikasihinya yang pergi merantau.

16 Jek Sayang: Menceritakan tentang kisah percintaan yang berakhir

dengan perpisahan akibat tidak adanya restu.

17 Kuau: Menceritakan tentang burung yang bernama Kuau yang hanya

bunyi disiang hari. Kicaan burung ini memberikan tanda waktunya

Shalat Dzuhur bagi masyarakat Pekal yang bekerja di sawah atau

ladang.

18 Ambat: Ragam ini merupakan ragam yang ditarikan oleh perempuan

dan laki-laki. Pengantin yang biasa menarikannya.

19 Sungai Ipuh: Menceritakan tentang sebuah sungai yang berada di

daerah Mukomuko yang bernama sungai Ipuh.

20 Tok Ideng-ideng: menceritakan tentang humor-humor yang

berkembang di masyarakat Pekal.

21 Tetirau: Menceritakan tentang burung yang bernama Tetirau yang

keluar dari sarang hanya saat menjelang Maghrib. Burung ini

memberikan tanda bahwa waktu untuk Shalat Maghrib akan tiba.

22 Ejang Baseluk: Merupakan salah satu ragam yang ditarikan antara laki-

laki dan perempuan. Ragam ini juga ditarikan oleh pengantin (bagi

yang hapal).

23 Kakelara: Menceritakan tentang seseorang yang bernama Kakelara

yang terbunuh pada saat pemberontakan PRRI di desa Urai. Dia

terkenal pemalas namun pintar mengambil perhatian orang lain dengan

kelucuannya.

Page 89: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

75

24 Pono: Merupakan istilah untuk pantun bersenandung di masyarakat

Pekal.

25 Poyik Belagu: Menceritakan tentang burung puyuh yang saling

berkelahi dalam memperebutkan makanan. Memberikan pesan agar

kita tidak seperti itu dalam berkehidupan.

26 Doyak Doyai: Mengisahkan tentang lenggang yang berirama dan

selaras. Memberi pesan aar kita dalam berkehidupan untuk saling

selaras dan seirama.

Pola gerakan yang dimaksud disini adalah gerakan-gerakan yang

terkandung dalam tiap-tiap ragam yang terbentuk. Ragam gerak dan pola gerak

sangat berhubungan, yakni bagaimana bagian-bagian dari gerakan Gandai saling

berhubungan sehingga disatukan.

4.3.1.2 Pola Lantai

Pola lantai pada Gandai disini mengacu pada enam ragam gerak yang

penulis amati di lapangan yang terdiri dari pola-pola sebagai berikut:

1) Pola lantai nenet, penari membentuk lingkaran dan menghadap ke dalam

lingkaran. Pada pola ini penari terus bergerak melingkar, baik itu gerak maju

maupun mundur.

2) Pola lantai sementaro, penari saling berhadapan degan bentuk pola lingkaran

kecil. Motif gerakan yang ada sebanyak empat motif yang mengalami

pengulangan. Setiap perubahan motif gerak, penari selalu bergerak ke arah kiri

Page 90: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

76

(sesuai arah mata angin) mereka masing masing hingga sampai kembali ke

posisi semula lagi.

3) Pola lantai sumpaya, dalam pola persegi, lalu penari saling mendekatkan diri

dan berhadapan dan mundur lagi. Setelah itu penari maju lagi dan bertukar

posisi dengan penari yang menjadi pasangannya tadi.

4) Pola lantai laluin, pola lantai penari masih membentuk lingkaran, arah badan

pertama menghadap arah mata angin sambil terus bergerak mundur.

5) Pola lantai menjung, disini pola lantai penari masih seperti ragam sumpaya,

namun arah penari agak serong kiri dan saling mendekatkan diri dengan

gerakan maju mundur hingga mereka saling bertukar posisi.

6) Pola lantai lampu, disini pola lantai berbentuk lingkaran. Penari menari

melingkar dengan gerakan maju, mundur, dan berputar.

Page 91: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

77

Tabel 4.2

Deskripsi Kinesiologis Tradisi Gandai

Ragam Gandai Deskripsi Gerak Penari Gandai

Hitungan Musik Iringan

Pola Lantai

1) Nenet: Terdiri dari 3 motif gerak

Motif gerak pertama

Motif gerak pertama dari ragam nenet yaitu berdiri melingkar saling menghadap kearah dalam lingkaran. Setelah sunai memberi tanda masuk, penari menghadap kanan dengan kedua tangan melambai ke atas ke bawah di masing-masing sisi tangan. Lalu kaki kanan memulai melangkah mundur sebanyak delapan langkah. Pandangan: menghadap ke bawah

1 x 8

Diiringi dengan edap dan sunai dengan tempo lambat.

Page 92: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

78

Motif gerak kedua

Setelah itu berputar melalui arah kiri tangan(arah dalam lingkaran) dan kembali ke posisi awal. Pandangan: mata mengarah ke bawah.

1 x 8

Page 93: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

79

Motif gerak ketiga

Setelah itu tangan direntangkan dan maju sambil terus melingkari lingkaran dengan kaki kiri yang maju terlebih dahulu. Pandangan: menghadap ke bawah

2 x 8 Hitungan keseluruhan ragam gerak nenet ini: 4 x 8

Page 94: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

80

2) Sementaro: terdiri dari 4 motif gerak

Motif gerak pertama

Penari saling menghadap kanan, kedua tangan saling bergantian melambai ke atas dan ke bawah, lalu kaki kiri berhentak kecil di lantai. Setelah itu bergerak memutar melalui arah kiri. Hingga kembali ke posisi awal. Pandangan: menghadap ke bawah

8 x 8

Diiringi edap dan sunai dengan tempo lambat

Page 95: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

81

Motif gerak kedua

Kedua tangan menutup di depan dada lalu di buka dan dibawa ke arah bawah masing-masing sisi tangan, dengan kaki kiri berhentak kecil di lantai. Setelah itu berputar ke arah kiri. Pandangan: menghadap ke bawah

8 x 8

Page 96: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

82

Motif gerak ketiga

Tangan kanan melambai di samping kanan sejajar dengan pinggang (bergantian), sedangkan tangan kiri diletakkan di pinggang kiri dengan jari menghadap ke arah bawah. Kaki kiri berhentak kecil di lantai. Setelah itu berputar ke arah kiri. Pandangan: menghadap ke bawah

8 x 8

Page 97: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

83

Motif gerak keempat

Tangan kanan menghadap ke bawah dan tangan kiri menghadap ke atas secara sejajar lalu ditarik ke arah samping perut sebelah kiri (bergantian) dengan kaki kiri berhentak kecil di lantai. Setelah itu bergerak ke arah kiri. Pandangan: menghadap ke bawah.

8 x 8 Hitungan keseluruhan ragam gerak sumpaya ini: 32 x 8

Page 98: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

84

3) Sumpaya: terdiri dari 4 motif gerak

Motif gerak pertama

Melenggang dengan arah menghadap ke depan (menghadap pasangan penari) dengan hitungan 1 x 4). Lalu penari melenggang maju mendekatkan diri ke pasangan dengan hitungan 1 x 4. Setelah itu penari mundur kembali ketempat semula dengan hitungan 1 x 4, lalu maju dan bertukar tempat dengan pasangan dengan hitungan 2 x 4. Pandangan: menghadap ke bawah

5 x 4

Diringi dengan edap dan sunai dengan tempo lambat

Page 99: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

85

Motif gerak kedua

Setelah bertukar tempat, bertepuk tangan dengan arah menghadap ke depan (menghadap pasangan penari) dengan hitungan 1 x 4). Lalu penari melenggang maju mendekatkan diri ke pasangan dengan hitungan 1 x 4. Setelah itu penari mundur kembali ketempat semula dengan hitungan 1 x 4, lalu maju dan bertukar tempat dengan pasangan dengan hitungan 2 x 4. Pandangan: menghadap ke bawah.

5 x 4

Page 100: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

86

Motif gerak ketiga

Setelah bertukar tempat lagi, tangan kiri diletakkan di pinggang dan tangan kanan disilahkan ke depan degan telapak tangan tengadah ke atas (bergantian). Arah badan menghadap ke depan (menghadap pasangan penari) dengan hitungan 1 x 4). Lalu penari melenggang maju mendekatkan diri ke pasangan dengan hitungan 1 x 4. Setelah itu penari mundur kembali ketempat semula dengan hitungan 1 x 4, lalu maju dan bertukar tempat dengan pasangan dengan hitungan 2 x 4. Pandangan: menghadap ke bawah.

5 x 4

Page 101: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

87

Motif gerak keempat

Setelah bertukar tempat lagi, tangan kanan menepuk tangan kiri lalu dibuka demikian juga dengan tangan kiri secara bergantian. Arah badan menghadap ke depan (menghadap pasangan penari) dengan hitungan 1 x 4). Lalu penari melenggang maju mendekatkan diri ke pasangan dengan hitungan 1 x 4. Setelah itu penari mundur kembali ketempat semula dengan hitungan 1 x 4, lalu maju dan bertukar tempat dengan pasangan dengan hitungan 2 x 4. Pandangan: menghadap ke bawah.

5 x 4 Hitungan keseluruhan ragam gerak sumpaya ini: 20 x 4

Page 102: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

88

4) Laluine: terdiri dari 4 motif gerak

Motif gerak pertama

Melenggang dengan posisi menghadap pasangan sambil berjalan mundur, dimana kedua kaki maju mundur yang dimulai oleh kai kanan terlebih dahulu. Pola lantai melingkar. Pandangan: menghadap ke bawah

4 x 4

Diringi dengan edap dan sunai dengan tempo lambat

Page 103: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

89

Motif gerak kedua

Lalu bertepuk tangan sambil berjalan mundur, dimana kedua kaki maju mundur yang dimulai oleh kai kanan terlebih dahulu. Pola lantai melingkar. Pandangan: menghadap ke bawah

4 x 4

Page 104: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

90

Motif gerak ketiga

Kedua tangan melenggang lagi sambil berjalan mundur, dimana kedua kaki maju mundur yang dimulai oleh kai kanan terlebih dahulu. Pola lantai melingkar. Pandangan: menghadap ke bawah

4 x 4

Page 105: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

91

Motif gerak keempat

Tangan kanan menghadap ke bawah dan tangan kiri menghadap ke atas, sejajar di depan perut. Lalu ditarik kesisi kiri dan sisi kanan secara bergantian sambil berjalan mundur, dimana kedua kaki maju mundur yang dimulai oleh kaki kanan terlebih dahulu. Pola lantai melingkar. Pandangan: menghadap ke bawah

4 x 4 Hitungan keseluruhan ragam lauine ini: 16 x 4

Page 106: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

92

5) Menjung: terdiri dari 3 motif gerak

Motif gerak pertama

Kedua tangan berdekatan di depan perut menghadap ke bawah, lalu di buka menghadap ke atas dan dibawa ke depan pinggang masing-masing. Posisi menghadap pasangan penari namun agak serong kiri sambil berjalan maju mendekatkan diri ke pasangan, dimana kedua kaki maju mundur yang dimulai oleh kaki kanan terlebih dahulu (1x 4), lalu mundur kembali ketempat semula dengan (1 x 4), lalu maju dan bertukar tempat dengan pasangan dengan hitungan 2 x 4. Pandangan: menghadap ke bawah.

5 x 4

Diiringi oleh edap dan sunai dengan tempo lebih cepat daripada ragam nenet, sementaro,sumpaya, dan laluine.

Page 107: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

93

Motif gerak kedua

Setelah bertukar tempat, kedua tangan melenggang (bergantian) dengan posisi menghadap pasangan penari namun agak serong kiri (1 x 4). Lalu penari melenggang maju mendekatkan diri ke pasangan dengan (1 x 4). Setelah itu penari mundur kembali ketempat semula dengan hitungan 1 x 4, lalu maju dan bertukar tempat dengan pasangan dengan hitungan 2 x 4. Pandangan: menghadap ke bawah.

5 x 4

Page 108: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

94

Motif gerak ketiga

Kedua tangan saling bertepuk di depan dada lalu di buka dan ditarik ke depan pinggang masing-masing dengan posisi menghadap pasangan penari namun agak serong kiri (1 x 4). Lalu penari melenggang maju mendekatkan diri ke pasangan dengan (1 x 4). Setelah itu penari mundur kembali ketempat semula dengan hitungan 1 x 4, lalu maju dan bertukar tempat dengan pasangan dengan hitungan 2 x 4. Pandangan: menghadap ke bawah.

5 x 4 Hitungan keseluruhan ragam menjung ini: 15 x 4

Page 109: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

95

6) Lampu: terdiri dari 3 motif gerak

Motif gerak pertama

Tangan kanan saling membuka dan menutup di sisi kanan sedangkan tangan kiri dilatakkan di atas pinggang. Kaki kanan berada di depan sambil menghentak-hentak kecil sedangkan kaki kiri di belakang dengan posisi menghadap ke dalam lingkaran. Pandangan: menghadap ke bawah

1 x 8

Diiringi oleh edap dan sunai dengan tempo seperti tempo ragam gerak menjung.

Page 110: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

96

Motif gerak kedua

Lalu kedua tangan saling melenggang sambil berjalan maju mengitari lingkaran (1 x 8). Lalu mundur mengitari lingkaran (1 x 8) dengan kedua tangan tetap melenggang

2 x 8

Diiringi oleh edap dan sunai dengan tempo lebih cepat.

Page 111: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

97

Motif gerak ketiga

Bertepuk tangan sambil berjalan maju mengitari lingkaran (1 x 8). Lalu mundur mengitari lingkaran (1 x 8) dengan kedua tangan tetap bertepuk tangan

2 x 8 Hitungan keseluruhan ragam lampu ini: 5 x 8

Page 112: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

98

4.4 Analisis Musik Iringan

Nettl (1964:98) mengemukakan adanya dua pendekatan untuk

mendeskripsikan musik yaitu: (1) kita dapat mendeskripsikan dan menganalisis

apa yang kita dengar; (2) kita dapat menuliskan berbagai cara keatas kertas dan

mendeskripsikan apa yang kita lihat. Dengan itu penulis melakukan transkripsi

untuk memvisualisasikan musik iringan Gandai. Hal ini dilakukan agar lebih

mudah menganalisisnya terutama tangga nada, motif, kadensa, dan lain-lain. hal

ini dilakukan untuk dapat membantu kita mengkomunikasikan kepada pihak lain

tentang apa yang kita dengar. Dalam pentranskripsian, ppenulis menggunakan

notasi Barat untuk memperlihatkan bunyi musikal yang terdengar.

Musik dalam pertunjukan tradisi Gandai pada upacara perkawinan adat

masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun merupakan hal yang sangat penting,

karena gerak tari mengikuti musik. Musik iringan menjadi pembentuk suasana

untuk memperjelas tekanan-tekanan gerakan begitu juga pergantian ragam dan

pola-pola gerakan yang ada. Dalam mengiringi Gandai menggunakan 2 alat

musik, yakni edap dan sunai. Pada ragam nenet tempo musik iringannya

4.4.1 Model Notasi

Dalam transkripsi musik iringan tradisi Gandai menggunakan notasi Barat,

hal ini dilakukan agar dapat dipahami secara universal. Ada beberapa simbol yang

digunakan, yaitu:

Page 113: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

99

Garis paranada yang memiliki lima buah garis paranada dan empat buah spasi

dengan tanda kunci G.

Merupakan not ½ yang bernilai dua ketuk.

Merupakan not ¼ yang bernilai satu ketuk.

Merupakan not 1/8 yang bernilai setengah ketuk.

Merupakan dua buah not 1/8 yang digabung menjadi satu ketuk

4.4.2 Melodi Sunai dan Strukturnya

Berikut hasil transkripsi melodi sunai dalam musik iringan Gandai pada

upacara perkawinan adat masyarakat Pekal:

Page 114: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

100

Page 115: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

101

Page 116: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

102

4.4.2.1 Tangga Nada

Nettl (1964:1945) mengemukakan bahwa cara-cara untuk mendeskripsikan

tangga nada adalah menuliskan nada-nada yang dipakai tanpa melihat fungsi

masing-masing dalam musik. Tangga nada tersebut kemudian digolongkan

menurut beberapa klasifikasi, yaitu menurut jumlah nada yang dipakai. Diatonic

(dua nada), tritonic (tiga nada), tetratonic (empat nada), pentatonic (lima nada),

hexatonic (enam nada), heptatonic (tujuh nada).

Dua nada yang mempunyai jarak satu oktaf biasanya dianggap satu nada

saja. Tangga nada yang dimaksud dalam tulisan ini yaitu nada-nada yang terdapat

pada melodi yang dihasilkan sunai. Hal ini dilakukan pada pembagian nada-nada

mulai dari nada yang tertinggi hingga nada yang terendah.

Penulis mengurutkan nada-nada yang terdapat dalam melodi sunai dari

nada terendah sampai nada tertinggi. Terdiri dari tujuh nada, yaitu nada Gis-Ais-

Bis-Cis-Dis-Eis-Fis. Oleh karena itu tangga nadanya disebut dengan Heptatonic.

Page 117: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

103

4.4.2.2 Nada Dasar

Dalam menentukan nada dasar melodi sunai ini, penulis mengacu pada

hasil rekaman video yang penulis dapatkan di lapangan saat pelaksanaan acara,

yang telah ditranskripsikan ke dalam notasi Barat. Maka hasil nada dasar dalam

melodi sunai yang didapatkan adalah nada dasar Cis.

4.4.2.3 Wilayah Nada

Metode untuk menentukan wilayah nada berdasarkan ambitus suara yang

terdengar secara alami yang ditentukan oleh media penghasil bunyi itu sendiri,

ialah dengan memperhatikan nada yang paling rendah hingga nada yang paling

tinggi. Wilayah nada melodi sunai yang diurutkan dari nada terendah sampai nada

tertinggi adalah :

Dari keterangan gambar di atas nada yang dihasilkan Gis ke Fis ada 7 nada

dengan jarak intervalnya 7m.

Page 118: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

104

4.4.2.4 Frekuensi Pemakaian Nada

Frekuensi pemakaian nada dapat dilihat dari banyaknya jumlah nada yang dipakai

dalam suatu musik atau nyayian. Banyaknya jumlah nada yang terdapat dalam

melodi sunai :

Jumlah Pemakaian nada-nada pada melodi sunai:

1. Nada Gis sebanyak 57

2. Nada Ais sebanyak 90

3. Nada Bis sebanyak 15

4. Nada Cis sebanyak 58

5. Nada Dis sebanyak 226

6. Nada Eis sebanyak 343

7. Nada Fis sebanyak 81

4.4.2.5 Jumlah Interval

Interval adalah jarak antara satu nada dengan nada yang lain terdiri dari

interval naik maupun turun. Berikut adalah interval dari melodi sunai:

Interval Posisi Jumlah Total

1P - 286 286

2M 129 268

Page 119: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

105

139

2m 113 240

127

3M 4 7

3

4P 23 26

3

5P 1 4

3

5Dim 5 7

2

6M - 3

3

7M 3 5

2

4.4.2.6 Formula Melodik

Untuk memperjelas bagaimana bentuk dari melodi sunai, penulis

menggunakan pendapat Nettl yang mengatakan bahwa ada beberapa karakter yang

perlu diperhatikan untuk menentukan bentuk dari suatu komposisi, yaitu dengan

memperhatikan unsur-unsur melodi yang terkandung berdasarkan pengulangan

frasa, tanda diam, pengulangan pola ritem, transposisi, kesatuan dari teks yang

ada dalam musik (1964:150). Formula melodik yang akan dibahas tulisan ini

Page 120: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

106

meliputi bentuk dan frasa. Bentuk adalah gabungan dari beberapa frasa yang

terjalin menjadi satu pola melodi. Frasa adalah bagian-bagian kecil dari melodi.

Motif adalah ide melodi sebagai dasar pembentukan melodi. Secara garis besar,

bentuk, frasa, dan motif yang terdapat dalam melodi sunai adalah sebagai berikut:

1. Bentuk pada melodi sunai memiliki 3 bentuk, yaitu: A, B dan C.

2. Frasa pada melodi sunai, yaitu:

a) A: 2 frasa

b) B: 22 frasa

c) C: 5 frasa

Page 121: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

107

Page 122: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

108

4.4.2.7 Pola Kadensa

Kadensa adalah nada akhir dari suatu bagian melodi lagu. Pola kadensa

dapat dibagi atasa dua bagian, yaitu: semi kadens (half cadence) dan kadens

penuh (full cadence). Semi kadens adalah suatu bentuk istirahat yang tidak

lengkap atau tidak selesai (complete) dan memberi kesan adanya gerakan ritem

yang lebih lanjut. Kadens penuh adalah suatu bentuk istirahat di akhir frasa yang

Page 123: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

109

terasa selesai (complete) sehingga pola kadens seperti ini tidak memberikan kesan

untuk menambah gerakan ritem.

Pola kadensa melodi sunai yaitu :

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Page 124: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

110

4.4.2.8 Kontur

Kontur adalah garis melodi dalam sebuah lagu. Malm (dalam irawan 1997:

85) membedakan beberapa jenis kontur, yaitu:

1. Ascending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk naik dari nada

yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi.

2. Descending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk turun dari

nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah.

3. Pendulous yaitu garis melodi yang bentuk gerakannya melengkung dari

nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah, kemudian kembali lagi

ke nada yang lebih tinggi atau sebaliknya.

4. Conjuct yaitu garis melodi yang sifatnya bergerak melangkah dari satu

nada ke nada yang lain baik naik maupun turun.

5. Terraced yaitu garis melodi yang bergerak berjenjang baik dari nada yang

lebih tinggi ke nada yang lebih rendah atau dimulai dari nada yang lebih

rendah ke nada yang lebih tinggi.

6. Disjuct yaitu garis melodi yang bergerak melompat dari satu nada ke nada

yang lainnya, dan biasanya intervalnya di atas sekonde baik mayor

maupun minor.

7. Static yaitu garis melodi yang bentuknya tetap yang jaraknya mempunyai

batas-batasan.

Garis kontur yang terdapat pada melodi sunai dalam tulisan ini pada

umumnya adalah conjuct dan static. Pergerakan melodinya bergerak melangkah

baik baik maupun turun, kemudian diikuti dengan bentuk static, lalu bergerak

Page 125: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

111

naik dan turun (conjuct) lagi. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari gambar salah

contoh melodi di bawah ini.

Grafik di atas menunjukkan terjadinya pergerakan melodi static, kemudian

conjuct, lalu static, kemudian conjuct lagi.

Grafik di atas menunjukkan terjadinya prgerakan melodi conjuct,

kemudian static, lalu conjuct lagi

Page 126: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

112

BAB V

FUNGSI DAN PERUBAHAN TRADISI GANDAI

Pada Bab ini, penulis akan mengkaji fungsi dan perubahan yang terjadi

dalam aspek fungsi dan penggunaaan Gandai. Fungsi yang dimaksud disini

adalah fungsi kegiatan atau pertunjukan tradisi Gandai dalam memenuhi

kebutuhan masyarakat di dalam kehidupan sosial dan budayanya. Disini

perubahan yang dibicarakan tidak terlepas pada kontinuitas, selain dari pada

penggunaan Gandai, penulis juga menjelasakan kontinuitas pada aspek fungsi

Gandai tersebut. Sedangkan tentang perubahan yang terjadi, selain menyangkut

perubahan konteks penyajian dan ragam gerak penulis juga menjelaskan masa

peralihan penggunaannya.

5.1 Fungsi Gandai Sebagai Fenomena Kontinuitas

Di antara kesepuluh fungsi musik yang ditawarkan oleh Alan P. Merriam,

dalam hal ini penulis hanya menitikberatkan fungsi gandai pada fungsi

pengungkapan emosional, fungsi penghayatan estetika, fungsi hiburan, fungsi

komunikasi, fungsi reaksi jasmani, fungsi yang berkaitan dengan norma sosial,

dan fungsi pengintegrasian masyarakat dan semuanya merupakan wujud dari

adanya kontinuitas yang masih tetap dipertahankan dan diterima di tengah-tengah

masyarakat Pekal sampai sekarang.

Begitu pula seperti yang diungkapkan Narawati dan R.M Soedarsono

adanya fungsi tari yang bersifat primer dan sekunder. Sifat sekunderlah yang

menjadi wujud adanya kontinuitas.

Page 127: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

113

5.1.1 Fungsi Pengungkapan Emosional

Tradisi ini berfungsi sebagai pengungkapan emosional dapat dilihat dari

pantun, musik dan gerak yang disajikan. Untuk pantunnya banyak yang

mengandung keluh kesah sehingga bagi yang menyaksikannya dapat ikut serta

merasakan apa yang dirasakan pemantun. Hal ini juga sama dengan musik yang

dibawakan. Perasaan sedih semakin terasa karena sunai dan edap yang dimainkan

untuk mengiringinya,bahkan sampai mengangis.Pada penyajiannya dapat dilihat

melalui teknik gerak Gandai itu sendiri, sehingga muncul suatu ungkapan untuk

setiap ragam gerak Gandai yang disajikan. Pemusik pun sangat berpengaruh

dalam menimbulkan emosi bagi penari maupun orang yang melihat Gandai

tersebut sehingga semangat untuk menari.

5.1.2 Fungsi Penghayatan Estetika

Dapat dikatakan bahwa semua yang terlibat dalam acara malam begandai

mampu menghayati Gandai yang disajikan. Dapat dilihat dari pemain sunai dan

pemain edap yang dapat menyampaikan pesan yang mendalam mengenai musik

yang mereka bawakan karena mereka menghayati permainan mereka. Bagi penari

yang dapat menghayati musik yang dimainkan, maka akan tampak selaras antara

gerakan tangan, kaki, dan badan saat begandai dengan irama yang dimainkan

pemusik. Hal ini menunjukkan bahwa keselarasan itu muncul akibat adanya

penghayatan estetis dari penari ketika mendengarkan alunan musik yang

dimainkan.

Page 128: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

114

5.1.3 Fungsi Hiburan

Tradisi ini merupakan sarana hiburan bagi masyarakat Pekal termasuk

bagi pengantin dan keluarga kedua pengantin. Hal ini dapat dilihat dari setianya

mereka menikmati malam begandai tersebut sampai selesai, padahal acara ini

selesai tengah malam. Berarti tradisi Gandai memberikan rasa senang atau

bahagia bagi masyarakat Pekal yang membutuhkan.

Tradisi ini berkaitan erat dengan upacara perkawinan adat masyarakat

Pekal, walaupun tidak diwajibkan ada pada upacara perkawinan masyarakatnya.

5.1.4 Fungsi Komunikasi

Merriam mengatakan bahwa musik walaupun tanpa syair sebenarnya

telah dianggap mengkomunikasikan sesuatu. Sejalan dengan pendapat tersebut,

fungsi Gandai sebagai media komunikasi dapat dilihat ketika alat musik

pengiringnya yaitu sunai dimainkan bersama dengan edap pada saat malam

begandai di upacara perkawinan adat masyarakat Pekal dan acara lainnya. Dalam

hal ini, fungsi tradisi Gandai sebagai media komunikasi dapat dilihat secara

horizontal, yakni komunikasi antara sesama manusia. Bisa dilihat dari segi

penarinya yang harus bisa berkomunikasi yang baik dengan pemusik agar setiap

gerak dapat digerakkan dengan baik dan indah sesuai dengan musik yang

dimainkan.

Selain iu juga dapat dilihat antara masyarakat Pekal yang melihat tradisi

ini. Tradisi ini sebagai perantara bagi masyarakat Pekal yang menyaksikannya

untuk menyampaikan pesan-pesan kepada pengantin dan pengungkapan keluh

kesah lewat pantun.

Page 129: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

115

5.1.5 Fungsi Reaksi Jasmani

Pada tradisi ini saat musik dimainkan, alunan musik itu tidak hanya

membuat penarinya menari namun masyarakat yang menyaksikannya pun ikut

bergerak mengikuti irama musik, baik falam keadaan duduk maupun ikut berdiri.

Dapat diartikan bahwa fungsi tradisi Gandai sebagai reaksi jasmani sejalan

dengan fungsinya sebagai pengungkapan emosional dan fungsinya sebagai

penghayatan estetis. Sebab reaksi jasmani muncul ketika adanya penghayatan

yang menghasilkan emosional, dan emosional itu pun kemudian diungkapkan

melalui reaksi jasmani. Sebagai wujud dari fungsi reaksi jasmani dapat kita lihat

apabila pemusik bermain dengan baik, maka penari akan sangat senang

menarikannya, begitu pula sebaliknya.

5.1.6 Fungsi yang Berkaitan dengan Norma Sosial

Disini tradisi Gandai mempunyai fungsi yang berkaitan dengan norma-

norma yang berlaku ada di masyarakat Pekal. Dapat dilihat dari syair-syair

pantun yang bukan hanya berisi tentang pesan-pesan atau keluh kesah tetapi juga

berisi tentang norma-norma yang berlaku di masyarakat, seperti contoh:

Baik-baik mengambik daun

Baik ngambik daun kecundang

Senang ati kamuy didusun

Enang akui tetap pemalang

Page 130: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

116

Syair pantun diatas berisi tentang nasehat agar bergaul dengan sepantasnya bagi

para pemuda dan pemudi desa Pasar Ketahun. Masyarakat Pekal masih sangat

menjaga kehidupan mereka agar sejalan sesuai dengan norma-norma yang ada.

5.5.7 Fungsi Pengintegrasian Masyarakat

Tradisi ini jika dipertunjukan pada malam begandai dalam konteks

upacara perkawinan adat masyarakat Pekal dapat menimbulkan rasa kebersamaan

bagi semua yang terlibat. Dapat dilihat dari keluarga yang datang dari tempat

yang jauh. Mereka dapat melepaskan rindu dan merasakan kebersamaan dengan

berkumpul dengan keluarga mereka pada saat tradisi ini dipertunjukan. Begitu

pula antara penari dan pemusik dengan masyarakat yang hadir untuk menyaksikan

atau ikut serta terlibat. Orang-orang yang hadir dapat mengakrabkan diri dengan

pemilik acara pada malam beganda tersebut atau berkenalan dengan orang baru.

5.5.8 Fungsi Berdasarkan Teori Narawati dan Soedarsono

Menurut Narawati dan R.M. Soedarsono dalam Reny Yulyati (2013:22)

membedakan fungsi tari menjadi dua, yaitu (1) kategori fungsi tari yang besifat

primer, yang dibedakan menjadi tiga, yaitu: (a) fungsi tari sebagai sarana ritual,

(b) fungsi tari sebagai ungkapan pribadi, dan (c) fungsi tari sebagai presentasi

estetik, dan (2) kategori fungsi tari yang bersifat sekunder, yaitu lebih mengarah

pada aspek komersial atau sebagai lapangan mata.

Berdasarkan teori fungsi tari dari Narawati dan Soedarsono ini, maka

fungsi tradisi Gandai, mencakup baik itu fungsi primer dan juga fungsi sekunder.

Di dalam kegiatan tari ini terdapat fungsi ritual, ungkapan pribadi, estetik, dan

Page 131: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

117

mata pencaharian. Di dalam aktivitas tradisi Gandai, maka fungsi tradisi ini jelas

sebagai sarana ritual, yang menjadi baagian penting dan diutamakan dalam setiap

upacara memeriahkan perkawinan dalam kebudayaan Pekal. Tradisi ini menjadi

bagian tidak terpisahkan dari serangkaian upacara Perkawinan adat masyarakat

Pekal. Selain itu di dalam tradisi ini juga terkandung fungsi presentasi estetik,

artinya melalui tradisi ini, setiap penari mengekspresikan keindahan gerakan-

gerakantari yang dipandang estetik menurut tata estetik Pekal, namun demikian

tradisi ini memiliki fungsi sekundernya yaitu sebagai sarana ekonomis atau mata

pencaharian. Walaupun bukan fungsi utama, di dalam setiap kegiatan Gandai

terdapat fungsi ekonomis, setiap penari atau pemusiknya mengharapkan imbalan

ekonomis.

Menurut pengamatan yang penulis lakukan selama ini, seorang penari

dalam rangka menarikan tradisi ini memerlukan dana yaitu untuk sanggul,

menyewa pakaian tari, perlengkapan tata rias, serta kebutuhan hidupnya. Selain

itu juga setiap penari tetap mengharapkan rezeki dari jasa ia menari di dalam

sebuah pesta perkawinan. Dengan demikian, fungsi tradisi Gandai dalam

kebudayaan masyarakat Pekal memang kompleks juga. Ini dapat ditelusuri

melalui kaitan tradisi ini dengan berbagai konteks sosial dan budaya, seperti,

religi, ekonomi, estetik, hiburan, sistem sosial, dan lain-lain.

5.2 Perubahan Tradisi Gandai dalam Kebudayaan Masyarakat Pekal

Seperti telah diuraikan pada bab I skripsi ini, jelas dikatakan bahwa tradisi

Gandai ini awalnya dipertunjukan pada acara pembukaan lahan baru atau pesta

panen. Masyarakat Pekal merasa bahwa tradisi ini merupakan bentuk rasa suka

Page 132: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

118

cita mereka atas lahan yang akan di garap atau panen dari hasil kerja keras

mereka. Karena hanya dengan pertunjukan tradisi inilah masyarakat pekal dapat

berkumpul di balai desa sambil menghilangkan penat setelah bekerja. Pada saat

itu hanya tradisi inilah yang menjadi hiburan masyarakat Pekal, musik Organ

Tunggal belum ada.

Namun untuk dewasa ini tradisi ini sukar ditemukan pada acara buka lahan

(tanam) atau pesta panen. Hal ini dikarenakan sudah semakin sedikit warga yang

bercocok tanam. Sekarang mereka lebih banyak bekerja di perkebunan karet atau

sawit milik negeri ataupun swasta serta bekerja di instansi pemerintahanan

sebagai pegawai negeri sipil ataupun honorer. Bagi mereka yang memiliki lahan

sendiri, kebanyakan mengupahkan kepada orang lain untuk mengolahnya atau

menggunakan mesin yang dapat membantu. Hal itu juga dikarenakan adanya

sarana pendidikan. Para pemuda-pemudi dahulunya tidak memiliki kegiatan atau

menganggur sehingga mereka dapat berkumpul untuk menari di balai desa.

Namun sekarang mereka lebih banyak yang bersekolah sehingga waktu mereka

tersita untuk kegiatan belajar baik di sekolah maupun di rumah. Jadi waktu untuk

berkumpul sangat terbatas.

Masuknya hiburan musik Organ Tunggal pada tahun 1985 juga sebagai

salah satu penyebab tradisi ini tidak dipertunjukan pada pesta buka lahan atau

pesta panen lagi. Musik Organ Tunggal ini dibawa para transmigran dari pulau

Jawa ke Kecamatan Ketahun. Musik ini diterima sangat baik oleh masyarakat

Pekal karena dapat membuat masyarakat Pekal bernyanyi dan bergoyang.

Mungkin dikarenakan lagu yang disajikan merupakan lagu dangdut.

Page 133: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

119

Tradisi ini sekarang banyak dipertunjukan pada upacara perkawinan adat

masyarakat Pekal, perpisahan sekolah, dan acara pengesahan lembaga lainnya.

Pada upacara perkawinan adatnya tradisi ini dipertunjukan pada malam begandai.

Sedangkan pada acara perpisahan sekolah merupakan cara pemerintah daerah

untuk tetap melestarikan kebudayaan ini.

Dari segi ragam gerak tradisi ini, juga mengalami perubahan. Dahulunya

yang terdiri dari 36 ragam gerak, sekarang hanya tinggal 26 ragam lagi. Menurut

bapak Zhamari A S Djamal, hal ini dikarenakan 10 ragam yang hilang tersebut

hanya diketahui oleh para orang-orang tua jaman dulu. Beliau juga menambahkan

bahwa generasi sekarang kurang begitu tertarik untuk mempelajarinya, hanya

segelintir saja.

Page 134: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

120

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya

maka beberapa kesimpulan yang didapat oleh penulis adalah sebagai berikut.

Gandai merupakan salah satu tradisi yang ada pada masyarakat Pekal yang

sudah terintegrasi menjadi identitas mereka. Dimana gerakannya diambil dari

kehidupan sehari-hari yang ditarikan oleh empat atau lebih (dalam jumlah genap)

penari perempuan. Tradisi Gandai ini diiringi oleh alat musik satu bua edap dan

satu buah sunai.

Tradisi ini mengalami perubahan, dimana dulunya dipertunjukan pada

hari Kamis (malam) di balai desa. Tradisi ini dipertunjukan pada acara buka lahan

atau pesta panen. Namun sekarang sangat sulit dijumpai pada acara tersebut di

atas. Hal ini dikarenakan oleh tiga hal. Pertama karena semakin sedikitnya

masyarakat yang mengolah lahan sendiri untuk bercocok tanam palawija. Setelah

banyak perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan kelapa sawit atau karet,

masyarakat Pekal banyak yang bekerja di sana. Kedua karena semakin banyak

para generasi muda Pekal yang mengenyam pendidikan. Hal ini membuat waktu

mereka sangat terbatas untuk berkumpul, karena kegiatan belajar. Dan yang ketiga

dikarenakan masuknya kebudayaan dari pulau Jawa yaitu musik Organ Tunggal

yang sifatnya lebih semarak. Sehingga masyarakat Pekal lebih tertarik untuk

menyaksikan hiburan ini.

Sekarang ini tradisi ini dapat kita lihat pada acara perpisahan sekolah dan

upacara perkawinan adat masyarakat Pekal. pada acara perpisahan sekolah sendiri,

Page 135: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

121

tradisi ini dipertunjukan agar tetap terjaga kelestariannya. Agar generasi muda

sekarang tidak lupa akan tradisi ini. Sedangkan pada upacara perkawinan adat

masyarakatnya, tradisi ini dipertunjukan pada malam begandai di atas pengujung

dan diiringi oleh edap dan sunai.

Untuk konten dari Gandai itu sendiri, pada awalnya tradisi ini memiliki

36 ragam gerak. Namun sekarang ini hanya tersisa 26 ragam gerak saja. Hal ini

dikarenanakan 10 ragam gerak lainnya sangat sukar untuk ditarikan dan hanya

orang-orang tua dulu yang mengetahuinya. Begitu pula dari segi pemain

musiknya. Dalam beberapa pertunjukan tampak yang memainkannya hanya

orang-orang yang usianya sudah tua. Tidak terlihat generasi muda yang

memainkannya. Dapat dikatakan bahwa proses transmisi tradisi ini tidak banyak

menyentuh generasi muda sekarang, hanya segelintir yang tertarik.

Walaupun telah terjadi perubahan terhadap konteks penyajian dan ragam

geraknya, tetapi pada motif gerak dan musik yang dimainkan tetaplah sama serta

mengalami kontinuitas. Terlihat walau sudah jarang dijumpai di acara buka lahan

atau pesta panen, masyarakat Pekal menampilkannya pada upacara perkawinan

adatnya. Disini peran sekolah besar dengan selalu menampilkan tradisi ini di acara

perpisahan sekolah, maka kemungkinan kontinuitas ini akan terus berlangsung

selalu dan tetap bertahan di masa-masa yang akan datang.

Dilihat dari segi fungsi, tradisi ini berfungsi sebagai pengungkapan

emosional, penghayatan estetika, hiburan, sarana komunikasi, reaksi jasmani,

yang berkaitan dengan norma sosial, dan sebagai pengintegrasian masyarakat

serta sebagai sarana matapencaharian.

Page 136: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

122

6.2 Saran

Dari pembahasan dan beberapa kesimpulan yang telah diuraikan, ada

beberapa saran yang perlu dikemukakan, mengingat telah terjadi kontinuitas dan

perubahan dalam tradisi Gandai masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun.

Perubahan yang terjadi pada tradisi Gandai masyarakat Pekal di

Kecamatan Ketahun tidak sepenuhnya hilang. Masih ada 26 ragam gerak serta

musisi tradisional, dan konteks pertunjukannya (walaupun semakin berkurang)

ada dalam kebudayaan tradisional masyarakat Pekal.

Namun minat generasi muda Pekal akan tradisi ini sudah berkurang. Oleh

karena itu diperlukan peran seniman/musisi, pemerhati budaya, akademisi dan

pemerintahan Kabupaten Bengkulu Utara untuk mensosialisasikannya melalui

pertunjukan kesenian tradisi yang sering diadakan untuk membiasakan mereka

mengenalnya.

Penelitian ini merupakan tahap awal dan masih banyak memiliki

kekurangan serta perlu mendapatkan penyempurnaan. Penelitian ini hanyalah

sebahagian kecil permasalahan yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu

penulis menyarankan dan mengharapkan kepada siapa saja yang berminat untuk

melanjutkan penelitian ini untuk lebih mendalam lagi, sehingga dapat bermanfaat

bagi pengembangan Etnomusikologi dan sebagai dokumentasi data mengenai

kebudayaan musikal yang berkaitan dengan Pekal.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga tulisan ini dapat memberikan

kontribusi yang positif terhadap apresiasi budaya dan pengetahuan terhadap ilmu

pengetahuan secara umum dan bidang Etnomusikologi secara khusus.

Page 137: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

123

DAFTAR PUSTAKA

Adshead, Janet. 1988. Dance Analysis: Theory and Practice. London. Dance Book.

Depdikbud. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Ginting, Seridah Rhita Gustina. 2011. Deskripsi Tari Lima Serangkai Pada Masyarakat Karo. Medan: Skripsi Sarjana Etnomusikologi FS USU.

Green, Thomas A. 1997. Folklore: an Encyclopedia of Beliefs, Customs, Tales,

Music, and Art Volume 1. California: ABC-CLIO.

Haviland, William A; Prins, Harald E. L.; McBride. Bunny; and Walrath, Dana (2011). Cultural Anthropology: The Human Challenge (14th ed.). Belmont: Wadsworth, Cengange Learning.

Hutagalung, Flora. 2009. Analisis Pertunjukan Tari Piring Pada Upacara

Perkawinan Adat Masyarakat Minangkabau Di Kota Medan. Medan : Skripsi Sarjana Etnomusikologi FS USU.

Kamisa. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika

Kaplan, David And Manners, Albert A. 1999. Teori Budaya. [Trans.] Landung Simatupang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Koentjaraningrat. 1982. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan ---------------------. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Kurath, Getrude Prokosch. 1986. Century of Dance Researc. Arizona: Cross Cultural Dance Research.

Maleong, J Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Marcward, Albert H. 1990. Et al. (eds) Webster Comprehensive Dictionary (Vol. 2). Chicago: Ferguson.

Merriam, Alan .P. 1995. ”Beberapa Defenisi tentang ‘Musikologi Komparatif’ dan‘Etnomusikologi’: Sebuah Pandangan Historis-Teoretis”. Dalam: Supanggah, Editor. Etnomusikologi (terjemahan). Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. p. 40-55.

---------------------------. ( 1964 ), The Antropology of Music. North Western : University Press

Page 138: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

124

Natalia, Desi Ari. 2008. Deskripsi Tari Guel Pada Upacara Perkawinan Masyarakat Gayo di Kota Medan : Skripsi Sarjana Etnomusikologi FS USU.

Nettl, Bruno. 1964. Theory and Method in Etnomusicology. New York: The Pree Press

Netrirosa, Arifni. 2006. Etnomudikologi: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Seni. Volume 1, No 3, Januari.

Netrirosa, Arifni. 2011. Etnomusikologi: Jurnal Ilmu Pengetahuan Seni. Nomor 12, Tahun 6. Medan: USU Press.

Sachs, Curt, 1937. World History of Dance. New York: W.W. Norton.

Sinar, Tengku Luckman. 1996. Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu. Medan: Perwira.

Smith, Jacqueline, 1985. Komposisi Tari. Terj. Ben Suharto. Yogyakarta: Ikalisti

Soedarsono. 1986. Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian.

Supanggah, Rahayu. 1990.

Yulyati, Reny. 2013. Hubungan Struktur Tari, Musik Iringan, dan Fungsi Tari Galombang yang Dipertunjukan Sanggar Tigo Sapilin pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Minangkabau di Kota Medan. Medan: Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Sumber Internet: http://gitadanceq.blogspot.com/search/label/kinesiologi http://id.wikipedia.org/ Bahasa_Pekal http://referensi.data.kemdikbud.go.id http://rejang-lebong.blogspot.com

Page 139: TRADISI GANDAI DALAM KONTEKS UPACARA ... ABSTRAKSI Skripsi ini berjudul Tradisi Gandai Dalam Konteks Upacara Perkawinan Pada Masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu

125

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Zhamari A.S Jamal

Usia : 61 Tahun

Peran : Budayawan Pekal

Pekerjaan : Wiraswasta

2. Nama : Makmur

Usia : 54 Tahun

Peran : Ketua BMA (Badan Musyawarah Adat)

Pekerjaan : Wiraswasta

3. Nama : Herman

Usia : 56 Tahun

Peran : Pemain Sunai

Pekerjaan : Buruh

4. Nama : Ali Bidin

Usia :79 Tahun

Peran : Pemain Edap

Pekerjaan : Petani

5. Nama : Ratna

Usia : 32 Tahun

Peran : Penari

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

6. Nama : Syuraiani

Usia : 35 Tahun

Peran : Penari

Pekerjaan : Guru