Tonsilo Faringitis Ujian Panum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

desc

Citation preview

LAPORAN KASUS SISTEM THT-KLSeorang Laki Laki Usia 60 Tahun Mengeluh Nyeri di Tenggorokan

Disusun Oleh :Prima Maulana Cahyo NugrohoH2A010040

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG2014

BAB ILAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN1. Nama: Tn. S1. Umur: 60 tahun1. Jenis kelamin: Laki-laki1. Alamat: Jalan Durian1. Agama : Islam1. Pekerjaan: Pensiunan PNS1. Status: menikahII. ANAMNESISAnamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 8 Mei 2014 pukul 02.00 WIB.A. Keluhan utamaNyeri ditenggorokanB. Riwayat penyakit sekarang : Sejak 3 hari yang lalu mengalami nyeri tenggoroka. Awal mula nyeri tenggorokan sacara tiba tiba setelah bangun tidur. Nyeri berlangsung secara terus menerus, nyeri tidak menjalar, tenggorokan terasa perih, kering dan gatal. Nyeri bertambah ketika makan maupun minum. Saat istirahat nyeri tidak berkurang. Sedangkan gejala pusing seluruh kepala, nyeri diwajah, batuk pilek, demam, sakit gigi, mimisan, nyeri telinga, kurang pendengaran, keluar cairan dari telinga, disangkalC. Riwayat penyakit dahulu :Pasien menyangkal pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya, riwayat sakit amandel, riwayat batuk lama, riwayat oprasi telinga hidung tenggorok, riwayat pengobatan lama, riwayat alergi makanan, riwayat alergi obat, riwayat alergi cuaca, riwayat sakit gigi, riwayat kencing manis, dan riwayat darah tinggi. Untuk sakit saat ini pasien sudah mencoba mengobati dengan obat warung namun keluhan tidak berkurang. D. Riwayat penyakit keluargaPasien mengakui bahwa keluarganya ada yang mengalami sakit batuk dan pilek yaitu anaknya. Sedangkan untuk riwayat keluarga sakit sama, sakit amandel, alergi makanan, alergi obat, alergi cuaca, riwayat oprasi telinga hidung tenggorok, penyakit kencing manis, darah tinggi disangkal E. Riwayat pribadi :Pasien mengakui bahwa pasien suka makan gorengan dan makan pedas. Sedangkan riwayat suka merokok dan minum minuman keras disangkalF. Riwayat sosial ekonomi :Untuk biaya pengobatan pasien menggunakan asuransi. Pasien tinggal bersama seorang istri dan 2 anaknya, dimana salah satu anaknya sudah bekerja.

III. PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal.8 Mei 2014, pukul 02.00 WIBA. Keadaan umum: tampak sakit ringan B. Kesadaran: compos mentisC. Vital sign1. TD: 120/80 mmHg2. Nadi: 85x/menit (regular dan isi tegangan cukup)3. RR: 22x/menit (reguler)4. Suhu: 37oC (aksiler)D. Status GeneralisA. Kulit : warna sawo matang, turgor kulit turun (-), ikterik (-), petekie (-)B. Kepala : kesan mesosefal, rambut hitam lurus, luka (-)C. Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat, central, reguler dan isokor 3mmD. Thorax:Paru Paru depanParu belakang

Inspeksi Statis

DinamisNormochest, simetris, kelainan kulit (-/-), sudut arcus costa dalam batas normal, ics dalam batas normal

Pengembangan pernafasan paru normal Normochest, simetris, kelainan kulit (-/-)

Pengembangan pernapasan paru normal

Palpasi

Simetris (n/n), nyeri tekan (-/-), ics dalam batas normal, taktil fremitus dalam batas normalSimetris (n/n), nyeri tekan (-/-), ics dalam batas normal, taktil fremitus dalam batas normal

PerkusiKanan

KiriSonor seluruh lapang paru

Sonor seluruh lapang paru.Sonor seluruh lapang paru

Sonor seluruh lapang paru.

Auskultasi

Suara dasar vesicular, ronki (-/-), wheezing (-/-)Suara dasar vesicular, ronki (-/-), wheezing (-/-)

Tampak anterior parutampak posterior paru

Sd : vesikuler sd : vesikulerSt : ronki (-), wheezing (-) st : ronki (-), wheezing (-)

Jantung Inspeksi: ictus cordis tidak tampak Palpasi: ictus cordis teraba pada ics v 1-2 cm ke arah medial midclavikula sinistra, thrill (-), pulsus epigastrium (-), pulsus parasternal (-), sternal lift (-)Perkusi : Batas atas : ics ii linea parasternal sinistraPinggang jantung: ics iii linea parasternal sinsitra Batas kanan bawah: ics v linea sternalis dextraKiri bawah : ics v 1-2 cm ke arah medial midclavikula sinistraKonfigurasi jantung : (dalam batas normal)Auskultasi : regularSuara jantung murni: SI,SII (normal) reguler.Suara jantung tambahan: gallop (-), murmur (-) SIII (-), SIV (-)Abdomen Inspeksi : permukaan datar, warna sama seperti kulit di sekitar, ikterik (-)Auskultasi : bising usus (+) normalPerkusi : timpani seluruh regio abdomenpekak sisi (-), pekak alih (-) tidak terdapat nyeri ketok ginjal dextra/sinistraPalpasi: nyeri tekan epigastrum (-),tidak teraba pembesaran hepar lien dan ginjal tidak teraba kesan status generalis : dalam batas normal

E. STATUS LOKALIS1) TelingaPemeriksaanDextraSinistra

Daun TelingaKelainan Kongenital--

Trauma --

Radang--

Massa--

Nyeri tarik--

Nyeri tekan--

Liang TelingaCukup lapang (N)Cukup lapangCukup lapang

Sempit--

Hiperemi--

Edema --

Massa--

Serumensedikitsedikit

Sekret--

Mastoid Tanda radang--

Fistel--

Sikatrik--

Nyeri tekan--

Nyeri ketok--

Membran timpani

Warnaputih mengkilapPutih mengkilap

Refleks cahaya++

Bentuknormalnormal

Perforasi--

Sekret/discharge--

2) Status Lokalis Hidung dan Sinus ParanasalPemeriksaanDextraSinistra

Hidung luarDeformitas--

Kelainan congenital--

Lesi--

Warna kulit normalNormal

Massa --

Sinus ParanasalNyeri tekan--

Nyeri ketok--

Rinoskopi Anterior:PemeriksaanDextraSinistra

VestibulumVibrise ++

Radang --

Kavum nasiCukup lapang (N)NormalNormal

SekretLokasi--

Jenis--

Jumlah--

Bau--

MukosaWarna

NormalNormal

PermukaankeringKering

Konka inferiorUkuranEutrofiEutrofi

WarnaMerah mudaMerah muda

PermukaanLicinLicin

Edema__

Konka mediaUkuranEutrofiEutrofi

WarnaMerah mudaMerah muda

PermukaanLicinLicin

Edema --

SeptumCukup lurus/deviasiCukup lurus

Permukaan LicinLicin

Warna Merah mudaMerah muda

Spina --

Krista--

Abses--

Perforasi--

MassaAda / tidak tidaktidak

3) TenggorokRinoskopi Posterior:PemeriksaanDextraSinistra

KoanaCukup lapang (N) NN

MukosaWarna Merah mudaMerah Muda

Edema--

Jaringan granulasi--

Konka superiorUkuranNormalNormal

WarnaMerah mudaMerah Muda

PermukaanLicinLicin

Edema--

AdenoidAda/tidakTidak adaTidak ada

Muara tuba eustachiusTertutup secret--

Edema mukosa--

MassaAda/tidakTidakTidak

Post Nasal DripAda/tidakTidak adaTidak ada

Jenis--

4) Orofaring dan Mulut:PemeriksaanDextraSinistra

GigiKaries/radiks--

Lidah

WarnaMerah muda

BentukNormal

Deviasi-

Massa-

TumorLokasi--

Bentuk--

Ukuran --

Permukaan--

Konsistensi --

Palatum mole dan Arkus faringSimetris/tidakSimetris

WarnaMerah muda

Edema--

Bercak/eksudat--

Dinding FaringWarnaHiperemisHiperemis

PermukaanEdemaEdema

Foetor ex ore--

TonsilUkuranT2T2

WarnaHiperemisHiperemis

PermukaanTidak rataTidak rata

Muara kriptiMelebarMelebar

Detritus++

Eksudat--

Perlengketan dengan pilar--

PeritonsilWarnaHiperemisHiperemis

Edema++

Abses--

Laringoskopi Indirek:PemeriksaanDextraSinistra

EpiglottisBentukNormalNormal

WarnaMerah mudaMerah muda

Edema--

Pinggir rata/tidakRataRata

Massa--

Ventrikular BandWarnaMerah mudaMerah muda

Edema--

Massa--

Plika VokalisWarnaPutihPutih

GerakanSimetrisSimetris

Pinggir medialRataRata

Massa--

Subglotis/tracheaMassa--

Sekret ada/tidak--

Sinus piriformisMassa--

Sekret--

ValekuleMassa--

Sekret (jenisnya)--

5) Pemeriksaan Leher Inspeksi: tidak terlihat adanya pembesaran kelenjar getah bening leher Palpasi: tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening leher

Skor MCISAAC Kriteria Skor

Temperatur > 38,50C0

Tidak ada batuk 1

Pembengkakan kelenjar servikal0

Pembengkakan dan eksudat tonsil1

Usia 60 tahun-1

Total skor 1

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGSwab tenggorok

V. RESUMELaki laki 60 tahun datang dengan keluhan nyeri tenggorokan dari anamnesis didapatkan odinofagi, nyeri tidak menjalar, rekuren, terasa perih, kering, dan gatal. Keluarga ada yang menderita batuk dan pilek yaitu anak pasien, pasien juga mengakui bahwa suka makan gorengan dan pedas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan dinding faring hiperemis (+), permukaan edema (+). Pada pemeriksaan tonsil tampak tonsil ukuran T2/T2, warna hiperemis (+/+), permukaan tidak rata (+/+), kripte melebar (+/+), detritus (+/+), edema (+/+).

VI. DAFTAR ABNORMALITASAnamnesis1. Nyeri tenggorokan secar tiba tiba setelah bangun tidur, 3 hari2. Nyeri untuk menelan makanan & minuman.3. Nyeri dirasakan pada tenggorokan saja, tidak menjalar.4. Nyeri dirasakan terus menerus dan tidak membaik saat istirahat.5. tenggorokan terasa perih, kering & gatal.6. keluarga ada yang batuk dan pilek7. Pasien suka makan gorengan dan pedas

Pemeriksaan Fisik8. Dinding faring Warna ; hiperemis (+) permukaan : edema (+).9. tonsil ukuran: T2/T2 warna:Hiperemis (+/+) permukaan:tidak rata (+/+) kripte: melebar (+/+) detritus: (+/+) edema(+/+)

10. Skor MC ISAAC : 1

VII. PROBLEMTonsilofaringitis kronik eksaserbasi akut viral 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10.

Masalah AktifMasalah Pasif

Tonsilofaringitis kronik eksaserbasi akut viral

VIII. DIAGNOSIS BANDING Tonsilofaringitis kronik eksaserbasi akut viral Tonsilofaringitis kronik eksaserbasi akut bakterial

IX. DIAGNOSISTonsilofaringitis kronik eksaserbasi akut iritan

X. INISIAL PLAN1. Ip. Diagnosisa. S: -b. O: -2. Ip. Terapia. Ibuprofen 200mg, 3x1b. Betadine gargling, 2x13. Ip. Monitoringa. KU, TVb. Perbaikan klinisc. Efek samping obat4. Ip. Edukasia. Menjelaskan jenis penyakit, penyebab penyakit dan komplikasib. Mengurangi makanan berlemak, berminyak, minuman dingin.c. Menjelaskan mengenai cara minum obatd. Istirahat yang cukupe. Konsumsi makanan bergizif. Menjaga hygiene sanitasig. Rujuk Sp,THTXI. PROGONOSISQuo ad vitam: ad bonamQuo ad sanam: ad bonamQuo ad functionam: ad bonam

BAB IIPEMBAHASAN

TONSILOFARINGITISI. DefinisiTonsilofaringitis adalah peradangan faring dan tonsil. Gejala utamanya adalah sakit tenggorokan. Pada kesempatan langka radang diisolasi dari faring (faringitis) atau amandel (tonsilitis) terjadi. Tonsilitis dan faringitis memiliki penyebab, perkembangan dan pengobatan, dan gejala utama yang sama.II. EtiologiVirus merupakan etiologi terbanyak dari faringitis akut terutama pada anak berusia 3 tahun. Virus penyebab penyakit respiratori seperti adenovirus, rhinovirus, dan virus parainfluenza dapat menjadi penyebabnya. Streptococcus beta hemolitikus grup A adalah bakteri terbanyak penyebab penyakit faringitis atau tonsilofaringitis akut.Bakteri tersebut mencakup 15-30% pada anak sedangkan pada dewasa hanya sekitar 5-10% kasus.mikroorganisme seperti klamidia dan mikoplasma dilaporkan dapat menyebabkan infeksi, tetapi sangat jarang terjadi1.Faringotonsilitis kronik memiliki faktor predisposisi berupa radang kronik di faring, seperti rhinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik oleh rokok, minum alcohol, inhalasi uap dan debu, beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsillitis akut sebelumnya yang tidak adekuat2.Faktor Predisposisi Umum

Eksogen musim, cuaca, temperatur, polusi, debu, pemakaian AC

Endogen anemia, kurang zat besi, avitaminosis A,agranulositosis, alergi, hipotiroid, imunodefisiensi, sarkoidosis, diabetes

Faktor Predisposisi Lokal

Bahan iritan, pernafasan melalui mulut, refluks esofagus, paparan rokok, voice abuse

Penyebab

Virus Adenovirus, Para-influenza, Influenza, Ebstein-Barr, Eksantema

Bakteri Streptokokus grup A,B,C,G, Streptokokus pneumonia, C.difteri, H.influenzae, M.tuberkulosis, T.pallidum, Actinomyses sp. Peptococcus, mikoplasma, klamidia, rickettsia

Non infeksi Bahan kimia, luka bakar, benda asing

Tabel Etiologi Faringitis, tonsilitis, laringitis

III. PatologiBakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia. Pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akanmengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbulper lengkapan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula 3.

IV. Patofisiologimikroorganisme (virus/ bakteri / jamur )masuk melalui saluran nafasmenyebar melalui saluran limfe

reaksi inflamasi berulang

calor rubor tumordolorfungsi lesa

Demamfaring hiperemis tonsil membesar(t2-t2) nyeri telan jaringan parut mengkerutkripte melebar

Tonsilofaringitis eksaserbasi akut

V. Gejala dan tandaPada anamnesis pasien biasanya mengeluhkan :a. Odinofagiab. Disfagiac. Demamd. Muale. Anoreksif. Suara serakg. Lemas Pada pemeriksaan fisika. Faring hiperemisb. Edema faringc. Pembengkakan tonsild. Tonsil hyperemiae. Mulut bauf. Otalgia (sakit di telinga)g. Malaiseh. Kelenjar limfa leher membengkakMacam macam bentuk tonsilofaringitis adalah:a. Catarrhal (faring kemerahan dan menyakitkan, khas infeksi virus)b. Folikuler (abses dapat dilihat, khas infeksi s.pyogenes)c. Lacunar (bercak putih pada amandel, khas infeksi streptokokus)d. Ulseratif (ulkus kecil terlihat di faring, umum di infeksi virus)VI. Pemeriksaan Penunjang pemeriksaan kultur apusan tenggorok merupakan standar baku pemeriksaan penunjang untuk tonsilofaringitis.Pemeriksaan kultur ulang setelah terapi tidak rutin direkomendasikan Rapid antigen detection test Untuk mendeteksi antigen Streptokokus grup A. mempunyai spesifisitas tinggi, sensitifitas rendah. Tes antibodi terhadap streptococcus (ASTO) Tidak mempunyai nilai dalam penegakan diagnosis maupun penanganan faringitis streptokokusVII. DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Baku emas penegakan diagnosis faringitis bakteri atau virus adalah melalui pemeriksaan kultur dari apusan tenggorok. Pada saat ini terdapat metode cepat mendeteksi antigen streptococcus grup A dengan sensitivitas dan spesivitas yang cukup tinggi. 1,4

Tonsilitis AkutTonsilitis KronisEksaserbasi akutTonsilitis Kronis

Hiperemis dan edemaHiperemis dan edemaMemebesar/ mengecil tapi tidak hiperemis

Kripte tak melebarKripte melebarKripte melebar

Detritus (+ / -)Detritus (+)Detritus (+)

Perlengketan (-)Perlengketan (+)Perlengketan (+)

Antibiotika, analgetika,obat kumurSembuhkan radangnya, Jika perlu lakukan tonsilektomi 2 6 minggusetelah peradangan tenangBila mengganggu lakukanTonsilektomi

Modifikasi Skor Centor dan Pedoman Pemeriksaan kultur ( Mc Isaac WJ, 2004 ) ( I A)Kriteria Point

Temperatur > 38C 1

Tidak ada batuk 1

Pembesaran kelenjar leher anterior 1

Pembengkakan/eksudat tonsil 1

Usia: 3-14 tahun 15 44 th 45 tahun 1 1 -1

Skor Resiko infeksi streptokokus Tatalaksana

0 1 - 2,5 % Kultur tidak dilakukan, Antibiotik (-)

1 5 10% Kultur tidak dilakukan, Antibiotik (-)

2 11 - 17 % Kultur dilakukan, Antibiotik jika kultur (+)

3 28 35% Kultur dilakukan, Antibiotik jika kultur (+)

4 51- 53 % Kultur dilakukan, Antibiotik empiris/ sesuai kultur

VIII. Faktor Resiko tonsilofaringitisa. Menderita pilek biasa, seperti batuk, flu atau sakit tenggorokanb. Mengalami episode faringitis sebelumnyac. Mengalami episode tonsilitis sebelumnyad. Perokok pasifIX. PenatalaksanaanA. Medikamentosapemberian antibiotika sesuai kultur bermanfaat pada penderita Tonsilitis Kronis Cephaleksin ditambah metronidazole, klindamisin ( terutama jika disebabkan mononukleosis atau abses), amoksisilin dengan asam klavulanat ( jika bukan disebabkan mononukleosis) 3.B. Nonmedikamentosa1. TonsilektomiIndikasi tonsilektomi menurut American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery Clinical Indicators Compendium tahun 1995 menetapkan 4: a. Serangan tonsillitis lebih dari 3 kali pertahun walaupun telah mendapatkan terapi yang adekuat.b. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan orofacial.c. Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan nafas, sleep apneu, gangguan menelan, gangguan berbicara, dan cor pulmonale.d. Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak hilang dengan pengobatan.e. Nafas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.f. Tonsillitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grub A streptokokus beta hemolitikus.g. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.h. Otitis media efusi atau otitis media supuratif.

Indikasi relatif 5:a. Penderita dengan infeksi tonsil yang kambuh 3 kali atau lebih dalam setahun meskipun dengan terapi yang adekuatb. Bau mulut atau bau nafas yang menetap yang menandakan tonsilitis kronis tidak responsif terhadap terapi mediac. Tonsilitis kronis atau rekuren yang disebabkan kuman streptococus yang resisten terhadap antibiotik betalaktamased. Pembesaran tonsil unilateral yang diperkirakan neoplasmaKontra indikasi 5:a. Diskrasia darah kecuali di bawah pengawasan ahli hematologib. Usia di bawah 2 tahun bila tim anestesi dan ahli bedah fasilitasnya tidak mempunyai pengalaman khusus terhadap bayic. Infeksi saluran nafas atas yang berulangd. Perdarahan atau penderita dengan penyakit sistemik yang tidak terkontrol.e. Celah pada palatum2. Menghindari Faktor Pencetus pada orang yang alergi makanan, obat obatan bisa menyebabkan terjadinya faringo tonsilitis sehingga sebaiknya menghindarinya. Begitu juga pada makanan, obat obatan, bahan kimia yang menyebabkan iritasi sebaiknya dihindari.C. PreventifBakteri dan virus penyebab tonsilofaringitis dapat dengan mudah menyebar dari satu penderita ke orang lain. Resiko penularan dapat diturunkan dengan mencegah terpapar dari penderita tonsilofaringitis atau yang memiliki keluhan sakit menelan. Gelas minuman dan perkakas rumah tangga untuk makan tidak dipakai bersama dan sebaiknya dicuci dengan menggunakan air panas yang bersabun sebelum digunakan kembali. Sikat gigi yang telah lama sebaiknya diganti untuk mencegah infeksi berulang. Orang orang yang merupakan karier tonsilofaringitis semestinya sering mencuci tangan mereka untuk mencegah penyebaran infeksi pada orang lain 4.X. PrognosisTonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristirahat dan pengobatan suportif. Menangani gejala gejala yang timbul dapat membuat penderita tonsilitis lebih nyaman. Bila antibiotik diberikan untuk mengatasi infeksi, antibiotika tersebut harus dikonsumsi sesuai arahan demi penatalaksanaan yang lengkap, bahkan bila penderita telah mengalami perbaikan dalam waktu yang singkat 4. Gejala gejala yang tetap ada dapat menjadi indikasi bahwa penderita mengalami infeksi saluran nafas lainnya, infeksi yang paling sering terjadi yaitu infeksi pada telinga dan sinus. Pada kasus kasus yang jarang, tonsilitis dapat menjadi sumber dari infeksi serius seperti demam rematik atau pneumonia 4XI. KomplikasiKomplikasi dari tonsilitis kronis dapat terjadi secara perkontinuitatum ke daerah sekitar atau secara hematogen atau limfogen ke organ yang jauh dari tonsil. Adapun berbagai komplikasi yang kerap ditemui adalah sebagai berikut 1 :A. Komplikasi sekitar tonsila 1. Peritonsilitis : Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya trismus dan abses.2. Abses Peritonsilar (Quinsy) : Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber infeksi berasal dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil dan penjalaran dari infeksi gigi.3. Abses Parafaringeal Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah bening atau pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring, sinus paranasal, adenoid, kelenjar limfe faringeal, os mastoid dan os petrosus.4. Abses Retrofaring : Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya terjadi pada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe.5. Kista Tonsil : Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan fibrosa dan ini menimbulkan kista berupa tonjolan pada tonsil berwarna putih dan berupa cekungan, biasanya kecil dan multipel.6. Tonsilolith (Kalkulus dari tonsil) : Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam jaringan tonsil yang membentuk bahan keras seperti kapur.B. Komplikasi Organ jauh1. Demam rematik dan penyakit jantung rematik2. Glomerulonefritis3. Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis4. Psoriasiseritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura5. Artritis dan fibrositis.XII. EdukasiA. Menjelaskan jenis penyakit, penyebab penyakit dan komplikasiB. Mengurangi makanan berlemak, berminyak, minuman dingin.C. Menjelaskan mengenai cara minum obatD. Istirahat yang cukupE. Konsumsi makanan bergiziF. Menjaga hygiene sanitasiG. Rujuk Sp,THT

Bab IIIDiskusi Kasus

I. EtiologiPenyebab terjadinya tonsilo varingitis bisa disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, iritan atau juga alergi. Dalam kasusu ini awal mula terjadinya tonsilofaringitis adalah secar tiba tiba setelah bangun tidur, selain itu pasien mengakui bahwa suka makan makanan berminyak dan pedas. Mungkin dari faktor makan tersebut menyebabkan iritasi dari tonsil dan faring sehingga mempermudah virus dan bakteri menginfeksi pasien.

II. Gejala dan tanda A. Anamnesis Dalam kasus ini keluhan utama pasein adalah nyeri tenggorokan, berlangsung terus menerus dan tidak menjalar. Pasien menyangkal adanya pusing seluruh kepala, nyeri diwajah, batuk pilek, demam, sakit gigi, mimisan, nyeri ditelinga, kurang pendengaran, keluar cairan dari telinga. Dalam teori tonsilofaringitis dapat menyebabkan gejala odinofagi, disfagi, demam, mual, anoreksia, suara serak, lemas, dan nafas berbau.

B. Pemeriksaan fisikPada pemeriksaan fisik pasien datang dengan keadaan umum sedikit kesakitan, kesadaran compos mentis, tanda vital dan status generalis dalam batas normal. Status lokalis menunjukan telinga, hidung, sinus, dan kelenjar leher batas normal, sedangkan pada pemeriksaan mulut dan tenggorokan didapatkan tonsil ukuran T2/T2,hiperemis permukaan tidak rata, kripte melebar, terdapat detritus, edema dan faring ditemukan hiperemis dan edema.Dalam buku ajar ilmu kesehatan THT dijelaskan bahwa pada tonsilitis kronis sering ditemukan tonsil membengkak, permukaan tidak rata, kriptus melebar, dan beberapa kriptus terisi oleh detritus. Sedangkan pada faringitis kronis hiperplastik ditemukan gejala tenggoroakn terasa gatal dan akhirnya batuk berdahak. Pada faringitis kronik atrofi sering ditemukan faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering. Dalam hal ini antara kasus dan teori memiliki kemiripan

Tonsilitis AkutTonsilitis KronisEksaserbasi akutTonsilitis Kronis

Hiperemis dan edemaHiperemis dan edemaMemebesar/ mengecil tapi tidak hiperemis

Kripte tak melebarKripte melebarKripte melebar

Detritus (+ / -)Detritus (+)Detritus (+)

Perlengketan (-)Perlengketan (+)Perlengketan (+)

Antibiotika, analgetika,obat kumurSembuhkan radangnya, Jika perlu lakukan tonsilektomi 2 6 minggusetelah peradangan tenangBila mengganggu lakukanTonsilektomi

III. PatologiBakteri dan virus masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia. Pada kasus ini pasien mengakui suka makan gorengan dan makan pedas hal ini mungkin menjadi faktor pencetus pada kasus ini karena gorengan dan makan pedas bersifat panas menyebabkan iritasi pada faring dan tonsil sehingga hal itu menyebabkan peradangan. Selain itu ketika tonsil dan faring terjadi iritasi menyebabkan meningkatnya faktor resiko untuk terinfeksi kuman.

BAB IVKesimpulanDari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan bawasanya terdapat tanda tanda abnormal pada tonsil dan faring. Kemudian dari pembahasan dan hasil diskusi juga dapat kita ketahui bahwa antara kasus dengan teori yang ada memiliki kemiripan untuk ditegakan diagnosis sebagai tonsilofaringits kronik eksaserbasi akut. Penyakit ini buakan merupakan penyakit yang mengancam jiwa secara langsung namun apabila tidak segera ditangani akan menjadi masalah kesehatan yang serius.

Daftar Pustaka

1. Soepardi AE. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher Edisi ke-6 . Balai Penerbit FKUI : Jakarta. 20072. Adams, Boies, Higler. Buku Ajar Penyakit THT Edisi ke-6. EGC : Jakarta. 19973. Lipton AJ. Obstructive sleep apnea syndrome. 2002. E- medicine4. Nurjanna Z, 2011. Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2007-2010. USU Institutonal Repository. 5. Amarudin, Tolkha et Anton Christanto. 2005. Kajian Manfaat Tonsilektomi, Cermin Dunia Kedokteran

18