2
Teluk Kendari memiliki luas 10,84 Km 2 , secara geografis berada di 3 0 58’3”-4 0 3’11”LS dan 122 0 32”-122 0 36”BT. Kondisi morfometrika dan hidrodinamika merupakan perairan esturia dan kaki bukit nipa-nipa. Teluk Kendari terbagi dalam 3 (tiga) bagian, masing-masing: Bagian Muara sungai (sungai wanggu), Bagian tengah teluk (pusat diklat dayung), dan Bagian mulut teluk yang menghadap laut banda. Kedalaman teluk mencapai 0 – 23 Meter. Ekosistem kawasan teluk Kendari meliputi kawasan hutan mangrove seluas 543,54 Ha (Tahun 1960), 96,5 Ha (Tahun 1995), dan Tahun 2005 tinggal 39 Ha. Juga terdapat 7 (tujuh) jenis vegetasi campuran, sumber daya perikanan dengan 45 jenis spesies. Beban pencemaran bersumber dari limbah industri, pertanian, rumah tangga dimana kondisi perairan telah mengandung logam berat seperti timbel. 1 Keberadaan Teluk Kendari sesungguhnya memberikan manfaat ekonomi bagi Pemerintah Daerah. Tercatat pada tahun 2010, nilai ekonomi teluk mencapai Rp. 6,4 Milyar yang bersumber dari pengelolaan pelabuhan, transportasi local (perahu penyebrangan), perikanan tangkap, wisata pantai, restoran terapung/warung tenda, olahraga dayung, kegiatan riset, dan habitat mangrove. Sementara isu strategis lingkungan kawasan teluk ini meliputi; Degradasi lingkungan akibat sampah, kegiatan konstruksi dan hilangnya biota laut, ekosistem mangrove berubah, pencemaran, erosi/sedimentasi, tinggi muka air teluk, gelombang pasang surut, dan drainase pengembangan teluk. 2 Revitalisasi Kawasan teluk Kendari akan dilakukan oleh PT. Permata Kendari Metropolitan, sebuah perusahaan local yang bertaraf nasional dengan anggaran mencapai Rp. 660 Milyar. Rencana revitalisasi ini sudah dimulai pada tanggal 14 Juni 2012 yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Walikota Kendari, Ir. Asrun didampingi Gubernur Sulawesi Tenggara, H. Nur Alam, SE. Anggaran sebesar itu dipastikan akan dibebankan pada APBD Kota Kendari dan APBD Provinsi Sulawesi Tenggara. Rencana revitalisasi teluk akan diarahkan pada pembangunan Gedung Olah Raga (GOR), Saran Olah Raga (SOR) Pariwisata, Pedagangan, Jasa, Resort, Perumahan Elit, Taman Kota dan Sarana Pool multifungsi dengan waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan tersebut antara 7 – 8 tahun. Proyek revitalisasi ini akan mengurangi luas kawasan teluk seluas 259 Ha. Hal ini berarti luas kawasan teluk hanya tersisa 825,4 Ha. Jika rentang waktu selama 50 tahun mengalami penyempitan hampir setengah dari luas awalnya, dengan asumsi kebijakan pembangunan ditambah tingkat kepadatan penduduk belum seperti saat ini, maka dapat diprediksi, teluk kendari akan tinggal kenangan, bahkan jika reklamasi terus dilakukan, teluk ini akan hilang pada tahun 2030. Selain rekmalasi sebagai salah satu factor, terdapat persoalan sedimentasi/erosi, sampah, dan lain-lain. 1 2

Tolak Reklamasi Teluk Kendari

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tolak Reklamasi Teluk Kendari

Teluk Kendari memiliki luas 10,84 Km2, secara geografis berada di 3058’3”-403’11”LS dan 122032”-122036”BT. Kondisi morfometrika dan hidrodinamika merupakan perairan esturia dan kaki bukit nipa-nipa. Teluk Kendari terbagi dalam 3 (tiga) bagian, masing-masing: Bagian Muara sungai (sungai wanggu), Bagian tengah teluk (pusat diklat dayung), dan Bagian mulut teluk yang menghadap laut banda. Kedalaman teluk mencapai 0 – 23 Meter. Ekosistem kawasan teluk Kendari meliputi kawasan hutan mangrove seluas 543,54 Ha (Tahun 1960), 96,5 Ha (Tahun 1995), dan Tahun 2005 tinggal 39 Ha. Juga terdapat 7 (tujuh) jenis vegetasi campuran, sumber daya perikanan dengan 45 jenis spesies. Beban pencemaran bersumber dari limbah industri, pertanian, rumah tangga dimana kondisi perairan telah mengandung logam berat seperti timbel.1

Keberadaan Teluk Kendari sesungguhnya memberikan manfaat ekonomi bagi Pemerintah Daerah. Tercatat pada tahun 2010, nilai ekonomi teluk mencapai Rp. 6,4 Milyar yang bersumber dari pengelolaan pelabuhan, transportasi local (perahu penyebrangan), perikanan tangkap, wisata pantai, restoran terapung/warung tenda, olahraga dayung, kegiatan riset, dan habitat mangrove. Sementara isu strategis lingkungan kawasan teluk ini meliputi; Degradasi lingkungan akibat sampah, kegiatan konstruksi dan hilangnya biota laut, ekosistem mangrove berubah, pencemaran, erosi/sedimentasi, tinggi muka air teluk, gelombang pasang surut, dan drainase pengembangan teluk.2

Revitalisasi Kawasan teluk Kendari akan dilakukan oleh PT. Permata Kendari Metropolitan, sebuah perusahaan local yang bertaraf nasional dengan anggaran mencapai Rp. 660 Milyar. Rencana revitalisasi ini sudah dimulai pada tanggal 14 Juni 2012 yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Walikota Kendari, Ir. Asrun didampingi Gubernur Sulawesi Tenggara, H. Nur Alam, SE. Anggaran sebesar itu dipastikan akan dibebankan pada APBD Kota Kendari dan APBD Provinsi Sulawesi Tenggara. Rencana revitalisasi teluk akan diarahkan pada pembangunan Gedung Olah Raga (GOR), Saran Olah Raga (SOR) Pariwisata, Pedagangan, Jasa, Resort, Perumahan Elit, Taman Kota dan Sarana Pool multifungsi dengan waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan tersebut antara 7 – 8 tahun. Proyek revitalisasi ini akan mengurangi luas kawasan teluk seluas 259 Ha. Hal ini berarti luas kawasan teluk hanya tersisa 825,4 Ha. Jika rentang waktu selama 50 tahun mengalami penyempitan hampir setengah dari luas awalnya, dengan asumsi kebijakan pembangunan ditambah tingkat kepadatan penduduk belum seperti saat ini, maka dapat diprediksi, teluk kendari akan tinggal kenangan, bahkan jika reklamasi terus dilakukan, teluk ini akan hilang pada tahun 2030. Selain rekmalasi sebagai salah satu factor, terdapat persoalan sedimentasi/erosi, sampah, dan lain-lain.

Selain persoalan lingkungan, revitalisasi kawasan teluk kendari juga bertentangan dengan RTRW Provinsi Sulawesi Tenggara dan RTRW Kota Kendari sendiri. Belum adanya persetujuan DPRD Kota Kendari menjadi salah satu alasannya. Hal ini mengacu pada Peraturan pemerintah No. 50 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah yang harus melalui persetujuan DPRD. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang sudah selesai dilakukan, tidak ditopang dengan pendapat para ahli khususnya terkait dengan isu-isu lingkungannya. Sehingga KLHS ini hanya bersifat formalitas belaka. Kajian lebih lanjut terkait kondisi lingkungan hidup di kawasan teluk kendari penting untuk dilakukan olah masyarakat sipil, seperti organisasi lingkungan hidup agar terdapat pendapat pembanding. Hal ini juga diperlukan sebagai bahan advokasi dan kampanye ke depan.

Selain persoalan ekologis, areal teluk kendari berada di sekitar 14 (empat belas) kelurahan dan 2 (dua) kecamatan yang menggantungkan hidup secara turun temurun sebagai nelayan tangkap. Kelurahan tersebut meliputi; Kelurahan Anggoeya, Kelurahan Lapulu, Kelurahan Petoaha, Kelurahan Bungkutoko, Kelurahan Talia, Kelurahan Tondunggeu, Kelurah Nambo,Kelurahan Sambali, Kelurahan Watu-Watu, Kelurahan Tipulu, Kelurahan Benu-Benua, Kelurahan Sanua, Kelurahan Mata, Keluraduhan Purirano.

1

2