33
NAMA : SETIAWAN DWI PUTRA NIM : 1004015240 KELAS : 3G TOKOH-TOKOH PEMBAHARUAN ISLAM A. Hasan Al-banna Perintis Negara Islam Modern Dunia islam mengenal Hasan Al-banna sebagai pejuang dan pembangkit umat islam. Para pengamat mengaitkan Al-banna dengan pembaru juga yang juga berasal dari Mesir yaitu Muhammad Abduh, mereka bagai satu badan dan ruh. Abduh yang senior dari Al-bannah sebagai kepalanya sementara Al-banna sebagai ekornya. Abduh sebagai revolusinya sedangkan Al-banna sebagai penggerak revolusi kebangkitan perjuangan umat islam internasional . Keduanya memang tidak bertemu secara fisik tapi pemikiran dan visi mempersatukan keduanya dalam tujuan yang sama. Hasan Al-banna dilahirkan didesa Mahmudiyah kawasanBuhairah, Mesir tahun 1906 M, sejak kecil Al-banna sudah menunjukan kecemerlangan otaknya. Pada usia 12 tahun dia telah menghafal separuh isi al-Quran. Ayahnya, Syaikh ahmad Al-bannna yang ulama fiqih dan hadits, terus menerus melengkapi hafalanya. Sejak itu dia mendisiplinkan waktunya menjadi 4 tahap; siang hari dipergunakan untuk belajar disekolah , kemudian belajar dan memperbaiki jam dengan orang tuanya hingga sore, sore hari digunakan untuk mengulang pelajaran sekolah hingga malam, dan

Tokoh Pembaharuan Islam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tokoh Pembaharuan Islam

NAMA : SETIAWAN DWI PUTRA

NIM : 1004015240

KELAS : 3G

TOKOH-TOKOH PEMBAHARUAN ISLAM

A.      Hasan Al-banna

Perintis Negara Islam Modern

Dunia islam mengenal Hasan Al-banna sebagai pejuang dan pembangkit umat islam. Para

pengamat mengaitkan Al-banna dengan pembaru juga yang juga berasal dari Mesir yaitu

Muhammad Abduh, mereka bagai satu badan dan ruh. Abduh yang senior dari Al-bannah

sebagai kepalanya sementara Al-banna sebagai ekornya. Abduh sebagai revolusinya

sedangkan Al-banna sebagai penggerak revolusi kebangkitan perjuangan umat islam

internasional .  Keduanya memang tidak bertemu secara fisik tapi pemikiran dan visi

mempersatukan keduanya dalam tujuan yang sama.

Hasan Al-banna dilahirkan didesa Mahmudiyah kawasanBuhairah, Mesir tahun 1906 M,

sejak kecil Al-banna sudah menunjukan kecemerlangan otaknya. Pada usia 12 tahun dia telah

menghafal separuh isi al-Quran. Ayahnya, Syaikh ahmad Al-bannna yang ulama fiqih dan

hadits, terus menerus melengkapi hafalanya. Sejak itu dia mendisiplinkan waktunya menjadi

4 tahap; siang hari dipergunakan untuk belajar disekolah , kemudian belajar dan memperbaiki

jam dengan orang tuanya hingga sore, sore hari digunakan untuk mengulang pelajaran

sekolah hingga malam, dan shubuh untuk menghafal al-Quran. Pada usia 14 tahun dia telah

menghafal al-Quran.

Hasan Al-banna lulus sekolah dengan predikat terbaik di sekolahnya dan lima terbaik di

seluruh Mesir. Pada usia 16 tahun dia telah menjadi mahasiswa di perguruan tinggi di Kairo.

Selain prestasinya dibidang akademik, Al-banna memiliki bakat sebagai leadership yang

sangat cemerlang. Dia selalu terpilih menjadi ketua dalam organisasi siswa di sekolahnya.

Pada usia 21 tahun Al-banna telah menamatkan studinya di Dar Al-Ulum dan di tunjuk

menjadi guru Ismai’liyah.

Hasan Al-banna sangat prihatin dengan kelakuan koloni yang memperbudak bangsanya. Pada

masa itu adalah masa dimana uamt islam sedang mengalami kegoncangan hebat. Kekhalifaan

Page 2: Tokoh Pembaharuan Islam

Utsmaniyah di Turki sebagai pengayom umat islam di seluruh dunia runtuh. Sementara kaum

penjajah mempermainkan umat islam dengan seenaknya. Bahkan di Turki , Kemal Attaturk

membengarus islam . ini adalah salah satu penyebab kemunduran islam dan umat islam

bodoh terhadap ajaran islam.

Kenyataan itu yang membuat benar-benar Al-banna bergerak, khususnya dalam bidang

dakwah. Dakwa Al-banna dimulai dari menggalang dari sekolompak orang. Dia berdakwah

dikedai-kedai kopi , hal ini dilakukan teratur 2minggu sekali. Dan usaha Al-banna ini

mendapat banyak sambutan dikalanga umat islam di Mesir. Tercatat kaum muslim dari

kalangan buruh/petani, usahawan, ilmuan, ulama, dokter mendukung dakwahnya.

Saat berdakwah dia lebih suka menyebutkan “wahai manusia”  yang mengacu pada seluruh

umat tanpa memandang ras, kebanggaan, bahkan agama dari pada menyerukan dengan kata-

kata “wahai bangsa arab” atau “wahai kaum muslimin”. Bersandar pada nilai-nilai universal,

masalah jarak bukanlah kendala. Kecintaan yang universal pada nila-nilai kemanusiaan dan

komitmennya pada uhkuwah islamiyah mendorong Hasan Al-banna untuk mendirikan

Komite Solidaritas bagi kemerdekaan Indonesia dan dia sendiri yang menjadi ketuanya.

 

Al-banna dan Ikhwan Al-Muslim

sepak terjang Hasan Al-banna dimulai sejak dia menjadi bocah tanggung. Saat kecilnya dia

bergabung dengan masyarakat untuk tingkah laku moral ini menunjukan bahwa Al-banna

saat kecil sudah tertarik pada masalah keagamaan. Pada tahun 1928, Al-banna mendirikan

IM. Pada 1932, dia pindah ke Kairo. Bersama itu pula gerakannya berpindah dari isma’liyah

ke Kairo. Untuk menyebarkan pemikiran dan gerakan dakwah IM ke masyarakat pada 1352

H/ 1933 M Al-banna menerbitkan sebuah majalah mingguan ikhwan yang di pimpin oleh

Muhibudin Khatib dan kemudian banyak majalah-majalah lanjutan yang diterbitkan.

Pada awal berdirnya, IM hanya beranggotakan 100 orang yang dipilih langsung oleh Al-

banna. Hingga akhirnya terus berkembang, baik keanggotaanya maupun amal usahanya.

Bahkan IM berkembang pesat di luar Mesir, seperti di Jordania dan Syiria, serta Sudan. Di

bidang amal usaha, gerakan ini banyak kesamaan dengan ormas Islam Muhammadiyah, dari

mengelola amal sosial, seperti panti asuhan, rumah sakit, lembaga pendidikan, perdagangan,

hingga para kardernya kini banyak menguasai organisasi profesi seperti persatuan wartawan

Page 3: Tokoh Pembaharuan Islam

Mesir, organisasi kedokteran dan organisasi pengacara, serta perdagangan. Di kancah politik,

pada 1948 turut serta dalam perang palestina. Mereka masuk dalam angkatan perang khusus.

Berkaitan dengan pemikiran dan visi IM sendiri tidak lepas dari cara pandang pendirinya.

Pemahamannya bersifat universal tidak menganal pemisahan dari satu aspek ke aspek yang

lain. Kaitan dengan dakwah, Al-banna mengatakan “gerakan ikhwan adalah dakwah salafiah ,

thariqah sunniyah,haqiqqah sufiyah, lembaga politik, klub olahraga, lembaga ilmiyah dan

kebudayaan, peserikatan ekonomi dan pemikiran sosial”

Al-banna mengatakan bahwa ciri gerakan IM adalah: jauh dari sumber pertentangan, jauh

dari riya dan kesombongan, jauh dari partai politik dan lembaga-lembaga politik,

memperhatikan kaderisasi dan bertahap dalam melangkah, lebih mengutamakan aspek-aspek

amaliah produktif dari pada propaganda reklame, memberi perhatian khusus kepada para

pemuda, dan cepat tersebar di kampung-kampung dan si kota-kota.

Sebagaimana dakwah yang berkarakter rabbaniyah yang menyeru manusia menjauhi,

menentang, melawan tirani materialisme, dan kembali beriman kepada allah, dan selalu

berada pada pengawasan nya selain itu juga mengandung dakwah yang berkarakter insaniyah

yang mengajak kepada persaudaraan di antar manusiadan berusaha membahgiakan mereka,

karena dakwah ini bersifat islamiah dan islam di peruntunkan untuk setiap manusia.

Sementara masalah ideologi IM banyak mengadopsi dakwah salafiah menjadi gerakan

dakwahnya. Dia menekankan kepada pentingnya penelitian dan pembahasan terhadap dalil

serta kembali kepada al-Quran dan al-Sunnah dan membersihkan diri dari segala bentuk

kemusyrikan untuk mencapai kesempurnaan tauhid. Dakwah nya banyak di pengaruhi oleh

Syaikh Abdul Wahab, Sanusiyyah dan Rasyid Ridha. Pada umumnya dakwa tersebut lanjutan

dari madrasah Ibnu Taimiyah, yang juga kelanjutan madrasah imam Ahmad Hambal. I M

merupakan tasawuf sebagai sarana pendidikan dan peningkatan jiwa seperti pernah dilakukan

para ahli tasawuf terdahulu yang akidahnyabenar dan jauh dari segala bentuk bidah, khurafat,

meghina diri dan sifat negatif.

Namun, jalan yang di tempuhnya tak semulus yang dibayangkan. Serbuan fitnah seakan

mengikuti langkah kaki Hasan Al-banna. Pada suatu ketika, dia dituduh sebagai penganut

komunis yang menentang negara dan Raja Fahd. K esempatan lainya, sebuah petisi seorang

warga menyebutkan dia diskriminatif dengan membeda-bedakan perlakukan terhadap murid-

murid beradama islam dan kristen. Uniknya, pembelaan justru datang dari umat kristen

Page 4: Tokoh Pembaharuan Islam

sendiri. Sekempulan tokoh agama Kristen pun datang dipimpin pastor Gereja Orthodoks

Isma’iliyah yang menolak petisi tersebut. Salah satu yang melakukan pembelaan ini adalah

ketua Asosiasi Gereja, Jirjis Sorial Afandi.

Pada sekitar 1930 an Hasan Al-banna kenudian mengajar ke Kairo, dan IM merambah ke

kegiata politik. Mereka berupaya menciptakan islam yang bersih dan menolak sekularisasi

dan westernisasi. Ketika perang dunia II, IM berkembang pesat dan menjadi elemen pentin di

Mesir, dengan itu IM banyak menarik perhatian mahasiswa, pegawai, pekerja kota dan

berbagai kalangan lain nya.

Banyak anggota IM menganggap pemerintah Mesir telah berkhianat pada kepentingan

nasinalisme Mesir sendiri. Demi perbaikan, Hasan Al-banna menjalin kerja sam taktis dengan

pemerintahan, sayang nya dia dan para pengikutnya terlanjur menjadi ancaman bagi

pemerintahan pusat. Para anggota IM mulai mendapatkan serangan fitnah, termasuk pada

Hasan Al-bannah.

Tokoh-tokoh mereka pun di tangkapi, hingga pada akhirnya pada 1949, Al-banna di tembak

oleh penembak misterius yang di yakinin penembak titipan pemerintah. Dua karya

monumentalnya yang diwariskanya adalah  Muzdakariyat Al-Dakwah wa Da’iyyah dan

Majmu’ah Rasail.

B.      Jamaluddin al-afghani

Jiwa Rainesans Umat

Jamaluddin al-afghani adalah pahlawan besar dan salah seorang putra terbaik islam.

Kebesaran dan kiprahnya membahana hingga keseluruh dunia. Sepak terjangnya dalam

menggerakkan kesadaran umat islam dan gerakan revolusionernya yang membangkitkan

dunia islam, menjadikan dirinya orang yang paling dicari oleh pemerintah kolonial ketika itu,

pemerintah inggris. Tapi, komitmen dan konsistensinya yang sangat tinggi terhadap nasib

umat islam, membuatnya tak pernah kenal lelah apalagi menyerah.

Sastrawan dan pemikir besar muslim abad ke-20 sir muhammad iqbal mengatakan : “….jiwa

yang tak mau diam itu selalu mengembara dari negara islam satu ke negara islam lain…

memang, jamaludin al-afghani tak pernah menuntut sebutan sebagai pembaharu, akan tetapi

tidak ada seorangpun di zaman ini yang lebih mampu mengungkapkan getaran jiwa agama

Page 5: Tokoh Pembaharuan Islam

islam melebihi dirinya. Semangat dan pengaruhnya masih tetep besar bagi dunia islam, dan

tak ada seorangpun tahu kapan berakhirnya…”

Dia adalah cahaya besar dalam kegelapan islam abad ke-13 hijrah. Dari afghanistan sinarnya

memancar ke seantero didunia. Jamaludin al-afghani dilahirkan 1838, tempat kelahiranya

sulit dipastikan. Dia mengaku dilahirkan di asabadad, konar distrik kabil, Afghanistan. Versi

lain, terutama dari lawan-lawan politiknya, menyebutkan bahwa jamaluddin dilahirkan di

asabadad dekat hamadan, Iran. Menurut versi ini, jamaluddin mengaku lahir di afghanistan

dengan maksud menyelamatkan dirinya dari kesewenangan penguasa persia (Iran) yang tidak

menyukainya.

Al-afghani menghabiskan masa kecil dan remajanya di Afghanistan, namun banyak berjuang

di Mesir, India bahkan sampai ke Prancis. Pada usia 18 tahun di kabul, jamaluddin tidak

hanya menguasai ilmu keagamaan, tetapi juga mendalami ilmu falsafah, hukum, sejarah,

metafisika, kedokteran, sains, atronomi, dan astrologi. Dia seorang yang sangat cerdas jauh

melampaui remaja-remaja seusianya. Etelah menguasai beberapa disiplin ilmu, jamaluddin ke

India. Dia berkelana ke negri ini. Kemampuanya berbicara dan pengetahuanya yang dalam,

muda usia 18 tahun ini memukau banyak orang. Dia orator yang tangguh. Dia mendorong

rakyat india untuk bangkit melawan kekuasaan inggris. Hasilnya, pada 1857 muncul

kesadaran baru dikalangan pribumi India melawan penjajah. Perang kemerdekaan pertama di

India pun meletus.

Dari India jamaluddi  melanjutkan perjalananya ke Mekkah. Di Kabul, sepulang menunaikan

ibadah haji, Jamaluddin diminta penguasa Afghanistan Pangeran Dost Muhammad Khan,

untuk membantunya. Tahun 1864, Jamaluddin yang progresif, menjadi penasehat Sher Ali

Khan. Beberapa tahun kemudian diangkat menjadi perdana mentri Muhammad A’zham

Khan. Namun karna campur tangan Inggris dan kekalahanya terhadap golongan yang

disokong Inggris, Jamaluddin akhirnya meninggalkan Kabul ke Mekkah. Inggris yang

menilai Jamaluddin sebagai tokoh yang berbahaya karna ide-ide pambaharunya, terus

mengawasinya. Dia tidak diperkenankan melalui jalur darat, juga tidak diperkenankan

bertemu dengan pemimpin-pemimpin India. Melalui jalur laut, Jamaluddin kemudia pergi ke

Kairo dan menetap disana.

Pada awalnya, Jamaluddin mencoba menjauhi diri dari politik dengan memusatkan diri

mempelajari ilmu pengetehuan dan sastra Arab. Rumahnya dijadikan tempat pertemuan para

pengikutnya. Di sinilah dia memberikan kuliah dan berdiskusi dengan berbagai kalangan,

Page 6: Tokoh Pembaharuan Islam

termasuk intelektual muda, mahasiswa, dan tokoh-tokoh pergerakan. Salah seorang muridnya

adalah Muhammad Abduh dan Saad Zaglul, pemimpin kemerdekaan Mesir. Melihat campur

tangan Inggris di Mesir, Jamaluddin akhirnya kembali ke politik. Dia melihat Inggris tidak

ingin melihat islam bersatu dan kuat. Jamaluddin memasuki perkumpulan freemason, satu

organisasi yang beranggotakan tokoh-tokoh politik Mesir. Dari sini, 1879, terbentuk partai

politik Hizb Al-Wathani (partai kebangsaan). Partai ini menanamkan kesadaran berbangsa,

memperjuangkan pendidikan Universal, dan kemerdekaan pers. Aktivitas politik Jamaluddin

memberikan pengaruh besar bagi umat islam. Dia mendorong bangkitnya gerakan berfikir

sehingga mesir mencapai kemajuan.

Seperti juga di Kabul dan di India, Inggris memperlihatkan ketidaksenanganya terhadap

Jamaluddin. Inggris menghasut kaum teolog ortodoks melawan Jamaluddin. Ini menjadi

alasan Inggris mengusir Jamaluddin dari Mesir, 1879. Jamaluddin  akhirnya pergi ke

Hyderabad Deccau (India). Di sana, dia menulis risalah yang sangat terkenal, Pembuktian

Kesalahan Kaum Materialis. Risalah ini menimbulkan gejolak besar kalangan kaum

materialis.

Pada 1882, Jamaluddin ke Paris. Dia mendirikan perkumpulan Al-Urwat Al-Wuthqa.

Organisasi ini kemudian menerbitkan jurnal –dengan nama yang sama- yang mengecam

keras barat. Penguasa barat melarang jurnal ini beredar di negara-negara muslim karna

khawatir akan dapat menimbulkan semangat persatuan Islam. Karna dilarang diedarkan, usia

jurnal ini hanya delapan bulan. Aktivitas Jamaluddin tidak hanya di Paris dia juga bergerak di

berbagai negara Eropa. Dia berdiskusi tentang Islam di London, diantaranya dengan Lord

Salisbury, yang berkuasa ketika itu. Dia pergi ke Rusia, membangun pengaruh dikalangan

cendekiawan Rusia dan menjadi orang kepercayaan Tsar. Karna pengaruhnya itu Rusia

memperkenankan orang Islam mencetak Al-Qur’an dan buku-buku islam yang sebelumnya

dilarang.

Pengaruh Jamaluddin menyebar ke Persia. Shah Nasiruddin Qochar, penguasa Persia,

menawarkan posisi perdana menteri. Awalnya, Jamaluddin ragu-ragu, namun akhirnya dia

menerima posisi itu. Ide-ide pembaharuan Islam, membuat Jamaluddin semakin populer di

Persia. Ini menghawatirkan Nasiruddin, apalagi Jamaluddin terang-terangan mengkritik

praktik-praktik kekuasaan penguasa Persia itu. Jamaluddin, Revolusioner dan anti-tirani itu

kemudian ditangkap dan diusir, namun kesadaran rakyat untuk menumbangkan Nasiruddin.

Page 7: Tokoh Pembaharuan Islam

Pada 1892, Jamaluddin ke Istanbul, Turki, atas permintaan Sultan Abdul Hamid. Sultan pada

saat itu ingin memanfaatkan pengaruh Jamaluddin atas negara-negara Islam untuk menentang

Eropa, yang ketika itu mendesak kedudukan Kerajaan Utsmani (otonomi) di Timur Tengah.

Namun upaya Sultan itu gagal. Pada satu sisi, Jamaluddin berjuang untuk terbentuknya

pemerintahan demokratis, sedangkan Nasiruddin mempertahankan kekuasaan otokrasi lama.

Jamaluddin wafat di Istanbul, 9 Maret 1897 dalam usia 59 tahun. Sepanjang hayatnya,

Jamaluddin Al-Afghani telah menulis puluhan karya tulis dan buku, antara lain : pembahasan

tentang sesuatu yang melemahkan orang-orang Islam, tipu muslihat Orientalis, Risalah untuk

menjawab golongan Kristen, Hilangnya Timur dan Barat, Hakikat Manusia, dan Hakikat

Tanah Air.

Jamaluddin adalah tokoh pembaharu. Dia melihat kemunduran umat Islam bukan karena

Islam tidak sesuai dengan perubahan zaman, melainkan disebabkan umat islam telah

dipengaruhi oleh sifat statis, fatalis, meninggalkan akhlak yang tinggi, dan melupakan ilmu

pengetahuan. Ini, menurutnya, umat Islam telah meninggalkan ajaran sebenarnya. Islam

menghendaki umatnya dinamis, mencintai ilmu pengetahuan, dan tidak fatalis. Sifat statis

membuat umat Islam tidak berkembang dan hanya mengikuti apa yang telah menjadi ijtihad

ulama sebelum mereka. Mereka hanya pasrah pada nasib.

Faktor lain, menurut Jamaluddin, salah faham terhadap qodha (ketentuan Tuhan yang belum

terjadi) dan qodar (ketentuan Tuhan yang sudah terjadi). Paham itu membuat ummat Islam

tidak mau berusaha dengan sungguh-sungguh. Jamaluddin menyebutkan, qhada dan qadar

mengandung pengertian bahwa segla sesuatu terjadi menurut sebab musabbab (kausalitas).

Lemahnya pendidikan dan kurangnya pengetahuan ummat tentang dasar-dasar ajaran agama,

lemahnya persaudaraan, perpecahan umat Islam yang diikuti pemerintah yang absolut,

mempercayakan kepemimpinan kepada yang tidak dipercaya, dan kurangnya pemerintahan

militer, merupakan faktor-faktor yang membawa kemunduran umat Islam. Faktor-faktor ini

menjadikan umat Islam statis, fatalis, dan mundur.

Jamaluddin menyebutkan, Islam mencakup segala aspek kehidupan, baik ibadah, hukum, dan

sosial. Corak pemerintahan otokrasi harus diubah menjadi demokrasi. Persatuan umat Islam

harus diwujudkan kembali. Menurutnya, kekuatan umat Islam bergantung pada keberhasilan

membina persatuan dan kerja sama. Jamaludiin juga menyorot soal peran wanita. Dian

menilai kaum pria dan wanita, sama dalam beberapa hal. Keduanya mempunyai akal untuk

berfikir. Tidak ada halangan bagi wanita untuk bekerja ketika situasi menuntut untuk itu.

Page 8: Tokoh Pembaharuan Islam

Jamaluddin menginginkan pria dan wanita meraih kemajuan dan bekerja sama mewujudkan

Islam yang maju dan dinamis.

Jamaluddin tak hanya pandai bicara. Malang melintang kebebagai negara dia lakukan bagi

terciptanya renaisans (kebangkitan) dunia Islam. Proyeknya itu kemudian dikenal dengan

“Pan-Islamisme”, sebuah gagasan untuk membangkitkan dan menyatukan dunia Arab

khususnya, dan dunia Islam umumnya untuk melawan kolonial barat, Inggris dan Prancis

khususnya yang kala itu banyak menduduki dan menjajah dunia Islam dan negara-negara

berkembang. Secara umum, inti Pan-Islamisme Jamaluddin itu terletak pada ide bahwa Islam

adalah satu-satunya ikatan kesatuan kaum muslim. Jika ikatan itu diperkokoh, jika dia

menjadi sumber kehidupan dan pusat loyalitas mereka, maka kekuatan solidaritas yang luar

biasa akan memungkinkan pembentukan dan pemeliharaan negara Islam yang kuat dan stabil.

Berbagai kalangan, seperti ditulis pakar sejarah Azyumardi Azra dalam Historiografi Islam

Kontemporer, menilai ide Jamaluddin itu sebenarnya sebagai entitas politik Islam Universal.

Mau tak mau, dia pun bersentuhan langsung dengan para penjajah itu.

Dengan gagasan ini, Jamaluddin mengubah Islam menjadi ideologi anti-kolonialis yang

menyerukan aksi politik menentang barat. Baginya, Islam adalah faktor yang paling esensial

untuk perjuangan kaum muslimin melawan eropa, dan barat pada umumnya. Namun

demikian, pada saat yang sama Al-Afghani juga mendukung ide semacam nasionalisme,

lebih tepatnya “nasionalitas” (jinsiyyah) dan “cinta tanah air” (wathaniyyah). Sepintas, dua

gagasan ini boleh jadi kontradiktif dengan gagasanya tentang Pan-Islamisme. Namun,

tampaknya Jamaluddin tak ambil pusing. Baginya, bial dua ‘entitas’ itu dapat disatukan

menjadi sebuah kekuatan besar yang dapat merubah nasib dunia Islam, mengapa tidak dicoba

? terlepas dari kekurangan, kelebihan dan sekaligus kontroversi ki kiprah dan pemikiranya,

Jamaluddin pantas dicatat orang besar yang bersaham signifikan bagi kesadaran dan

renaisans umat dan dunia Islam.

 

C.       Muhammad Abduh

Sang Modernis yang Tradisional

Akhir abad ke-18 dunia islam terbantai oleh penjajah. Mesir, Pakistan, Sudan dan

Bangladesh, Malaysia dan Brunei Darussalam diduduki Inggris. Aljazair, Tunisai dan

Maroko dijajah perancis. Italia mendapatkan Libya. Indonesia oleh Belanda. Pada saat itu

Page 9: Tokoh Pembaharuan Islam

juga kekhalifaan yang menjadi kebesaran islam yang ada di Turki yaitu kahlifah Utsmani

dalam keadaan sakit. Dan Muatfa Kamal Attaturk mengganti sistem pemerintahan kesultanan

menjadi republik sekuler untuk menyelamatkan Turki. Sejak inilah dunia islam mengalami

kemunduran.

Sebenarnya kemunduran islam sudah terjadi 6 abad sebelumnya. Yaitu pada pemerintahan

Andalusia dan kekhalifaan Bani Abbasiyah oleh tentara Mongol, selama itulah pemikiran

islam berhenti. Dan pada abad ke 19 kondisi mencair denagn muculnya pelopor yang

mengelaborasikan antara agama yang di sesuaikan pemahaman masyarakat. Nama-nama

seperti Jamaludin Al-afghani, Muhammad Bin Abdul Wahab, Syaikh Muhammad Rasyid

Ridha, dan Syaikh Muhammad Abduh menjadi pelopor cairnya kebekuan pemikiran islam.

Sejarah mencatat, peranan Muhammad Abduh tidak hanya membangkitakan gerakan

revolusioner melalui pemikiranya akan tetapi sebagai pencetus muncul paham “islam kiri”

dan “islam kanan” melalui murid-muridnya. Gerakan revolusionernya membuat takut

pemerintahan kolonial. Munculnya gerakan perlawanan umat islam terhadap Eropa juga salah

satu pemikiran Abduh.

Abduh, nama lengkapnya Muhammad Abduh bin Hassan Khair Ullah, lahir di desa Mahalat

Nashr, provinsi Gharbiyah, Mesir pada 1265 H. Dia menganal agama dari orang tuanya. Dia

sudah dapat menghafal seluryh isi al-Quran dari kecil. Dan dia melanjutkan pendidikan

formalnya di Thanta, dis ebuah lembaga pendidikan Masjid Al-Ahmad, milik Al-Azhar.

Gurunya, Syaikh Darwisi membimbingnya dan mengantarkannya dalam kehidupan sufi.

Tahun 1871 Abduh bertemu dengan Jmaludin Al-Afghani. Pada jamaludi Al-Afghani dia

belajar filsafat, ilmu kalam, ilmu pasti, ilmu pengetahuan lain yang juga didapatkan di al-

Azhar metode diskusi yang diterapakan Jamaludin menarik minat Abduh.

Dalam karirnya ia pernah menjadi dosen di Al-Azhar, Dar Al-Ulum dan perguruan bahasa

Khedevi. Ia pernah menjadi mufti Mesir dan menjabat sebagai Hakim agung. Di jurnalistik ia

adalah penulis produktif dari sebuahkoran dan dia menjadi pimpinan redaksi, yaitu koran

Waqai Al-Misriyah yang membahas persoalan politik, sosial, agama dan negara. Dia

meninggal pada tahun 1905.

Gagasan Pembaharuan

Page 10: Tokoh Pembaharuan Islam

Kontribusi pembaharuan pemikiran abduh paling menonjol dan menjadi fokus gerakanya

meliputi dua bidang yaitu teologi dan hukum, dua aspek ini yang dianggapnya vital yang

telah di lupakan oleh umat islam sehingga benih kemunduran di setiap kehidupan tidak dapat

dihindari.

Pemikiran teologi Abduh didasari oleh tiga hal yaitu; kebebasn manusia dalam memilih

perbuatan, kepercayaan yang kuat terhadapsunnah allah dan fungsi akal yang sangat dominan

dalam menggunakan kebebasan. Pandangan Abduh tentang perbuatan manusia bertolak dari

satu deduksi, bahwa manusia adalah mahluk yang bebas dalam memilih perbuatanya, akan

tetapi kebebasan tersebut bukanlah kebebasan tanpa batas.

Abduh memandang akal berperan penting dalam mencapai pengetahuan yang hakiki tentang

iman, bahkan menurut Abduh akal memilik kekuatan yang sangat tinggi. Berkat akal, orang

dapat mengetahui adanya tuhan dan sifat-sifat nya, adanya hidup di akhirat , kewajjiban

terhadap tuhan, kebaikan dan kejahatan, serta mengetahui kewajiban membuat hukum-

hukum. Tapi bukan berarti manusia tidak membutuhkan wahyu. Wahyu tetap dibutuhkan,

sebab wahyu sesungguhnya memiliki dua fungsi utama, yakni menolong akal untuk

mengetahui secara rinci kehidupan akhirat dan menguatkan akal dalam mendidik manusia

untuk hidup damai dalam lingkungan sosialdengan itu maka para mukmin baru dapat

mengenali tuhan dengan baik yang tercermin oleh tindakan baik manusia.

Dalam aspek hukum, pemikiran Abduh tercermin dalam 3prinsip, yaitu: al-Quran sebagai

sumber syariat , memerangi taklid dan berpegang kuat pada akal dalam memahami ayat Al-

Quran.dia membagi syariat menjadi 2: yang pasti (qath’i) dan yang tidak pasti (zhani).

Hukum syariat yang pertama wajib mengetahui dan mengamalkan tanpa interpertasi karena

dia jelas dalam al-Quran dan al-Hadits.  Yang kedua dengan tunjukan nash dan ijma’ yang

tidak pasti.

Jenis hukum kedua hukum inilah yang mejadi lapangan ijtihad dan mujtahid. Dalam komteks

ini, ijtihad Abduh tampak begitu jelas. Bebeda pendapat, menurutnya wajar dan merupakan

tabiat manusia. Keseragaman berpikir dalam semua hal adalah sesuatu yang tidak mungkin di

wujudkan. Akan membawa perpecahan jika semua perbedaan pendapat di jadikan sebagai

hukum. Maka dari itu kita harus kembali pada sumber aslinya, yaitu al-Quran dan as-Sunnah.

Bagi yang berilmu pengetahuan wajib berijtihad, sedangkan bagi awam wajib bertanya pada

orang yang ahli  dalam agama.

Page 11: Tokoh Pembaharuan Islam

Dia menyarankan agar para ahli fiqih membentuk tim yang bekerja untuk mengadakan

penelitian tentang pendapat yang terkuat di antara di antara pendapat-pendapat yang ada.

Kemudian keputusan itu yang di jadika pegangan umat islam. Tim ahli fiqih itu juga bertugas

mengadaka reinterpretasi terhadap hasil ijtihad ulam amupun mazhab masa lalu, jadi,

menurutnya, bermazhab mencontoh metode ber-instinbath hukum.

Peran dan kiprah Abduh mengangkat citra islam dan kualitas umatnya tidak kecil. Dialah

seorang mujahid dan mujadid sekaligus pada masanya. Bukan saja mengalami tentangan

internal dan eksternal. Berkat upayanya, meski begitu maksimal, modernisme pemikiran

sudah kelihatan. Dalam amatan cendikiawan muslim indonesia Dr. Nurcholis Majid (islam

kemoderenan dan keindonesiaan mizan: 1987), “modernisme” Abduh, antara lain, tercermin

dalam sikapnya yang apresiatif terhadap filsafat yang di perolah dari gurunya yaitu Jamaludin

al-Afghani, seorang penganjur gigi Pan-Islamisme dan orator politik yang memukau.

Di Indonesia, pemikiran Abduh banyak mempengaruhi pelajaran dan patron ormas lainnya.

Di antara warisan nya adalah Risalah Al-Tauhid  sedangkan Tafsir Al-Manar merupakan

kumpulan pidato-pidatonya,  pikiran-pikiran, dan ceramah-ceramhanya yan di tulis oleh

muridnya, Syaikh Muhammad Rasyid Ridha.

Kiri dan kanan Islam

Tidak berlebihan jika Abduh dikatakan sebagai seorang figur yang modernis yang

menggerakan kebangkitan umat islam. Karena modernis , Abduh tetap di terima di kalangan

Al-Azhar , terbukti ia tetap menjadi mufti agung Mesir. Dalam hal ini, Abduh sangat pandai

bagaimana bersikap sebagai orang alim dan sekaligus menjadi intelektual modernis. Selama

menjadi mufti, ia mengeluarkan fatwa yang berkaitan dengan persoalan-persoalan modernis.

Tiga fatwa nya yang terkenal dan masih kontroversial yaitu bunga bank, pakaian tradisional

dan tentang daging hasil sembelih non-muslim.

Karena sikapnya yang “dua wajah” itu ia diterima oleh kalangan tradsional dan modernis,

dengan sama kuatnya. Dalam satu sisi, ia selalu dilihat sebagai seorang tokoh alim, mujtahid

dan penganjur doktrin orisinalitas Islam. Pada sisi lain, Abduh juga dianggap sebagai

reformis yang toleran, liberal dan kaya akan gagasan-gagasan modern. Tidak heran kalau

murid-murid Abduh kemudian terpecah menjadi dua kelompok besar yang oleh Hasan

Hanafi, pemikir Mesir kontemporer, dianalogikan seperti murid-muridnya Hegel dalam

tradisi filsafat Barat.

Page 12: Tokoh Pembaharuan Islam

Sama seperti yang Hegel lahirkan yaitu dikotomi  “kanan” dan “kiri”, menurut Hasan Hanafi,

murid-murid Abduh juga dapat dikategorikan  seperti kelompok kanan yang cenderung

mengembangkan pemikiran-pemikiran keagamaan, dan kelompok kiri Abduh yang lebih

cenderung mengembangkan gagasan modernnya. Di antara murid-murid Abduh yang

memiliki kecenderungan “kanan” adalah Muhammad Rasyid Ridha (w.)(1935) dan Shakib

Arselan (w.)(1946), Sayyid Qutb dan Hasal al-Banna. Sementara Qasim Amin (w.)(1908),

Thaha Husein, Ali Abduraziq, Hasan Hanafi di anggap sebagai murid-murid Abduh beraliran

“kiri”. Kecenderungan “kanan” dan “kiri” dalam aliran mazhab Abduh ini dalam

perkembangsn selanjutnya mengalami radikalisasi yang cukup signifikan. Baik yang “kiri”

dan “kanan” sama-sama menganggap dirinya sebagai penerus Abduh yang paling benar.

D.      Muhammad Iqbal

Filosof Agung dari Timur

Iqbal, atau lengkapnya Sir Allama Muhammad Iqbal, adalah fenomena legendaris

intelektualitas dunia Islam abad ke-20 bisa dikatakan, tak ada tokoh sebesar dia di abad ke-20

yang menggabungkan sekaligus potensi kepakaran mistisisme, budaya, dan pemikiran dalam

dirinya. Bahkan, tokoh sufi dan islamologi jerman ternama, Prof. Annemarie Schimmel,

hanya menyebut dua sufi dan pemikir besar muslim yang pemikiran dan karyanya sampai

kini berpengaruh besar di dunia keilmuan barat, yakni Jalaluddin Rumi dan Muhammad

Iqbal.

Muhammad Iqbal dilahirkan di Sialkot, Punjab, Pakistan tidak ada informasi pasti tanggal

dan tahun berapa dia dilahirkan. Tiga pendapat menyatakan, Iqbal dilahirkan pada 22

Februari 1873, antara lain dikemukakan oleh Miss-Luce Claude Maitre, Osman Ralibly, dan

Bachrum Rangkuti. Yang kedua mengatakan Iqbal lahir pada tahun 1876, tanpa menyebut

tanggal, misalkan dikatakan Wilfred Cantwell Smith. Pendapat terakhir Iqbal dilahirkan pada

9 november 1887 (2 Dzulqodah 1294). Tetapi, seperti diungkapkan Syafi’i Ma’arif, dari

penelitian terakhir terungkap, pendapat terakhirlah yang benar, dan bukan 22 februari 1873,

sebagaimana yang sering disebut orang. Karna itu, bila orang ingin memperingati hari

kelahiran Iqbal, haruslah disesuaikan dengan hasil penelitian yang baru itu.

Terlahir dari keturunan Brahmin yang hidup di lembah Khasmir, keluarga Iqbal telah

memeluk agama Islam sejak awal. Iqbal melalui masa kecilnya dalam suasana keilmuan yang

Page 13: Tokoh Pembaharuan Islam

kental. Kakeknya, Muhammad Rafiq, adalah seorang sufi terkenal. Sementara ayahnya,

Muhammad Nur, selain orang yang saleh juga seorang sufi yang telah mendorong Iqbal

menghafal dan mengkaji Al-Qur’an sejak usia dini. Kecenderungan sepiritual yang tinggi

dalam keluarganya, terutama kedua orangtuanya inilah, yang kelak berpengaruh berpengaruh

besar dalam hidup Iqbal. Tidak seperti para pemikir klasik, Iqbal dapat menikmati kehidupan

bahagianya bersama kedua orang tuanya hingga tua. Maklum saja, ayahnya meninggal pada

tahun 1930 dalam usia yang amat senja, 100 tahun. Sementara ibunya meninggal lebih dulu,

16 tahun sebelumnya. Itu artinya hingga usia ke-57, Iqbal masih merasakan keberadaan

kedua orangtua di sisinya.

Sebelum menempuh pendidikan formal, ayah Iqbal memasukkan Iqbal kecil ke maktab

(surau) untuk belajar Al-Qur’an. Di sini, Iqbal banyak menghafal hampir keseluruhan ayat

Kitab Suci Islam ini, yang kelak di kemudian hari dia jadikan rujukan gagasan dan

pemikiranya. Dari sini Iqbal kemudian dimasukan pendidikan formal sekolah dasar di

Scottish Mission School Sialkot. Stamat dari sini, Iqbal melanjutkan study di Murray College

Sialkot. Sementara pendidikan menengah dia tempuh di Government College di Lahore,

salah satu kota pusat pengetahuan, seni dan kebudayaan di India. Di lembaga studi ternama

inilah, dia berguru pada Sir Thomas Arnold, seorang orientalis asal Inggris yang juga guru

besar di Aligarh University. Melihat potensi yang besar pada anak didiknya inilah, Arnold

menyarankan agar Iqbal meneruskan studinya di Eropa.

Ketika belajar di Lahore ini pula, Iqbal berkenalan dengan Musya’arah para sastrawan, yaitu

pertemuan-pertemuan para sastrawan yang membacakan sajak-sajaknya. Pada tahun 1897

Iqbal menyelesaikan program BA dan dilanjutkan ke program Mater dalam bidang filsafat.

Atas saran Arnold tadi, Iqbal lalu melanjutkan studi ke Inggris. Pada tahun 1905,

berangkatlah Iqbal ke Cambridge University untuk mendalami filsafat. Di sana dia dibimbing

oleh R.A Nicholson, seorang sepesialis sufisme dan Jhon M.E. Taggart, seorang neo-

hegelian. Dua tahun kemudian, Iqbal pindah ke Munich ,Jerman dan disanalah Iqbal

menyabet gelar Ph.D. dalam studi tasawwuf dengan mengajukan desertasi berjudul The

Development of Metaphysics in Persia

Setelah mendapat gelar tersebut, Iqbal pergi ke London dan mulai belajar keadvokatan sambil

mengejar bahasa dan sastra Arab di universitas London. Di sisi lain, dia menggantikan

Thomas Arnold yang telah lanjut usia. Di luar aktivitas akademis, Iqbal, sebagaimana ditulis

Muhammad Iqbal dalam skripsinya Rekonstruksi Pemikiran Islam (1994), juga mendalami

Page 14: Tokoh Pembaharuan Islam

hukum islam dan keadvokatan. Bahkan, setelah mendapat ijazah sebagai advokat, Iqbal

kemudian ditarik oleh Lincoln Inn sebagai pengacara di lembaga hukum yang dipimpinya.

Kembali ke Lahore

Masa-masa periode di eropa ternyata sangat berpengaruh dalam membentuk tipologi

pemikiran keislaman Muhammad Iqbal. Wilfred Cantwel Smith dalam Modern Islam In India

, setidaknya ada 3 hal yang mendasar yang mempengaruhi pemikiran Islam Iqbal ketika di

Erop. Pertama, keleluasaan vitalitas dan aktivitas kehidupan orang Eropa; inisiatif orang-

orang di Eropa yang dilihatnya, bila mereka tak menyenangi sesuatu, mereka akan

mengubahnya. Kedua, Iqbal menangkap visi yang sangat mungkin dikembangkan dalam

kehidupan manusia, suatu potensi yang orang-orang Timur sendiri belum memimpikanya,

sementara orang Barat telah mewujudkanya dan ingin memeliharanya terus menerus.

Terakhir, Iqbal mengkritik secra tajam terhadap bagian-bagian tertentu kehidupan Eropa,

yang menyebabkan pribadi terpecah. Jiwa frustasi dan rusaknya sebagian individu dalam

masyarakat kapitalis yang makmur, dan lebih buruk lagi, kompetensi yang buas antar sesama,

serta lebih nyata lagi, destrukifnya antara suatu negara dengan negara yang lain, dipandang

Iqbal dengan perasaan benci. Atas fakta-fakta inilah Iqbal melihat kehidupan Eropa tidak bisa

dijdikan model yang sempurna.

Pada tahun 1908, Iqbal kembali ke Lahore dan mengajar di Goverment College untuk mata

kuliah filsafat dan sastra Inggris sambil menggeluti profesi sebagai pengacar. Iqbal kemudian

terjun ke dunia politik bahkan menjadi tulang punggung Partai Liga Muslim India. Dia

terpilih sebagai anggota legislatif Punjab dan pada tahun 1930 terpilih sebagai Presiden Liga

Muslim. Karir Iqbal semakin bersinar dan namanya pun semakin harum ketika dirinya diberi

gelar Sir oleh pemerintah Inggris yang aktif melihat sepak terjang Iqbal dibidang intelektual

dan politik. Pada hakikatnya, pemberian gelar ini menunjukkan pengakuan dari pemerintah

kerajaan Inggris akan kemumpunian intelektualitasnya dan memperkuat bargaining position

politik bagi perjuangan umat Islam didunia saat itu.

Iqbal yang juga turut mengilhami berdirinya negara Pakistan melalui gagasan dan karyanya

itu, mengabdikan dan mendedikasikan dirinya pada dunia ilmu, setelah sekian tahun

menerjunkan diri pada dunia ilmu di kampus, Iqbal menghabiskan sisa usia dengan memilih

dunia kepenyairan sebagai pilihanya. Dititik inilah, dia menunjukkan dirinya sebagai penyair

sejati.

Page 15: Tokoh Pembaharuan Islam

Iqbal, penyair dan filsuf Timur, yang meninggal dunia pada 21 april 1938, telah mengukir

hidupnya sedemikian rupa hingga akan dikenang umat manusia ratusan tahun yang akan

datang, sebab seluruh karyanya dalam bentuk puisi dan prosa dalam bahasa urdu, parsi, dan

inggristelah terdokumen dengan baik. Intelektualisme Iqbal dapat ditinjau dari berbagai

jurusan : Puisi, filsafat, hukum, pemikiran islam, dan kebudayaan.

 Dalam semua wilayah itu, Iqbal telah mengerahkan hampir seluruh energinya dengan tujuan

tunggal: reorientasi nilai-nilai kemanusiaan, Timur dan Barat, dengan landasan tauhid yang

teramat kokoh. Peradaban Barat, sekalipun dalam beberapa segi dikaguminya, dalam

prespektif moral transendental sudah sangat jauh meluncur ke jurang berbahaya. Sementara

Timur yang terpasung dalam spiritualisme, telah lama pula dalam keadaan steril tanpa

dinamika. Lalu untuk membangun sebuah peradaban baruyang anggun dan segar diusulkanya

agar Barat dan Timur dipertautkan dengan mengawinkan penalaran (ziraki) dan cinta (‘isyq).

Iqbal, Rekonstruksi, dan Barat

“Iqbal adalah suara dari Timur yang menemukan denominator yang sama dengan Barat dan

telah membantu terciptanya sebuah komunitas universal yang berlapang dada terhadap semua

perbedaan ras, agama, dan bahasa. Sekalipun Iqbal putra Pakistan, Kami bangsa Amerika

juga mengakuinya.”

Ungkapan William O. Douglas, mantan hakim agung di mahkamah Agung Amerika Serikat,

sesungguhnya mencerminkan intelektualitas Iqbal jauh melebihi dirinya sebagai orang Timur.

Sampai pada batas tertentu di dunia Barat, apresiasi terhadap gagasan dan pemikiran Iqbal

telah menggugah spirit intelektualitas di dunia Barat dan Timur. Pemikiranya yang cukup

beragam, hampir merangkum semua disiplin keislaman, menjadikan dirinya rujukan banyak

kalangan.

Soal dunia Barat dan Timur misalnya, betapa terlihat obsesi besar Iqbal bagi terciptanya

perdamaian antara dua entitas yang selama ini dikenal tidak “akur” itu. Dia memimpikan

kehidupan indah itu melalui peradaban cinta. Dalam sajaknya tentang kerinduan cinta sebagai

ornamen penting terciptanya perdamaian peradaban berikut ini, tampak jelas betapa rindunya

Iqbal untuk melihat Barat dan Timur tidak lagi berada dalam dua kubu dikotomis, tetapi

dalam posisis yang saling mengisi.

Bagi Barat penalaran (akal) merupakan instrument kehidupan; bagi Timur rahasia alam

semesta terletak pada cinta (‘isyq). Dengan bantuan cinta akal akan berkenalan dengan

Page 16: Tokoh Pembaharuan Islam

realitas; sedangkan untuk penguatan pondasinya, cinta menerima kekuatan dari akal. Bila

cinta dan akal saling berpelukan, akan terciptalah sebuah dunia baru; (oleh sebab itu),

“Bangkitlah dan bangunlah sebuah dunia baru itu, dengan mengawinkan cinta dan

penalaran”.

Obsesi Iqbal adalah cepat terwujudnya saling pengetian spiritual antara Barat dan Timur.

Bertolak dari doktrin Al-quran tentang persauaraan universal umat manusia, penyair ini pada

masa hidupya amat gelisah menyaksikan komplik berkepnjangan antara Barat dan Timur.

Boleh jadi, bila dia menyaksikan pemandangan saat ini yang dipenuhi oleh nafsu-nafsu ego

dan kekuasaan yang mengantarkn komplik Barat-Timur semakin menganga, Iqbal akan

merasa betapa prinsip-prinsip kemanusiaan menjadi “bualan “ para pengambil kebijakan bik

di Barat maupun Timur.

Berkait dengan kondisi bangsa-bangsa Asia, Iqbal begitu prihatin atas kemunduran yang

dialami bangsa-bangsa ini. Kondisi seperti ini, menurut Iqbal, tak boleh dibiakan. Harus ada

upaya serius membangkitkan bangsa-bangsa Asia dari ketertinggalan dan kemunduran.

Keprihatinan itu misalnya, terlihat jelas dalam gagasannya tentang khud (pribadi, diri) dan

ishq (cinta Ilahi). Seluruh gagasan dan pemikiran Iqbal tentang kebangunan Islam dan Asia

memancar dari gagasannya tentang pentingnya “diri “  dan “cinta” tersebut.

Menurut Iqbal, kebangunan Islam merupakan prasyarat bagi renaisans Asia. Bagi Iqbal,

keduanya (kebanguna Islam dalam rainesans Asia) ibarat dua sisi mata uang, satu sama lain

tak terpisahkan. Dengan kata lain, Asia dan Islam tidak boleh dipisahkan, satu pandangan

yang jauh berbeda dari tokoh Asia lain yang sering meletakkan Islam dan khazanah

intelektualnya di luar arus kebangunan global Asia.

Itu sebabnya, tak berlebihan bila mantan deputi PM Malaysia, Anwar Ibrahim, cukup tepat

jika menyebut Iqbal, bersama tokoh Asia lainnya seperti Rabindranath Tagore dan Sun Yan

Set, sebagai tokoh awal “Renainsans Asia” dan pelopor tradisi humanistik Asia yang

sesungguhnya. Mereka, menurut Anwar Ibrahim, tidak hanya memperjuangkan cita-cita

kemanusiaan akan tetapi juga menumbuhkan dalam diri mereka gairah hidup. Pemikiran,

keseniana dan imajinasi. Mereka melmpaui kekhasan budaya mereka dan hidup dalam dunia

gagasan universal. Mereka menegaskan kembali semangat Asia yang luluh lantak akibat

kolonialisme.

Page 17: Tokoh Pembaharuan Islam

Iqbal memang dikenal sebagai salah seorang pemikir kontemporer yang sangat gigih

melawan kolonialisme dan rasialisme yang telah membelah dan menghancurkan

persaudaraan universal antar umat. Dalam suratnya tertanggal 24 januari 1921 kepada Dr.

Nicholson, Iqbal mengeritik Emest Renan, tentang pemikiran nya yang mengatakan bahwa

ilmu pengetahuan adalah Musuh islam tebesar. Renan sama sekali salah, kata Iqbal, musuh

islam terbesar adalah  gagasan tentang ras, yang sebenarnya juga merupakan musuh terbesar

kemanusiaan. Oleh sebab itu, menjadi kewajiban seluruh pencinta kemanusiaan untuk

berontak untuk hasil temuan setan yang mengerikan ini.

Demi penyatuan umat manusia di muka bumi ini kata Iqbal, al-Quran mengabaikan

perbedaan-perbedaan kecil antar sesama. Untuk tujuan ini dia mengutip surat Ali Imran ayat

64, “marilah kita bersatu atas platform yang sama antara kita.” Bagi Iqbal, gagasan tentang

persaudaraan universal umat manusia ini tidak menjadi kenyataan, bila kekuatan-kekuatan

sejarah masih mendominasi oleh budaya sekularistik-ateistik, sebagaimana yang tercermin

dengan sangat tajam dalam pemikiran Freidrich Nietzsche yang menafikan keabadian ruh

manusia.

Agar Umat Tidak Terlindas zaman

Di bidang pembaharuan pemikiran islam, Iqbal berpendapat bahwa kemunduran umat islam

selama 500 tahun terakhir di sebabkan oleh kebekuan dalam pemikiran. Dengan alasan untuk

mempersatukan umat, sebagian ulam membuat syaria menjadi alat yang ampuh untuk

membuat umat menjadi jumud dan statis. Dengan cara menutup pintu ijtihad seolah-olah

qaul-qaul ulama terdahulu  adalah sesuatu yang sakral dan tak boleh diperdebatkan. Padahal

menurut Iqbal hukum tidak statis, tetapi dapat berkembang sesuai perkembangan zaman.

Ijtihad tidak boleh tertutup, kebebasan menggunakn rasio dan berpikir harus dikembangkan.

Secara prinsip, Islam mengajarkn dinamisme, AL-Qur’an selalu menganjurkan pemakaian

akal sehat atau tanda yang terdapat di alam seperti pertukaran siang-malam, hewan-hewan

dan lain sebagainya. Orang-orang yang tidak peduli dan tidak memperhatikan tanda-tanda itu

akan “Butek” (Buta teknologi) dan ketinggalan. Islam mengajarkan dinamisme dan mengakui

adanya gerak dan perubahan dalam hidup sosial manusia, dan hal ini yang prinsipil adalah

ijtihad. Karena itu, Iqbal mengecam fatalisme yang dianut sebagian kau muslim.

Dalam syair-syairnya, Iqbal mendorong umat Islam agar selalu bergerak dan jangan tinggal

diam. Intisari hidup adalah gerak dan hukum hidup adalah berkreasi, maka Iqbal dengan

Page 18: Tokoh Pembaharuan Islam

bersemangat tinggi mengajak umat islam agar bangkit dari “tidurya” dan berkreasi

menciptakan tatanan dunia baru. Bahkan, begitu tingginya Iqbal menghargai gerak-gerak

sampai menyatakan bahwa seorang kafir yang aktif dan gesit lebih baik dari pada seorang

muslim yang suka tidur.

Walau mengecap pendidikan di barat, negeri asal kapitalime dan imperialisme saat itu, Iqbal

tidak mengambil mentah-mentah paham dari barat. Kapitalisme dan imperialisme barat tidak

disetujuinya karena telah banyak dipengaruhi metrealisme dan lari dari agama. Iqbal justru

bersikap simpatik pada sosialisme, karena melihat ada segi-segi persamaan antara paham

tersebut dengan Islam, bahkan suatu saat dia pernah mengatakan bahwa Bolysevisme plus

Tuhan hampir identik dengan islam, maka dia tak heran jika suatu saat Islam menelan Rusia

atau sebaliknya.

Berkaitan dengan politik, Iqbal melihat tidak ada masalah dalam kaitanya dengan agama. 

Keduanya ibarat dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Pandangan inilah yang kemudian

dia kembangkan dalam merumuskan ide berdirinya negara Pakistan yang memisahkan diri

dari India yang mayoritas memeluk Hindu. Hanya dengan adanya pemerintahan yang

tersendiri bagi umat Islam, merek aajan dapat melaksanakan prinsip-prinsip doktrin Al-

Qur’an dalam kehidupan mereka.

Sementara, sebagian mistikus, gagasan-gagasan sufisme Iqbal, selain dinilai banyak

mengilhami para filosof Barat dan Timur modern, juga dikenal memiliki eksotisme yang

tinggi. Suatu ketika misalnya, dia amat merindukan pada “kampung halamanya”, yakni

“rumah” di alam prakehidupan duniawi yang merupakan asal dari semua yang ada di dunia

ini, dalam syairnya :

Kenangan pada kampung halaman menimbulkan kesedihan tanpa sebab. Kadangkala dia

menjelma menjadi kerinduan untuk menatap keindahan dan kadangkala menjadi pencarian

yang menggebu.

Iqbal juga menentang pandangan sempit sebagian ulama (Mullah) yang menganjurkan umat

Islam tidak mempelajari ilmu pengetahuan modern yang datang dari Barat, termasuk bahasa

Inggris. Ketidaksetujuanya itu dengan bagus dia lukiskan dalam sajak berikut :

Agama sejati tenggelam. Kalah pada bukan Agama. Bagi para Mullah agama ialah

kesibukan. Mengecam orang sebagi kafir. Bagi para kafir agama adalah bagaimana mengatur

Page 19: Tokoh Pembaharuan Islam

siasat dan menimbun kekayaan. Bagi para Mullah agama adalah bagaimana mendatangkan

kesulitan atas nama Tuhan.

Meski gagasan dan karyanya paling banyak dikaji, seperti diakui intelektual, Djohan Effendi,

dan dihormati banyak kalangan di Barat dan di Timur, bukan berarti kecaman kepada Iqbal

tidak ada. Setidaknya disebagian sarjana dia dicaci karna keyakinanya yang sangat tinggi

terhadap kekuatan. “Kekuatan itu lebih ilahiah dibanding kebenaran. Tuhan adalah

kekuatan.”

Banyak aspek gagasan Iqbal yang relevan dengan kondisi umat Islam sekarang. Apalagi

ditengah krisis saat ini, rekonstruksi pemahaman keagamaan dan alam pikiran umat Islam

menjadi penting bila umat ini tak mau ketinggalan zaman. 

 

E.       Sayyid Amir Ali

Pemikir-Sejarawan Muslim Modern

Di kalangan pemikir  islam dan intelektual barat, Sayyid Amir Ali di anggap dinilai sangat

berjasa bagi perkembangan islam. Gagasan pembaruan dalam pemikiran islam yang di

lontarkan sosok ini banyak mendapatkan apresiasi tak saja di dunia islam, juga di dalam

dunia barat. Pada masa, gagasan dan pemikiran pentingnya rethingking islam marak

digaungkan. Di kawasan anak benua india, atau asia selatan inilah, kiprah Sayyid Amir

Alidalam proyek tersebut. Di kawasan ini, selain dirinya juga ada tokoh pemikir lain semisal

muhammad Iqbal, Ali Jinnah, dan Abul A’la Al-Maududi pada generasi berikutnya. Pada saat

yang sama, pelopor pembaru juga muncul dikawasan dunia Arab. Sebut juga tokoh-tokoh

seperti Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.

Di lahirkan di Cuttack, India, pada 6 april 1849, Amir Ali memiliki garis keturunan dari

keluarga  Arab syi’ah yang pindah dari Khurasan, Persia dan menetap di Mohan, Oudh, India

pada pertengahan abad ke 18. Ayahnya Sa’adat Ali  Khan, adalah dokter dan berasal dari

keluarga kaya dan terhormat dimasa nya. Ali menempuh pendidikan formal di Muhsiniyah

College, Calcutta. Di lembaga pendidikan inilah, dia mendapatkan predikat sebagai pelajar

terbaik dan meraih penghargaan untuk jenjang studi atas dan pendidikan tinggi (S1) pada

bidang hukum, serta master (S2) pada bidang sejarah pada 1868. Dia memperdlam agama

islam dari guru setempat , dengan guru inilah Ali dapat berbahasa Urdu, tak hanya itu

Page 20: Tokoh Pembaharuan Islam

pemerintah Inggris memberika beasiswa untuk mengambil gelar doktor di bidang spesifikasi

hukum islam di London University.

Pada 1873 Ali telah lulus program doktornya dengan baik. Tak lama kemudian, dia kembali

ke India. Ali tertarik pada dunia politik karena itu ia mendirikan sebuah organisasi yang

bernama National Muhammadan Association. Organisasi ini dalam waktu singkat menyebar

keseluruh India. Pembentukan organisasi ini di maksudkan untuk melengkapi kalangan

muslim India dengan pengalan teknik politik Eropa, dan untuk melindungi dan menjaga

kepeningan umat islam.

Atas prestasi studinya itu, pada 1883, pemerintahan mengangkat  Ali menjadi anggota The

Viceroy’s Council di india. Berbekal ilmunya itu Ali mendedikasikan dirinya di negeri

kelahirannya sebagai pengacara, guru besar hukum islam, dan pegawai pemerintahan. Namun

pada 1904, dia memutuskan menetap di Inggris bersama istrinya yang asli Inggris. Keputusan

itu diambil lantaran dia angkat menjadi anggota Judicial Commite Of Privaci Council (dewan

kehormatan komite pengadilan). Prestasinya itu menjadiakn Ali sebagai orang India pertama

yang menduduki jabatan tersebut.

Sebagai tokoh pembaru pemikir islam. AmirAli banyak melontarkan gagasan-gagasan

pemikiran sekitar ijtihad, rasionalisme, dan Ilmu pengetahuan. Pada bidang ijtihad misalnya,

Ali berpendapat bahwa pintu ijtihad telah ditutup dan umat berpegang kepada ulama-ulama

abad ke 19 yang tidak mengikuti perkembangan zaman itu yang membuat dunia islam

mundur. Salah satu pandangan Ali yang sangat di tonjolkan adalah dia merujuk pada surat al-

Ra’d yang menjelaskan bahwa setiap kaum tidak akan berubah nasibnya sebelum mereka

merubahnya. Dari situ Ali menyimpulkan bahwa Allah Swt memberi kesempatan pada setiap

manusia untuk merubah keadaan, sekaligus menjelaskan bahwa manusia memiliki kebebasan

berkehandak.

Karena itu Ali meminta kepada umat islam agar tidak terpuruk oleh pendapat lama yang

membuat umat tidak maju. Amir Ali berpendapat “ijtihad sebagai sarana untuk mencapai

berbagai penemuan haruslah bersifat rasional dan semestinya ia menjadi lebih memajukan

umat islam di bidang ilmu pengetahuan”. Ali berpendapat bahwa semangat ijtihad, kecintaan

pada ilmu pengetahun dan sikap rasional umat islam dibangkitkan kembali, ini  aspek yang

menurtnya akan membawa kejayaan dunia islam.

Page 21: Tokoh Pembaharuan Islam

Berkaitan dengan kehidupan akhiran , aliran memiliki pemikiran bahwa gagasan hidup di

akhirat merupakan fenomena umum umat islam sejak zaman primitif, ini muncul ketika umat

manusia ingin berkumpul dengan orang yang mereka kasihi dan terpisah dari mereka oleh

kematian. Dengan pelbagai pandangan Ali menjelaskan pandangannya secara kronologis.

Dalam soal wanita dan perbudakan, Amir Ali berpendapat bahwa betapa kejamnya manusia

kepada kaum wanita. Menurutnya hanya islam yang menyajikan cara bagaimana

memperlakukan seorang wanita dan memberantas perbudakan.

Terkait pada perbudakan, Amir Ali berpendapat bahwa hal itu menunjukan kesombongan

manusia. Katanya “memang pebudakan ada dalam sejarah hidup manusia dari semua bangsa;

Romawi, Yahudi, Yunani danJerman tapi hal itu bukan berarti itu menjadi alasan untuk

melakukan hal yang sama pada masa modern ini” agama kristen bahkan tidak melarang tapi

ketika islam datang, perbudakan secara langsung dihapuskan melalui berbagai cara.

Sayyid Amir Ali  dituding sebagai seorang apolog muslim tersebar abad modern menurut

barat. Ini dipahami mengingat posisi dan gagasan pembaruan islam Ali yang merintik

beratkan pada rethingking Islam disertai pembelaan yang pada batas-batas tertentu melewati

pembelaan seperti yang dilakukan pemikir muslim lainya. Pembelaan terhadap islam

terhadap serangan-serangan barat itu jelas terlihat sekali dalam tulisan Ali. Latar belakang

kondisi faktual saat itu sedikit banyak pengaruh yang cenderung apologetik itu.

Walaupun demikian, Amir Ali telah berbuat banyak pada umat ini. Melalui karya-karyanya,

dia berupaya membangkitkan islam yamg sekian lama terlelap dalam mimpi kejayaan masa

lalunya. Hingga akhir hayat nya, Amir Ali telah menulis beberapa buku, antara lain: the spirit

islam,  a Critical Examinitation of the life and teaching of mohammed dan A Short History of

the Sarances.