52
Presentasi Kasus Farmasi TYPHUS ABDOMINALIS Oleh : BRA Isabela Ratu Windriya G99141102

Tipes Abdominalis DRIYA BISA

  • Upload
    vidi

  • View
    60

  • Download
    7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kedokteran

Citation preview

Referat

Presentasi Kasus FarmasiTYPHUS ABDOMINALIS

Oleh :

BRA Isabela Ratu WindriyaG99141102KEPANITERAAN KLINIK UPF / LABORATORIUM FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2015BAB IPENDAHULUANDemam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut usus halus yang disebabkan infeksi Salmonella typhi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh feses dan urin dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. Tifoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (Mansjoer et al, 2000).Saat ini demam tifoid masih berstatus endemik di banyak wilayah di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan, dimana sanitasi air dan pengolahan limbah kotoran tidak memadai. Sementara, kasus tifoid yang ditemukan di negara maju saat ini biasanya akibat terinfeksi saat melakukan perjalanan ke negara-negara dengan endemik tifoid. Pada area-area endemik, kejadian demam tifoid paling tinggi terjadi pada anak-anak usia 5 sampai 19 tahun, pada beberapa kondisi tifoid secara signifikan menyebabkan kesakitan pada usia antara 1 hingga 5 tahun. Pada anak usia lebih muda dari setahun, penyakit ini biasanya lebih parah dan berhubungan dengan komplikasi yang umumnya terjadi.3 Diseluruh dunia diperkirakan antara 1616,6 juta kasus baru demam tifoid ditemukan dan 600.000 diantaranya meninggal dunia. Di Asia diperkirakan sebanyak 13 juta kasus setiap tahunnya. Suatu laporan di Indonesia diperoleh sekitar 310 800 per 100.000 sehingga setiap tahun didapatkan antara 620.000 1.600.000 kasus. Demam tifoid di Indonesia masih merupakan penyakit endemik, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa. Demam ini terutama muncul di musim kemarau dan konon anak perempuan lebih sering terserang. Peningkatan kasus saat ini terjadi pada usia dibawah 5 tahun (Widodo, 2006).Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimptomatik hingga gambaran penyakit khas disertai komplikasi hingga kematian. Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi, atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat (38.8-40.50C). Sifat demam adalah meningkat perlahan-perlahan dan terutama sore hingga malam hari. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia relatif, lidah yang berselaput (lidah kotor), hepatomegali, splenomegali, meterioismus, gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis. Gejala-gejala lain berupa tubuh menggigil, batuk, sakit tenggorokan. Roseolae jarang ditemukan pada orang Indonesia (Sudoyo et al, 2007).Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam tifoid bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit tifus dilakukan dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, feses dan urin untuk mencegah penularan. Pengobatan penderita Demam tifoid di Rumah Sakit terdiri dari pengobatan suportif meliputi istirahat, diet, dan medikamentosa. Istirahat bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Antibiotika, seperti ampicillin, kloramfenikol, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan ciprofloxacin sering digunakan untuk merawat demam tifoid di negara-negara barat. Bila tak terawat, demam tifoid dapat berlangsung selama tiga minggu sampai sebulan. Kematian terjadi antara 10% dan 30% dari kasus yang tidak terawat. Vaksin untuk demam tifoid tersedia dan dianjurkan untuk orang yang melakukan perjalanan ke daerah endemik (terutama di Asia, Afrika, dan Amerika Latin) (Mansjoer et al, 2000).BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Typhus abdominalis adalah suatu penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi (Zulkarnain et al, 2001). Sedangkan menurut Gerald T. Keush typhus abdominalis adalah suatu infeksi demam sistemik akut yang nyata pada fagosit mononuclear dan membutuhakan tatanama yang terpisah (Keusch, 1999).Salmonella typhi merupakan bakteri yang berasal dari family Enterobactericeae, genus Salmonellae, species Enteritica, dan subspecies Typhimurium. Nama lengkapnya adalah Salmonella enteritica subsp. Typhimurium atau Salmonella typhi untuk singkatnya. Ia merupakan basil gram negative yang tidak membentuk spora, bersifat anaerob fakultatif, serta memfermentasi glukosa, maltose, dan manitol pada uji peragian gula-gula. Ia tidak membentuk gas tetapi menghasilkan asam jika ditanam pada media TSIA (Triple Sugar Iron Agar). Bakteri ini berukuran 2-3 x 0,4-0,6m, dan bergerak dengan flagel peritrikh, sehingga jika ditanam pada media MIO (Motility Indol Ornithin) akan menghasilkan turbiditas dibagian atasnya (Zulkarnain et al, 2001).B. EPIDEMIOLOGI

Typhus abdominalis termasuk penyakit menular yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 6 tahun 1962 tentang wabah. Walaupun tercantum dalam undang-undang wabah dan wajib dilaporkan, namun data yang lengkap belum ada, sehingga gambaran epidemiologinya belum diketahui secara pasti.

Diasia tenggara, ada lebih dari 100 kasus per 100.000 penduduk tiap tahunnya. Daerah yang lebih sering terdapat kasus ini atau yang merupakan daerah endemik adalah daerah yang sanitasinya kurang dan air bersih sulit didapat. Penyakit ini lebih sering diderita oleh anak-anak (balita atau bayi) dan remaja, dengan predisposisi kepada pria. Negara-negara dimana penyakit ini menjadi penyakit endemik adalah Negara-negara di afrika, asia selatan, dan asia tenggara, terutama India. Di Indonesia, jarang dijumpai secara epidemic, tapi lebih sering bersifat sporadic, terpencar-pencar di suatu daerah dan jarang menimbulkan lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Sumber penularan biasanya tidak dapat ditemukan. Ada 2 sumber penularan Salmonella typhi yaitu pasien dengan tifoid dan carrier.

Di daerah endemic, tranmisi terjadi melalui air yang tercemar dan makanan yang tercemar oleh carrier yang merupakan sumber penularan yang paling sering di daerah non endemic (Mansjoer et al, 2000).

C. ETIOLOGI

Salmonella adalah basil gram negative, tidak berkapsul, hampir selalu motil dengan menggunakan flagella peritrikosa, yang menimbulkan dua atau lebih bentuk antigen H. Kuman ini meragikan glukosa, sehingga terbentuk dasar asam dan cekungan basa pada agar beri gula tripel ( TSI ). Umumnya menghasilkan H2S yang dapat terdeteksi sebagai produk reaksi hitam dan berfungsi awal untuk membedakan isolate dari Shigella, yang juga menimbulkan reaksi TSI basa / asam. Salmonella typhi penyebab utama demam tifoid atau typhus abdominalis. Beberapa salmonella sangat mudah beradaptasi pada manusia seperti S.typhi, S. paratyphi A, S. paratyphi B. sementara sebagian besar spesies beradaptasi pada hewan dan tidak menyebabkan kesakitan pada manusia. Yang lain menginfeksi baik manusia dan hewan tingkat rendah, sehingga menyebabkan gastroenteritis atau yang lebih jarang infeksi terlokalisir, atau septikemik (Keusch, 1999). D. PATOFISIOLOGI

Kuman S. typhi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan asam lambung. Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque Payeri di ileum terminalis yang hipertropi. Di tempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman S.typhi kemudian menembus lamina propia masuk aliran limfe mesenterial, dan mencapai kelenjar limfe mesenterial, yang juga mengalami hipertropi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini, S.typhi masuk aliran darah melalui ductus thoracicus. Kuman-kuman S.typhi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. S.typhi bersarang di plaque Payeri, limpa, hati dan bagian-bagian lain system retikuloendotelial. Semua disangka demam dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid disebabkan endotoksemia. Tapi kemudian berdasar penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada typhus abdominalis. Endotoksin S.typhi berperan pada patogenesis, karena membantu terjadinya proses inflamasi local pada jaringan tempat S.typhi berkembang biak. Demam pada tifoid disebabkan karena S.typhi dan endotoksinya merangsang sintesis dan penglepasan zat pirogen olek leucosis pada jaringan yang meradang (Juwono, 1999).

E. MANIFESTASI KLINIS

Sindrom klasik penyakit ini adalah demam selama rata-rata 7-14hari (ini dapat berlangsung selama 3-21hari) dengan panas setinggi 38,8o-40,5oC. selama seminggu pertama, demam ini akan berlangsung dengan pola seperti anak tangga, yang akan semakin lama akan semakin panas, dan turun pada pagi hari berikutnya. Setelah itu akan diikuti dengan munculnya gejala-gejala saluran cerna, seperti nyeri abdomen yang diffusa, nyeri tekan abdomen yang diffusa, atau nyeri kolik berat pada kuadran kanan atas. Nyeri ini disebabkan oleh peradangan pada plak pyeri di daerah ileum distal. Gejala-gejala yang berikutnya dapat timbul adalah batuk kering, coated tongue (typhoid tongue), nyeri tenggorokan, nyeri tumpul pada kepala bagian frontal, delirium, serta stuporous malaise.

Pada akhir minggu pertama, demamnya akan tetap tinggi atau memplateau pada suhu 39o-40oC. Lalu akan muncul lesi kulit yang makulopapuler, berwarna salem pudar diarea batang tubuh, terutama diantara thorax dan abdomen. Diameter lesi ini adalah 1-4cm, dengan jumlah 1/ 640 ) adalah sugestif, tapi tidak spesifik selama salmonella serogrup. Peninggian antibody empat kali lipat pada sediaan berpasangan adalah criteria yang baik, untuk memastikan diagnosis typhus abdominalis selama 2 sampai 3 minggu (Juwono, 1999). Jadi pemeriksaan widal dinyatakan positif apabila :

Titer O widal I 1/ 320 atau

Titer O widal II naik 4 kali atau lebih dibandingkan titer O widal I atau

Titer O widal I ( - ) tapi titer O widal II ( + ) berapapun angkanya

Sedangkan pemeriksaan penunjang lainnya :

Darah perifer lengkap : leucopenia, limfositosis, aneosinofilia

Biakan empedu : tumbuh koloni Salmonella typhi (Zulkarnain et al,2001).G. DIAGNOSIS BANDING

Malaria, hepatitis, bacterial enteritis, demam dengue, infeski rickettsia (tifus), leptospirosis, amebic liver disease, infeksi HIV akut, abses abdomen, toksoplasmosis, appendisitis, TBC, dan Flu.H. TERAPI

1. Bed rest total, sampai 7 hari bebas panas. Maksudnya untuk mencegah terjadinya komplikasi yakni perdarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi pasien dilakukan secara bertahap, sesuai dengan kekuatan pasien.

2. Diet saring TKTP rendah serat, lunak sampai 7 hari bebas panas lalu ganti bubur kasar , dan setelah 7 hari ganti dengan nasi. Pemberian bubur saring bertujuan untuk menghindari komplikasi perdarahan usus / perforasi usus, karena ada pendapat bahwa usus perlu diistirahatkan.

3. Medikamentosa

I. PENCEGAHAN Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran atau tertular penyakit ini adalah:

1. VaksinasiAda dua tipe vaksin yang saat ini beredar untuk masyarakat, yaitu:a. Vaksin Ty21a, yang diberikan pada hari 1, 3, 5, 7, dengan booster tiap 5 tahun. Usia minimum adalah 6 tahun karena vaksin ini merupakan yang tipe oral live attenuated, yang jika diberikan pada anak yang sistem pertahanan tubuhnya belum baik, malah akan menyebabkan penyakit. b. Vaksin ViCPS, yang diberikan per IV dalam satu kali suntikan, dengan booster tiap 2 tahun sekali. Vaksin ini merupakan purified Vi polisaccharides dari kapsul bakteri. Dan usia minimum pemberian adalah dua tahun.

2. Untuk mencegah diri sendiri tidak tertular anda harus mencuci tangan dengan baik dan benar, jangan meminum air mentah, dan jika harus membeli makanan matang, pilihlah makanan yang panas, serta bersihkan rumah anda tiap hari.

3. Untuk mencegah penularan ke orang lain, pasien jangan menyentuh atau mengolah makanan atau minuman, pisahkan barang-barang yang dipakai pasien, selalu cuci tangan, dan bersihkan rumah tiap hari (Corales, 2004).J. PROGNOSIS

Terapi yang cocok, terutama jika pasien perlu dirawat secara medis pada stadium dini, sangat berhasil. Angka kematian dibawah 1%, dan hanya sedikit penyulit yang terjadi (Mansjoer et al, 2000).K. KOMPLIKASIKomplikasi yang mungkin muncul (dari yang paling sering ke yang paling jarang) adalah:1. Pendarahan gastrointestinal (10-20%), Perforasi usus (1-3%), yang paling sering muncul pada minggu ketiga dan keempat. 2. Gejala neurologis seperti meningitis, Guillain-Barr syndrome, neuritis, gejala-gejala neuropsikiatrik (delirium dengan mengigau, coma vigil) dengan menjumput seprei atau selimut dan benda-benda khayalan.3. Disseminated Intravascular Coagulation, sindrom hematofagositik, pancreatitis, abses dan granuloma hepatik dan splenik, endocarditis, pericarditid, myocarditid, orchitis, hepatitis, glomerulonefritis, pyelonefritis, hemolytic uremic syndrome, pneumonia, arthritis, osteomyelitis, dan parotitis (Corales, 2004).BAB IIISTATUS PASIENA. IDENTITAS PENDERITA

Nama

: Tn. SUmur

: 23 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-lakiAlamat

: Karanganyar

Agama

: Islam Suku

: Jawa

Status Perkawinan

: Belum menikahPekerjaan

: Mahasiswa

Tanggal Pemeriksaan: 25 Maret 2015

No RM

: 011365B. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama :

Badan panas

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan demam yang dirasakan sejak 8 hari SMRS. Demam muncul tiba-tiba tanpa sebab yang jelas dan sebelumnya pasien tidak menderita sakit. Pasien mengeluh demam terus-terusan tetapi kadang hingga menggigil, kadang hanya sumer. Panas hingga menggigil dialami terutama pada sore menjelang malam hari. Pada pagi hari pasien merasa panas sedikit berkurang. Pasien minum obat mengandug paracetamol yang dibeli di warung sebanyak 3 butir selama 2 hari namun panas hanya turun sekitar 3 jam, kemudian panas naik lagi. Pasien juga merasa lebih baik dengan pemberian kompres pada tubuhnya. Selain demam, pasien juga mengeluhkan badan lemas, tidak bertenaga, pusing, nyeri di belakang mata, mulut terasa pahit, tidak nafsu makan dan mual. Muntah dialami pada hari ke 5, 6 dan 7 demam, sehari 2-3 kali, sekitar 1 gelas belimbing, berupa cairan dan sisa makanan, warna sesuai makanan, tidak bercampur darah. Bersamaan dengan timbulnya demam, pasien mengeluhkan perut nyeri di seluruh lapang perut. Nyeri dirasakan hilang timbul tidak menentu waktunya, seperti diremas-remas, tidak dipengaruhi pemberian makanan, mereda dengan dioles minyak kayu putih. Pegal-pegal juga dirasakan pasien terutama daerah pinggang. Selama demam, pasien tidak mengalami kejang, penurunan kesadaran, batuk pilek, nyeri sendi, ataupun keluar darah. Pasien BAB 2 hari 1 kali selama demam, konsistensi kadang lunak kadang keras, warna coklat, tidak bercampur darah ataupun lendir. Pasien BAK lancar warna kuning 5-6 kali sehari sebanyak 1-1 gelas belimbing , tidak merasa nyeri ataupun sulit.

Dua hari SMRS keluhan dirasakan memberat, oleh keluarga pasien dibawa ke IGD RSDM.3. Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat penyakit serupa ( - )

Riwayat asma ( - )

Rawayat alergi obat, makanan, udara dingin (- ) Riwayat sakit darah tinggi (-)

Riwayat sakit ginjal sebelumnya(-)

Riwayat sakit gula (-)

Riwayat trauma (-)4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit serupa ( - )

Riwayat asma ( - )

Riwayat alergi (-)

Riwayat sakit darah tinggi (-)

Riwayat sakit gula (-)

5. Riwayat Kebiasaan Riwayat merokok (-)

Riwayat minuman keras (-)

Riwayat olah raga : tidak punya jadwal teratur

6. Riwayat Gizi

Sebelum sakit penderita makan teratur 2-3 kali sehari sebanyak 1 porsi biasa, dengan sayur, lauk pauk tahu, tempe, kadang-kadang memakai telur dan daging. Dalam sehari penderita minum kurang lebih 8 gelas. Pasien sehari-hari lebih sering makan dan minum di warung pinggir jalan. Tetapi semenjak sakit, makan dan minum penderita berkurang karena penderita merasa mual apabila makan dan minum.

.7. Riwayat Sosial EkonomiPenderita adalah seorang mahasiswa, lajang, tinggal bersama dengan orang tua dan saudaranya dalam satu rumah. Orangtua penderita bekerja sebagai Wiraswasta dan penghasilan keduanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pasien berobat menggunakan fasilitas BPJS.C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum:Tampak sakit sedang, compos mentis, GCS E4/V5/M6, kesan gizi cukup2. Tanda vital

Tensi: 110 /70 mmHg

Nadi:90x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup, equal Frekuensi nafas: 22x/ menit Suhu: 38,50C3. Status gizi

Berat Badan: 59 kg

Tinggi Badan:166 cm

IMT: 21,4 kg/m2 Kesan: normoweight 4. Kulit: Warna coklat, turgor menurun (-), hiperpigmentasi (-), kering (-), teleangiektasis (-), petechie (-), ikterik (-), ekimosis (-), uji torniquet (-)5. Kepala: Bentuk normocephal, rambut mudah rontok (-), luka (-)

6. Mata: Mata cekung (-/-), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+/+), edema palpebra (-/-), strabismus (-/-)

7. Telinga: Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan tragus (-)8. Hidung: Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)9. Mulut:Sianosis (-), gusi berdarah (-), tiphoid tounge (+), papil lidah atrofi (-), ulserasi (-), stomatitis angularis (-), oral thrush (-)

10. Leher: JVP R + 2 cm, trakea di tengah, simetris, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran limfonosi cervical (-), leher kaku (-)

11. Thorax:Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan = kiri, retraksi intercostal (-), pernafasan abdominothorakal, pembesaran kelenjar getah bening axilla (-/-).12. Jantung Inspeksi:Ictus kordis tidak tampak Palpasi:Ictus kordis tidak kuat angkat, teraba di 1 cm sebelah medial SIC V linea medioclavicularis sinistra Perkusi: Batas jantung kanan atas: SIC II linea sternalis dextra Batas jantung kanan bawah: SIC IV linea parasternalis dekstra Batas jantung kiri atas: SIC II linea sternalis sinistra Batas jantung kiri bawah: SIC V 1 cm medial linea medioklavicularis sinistra Pinggang jantung : SIC III lateral parasternalis sinistra konfigurasi jantung kesan tidak melebar Auskultasi:Bunyi jantung I-II murni, intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-). 13. Pulmoa. Depan Inspeksi Statis: Normochest, simetris

Dinamis:Pengembangan dada simetris kanan = kiri, ketertinggalan gerak (-), retraksi intercostal (-) Palpasi Statis: Simetris

Dinamis: Pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri

Perkusi Kanan:Sonor, redup pada batas relatif paru-hepar pada SIC VI linea medioclavicularis dextra, pekak pada batas absolut paru hepar

Kiri:Sonor, sesuai batas paru jantung pada SIC VI linea medioclavicularis sinistra

Auskultasi Kanan: Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan wheezing (-), ronkhi basah kasar (-), ronkhi basah halus (-) Kiri:Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan wheezing (-), ronkhi basah kasar (-), ronkhi basah halus (-)b. Belakang Inspeksi Statis: Normochest, simetris Dinamis:Pengembangan dada simetris kanan=kiri, retraksi intercostal (-) Palpasi Statis: Simetris Dinamis:Pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri Perkusi Kanan: Sonor Kiri: Sonor

Peranjakan diafragma 4 cm Auskultasi Kanan: Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan wheezing (-), ronkhi basah kasar (-), ronkhi basah halus (-) Kiri: Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan wheezing (-), ronkhi basah kasar (-), ronkhi basah halus (-)13. Abdomen

Inspeksi:Dinding perut sejajar dengan dinding dada, ascites (-), scar (-), striae (-) Auskultasi:Bising usus (+) normal, bising epigastrium (-) Perkusi:Timpani, liver span 15 cm, a. traube pekak (+) Palpasi:Supel, nyeri tekan (-); hepar: teraba pembesaran, 2 jari BACD, konsistensi lunak, tepi tumpul, permukaan tidak berbenjol-benjol, nyeri tekan (-), lien tidak teraba14. Ekstremitas

_

_

_ _

_

_

_

_

Akral dingin Oedem

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG :

Pemeriksaan laboratorium darah :PemeriksaanHasilSatuanRujukan

HEMATOLOGI RUTIN

Hb14,1g/dl13,5 17,5

Hct39%33 45

AL5,0103 /L4,5 11,0

AT155103 /L150 450

AE4,96103/L4,50 5,90

INDEX ERITROSIT

MCV84/um80.0 - 96.0

MCH29,5pg28.0 - 33.0

MCHC33,6g/dl33.0 - 36.0

HITUNG JENIS

Eosinofil1,20%0.00 - 4.00

Basofil0,70%0.00 - 2.00

Neutrofil60,00%55.0-80.0

Limfosit35,00%22.0 - 44.0

Monosit6,60%0.00 - 7.00

LUC/AMC7,40%-

KIMIA KLINIK

Glukosa Darah Sewaktu91mg/dl60-140

SGOT45u/l0-35

SGPT47u/l0-45

Cr1,0mg/dl0,9-1,3

Ur24mg/dl