Tinpus Tinea Kruris Eny Rizqiani

Embed Size (px)

DESCRIPTION

State Dermatovenerologist

Citation preview

LAPORAN KASUS

TINEA KRURIS

Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Di RSUD Sunan Kalijaga Demak

Pembimbing :

dr. Wahyu Hidayat, Sp.KKDisusun oleh :

Eny Rizqiani(01.210.6147)FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2015TINJAUAN PUSTAKAI.Definisi

Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genitokrural saja, atau meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah, atau bagian tubuh lain.

II. EtiologiTrichophyton rubrum, Trichophyton tonsuransIII. Insidensi

Tinea kruris dapat ditemui di seluruh dunia dan paling banyak di daerah tropis. Angka kejadian lebih sering pada orang dewasa, terutama laki-laki dibandingkan perempuan. Tidak ada kematian yang berhubungan dengan tinea kruris. Sering terjadi pada orang yang kurang memperhatikan kebersihan diri atau lingkungan sekitar yang kotor dan lembab.

IV. Patofisiologi

Cara penularan jamur dapat secara angsung maupun tidak langsung. Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, pakaian debu. Agen penyebabjuga dapat ditularkan melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau sprei penderita atau autoinokulasi dari tinea pedis, tinea inguium, dan tinea manum. Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi ke stratum korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang mati.Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan. Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi (ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang menjadi suatu reaksi peradangan.Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit adalah:a. Faktor virulensi dari dermatofitaVirulensi ini bergantung pada afinitas jamur apakah jamur antropofilik, zoofilik, geofilik. Selain afinitas ini massing-masing jamur berbeda pula satu dengan yang lain dalam hal afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh misalnyaTrichopyhton rubrumjarang menyerang rambut,Epidermophython fluccosumpaling sering menyerang liapt paha bagian dalam.b. Faktor traumaKulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur.c. Faktor suhu dan kelembapanKedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal, dimana banyak keringat seperti pada lipat paha, sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur.d. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihanFaktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur dimana terlihat insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah sering ditemukan daripada golongan ekonomi yang baikV. Gejala klinisKelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas. Peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya. Efloresensi terdiri atas macam-macam bentuk yang primer dan sekunder (polimorf). Bila penyakit ini menjadi menahun, dapat berupa bercak hitam disertai sedikit skuama. Erosi dan keluarnya cairan biasanya akibat garukan. Tinea kruris merupakan salah satu bentuk klinis yang sering dilihat di Indonesia.

VI. Pemeriksaan penunjangUntuk menegakkan diagnosis dengan pemeriksaan mikologik. Pemeriksaan lain seperti pemeriksaan histopatologi, percobaan binatang, dan imunologik tidak diperlukan. Pemeriksaan mikologik terdiri atas pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamurdiperlukan bahan klinis berupa kerokan kulit yang sebelumnya dibersihkan dengan alkohol 70%.

Tempat predileksi dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian untuk kulit tidak berambut (globrous skin) dari bagian tepi kelainan sampai dengan bagian sedikit di luar kelainan sisik kulit dan kulit dikerok dengan pisau tumpul steril; untuk kulit berambut, rambut pada bagian kulit yang mengalami kelainan, kulit di daerah tersebut dikerok untuk mengumpulkan sisik kulit. Pemeriksaan dengan lampu wood dilakukan sebelum pengumpulan bahan untuk mengetahui lebih jelas daerah yang terkena infeksi dengan kemungkinan adanya fluoresensi pada kasus-kasus Tinea kapitis.

Pemeriksaan langsung sediaan basah dilakukan dengan menggunakan mikroskop, mula-mula dengan pembesaran 10x10, kemudian dengan pembesaran 10x45. Pemeriksaan dengan pembesaran 10x100 biasanya tidak diperlukan.

Sediaan basah dibuat dengan meletakkan bahan di atas gelas alas, kemudian diberi 1-2 tetes larutan KOH. Konsentrasi larutan KOH untuk sediaan rambut adalah 10%, untuk kulit dan kuku adalah 20%. Setelah sedian dicampur dengan larutan KOH, ditunggu selama 15-20 menit, hal ini diperlukan untuk melarutkan jaringan. Untuk mempercepat proses pelarutan dapat dilakukan pemanasan sediaan basah di atas api kecil . Pada saat keluar uap dari sediaan tersebut menandakan pemanasan sediaan sudah cukup. Bila terjadi penguapan, maka akan terbentuk kristal KOH sehingga tujuan yang diinginakan tidak tercapai. Untuk melihat elemen jamur lebih nyata dapat ditambahkan zat warna pada sediaan KOH, misalnya tinta Parker superchrom blue black.

Pada sediaan kulit yang terlihat adalah hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit lama atau telah diobati. Pada sediaan rambut yang dilihat adalah spora kecil (mikrospora)atau besar (makrospora). Spora dapat tersusun di luar rambut (ektotriks) atau di dalamrambut (endotriks). Kadang-kadang dapat terlihata juga hifapada sediaan rambut.

Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan langsung sediaan basah dan untuk menentukan spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media buatan. Yang dianggap paling baik yaitu medium agar dekstrosa Saboraud. Pada agar Saboraud dapat ditambahkan kloramfenikol dan cyclohexamide (mycobiotic-mycosel) untuk menghindarkan kontaminasi bakterial maupun jamur kontaminan. Identifikasi jamur biasanya antara 3-6 minggu.VII. Diagnosis bandingTinea kruris kadang-kadang sukar dibedakan dengan Dermatitis seboroika pada sela paha. Lesi-lesi di tempat predileksi sangat membantu dalam menegakkan diagnosis. Psoriasis pada sela paha dapat menyerupai Tinea kruris. Lesi-lesi pada Psoriasis biasanya lebih merah, skuama lebih banyak dan lamellar. Adanya lesi Psoriasis pada tempat lain dapat membantu menegakkan diagnosis.Kandidosis intertriginosa dapat mengenai daerah lipatan kuit, terutama ketiak, bagian bawah payudara, pusar, lipat bokong, lipat paha, dan sela antar jari. Pada sela jari tangan biasanya pada sela jari ketiga dan keempat, pada sela jari kaki antara jari keempat dan kelima. Efloresensi berupa berupa bercak berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa. Dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang erosif, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.Eritrasma merupakan penyakit yang tersering berlokalisasi di sela paha. Efloresensi yang sama yaitu eritema dan skuama pada seluruh lesi merupakan tanda khas penyakit ini. Pemeriksaan dengan lampu wood dapat membantu menegakkan diagnosis dengan adanya fluoresensi merah (coral red).VIII. PenatalaksanaanDermatofitosis pada umumnya dapat diatasi dengan pemberian griseofulvin yang bersifat fungistatik. Bagan dosis pengobatan griseofulvin berbeda-beda. Secara umum, griseofulvin dalam bentuk fine particle dapat diberikan dengan dosis 0,51 gram untuk orang dewasa dan 0,250,5 gram untuk anak-anak sehari atau 10-25 mg per kg berat badan. Lama pengobatan bergantung pada lokasi penyakit, penyebab penyakit, dan keadaan imunitas pasien. Setelah sembuh klinis dilanjutkan selama 2 minggu agar tidak residif. Untuk mempertinggi absorbsi obat dalam usus, sebaiknya obat dimakan bersama-sama makanan yang banyak mengandung lemak. Untuk mempercepat waktu penyembuhan, kadang-kadang diperlukan tindakan khusus atau pemberian obat topikal tambahan.

Obat per oral yang juga efektif untuk dermatofitosis yaitu ketokonazol yang bersifat fungistatik. Pada kasus-kasus resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan ketokonazol 200 mg per hari selama 10 hari 2 minggu pada pagi hari setelah makan. Ketokonazol merupakan kontraindikasi untuk pasien kelainan hepar.

Pada masa kini selain obat-obat topikal konvensional, misalnya asam salisil 2-4%, asam benzoate 6-12%, sulfur 4-6%, vioform 3%, asam undensilenat 2-5%, dan zat warna (hijau brilian 1% dalam cat Castellani) dikenal banyak obat topical baru. Obat topical baru ini diantaranya tolnaftat 2%, tolsiklat, haloprogin, derivate-derivat imidazol, siklopiroksolamin, dan naftifine masing-masing 1%.IX. Prognosis

Prognosis penyakit ini baik dengan diagnosis dan terapi yang tepat asalkan kelembapan dan kebersihan kulit selalu dijaga.LAPORAN KASUSI. IDENTITAS PASIENNama

: Tn. ManuriJenis kelamin

: Laki-lakiUmur

: 40 tahunPekerjaan

: DagangNo. rekam medis : 112439Tanggal periksa : 16 September 2015Alamat

: Kedondong 1/3, DemakII. ANAMNESIS

Keluhan Utama

Gatal-gatal didaerah selangkangan dan pantat Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 25tahun yang lalu pasien mengeluh gatal pada lipat paha. Awalnya timbul kemerahan yang gatal di lipat paha, semakin hari dirasakan semakin gatal, sehingga pasien menggaruk karena tidak tahan. Kemerahan meluas ke lipat pantat. Pasien merasa tidurnya terganggu karena gatal. Gatal bertambah saat berkeringat, namun lebih enak pada tempat dingin. Pernah diobati dengan salep yang dibeli di apotek, gatal berkurang beberapa hari, tapi kambuh lagi. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus, riwayat tukar baju atau handuk diakui saat kerja ikut dengan orang di Kalimantan. Tiga hari yang lalu pasien merasakan gatal semakin bertambah, merasa aktivitasnya terganggu karena gatal, pasien memeriksakan diri ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Sunan Kalijaga Demak. Riwayat Penyakit DahuluUsia 15 tahun pasien menderita penyakit ini Riwayat Penyakit KeluargaSekarang Istri dan anak pasien yang tinggal satu rumah sedang sakit seperti ini. Riwayat Sosial Ekonomi Tetangga tidak ada yang sakit seperti ini. Pasien tidak mengetahui apakah rekan kerja ada yang sakit seperti pasien atau tidak. Pasien berobat dengan biaya sendiri Pekerjaan sebagai pedagangKesan : social ekonomi cukupIII. PEMERIKSAAN FISIK

Status Dermatologi

Lokasi

: Lipat paha, perut bawah, bokong, dan paha kananUKK

: Plakat eritem bentuk tidak teratur batas tegas tepi aktif, skuama, makula hiperpigmentasi.

IV. DIAGNOSIS BANDING

1. Tinea kruris

Tempat predileksi penyakit ini sering di lipat paha. Efloresensi papul eritem, plakat eritem dengan batas tegas tepi aktif dan berskuamosa.2. Eritrasma

Tempat predileksi penyakit ini sering di ketiak dan lipat paha. Efloresensi eriteroskuama, skuama halus kadang kadang dapat terlihat merah kecoklatan.3. Candidosis IntertriginosaTempat predileksi penyakit ini sering di kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antar jari ,dan umbilikus. Efloresensi eriteroskuama basah, batas tegas, disertai lesi satelit4. Psoriasis

Penyakit ini bisa terjadi di sela paha, efloresensi plakat eritem dengan skuama diatasnya, berlapis-lapis berwarna putih seperti mika, serta transparan5. Dermatitis seboroik

Penyakit ini dapat terjadi di sela paha, efloresensi eritema dan skuama berminyak berwarna kekuningan dengan batas kurang tegas

V. DIAGNOSIS KERJA

Tinea krurisVI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan KOH 10 %Akan didapatkan hifa sebagai dua garis sejajar yang bercabang dan bersepta, disekitarnya terdapat spora berderet (artospora).

2. Pemeriksaan kultur dengan Sabouraud Agar

Untuk menentukan spesies jamurVII. PENATALAKSANAAN Topikal

Ketokonazol cr tube No. II (pagi & sore) (lesi luas) OralKetokonazol tab 200 mg No. XV (2x1)

CTM tab No. XV (3x1)

VIII. KOMPLIKASIPada infeksi yang kronis dapat terjadi likenifikasi dan hiperpigmentasi kulitIX. PROGNOSIS

Quo ad vitam

: ad bonam Quo ad sanam

: ad bonam Quo ad cosmeticum : dubia ad bonamX. EDUKASI

1. Bila gatal, jangan digaruk karena garukan dapat menyebabkan infeksi.

2. Anjurkan agar menjaga daerah lesi tetap kering

3. Mengganti pakaian yang lembab

4. Gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang dapat menyerap keringat seperti katun, tidak ketat dan ganti setiap hari.

5. Untuk menghindari penularan penyakit, pakaian dan handuk yang digunakan pasien harus segera dicuci dan direndam air panas dan disendirikan dari yang lain.6. Menghindari pemakaian pakaian atau handuk bergantian7. Dianjurkan untuk istri dan anaknya berobat juga.

XI. RINGKASAN

Telah dilaporkan pasien dengan diagnosis Tinea Kruris, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan sejak 25tahun yang lalu pasien mengeluh gatal pada lipat paha, semakin hari semakin gatal, sehingga digaruk oleh pasien Kemerahan meluas ke lipat pantat. Tidurnya terganggu karena gatal. Gatal bertambah saat berkeringat. Pernah diobati salep, gatal berkurang, kemudian kambuh lagi. Tiga hari yang lalu gatal bertambah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan plakat berbrntuk tidak teratur berbatas tegas tepi aktif, skuama, makula hiperpigmentasi. Pasien diberikan terapi ketokonazol cream yang dioleskan pagi dan sore setelah mandi, kemudian obat minum ketokonazol 2x1 hari, dan CTM diminum 3x1 hari. Prognosis pada pasien ini quo ad vitam ad bonam, quo ad sanam ad bonam, quo ad cosmeticum dubia ad bonam.