Tinjauan Teori Seminar

Embed Size (px)

Citation preview

A

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. M DENGAN THYPOID DI RUANG ANAK MELATI RS. DR. H. KOESNADI BONDOWOSOdisusun guna memenuhi tugas praktik klinik Komprehensif II.,

Oleh

Kelompok 1A

Suhariyati

NIM 112310101001Melinda Puspitasari NIM 112310101025Meisita Tiara N.

NIM 112310101052Anton Suprayogi

NIM 112310101055PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2014Bab. 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penyakit Thypoid termasuk penyakit menular endemik yang dapat menyerang banyak orang dan masih merupakan masalah kesehatan di daerah tropis terutama di negara-negara sedang berkembang 1,2.Di negara berkembang angka kematian akibat demam Thypoid berkisar antara 2,3 16,8%1. Angka kematian penderita yang dirawat di rumah sakit di Indonesia mengalami penurunan dari 6% pada tahun 1969 menjadi 3,74% pada tahun 1977 dan sebesar 3,4 % pada tahun 19783,4.Di Indonesia penderita demam Thypoid cukup banyak diperkirakan 800 /100.000 penduduk per tahun dan tersebar di mana-mana. Ditemukan hampir sepanjang tahun, tetapi terutama pada musim panas. Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak besar,umur 5- 9 tahun.Data dari Rumah Sakit Fatmawati (RSF) demam Thypoid dan para thypoid termasuk dalam 10 kasus terbanyak morbiditas penyakit rawat inap. Pada tahun 1999 jumlah pasien terkena demam Thypoid yang dirawat sebesar 414 orang, tahun 2000 sebesar 452 orang dan 350 orang pada tahun 2001.Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai dapat mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi kurang bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam tifoid bila terdapat demam terus menerus lebih dari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan obat demam dan diperkuat dengan kesan anak baring pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak buang air besar atau diare beberapa hari.Makin cepat demam thypoid dapat didiagnosis makin baik. Pengobatan dalam taraf dini akan sangat menguntungkan mengingat mekanisme kerja daya tahan tubuh. 1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 bagaimana tinjauan teori tentang Thypoid?

1.2.2 bagaimana proses pengkajian pada anak dengan Thypoid?

1.2.3 bagaimana analisa data pada anak dengan Thypoid?

1.2.4 apa diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan Thypoid?

1.2.5 bagaimana intervensi keperawatan pada anak dengan Thypoid?

1.2.6 bagaimana evaluasi keperawatan pada anak dengan Thypoid?1.3 Tujuan Umum

Tujuan umum dibuatnya tugas ini adalah untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan Thypoid.1.4 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dibuatnya tugas ini adalah: 1.4.1 untuk mengetahui tinjauan teori tentang Thypoid

1.4.2 untuk mengetahui proses pengkajian pada anak dengan Thypoid

1.4.3 untuk mengetahui analisa data pada anak dengan Thypoid

1.4.4 untuk mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan Thypoid

1.4.5 untuk mengetahui intervensi keperawatan pada anak dengan Thypoid

1.4.6 untuk mengetahui evaluasi keperawatan pada anak dengan Thypoid1.5 Manfaat

Manfaat dibuatnya tugas ini adalah

1.5.1 dapat mengetahui tinjauan teori tentang Thypoid

1.5.2 dapat mengetahui proses pengkajian pada anak dengan Thypoid

1.5.3 dapat mengetahui analisa data pada anak dengan Thypoid

1.5.4 dapat mengetahui diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan Thypoid

1.5.5 dapat mengetahui intervensi keperawatan pada anak dengan Thypoid

1.5.6 dapat mengetahui evaluasi keperawatan pada anak dengan ThypoidBab. 2 TINJAUAN TEORI2.1 PengertianTyphoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella thypii ( Arief Mansjoer, 2000).Tifus abdominalis merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella thypii, yang ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypii (Hidayat, 2006).

Menurut Nursalam et al. (2008), demam tipoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran.Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh Salmonella thypii dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran yang ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypii.2.2 Penyebab

Penyebab typhoid adalah Salmonella thypii. Salmonella para typhi A, B dan C. Ada dua sumber penularan Salmonella thypii yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi Salmonella thypii dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.Salmonella Thyposa merupakan basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Di Indonesia, thypoid terdapat dalam keadaan endemik. Pasien anak yang ditemukan berumur di atas satu tahun. Sebagian besar pasien yang dirawat dibagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta berumur diatas 5 tahun (Ngastiyah 2005).

2.3 PatofisiologiPenularan Salmonella thypii dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses. Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman Salmonella thypii kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman Salmonella thypii masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Salmonella thyposa masuk melaui saluran pencernaan kemudian masuk ke lambung. Basil akan masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limfoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu ke organ terutama hati dan limpa serta berkembangbiak sehingga organ-organ tersebut membesar (Ngastiyah 2005).

Semula klien merasa demam akibat endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan di sebabkan oleh kelainan pada usus halus. Pada minggu pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks payers. Ini terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plak pyeri (Suriadi 2006).2. 4 Manifestasi Klinik Masa inkubasi typhoid 10-20 hari. Klien biasanya mengeluh nyeri kepala dan terlihat lemah dan lesu disertai demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu.

Minggu pertama peningkatan suhu tubuh naik turun. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat dan pada minggu ketiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal.

Pada gangguan di saluran pencernaan, terdapat napas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue) , ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limfa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya terjadi konstipasi tetapi juga terdapat diare atau normal menurut Ngastiyah (2005). Umumnya klien mengalami penurunan kesadaran yaitu apatis sampai somnolent, jarang terjadi stupor, koma, atau gelisah kecuali terjadi penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan.2.5 Pemeriksaan DiagnostikMenurut Suriadi (2006) pemeriksaan pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari:1. Pemeriksaan leukositDi dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.2. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.3. Biakan darahBila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor:a. Teknik pemeriksaan LaboratoriumHasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.b. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakitBiakan darah terhadap Salmonella thypii terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.c. Vaksinasi di masa lampauVaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.d. Pengobatan dengan obat anti mikroba.Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.4. Uji WidalUji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella thypii terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh Salmonella thypii, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.5. Pemeriksaan Tubex

Pemeriksaan yang dapat dijadikan alternatif untuk mendeteksi penyakit demam tifoid lebih dini adalah mendeteksi antigen spesifik dari kuman Salmonella (lipopolisakarida O9) melalui pemeriksaan IgM Anti Salmonella (Tubex TF). Pemeriksaan ini lebih spesifik, lebih sensitif, dan lebih praktis untuk deteksi dini infeksi akibat kuman Salmonella thypii. Keunggulan pemeriksaan Tubox TF antara lain bisa mendeteksi secara dini infeksi akut akibat Salmonella thypii, karena antibody IgM muncul pada hari ke 3 terjadinya demam. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan ini mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap kuman Salmonella (lebih dari 95%). Keunggulan lain hanya dibutuhkan sampel darah sedikit, dan hasil dapat diperoleh lebih cepat. 2.6 Penatalaksanaan Medis Pasien yang di rawat dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus dianggap dan diperlakukan langsung sebagai pasien tifus abdominalis dan di berikan perawatan sebagai berikut:

1. Perawatan Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam hilang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus. Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya kondisi bila ada komplikasi perdarahan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mohammad (2012), tentang kompres hangat yang dilakukan pada 19 responden yang mengalami demam tifoid, terdapat 14 responden yang hasilnya menunjukkan penurunan suhu tubuh dan 5 responden lainnya tidak menunjukkan penurunan suhu tubuh. Hal ini dikarenakan, 5 responden tersebut merupakan pasien dengan diagnosa demam thypoid H-0 yang masa infeksinya masih tinggi, dimana demam yang dialami oleh pasien tersebut juga sulit untuk menunjukkan penurunan suhu tubuh. Oleh karena itu, untuk pasien dengan demam thypoid H-0 yang masa infeksinya maupun demamnya masih tinggi perlu diberikan terapi antibiotik secara intensif dan terapi antipiretik jika perlu (demam > 38,50C).2. Diet Makanan mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein

Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang kerja usus dan tidak mengandung gas, dapat diberikan susu 2 gelas sehari

Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring. Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim. Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.3. Obat-obatanObat-obat yang dapat di berikan pada anak dengan thypoid yaitu :

Klorampenikol dengan dosis tinggi, yaitu 100mg/kgBB/hari (maksimum) 2 gram/hari, diberikan peroral atau intravena. Pemberian kloramfenikol dengan dosis tinggi tersebut mempersingkat waktu perawatan dan mencegah relaps. Efek negatifnya adalah mungkin pembentulan zat anti berkurang karena basil terlalu cepat di musnahkan. Dapat juga diberikan Tiampenikol, Kotrimoxazol, Amoxilin dan ampicillin disesuaikan dengan keluhan anak. Kloramfenikol digunakan untuk memusnahkan dan menghentikan penyebaran kuman. Diberikan sebagai pilihan utama untuk mengobati demam thypoid di Indonesia.

Bila terdapat komplikasi, terapi disesuaikan dengan penyakitnya. Bila terjadi dehidrasi dan asidosis diberikan cairan intravena.2.7 Pencegahan Ada 3 strategi pokok untuk memutuskan transmisi thypoid yaitu:

Identifikasi dan eradikasi Salmonella thypii baik pada kasus demam thypoid maupun pada kasus carrier thypoid.

Pencegahan transmisi langsung dari pasien terinfeksi Salmonella thypii akut maupun carrier.

Proteksi pada orang yang beresiko terinfeksi.

Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas karena akan memperberat kerja usus dan pemberian vaksin.2. 8 Pathway

2.9 Konsep Asuhan Keperawatan A. Pengkajian1. Identitas: Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no. Registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal MRS.2. Keluhan Utama: pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.3. Riwayat Penyakit Dahulu: Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit Thypoid, apakah tidak pernah, apakah menderita penyakit lainnya.4. Riwayat Penyakit Sekarang: Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.5. Riwayat Kesehatan Keluarga: Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau sakit yang lainnya.6. Riwayat Psikososial: Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang dideritanya.7. Pola-Pola Fungsi Kesehatan

a. Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan: Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.b. Pola nutrisi dan metabolisme: Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi berubah.c. Pola aktifitas dan latihan: Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.d. Pola tidur dan aktifitas: Kebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.e. Pola eliminasi: Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.f. Pola reproduksi dan sexual: Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau sudah menikah akan terjadi perubahan.g. Pola persepsi dan pengetahuan: Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.h. Pola persepsi dan konsep diri: Didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.i. Pola penanggulangan stress: Stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya. j. Pola hubungan interpersonal: Adanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit.k. Pola tata nilai dan kepercayaan: Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.8. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum: Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak enak, anorexia.b. Kepala dan leher: Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.c. Dada dan abdomen: Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.d. Sistem respirasi: Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.e. Sistem kardiovaskuler: Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.f. Sistem integument: Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.g. Sistem eliminasi: Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N -1 cc/kg BB/jam.h. Sistem muskuloskolesal: Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.i. Sistem endokrin: Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan tonsil.j. Sistem persyarafan: Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit thypoid.2.10 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

NODIAGNOSA KEPERAWATAN DAN TUJUANINTERVENSIRASIONAL

1.Hipertermia berhubungan dengan pelepasan endotoksin.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi kenaikan suhu tubuh dengan kriteria hasil :

1. Klien merngatakan nyaman.2. Suhu badan klien 36,5oC-370 C

1. Jelaskan penyebab terjadinya panas kepada keluarga atau klien

2. Ajurkan klien untuk banyak istirahat dan mengurangi aktivitas

3. Berikan klien banyak minum

4. Berikan kompres air hangat

5. Berikan klien pakaian yang mudah menyerap keringat

6. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang

7. Monitor tanda-tanda vital

8. Monitor input dan output cairan

9. Kolaborasi medis untuk pemberian obat antibiotik1. Membantu mengurangi kecemasan pada klien maupun keluarga

2. Aktivitas yang berlebihan akan memperberat kerja usus sehingga menghambat proses penyembuhan

3. Mengembalikan cairan yang keluar saat suhu tubuh mengalami peningkatan serta mencegah terjadinya dehidrasi

4. Membantu menurunkan suhu tubuh

5. Membantu memberikan rasa nyaman pada klien6. Memberikan rasa nyaman pada klien7. Sebagai indikator untuk memantau perkembangan penyakit klien8. Membantu mencegah terjadinya dehidrasi

9. Membantu menghilangkan bakteri penyebab thypoid

2.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pembesaran hati dan limfa.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi nyeri pada bagian perut dengan criteria hasil1. Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang.2. Klien menunjukan ekspresi wajah tenang.3. Nyeri tekan berkurang.4. TTV dalam batas normal.1. Kaji respon klien terhadap nyeri

2. Kaji respon nonverbal klien3. Berikan posisi yang nyaman pada klien

4. Ajak klien untuk mengalihkan rasa sakit

5. Monitor TTV

6. Kolaborasi medis untuk pemberian obat analgetik1. Membantu menyamakan persepsi antara perawat dan klien2. Mencocokan kesesuaian dengan verbal klien3. Membantu mengurangi rasa sakit yang di rasakan klien4. Membantu mengalihkan perhatian mereka dari apa yang di rasakan

5. Sebagai indikator untuk memantau perkembangan penyakit klien6. Menurangi rasa sakit yang dirasakan klien

3.Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak gangguan pemenuhan nutrisi dengan criteria hasil1. Klien mampu menghabiskan 1 porsi makanan yang disajikan.2. BB klien stabil atau naik.

1. Kaji kebiasaan makan klen2. Jaga kebersihan mulut, bersihkan secret maupun kotoran-kotoran sebelum makan

3. Berikan makanan sedikit-sedikit tapi sering

4. Berikan atau anjurkan untuk memberikan makanan tambahan di luar jam makan sesuai dengan kesukaan klien selama tidak ada kontraindikasi

5. Kolaborasi dengan ahli gizi

6. Monitor BB setiap hari1. Membantu menentukan inrevensi yang tepat

2. Memberikan rasa nyaman pada klien agar klien mau makan

3. Membantu klien untuk tidak mrasa mual saat makan dan makanan tetap masuk dengan jumlah yang dibutuhkan

4. Membantu meningkatkan nafsu makan pada klien5. Membantu menyediakan makanan sesuai kebutuhan klien6. Menunjukan pertumbuhan pada klien.

4.Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi defisit perawatan diri (oral hygiene) dengan criteria hasil :1. Mulut tampak bersih.2. Mulut tercium tidak berbau.

3. Lidah tampak bersih.1. Kaji tingkat ketergantungan klien2. Bantu klien dalam melakukan aktifitas ringan seperti mengubah posisi

3. Ajarkan keluarga dalam membantu klien agar dapat memenuhi ADL1. Menentukan intervensi yang akan di berikan

2. Membantu memotivasi klien untuk memenuhi ADL

3. Klien biasanya lebih nyaman jika di bantu oleh keluarganya selain itu akan dapat mempererat ikatan emosional.

5.Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan defekasi berlebihan.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi kekurangan volume dan cairan dan elektrolit dengan kriteria hasil :

1. Mukosa bibir tampak lembab.2. TTV dalam batas normal.3. Klien tampak tidak lemas4. Tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi

1. Observasi TTV anak 4 jam sekali

2. Monitor tanda-tanda kekurangan cairan seperti turgor tidak elastic, produksi urin menurun, membrane mukosa kering, bibir pecah-pecah

3. Observasi dan catat intake dan output cairan

4. Monitor pemberian cairan melalui intravena

5. Berikan kompres dingin

1. Membantu memantau keadaan klien2. Melakukan pencgahan dehidrasi sejak awal

3. Untuk mempertahankan intake dan output yang adekuat

4. Mencegah terjadinya pemasukan cairan yang berlebihan

5. Mengurangi kehilangan cairan yang tidak kelihatan

Bab 3. Tinjauan Kasus

Bab. 4 PEMBAHASAN

Bab. 5 PENUTUP

5.1 KesimpulanTyphoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh Salmonella thypii dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran yang ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypii. Masalah keperawatan yang nuncul pada pasien kelolaan adalah hipertermia, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, intoleransi aktivitas, dan konstipasi.5.2 Saran 5.2.1 Saran bagi Mahasiswa

Mahasiswa keperawatan mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Thypoid serta dapat mengembangkan keilmuannya dengan melakukan riset keperawatan terkait thypoid. 5.2.2 Saran bagi praktisi kesehatanDiharapkan bagi praktisi kesehatan yang sudah terjun ke lapangan untuk selalu memperbaharui pengetahuannya dengan cara mengikuti tren dan isu terkini terkait perawatan suatu penyakit. Agar asuhan yang diberikan yang dilakukan tidak ketinggalan jaman.

DAFTAR PUSTAKACarpenito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC. Mansjoer, Arif et al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta : EGC

NANDA internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC. Ngastiyah . 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGCNursalam, et al. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba. Suriadi, R. Y. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC.

Salmonella Thyposa

Saluran pencernaan

Bedrest Total

Tidak mampu melakukan ADL

Defisit Perawatan Diri

Merangsang pusat muntah di medulla oblongata

Hipertermia

Suhu Tubuh

Pelepasan mediator inflamasi

Mengeluarkan endotoksin

Usus halus

Peristaltik usus

Kelemahan

Gg. Pemenuhan Nutrisi

Anoreksia

Muntah

Mual

Gg. Rasa nyaman nyeri perut

Bibir kering dan pecah-pecah

Dehidrasi

Defisit volume cairan dan elektrolit

Kekurangan cairan dan elektrolit

Kel. Limfoid Usus Halus

Masuk retikuloendotelial

Nyeri perabaan kuadran atas

Pembesaran hati dan limfa

Masuk limfa dan hati

Diare

Konstipasi

Peristaltik usus

Motilitas usus terganggu

Ulkus di Plak Pyeri

Nekrosis usus halus

Jaringan limfoid

Salmonella Thyposa