TINJAUAN TEORI FRAKTUR

  • Upload
    taufik

  • View
    44

  • Download
    6

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TINJAUAN TEORI FRAKTUR

Citation preview

TINJAUAN TEORIASUHAN KEPERAWATAN EMERGENCY DAN KRITIS PADA KEGAWATAN SISTEM MUSKULOSKELETALFRAKTUR DISLOKASI, SPRAIN STRAIN, SINDROMA KOMPARTEMENDisusun untuk Memenuhi Tugas Kelompokpada Mata Kuliah Keperawatan Kritis Semester TigaDosen Pengampu : Ns. Sukarno, S.KepDisusun Oleh Kelompok 8 :SLAMET MUGITO 010214A0xxSOPIYATUN 010214A0xxTAUFIK PAMUKTI010214A077PROGRAM STUDI KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYOUNGARAN2015BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangTrauma pada jaringan muskuloskeletal dapat melibatkan satu jaringan yang spesifik seperti ligament, tendon atau satu otot tunggal, walaupun injury pada satu jaringan tunggal jarang terjadi. Kejadian yang lebih umum adalah beberapa jaringan mengalami injury dalam suatu insiden traumatik seperti fraktura yang berhubungan dengan trauma kulit, saraf dan pembuluh darah.Injury yang kurang alamiah sifatnya melibatkan lebam atau kontusio pada kulit ; kram (regangan) atau strain pada serabut tendon atau ligament, keseleo (koyak) atau sprain yang pada beberapa banyak atau semua tendon, ligament bahkan juga tulang dan sekeliling sendi. Karena keadaan di atas yaitu kram dan keseleo mempunyai tanda inisial yang mirip (dengan beberapa perbedaan). Di antara kelainan yang timbul pada banyak organ tubuh manusia akibat penuaan adalah atrofi, yang berarti organ tersebut menjadi lebih kecil. Atrofi dapat terjadi pada otot, kerangka tulang, kulit, otak, hati, ginjal sertajantung. Atrofi disebabkan karena kurang aktif dari organ tersebut, tidak cukup nutrisi, dan kurang stimulasi hormonal (osteoporosis wanita menopause), dan kehilangan sel. Atrofi pada otot menimbulkan tungkai mengecil (menjadi lebih kurus), tenag berkurang/menurun. Atrofi pada hati menurunnya kemampuan untuk mengeliminasi obat-obatan dan minuman keras (alkohol). Atrofi pada saraf menyebabkan saraf kehilangan serabut myelin, sehingga kecepatan hantaran saraf berkurang serta refleks menjadi lebih lambat.B. Tujuan Penulisan1. Tujuan Umum Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma muskuloskeletal : fraktur dislokasi, sprain strain, sindroma kompartemen 2. Tujuan KhususUntuk mengidentifikasi pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan tentang trauma muskuloskeletal : fraktur dislokasi, sprain strain, sindroma kompartemen.KONSEP DASAR FRAKTURDefinisiFraktur adalah retaknya tulang biasanya disertai dengan cidera di jaringan sekitarnya Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner and Suddarth, 2006).Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai tipe dan luasnya (Sapto Harwono dan Fitri H. Susanto, 2007)Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Arief Mansjer, 2006).EtiologiSebagian besar patah tulang disebabkan oleh cidera seperti kecelakaan mobil, olahraga atau karena jatuh. Fraktur terjadi jika tenaga yang melawan tulang lebih besar dari kekuatan tulang pukulan langsung, kekuatan yang berlawanan, gerakan pemuntiran tiba-tiba dan kontraktur otot yang berlebih.Penyebab dari fraktur (Arief Mansjoer, 2006), sebagai berikut:Benturan dan cidera atau trauma (jatuh pada kecelakaan)Kelemahan tulang akibat osteoporosis (pada orang tua), penderita kanker atau infeksi yang disebut fraktur patologis.Faktor stress/ fatigue fraktur akibat peningkatan drastis latihan pada seorang atlit atau pada permulaan aktivitas fisik baru sehingga kekuatan otot meningkat secara lebih dibandingkan kekuatan tulang.Klasifikasi1. Fraktur komplit/tidak komplitFraktur komplitBila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui konteks tulang.Fraktur tidak komplit (incomplit)Bila garis tidak melalui seluruh penampang tulang, seperti:Buckle fraktur (torus fraktur) bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi spongiosa di bawahnya, biasanya pada distal radius anak.Greenstick fraktur : mengenai satu koreks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang anak. 2. Bentuk garis patahFraktur tranversal : fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang anak. Fraktur oblique : fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur spiral : patah tulang melingkari tulang (trauma rotasi) Fraktur kompresi : terjadi bila dua tulang menumpuk tulang ketiga yang berada diantaranya.Fraktur evolusi : garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya. 3. Jumlah garis patah Fraktur kominutif: garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.Fraktur segmental: garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan.Fraktur multiple: garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya. 4. Bergeser/tidak bergeserFraktur undisplaced (tidak bergeser)Tulang patah, posisi pada tempatnya yang normal, periosteumnya masih utuh.Fraktur displaced (bergeser)Terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang disebut juga lokasi fragmen, terbagi:Dislokasi ad longitudinal cam contraktinum (pergerakan searah sumbu dan overplapping)Dislokasi ad exim (pergeseran yang membentuk sudut)Dislokasi ad latas (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauhi)5. Fraktur tertutup/terbukaFraktur tertutupBila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.Fraktur terbukaBila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.Fraktur terbuka dibagi atas tiga derajat (menurut R. Gastillo), yaitu:Derajat I : Luka kurang dari 1 cmKerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk fraktur sederahana, tranversal oblik.Kontaminasi minimalDerajat II: Laserasi kurang 1 cmKerusakan jaringan lunak tidak luas Fraktur kominutif sedang, kontaminasi luas Derajat III: Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas (kulit, otot neurovaskuler) dan kontaminasi derajat tinggi.Terbagi atas:Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat lacerasi luas atau fraktur segmental yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar/kontaminasi masifLuka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat jaringan lunak.Tanda dan gejala (Brunner dan Suddarth, 2005).NyeriDeformitas tulang (perubahan struktur atau bentuk yang tidak sesuai dengan anatomisnya)Pemendekan tulangKrepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnyaPembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.Pergerakan abnormalKurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan syaraf, dimana syaraf ini dapat terjepit atau terputus oleh fragmen tulang.Spasme otot karena kontraksi involunter di sekitar fraktur PatofisiologiFraktur bisa disebabkan karena trauma maupun karena suatu penyakit, misalnya hipoglikemia dan osteoporosis. Trauma yang terjadi pada tulang dapat menyebabkan fraktur dan akan mengakibatkan seseorang memiliki keterbatasan gerak, ketidakseimbangan dan nyeri pergerakan jaringan lunak yang terdapat disekitar fraktur. Misalnya pembuluh darah, saraf dan otot serta organ lainnya yang berdekatan dapat dirusak. Pada waktu trauma ataupun karena mencuatnya tulang yang patah. Apabila kulit sampai robek, menjadikan luka terbuka dan akan menyebabkan potensial infeksi.Tulang memiliki banyak pembuluh darah kedalam jaringan lunak atau luka yang terbuka, luka dan keluarga darah tersebut dapat mempercepat pertumbuhan bakteri.Pada osteoporosis secara tidak langsung mengalami penurunan kadar kalsium dalam tulang, dengan berkurangnya kadar kalsium dalam tulang lama-kelamaan menjadi rapuh, sehingga hanya trauma yang minimal saja atau tanpa trauma sedikitpun akan mengakibatkan terputusnya kontinuitas tulang yang disebut fraktur. Tingkatan pertumbuhan tulang.Hepatoma formotion (pembentukan hematom) Karena pembuluh darah cidera maka terjadi perdarahan pada daerah fraktur dan ke dalam jaringan di sekitar tulang tersebut. Reaksi peradangan hebat timbul setelah fraktur, sel-sel darah putih dan sel mast, terakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke tempat tersebut. Darah menumpuk dan mengeratkan ujung-ujung tulang yang patah dan fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai.Firbin mesk work (pembentukan fibrin)Hematoma menjadi terorganisir karena fibroblast masuk lokasi cidera, membentuk fibrin. Fibrin mesk work (gumpalan fibrin) dan berfungsi sebagai jala untuk melekatkan sel-sel baru.Invasi osteoblastOsteoblast masuk ke daerah fibrosis untuk mempertahankan penyambungan tulang dan merangsang pembentukan tulang baru imatur (callus) pembuluh darah berkembang mengalirkan nutrisi untuk membentuk collagen, untaian collagen terus disatukan dengan kalsium.Callus formation (pembentukan kalus)Osteoblast terus membuat jalan untuk membangun tulangOsteoblast merusakkan tulang mati dan membantu mensitesa tulang baru.Collagen menjadi kuat dan terus menyatu dengan deposit calcium.RemodellingBekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru secara perlahan akan berubah membentuk tulang sejati. Tulang sejati menggantikan callus dan secara perlahan mengalami kalsifikasi. Penyembuhan memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan. Penyembuhan dapat terganggu atau terlambat apabila hematom fraktur atau callus rusak sebelum tulang sejati terbentuk atau apabila sel-sel tulang baru rusak selama proses kalsifikasi dan pengerasan (Arief Mansjoer, 2000).G. Komplikasi Komplikasi akibat frakturSindroma kompartemenPenyebab dari sindroma kompartemen adalah:Penurunan ukuran kompartemen otot karena fascia yang membungkus otot terlalu ketat atau gips atau balutan yang menjerat.Peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misal: iskemia, cidera remuk)Sindrom ini biasanya menyerang pada tulang panjang, kehilangan fungsi permanen dapat terjadi bila keadaan ini berlangsung lebih dari enam sampai delapan jam dan terjadi iskemia dan neurosis mioneura (otot dan saraf) Emboli lemakPada saat fraktur globula lemak dapat masuk ke dalam darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena ketekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stress pasien memobilisasikan asam lemak dalam darah. Globula lemak akan bergantung dengan trombosit membentuk emboli yang kemudian menyumbat pembuluh darah kecil. Gambaran khasnya berupa hiperpireksia, tachipnea, rachicardi, pireksia.Tromboembolic clompicationTerjadi pada individu yang mobil pada waktu lama.InfeksiPaling sering pada fraktur terbuka dan dapat disebabkan melalui logam bidai.Cedera vaskuler dan syarafKedua organ ini dapat cidera akibat ujang patahan tulang yang panjang Komplikasi penatalaksanaan frakturMal union: tidak sempurnanya penyembuhan tulang akibat kedudukan tulang atau penatalaksanannya kurang baik.Delayed union: keterlambatan pada proses penyembuhanNon union: dimana proses penyembuhan fragmen-fragmen tulang tidak menyambung dan diantara fragmen-fragmen tersebut tidak diisi oleh sel-sel fibrotik.Kekuatan yang dapat terjadi pada sendi dan otot sehingga menimbulkan aktivitas gerak yang tidak normal.Osteomyelitis dan arthritis yang dapat disebabkan oleh bakteri spesifik H. Prosedur DiagnostikPemeriksaan laboratoriumHb, Hct sedikit rendah disebabkan perdarahanLED meningkat bila kerusakan jaringan lemak sangat luasPeningkatan jumlah leukosit adalah respon stress normal setelah trauma.Pemeriksaan penunjangSinar X untuk melihat gambaran fraktur diformitasCT scan memperlihatkan fraktur atau mendeteksi struktur frakturVenogram menggambarkan arus vaskularisasiRadiograf untuk menentukan integritas tulangAntroskopi untuk mendeteksi keterlibatan sendiAngiografi bila dikaitkan dengan cidera pembuluh darahI. Penatalaksanaan (Barbara Engram, 2008)Fraktur biasanya menyertai trauma, untuk itu penting melakukan pemeriksaan airway, breathing, circulation, tanda-tanda syok.Intervensi terapeutikPenatalaksanaan kedaruratan meliputiPembedahan fraktur diatas dan dibawah SIS cenderung sebelum memindahkan pasien. Pembebatan/pembidaian mencegah nyeri dan luka yang lebih jauh dan mengurangi komplikasi.Memberikan kompres dingin untuk mencegah perdarahan, edema dan nyeri.Meninggikan tungkai untuk menurunkan edema dan nyeri Kontrol perdarahan dan memberikan penggantian cairan.Pemasangan traksiPemasangan gipsIntervensi farmakologisAnestesia lokal, analgesic narkotik, relakstan otot diberikan untuk membantu pasien selama prosedur reduksi tertutup.J. Asuhan KeperawatanPengkajianRiwayat keperawatanTentukan data biografi riwayat terjadinya trauma, jenis trauma berat / ringan traumaObat yang sering digunakanKebiasaan minum-minuman keras NutrisiHobby atau pekerjaanPemeriksaan FisikKaji seluruh sistem tubuh yang besar, kepala, dada, abdomen inspeksi perubahan bentuk tulang, lokasi, fraktur, gerakan pasienIntegritas kulit (lacerasi kulit, keutuhan, perubahan warna, perdarahan, pembengkakan lokal)Nyeri berat dan tiba-tiba saat cidera, spasme (kram otot)NeurosensasiDiagnosa keperawatan pre operasiNyeri akut b.d agen injury fisik Definisi:Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (asosiasi studi nyeri internasional) serangan mendadak atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat yang dapat diantisipasi atau diprediksi durasi kurang dari 6 bulan.NOC : Klien mampu mentoleransi level nyerinya setelah dilakukan tindakan keperawatan.Kriteria Hasil :IndikatorSelaluSeringKadang-kadangJarangTidak pernahMelaporkan nyeriMempengaruhi kondisi tubuh Frekuensi nyeriLamanya episode nyeri Ekpresi wajah nyeriMelindungi bagian tubuh yang nyeriMenunjukkan tekanan ototPerubahan RRPerubahan HRPerubahan TDPerubahan ukuran pupilBekeringat saat nyeri 111111111111222222222222333333333333444444444444555555555555NIC : Kaji ulang nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, skala nyeri dan faktor pencetus.Observasi TTVBeri posisi yang nyaman pada klienObservasi respon verbal dan nonverbal tentang ketidaknyamanan.Ajarkan penggunaan kontrol nyeri saat nyeri berlangsung.Berikan penjelasan tentang penyebab nyeri. Laksanakan pemberian terapi analgesic sesuai program dokter.Gangguan pola tidur ybd. posisiDefinisi : keterbatasan waktu tidur (alami, dalam periode singkat yang secara relatifsadar) meliputi jumlah dan kualitas.NOC : Kebutuhan tidur klien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan Kriteria Hasil :IndikatorTidak pernahJarangKadang- KadangSeringSelaluJumlah jam tidur cukupObservasi jam tidur cukup Pola tidur teratur Kualitas tidur nyenyakEfisiensi waktu tidur Tidak mengalami gangguan tidurMenunjukkan tidur yang rutin Perasaan segar setelah bangun tidurTidur pengganti di siang hariTidak terjaga beberapa waktu11111111112222222222333333333344444444445555555555NIC :Kaji ulang pola tidur dan penyebab tak bisa tidur Observasi jumlah jam tidur di RS dan di rumahAnjurkan klien untuk rileks selama memulai aktivitas tidur.Berikan lingkungan yang nyaman agar klien bisa tidur (pencahayaan remang-remang, kurangi kebisingan)Anjurkan untuk meningkatkan jumlah jam tidur Berikan kenyamanan tidur (meliputi posisi, pendekatan afektive) Monitor adanya kelelahan, stress, dan kesakitan Laksanakan program terapi analgesic sesuai proram dokter.Resiko infeksi ybd. kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan, prosedur infasif.Definisi: peningkatan resiko masuknya organisme pathogen.NOC :Resiko infeksi pada klien dapat diminimalkan setelah dilakukan kriteria keperawatan Kriteria Hasil :IndikatorSelaluSeringKadang-kadangJarangTidak pernahMenunjukkan bentuk penularan Menunjukkan faktor penyebab penularan Menunjukkan penularan Menunjukkan tanda dan gejala Menunjukkan peningkatan aktivitas resisten Menunjukkan infeksi Menunjukkan infeksi penambahan 1111111222222233 3333344 444445555555NIC :Observasi TTVObservasi tanda dan gejala infeksi baik lokal dan sistematikJaga balutan luka tetap kering dan bersihJelaskan pada klien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksiAnjurkan untuk makan makanan yang tinggi proteinPertahankan teknik aseptik dan minimalkan jumlah penyebab infeksi Inspeksi kulit (meliputi kemerahan, rasa panas, drainase kulit)Laksanakan pemberian terapi antibiotic sesuai program.Intoleransi aktivitas ybd kelemahan dan kelelahanDefinisi: Ketidak cukupan energi secara fisiologis maupun psikologis untuk meneruskan atau menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktifitas sehari-hari.NOC :Aktivitas klien meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatanKriteria Hasil :IndikatorTergantungMemerlukan bantuan orang lainMemerlukan pengawasan Mandiri dengan menggunakan alatMandiri - Makan 12345- Mandi12345- Toileting12345- Berpakaian12345- Berhias 12345NOC :Kaji ulang kemampuan aktivitas klien dalam memenuhi ADLObservasi kemampuan ADL setiap hariBantu dalam ADL klien sesuai kemampuan klien, anjurkan untuk melakukan ADL sendiriLibatkan keluarga untuk membantu klien dalam pemenuhan ADLLaksanakan program dokter untuk pemberian vitaminDiagnosa keperawatan post operasi Nyeri akut ybd agen injury mekanikDefinisi:Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (asosiasi studi nyeri internasional) serangan mendadak atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat yang dapat diantisipasi atau diprediksi durasi kurang dari 6 bulan.NOC : Klien mampu mentoleransi level nyerinya setelah dilakukan tindakan keperawatan.Kriteria Hasil :IndikatorSelaluSeringKadang-kadangJarangTidak pernahMelaporkan nyeriMempengaruhi kondisi tubuh Frekuensi nyeriLamanya episode nyeri Ekpresi wajah nyeriMelindungi bagian tubuh yang nyeriMenunjukkan tekanan ototPerubahan RRPerubahan HRPerubahan TDPerubahan ukuran pupilBekeringat saat nyeri111111111111222222222222333333333333444444444444555555555555NIC : Kaji ulang nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, skala nyeri dan faktor pencetus.Observasi TTVBeri posisi yang nyaman pada klienObservasi respon verbal dan nonverbal tentang ketidaknyamanan.Ajarkan penggunaan kontrol nyeri saat nyeri berlangsung.Berikan penjelasan tentang penyebab nyeri. Laksanakan pemberian terapi analgesic sesuai program dokter.Kerusakan mobilitas fisik ybd. kerusakan muskuloskelektalDefinisi: keterbatasan dalam kebebasan untuk pergerakan fisik tertentu pada bagian tubuh atau satu atau lebih ekstremitas.NOC : Tingkat mobilitas fisik maksimal setelah dilakukan tindakan keperawatan.Kriteria Hasil :IndikatorTergantungMemerlukan bantuan orang-lain Memerlukan pengawasan Mandiri jrg bantuan orang lainMandiri Keseimbangan saat berdiriPosisi tubuh saat berdiri Pergerakan otot Pergantian posisi Ambulasi berjalanAmbulasi penggunaan alat bantu jalan 111111222222333333444444555555NIC :Observasi tingkat pergerakan klienBantu klien dalam melakukan pergerakan, latih gerak aktif pasif pada anggota tubuh klien yang sakit.Anjurkan penggunaan teknik mengontrol nyeri sebelum dan sesudah memulai latihan.Jadwalkan latihan rutin pada klien.Latih dan observasi penggunaan alat bantu jalan.Kolaborasi dengan fisioterapi untuk latihan pada kaki klien yang sakit.Resiko infeksi ybd. kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan, prosedur invasif.Definisi: peningkatan resiko masuknya organisme pathogen.NOC :Resiko infeksi pada klien dapat diminimalkan setelah dilakukan kriteria keperawatan Kriteria Hasil :IndikatorSelaluSeringKadang-kadangJarangTidak pernahMenunjukkan bentuk penularan Menunjukkan faktor penyebab penularan Menunjukkan penularan Menunjukkan tanda dan gejala Menunjukkan peningkatan aktivitas resisten Menunjukkan infeksi Menunjukkan infeksi penambahan 11111112222222333333344444445555555NIC :Observasi TTVObservasi tanda dan gejala infeksi baik lokal dan sistematikJaga balutan luka tetap kering dan bersihJelaskan pada klien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksiAnjurkan untuk makan makanan yang tinggi proteinLaksanakan pemberian terapi antibiotic sesuai program.Defisit perawatan diri: mandi toileting ybd. Gangguan muskuloskeletal.Definisi: gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas higine mandi, dan toileting secara mandiri.NOC : Klien mampu melakukan perawatan diri higine mandi toileting secara mandiri setelah dilakukan tindakan keperawatan Kriteria Hasil :IndikatorTergantungPerlu bantuan orang lain Memerlukan pengawasan Mandiri dg bantuan orang lain Mandiri Dapat pergi ke kamar mandi sendiri 12345Mendapat suplay mandi 12345Memperoleh air 12345Mematikan air 12345Mengatur temperatur air12345Mengatur aliran air12345Mandi di bak mandi 12345Menggosok gigi 12345Membasuh muka dan badan 12345Mengeringkan tubuh 12345Dapat pergi ke toilet sendiri 12345dapat melepaskan pakaian sendiri 12345membersihkan alat kelamin sendiri 12345Dapat memakai kembali pakaian dalam sendiri12345NIC :Observasi tingkat nyeri yang menyebabkan defisit perawatan diriObservasi ADL higine mandi, teoileting dan kemampuan klien merawat diri.Bantu perawatan diri klien selama klien belum mampu mandiri.Berikan privasi saat mandi ataupun toileting.Bantu klien menggunakan alat bantu toileting ataupun ke kamar mandi.Ajarkan untuk mencoba melakukan perawatan diri, misal: mengusap muka, mengeringkan badan, membasuh badan sesuai kemampuan.Anjurkan untuk rutin toileting dengan waktu yang sama.Libatkan keluarga dalam membantu perawatan diri klien.KONSEP DASARDISLOKASIA. PENGERTIANDislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.B. KLASIFIKASI DISLOKASIDislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :1. Dislokasi congenital :Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.2. Dislokasi patologik :Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.3. Dislokasi traumatic :Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :1) Dislokasi AkutUmumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi.2) Dislokasi Kronik3) Dislokasi BerulangJika suatu trauma Dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral joint.Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.C. ETIOLOGIDislokasi disebabkan oleh :1. Cedera olah ragaOlah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah ragaBenturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.3. TerjatuhTerjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin4. Patologis : terjadinya tearligament dan kapsul articuler yang merupakankompenen vital penghubung tulangD. PATOFISIOLOGIPenyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi dengan cara dibidai.E. Klasifikasi a.Dislokasi congenital terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.b.Dislokasi patologik akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi.c.Dislokasi traumatic kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami pengerasan).F. MANIFESTASI KLINIS1. Nyeri terasa hebat 2. Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya3. segan menerima pemeriksaan apa saja4. Garis gambar lateral bahu dapat rata 5. kalau pasien tak terlalu berotot suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula.G. Pemeriksaan Fisik1. Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami dislokasi.2. Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami dislokasi.3. Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi.4. Tampak adanya lebam pad dislokasi sendi.H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKDengan cara pemeriksaan Sinar X ( pemeriksaan X-Rays ) pada bagian anteroposterior akan memperlihatkan bayangan yang tumpah-tindih antara kaput humerus dan fossa Glenoid, Kaput biasanya terletak di bawah dan medial terhadap terhadap mangkuk sendi.I. KOMPLIKASIDini1) Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut2) Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak3) Fraktur dislokasiKomplikasi lanjut1) Kekakuan sendi bahu: Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi2) Dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid3) Kelemahan ototJ. PENATALAKSANAAN1) Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika dislokasi berat.2) Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga sendi.3) Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil.4) Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X sehari yang berguna untuk mengembalikan kisaran sendi5) Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan.K. KONSEP ASUHAN KEPERAWATANPENGKAJIAN1) Identitas dan keluhan utama2) Riwayat penyakit lalu3) Riwayat penyakit sekarang4) Riwayat masa pertumbuhan5) Pemeriksaan fisik terutama masalah persendian : nyeri, deformitas, fungsiolesa misalnya: bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi anterior bahu.DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan discontinuitas jaringan2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas dan nyeri saat mobilisasi3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyaki4. Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas dan perubahan bentuk tubuh.INTERVENSIDx 11. Kaji skala nyeri2. Berikan posisi relaks pada pasien3. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi4. Kolaborasi pemberian analgesicDx 21. Kaji tingkat mobilisasi pasien2. Berikan latihan ROM3. Anjurkan penggunaan alat Bantu jika diperlukanDx. 31. Bantu Px mengungkapkan rasa cemas atau takutnya2. Kaji pengetahuan Px tentangh prosedur yang akan dijalaninya.3. Berikan informasi yang benar tentang prosedur yang akan dijalani pasienDx 41. Kaji konsep diri pasien2. Kembangkan BHSP dengan pasien3. Bantu pasien mengungkapkan masalahnyaKONSEP DASARSPRAIN STRAINA. Anatomi FisiologiLigamen adalah jaringan ikat yang berbentuk pita mempertemukan kedua ujung tulang pada sendi. Ligamen membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi. Beberapa tipe ligamen : a.Ligamen Tipis Ligamen pembungkus tulang dan kartilago. Merupakan ligament kolateral yang ada di siku dan lutut. Ligamen ini memungkinkan terjadinya pergerakan. b. Ligamen jaringan elastik kuning.Merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan yang membungkus dan memperkuat sendi, seperti pada tulang bahu dengan tulang lengan atas.Ligamen berfungsi untuk menyangga dan menguatkan sendi.Sendi adalah tempat dua tulang atau lebih yang saling berhubungan, dapat terjadi pergerakan atau tidak (Drs.H.Syaifuddin,AMK dalam anatomi fisiologi edisi 4 hal 112).Sendi adalah semua persambungan tulang, baik yang memungkinkan tulang-tulang tersebut dapat bergerak satu sama lain (Noer S.,1996).Sendi adalah hubungan antara dua tulang yang memungkinkan pergerakan (Smeltzer,2002).Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang (Price,1995).Sendi adalah hubungan atau pertemuan dua buah tulang atau lebih yang memungkinkan pergerakan satu sama lain maupun yang tidak dapat bergerak satu sama lain (Lukman Nurna Ningsih dalam askep musculoskeletal hal 5).B. Klasifikasi1. Menurut permukaannyaa) Sendi pelana. Sendi ini permukaannya hamper datar yang memungkinkan tulang saling bergeserb) Sendi engsel. Mirip engsel pintu sehingga memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensic) Sendi kondiloid. Permukaan sendi berbentuk konveks yang nyata dan bersendi dengan permukaan yang konkaf, seperti sendi engsel tapi bergerak dengan 2 bidang dan 4 arahd) Sendi ellipsoid. Permukaan sendi berbentuk konveks elipse) Sendi peluru. Kepala sendi berbentuk bola, pada salah satu tulang cocok dengan lekuk sendi yang berbentuk seperti soket.f) Sendi pasak. Pada sendi ini terdapat pasak dikelilingi cincin ligamentum bertulang.g) Sendi pelanan. Berbentuk pelanan kuda, dapat melakukan gerakan yang dapat memberikan banyak kebebasan untuk bergerak.2. Menurut pergerakannyaa) Sendi fibrus (sinartrosis) adalah sendi yang tidak bergerak sama sekali.b) Sendi amfiartrosis adalah suatu sendi pergerakannya sedikit sekali karena komponen sendi tidak cukup dan permukaan dilapisi oleh bahan yang memungkinkan pergerakan sendi sedikit.c) Sendi diartrosis (sendi synovial) adalah sendi dengan pergerakan bebas.3. Menurut tempatnyaPersendian tungkai bawah. Persendian antara tibia dan fibula :a) Artikulasio tibia-fibula proksimal yaitu sendi yang terdapat antara fascies artikularis kapitulum fibula ossis pada kondilus dengan fascies artikularis fibularis ossis pada kondilus tibia, ikat sendi ligamentum tibia fibularis proksimal.b) Sindesmosis tibia fibularis yaitu persendian fascies artikularis tibia ossis fibulae dan insisura fibularis ossis tibialis.c) Hubungan antara Krista interosea fibula dan trista interosea tibia, terbentang melalui membrane interrosa kruris yang terbentang dari proksimalis dibawah kolum fibulae ke distal sampai batas 1/3 distal os tibia dan fibula. Arah serabut membrane unterosa kruris dari medial atas ostibia kerateral bawah menuju os fibula. C. PengertianSprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau memutar.(Brunner & Suddarth. 2001. KMB. Edisi 8. Vol3.hal 2355. Jakarta:EGC)Sprain adalah trauma pada ligamentum, struktur fibrosa yang memberikan stabilitas sendi, akibat tenaga yang diberikan ke sendi dalam bidang abnormal atau tenaga berlebihan dalam bidang gerakan sendi.(Sabiston.1994.Buku Ajar Bedah. Bagian 2. Hal 370. Jakarta:EGC)Sprain merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen penyangga yang mengelilingi sebuah sendi.(Kowalak, Jenifer P. 2011. Patofisiologi. Hal 438. Jakarta:EGC)Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sprain adalah cedera struktural ligamen akibat tenaga yang di berikan ke sendi abnormal, yang juga merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen.Pengertian Strain1. Strain adalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan,peregangan berlebihan,atau stress yang berlebihan.2. Strain adalah robekan mikroskopis tidak komplit dengan perdarahan ke dalam jaringan.(Smeltzer Suzame, KMB Brunner dan Suddarth)3. Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada struktur muskulotendinous (otot atau tendon).Strain akut pada struktur muskulotendious terjadi pada persambungan antara otot dan tendon. Tipe cedera ini sering terlihat pada pelari yang mengalami strain pada hamstringnya.Beberapa kali cedera terjadi secara mendadak ketika pelari dalam melangkahi penuh.D. Klasifikasi( Marilynn. J & Lee. J. 2011. Seri Panduan Praktis Keperawatan Klinis. Hal 124. Jakarta : Erlangga)a. Sprain derajat I (kerusakan minimal)Nyeri tanpa pembengkakan, tidak ada memar, kisaran pembengkakan aktif dan pasif, menimbulkan nyeri, prognosis baik tanpa adanya kemungkinan instabilitas atau gangguan fungsi.b. Sprain derajat II (kerusakan sedang)Pembengkakan sedang dan memar, sangat nyeri, dengan nyeri tekan yang lebih menyebar dibandingkan derajat I. Kisaran pergerakan sangat nyeri dan tertahan, sendi mungkin tidak stabil, dan mungkin menimbulkan gangguan fungsi.c. Sprain derajat III (kerusakan kompit pada ligamen)Pembengkakan hebat dan memar, instabilitas stuktural dengan peningkatan kirasan gerak yang abnormal (akibat putusnya ligamen), nyeri pada kisaran pergerakan pasif mungkin kurang dibandingkan derajat yang lebihh rendah (serabut saraf sudah benar-benar rusak). Hilangnya fungsi yang signifikan yang mungkin membutuhkan pembedahan untuk mengembalikan fungsinya.E. Etiologi(Kowalak, Jenifer P. 2011. Patofisiologi. Hal 438. Jakarta:EGC)Penyebab sprain meliputi :Tekanan ekternal berlebih : pemuntiran mendadak dengan tenaga yang lebih kuat daripada kekuatan ligamen dengan menimbulkan gerakan sendi di luar kisaran gerak (RPS) normal seperti terglincir saat berlari atau melompat sehingga terjadi sprain.E. PatofisiologiAdanya tekanan eksternal yang berlebih menyebabkan suatu masalah yang disebut dengan sprain yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami kerusakan serabut dari rusaknya serabut yang ringan maupun total ligamen akan mengalami robek dan ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat pembuluh darah akan terputus dan terjadilah edema ; sendi mengalami nyeri dan gerakan sendi terasa sangat nyeri. Derajat disabilitas dan nyeri terus meningkat selama 2 sampai 3 jam setelah cedera akibat membengkaan dan pendarahan yang terjadi maka menimbulkan masalah yang disebut dengan sprain.F. Manifestasi KlinisTanda dan gejala mungkin timbul karena sprain meliputi :a. Nyeri lokal (khususnya pada saat menggerakkan sendi)b. Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasic. Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri (yang baru terjadi beberapa jam setelah cedera)d. Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah ke dalam jaringan sekitarnya.G. KomplikasiKomplikasi yang mungkin terjadi pada kondisi ini meliputi:a. Dislokasi berulang akibat ligamen yang ruptur tersebut tidak sembuh dengan sempurna sehingga diperlukan pembedahan untuk memperbaikinya (kadang-kadang).b. Gangguan fungsi ligamen (jika terjadi tarikan otot yang kuat sebelum sembuh dan tarikan tersebut menyebabkan regangan pada ligamen yang ruptur, maka ligamen ini dapat sembuh dengan bentuk memanjang, yang disertai pembentukan jaringan parut secara berlebihan).H. Pemeriksaan Penunjang1. Foto rontgen/ radiologi.yaitu pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk membantu menegakkan diagnosa.Hasil pemeriksaan di temukan kerusakan pada ligamen dan sendi.2. MRI ( Magnetic Resonance Imaging)Yaitu pemeriksaan dengan menggunakan gelombang magnet dan gelombang frekuensi radio, tanpa menggunakan sinar x atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh gambaran tubuh yang lebih detail. I. Penatalaksanaana. Penatalaksanaan medis1) Imobilisasi1. Penggunaan gips2. Elastis2) Farmakologi1. AnalgetikAnalgetik biasanya digunakan untuk klien yang mengalami nyeri. Berikut contoh obat analgetik : Aspirin:Kandungan : Asetosal 500mg ; Indikasi : nyeri otot ; Dosis dewasa 1tablet atau 3tablet perhari,anak > 5tahun setengah sampai 1tablet,maksimum 1 sampai 3tablet perhari. Bimastan :Kandungan : Asam Mefenamat 250mg perkapsul, 500mg perkaplet ; Indikasi : nyeri persendian, nyeri otot ; Kontra indikasi : hipersensitif, tungkak lambung, asma, dan ginjal ; efeksamping : mual muntah, agranulositosis, aeukopenia ; Dosis: dewasa awal 500mg lalu 250mg tiap 6jam. Analsik :Kandungan : Metampiron 500mg, Diazepam 2mg ; Indikasi : nyeri otot dan sendi ; Kontra indikasi : hipersensitif ; Efek samping : agranulositosis ; Dosis : sesudah makan (dewasa 3xsehari 1 kaplet, anak 3xsehari 1/2kaplet).3) Pemberian kodein atau obat analgetik lain (jika cedera berat)4) Pemasangan pembalut elastis atau gips, atau jika keseleo berat, pemasangan gips lunak atau bidai untuk imobilisasi sendi5) Pembedahan yang segera dilakukan untuk mempercepat kesembuhan, termasuk penjahitan kedua ujung potongan ligamen agar keduanya saling merapat (pada sebagia altet).b. Penatalaksanaan keperawatan1) Imobilisasi sendi yang cedera untuk mempercepat penyembuhan2) Elevasi sendi di atas ketinggian jantung selama 48 hingga 72 jam (yang segera dilakukan sesudah cedera)3) Penggunaan kruk dan pelatihan cara berjalan (pada keseleo pergelangan kaki)4) Kompres es secara intermiten selama 12 hingga 48 jam untuk mengendalikan pembengkakan (letakkan handuk kecil diantara kantung es dan kulit untuk mencegah cedera karena hawa dingin).J. Pencegahan1. Saat melakukan aktivitas olahraga memakai peralatan yang sesuai seperti sepatu yang sesuai, misalnya sepatu yang bisa melindungi pergelangan kaki selama aktivitas.2. Selalu melakukan pemanasan atau stretching sebelum melakukan aktivitas atletik, serta latihan yang tidak berlebihan.3. Cedera olahraga terutama dapat dicegah dengan pemanasan dan pemakaian perlengkapan olahraga yang sesuai.K. Asuhan Keperawatan2.2.1 Pengkajian1. Keluhan utamaKeluhan utama adalah nyeri.2. Riwayat Kesehatana. Riwayat Penyakit SekarangDikarenakan nyeri merupakan pengalaman interpersonal, perawat harus menanyakannya secara langsung kepada pasien dengan teknik P, Q, R, S, T.Provoking (penyebab) :apa yang menimbulkan nyeri (aktivitas, spontan, stress setelah makan dll)?Quality (kualitas) :apakah tumpul, tajam, tertekan, dalam, permukaan dll?Apakah pernah merasakan nyeri seperti itu sebelumnya?Region (daerah) :dimana letak nyeri?Severity (intensitas) :jelaskan skala nyeri dan frekuensi, apakah di sertai dengan gejala seperti (mual, muntah, pusing, diaphoresis, pucat, nafas pendek, sesak, tanda vital yang abnormal dll)?Timing (waktu) : kapan mulai nyeri? Bagaimana lamanya? Tiba-tiba atau bertahap? Apakah mulai setelah anda makan? Frekuensi?b. Riwayat Penyakit Dahulu1) Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau mengalami trauma pada muskuloskeletal lainnya?c. Riwayat Penyakit Keluarga1) Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini?3. Data Bio-Psiko-Sosial-Spirituala. Data Biologis1) Gerak dan AktivitasKaji kemampuan aktifitas dan mobilitas kehidupan klien sehari-hari.2) Kebersihan DiriKaji apakah ada kesulitan dalam memelihara dirinya.b. Data Psikologis1) Rasa AmanKaji kemampuan pasien dalam melakukan keamanan dan pencegahan pada saat melaksanakan akitivitas hidup sehari-hari, termasuk faktor lingkungan, faktor sensori, serta faktor psikososial.2) Rasa NyamanKaji apakah pasien mengalami mual dan nyeri (PQRST).c. Data Sosial1) SosialMelalui komunikasi antar perawat, pasien, dan keluarga dapat dikaji mengenai pola komunikasi dan interaksi sosial pasien dengan cara mengidentifikasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi.2) PrestasiKaji tentang latar belakang pendidikan pasien.3) Bermain dan RekreasiKaji kemampuan aktifitas rekreasi dan relaksasi (jenis kegiatan dan frekuensinya)4) BelajarKaji apakah pasien sudah mengerti tentang penyakitnya dan tindakan pengobatan yang akan dilakukan. Kaji bagaimana cara klien mempelajari sesuatu yang baru.d. Data Spiritual1) IbadahKaji bagaimana klien memenuhi kebutuhan spiritualnya sebelum dan ketika sakit.4. Pemeriksaan Fisika. Inspeksi :1) Kelemahan2) Edema3) Ketidakstabilan fungsi ligamenb. Palpasi :Mati rasa2.3.2 Diagnosa Keperawatan1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, ligamen atau tendon2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidakmampuan3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan dalam melaksanakan akitivitas4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.2.3.3 Intervensi KeperawatanNursing Care Plan Pasien SprainNIC NOC hal.530)DiagnosaKeperawatanTujuan dan Kriteria HasilRencana TindakanRasionalNyeri akut berhubungan dengan spasme otot, ligamen atau tendon.DS :pasien mengeluh nyeri, pasien mengatakan nyerinya seperti di tusuk-tusuk, pasien mengatakan nyeri bertambah apabila kakinya digerakkan.DO :pasien tampak kesakitan, pasien tampak merintih, skala nyeri 4 dari 10 skala nyeri yang diberikan, TD= 90/60 mmHg.Setelah diberikan asuhan keperawatan selamax24 jam, diharapkan nyeri pasien berkurang dengan kiteria hasil :1.Klien mengatakan nyeri berkurang2.Memperlihatkan pengendalian nyeri3.Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 2 dari 1-10 dari skala nyeri yang diberikan4.Pasien tidak tampak kesakitan dan meringis lagi5.TD = 110/70 120/80 mmHg6.Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan.1.Lakukan pengkajian nyeri yang komperhensif meliputi P,Q,R,S,T2.Tinggikan bagian yang sakit3.Lakukan perubahan posisi4.Lakukan kompres dingin/es selama 24-48 jam pertama dan sesuai indikasi5.Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif di masa lalu seperti distraksi dan relaksasi6.Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik1.Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan kebutuhan untuk keefektifan analgesic2.Menurunkan aliran balik vena, menurunkan edema dan rasa nyeri3.Untuk memperlancar sirkulasi darah khususnya pada area yang tertekan dan untuk menghindari terjadinya dekubitus4.Menurunkan udema / pembentukan hematoma, menurunkan sensasi nyeri5.Dengan teknik relaksasi dan teknik distraksi dapat mengalihkan perhatian pasien agar tidak terfokus pada nyeri sehingga nyeri bisa dirasakan berkurang6.Dalam pemberian analgetik impuls nyeri pasien berkurangDx 2 Gangguan Mobilitas Fisik (Nanda NIC NOC hal. 472)DiagnosaKeperawatanTujuan dan Kriteria HasilRencana TindakanRasionalGangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidakmampuan.DS :pasien mengatakan kakinya sulit digerakanDO :pasien tampak mengalami perubahan cara berjalan, pasien tampak kesulitan dalam membolak-balik posisi tubuhnya, pasien tampak berbaring di tempat tidur.Setelah diberikan asuhan keperawatan selama x24 ajm, diharapkan pasien dapat memperlihatkan mobilitas pergerakan sendi dan otot dengan kriteria hasil :1.Pasien mampu melakukan ROM aktif dan ambulasi dengan perlahan2.Berjalan dengan menggunakan langkah-langkah yang benar sejauh 2 m.1.Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan oleh cedera / pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap immobilisasi2.Instruksikan pasien / bantu dalam rentang gerak klien / aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tidak sakit3.Berikan lingkungan yang aman, misalnya ingin ke kamar mandi ataupun ingin duduk di bantu menggunakan pegangan tangan, penggunaan alat bantu moblilitas atau kursi roda penyelamat4.Ajarkan cara-cara yang benar dalam melakukan macam-macam mobilisasi sepertibody mechanicROM aktif dan ambulasi5.Kolaborasi dengan fisioterapi dalam penanganan traksi yang boleh digerakkan dan yang belum boleh digerakkan.1.Mengetahui persepsi diri pasien mengenai keterbatasan fisk aktual, mendapatkan informasi dan menentukan informasi dalam meningkatkan kemajuan kesehatan pasien2.Meningkatkan aliran darah ke ligamen dan ke tulang untuk mempertahankan gerak sendi3.Menghindari terjadinya cedera berulang.4.Agar pasien terhindar dari kerusakan kembali pada ekstremitas yang luka.5.Penanganan yang tepat dapat mempercepat waktu penyembuhan.Dx 3 Defisit Perawatan Diri (Nanda NIC NOC hal. 642)DiagnosaKeperawatanTujuan dan Kriteria HasilRencana TindakanRasionalDefisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan dalam melaksanakan aktivitas.DS : pasien mengatakan belum mandi sejak kemarin, pasien mengatakan badannya terasa lengket dan kulit kusam. Pasien mengatakan tidak bisa kekamar mandi.DO : pasien tampak kusam dan kotor, pasien tampak tidak mampu pergi ke kamar mandi.Setelah diberikan asuhan keperawatan selama x 24 jam diharapkan pasien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri dengan kriteria hasil :1.Pasien tampak bersih dan rapi.2.Pasien mengatakan badannya tidak lengket dan kulit tidak kusam lagi.3.Pasien tampak dapat melakukan perawatan gigi dan mulut.1.Kaji kebersihan tubuh dan mulut pasien.2.Bantu pasien dalam melakukan mandi dan hygiene oral sampai pasien benar-benar mampu melakukan perawatan diri.3.Ajarkan pasien/keluarga penggunaan metode alternatif untuk mandi dan hygiene oral.4.Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian sabun kesehatan yang baik sebelum mandi, anjurkan mandi menggunakan air hangat1.Untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien.2.Menjaga kebersihan pasien agar terhindar dari bakteri dan mikroorganisme dan menciptakan kemandirian pasien.3.Agar pasien dan keluarga mengerti tentang metode alternatif untuk mandi dan hygiene oral dan melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri.4.Pemberian sabun yang baik untuk kesehata mencegah kuman pada kulit pasien, air hangat dapat mendilatasi pembuluh darah.Dx 4 Kurang Pengetahuan (Nanda NIC NOC hal.440)DiagnosaKeperawatanTujuan dan Kriteria HasilRencana TindakanRasionalKurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.DS : pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya dan program pengobatan yang akan di lakukan.DO : pasien tampak menunjukkan perilaku yang tidak sesuai atau terlalu berlebihan seperti agitasi, pasien tampak tidak mengikuti instruksiyang di berikan secara akurat.Setelah diberikan asuhan keperawatan selama x 24 jam, diharapkan pasien akan mendapatkan pengetahuan mengenai penyakitnya dan mengetahui tentang program pengobatan dengan kriteria hasil:1.Pasien mengatakan mengerti dan memahami tentang penyakitnya dan program pengobatan yang akan di lakukan.2.Pasien tampak tidak menunjukkan perilaku yang tidak sesuai atau berlebihan seperti agitasi lagi, pasien tampak mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat.1.Kaji gaya belajar pasien2.Lakukan penilaian terhadap tingkat pengetahuan pasien saat ini dan pemahaman terhadap materi3.Berinteraksi dengan pasien dengan cara tidak menghakimi unutk memfasilitasi pembelajaran4.Beri penyuluhan sesuai tingkat pemahaman pasien, ulangi informasi bila diperlukan.5.Kolaborasi dengan dokter untuk memfasilitasi kemampuan pasien mengikuti program terapi.1.Untuk mempermudah cara penyampaian materi2.Mengetahui sebatas mana pengetahuan yang tidak diketahui pasien sehingga memudahkan untuk pemberian informasi3.Agar pasien lebih mengerti dan untuk mempermudah penyerapan informasi4.Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dalam penyembuhan atau dan mengurangi resiko komplikasi5.Pasien dapat mengikuti program terapi sesuai dengan kemampuannya.2.3.4 ImplementasiSesuai dengan intervensi.2.3.5 Evaluasi1. Dx 1a. Pasien mengatakan nyeri berkurangb. Memperlihatkan pengendalian nyeric. Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 2 dari 1-10 skala nyeri yang diberikand. Pasien tidak tampak kesakitan dan meringis lagie. TD = 110/70 120/80 mmHgf. Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan.2. Dx 2a. Pasien mampu melakukan ROM aktif dan ambulasi dengan perlahanb. Berjalan dengan menggunakan langkah-langkah yang benar sejauh 2 m.3. Dx 3a. Pasien tampak bersih dan rapib. Pasien mengatakan badannya tidak lengket dan kulit tidak kusam lagic. Pasien tampak dapat melakukan perawatan gigi dan mulut.4. Dx 4a. Pasien mengatakan mengerti dan memahami tentang penyakitnya dan program pengobatan yang akan dilakukanb. Pasien tampak tidak menunjukan perilaku yang tidak sesuai atau berlebihan seperti agitasi lagi, pasien tampak mengukti instruksi yang diberikan secara akurat.PENUTUP3.1 KesimpulanSprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau memutar (keseleo). Sprain terjadi karena adanya benturan dari benda tumpul atau benda tajam yang terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami robek dan ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Penyebab terjadinya sprain adalah pemuntiran mendadak dengan tenaga yang lebih kuat daripada kekuatan ligamen dengan menimbulkan gerakan sendi di luar kisaran gerak normal.3.2 SaranDengan diberikannya tugas ini penulis dapat lebih memahami dan mengerti tentang bagaimana penyakit sprain dan dapat melakukan perawatan yang baik dan tepat serta menegakkan asuhan keperawatan yang baik. Dengan adanya hasil tugas ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bacaan untuk menambah wawasan dari ilmu yang telah didapatkan dan lebih baik lagi dari sebelumnya.DATAR PUSTAKASmeler, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikat Bedah Brunner Dan Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC.Carpenito, Lynda Juall. 1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawtan : diagnosis NANDA, intrervensi NIC, kiteria hasil NOC. Jakarta : EGCKowalak, Jennifer P. 2011. Buka Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGChttp://www.scribd.com/doc/106915170/Makalah-Dislokasi-Sprain-StrainDAFTAR PUSTAKABrunner and Suddart, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi VII, Alih Bahasa Agung Waluyo, et.all. Jakarta: EGC, 2001.Ed Johnson Marion, Meridean Maas, Sele Moorhead. Nursing Outcomes Classification (NOC), Second Edition, Mosby, St Louis New York, 1996 Ed Mc Closkey, Joanne C Gloria M.Bulechek, Nursing Interventions Classification (NIC), Second Edition, Mosby, St Louis New York, 1996Engram, Berbara,. Recana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, Edisi II, Alih Bahsa Suharyati Samba, Jakarta: EGC, 1998.Harnowo, Sapto dan Fitri H. Susanto, Keperawatan Medikal Bedah, Surakarta, Widya Medika, 2001.Masnjoer, Arif, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid I, Jakarta: Media Aesculapius, 2000.Nanda, Diagnosis Keperawatan, 2002, Alih Bahasa Mahasiswa FSIK- BFK UGM Angkatan 2002.Syamsuhidayat, R dan Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II, Jakarta: EGC, 2005.www.medicastore.com.(18 Januari 2007/16.00 WIB).