Upload
singgih2008
View
645
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit jantung koroner menjadi penyebab kematian utama di
negara maju dan negara berkembang. Setiap tahun didapatkan lebih kurang
700.000 penderita infark miokard akut ( IMA ) baru dan 500.000 penderita
IMA recurrent di USA.Pada tahun 2004 terdapat 1.565.000 penderita yang
didiagnosa sebagai sindrom koroner akut ( SKA ) , 669.000 untuk Angina
Tidak Stabil ( ATS ) dan 896.000 untuk IMA . Umur rata rata serangan
jantung pertama kali adalah 65.8 tahun untuk laki-laki dan 70.4 tahun untuk
perempuan , dimana 43% penderita SKA adalah perempuan . Tahun 2006
penyakit jantung menjadi penyebab kematian nomor satu di USA dengan
jumlah 631.636 ( 26 % ) dari 10 penyakit terbanyak. Di Indonesia Pada tahun
2002 penyakit jantung iskemia menjadi penyebab kematian nomor satu
dengan jumlah penderita 220.000 ribu orang ( 14 % ). Pada tahun 2007
berdasar Riskesdas , penyakit jantung iskemia menempati urutan ketiga
sebagai penyebab kematian di indonesia ( 5,1 % ) . 1,4,8,
Morbiditas dan mortalitas tersebut dapat diturunkan antara lain
dengan diagnosis yang cepat dan akurat , sehingga terapi bisa segera
diberikan pada penderita IMA. Terapi trombolisis dan atau angioplasti koroner
segera pada pasien IMA terbukti menurunkan morbiditas dan
mortalitas.Terapi trombolisis dalam satu jam pertama setelah onset nyeri
menurunkan mortalitas sampai 90%, sedangkan pada 10 hingga 12 jam
penurunan mortalitasnya rendah. 2
Pada proses diagnosa IMA selain pemeriksaan klinis, dan EKG
diperlukan pemeriksaan petanda jantung yang handal sebagai penunjang
diagnosa SKA .Troponin I ( cTnI ) merupakan salah satu petanda jantung
pilihan pertama untuk diagnosa infark miokard akut (IMA ) . cTnI memiliki
sensitivitas dan spesifitas yang tidak tertandingi dalam mendeteksi nekrosis
miokard yang masih sangat kecil. Pemeriksaan petanda jantung adalah hal
penting karena banyak pasien salah didiagnosis sebagai IMA atau
sebaliknya, didiagnosis bukan IMA. Pada audit penderita yang MRS dengan
SKA dan dikonfirmasi dengan petanda jantung, didapatkan lebih kurang 5%
penderita IMA, tidak sengaja dipulangkan. Kondisi ini disebabkan karena
1
hanya sekitar 22% pasien IMA yang mempunyai tanda dan gejala yang
tipikal. Diagnosa IMA pada pasien tua biasanya sulit karena seringkali dengan
gejala yang minimal dan tidak khas. EKG kurang sensitif terhadap IMA,
karena sebagian besar pasien menderita IMA tanpa elevasi segmen ST.
Meskipun EKG relatif spesifik untuk IMA ,tetapi sensitifitasnya berkisar antara
43% - 65 %.2,3
Kehandalan diagnostik petanda jantung ditentukan olah kadarnya
yang tinggi pada miokard dan tidak didapatkan pada jaringan nonmiokard,
dilepaskan kedalam aliran darah dalam diagnostic time window , sebanding
dengan luasnya jejas miokard, reprodusibel yang baik, relatif murah , cepat ,
serta mudah dilakukan. Kriteria tersebut dimiliki oleh troponin I ( cTnI )
sehingga cTnI menjadi pilihan dalam evaluasi pasien dengan SKA untuk
diagnosis, stratifikasi resiko dan pemilihan terapi. 2,5, 8.
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai Troponin I
( cTnI ) sebagai petanda jantung serta strategi/algoritme pada Sindrom
Koroner Akut .
Pada tulisan ini akan dibahas tentang metode pemeriksaan kardiak
troponinn I, kegunaan klinis pemeriksaan kardiak troponin I, dan Algoritme
pemeriksaaan kardiak toponin I pada penderita sindrom koroner akut.
2
BAB II
BIOKIMIA TROPONIN I (cTnI )
Dinding jantung tersusun atas 3 lapisan yaitu epikardium ( lapisan
terluar ) , middle layer ( lapisan tengah ), dan endokardium (lapisan paling
dalam,) endokardium paling peka terhadap iskemia karena perfusinya
tergantung pembuluh darah yang paling kecil. Dinding jantung dibentuk oleh
otot jantung ( miokardium ) yang tersusun atas berkas serat otot bergaris
dengan diameter 10- 15 μm dan panjang 30 – 60 μm ( gambar 1 ). Setiap
serat otot mengandung ratusan sampai ribuan miofibril. Setiap miofibril
tersusun atas 1500 filamen aktin( filamen tebal ) dan 3000 filamen miosin
( filament tipis ). Ujung dari filament aktin tumpang tindih pada filament miosin
membentuk A band. Bagian dari myofibril yang dibatasi oleh dua pita Z
disebut sarkomer. Kerja otot jantung disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi
serat otot secara bergantian. Kontraksi terjadi ketika filamen aktin terdorong
ke pusat filamen miosin.Proses kontraksi tersebut dikontrol oleh 2 protein
yaitu troponin kompleks dan tropomiosin ( gambar 2 ).1,3,4.
Gambar 1.Diagram otot jantung dengan mikroskop cahaya dan mikroskop
elektron.
3
Troponin kompleks pada otot jantung pertama kali dideskripsikan oleh
K.Bailey tahun 1946 yang menyatakan bahwa kontraksi otot bergaris diatur
oleh protein komplek khusus yang sekarang disebut Troponin dan berlokasi
pada filament aktin.Troponin kompleks pada otot jantung terdiri atas : troponin
C ( BM 18 kDa ), troponin T ( BM 37 kDa ) dan troponin I ( BM 22 kDa ).
Troponin T dipresentasikan oleh gen 1q32 sedang troponin I dikode oleh gen
19q13.3.Troponin kompleks tersebut terutama terletak pada miofibril ( 94% -
97% ) dengan fraksi sitoplasma ( 3- 6 % ). Masing masing subunit terdiri atas
isoform yang berbeda,yang distribusinya berbeda antara otot jantung dan otot
rangka. Huruf “C”,“T”,“I” berasal dari fungsi utama dari protein tersebut.
Troponin C mengikat Ca2+, troponin I menghambat ( inhibits ) aktivitas
ATPase dari aktinomiosin dan troponin T mengatur ikatan troponin pada
tropomiosin. Struktur asam amino troponin T dan I yang ditemukan pada otot
jantung berbeda dengan struktur troponin pada otot skeletal, sedangkan
struktur troponin C pada otot jantung dan otot skeletal identik. 1,2,3.
Gambar 2. kiri atas: susunan filament thin (actin) dan thick (myosin). Kanan atas: Sliding
dari actin terhadap miosin selama kontraksi Kiri bawah : Detail hubungan miosin terhadap
aktin. kanan bawah : gambaran susunan aktin, tropomiosin, dan tiga sub unit dari troponin
(I, C, dan T).
4
TnI mempunyai 3 isoform yaitu 1 isoform otot jantung dan 2 isoform
otot skeletal (masing-masing 1 isoform slow skeletal (sskTnI) dan fast skeletal
(fskTnI) ) Ketiga bentuk isoform TnI tersebut dikode oleh 3 gen yang berbeda.
cTnI mempunyai 32 asam amino tambahan pada N-terminal yang tidak
didapatkan pada isoform otot skeletal. Tambahan asam amino tersebut
menyebabkan perbedaan urutan asam amino sebesar 42 % pada slow
skeletal (sskTnI) dan 45% pada fast skeletal (fskTnI), sehingga terhadap
perbedaan ini dapat digunakan antibodi monoklonal ( MAbs ) yang spesifik
terhadap cTnI dan tidak menyebabkan reaksi silang dengan isoform TnI otot
skeletal. TnI otot skeletal terdiri atas 181 asam amino, sebaliknya cTnI terdiri
atas 211 asam amino. Isotype otot skeletal mempunyai ukuran yang hampir
sama lebih kurang 20kDA. 2,3
cTnI adalah molekul yang sangat tidak stabil ( gambar 3 ). Stabilitas
cTnI pada kompleks ternary ( ICT ) adalah yang paling stabil karena
terlidungi oleh komponen troponin yang lain terutama troponin C.Penelitian
terhadap tikus dengan iskemia kardiak, didapatkan adanya degradasi
proteolitik cTnI menyebabkan kehilangan 17 aa residu pada C-terminal dan
62-72 aa residu pada N–terminus, sedang pada jaringan yang nekrosis
degradasinya lebih hebat dan bervariasi.Degradasi cTnI dipengaruhi oleh
adanya protease , fosforilasi oleh protein kinase A ( PKA ) dan protein kinase
C ( PKC ) .
cTnI
TnCPi Pi Ox
Lokasi fosforilasi Autoantibodi Heparin lokasi proteolisis
Pi oksidasi reduksi Ox
Gambar 3. skema faktor yang mempengaruhi pemeriksaan
kadar cTnI
5
Degradasi proteolitik tidak hanya pada kardiomyosit yang mengalami nekrosis
tetapi juga pada sirkulasi darah atau pada sampel darah. Akibat dari
degradasi terbentuk fragmen cTnI yang berbeda beda dengan ukuran
fragmen diperkirakan antara 14 – 18 – kDa pada pasien IMA. Daerah yang
paling stabil dari cTnI adalah asam amino residu antara 28 dan 110.
Spesifitas antibodi terhadap bagian berbeda pada molekul troponin baik stabil
atau tidak stabil “bertanggung jawab” terhadap perbedaan uji troponin satu
dengan yang lain. Alat uji yang menggunakan antibodi yang spesifik terhadap
bagian yang stabil dari antigen akan dapat mendeteksi baik intak ataupun
molekul cTnI yang terdegradasi, sedang alat uji yang menggunakan antibodi
yang spesifik terhadap bagian yang tidak stabil dari cTnI hanya akan
mendeteksi cTnI yang tidak terdegradasi ( native ) dan tidak dapat
mendeteksi fragmen proteolitik. 3,14
Pada beberapa penelitian, nampaknya fosforilasi terhadap cTnI dapat
terjadi pada urutan asam amino 22,23,38, 119,123,129,165.Sehingga bentuk
dephospho dan multiple monophospho-, bis-, atau poliphospho cTnI
didapatkan pada sampel darah pasien, akibatnya terjadi perubahan bentuk
struktur molekul cTnI , interaksi afiinitas diantara komponen troponin komplek
dan mempengaruhi interaksi beberapa antibodi dengan epitopnya. Beberapa
Mabs hanya mengenali phosphorylated cTnI dan sebagian hanya mengenali
dephosphorylated cTnI .Oleh karena itu pemilihan antibodi harus didasarkan
pada lokasi epitop yang tidak dipengaruhi oleh phosphorylation. 14
Selain fosforilasi, cTnI memiliki dua buah cysteine pada posisi 79 dan
96 yang dapat teroksidasi atau terduksi. Akibatnya terjadi perubahan struktur
molekul cTnI dan mempengaruhi interaksi antara Antibodi dan epitopnya.
Autoantibodi dapat mempengaruhi pemeriksaan kadar cTnI dengan
berkompetisi terhadap antibodi yang digunakan dalam uji troponin.Kondisi ini
sangat jarang, kejadiannya diperkirakan 5 -10 % dari total populasi. 14
Pada pH yang fisiologis ,cTnI mengandung muatan positif yang
tinggi.Interaksi elektrostatik memegang peranan penting dalam pembentukan
komplek biner antara cTnI dengan TnC. Interaksi elektrostatik bertanggung
jawab terhadap terjadinya ikatan kompleks lain antara cTnI dengan molekul
selain TnC yang beredar dalam aliran darah, salah satunya adalah ikatan
antara cTnI dengan heparin . 14
6
BAB III
TROPONIN I (cTnI ) PADA INFARK MIOKARD AKUT
Petanda Jantung didefinisikan sebagai test laboratorium kinik yang
berguna untuk mendeteksi IMA atau kerusakan minimal dari miokard.Definisi
IMA digunakan pada keadaan terjadinya nekrosis miokard akibat iskemia
miokard.Pada penderita iskemia miokard akibat thrombus yang terbentuk
pada arteri koroner terjadi oklusi total atau oklusi sebagian menyebabkkan
berkurangnya aliran darah ,yang ditunjukkan oleh ada atau tidaknya elevasi
segmen ST pada EKG .Pasien dengan elevasi segmen ST sebagian besar
akhirnya berkembang menjadai Q-waveMI (QwMI) dan sebagian kecil
menjadi non–Q-waveMI(NQMI). Penderita yang tidak menunjukkan elevasi
segmen ST mungkin mengalami ATS atau Non ST-elevation Miokard infark
( NSTEMI ), perbedaan tersebut akhirnya didasarkan pada ada atau tidaknya
petanda jantung seperti CK-MB atau Troponin pada serum darah.Sebagian
pasien dengan NSTEMI akhirnya berkembang menjadi NQMI dan sebagian
kecil menjadi QwMI. Spektrum gejala klinis dari ATS menjadi NSTEMI dan
ST-elevation Miokard infark ( STEMI ) menggambarkan suatu SKA ( gambar
4 ). 1,6,8
Gambar 4. Skema Sindrom Koroner Akut
7
Pada kondisi iskemia yang ditandai oleh tidak seimbangnya antara
penyediaan dan kebutuhan oksigen,organ mengalami suplai darah yang tidak
memadai untuk mempertahankan fungsi normal. Akibat iskemia adalah
kondisi hipoksia jaringan sehingga terjadi hambatan metabolisme aerobik dan
diganti dengan metabolisme anaerobik yang menghasilkan piruvat. Piruvat
kemudian direduksi menjadi laktat. Jika iskemia berlanjut ,terjadi akumulasi
laktat dan zat asam intermediate dari proses glikolisis, terjadi penurunan
cadangan creatinin phospat dan ATP. Sebelum 15 -20 menit setelah oklusi
terjadi reperfusi, maka bisa terjadi recovery. Bila terjadi lebih dari 15-20 menit
setelah oklusi, terjadi penurunan ATP sebanyak 60 % dan penumpukan laktat
12 kali lebih banyak dibanding pada kondisi normal, seluruh cadangan
glikogen habis. Dengan habisnya cadangan glikogen dan creatinin phosphat,
terjadi perubahan ultrastruktur yang hebat, yang mengindikasikan kerusakan
yang irreversibel.Jaringan miokard mengalami lisis dan nekrosis, sel tidak
dapat lagi mempertahankan integritas membran sel, maka membran sel
menjadi permeabel , sehingga bahan-bahan intra selular dilepaskan dan
masuk kedalam interstitial selanjutnya masuk ke sirkulasi sistemik melalui
mikrovaskuler lokal dan aliran limfatik .Kecepatan pelepasan protein
intraselular tergantung kepada mekanisme klirens sistemik, kecepatan dan
perluasan reperfusi otot yang rusak, dan berat molekul protein.Protein-protein
intraseluler ini meliputi aspartate aminotransferase (AST), lactate
dehydrogenase,creatine kinase isoenzime MB (CK-MB), myoglobin,carbonic
anhydrase III (CA III), myosin light chain(MLC) termasuk cardiac troponin I
dan T (cTnI dan cTnT).Protein intraseluler yang dilepaskan ketika terjadi
iskemia tersebut dapat digunakan sebagai petanda jantung ( tabel 1 ). Dari
semua petanda jantung tersebut aspartate aminotransferase (AST), lactate
dehydrogenase, dan myosin light chain (MLC) sudah jarang digunakan. 1. 3,7
Sejak tahun 1960 pemeriksaan CK-MB isoenzim telah diterima secara
luas sebagai standard emas untuk penetapan diagnosis IMA tetapi saat ini
CK-MB direkomendasikan sebagai petanda IMA pilihan kedua setelah
troponin.Dengan kemajuan teknologi dan perkembangan antibodi monoklonal
telah merubah pengukuran CK-MB kualitatif menjadi CK-MB kuantitatif (mass)
yang lebih spesifik untuk nekrosis otot jantung namun dengan adanya
peningkatan kadar CKMB secara bermakna pada pasien dengan trauma otot
8
skeletal akut, penyakit otot kronik , dan gagal ginjal kronik menurunkan
spesifitas pemeriksaan tersebut. 7,8
Mioglobin merupakan petanda paling dini untuk diagnosis
IMA.Peningkatan yang lebih awal karena ukuran molekulnya yang kecil ( 17,8
KDa ) dan cepat menuju sirkulasi tanpa melalui saluran limfe setelah jejas
otot. Myoglobin adalah oxygen binding protein dari otot jantung dan otot
skeletal. Pemeriksaann serum myoglobin tidak dapat membedakan asal dari
jaringan yang rusak karena protein tersebut adalah identik antara yang
berasal dari jantung atau otot rangka Peningkatan sensitivitas pemeriksaan
mioglobin pada IMA, dari 50-60 % menjadi 100%, jika dilakukan pemeriksaan
sampel darah segera serial setiap 2 jam dan kadarnya meningkat 2 kali pada
sampel kedua.Spesifitas juga meningkat menjadi 98% pada pemeriksaan
serial.Jika kadarnya tidak meningkat dalam 3 sampai 6 jam pertama setelah
onset chest discomfort, menunjukkan tidak adanya IMA .Keterbatasan
mioglobin adalah tidak spesifik untuk otot jantung. Peningkatan kadar juga
ditemukan pada penyakit otot, syok dan gagal ginjal dan setelah olah raga
yang berlebihan. Operasi by pass jantung dan konsumsi alcohol berat juga
meningkatkan kadar mioglobin. Faktor ras, seks dan usia juga mungkin
mempengaruhi kadar normal mioglobin. Kadar mioglobin meningkat sesuai
dengan usia,kadarnya lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan.
Mioglobin mempunyai waktu paruh yang sangat pendek yaitu 10 menit dalam
darah. 2,3
Sejarah troponin sebagai petanda jantung dimulai pada akhir tahun
1980an, dimana pada tahun 1987 Cummins menemukan analit baru
( troponin ) yang dapat digunakan untuk diagnosis IMA . Troponin sebagian
besar terdapat dalam bentuk troponin komplek yang secara struktural
berikatan pada miofibril , tipe sitosolik ( didalam sitoplasma ) sekitar 6-8%
pada cTnT dan 2,8-4,1% pada cTnI.Troponin yang dilepaskan setelah
terjadinya infark miokard terdapat dalam dua bentuk utama yaitu bentuk
bebas dan bentuk kompleks, paling banyak dalam bentuk kompleks biner IC (
90 % ) dan sedikit kompleks ternari ICT, kompleks biner IT, serta cTnI bebas.
Bentuk yang lain juga ditemukan karena terjadinya modifikasi molekul akibat
pembentukan dan degradasi kompleks troponin, oksidasi reduksi, dan
9
fosforilasi. Sampai saat ini belum diketahui peranan dari berbagai bentuk
troponin tersebut. 3,8,10
Kadar cTnI mulai meningkat 3 jam setelah terjadi jejas dan tetap
meningkat selama 5-7 hari. Mencapai kadar puncak pada 12-24 jam setelah
jejas.Peningkatan troponin I hanya didapatkan pada jejas miokard, tidak
ditemukan pada otot skeletal, setelah trauma atau regenerasi otot skeletal.
Troponin I sangat spesifik terhadap jaringan miokard, tidak terdeteksi dalam
darah orang sehat dan menunjukkan peningkatan yang tinggi di atas batas
atas pada pasien dengan IMA ( tabel 2 ). Pada penelitian yang melibatkan
718 penderita dengan dugaan IMA , kemudian dilakukan pemeriksaan kadar
troponin .Dengan menggunakan cut off 0,040 ug/L didapatkan hasil
sensitifitas 89% ,spesifitas 92%, negatif prediktif value 98% dan positif
prediktif value 68%. Kekurangan cTnI adalah lama dalam serum,sehingga
menyulitkan dalam menilai adanya reinfark . 2,3
Peningkatan bermakna cTnI didapatkan juga pada pembedahan
jantung seperti coronary arteria bypass grafting ( CABG ) . Kadar puncaknya
setelah 8-24 jam setelah operasi , dengan cut-off 12,91 ng/mL pada 8 jam
setelah operasi dapat dugunakan sebagai petanda awal diagnosis
perioperative myocardiali infarction (PMI). Sedangkan pada keadaan reinfark
sulit untuk dideteksi dengan beberapa petanda biokimia, dan meskipun
terdapat peningkatan yang lama cTnI setelah IMA ,tetapi beberapa penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan kembali dari kadar cTnI yang menunjukkan
terjadi perubahan kadar troponin, cukup adekuat untuk diagnosis reinfark. 20,21
Tabel 1 : Pelepasan Petanda jantung setelah miokard infark 2
Petanda (BM) Waktu mulai
meningkat
(rentang)
Waktu mencapai
puncak (rerata)*
Waktu untuk
menjadi normal
Pola pengambilan
Sampel setelah
( rentang) onset nyeri
Mioglobin (17,8) 1- 4 jam 6-7 jam 24 jam Sering, tiap 1-2 jam
cTnI (23,5) 3-12 jam 24 jam 5-10 hari Sekali >12 jam
cTnT (37) 3-12 jam 12 jam-2 hari 5-14 hari Sekali >12 jam
CK-MB (86) 3-12 jam 24 jam 48-72 jam Tiap 12 jam x 3
10
Tabel 2 : keuntungan dan kerugian cTnI dibanding petanda jantung lainnya. 2,
Marker Kelebihan Kekurangan
CtnI Indikator IMA yang sensitif dan sangat
spesifik , Tidak dipengaruhi penyakit
ginjal,dan otot rangka , bermanfaat untuk
stratifikasi, lebih sensitif dan spesifik
dibanding CK-MB,
kadar yang meningkat 5 sampai 7 hari
memberikan jendela diagnostik IMA yang
lebih lama
pemilihan terapi dan reperfusi
Nilai prognostik pada angina tidak stabil
Sensitifitasnya rendah pada kurang
dari 6 jam dan perlu pengulangan
pada 8 sampai 12 jam apabila
hasilnya negatif.
Peningkatannya yang lama setelah
IMA mengaburkan perluasan IMA
atau reinfark.
CTnT Indikator IMA yang sensitif dan spesifik ,
kadar yang meningkat 5 sampai 7 hari
memberikan jendela diagnostic IMA yang
lebih lama
Nilai prognostik yang sangat kuat pada
angina tidak stabil
Spesifitasnya berkurang pada jejas
atau penyakit yang mengenai otot
rangka,
Peningkatannya yang lama setelah
IMA mengaburkan perluasan IMA
atau reinfark
CK-MB Cepat, relative murah, akurat, dapat
mendeteksi reinfark yang terjadi 48 jam
setelah IMA awal.
Spesifitasnya berkurang pada jejas
atau penyakit yang mengenai otot
rangka, termasuk pembedahan
Kurang sensitif pada saat awal IMA
( kurang 6 jam dari onset ) dan
setelah lebih 6 jam dari onset ,
Jendela diagnostik sampai 72 jam
setelah IMA
Kurang sensitif mendeteksi
kerusakan minimal dari miokard.
Mioglobin Kadar serum cepat meningkat setelah
IMA ( 2 jam )
Indikator dini IMA yang sangat sensitif ,
Kemampuan untuk menyingkirkan
diagnosa IMA
Spesifitasnya sangat rendah
dengan adanya jejas atau penyakit
yang mengenai otot rangka, dan
banyak gangguan lain yang
mempengaruhi.
cepat menjadi normal
jendela diagnostik sampai 24 jam
setelah IMA.
11
BAB IV
METODE PEMERIKSAAN TROPONIN I (cTnI )
Dibandingkan dengan pemeriksaan cTnT yang hanya dikuasai oleh
satu vendor (Roche Diagnostics ), pemeriksaan immunometric cTnI yang
tersedia saat ini ada berbagai macam. Secara umum terdiri atas point-of-care
testing (POCT) dan automatik platform ( tabel 3 dan 4 ) . Dibandingkan
dengan penggunaan automated platform, penggunaan POCT mempunyai
beberapa keuntungan antara lain tidak ada delay time akibat proses
transportasi dan proses pemeriksaan pada laboratorium sentral, dan masih
kurangnya laboratorium yang buka 24 jam. Pada penelitian yang
membandingkan antara Liaison analyzer (DiaSorin, Saluggia, Italy) berbasis
automated platform, dengan PathFast (Mitsubishi, Kagaku Iatron, Inc, Chiba,
Japan) berbasis POCT dimana pada cutoff of 0.1 μg/L PathFast mempunyai
sensitivitas dan spesifitas 100%. Terdapat perbedaan bermakna, waktu yang
diperlukan untuk pemeriksaan sampel yang sama yaitu dengan PathFast vs
Liaison adalah 20 ± 5 vs 104 ± 33 menit , dengan P < 0.001. 14,16
POCT secara umum kurang sensitif dan presisi untuk mencapai 99th
persentil URL atau 10 % CV cut off yang direkomendasikan .Beberapa POCT
yang ada saat ini dapat secara simultan mengukur mioglobin, CK-MB, dan
troponin I .Berdasarkan Penelitian terhadap penggunaan kombinasi petanda
jantung antara troponin I dan CK-MB didapatkan bahwa, dengan hasil positif
pada kedua petanda tersebut didapatkan resiko tinggi kematian atau IMA
dalam jangka pendek ( 24 jam dan 30 hari ). Pada peningkatan troponin I
tanpa disertai peningkatan CK-MB menunjukkan peningkatan resiko
kematian pada 30 hari .Sedangkan pada peningkatan CK-MB saja, hasilnya
tidak berbeda bermakna dengan kedua hasil yang negatif.Penggunaan
kombinasi antara myoglobin , kardiak troponin dan CK-MB untuk
menyingkirkan MI pada 6 jam setelah onset didapakan sensitifitasnya 95%
tetapi spesifitasnya rendah terutama disebabkan oleh spesifitas myoglobin
sehingga perlu konfirmasi dengan petanda jantung yang lebih handal.8,14,16
12
Tabel 3 :methodologi 3 point-of-care-testing ( POCT ) cTnI 16
Cardiac troponin assay
Response Biomedical RAMP Reader
Abbott i-STAT
Inverness (BioSite) Triage Reader
Parameters cTnI cTnI cTnI
Capture antibody(s) and matrix
Latex particles coated with MAb- anti-cTnI Cartridge
MAb-anti-cTnI Electrochemical sensor aa 41–49 aa 88–91
MAb-anti-cTnI Cartridge filteraa 27–40
Detection antibody(s) and tag
Fluorescent-dyed latex particles coated with MAb-anti-cTnI
ALP-MAb-anti-cTnIaa 27–39 aa 69–86
Fluorescence- conjugated- anti-cTnI aa location not determined
Separation step Cartridge filter – discrete zone
Electrochemical sensor
Cartridge filter – discrete zone
Substrate(s) Fluorescent substrate ALP substrate Fluorescent substrate
Detection Fluorescence Amperometric signal Fluorescence
Limit of detection, μg /L 0.03 0.02 0.05
cTn, /L at 10% CV per manufacturer’s package insert
0.21 0.10 0.05 (15%–20% CV)
aa,letak asam amino dari anti-cTn antibodies; ALP, alkaline phosphatase; cTnI, cardiac
troponin I; MAb, mouse monoclonal anti-cTn antibody.
Semua pemeriksaan cTnI adalah capture type dimana antibodi sebagai
fase diam secara spesifik mengikat cTn yang ada pada serum atau
plasma.cTn yang terikat bereaksi dengan antibodi kedua, dan pada beberapa
alat uji,antibodi yang ketiga dipasangkan dengan molekul indikator.Perbedaan
alat tersebut ditentukan oleh antibodi yang digunakan ,( biasanya merupakan
kombinasi monoklonal dan atau poliklonal antibodi anti–cTnI dari
tikus ),tempat epitop berikatan dan tipe indikator molekul yang
digunakan.Untuk mendeteksi digunakan spektrofotometrik, fluoresen,
chemiluminescent dan metode electrochemical .Pemeriksaan troponin
semakin lama semakin sensitif disebut sebagai ‘high-sensitivity’ atau ‘ultra-
sensitif’ . 3,16
Pemeriksaan troponin I dipengaruhi oleh adanya hemolisis, ikterus,
lipemia, antikoagulan dan penyimpanan sampel dan tidak dipengaruhi oleh
kadar cTnI (Troponin-independent interferences ). Sampel hemolisis
13
merupakan masalah bagi alat yang menggunakan deteksi fluorometric
signal.Heparin dapat mengikat cTnI menyebabkan penurunan kadar pada
sampel plasma dibanding serum. Sumber interferens lain yang
mempengaruhi proses deteksi dan menyebabkan false negatif meliputi :1)
Vitamin C pada alat immunoenzymometric yang menggunakan alkaline
phosphatase,2) biotin pada alat yang menggunakan biotinylated antibody, 3)
streptokinase dengan adanya streptavidin. 14,16
Interferens lain adalah antibodi heterofil, yaitu antibodi endogen
terhadap protein dari spesies non human. Antibodi heterofil yang paling
banyak berpengaruh adalah natural atau autoimmune rheumathoid factors
( RFs ). Angka kejadiannya 1 : 5000. Adanya perubahan abnormal kadar cTnI
tetapi tidak didukung oleh kondisi klinis harus diwaspadai adanya nilai yang
false. Antibodi heterofil dapat menyebabkan false high ataupun false low.
False low terjadi jika terjadi ikatan dengan varibel region pada capture
antibodi, mimicking antigen yang diukur, dan penghambatan pengikatan
cTnI.14,16
Human anti-animal antibodies (HAAA) merupakan antibodi poliklonal
spesifik terhadap imunogen spesifik dari binatang dan mempunyai affinitas
yang tinggi . HAAA yang paling sering adalah human antimouse antibodies
(HAMA) , selain itu juga terdapat antibodi terhadap kelinci , kambing dan
domba. Adanya false high cTnI akibat HAMA pernah dilaporkan. 15,16
Autoantibodi juga merupakan interferen yang potensial , false positf
dan false negatif bisa terjadi tergantung apakah pemecahan kompleks
autoantibodi – analit menjadi fraksi analit bebas atau terikat autoantibodi.
Identitas autoantibodi ini tidak diketahui , diperkirakan mempunyai BM 100–
200 kDa, yang merupakan antibodi sirkulasi , berupa Ig. Daerah asam amino
87-91 pada cTnI nampaknya peka terhdap autoantibodi ini. 14,16
Kadar troponin pada orang sehat diperkirakan 0.0001–0.0002 mg/L
(0.1–0.2 ng/L) Kadar URL cTnI yang direkomendasikan adalah 99th persentil
kadar populasi orang sehat. Dengan 99th persentil, kadar cTnI dapat
bervariasi tergantung populasi yang digunakan.Penelitian terhadap 2992
sukarelawan sehat didapatkan kadar 99th persentil serum berturut turut 0.04
mg/L, 0.025 mg/L dan 0.034 mg/L dengan alat Access, Architect dan
15
Vitros ECi , sebaliknya dengan alat yang sama didapatkan kadar
0.04 mg/L, 0.021 mg/L dan 0.015 mg/L pada 108 populasi sehat
yang lain.Akibat perbedaan kadar yang terukur dengan alat yang
berbeda menyebabkan perbedaan klasifikasi klinik yang berdampak
pada prognostik pasien SKA dengan peningkatan resiko
AMI.Semakin sensitif uji troponin semakin potensial untuk
mendeteksai jejas miokard lebih awal dibanding dengan yang
kurang sensitive.16,17
Perbedaan hasil uji cTnI antar metode tersebut disebabkan
oleh tidak adanya standarisasi kalibrator, Variasi diantara uji cTnI
generasi pertama antara 20 -40 kali bahkan sampai 100 kali, dan
saat ini hanya 2 – 5 kali. Selain faktor standarisasi kalibrator , juga
karena variabel imunoreaktiviti antibodi terhadap isoform cTnI yang
berbeda yang terdapat dalam plasma.Tidak adanya kadar
pembanding cTnI menyebabkan kesalahan intrepretasi klinisi
apabila menggunakan hasil dari laboratorium lain.oleh karena itu
saat ini standarisasi uji troponin menjadi prioritas utama untuk
dipecahkan. 16,18
16
BAB V
STRATEGI DAN ALGORITMA PEMERIKSAAN TROPONIN I (cTnI )PADA
PENDERITA SINDROM KORONER AKUT ( SKA )
Diagnosa IMA menurut WHO didasarkan atas didapatkannya dua atau
lebih dari 3 kriteria yaitu: adanya nyeri dada, perubahan elektrokardiografi
(EKG) dan peningkatan petanda jantung secara serial . Sedangkan American
College of Cardiology/American Heart Association ( ACC/AHA ) pada tahun
2007 membuat pedoman untuk diagnosa IMA yang meliputi : ditemukan
adanya peningkatan kadar petanda jantung ( troponin ) diatas 99 th persentile
URL , disertai tanda tanda iskemia miokard dengan minimal salah satu hal
berikut : 1) gejala iskemia, 2)perubahan EKG yang menunjukkan iskemia baru
( perubahan ST-T baru atau left bundle branch blok ( LBBB ) yang baru, 3)
adanya gelombang Q patologis pada EKG,4)secara radiologi ditandai
hilangnya miokard yang viable atau daerah pergerakan dinding yang
abnormal. 2,5
Sebagai pemeriksaan penunjang diagnosa IMA, pemeriksaan troponin
I menjadi bagian dalam alur algoritma penderita SKA yang direkomendasikan
oleh American College of Cardiology/American Heart Association ( ACC/AHA
) tahun 2007 . Karena gejala yang sama dan untuk membedakan ATS
/NSTEMI dan STEMI memerlukan pemerikasaan lebih lanjut, maka
digunakan working diagnosa sebagai SKA . Selanjutnya apabila didapatkan
gambaran EKG berupa elevasi ST, maka dilakukan evaluasi untuk terapi
reperfusi.Sedangkan pada penderita yahg tidak ditemukan adanya gambaran
elevasi ST tetapi dengan perubahan gelombang ST dan T , nyeri yang terus
menerus, cTnI positif dan gangguan hemodinamik maka segera dilakukan
penatalaksanaan sebagai IMA.Pada penderita SKA tanpa ada kelainan EKG
dan hasil pemeriksaan petanda jantung yang negatif saat awal MRS maka
dilakukan obersvasi ≥ 12 jam . Bila didapatkan keluhan yang muncul kembali
dengan petanda jantung yang positf maka didiagnosa sebagai
17
IMA.Sedangkan apabila pada observasi didapatkan follow up yang negatif ,
dilakukan strees test untuk memprovokasi timbulnya iskemia, bila hasil follow
up positif maka didiagnosa sebagai IMA ( gambar 3 ). 8
Meskipun sensitif dalam mengidentifikasi adanya nekrosis miokard,
tapi troponin I tidak dapat memberikan informasi tentang penyebab dari
nekrosis miokard, sehingga diagnosis NSTEMI perlu dilengkapi dengan
kriteria IMA yang lain yaitu gejala klinis dan gambaran EKG. Deteksi
peningkatan dan penurunan cTnI lebih cocok untuk AMI dibanding dengan
kadarnya yang tetap, tidak terjadinya peningkatan mungkin terjadi pada
penderita jantung non iskemia. Oleh karena itu sebaiknya peningkatan cTnI
diobservasi pada pengukuran serial. 6,8,9,10
Nekrosis miokard yang ditandai oleh peningkatan kadar cTnI tidak
hanya disebabkan oleh infark miokard atau SKA tetapi bisa juga disebabkan
oleh penyakit lain seperti sepsis, atrial fibrilasi, gagal jantung, emboli
paru,miokarditis, kontusio miokard, dan gagal ginjal.Hal tersebut terjadi
karena pelepasan troponin tidak hanya disebabkan oleh degradasi dari
membran sel, tetapi kemungkinan juga disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas membran sehingga terjadi pelepasan troponin kedalam
sirkulasi. 11,19
Selain sebagai pemeriksaaan penunjang diagnosa IMA , Troponin I
dapat juga digunakan sebagai prediktor untuk menentukan resiko kematian
pada SKA. Semakin tinggi kadar cTnI mortalitas juga semakin meningkat
dalam jangka pendek ataupun jangka panjang. Penderita dengan kadar cTnI
≥ 10 ng/L mempunyai resiko tinggi kematian atau Infark miokard kurang dari 1
tahun setelah serangan pertama kali muncul, sedang pada penderita dengan
kadar > 40 ng/L mempunyai resiko kematian jangka pendek yaitu < 30 hari. 8,12,13
.
18
Gambar 3. Algoritma untuk pasien dengan suspek SKA.8
20Gejala yang mengarah SKA
Diagnosa non kardiak Mungkin SKAAngina stabil kronik
Terapi sesuai alternatif diagnosa
Lihat pedoman ACC/AHA untuk Angina stabil kronik NSTEMI STEMI
Nondiagnostik ECGPetanda jantung normal
Perubahan gelombang ST dan atau T Nyeri terus menerusPetanda jantung positifHemodinamik abnormal
Observasi12 jam atau lebih dari onset
Evaluasi untuk terapi reperfusi
Nyeri tidak timbul lagi,Hasil follow up negatif
Nyeri kembali muncul atau hasil follow up positifDiagnosis SKA confirmed
Stress study untuk memprovokasi iskemiaEvaluasi dahulu fungsi LV jika timbul iskemia
NegatifKemungkinan diagnosis kelainan non iskemia, resiko rendah SKA
PositifDiagnosa SKA confirmed atau resiko tinggi
Lihat pedoman ACC/AHA untuk STEMI
MRSTatalaksana jalur IMA
Tatalaksana pasien rawat jalan
Definitif SKA
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Telah dibahas mengenai metode pemeriksaan kardiak troponinn I,,
kegunaan klinis pemeriksaan kardiak troponin I, dan Algoritme pemeriksaaan
kardiak toponin I pada penderita sindrom koroner akut.
Troponin I adalah subunit dari troponin kompleks yang terdapat pada
filamen aktin pada otot jantung dan dapat digunakan sebagai petanda jantung
pada sindrom koroner akut. Troponin I merupakan petanda jantung pilihan
pertama yang direkomendasikan oleh American College of
Cardiology/American Heart Association ( ACC/AHA ) tahun 2007, sedangkan
petanda jantung pilihan kedua adalah CK-MB. Hal ini disebabkan karena
kelebihan troponin I dibanding petanda jantung yang lain yaitu, sensitifitas
dan spesifitas tinggi , serta kadar yang meningkat 5 sampai 7 hari
memberikan jendela diagnostik IMA yang lebih lama .
Peranan klinis troponin I selain sebagai penunjang diagnosa pada
sindrom koroner akut untuk menunjukkan ada tidaknya NSTEMI, juga dapat
digunakan untuk stratifikasi resiko terjadinya kematian dalam jangka pendek
ataupun jangka panjang, sebagai petanda awal diagnosis perioperative
myocardiali infarction (PMI),dan mendeteksi terjadinya reinfark.
Penyakit jantung iskemia merupakan salah satu penyebab utama
kematian di Indonesia .Diperlukan diagnosa yang cepat dan akurat untuk
menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit tersebut.Oleh karena itu
perlu kiranya tersedia test laboratorium yang praktis, tidak invasif dan relatif
murah sebagai pemeriksaan penunjang diagnosa . Pemeriksaan tersebut
adalah uji cTnI yang sensitivitas dan spesifitasnya tinggi.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Appe FS, Jafe AS . Cardiac Function. in Tietz Textbook of Clinical
Chemistry and Molecular Diagnostics. 4th ed. Missouri: Elsevier
saunders ; 2006. p. 1619 -1670
2. Samsu N, Sargowo D. Tinjauan Pustaka Sensitivitas dan Spesifisitas
Troponin T dan I pada Diagnosis Infark Miokard Akut. Maj Kedokt
Indon. 2007; Volum: 57, Nomor: 10, 363 -372
3. Sanhai WR, Ellof BC, Christenson RH. Cardiac and Muscle Disease. in
Clinical Chemistry Theory Analysis and Correlation 5th ed. Missouri :
mosby Elsevier; 2010. p. 677- 690
4. Ganong WF. Physiology of Nerve & Muscle Cells. in Review of Medical
Physiology.21 thed. New York: ange Medical Books/McGraw-Hill
Medical Publishing Division ;2003. Section II.
5. Thygesen K, Alpert JS, White HD. Universal definition of myocardial
infarction. European Heart Journal. 2007; 28, 2525–2538
6. Bhatt DL, Flather MD. Handbook of Acute Coronary Syndromes 2th ed.
London : Remedica Publishing ; 2004
7. Harun S, Alwi I, Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST dalam Buku Ajar
Ilmu penyakit Dalam Edisi 1, Departemen Ilmu Penyakit dalam FKUI.
Jakarta ; 2006,1641 -47
8. Anderson JL, Adams CD, Antman EM, Bridges CR, Califf RM, Casey
DE, et al. ACC/AHA 2007 Guidelines for the Management of Patients
With Unstable Angina/Non_ST-Elevation Myocardial Infarction.
Circulation. 2007;116:e148-e304.
9. Reichlin T, Hochholzer Wi, Bassetti S, Steuer S, Stelzig C, Hartwiger
S, et al. Early Diagnosis of Myocardial Infarction with Sensitif Cardiac
Troponin Assays. N Engl J Med. 2009;361:858-67.
10.Babuin L, Jaffe AS. Troponin: the biomarker of choice for the detection
of cardiac injury . CMAJ. 2005;173(10):1191-202
11.Skeik N, Patel DC. A review of troponins in ischemic heart disease and
other conditions. Int J Angiol. Summer 2007 Vol 16 No 2.
22
12.Apple FS, Pearce LA, Smith SW, Kaczmarek JM, Murakami MA. Role
of Monitoring Changes in Sensitif Cardiac Troponin I Assay Results for
Early Diagnosis of Myocardial Infarction and Prediction of Risk of
Adverse Events. Clinical Chemistry; 2009. 55:5. 930–937
13.Kavsak PA, Xue SW, Ko DT, MacRae AR, Jaffe AS. Short- and Long-
Term Risk Stratification Using a Next-Generation, High-Sensitivity
Research CardiacTroponin I (hs-cTnI) Assay in an Emergency
Department Chest Pain Population. Clinical Chemistry. 2009; 55:10
1809–1815
14.AH Wu . Cardiac Markers 2 th ed. New Jersey : Humana Press Inc ;
2003
15.Melanson SE, Tanasijevic MJ, Jarolim P. Cardiac Troponin Assays: A
View From the Clinical Chemistry Laboratory. Circulation journal of
American Heart Association. 2007;116;e501-e504
16.Tate JR. Troponin revisited 2008: assay performance. Clin Chem Lab
Med. 2008;46(11):1489–1500
17.Eggers KM, Jaffe AS, Lind L, Venge P, Lindahl B. Value of Cardiac
Troponin I Cutoff Concentrations below the 99th Percentile for Clinical
Decision-Making. Clinical Chemistry. 2009; 55:1 85–92
18.Panteghini M, Bunk DM, Christenson RH, Katrukha A, Porter RA,
Schimmel H, et al. Standardization of troponin I measurements: an
update. Clin Chem Lab Med 2008;46(11):1501–1506
19. .Jeremias A, Gibson CM. Alternative Causes for Elevated Cardiac
Troponin Levels when Acute Coronary Syndromes Are Excluded. Ann
Intern Med. 2005;142:786-791
20.Comito, Sinatra R, Simon C, Capuano F, Roscitano A, Benedetto U, et
al. Cardiac Troponin I vs EuroSCORE: Myocardial Infarction and
Hospital Mortality. Asian Cardiovasc Thorac Ann. 2008;16:97-102
21.Jaffea AS, The clinical impact of the universal diagnosis of myocardial
infarction. Clin Chem Lab Med. 2008;46(11):1485–1488
23
Tabel 4. Methodologi dari 13 uji cardiac troponin (cTn) pada automated platforms.
Cardiac troponin assay
Siemens (Dade Behring) Stratus CS
Tosoh AIA
Siemens (Dade Behring) Stratus Rxl
Beckman Coulter Access
DiaSorin Liaison
Siemens (DPC) Immulite
MKI Pathfast Abbott AxSYM
Abbott Architect
Siemens (Bayer) ADVIA Centaur
Ortho- Clinical Vitros ECi
Innotrac Aio! Biomerieux Vidas
Parameters cTnI cTnI cTnI cTnI cTnI cTnI cTnI cTnI cTnI cTnI cTnI cTnI cTnI
Capture antibody(s) and matrix
MAb-anti- cTnI Glass fibre paper
MAb-anti- cTnI Beads aa 41–49
MAb-anti- cTnI Chromium dioxide particles
MAb-anti- cTnI Paramagneti c particles aa 27–40
MAb-anti- cTnI Paramagnetic particles aa 27–39
MAb-anti- cTnI Beads
MAb-anti- cTnI Paramagnetic particles
2 MAbs- anti-cTnI Latex micro- particles aa 24–40 aa 87–91
2 MAbs- Paramagnetic anti-cTnI particles aa 87–91 aa 24–40
2 Biotinyl- ated-MAbs anti-cTnI Paramagnetic latex particles aa 41–49aa 87–91
Biotinyl- ated-MAb- anti-cTnI Plate well aa 24–40 aa 41–49
Biotinyl- ated-MAb- anti-cTnI Plate well aa 41–49 aa 190–196
MAb-anti- cTnI Solid phase receptacle
Detection antibody(s) and tag
ALP-MAb-anti-cTnI
ALP-MAb- anti-cTnI aa 87–91
ALP-MAb-anti-cTnI
ALP-MAb- anti-cTnI aa 41-49
Isoluminol- goat PAb- anti-cTnI aa 80–110
ALP-goat PAb-anti- cTnI
ALP-MAb-anti-cTnI
Biotinyl- ated-MAb- anti-cTnIALP-PAb- anti-biotin aa 41–49
Acridinium derivative- MAb-anti- cTnI aa 41–49
Acridinium ester-goat PAb-anti- cTnI aa 27–40
HRP-MAb- anti-cTnI aa 87–91
Europium- labelled MAb-anti- cTnI aa 137–148
ALP-MAb-anti-cTnI
Separation step Glass fibre paper
Magnetic field Magnetic field
Magnetic field Magnetic field
Magnetic field
Magnetic field
Glass fibre Magnetic field matrix
fieldq Magnetic avidin- strept- micro- coated particles
Plate well – strept- avidin- coated
Plate well – strept- avidin- coated
Solid phase receptacle
Substrate(s) 4-MUP 4-MUP FADP+oxidase+ HRP +substrates forH2O2reaction
LumiPhos 530 Base/acid+ chemilumi- nescence reagent
Base/acid+ chemilumi- nescence reagent
Base/acid+ chemilumi- nescence reagent
4-MUP Base/acid+ chemilumi- nescence reagent
Base/acid+ chemilumi- nescence reagent
Peracid+ luminol Derivative+ transfer
Europium label
4-MUP
Detection Fluorescence Fluorescence Spectro- photometry (510 nm)
Chemilumi-nescence
Chemilumi-nescence
Chemilumi-nescence
Chemilumi-nescence
Fluorescence Chemilumi-nescence
Chemilumi-nescence
Chemilumi-nescence
Time- resolved fluorometry
Fluorescence (450 nm)
Limit of detection, μg /L
<0.03 0.02 0.04 0.01 0.02 0.1 0.02 0.02 0.009 0.006 0.012 <0.01 <0.01
cTn, μg/L at10%CVper manufacturer’s package insert
0.06 0.09–0.13 0.14 0.06 0.05 0.3 (11% CV)
– 0.16–0.27 0.032 0.03 0.034 0.06 0.11
aa, letak asam amino pada anti-cTn antibodies; ALP, alkaline phosphatase; cTnI, cardiac troponin I; FADP, flavin adenine dinucleotide phosphate; HRP, horseradish-peroxidase; H 2O2, hydrogen
peroxide; MAb, mouse monoclonal anti-cTn antibody; 4-MUP, 4-methylumbelliferyl phosphate; PAb, polyclonal anti-cTn antibody.
24