Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
2
TINJAUAN PUSTAKA Kepada Yth:
Dipresentasikan pada :
Hari/Tanggal :
Jam : WITA
FISIOLOGI KULIT NEONATUS DAN BAYI
DALAM HUBUNGANNYA DENGAN TERAPI
TOPIKAL PADA DERMATOLOGI ANAK
Oleh :
dr. Ni Nyoman Tri Priliawati
Pembimbing:
dr. Ni Luh Putu Ratih Vibriyanti Karna, SpKK, FINSDV
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I
BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNUD/RSUP SANGLAH
DENPASAR
2017
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit neonatus dan bayi berbeda dengan kulit orang dewasa. Perbedaan ini sering
tidak disadari sehingga menyebabkan pemaparan kulit neonatus dan bayi dengan
berbagai bahan yang dapat membahayakan. Sejauh ini prinsip pemakaian terapi
topikal pada neonatus dan bayi dalam praktek sehari hari lebih banyak didasarkan
atas prinsip pengobatan pada dewasa. Hal ini dapat dipahami mengingat hingga kini
informasi praktis mengenai obat dan terapeutika pada anak masih sangat terbatas.
Beberapa faktor yang hanya terdapat pada neonatus dan bayi dapat menyebabkan
peningkatan absorpsi obat perkutan sehingga meningkatkan risiko toksisitas pada
kelompok pasien yang unik ini. Apabila dibandingkan dengan orang dewasa,
neonatus dan bayi memiliki rasio perbandingan luas permukaan kulit terhadap berat
badan yang lebih besar sehingga meningkatkan akumulasi tingkat serum obat yang
berbahaya secara signifikan. Hal ini merupakan permasalahan terutama pada
neonatus dan bayi-bayi prematur, yang juga memiliki tingkat absorpsi perkutan yang
lebih tinggi karena fungsi sawar kulit yang relatif imatur.1, 2
Begitu pula anak-anak dengan kelainan kulit generalisata seperti iktiosis atau
dermatitis atopik luas juga mengalami peningkatan tingkat absorpsi obat sekunder
terhadap gangguan sawar kulit. Banyak pengobatan topikal yang umum diresepkan
belum disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika untuk digunakan
pada bayi dan anak-anak. Berdasarkan perkiraan FDA, sekitar 70% obat-obatan yang
digunakan pada anak-anak tidak memiliki pelabelan anak. Informasi mengenai
keamanan dan efektifitas obat sangat kurang terutama untuk bayi di bawah umur 2
tahun. Baru-baru ini ditetapkan dua undang-undang pelabelan sebagai usaha untuk
mendorong penelitian di bidang pediatri oleh pabrik obat.3, 4
Pada tahun 1886 dilaporkan terjadi wabah sianosis pada bayi baru lahir yang
disebabkan karena pewarna aniline yang terabsorbsi. Terdapat banyak lagi laporan-
laporan mengenai obat-obat dan bahan kimia lainnya yang terabsorbsi melalui kulit
dan menyebabkan efek toksik. Sebagian besar meliputi preparat dermatologi dan
4
antiseptik topikal. Hal ini terjadi karena agen-agen topikal ini sering bebas
diaplikasikan secara luas ke area tubuh bayi. Sering pula dilaporkan mengenai efek
sistemik dari absorpsi steroid topikal, yang banyak mempengaruhi bayi baru lahir
dengan dermatitis luas yang diterapi dengan steroid potensi kuat. Efek yang terjadi
berkisar antara supresi adrenal hingga gangguan pertumbuhan dan sindrom Cushing.5
Tinjauan pustaka ini dibuat untuk mempelajari dan meningkatkan pemahaman
mengenai prinsip-prinsip terapi bidang dermatologi pada bayi dan anak-anak.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkembangan Struktur Kulit
Maturasi kulit dimulai saat embriogenesis melalui sinyal interselular dan
intraselular antara lapisan jaringan yang berbeda. Perkembangan sawar kulit
meningkat seiring meningkatnya usia kehamilan, dan maturasi epidermis
lengkap dalam 34 minggu. Epidermis terdiri dari 4 lapisan utama, yaitu
basalis, spinosum, granulosum, dan stratum korneum. Sawar fisik terutama
terdapat pada stratum korneum termasuk korneosit, korneodesmosom, lipid-
enriched intercellular domains, dan sel epidermis bernukleus.6, 7
Cornified envelope terdiri dari beberapa lapisan keratinosit mati dan
terdiri dari keratin yang terbungkus dalam cross-linked protein dan dikelilingi
oleh matriks lipid. Transglutaminase merupakan enzim yang bertanggung
jawab untuk cross-linking antara protein dan memiliki peranan utama dalam
pembentukan cornified envelope.8 Gangguan selama pembentukan cornified
envelope disertai dengan kelainan permeabilitas sawar kulit. Mutasi gen yang
mengkode transglutaminase I berhubungan dengan perkembangan iktiosis
kongenital autosomal resesif terutama iktiosis lamellar.9
Neonatus preterm mengalami penurunan ketebalan epidermis dan
stratum korneum dibandingkan dengan orang dewasa. Neonatus full-term
memiliki well-developed epidermis dengan ketebalan menyerupai kulit orang
dewasa, sedangkan penelitian lain telah mengamati bahwa epidermis bayi
lebih tipis dibandingkan dengan orang dewasa.10
Homeostasis kulit tergantung pada kohesi stabil antara epidermis dan
dermis, yang terhubung dengan erat melalui dermoepidermal junction.
Kompleks penyambung dalam zona taut dermis-epidermis berperanan pada
stabilitas kohesi dermis-epidermis dan terdiri dari hemidesmosom keratinosit
basalis, filament penyambung yang menghubungkan hemidesmosom ke
6
membrane basalis, dan fibril penyambung yang menghubungkan membrane
basalis dengan dermis yang ada di bawahnya.11
Selama maturasi kulit, perlekatan sel dan selularitas epidermis
meningkat, dan taut dermis-epidermis menjadi berundulasi. Pada neonatus
preterm, papillary dermis di bawah taut dermis-epidermis mengalami edema,
fibril kolagen lebih kecil dibandingkan yang terdapat pada neonatus term atau
orang dewasa, dan struktur penyambung berkurang, dengan ruang yang lebar
antara titik penghubung.12
Pembuluh-pembuluh darah mikro pada kulit neonatus menunjukkan
pleksus horizontal dengan jaringan kapiler yang belum terorganisir. Segera
setelah lahir, loop kapiler hanya dapat diamati pada nail beds, telapak tangan,
dan telapak kaki serta jelas terlihat di semua lokasi anatomikal pada umur 14-
17 minggu.13
Tingkat sebum tinggi pada minggu pertama kehidupan karena
rangsangan androgenik yang kuat dari sekresi sebum sebelum kelahiran. Kulit
bayi berisi total lipid yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan orang
dewasa dan ini berkorelasi dengan tingkat sebum rendah yang terjadi pada
bulan ke-6 kehidupan. Deskuamasi epidermis menunjukkan turnover
epidermis dan berkorelasi terbalik terhadap tingkat sebum permukaan kulit.
Selama 3 bulan pertama kehidupan, terjadi peningkatan deskuamasi di area
wajah karena peningkatan turnover epidermis. Namun hal ini tidak terjadi
pada daerah popok karena efek oklusif dari popok. Deskuamasi yang lebih
rendah pada pipi dibanding pada dahi dapat berhubungan dengan densitas
kelenjar sebasea yang lebih tinggi pada pipi. Malnutrisi dihubungkan dengan
perubahan pada lipid permukaan. Pada neonatus yang menerima nutrisi
parenteral inkomplit, terdapat perubahan pada lipid kulit karena defisiensi
asam lemak esensial.14, 15
7
Melanin menciptakan filter dan melindungi sel epidermis dari kerusakan akibat sinar
ultraviolet. Konsentrasi melanin berhubungan dengan berkurangnya penetrasi sinar
UV melalui epidermis. Pada bagian kulit yang terpapar sinar matahari, bayi memiliki
konsentrasi melanin yang lebih sedikit dibandingkan orang dewasa. Respon adaptif
kulit terhadap sinar ultraviolet mulai muncul sejak musim panas pertama yang
dialami. Seringnya mengalami luka bakar dan terpapar sinar matahari pada masa
anak-anak berhubungan erat dengan terjadinya melanoma, oleh karena itu agen
fotoproteksi yang sesuai sangat dipertimbangkan untuk mengurangi risiko kanker
kulit melanoma dan non-melanoma.16
2.2 Fisiologi Kulit Neonatus dan Bayi
2.2.1 Perspirasi
Dalam mempelajari perspirasi manusia atau proses berkeringat, kita dapat mengukur
tingkat laktat dan urea yang merupakan unsur utama keringat. Konsentrasi laktat dan
urea menunjukkan jumlah yang lebih tinggi di permukaan kulit dan semakin ke
bawah permukaan kulit semakin menurun. Kelenjar keringat pada neonatus prematur
belum terbentuk dengan sempurna dan secretory coils dari segmen kelenjar serta
respon berkeringat terhadap rangsangan eksternal masih terbatas. Kapasitas untuk
berkeringat berhubungan dengan umur kehamilan dan terdapat kecenderungan
mengalami anhidrosis total pada neonatus preterm pada hari-hari awal setelah
kelahiran.17
Keringat ekrin dapat dirangsang oleh peningkatan suhu kamar
menyebabkan aktivasi keringat thermal atau oleh emosi seperti rasa takut, nyeri, dan
kecemasan menyebabkan jenis berkeringat lain yang diberi istilah berkeringat
emosional atau berkeringat mental. Berdasarkan penelitian pada neonatus cukup
bulan didapatkan berkeringat thermal awalnya melibatkan dahi, dan berkeringat
emosional melibatkan telapak tangan, telapak kaki.18
8
Bayi yang berumur kurang dari 36 minggu mulai berkeringat setelah rangsangan
thermal selama minggu ke-2 kehidupan, namun intensitas respon berkeringat
tergantung pada umur kehamilan dan pada awalnya regulasi thermal rendah. Selain
itu berkeringat emosional hanya dapat terjadi hanya setelah umur kehamilan 36
minggu.19
2.2.2 Hidrasi Kulit
Nilai kapasitansi berhubungan dengan hidrasi stratum korneum yang mempengaruhi
sawar mekanis dan absorpsi perkutan. Saat lahir, permukaan kulit lebih kasar dan
lebih kering dibandingkan anak yang lebih tua. Selama 30 hari pertama kehidupan,
kehalusan kulit berhubungan dengan peningkatan hidrasi kulit. Selama 3 bulan
berikutnya, hidrasi stratum korneum meningkat dan melebihi tingkat hidrasi pada
orang dewasa.20
Maturasi fungsional kelenjar keringat merupakan mekanisme utama
terkait peningkatan hidrasi kulit setelah kelahiran. Stratum korneum bayi berumur 3-
12 bulan lebih terhidrasi secara signifikan bila dibandingkan dengan kulit orang
dewasa. Perbedaan hidrasi kulit antara bayi dan orang dewasa lebih jelas terlihat pada
permukaan kulit, terutama pada kedalaman antara 10-14 µm dari permukaan kulit.
Defisiensi fungsi stratum korneum berakibat pada berkurangnya kapasitas kulit
neonatus untuk mempertahankan air dibandingkan kulit orang dewasa.21
Kulit bayi
memiliki tingkat absorpsi dan desorpsi air yang lebih tinggi dibandingkan orang
dewasa.
Mekanisme utama yang digunakan stratum korneum untuk mempertahankan
hidrasi kulit adalah melalui lipid lamellar interseluler, ikatan korneodesmosom,
korneosit hidrofobik ceramide, dan kompleks molekuler interseluler dan ekstraseluler
yang disebut sebagai natural moisturizing factor (NMF). Selama proses maturasi
korneosit protein profilaggrin di-defosforilasi menjadi filaggrin yang mengalami
proteolysis menjadi asam amino dan turunannya.22
9
Kombinasi asam amino, ion, asam organik, dan gula membentuk NMF. Unsur utama
NMF terdiri dari : serine, glisin, pyrrolidone-5-carboxylic acid, arginine, ornithine,
citrulline, alanine, histidine, dan urocanic acid. Aktifitas enzim pemecah filaggrin
meningkat saat kelembaban berkurang. Konsentrasi NMF pada bayi lebih rendah
daripada orang dewasa, namun pada 2 minggu awal kehidupan jumlah NMF lebih
tinggi. Tingkat NMF yang tinggi di hari-hari awal kehidupan dapat merupakan
mekanisme kompensasi untuk menyeimbangkan pH alkali dan hidrasi kulit selama
masa postnatal.23
2.2.3 pH Kulit
pH didefinisikan sebagai logaritma negatif ion hidrogen pada solusio cairan yang
digunakan untuk menunjukkan asam dan basa dengan skor 0-14. Nilai normal pH
kulit orang dewasa yang intak adalah asam karena adanya lapisan asam, sementara
cairan interstitial memiliki nilai yang netral.24
Tingkat pH kulit pada bayi lebih tinggi daripada kulit orang dewasa dengan
nilai pH berkisar antara 5-5.5. Neonatus memiliki permukaan kulit yang basa berkisar
antara 6.34-7.5, tergantung dari lokasi anatomi. Beberapa mekanisme memainkan
peranan pada pH basa kulit saat lahir, yang paling relevan adalah paparan terhadap
cairan amniotik selama dalam kandungan. Lapisan asam merupakan mekanisme
pertahanan kulit melawan infeksi yang mempengaruhi komposisi flora bakteri kulit.
Keadaan kulit yang asam memiliki peranan dalam maturasi sawar kulit dan aktivasi
enzim-enzim yang terlibat pada proses ekstraseluler lipid stratum korneum.25
pH basa
meningkatkan aktifitas serine protease (kallikrein 5 dan 7), menyebabkan degradasi
korneodesmosom dan enzim pemecah lipid sehingga terjadi deskuamasi. Mekanisme
eksogen dan endogen terlibat dalam proses asidifikasi permukaan kulit. Proses
enzimatik yang menghasilkan asam lemak bebas dari fosfolipid dan cis-urocanic
dengan degradasi histidin merupakan dua mekanisme endogen yang paling penting.
Mekanisme eksogen seperti produksi laktat pada kelenjar keringat dan hidrolisis
10
microbial trigliserida sebasea juga memiliki peranan dalam asidifikasi permukaan
kulit.26
Vernix caseosa merupakan pelindung kulit, yang berkembang selama
trimester akhir kehamilan saat differensiasi terminal epidermis dan pembentukan
stratum korneum. Vernix caseosa terdiri dari air (80.5%), protein, lipid sebum, dan
properti yang berikatan dengan air. Korneosit terdapat pada matriks lipid hidrofobik,
terdiri dari wax, ester sterol, skualan, kolesterol, trigliserida, dan bebas sterol.
Banyaknya korneosit janin yang terisi air membuat vernix menjadi kental walaupun
komposisinya mengandung banyak air.27
Retensi vernix pada permukaan kulit
menyebabkan hidrasi kulit yang lebih tinggi, pH kulit lebih rendah, dan berhubungan
dengan berkurangnya kehilangan panas setelah kelahiran. Neonatus yang berumur
kurang dari 28 minggu dengan berat badan lahir rendah memiliki sawar epidermis
imatur yang juga kurang memiliki lapisan pelindung yaitu vernix caseosa. Oleh
karena itu memiliki risiko temperatur rendah yang lebih tinggi.28
2.2.4 Sistem Imun Kulit
Kulit merupakan pertahanan pertama sistem imunitas bawaan melalui sitokin pro-
dan antiinflamasi, kemokin, unsur lipid dan protein, antigen-presenting cells, dan
fungsi sawar mekanis. Jaringan yang kaya akan sel imunitas kulit mengatur
pertahanan melawan mikroorganisme pathogen, respon terhadap perubahan
lingkungan, dan menjalankan beberapa fungsi homeostatik. Makrofag, sel dendritik,
sel Langerhans, sel dendritik dermis, sel mast, sel T epidermis dendritik, sel T cd
dermis, dan sel limfoid bawaan semuanya termasuk dalam imunitas bawaan. AMPs
merupakan bagian respon imunitas bawaan pada kulit manusia dan terutama
dihasilkan oleh keratinosit, sel mast, neutrophil, dan sebosit.29
Human beta defensins dan cathelicidins adalah dua kelas AMPs yang dibuat
oleh keratinosit. Dermcidin merupakan AMP yang terdapat pada kelenjar keringat
ekrin dan disekresikan ke dalam keringat setelah aktivasi proteolitik dari protein.
Ribonuklease antimicrobial yang disebut RNase 7, memiliki aktivitas antimicrobial
11
spectrum luas melawan banyak mikroorganisme. Asam lemak sapienik dan laurik
yang dihasilkan dari hidrolisis trigliserida dan sphingosines juga memiliki sifat
antibakteri. Integritas kulit dan fungsi antimikroba keduanya saling ketergantungan.
Tingkat AMP saat kondisi basal lebih rendah daripada setelah terjadi kerusakan
epidermis.30
Permukaan kulit neonatus dipenuhi oleh protein pertahanan hospes pada
tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan orang dewasa. Berbeda halnya
dengan protein total, protein antimikroba, lisozim, dan laktoferin pada permukaan
kulit neonatus lebih tinggi dibandingkan dengan orang dewasa. Selain itu, bakteri
komensal dapat memproduksi AMPs yang menyokong produksi AMP normal oleh
keratinosit dan menekan pelepasan sitokin berlebih setelah kerusakan eksternal minor
pada sawar kulit.21, 24
2.2.5 Mikrobioma Kulit
Kulit manusia dikolonisasi oleh berbagai mikroorganisme, kebanyakan tidak
berbahaya atau menguntungkan hospesnya. Sawar kulit berfungsi mencegah invasi
mikroorganisme pathogen dan menyokong pertumbuhan bakteri komensal.
Variabilitas mikrobiota kulit tergantung pada faktor endogen hospes, lingkungan
lokal kulit, dan transmisi. Gangguan keseimbangan mikrobiota yang menyebabkan
perubahan kontinuitas interaksi inter- dan intraspesies mengakibatkan terjadinya
kelainan kulit atau infeksi.25
Sejak lahir neonatus terpapar untuk pertama kalinya dengan berbagai jenis
bakteri dari berbagai sumber. Segera setelah lahir, mikrobioma kulit belum
terdifferensiasi pada tubuh. Setelah itu, komposisi mikroflora kulit pada bayi terbukti
spesifik berdasar lokasi sama halnya dengan pada orang dewasa. Bayi yang
dilahirkan melalui operasi sesar memperoleh mikrobiota bakterial menyerupai
mikrobiota permukaan kulit ibu mereka sendiri. Proses melahirkan spontan
menyebabkan komunitas bakteri pada kulit bayi didominasi oleh spesies
Lactobacillus, Prevotella, dan Sneathia. Hal ini kontras dengan mikrobioma kulit
12
pada bayi yang lahir melalui operasi sesar yang didominasi oleh spesies
Staphylococcus, Corynebacterium, dan Propionibacterium.23, 28
Perbedaan pada komunitas mikrobial berhubungan dengan karakteristik
spesifik kulit pada berbagai lokasi. Pada orang dewasa, propionibacterium dan
staphylococcus paling banyak terdapat di area sebasea, corynebacterium dan
staphylococcus mendominasi di daerah lembab, sedangkan proteobacteria dan
flavobacteriales mendominasi di daerah kering. Selama hari-hari awal kelahiran
fungsi sawar kulit berubah dan lingkungan kulit yang berkembang merangsang
pertumbuhan banyak bakteri dan membatasi pertumbuhan bakteri lainnya.27
Jumlah
spesies Staphylococcus pada kulit neonatus lebih banyak dibandingkan pada kulit
orang dewasa. Mengingat bahwa kulit bayi lebih terhidrasi daripada kulit orang
dewasa, maka mikrobioma kulit pada neonatus menyerupai mikrobioma yang
terdapat pada kulit orang dewasa yang lembab. Selain itu, berbeda halnya dengan
orang dewasa, firmicutes mendominasi pada kulit bayi diikuti oleh Actinobacteria,
Proteobacteria, dan Bacteroidetes. Komposisi mikroflora yang berada di permukaan
kulit terus mengalami perkembangan selama tahun pertama kehidupan.22
2.2.6 Transepidermal Water Loss
TEWL merupakan bagian dari insensible water loss dan berhubungan secara
signifikan dengan nilai absolut dari water loss yang dinilai secara gravimetris. Hal ini
menunjukkan bahwa maksud untuk menghitung jumlah air yang menguap di
permukaan kulit sebagai penanda fungsi sawar kulit tercapai. Terdapat pendekatan
yang berbeda untuk menilai TEWL. Metoda terkini yang digunakan adalah
berdasarkan perkiraan gradient air melalui suatu ruangan terbuka, yang memberikan
pengukuran berkelanjutan pada udara ruangan, dengan sedikit perubahan dari iklim
mikro di atas permukaan kulit.15, 26
Terdapat variabilitas nilai TEWL antar individu yang luas dengan variasi nilai
tertinggi terdapat pada anak-anak usia 3-6 bulan dibandingkan dengan anak yang
berumur lebih tua dan orang dewasa. Ada hubungan linear terbalik antara TEWL
13
dengan kelembaban relatif ruangan, dan kerentanan untuk berubah dalam hal
kelembaban lebih tinggi pada umur kehamilan yang lebih muda. Nilai TEWL lebih
tinggi pada bayi preterm dibandingkan dengan full-term dan terdapat korelasi yang
terbalik antara TEWL dengan umur kehamilan yang tercermin dari persamaan
TEWL= 4.17 + 64.76e. Sebagian besar penelitian mengenai TEWL menunjukkan
bahwa neonatus full-term dan orang dewasa memiliki nilai TEWL yang sama
sedangkan penelitian lainnya melaporkan nilai TEWL pada bayi yang lebih rendah
atau lebih tinggi dibandingkan pada orang dewasa. Nilai TEWL yang tinggi segera
setelah lahir dapat dikaitkan dengan adaptasi fungsional kulit terhadap lingkungan di
luar rahim yang penuh gas dan kering. Terdapat pula variasi TEWL antar lokasi.17
Neonatus memiliki nilai yang lebih tinggi pada lengan, telapak tangan, dan daerah
inguinal dibandingkan dengan lokasi anatomi lainnya dan hal ini dapat berhubungan
dengan berkeringat dan pronasi fleksural yang lebih dominan pada ekstremitas
neonatus. Setelah minggu pertama kehidupan, nilai TEWL yang lebih tinggi terdapat
pada daerah popok yang menandakan bahwa kelembaban yang tinggi akibat popok
dapat menurunkan kemampuan sawar kulit.8
2.3 Implikasi Klinis
Kulit bayi secara fungsional masih mengalami perkembangan. Gangguan fungsi
sawar pada kulit neonatus membuatnya rentan terhadap iritasi kimia dan infeksi lokal
maupun sistemik dibandingkan dengan orang dewasa.20
Banyak sabun tradisional berisi deterjen yang diperoleh dari saponifikasi.
Sabun alkali dapat meningkatkan pH permukaan kulit di luar kisaran ideal. Selain itu
juga dapat melarutkan komponen sawar kulit yang larut dalam lemak dan air.
Pembersih kulit bayi harus ringan untuk mendorong maturasi sawar kulit.24
Pada periode neonatus akhir, sekitar 50% dari semua kematian berhubungan
dengan sepsis atau infeksi berat lainnya. Sawar epidermis yang tidak kompeten dapat
menjadi faktor predisposisi utama terjadinya sepsis pada neonatus. Permeabilitas
sawar berhubungan dengan sawar antimikrobial, dan sebagian besar fungsi
14
pertahanan kulit terdapat pada stratum korneum. Kolonisasi patogen terbatas oleh
geometri lapisan kulit yang matur dan intak, kandungan air pada kulit yang rendah,
pH kulit yang rendah, mikroflora, antimicrobial surface-deposited free fatty acids,
dan sphingosine.11, 13
Perubahan kolonisasi utama pada kulit bayi antara lain kolonisasi oleh
Firmicutes (terutama Staphylococci) diikuti oleh Actinobacteria, Proteobacteria, dan
Bacteroidetes. Apabila sawar kulit terganggu, bakteri akan memiliki akses menuju
keratinosit epidermis dan dapat memicu respon imun pertahanan. Keratinosit
memproduksi antimicrobial peptide (AMPs). Tanpa adanya AMPs mikroorganisme
patogen dapat menyerang permukaan kulit menyebabkan infeksi atau
ketidakseimbangan flora komensal melawan bakteri patogen. Terdapat pula laporan
yang masih diperdebatkan di literatur mengenai efek pembersih terhadap bakteri
komensal.9 Mempertahankan pH permukaan kulit antara 4.0-4.5 memfasilitasi
terikatnya bakteri komensal kulit ke permukaan kulit. Larson dan Dinulos
berhipotesis bahwa penggunaan formulasi sabun yang tidak sesuai dapat mengubah
keseimbangan antara bakteri komensal kulit dengan bakteri patogen. Penggunaan
pembersih kulit bayi dengan pH netral yang tidak mengakibatkan perubahan pada pH
permukaan kulit sangat penting untuk maturasi kulit normal dan fungsi imun
bawaan.12
Epidermis bayi preterm rapuh disebabkan karena maturasi sawar kulit yang
belum sempurna. Oleh karena itu, penggunaan adhesives pada kulit neonatus dan
pelepasannya memerlukan cara khusus terutama pada neonatus preterm.
Pengelupasan epidermis akibat pelepasan adhesives dapat dihindari dengan
penggunaan film sawar cair di atas kulit di bawah dressing adhesive. Dressing silikon
lembut dan hidrokoloid lebih umum digunakan pada penatalaksanaan luka neonatus
dan pediatrik dengan mempertimbangkan pelepasan dressing ini yang tidak
menimbulkan trauma.14, 20
Luka bakar thermal dan kimia dapat memicu efek samping serius, sebagian
besar pada neonatus yang memiliki fungsi sawar kulit yang kurang efektif
15
dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Bayi preterm memiliki risiko utama dalam
hal morbiditas dan manajemen luka.24
Kulit neonatus memiliki karakteristik absorpsi yang khas dengan permeabilitas yang
tinggi terhadap agen topikal. Pada periode neonatus awal, terdapat absorpsi obat
topikal yang tinggi dan kehilangan air dari kulit yang tinggi karena perkembangan
stratum korneum yang belum sempurna. Terdapat penurunan permeabilitas kulit
seiring bertambahnya usia. Pada bayi yang lahir dari kehamilan berusia 37 minggu
absorpsi obat transkutan dan fungsi sawar kulit kurang baik. Agen yang diaplikasikan
secara topikal dan terabsorpsi dapat menyebabkan efek sistemik toksik dan dapat
memicu neurotoxicity, kerusakan struktural, dan bahkan kematian.4, 11
Bayi baru lahir yang terpapar dengan solusio iodine topikal memiliki
peningkatan risiko mengalami hipotiroid sementara karena iodine berlebih.
Penggunaan solusio iodine harus dihindari pada neonatus, terutama pada bayi baru
lahir preterm. Walaupun kulit bayi baru lahir relatif tahan terhadap isopropyl alcohol,
penggunaan yang berulang dapat memicu intoksikasi sistemik melalui absorpsi kulit
dan dapat menyebabkan nekrosis kulit hemorhagik berat pada bayi baru lahir
preterm.17
Chlorhexidine adalah antiseptik topikal yang direkomendasikan dan dapat
dipertimbangkan sebagai alternatif pengganti alkohol yang aman pada anak-anak
berumur lebih dari dua bulan karena kurangnya data mengenai keamanan pada bayi
yang lebih muda. Toksisitas sistemik dengan methemoglobinemia dapat terjadi akibat
absorpsi pewarna aniline ke kulit yang digunakan sebagai cap merk pada popok.
Dalam proses detoksifikasi terdapat enzim metabolism obat dalam kulit yang
memainkan peranan penting.15
Sel-sel epidermis dapat mengaktivasi sistem enzim
untuk men-detoksifikasi atau me-modifikasi agen melalui oksidasi, hidrolisasi,
hidroksilasi, deaminasi, atau konjugasi.26
Neonatus preterm tidak memiliki sistem
detoksifikasi kulit yang sempurna, oleh karena itu substansi topikal dapat diabsorpsi
tanpa modifikasi kimia. Oleh karena fungsi sawar kulit yang khas pada bayi baru
lahir, agen topikal harus digunakan hanya jika penggunaannya secara sistemik tidak
16
menyebabkan toksisitas. Bayi baru lahir memerlukan perhatian khusus dalam hal
pemilihan agen yang diaplikasikan secara topikal, namun risiko intoksikasi juga harus
dipertimbangkan pada anak-anak yang lebih tua.20
Penggunaan agen keratolitik topikal yang umum seperti asam laktat atau asam
salisilat dapat menyebabkan toksisitas sistemik terutama pada pasien usia muda yang
mengalami penyakit kulit dengan gangguan sawar kulit.13
Bayi baru lahir memiliki area permukaan yang luas dalam hubungannya
dengan volume dan konduktansi panas yang tinggi dengan peningkatan risiko
kehilangan panas. Mengeringkan kulit neonatus menggunakan inkubator pada suhu
thermoneutral dapat berguna dalam mencegah penurunan suhu tubuh yang cepat
dalam tubuh saat setelah lahir, terutama untuk bayi dengan berat lahir rendah yang
sangat beresiko kehilangan panas.15, 22
Bayi baru lahir yang dimandikan dalam satu
jam pertama setelah lahir meningkatkan risiko hipotermia, meskipun menggunakan
air hangat. Menggosok kulit bayi dengan spons selama mandi juga meningkatkan
pelepasan panas dan harus dihindari.9
Membersihkan bayi yang baru lahir memerlukan perawatan khusus untuk
menghindari iritasi kulit, mata, dan predisposisi mengalami infeksi kulit.
Direkomendasikan agar perawat bayi menggunakan pembersih cair khusus bayi
dengan pH netral atau asam ringan. Pembersih cair lebih dipilih daripada air saja dan
sediaan cair lebih dipilih daripada sabun pembersih batangan karena sediaan ini
sering berisi emollient. Penggunaan emollient berguna untuk memperbaiki elastisitas
kulit, mempertahankan homeostasis kulit, dan mengurangi TEWL yang tinggi pada
neonatus dan bayi.12
Sementara pengolesan emollient secara teratur sejak lahir
merupakan pencegahan dermatitis atopik pada neonatus yang berisiko tinggi.
Pengolesan emulsi emollient ke kulit bayi baru lahir yang prematur masih
kontroversial. Banyak penulis yang menyatakan bahwa pengolesan salep topikal
dapat meningkatkan risiko infeksi pada bayi baru lahir preterm, oleh karena itu
penggunaannya sebagai profilaksis harus dihindari.13
17
Darmstadt et al menguraikan terdapat penurunan angka infeksi nosokomial
dengan pengolesan minyak biji bunga matahari pada bayi baru lahir preterm, tanpa
efek samping. Minyak bunga matahari memelihara integritas stratum korneum dan
memperbaiki hidrasi. Minyak ini lebih superior dibanding minyak zaitun yang dapat
mendorong terjadinya dermatitis atopik dan memperparah dermatitis yang telah ada
sebelumnya.11, 25
Tabel 1. Perbedaan Struktural dan Fungsional antara Kulit Bayi dan Orang Dewasa9
Bayi Orang Dewasa
Perbedaan struktural
Ketebalan epidermis Lebih tipis Lebih tebal
Perlekatan sel dan
selularitas epidermis
Kurang Lebih banyak
Lipid kurang Lebih banyak
Melanin kurang Lebih banyak
Perbedaan fungsional
Keringat kurang Lebih banyak
Kandungan air Lebih tinggi Lebih rendah
Konsentrasi faktor
moisturizing alami
Lebih rendah Lebih tinggi
pH Lebih tinggi Lebih rendah
TEWL Lebih rendah
Mengingat kerentanan kulit bayi baru lahir terhadap iritasi, infeksi, gangguan
mekanis dan panas, permeabilitas yang tinggi terhadap agen topikal maka upaya
pencegahan harus dilakukan untuk memelihara integritas kulit neonatus dan anak
untuk menghindari komplikasi.16
2.4 Terapi Topikal
2.4.1 Penetrasi Obat Topikal ke dalam kulit dan absorpsi perkutan
18
Produk obat dermatologi topikal termasuk dalam kelas produk obat yang bekerja
secara lokal. Dalam hal ini lokasi aksi farmakologi adalah di kulit. Stratum korneum
dan permukaan kulit dipertimbangkan sebagai kompartemen invasi, sedangkan sistem
aliran darah merupakan kompartemen ekskresi. Oleh karena itu, terdapat dua jenis
bioavailabilitas yang berbeda dan harus dibedakan pada aplikasi topikal.4
Bioavailabilitas topikal menunjukkan tingkat dan sejauh mana bagian obat yang aktif
menjadi tersedia di lokasi aksi dalam hal ini di kulit. Sedangkan bioavailabilitas
sistemik tidak sesuai dalam menunjukkan bioavailabilitas kutis untuk obat yang
ditujukan mengobati kelainan kulit lokal namun menjadi penting untuk evaluasi
toksikologi beban tubuh dan untuk sistem terapeutik transdermal.7
Absorpsi perkutan adalah penyerapan dari suatu senyawa ke sirkulasi sistemik
setelah aplikasi topikal dan menggambarkan pergerakan melalui berbagai lapisan-
lapisan kulit (Gambar 1). Proses absorpsi perkutan dapat dibagi menjadi 3 langkah.
Penetrasi merupakan masuknya substansi ke dalam lapisan tertentu. Permeasi
merupakan aliran melalui satu lapisan ke lapisan lainnya. Absorpsi merupakan
penyerapan substansi ke sistem vaskular ( darah dan/atau pembuluh limfa) yang
berperan sebagai kompartemen pusat dan menunjukkan bioavailabilitas sistemik.31
19
Terdapat 3 rute potensial penetrasi dari permukaan kulit ke epidermis ( Gambar 2). 1)
Rute interseluler, 2) rute transseluler, dan 3) rute transappendageal melalui kelenjar
ekrin (keringat) atau folikel rambut beserta kelenjar sebasea yang menyertainya.
Dalam keadaan normal rute interseluler merupakan yang dominan, terdiri dari
rute yang berliku-liku sepanjang korneosit yang dilapisi amplop terkornifikasi
melalui lapisan lemak interseluler terstruktur. Panjang aliran difusi yang berliku-liku
telah diperkirakan sepanjang 300-500 µm, berbeda halnya dengan rata-rata ketebalan
stratum korneum yang hanya 20 µm. Proses transportasi meliputi sekuensial difusi
dan partisi antara bagian kelompok polar dan rantai alkil panjang lemak. Rute
transseluler memungkinkan untuk substansi hidrofilik kecil seperti air. Rute
transappendageal dulu dipertimbangkan memiliki peranan yang lebih sedikit selama
penetrasi perkutan, karena permukaan appendages kulit hanya menghasilkan
maksimal 0,1% dari total permukaan kulit.4, 7, 31
Setelah aplikasi formulasi topikal, senyawa aktif harus dilepaskan dari
vehikulum, partisi antara vehikulum dan stratum korneum, dan berdifusi melalui
lapisan-lapisan kulit yang berbeda sebelum dapat melakukan aksi farmakologinya,
hingga akhirnya diekskresikan ke sirkulasi sistemik.3
Difusi merupakan proses kinetik
Gambar 1. kompartemen yang berbeda yang harus dilewati oleh senyawa selama penyerapan perkutan.3
Gambar 2. Tiga kemungkinan rute penetrasi ke dalam stratum korneum: 1) interseluler, 2)
transseluler, 3) rute transappendageal. Stratum korneum digambarkan berdasarkan model batu
bata dan mortar: korneosit sebagai batu bata, lemak interseluler sebagai mortir.31
20
yang terjadi di sepanjang gradient konsentrasi dari bagian dengan konsentrasi lebih
tinggi ke bagian dengan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi melalui kulit dapat
digambarkan dengan hukum pertama Fick’s.31
2.4.2 Peraturan Umum
Menghitung dosis agen topikal yang dibutuhkan dapat disederhanakan menggunakan
tabel. Pada tabel 2 menunjukkan hitungan jumlah agen topikal yang diperlukan.
Jumlah yang dikehendaki untuk mempersiapkan formulasi dapat diperkirakan untuk
jangka waktu tertentu. Sebagai contoh, bayi berumur 3 bulan akan membutuhkan 100
gram untuk dua kali pengolesan selama dua minggu, sedangkan anak berumur 10
tahun akan membutuhkan 450 gram.18
Tabel 2. Jumlah yang diperlukan dalam dua kali pengolesan terapi topikal dalam
sehari untuk seluruh permukaan tubuh.24
Umur Jumlah
3 bulan 8 g
6 bulan 9.5 g
12 bulan 12 g
18 bulan 13.25 g
2 tahun 13.5 g
3 tahun 16 g
4 tahun 19.25 g
5 tahun 20 g
7 tahun 24.5 g
10 tahun 30 g
Gambar 3. Gambaran Skematis Absorpsi Perkutan31
21
Dosis harus disesuaikan terhadap farmakokinetik obat, umur pasien, gambaran klinis,
ukuran dan volume tubuh, serta keperluan pasien sebagai individu.4
2.4.3 Terapi yang meningkatkan absorpsi perkutan dari obat-obat topikal
Terdapat beberapa hal yang dapat meningkatkan absorpsi agen topikal secara
dramatis. Hal ini antara lain : kulit yang basah terkena air hangat, yang meningkatkan
penetrasi karena hiperhidrasi stratum korneum dan hiperemia kulit. Untuk
menghindari intoksikasi, agen topikal sebaiknya tidak dioleskan dalam satu jam
sesudah mandi.30
Mengoleskan skabisida topikal seperti lindane segera setelah mandi dapat
meningkatkan absorpsi dan risiko intoksikasi (terutama kejang) secara signifikan.
Lindane tidak digunakan lagi pada bayi. Terapi oklusi terutama pengolesan
kortikosteroid pada area intertriginosa termasuk daerah popok dan leher seharusnya
dihindari mengingat adanya peningkatan absorpsi pada region ini.11, 17
Apabila penggunaan kortikosteroid pada daerah popok tidak dapat dihindari
dalam situasi yang luar biasa dapat digunakan kortikosteroid kelas I dalam jangka
waktu singkat ( sampai 5 hari) untuk menghindari efek samping seperti granuloma
gluteale infantum, atrofi kulit, hipertrikosis, striae distensae, dan efek samping
sistemik (penyakit cushing, diabetes mellitus, dan terutama kelainan pertumbuhan).
Stratum korneum memiliki fungsi penyimpanan sehingga pengolesan sebanyak satu
kali dalam sehari sudah cukup.12
Area yang diterapi harus terbuka selama satu jam
setelah aplikasi obat. Untuk terapi oklusi menggunakan perban atau pembalut harus
memperhatikan jumlah yang diaplikasikan terkait dengan area permukaan dan ukuran
tubuh anak-anak untuk menghindari efek samping sistemik dan takifilaksis dini.
Terapi kombinasi topikal dapat merubah absorpsi secara signifikan. Sebagai contoh,
aplikasi produk berbasis urea dapat meningkatkan absorpsi perkutan berbagai obat
termasuk kortikosteroid dan calcineurin inhibitor. Interaksi dengan obat sistemik
22
harus dipertimbangkan. Sebagai contoh asam salisilat yang terabsorbsi perkutan dapat
meningkatkan tingkat serum metotreksat (MTX).23, 27
2.4.4 Agen Topikal yang umumnya atau Dalam Keadaan tertentu tidak
direkomendasikan penggunaannya pada neonatus dan bayi
Berdasarkan umur anak, agen dermatologi dengan boric acid, resorcin, phenol-based,
berbasis merkuri tidak lagi diberikan. Penggunaan dari agen topikal berikut ini juga
kontraindikasi pada bayi, antara lain : alkohol, clioquinol, hexachlorophene,
neomycin, dan hexachlorocyclohexane, salicylic acid, povidone iodine dan
calcipotriol. Efek samping dari obat-obat ini maupun obat lainnya diuraikan lebih
jelas di bawah ini.5
2.4.4.1 Antiinfeksi Topikal
Agen antiinfeksi paling umum digunakan pada neonatus dan bayi untuk mengobati
akne vulgaris dan infeksi bakteri serta virus. Sama halnya dengan obat akne topikal
non-antibiotik, efek samping yang ditimbulkan adalah iritasi kulit dan kekeringan
kulit. Benzoyl peroxide dan azelaic acid juga dapat memutihkan kulit, rambut, dan
pakaian. Penggunaan dengan kombinasi dengan antibiotik topikal seperti eritromisin,
klindamisin, dan minosiklin diindikasikan untuk penyakit yang berat. Penting untuk
dicatat bahwa eritromisin sebaiknya tidak diresepkan bersamaan obat lain dalam
sediaan cair karena stabilitas optimalnya hanya dapat tercapai pada kondisi dasar.
Untuk terapi antibiotik topikal jangka panjang harus mempertimbangkan
kemungkinan terjadinya resistensi terhadap Propionibacterium acnes yang paling
sedikit didapatkan pada terapi menggunakan minosiklin.2, 9
Pada kasus yang sangat
jarang, penggunaan klindamisin jangka panjang yang diaplikasikan pada area
permukaan yang luas dapat menyebabkan pseudomembranous colitis. Sulfonamides
sebaiknya tidak digunakan pada bayi baik sistemik atau topikal karena kemungkinan
efek samping yang berat (sindrom hipersensitivitas, kernicterus). Pada praktek
23
dermatologis, obat ini hanya diindikasikan pada pasien dengan HIV (Pneumocystis
carinii infections, toxoplasmosis).6
Impetiginized eczema merupakan indikasi klasik untuk memberikan
antiseptik, yang lebih dipilih adalah antibiotika topikal karena tidak menyebabkan
resistensi. Efek samping berikut ini sebaiknya dipertimbangkan: hexachlorophene
merupakan phenol yang bersifat lipophilia sehingga memiliki efek neurotoksik,
methylrosaniline chloride (gentian violet) dalam konsentrasi yang tinggi (0.5% atau
lebih) dapat menyebabkan erosi dan ulserasi pada kulit dan membran mukosa.7 Silver
sulfadiazine yang terutama digunakan untuk mencegah infeksi pada luka bakar dan
luka melepuh dan juga digunakan pada toxic epidermal necrolysis dan staphylococcal
scalded skin syndrome (SSSS) dapat menyebabkan agranulositosis, argyrosis, dan
hiperbilirubinemia pada bayi. Asam fusidat dan mupirosin efektif dalam mengobati
infeksi kulit staphylococcal sehingga merupakan terapi yang menjanjikan untuk
impetigo contagiosa dan impetiginized eczema. Begitu pula terapi harus diberikan
dalam jangka waktu yang singkat untuk menghindari resistensi, dan mupirosin
sebaiknya hanya digunakan pada pasien dengan MRSA (methicillin-resistant S.
aureus). Pada pasien ini, mupirosin yang dapat menyebabkan rasa terbakar dan gatal
pada lokasi pengolesan harus diaplikasikan sebanyak dua kali dalam sehari selama 5-
7 hari di dekat lubang hidung untuk membunuh S. aureus.10, 13
2.4.4.2 Antiparasit
Skabies dan pedikulosis kapitis merupakan penyakit epizootic pada anak-anak yang
memerlukan terapi antiparasit. Permethrin telah terbukti merupakan terapi pilihan
pada bayi. Krim Permethrin 5% dianjurkan sebagai terapi lini pertama untuk pasien
berusia lebih dari 2 bulan. Karena ada kekhawatiran teoritis mengenai absorpsi
perkutan dari permetrin pada bayi lebih muda dari usia 2 bulan, pedoman
merekomendasikan terapi dengan sulfur 7% daripada permetrin.3 Peningkatan area
permukaan kulit pada bayi menyebabkan bayi lebih berisiko mengalami absorpsi
24
sistemik yang lebih tinggi dan kemungkinan mengalami kejang serta neurotoxicity
lainnya.24
Mengoleskan lindane ke area permukaan yang luas terutama pada pasien
dengan gangguan sawar epidermis dapat diabsorbsi sehingga memiliki efek samping
neurotoksik dan hematotoksik. Dibandingkan permethrin, lindane memiliki tingkat
konsentrasi plasma yang lebih tinggi karena distribusinya dan metabolism yang lebih
lambat. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan terutama pada pediatric
dermatology.25, 26
2.4.4.3 Exfoliant
Asam salisilat memiliki efek keratolitik dalam konsentrasi 5-10%. Terapi ini
diindikasikan untuk penyakit kulit hiperkeratotik berskuama seperti psoriasis, iktiosis,
dan veruka. Pada bayi dan pasien dengan gangguan fungsi sawar epidermis. Sakit
kepala, mengantuk, dan tinnitus adalah tanda-tanda toksisitas sistemik, yang dalam
keadaan ekstrim dapat menjadi fatal. Absorpsi asam hidroksi topikal seperti asam
laktat yang dapat terjadi terutama pada bayi baru lahir dengan penyakit gangguan
fungsi sawar epidermis seperti iktiosis kongenital melibatkan risiko asidosis. Untuk
pasien tersebut konsentrasi obat yang digunakan tidak boleh melebihi 5 %. Propylene
glycol yang digunakan sebagai pelembab, pelarut, dan pengawet (dengan konsentrasi
20% dalam air) dapat mengiritasi dan mensensitisasi kulit pada konsentrasi 20 %.
Pada bayi dapat terjadi absorpsi sistemik sehingga mempengaruhi sistem saraf
pusat.15, 23
2.4.4.4 Agen lainnya
Dithranol (Cignolin R), suatu terapi topikal antimitotik terbukti merupakan terapi
efektif untuk psoriasis pada anak-anak. Keefektifan obat ini sebagai terapi alopesia
areata telah dikonfirmasi oleh hasil temuan pada sejumlah kecil anak-anak yang
rambutnya tidak tumbuh kembali dalam 3-4 bulan setelah terapi kortikosteroid
topikal. Kerugian terapi dengan dithranol antara lain kemungkinan terjadinya efek
25
samping seperti kemerahan, pengelupasan, gatal-gatal, pembengkakan kelenjar getah
bening regional, dan pewarnaan pada kulit, rambut, dan pakaian. Diskusi menyeluruh
dengan orang tua dan juga pasien sangat penting untuk memastikan kepatuhan
berobat.27
Psoriasis vulgaris merupakan indikasi utama penggunaan Vitamin D3
analogues (calcipotriol, tacalcitol). Kesuksesan penggunaan obat ini sebagai terapi
morphea, ILVEN, ichthyosis, dan vitiligo juga telah dilaporkan pada beberapa kasus.
Iritasi merupakan efek samping yang umum terjadi, sedangkan sensitisasi dan
hiperkalsemia terjadi lebih jarang apabila pasien taat terhadap dosis yang
direkomendasikan. Sebagai tindakan pencegahan, calcipotriol tidak lagi digunakan
pada neonatus dan bayi, serta tidak digunakan pada area kulit yang luas pada bayi.
Untuk kulit anak- anak yang sangat irritable, calcipotriol dapat dilarutkan dengan
White Vaseline.27, 28
Retinoid topikal menyebabkan proliferasi dan differensiasi keratinosit dan
digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti akne vulgaris (terutama dalam
kombinasi dengan klindamisin), sun-damaged skin, striae distensae, veruka plana
juvenile, dan penyakit Darier. Dapat terjadi efek samping berupa iritasi kulit yang
berkurang seiring pengobatan. Pada table 3 terdapat daftar terapi topikal yang sering
digunakan pada pediatric dermatology, penggunaan yang disetujui, dosis, indikasi,
dan efek samping.17
2.5 Peresepan Off-label dalam Terapi Kelainan Kulit pada Pediatri
Kode etik dan pedoman persetujuan yang ketat bertujuan menyaring banyaknya obat
untuk anak-anak di pasaran yang belum diuji dan belum disetujui untuk terapi karena
kurangnya pengalaman klinis. Dengan demikian dokter-dokter yang merawat anak
dengan kelainan kulit dihadapkan pada tindakan untuk menggunakan substansi off-
label dalam terapi sejumlah penyakit. Suatu resep dipertimbangkan sebagai off-label
apabila digunakan pada pasien di luar kelompok usia yang disetujui, diresepkan
26
dalam sediaan yang tidak sesuai dengan umur pasien, dan bila dosis atau rute
administrasinya tidak cukup banyak dijelaskan dalam dokumentasi referensi bahkan
tidak sama sekali dijelaskan.7
Penelitian sistematis terhadap resep obat pasien rawat jalan anak-anak
melaporkan bahwa 13.2% dari 1.59 juta resep adalah off-label. Obat off-label yang
paling umum adalah agen topical untuk mata dan telinga (78.6% dari semua resep)
dan produk dermatologi (57.9% dari semua resep dermatologi), yang diresepkan oleh
dokter anak, dokter umum, dan dokter penyakit dalam. Resep off-label pada pasien
rawat inap yang dilaporkan sebanyak 90%. Peresepan obat off-label seharusnya tidak
boleh sampai menggantikan terapi bagi anak yang telah terbukti efektif dalam
penelitian.16
Untuk menghindari efek samping yang berat dan untuk memastikan bahwa
anak-anak menerima perawatan yang optimal, harus didukung adanya uji klinis pada
anak. Karena masih kurangnya penelitian seperti ini sedangkan anak-anak harus tetap
mendapatkan manfaat dari perkembangan terapi obat-obatan maka peresepan obat
off-label masih tetap diperlukan.25
27
Tabel 3. Agen Topikal yang umum digunakan dalam Pediatric Dermatology : Bahan aktif, Indikasi, Dosis, dan efek
samping
Agen/Persetujuan Dosis Indikasi/terpilih Efek Samping/ Komentar
ANTIBIOTIKA Klindamisin/semua umur 2x/hari Inflammatory form of acne Perkembangan resistensi terhadap
propionibacterium acnes
Eritromisin/semua umur 2x/hari
Hydrophilic erythromycin cream
0.5/1/2 atau 4 % (NRF 11.77)
Erythromycin/ethanol solution
0.5/1/2 atau 4 % (NRF 11.78)
Erythromycin/ethanol gel 0.5/1/2
atau 4% (NRF 11.84)
Inflammatory form of acne
Perkembangan resistensi terhadap
S. aureus (umum) dan
Propionibacterium acnes /
ketidakstabilan formulasi dengan
agen topikal lainnya
Mupirosin/semua umur 3x/hari selama 5 hari
Lubang hidung
Pasien MRSA Impetigo
contagiosa
Perkembangan resistensi terhadap
S.aureus (jarang), karenanya
mupirosin digunakan pada pasien
MRSA
ANTIINFLAMASI
AGEN TOPIKAL
Calcineurin inhibitors/disetujui
untuk digunakan pada pasien
berumur 2 tahun atau lebih
Pimecrolismus
Tacrolismus
2x/hari
2x/hari
Ringan- dermatitis atopik sedang
Sedang- dermatitis atopik berat
Rasa gatal sementara pada tempat
aplikasi/ peringatan: jangan
dikombinasikan dengan radiasi
UV (sunscreen/protective sun
wear), belum ada penelitian
longitudinal selama 10 tahun
CORTICOSTEROIDS Sebagai aturan pakai :gunakan
dalam jangka pendek
CLASS I
Hidrokortisone 1%/≥ 6 tahun,
untuk anak yang lebih muda
setelah dipertimbangan dengan
hati-hati
1x/hari hydrophilic
Hydrocortisone cream
0.25/0.5/1% (NRF 11.36) (NRF
11.15)
Eksaserbasi dermatitis atopik
pada bayi
Tidak dengan penggunaan yang
tepat/ jangan digunakan pada area
lipatan, termasuk area popok
(oklusif), untuk area wajah
maksimum 5 hari
28
Tabel 3. Lanjutan
Agen/persetujuan Dosis Indikasi/terpilih Efek Samping/komentar
CLASS II
Methylprednisolone aceponato
/≥3 thn
1-2 x/hari Eksaserbasi dermatitis atopik
pada balita
Tidak terdapat efek samping bila
digunakan dengan tepat, jangan
digunakan pada area lipatan,
untuk area wajah maksimum 5
hari
Prednicarbate/ penggunaan pada
bayi hanya setelah
dipertimbangkan dengan hati-hati
1-2 x/hari Eksaserbasi dermatitis atopik
pada balita
Dengan penggunaan yang tepat
tidak terdapat efek samping.
Jangan digunakan pada area
lipatan, termasuk area popok
(oklusif), area wajah maksimal 5
hari
Calcineurin inhibitors/ disetujui
untuk digunakan pada anak-anak
berusia ≥ 2 thn Pimecrolismus
Tacrolismus
2x/hari
2x/hari
Dermatitis atopik ringan-sedang
Dermatitis atopik sedang-berat
Rasa terbakar sementara pada
tempat aplikasi/ peringatan:
jangan dikombinasikan dengan
radiasi UV, penggunaan awal
selama 2-4 minggu, belum ada
penelitian longitudinal selama 10
tahun
ANTIPARASITICS
Benzoyl benzoate 10%/ tidak
untuk digunakan pada bayi
prematur atau bayi baru lahir
1x/hari selama 3 hari , wash off
di hari ke-4 benzyl benzoate
emulsion 10% (NRF 11.64)
Skabies Iritasi kulit dan membrane mukosa,
bahan pada balsam of peru
sensitisasi potensial, Gasping
Syndrome pada bayi prematur dan
bayi baru lahir
Crotamiton 10% / semua umur Bayi baru lahir 1x/hari tipis
selama 3-5 hari, anak-anak
lainnya: aplikasikan tipis
beberapa kali selama 3-5 hari
Skabies Kurang efektif dibandingkan
dengan antibiotika lain
Hexachlorocydohexane (Lindane)
0.3%/ tidak untuk digunakan pada
bayi prematur atau bayi baru lahir
Bayi: bergantian selama 4 hari
bagian bawah/sebagian badan
bagian atas selama 3 jam
-Skabies
- Pedikulosis kapitis
Neurotoksik dan hematotoksik bila
digunakan pada area tubuh yang luas
dan/atau sawar epidermis yang rusak.
29
Tabel 3. Lanjutan
Agen/persetujuan Dosis Indikasi/terpilih Efek Samping/komentar
Permethrin 5 %/ terapi pilihan
untuk scabies dan pedikulosis
kapitis pada semua umur
Scabies:
1x selama 8-12 jam, ulang bila
diperlukan setelah 1 minggu,
seiring terapi kepala pada bayi
dan balita
Pedikulosis kapitis:
1x setelah mencuci rambut
selama 30-45 menit
-Skabies-pedikulosis kapitis (juga
P.corporis dan pubis)
Disetujui ulang: sekolah taman
kanak-kanak 1 hari post terapi,
hanya apabila ditemukan gejala
klinis yang khas (eksimatisasi,
impetiginisasi, gatal ekstrim)
disertai absen yang lama
ANTISEPTICS
Chlorhexidine gluconate 0.5%/
tidak untuk digunakan pada bayi
premature atau bayi baru lahir
1-2 x /hari
Hydrophilic chlorhexidine
gluconate cream 0.5% (NRF
11.116)
Pioderma Sensitisasi jarang
Clioquinol 0.5% / tidak untuk
digunakan pada bayi
1-2 x/hari clioquinol 0.5%
Cordes lotion ad 100.0 g atau
titanium dioxide talcum aa 20.0
g glycerol 85% 30.0 g sterile
water ad 100.0 g
N
Neurotoksik, jangan digunakan
pada area tubuh yang luas
Eosin 0.5% Aqueous eosin /dinatrium
solution 0.5% (NRF 11.95)
1x/hari
Weeping, kelainan kulit
impetiginisasi
Jangan diaplikasikan pada area
tubuh yang luas
Potassium permanganate (1:10.000) Potassium permanganate-1%
concentrate for solution (NRF
11.82) 1x/hari direndam,
kompres
Weeping, kelainan kulit
impetiginisasi
Dapat menyebabkan caustic
injury pada konsentrasi tinggi
Methylrosaniline chloride (gentian
violet / crystal violet) 0.1-0.5%
Methylrosaniline chloride
solution 0.1 atau 0.5 % (NRF
11.69) tiap hari
Dermatitis atopik impetiginisasi;
dermatitis popok, impetigo
contagiosa
Bayi: kulit sampai 0.25%
Membran mukosa sampai 0.1%
Potensi nekrosis pada konsentrasi
lebih tinggi
Octenidine 0.2 Kompres, beberapa kali dalam
sehari
Jangan digunakan pada area
lipatan
30
Tabel 3. Lanjutan
Agen/persetujuan Dosis Indikasi/terpilih Efek Samping/komentar
Polyvidone iodine 10%/ tidak untuk
bayi premature
Polyvidone iodine ointment 10%
(NRF 11.17)
Luka-luka, luka bakar, lepuh Penggunaan pada area tubuh yang
luas potensi hipotiroid,
sensitisasi jarang
Silver sulfadiazine/ tidak untuk bayi
baru lahir
1x/hari ganti kompres tiap 24-
48 jam
Profilaksis infeksi setelah luka
bakar, lepuh, SSSS
Aplikasi pada area tubuh yang
luas dengan kerusakan sawar
epidermis leukopenia, argyrosis
(dengan radiasi UV)
Triclosan 1-3% Hydrophobic triclosan cream 2
% (NRF 11.122)
Dermatitis atopik impetiginisasi Jangan digunakan pada area
lipatan
KERATOLITIK/KOMEDOLITIK
Azelaic acid (20%) 2x/hari Acne comedonica Kemerahan,
pengelupasan/pemutihan dari
hiperpigmentasi terkait akne
Benzoyl peroxide (2.5-5%) 1-2x/hari Acne vulgaris (comedolytic,
antibacterial)
Iritasi, pemutihan pakaian gelap
(efek oksidasi)
Urea-based products 5%-10%/
tidak untuk digunakan pada bayi
dan balita
Beberapa kali dlm sehari
hydrophilic urea-based cream
5%/10% (NRF 11.71) hydrophilic
urea-based emulsion 5%/ 10%
(NRF 11.72) urea/cetomacrogol
ointment 10% (NRF 11.73)
aqueous urea (wool fat ointment
5%/10% lipophilic urea cream
(NRF 11.74) 5%/10% (NRF
11.129)
- Eczema
- Ichthyosis
- Psoriasis vulgaris
Pada bayi: rasa terbakar, efek
seperti tersengat/pedih,
meningkatkan absorpsi dari agen
topikal lainnya
Asam Laktat 5%-10%/ tidak
untuk digunakan pada bayi
prematur atau bayi baru lahir
Beberapa kali dalam sehari
terintegrasi dalam krim atau
ointment
-ichthyosis
- eczema
Konsentrasi yang lebih tinggi
pada bayi baru lahir
dihipotesiskan berisiko asidosis
metabolik
31
Tabel 3. Lanjutan Agen/persetujuan Dosis Indikasi/terpilih Efek Samping/komentar
Asam salisilat 2-10%/ tidak untuk
digunakan pada bayi, tidak untuk
digunakan pada area tubuh yang
luas ointment atau minyak
Maksimal 2.5%; jangan
diaplikasikan pada area tubuh
yang luas atau untuk jangka
waktu yang lama (beberapa
minggu). Pengecualian: luas area
tubuh kurang dari 10 cm2 sampai
10%, maksimal 3 hari asam
salisilat ointment 1/2/3/5/10 %
(NRF 11.43) krim asam salisilat
hidrofilik 5% (NRF 11.106)
ethanol/salicylic gel 6% (NRF
11.54) salicylic acid oil 2/5 atau
10% (NRF 11.44) bilas minyak
asam salisilat 2/5 atau 10% (NRF
11.85)
Hiperkeratosis, pengelupasan (
veruka, clavi, psoriasis)
Penggunaan pada area tubuh
yang luas disertai risiko
intoksikasi terutama pada bayi
dan pasien dengan gangguan
permeabilitas sawar kulit
Tretinoin 0.025-0.05 % ointment
atau cream
Hydrophilic tretinoin cream
0.025/0.05 atau 0.1% (NRF
11.100) hydrophobic tretinoin
cream 0.025/0.05 atau 0.1%
(NRF 11.123) lipophilic tretinoin
ointment 0.025/0.05 atau 0.1%
(NRF 11.101) hydrophilic
tretinoin gel 0.025/0.05 atau 0.1%
(NRF 11.124) ethanol/tretinoin
solution 0.025/0.05 atau 0.1%
(NRF 11.102)
Akne vulgaris, veruka plana
juvenile, moluskum kontagiosum,
striae distensae, Darier disease
iritasi
32
Agen lainnya
Dithranol (Cignolin) (0.5 %) /
tidak untuk digunakan pada bayi
baru lahir
Terapi kontak pendek:
Hari ke-1 5 menit meningkat tiap
hari selama 5-20 menit. Dithranol
ointment 0.05/0.1/0.25/0.5/1 atau
2% (NRF 11.51) bilas dithranol
ointment 0.05/0.1/0.25/0.5/1 atau
2% (NRF 11.52)
Dithranol/macrogol ointment
0.25/0.5/1 atau 2 % (NRF 11.53)
bilas dithranol oil 0.25% dengan
asam salisilat 2% (NRF 11.115)
soft dithranol /zinc paste
0.05/0.1/0.25/0.5/1 atau 2% (NRF
11.56)
-Psoriasis vulgaris
-alopecia areata
Iritasi kulit, pembengkakan
kelenjar getah bening regional,
pewarnaan pada kulit dan
pakaian/ peringatan: asam salisilat
sebagai stabilizer
Calcipotriol ( Vit. D3 analogue)
0.005 %) / tidak untuk bayi baru
lahir / hanya daivonex yang
disetujui untuk digunakan pada
anak-anak (usia ≥ 6 thn )
2x/hari
-Psoriasis vulgaris
-Ichthyosis
- ILVEN
Penggunaan yang tidak tepat (
area tubuh yang luas, kerusakan
permeabilitas sawar epidermis)
dapat menyebabkan gangguan
tingkat kalsium/fosfat (belum
ditunjukkan dalam penelitian)
sampel urin 24 jam : rasio
kalsium/kreatinin
Lidocaine/ Prilocaine cream
(EMLA cream)/ tidak untuk
digunakan pada bayi prematur
30-45 menit dengan oklusi -Anestesi lokal (sebelum
curettage, cek darah dan biopsi)
indikasi utama : Mollusca
contagiosa
aplikasi ke area tubuh yang luas
pada bayi dapat menyebabkan
Methemoglobinemia (tidak
dengan administrasi
methemoglobinemia-inducing
drugs lain bersamaan atau glucose
-6-phosphate-dehydrogenase
deficiency) sensitisasi jarang.
Imiquimod 5%/ tidak disetujui
untuk digunakan pada anak-anak
3x/minggu, aplikasikan tipis,
diamkan selama 6-10 jam
- Kondiloma akuminata
Reaksi inflamasi berat, perubahan pigmen
jarang, demam, nyeri sendi,infeksi/rekomendasi:
hanya digunakan pada anak-anak yang lebih tua
( remaja, dewasa muda)
33
BAB III
RINGKASAN
Kulit merupakan organ yang kompleks dan dinamis yang memiliki beberapa fungsi
vital. Proses maturasi kulit dimulai saat lahir dengan adaptasi kulit terhadap
lingkungan luar yang kering dibandingkan dengan lingkungan dalam rahim.
Kemampuan beradaptasi ini mengakibatkan kulit bayi memiliki properti yang unik.
Untuk memberikan terapi yang sesuai bagi kulit bayi, sangat penting untuk
mengetahui dan mengerti karakteristiknya.
Tujuan pokok perawatan kulit yang aman dan efektif adalah untuk
mengidentifikasi agen yang dapat mempengaruhi sawar kulit atau yang dapat
menyebabkan toksisitas sistemik dan menghindari penggunaanya. Dengan demikian
dapat meminimalisir risiko kegagalan thermoregulasi yang akan melindungi bayi baru
lahir melawan potensi kerusakan kulit dan kehilangan fungsi sawarnya.
Terapi topikal sangat diperlukan sebagai penanganan penyakit kulit pada
anak-anak. Namun, dokter harus menyadari perbedaan dalam absorpsi perkutan dan
risiko toksisitas dari obat topikal, yang sering bersifat unik terhadap bayi dan anak-
anak. Terapi topikal harus diberikan secara individual dan kesuksesannya sering
sangat tergantung dari pemilihan vehikulum yang sesuai, kemudahan pengaplikasian,
dan besarnya biaya yang dibebankan pada pasien. Walaupun banyak terapi topikal
yang tersedia belum disetujui penggunaannya pada anak-anak oleh FDA, belakangan
ini sudah mulai banyak dilakukan penelitian obat bagi pasien pediatri.