Upload
luckyriadi
View
41
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
referat fraktur ekstremitas radiologi
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
Saat ini penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-
pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini (2000-
2010) menjadi dekade tulang dan persendian. Masalah pada tulang yang mengakibatkan
keparahan disabilitas adalah fraktur. Fraktur merupakan kondisi terputusnya kontinuitas jaringan
tulang yang umumnya disebabkan trauma langsung maupun tidak langsung. Dengan makin
pesatnya kemajuan lalu lintas baik dari segi jumlah pemakai jalan, jumlah pemakai kendaraan,
jumlah pemakai jasa angkutan, bertambahnya jaringan jalan dan kecepatan kendaraan maka
mayoritas terjadinya fraktur adalah kecelakaan lalu lintas. Sementara trauma – trauma lain yang
dapat menyebabkan fraktur adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja dan cedera olah raga.
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2005 terdapat lebih dari 7 juta orang
meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik.
Salah satu insiden kecelakaan yang cukup tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas bawah, sekitar
46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi.
Pemeriksaan penunjang yang sangat membantu saat ini adalah di bidang Radiologi,
terutama foto x-ray, karena kita dapat mengetahui lokasi fraktur secara akurat dan menentukan
jumlah fragmen tulang, menunjukan derajat dislokasi, melihat ada tidaknya benda asing, dapat
mengetahui fraktur yang tidak terduga, serta mengetahui jenis, cara penanganan, komplikasi, dan
tingkat bahayanya fraktur.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Fraktur didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas struktur tulang.1
B. Anatomi
Sistem skeletal dibagi menjadi dua bagian yaitu axial skeletal yang terdiri dari
tulang cranium, leher (tulang hyoid dan vertebra servikal), batang tubuh (costae, sternum,
vertebrae dan sacrum) dan apendikular skeleteon yaitu yang terdiri dari tulang anggota
gerak (ekstremitas). (clinically oriented anatomy). Skeleton terdiri dari tulang dan
kartilago yang dilapisi oleh jaringan ikat fibrosa. Jaringan ikat yang menutupi tulang
disebut periosteum sedangkan pada kartilago disebut perikondrium. Tulang juga
diklasifikasikan menjadi tulang panjang atau tulang pipa, tulang pipih, tulang pendek,
tulang tak beraturan dan tulang sesamoid. 2
Tulang panjang merupakan tulang yang berbentuk seperti tabung dengan bagian
ujungnya yang meluas dan kuat untuk menahan beban. Kerusakan atau pertumbuhan
abnormal pada lempeng epifisis dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan.2
2
C. Etiologi
Fraktur dapat disebabkan karena trauma / injury, stress atau tekanan yang
berulang pada tulang dan melemahnya struktur tulang yang abnormal (fraktur patologis).3
D. Patofisiologis
Fraktur dapat disebabkan oleh kondisi fisiologis maupun patologis. Fraktur
fisiologis terjadi karena trauma berat atau trauma ringan yang terus menerus, misalnya
saat terjatuh, kecelakaan lalu lintas. Fraktur patologis terjadi karena adanya penyakit
yang mendasari sehingga tulang menjadi keropos atau tidak kuat, bisa dijumpai pada
penderita polio, tumor, osteoporosis dan osteogenesis imperfecta.4
3
Energi yang mengenai tulang dapat ringan, sedang maupun berat. Fraktur yang
disebabkan oleh energi yang ringan berbeda dengan fraktur yang disebabkan oleh energi
yang berat. Kalau energinya sedang, maka bisa saja jaringan tulang tidak terputus
seluruhnya. Fraktur jenis ini disebut fraktur inkomplit, misalnya hairline fracture,
dimana fraktur hanya berupa garis tipis seperti rambut. Akibatnya sering tak terlihat
dalam pemeriksaan Rontgen. Contoh lain fraktur inkomplit adalah greenstick fracture.
Greenstick fracture adalah fraktur yang terjadi pada anak-anak. Elastisitas tulang anak-
anak lebih tinggi daripada tulang orang dewasa. Maka bila dikenai gaya satu sisi korteks
tulang tertekan dan bengkok (konkaf), sedangkan sisi lainnya konveks. Jika energi yang
dikenakan cukup besar, sisi yang mengalami gaya kompresi (yang konkaf) tadi dapat
patah. Prinsipnya seperti membengkokkan dahan yang masih hijau. Dahan tak langsung
patah namun membengkok terlebih dahulu, jika energi yang dikenakan melampaui
elastisitasnya, baru kemudian patah salah satu sisinya. Itulah sebabnya disebut greenstick
fracture. Contoh lain fracture inkomplit adalah fracture kompresi atau crush fracture.
Fraktur kompresi terjadi akibat tertekannya tulang kanselus, sehingga remuk. Fragmen-
fragmen tulangnya menjadi begitu kecil sehingga tidak bisa lagi disatukan, sehingga
terapinya adalah membuatkan graft tulang.4
Kalau energi yang mengenai tulang besar, maka jaringan tulang dapat terputus
seluruhnya. Inilah yang disebut fracture komplit. Kalau energinya lebih besar lagi,
tulang bukan hanya mengalami fraktur komplit, tapi bisa juga remuk. Fraktur seperti ini
disebut fraktur kominutif, yaitu suatu fraktur dimana terdapat lebih dari dua fragmen.
Bisa juga terjadi fragmen tulang fraktur tadi berpindah tempat, disebut mengalami
pergeseran (displacement). Apabila fragmen yang mengalami pergeseran ini dapat
4
dikembalikan ke posisi semula dan tidak bergeser, disebut fraktur stabil, sedangkan
apabila setelah dikembalikan ke posisi semula kemudian bergeser lagi disebut fraktur
tidak stabil. 4
Fraktur tidak stabil dapat mengakibatkan berbagai komplikasi. Bisa terjadi
pemendekan (shortening) tulang setelah penyembuhan ataupun tulang mengalami
perputaran atau rotasi. Dampak terberat adalah tidak tersambungnya tulang. Ada fraktur
komplit yang disebut dengan impacted fracture. Impacted fracture adalah suatu fraktur
komplit dengan garis fraktur yang sulit dibedakan. Fraktur ini terjadi akibat kompresi
pada tulang kanselus pada aksis panjangnya dengan dua fragmen tulang yang saling
berkaitan dan terfiksasi satu sama lain. Dengan demikian fraktur ini stabil, kecuali bila
fragmen tulang itu saling terpisahkan. Pada foto rontgen terlihat sebagai daerah yang
lebih radioopak. Pada fraktur komplit, gap dinyatakan positif apabila fragmen distal dan
proksimal tak terjadi kontak. Bila di antara fragmen distal dan proximal yang mengalami
gap ini terdapat jaringan lunak maka disebut interposisi. Jaringan lunak ini harus
disisihkan dahulu sehingga hal ini dijadikan indikasi dilakukan operasi.4
Berdasarkan garis patahnya, ada yang disebut dengan fraktur simple. Pada
fraktur simple ini hanya ada dua fragmen tulang. Pola garis patah pada fraktur simple
hanya ada tiga, yaitu transversal, oblique, dan spiral. Yang disebut garis fraktur
transversal, yaitu bila sudut antara garis fraktur dengan axis tulang kurang dari 30o. Bila
sudut ini lebih dari 30o, disebut garis fraktur oblique. Sedangkan garis fraktur spiral
bentuknya seperti memutari tulang. Terjadi akibat trauma rotasi terhadap axis panjang.
Sedang fraktur dengan fragmen lebih dari dua disebut fraktur kominutif. Fraktur
5
kominutif dengan fragmen di antara fragmen proximal dan distal disebut fraktur
segmental (double fracture).4
Berdasarkan lokasinya, fraktur dapat mengenai bagian distal, diaphyseal (shaft),
maupun proximal. Jadi, seperti yang kita ketahui berdasarkan proses osifikasinya tulang
panjang terdiri dari bagian diafisis (corpus/shaft) yang berasal dari pusat penulangan
primer, serta bagian epiphysis yang berasal dari pusat penulangan sekunder. Epifisis ini
terletak di kedua ujung tulang panjang. Bagian dari diaphysis yang terletak paling dekat
dengan epifisis disebut metafisis, yaitu bagian korpus tulang yang melebar. Fraktur dapat
terjadi di tiga bagian ini.4
6
E. Syarat foto polos tulang pada kasus fraktur:5
a. Dua proyeksi
Untuk menghindari kemungkinan tumpang tindihnya segemen fraktur. Patah di
daerah diafisis juga lebih baik dilihat dengan dua proyeksi.
b. Dua sendi
Distal dan proximal dari tulang tersebut.
F. Aspek yang harus diperhatikan saat menilai foto polos fraktur antara lain:5
a. Terminologi fraktur
1. Penilaian pergeseran sebaiknya dengan menilai pergeseran
fragmen distal terhadap fragmen proksimal dan bukan sebaliknya.
2. Fraktur komplit: fraktur dengan diskontinuitas menyeluruh dari
tulang dan mengakibatkan berpisahnya tulang menjadi dua fragmen.
3. Fraktur okulta: fraktur yang didiagnosis secara klinis namun
tidak nampak secara radiologis.
7
4. Fraktur hairline: fraktur undisplaced dengan perpisahan minimal
dari fragmen fraktur dan garis fraktur sangat tipis.
5. Fraktur kominutif: fraktur dengan jumlah segmen fraktur lebih
dari dua.
6. Fraktur avulsi: fraktur pada bagian ujung tulang dimana fragmen
tulang tertarik dari tubersositas tempat perlekatan tendon atau ligament.
7. Fraktur segmental: fraktur komplit lebih dari satu yang
melibatkan satu tulang.
8. Greenstick fracture: gambaran fraktur yang hanya ditemukan
pada anak. Terdapat tiga jenis fraktur, antara lain:5,6,7
a. Fraktur transversal pada korteks mencapai medulla tulang dengan
garis fraktur berupa garis longitudinal tanpa mengganggu korteks
di sisi yang berlawanan.
8
Gambar
b. Fraktur torus, di mana korteks terlipat dan bertumpukan namun
tidak ada disrupsi nyata pada korteks.
Fraktur torus juga dikenal sebagai fraktur buckle yang
merupakan fraktur inkomplit pada tulang bagian diafisis dengan
karakterstik penonjolan dari korteks. Fraktur ini sering terjadi pada
anak – anak terutama usia 5 – 10 tahun. Lokasi yang sering terkena
adalah bagian distal radius atau tibia. Pada gambaran x-ray tidak
terlihat adanya garis fraktur selain deformitas atau penonjolan dari
korteks tulang.7
9
Gambar Fraktur Torus
c. Fraktur yang terjadi dengan melengkungnya tulang tanpa adanya
disrupsi dari korteks.
9. Fraktur epifisis: terdapat lima tipe fraktur epifisis menurut Salter-
Harris yaitu:
10
a. Tipe I: terpisahnya seluruh epifisis atau separasi epifisis murni
b. Tipe II: terpisahnya epifisis dengan fragmen metafisis. Terdapat
fragmen metafisis yang ikut terpisah dengan epifisis yang
mengalami fraktur.
c. Tipe III: terpisahnya parsial epifisis. Fraktur bergerak vertical
terhadap epifisis dan melalui lempeng pertumbuhanm dan sebagian
dari epifisis terpisah.
d. Tipe IV: terpisahnya parsial epifisis dengan fragmen metafisis.
Fraktur dengan orientasi vertical yang meluas melalui epifisis dan
lempeng pertumbuhan dan mencapai metafisis.
e. Tipe V: kompresi pada lempeng epifisis. Terjadi akibat daya
crushing yang mengenai pusat epifisis femur distal atau tibia.
Tidak ditemukan perubahan langsung dari kompleks epifisis.
10.Fraktur patologis: fraktur yang terjadi pada tulang yang mengalami
proses patologis, dan biasanya diakibatkan trauma ringan.
11
11.Pseudofraktur: defek seperti garis pada sebagian atau seluruh tulang
12.Birth fracture: fraktur yang terjadi akibat proses persalinan terutama
persalinan sulit.
13.Stress fracture: fraktur yang terjadi akibat respon terhadap trauma ringan
yang berulang.
G. Jenis fraktur
a. Fraktur tangan
1. Falangs.
Fraktur dapat disebabkan oleh trauma pada region manus. Hiperekstensi
dari sendi interfalang dapat mengakibatkan avulsi dengan fragmen fraktur
yang kecil. Avulsi terjadi pada permukaan dorsal dari dasar falang distal
dengan atau tanpa deformitas fleksi dari sendi interfalang distal.5
2. Metacarpal.
Faktur dari metacarpal V disebut boxer’s fracture, dengan gambaran
angulasi volar dari fragmen bagian distal. Dasar metacarpal I juga dapat
mengalami fraktur dan dislokasi yang disebut dengan Bennet’s
fracture.5,8,9
12
Gambar boxer’s fraktur
Gambar Bennet fracture
b. Fraktur pergelangan tangan
1. Fraktur Colles dan fraktur Smith.
Melibatkan daerah 2-3 cm (1 inci) proksimal dari pergelangan tangan
pada radius distal dengan angulasi fragmen distal ke posterior (Colles)
atau anterior (Smith). Pada klinis tampak deformitas tangan menyerupai
garpu. Dapat digolongkan sebagai fraktur impaksi da fraktur kominutif.
Selain itu juga dapat ditemui fraktur prosesus stiloideus dan os ulna.5,10
13
Gambar fraktur coles
Fraktur Smith : fraktur radius bagian distal dengan angulasi atau dislokasi
fragmen distal ke voler. Pada umumnya fraktur ini terjadi pada pria usia
muda dan wanita usia tua.5,11
gambar fraktur smith
14
2. Fraktur skafoid
Fraktur yang paling sering terjadi pada tulang karpal. Sebagian besar
transversal dan terjadi pada bagian tengah dari pinggang skafoid. Terlihat
dengan baik pada proyeksi posterioranterior (PA).5
c. Fraktur lengan bawah
1. Fraktur Moteggia
Fraktur ulna proksimal dengan dislokasi proksimal radius relatif terhadap
sendi siku 5,12
2. Fraktur Galleazzi
Fraktur pada radius distal dengan dislokasi ulna bagian distal. 5,13
15
d. Fraktur siku
Fraktur siku pada orang dewasa paling sering melibatkan kaput atau leher
dari os radius. Fraktur yang terjadi umumnya memberikan gambaran fraktur
vertical sederhana, dan terlihat dengan baik pada proyeksi anteroposterior (AP)
atau oblik. Proyeksi oblik berguna terutama untuk melihat fraktur kecil pada
kolum dan kaput os radius. 5
16
Nursemaid’s elbow adalah dislokasi tulang radius yang disebut juga
sebagai dislokasi bagian kaput radius. Keadaan ini sering terjadi pada anak usia
dibawah 5 tahun.14,15
e. Fraktur regio bahu 5
1. Fraktur humerus
Paling sering terjadi pada collum chirurgicum humerus dan collum
anatomic, tuberculum majus, tuberculum minus, dan gabungannya.
2. Fraktur klavikula
Paling sering terjadi pada sepertiga tengah klavikula
17
3. Fraktur scapula
Sulit dinilai secara radiologis dan sering disebabkan oleh trauma dada.
Fraktur sering kali terjadi pada korpus dan kolum dari scapula.
f. Fraktur femur
1. Fraktur femur proksimal
Umum terjadi pada usia di atas 50 tahun. Diagnosis radiologis biasanya
tidak sulit, kecuali jika disertai fraktur impaksi
18
2. Fraktur kolum femur
Sering terjadi pada orang usia muda dan disebabkan trauma kuat. Fraktur
tersebut sering disertai fraktur panggul.
3. Fraktur femur distal
Pada fraktur metafisis distal femur atau fraktur suprakondilar harus dicari
adanya perluasan fraktur hingga daerah artikulasio genu. Biasanya terjadi
di antara dua kondilus.
19
g. Fraktur Patela 5
Sebagian besar fraktur patella adalah fraktur transversal dan dapat disertai
penarikan oleh m. quardriseps femoris dari fragmen superior.
H. Penyembuhan Fraktur 3,16
Penyembuhan fraktur sangat tergantung pada sel-sel osteogenik yang dapat
bermigrasi untuk melakukan reparasi tulang yang fraktur. Fase-fase yang terjadi pada
proses penyembuhan fraktur antara lain:
a. Perombakan jaringan mati dan pembentukkan hematoma pada daerah fraktur
b. Inflamasi dan proliferasi seluler
- Biasanya terjadi ± 8 jam setelah fraktur
- Terjadinya migrasi dan reaksi dari sel-sel inflamatorik
20
- Diferensiasi stem sel mesenkimal (osteoprogenitor) dari periosteum, kanal
medula, otot sehingga terjadi proliferasi sel-sel tulang baru pada ujung fragmen
fraktur
- Adanya aktivitas sitokin inflamatorik dan growth factors
- Absorpsi hematoma dan pembentukkan kapiler baru terjadi
c. Pembentukan Callus
- Stem sel yang ada berdiferensiasi menjadi sel-sel kondrogenik dan osteogenik
sehingga terjadi pembentukkan sel-sel tulang imatur dan kartilago yang
menjadi komponen callus (serat tulang imatur/woven bone) yang dalam waktu
4 minggu akan mengalami mineralisasi sehingga gerakan pada daerah fraktur
berkurang
- Osteoklas membersihkan jaringan-jaringan yang mati
d. Konsolidasi
- Aktivitas osteoblas dan osteoklas terus berlanjut sehingga woven bone berubah
menjadi jaringan tulang lamelar (lebih rigid dan proses remodelling tulang
telah berlangsung lebih sempurna)
- Proses ini cukup lambat dan terjadi sampai beberapa bulan sebelum tulang
kembali normal
e. Remodelling
- Fraktur telah dijembatani oleh jaringan tulang yang lebih solid
- Berlangsung beberapa bulan hingga tahun sehingga jaringan tulang lamelar
lebih tebal dan kuat untuk kembali menahan beban seperti jaringan tulang
normal
21
I. Diagnosis Fraktur
Beberapa tipe fraktur dapat didiagnosis berdasarkan riwayat sebelumnya atau
anamnesa serta pemeriksaan fisik dan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti
radiologi. Pada anamnesa yang tidak didapatkan adanya trauma yang dapat menyebabkan
fraktur dapat dipikirkan bahwa fraktur tersebut terjadi karena proses dari penyakit atau
kerusakan pada tulang sebelumnya, yang disebut sebagai fraktur patologis.1
J. Tanda dan Gejala
Gejala yang dapat ditemukan antara lain nyeri, hilangnya fungsi anggota tubuh
dan hilangnya fungsi sensorik atau kekuatan motorik. Pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan nyeri tekan, deformitas, bengkak (swelling), peningkatan temperature lokal
(pada bagian yang cedera), gerakan abnormal atau krepitasi dan hilangnya fungsional.1
22
K. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi digunakan untuk memberikan informasi tambahan pada
penilaian klinis seperti lokasi fraktur secara akurat dan menentukan jumlah fragmen
tulang, menunjukan derajat dislokasi, melihat ada tidaknya benda asing, dapat
mengetahui fraktur yang tidak terduga dan oleh sebab itu foto yang dilakukan selalu
meliputi seluruh tulang dan persendian.1
Foto x-ray dilakukan setidaknya dalam 2 posisi karena fraktur dapat tidak
terdeteksi jika hanya dilakukan foto pada satu sisi.1 Foto x-ray wajib dilakukan pada
kasus fraktur dan harus diingat aturan x-ray yaitu Rule of Two (tabel 1.1).3
Tabel 1.1 Rule of Two (apley)
Rule of Two
Two views Foto harus mencakup 2 view yaitu AP view dan lateral
view
Two joints Foto harus meliputi sendi yang berada di atas dan di
bawah daerah fraktur
Two limbs Pada anak-anak, gambaran dari lempeng epifisi
menyeripai garis fraktur oleh karena itu diperlukan
foto dari ekstremitas yang tidak mengalami trauma /
normal
Two injuries Kadangkala truma tidak hanya menyebabkan fraktur
pada satu daerah. Contohnya seseorang mengalami
fraktur femur, sehingga diperlukan foto femur dan
pelvis
Two occasions Ada beberapa jenis fraktur yang sulit dinilai segera
23
setelah trauma, sehingga dibutuhkan pemeriksaan x-
ray satu atau dua minggu setelahnya untuk melihat
fraktur yang terjadi. Contohnya fraktur yang terjadi
pada ujung distal dari os clavicula, scaphoid, femoral
neck dan malleolus lateral
Hal – hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan foto rontgen adalah adakah
fraktur dan dimana lokasinya, tipe fraktur dan kedudukan fragmen, bagaimana struktur
tulang (biasa atau patologik), bila dekat pada persendian apakah ada dislokasi / fraktur
epifisis / pelebaran cela sendi karena efusi ke dalam rongga sendi. Pemeriksaan periodik
x-ray dilakukan untuk menilai penyembuhan fraktur (pembentukan kalus, konsolidasi,
remodeling terutama pada anak-anak, adanya komplikasi). 3
Pada foto x-ray siku, dapat ditemukan fat pad sign atau disebut juga sail sign yang
menunjukan adanya fraktur yang tak terlihat. Anterior dan posterior fat pad menunjukan
adanya intra-articular fraktur. Pada dewasa biasanya fraktur yang terjadi adalah caput
radial sedangkan pada anak – anak fraktur supracondylar.
24
Pemeriksaan Imaging lainnya seperti CT- Scan dapat digunakan sebagai bantuan
dalam mendiagnosis cedera yang lebih sulit, terutama fraktur pada pelvis, tulang
belakang, dan fraktur kompleks intra-articular. (lecture note). Magnetic Resonance
Imaging merupakan salah satu cara untuk mengetahui apakah fraktur vertebra yang
terjadi berisiko menekan saraf tulang belakang atau tidak.3
25
BAB III
KESIMPULAN
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas struktur tulang. Fraktur dapat disebabkan karena
trauma / injury, stress atau tekanan yang berulang pada tulang dan melemahnya struktur tulang
yang abnormal (fraktur patologis).
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2005 terdapat lebih dari 7 juta orang
meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecacatan fisik.
Salah satu insiden kecelakaan yang cukup tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas bawah, sekitar
46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi.
Berbagai macam klasifikasi jenis fraktur berdasarkan besarnya energi yang mengenai
tulang, luas dan garis fraktur, bentuk dan jumlah garis patah, kedudukan tulang dan hubungan
fraktur dengan dunia luar. Dan jenis-jenis fraktur ekstremitas seperti Fraktur pergelangan tangan
(fraktur Colles dan fraktur Smith fraktur skafoid), fraktur lengan bawah (fraktur Moteggia,
fraktur Galleazzi).
Pemeriksaan penunjang yang sangat membantu saat ini adalah di bidang Radiologi,
terutama foto x-ray, karena kita dapat mengetahui lokasi fraktur secara akurat dan menentukan
jumlah fragmen tulang, menunjukan derajat dislokasi, melihat ada tidaknya benda asing, dapat
mengetahui fraktur yang tidak terduga, serta mengetahui jenis, cara penanganan, komplikasi, dan
tingkat bahayanya fraktur.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Duckworth T, Blundell CM. Lecture Note Orthopaedics and Fractures. 4 th ed. Singapore :
Wiley-Blackwell; 2010.
2. Moore KL, Dalley AF, Agur A. Clinically Oriented Anatomy. 6th ed. Baltimore :
Lippincot Williams & Wilkins; 2010.
3. Salomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. 9 th
ed. United Kingdom : Hodder Arnold; 2010.
4. Rusdy G. Radiologi diagnostic. Pustaka cendekia press; 2008
5. Kapita selekta kedokteran, edisi IV, jilid II, cetakan 2014
6. Weerakkody Y. Greenstick Fracture [internet]. [cited 2015 Oct 15]. Available from :
http://radiopaedia.org/articles/greenstick-fracture
7. Weerakkody Y. Torus Fracture [internet]. [cited 2015 Oct 15]. Available from :
http://radiopaedia.org/articles/torus-fracture-1
8. Datir A. Boxer Fracture [internet]. [cited 2015 Oct 15]. Available from :
http://radiopaedia.org/articles/boxer-fracture-1
9. Morgan MA, Datir A. Bennet Fracture Dislocation [ internet]. [cited 2015 Oct 15].
Available from : http://radiopaedia.org/articles/bennett-fracture-dislocation
10. Luijkx T, Desai PK. Colles Fracture [internet]. [cited 15 Oct 2015]. Available from :
http://radiopaedia.org/articles/colles-fracture
27
11. Goel A, Gaillard F. Smith Fracture [internet]. [cited 2015 Oct 15]. Available from :
http://radiopaedia.org/articles/smith-fracture
12. Weerakkody Y, Gaillard F. Monteggia Fracture-Dislocation [internet]. [cited 2015 Oct
15]. Available from : http://radiopaedia.org/articles/monteggia-fracture-dislocation
13. Morgan MA, Gaillard F. Galeazzi fracture-dislocation [internet]. [cited 2015 Oct 15].
Available from : http://radiopaedia.org/articles/galeazzi-fracture-dislocation
14. Jones J. Bowing Fracture [internet]. [cited 2015 Oct 15]. Available from :
http://radiopaedia.org/articles/bowing-fracture
15. White DR, Adams CF. Nursemaid's elbow: radial head subluxation. In: Pfenninger JL,
Fowler GC, eds.Pfenninger & Fowler's Procedures for Primary Care. [cited 2015 Oct 14].
Available from : https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000983.htm
16. Ratini M. Understanding bone fracture – the basics [internet]. 2015 [cited 2015 Oct 14].
Available from : http://www.webmd.com/a-to-z-guides/understanding-fractures-basic-
information.
28