19

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011...Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan kecenderungan masih tingginya volume perdagangan

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011...Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan kecenderungan masih tingginya volume perdagangan
Page 2: Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011...Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan kecenderungan masih tingginya volume perdagangan
Page 3: Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011...Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan kecenderungan masih tingginya volume perdagangan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011

1

Tinjauan Kebijakan MoneterJuni 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan

oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada

setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September,

dan November. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan

Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada

masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas

asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respon

kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan

Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan April,

Juli, Oktober dan Desember. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil

evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar dan

kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respon

kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Dewan Gubernur

Darmin Nasution Gubernur

Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur

S. Budi Rochadi Deputi Gubernur

Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur

Ardhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur

Budi Mulya Deputi Gubernur

Halim Alamsyah Deputi Gubernur

Page 4: Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011...Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan kecenderungan masih tingginya volume perdagangan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011

2

Daftar Isi

I. Statement Kebijakan Moneter ................................................ 3

II. Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter ................. 5

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ................................................ 5

Neraca Pembayaran Indonesia ..................................................... 7

Inflasi .......................................................................................... 8

Nilai Tukar Rupiah ........................................................................ 9

Transmisi Kebijakan Moneter ..................................................... 10

Suku Bunga.......................................................................... 10

Dana, Kredit, dan Uang Beredar ........................................... 11

Pasar Saham......................................................................... 13

Pasar SBN ............................................................................. 13

Pasar Reksadana ................................................................... 14

Kondisi Perbankan................................................................ 15

III. Respon Kebijakan Moneter ................................................... 16

Page 5: Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011...Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan kecenderungan masih tingginya volume perdagangan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011

3

I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

Dewan Gubernur memandang bahwa kegiatan perekonomian domestikDewan Gubernur memandang bahwa kegiatan perekonomian domestikDewan Gubernur memandang bahwa kegiatan perekonomian domestikDewan Gubernur memandang bahwa kegiatan perekonomian domestikDewan Gubernur memandang bahwa kegiatan perekonomian domestik

menunjukkan kinerja yang terus membaikmenunjukkan kinerja yang terus membaikmenunjukkan kinerja yang terus membaikmenunjukkan kinerja yang terus membaikmenunjukkan kinerja yang terus membaik. Pada triwulan II-2011, ekspansi

ekonomi domestik diprakirakan terus berlanjut dan lebih kuat dari

prakiraan sebelumnya, terutama didukung oleh kenaikan kinerja ekspor

seiring dengan tingginya volume perdagangan dunia dan kenaikan harga

komoditas internasional. Sementara itu, kegiatan investasi dan konsumsi

rumah tangga diprakirakan tetap tumbuh tinggi didukung oleh optimisme

yang masih kuat serta kenaikan daya beli masyarakat. Secara sektoral,

ekspansi ekonomi masih ditopang oleh pertumbuhan sektor

pengangkutan dan komunikasi, sektor industri, dan sektor keuangan.

Terus meningkatnya aktivitas ekonomi domestik mengonfirmasi prakiraan

pertumbuhan ekonomi yang berpotensi mengarah ke batas atas kisaran

6,0%-6,5% untuk keseluruhan tahun 2011.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2011 diprakirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2011 diprakirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2011 diprakirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2011 diprakirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2011 diprakirakan

masih akan mencatat surplus yang relatif besarmasih akan mencatat surplus yang relatif besarmasih akan mencatat surplus yang relatif besarmasih akan mencatat surplus yang relatif besarmasih akan mencatat surplus yang relatif besar. Menguatnya kegiatan

ekonomi domestik dan eksternal telah mendorong kenaikan impor

terutama migas untuk memenuhi konsumsi BBM dalam negeri. Kondisi

tersebut menyebabkan penurunan surplus transaksi berjalan dibanding

triwulan sebelumnya. Di sisi transaksi modal dan finansial, persepsi positif

investor terhadap semakin kuatnya fundamental perekonomian Indonesia

di tengah menariknya imbal hasil mendorong tingginya penanaman

modal asing langsung (FDI) serta aliran investasi portofolio. Tingginya

aliran masuk modal asing tersebut mendorong surplus transaksi modal

dan finansial yang lebih tinggi dari triwulan I-2011 dan dapat

mengimbangi penurunan surplus transaksi berjalan. Sejalan dengan itu,

cadangan devisa pada akhir Mei 2011 tercatat sebesar 118,1 miliar dolar

AS, atau setara dengan 6,9 bulan impor dan pembayaran utang luar

negeri Pemerintah.

Tren apresiasi nilai tukar Rupiah masih berlanjut, meskipun pada tingkatTren apresiasi nilai tukar Rupiah masih berlanjut, meskipun pada tingkatTren apresiasi nilai tukar Rupiah masih berlanjut, meskipun pada tingkatTren apresiasi nilai tukar Rupiah masih berlanjut, meskipun pada tingkatTren apresiasi nilai tukar Rupiah masih berlanjut, meskipun pada tingkat

yang lebih terbatas, sejalan dengan berlanjutnya aliran masuk modalyang lebih terbatas, sejalan dengan berlanjutnya aliran masuk modalyang lebih terbatas, sejalan dengan berlanjutnya aliran masuk modalyang lebih terbatas, sejalan dengan berlanjutnya aliran masuk modalyang lebih terbatas, sejalan dengan berlanjutnya aliran masuk modal

asingasingasingasingasing. Pada bulan Mei 2011, nilai tukar Rupiah menguat 0,33% (ptp) ke

level Rp 8.536 per dolar AS dengan volatilitas yang tetap terjaga. Tren

apresiasi nilai tukar Rupiah tersebut sejalan dengan upaya Bank Indonesia

untuk meredam tekanan inflasi, khususnya dari imported inflation,

dengan tetap mempertimbangkan dampaknya terhadap pertumbuhan

ekonomi. Bank Indonesia memandang bahwa penguatan Rupiah yang

Page 6: Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011...Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan kecenderungan masih tingginya volume perdagangan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011

4

sejalan dengan tren apresiasi mata uang di kawasan Asia tersebut sejauh

ini tidak memberikan tekanan pada kinerja ekspor, seperti terlihat pada

tetap kuatnya pertumbuhan ekspor sejalan dengan masih tingginya harga

komoditas internasional dan kuatnya permintaan luar negeri.

Tren inflasi IHK terus menunjukkan penurunan, walaupun inflasi intiTren inflasi IHK terus menunjukkan penurunan, walaupun inflasi intiTren inflasi IHK terus menunjukkan penurunan, walaupun inflasi intiTren inflasi IHK terus menunjukkan penurunan, walaupun inflasi intiTren inflasi IHK terus menunjukkan penurunan, walaupun inflasi inti

cenderung meningkatcenderung meningkatcenderung meningkatcenderung meningkatcenderung meningkat. Inflasi IHK pada Mei 2011 tercatat sebesar 5,98%

(yoy), atau 0,12% (mtm), terutama karena berlanjutnya koreksi inflasi

bahan pangan. Sementara itu, inflasi administered prices relatif rendah

seiring dengan tidak adanya kebijakan harga komoditas strategis dari

Pemerintah. Namun, kelompok inflasi inti masih dalam tren meningkat,

tercatat sebesar 4,64% (yoy) atau 0,27% (mtm) pada Mei 2011. Masih

terus meningkatnya inflasi inti didorong oleh peningkatan harga

komoditas global, meningkatnya permintaan domestik, serta masih relatif

tingginya ekspektasi inflasi. Bank Indonesia terus mewaspadai berbagai

faktor risiko terhadap tekanan inflasi inti tersebut maupun tekanan inflasi

yang dapat terjadi sehubungan dengan kebijakan Pemerintah terkait

subsidi BBM dan listrik.

Stabilitas sistem perbankan tetap terjaga disertai dengan akselerasiStabilitas sistem perbankan tetap terjaga disertai dengan akselerasiStabilitas sistem perbankan tetap terjaga disertai dengan akselerasiStabilitas sistem perbankan tetap terjaga disertai dengan akselerasiStabilitas sistem perbankan tetap terjaga disertai dengan akselerasi

pertumbuhan kreditpertumbuhan kreditpertumbuhan kreditpertumbuhan kreditpertumbuhan kredit. Industri perbankan menunjukkan perkembangan

yang tetap stabil sebagaimana tercermin pada tingginya rasio kecukupan

modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) jauh di atas minimum 8% dan

terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di

bawah 5%. Sementara itu, penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan

perekonomian terus berlanjut, tercermin pada pertumbuhan kredit yang

hingga akhir Mei 2011 mencapai 23,3% (yoy). Bank Indonesia akan tetap

mencermati kondisi industri perbankan dan mendorong peningkatan

efisiensi agar fungsi intermediasi dapat terus dioptimalkan.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Juni 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Juni 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Juni 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Juni 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Juni 2011

memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. Dewan

Gubernur memandang kondisi perekonomian terus meningkat yang

disertai dengan berlanjutnya aliran masuk modal asing dan tren penguatan

nilai tukar Rupiah meskipun pada tingkat yang lebih rendah. Tekanan

inflasi cenderung menurun, khususnya dengan berlanjutnya koreksi harga

pangan. Ke depan, Bank Indonesia tetap mewaspadai sejumlah risiko yang

berpotensi memberikan tekanan pada stabilitas makroekonomi, khususnya

masih akan berlanjutnya arus modal asing, semakin kuatnya permintaan

domestik, dan meningkatnya tekanan inflasi khususnya pada tahun 2012.

Bank Indonesia akan terus memperkuat penerapan bauran kebijakan

Page 7: Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011...Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan kecenderungan masih tingginya volume perdagangan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011

5

moneter dan kebijakan makroprudensial lanjutan, dengan penekanan

pada pengendalian aliran masuk modal asing dan likuiditas domestik, di

samping apresiasi Rupiah yang sejalan dengan tren apresiasi nilai tukar

kawasan Asia. Bank Indonesia meyakini bahwa penerapan bauran

kebijakan moneter dan makroprudensial tersebut mampu untuk menjaga

stabilitas makro dan membawa inflasi kepada sasaran yang ditetapkan,

yaitu 5%+1% pada tahun 2011 dan 4,5%+1% pada tahun 2012.

II. PERKEMBANGAN EKONOMI DANKEBIJAKAN MONETER

Pertumbuhan Ekonomi IndonesiaPDB triwulan II 2011 diprakirakan masih akan tetap tumbuh tinggi. PDB triwulan II 2011 diprakirakan masih akan tetap tumbuh tinggi. PDB triwulan II 2011 diprakirakan masih akan tetap tumbuh tinggi. PDB triwulan II 2011 diprakirakan masih akan tetap tumbuh tinggi. PDB triwulan II 2011 diprakirakan masih akan tetap tumbuh tinggi. Dari

sisi permintaan, sumber utama pertumbuhan PDB diprakirakan berasal

dari kinerja ekspor yang meningkat didukung oleh kinerja investasi yang

tetap kuat. Kinerja ekspor diprakirakan tetap tumbuh tinggi terkait

dengan masih meningkatnya volume perdagangan dunia, membaiknya

sentimen bisnis negara-negara Eropa, dan peningkatan harga komoditas.

Seiring dengan kinerja ekspor, impor juga diprakirakan akan tumbuh

tinggi. Konsumsi rumah tangga diprakirakan juga tetap kuat sejalan

dengan optimisme konsumen yang masih tinggi. Sementara itu,

pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan II 2011 diprakirakan

akan meningkat. Investasi diperkirakan tumbuh meningkat dibandingkan

triwulan I 2011 sejalan dengan masih kuatnya permintaan, baik domestik

maupun eksternal. Sementara itu, dari sisi produksi, sektor utama yang

menyumbang pertumbuhan PDB adalah sektor industri pengolahan,

sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor pengangkutan dan

komunikasi.

Konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2011 diprakirakan tetap tumbuhKonsumsi rumah tangga pada triwulan II 2011 diprakirakan tetap tumbuhKonsumsi rumah tangga pada triwulan II 2011 diprakirakan tetap tumbuhKonsumsi rumah tangga pada triwulan II 2011 diprakirakan tetap tumbuhKonsumsi rumah tangga pada triwulan II 2011 diprakirakan tetap tumbuh

kuat, sejalan dengan perbaikan daya beli konsumen. kuat, sejalan dengan perbaikan daya beli konsumen. kuat, sejalan dengan perbaikan daya beli konsumen. kuat, sejalan dengan perbaikan daya beli konsumen. kuat, sejalan dengan perbaikan daya beli konsumen. Konsumen masih

menunjukkan optimisme yang tinggi terhadap ekspektasi ekonomi enam

bulan mendatang maupun terhadap kondisi ekonomi saat ini (Grafik 2.1).

Hal tersebut juga sejalan dengan hasil Survei Tendensi Konsumen dari BPS.

Indeks Tendensi Konsumen untuk triwulan I 2011 meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan diperkirakan berlanjut

pada triwulan II 2011 (Grafik 2.3). Penjualan mobil dan sepeda motor

pada April 2011 masing-masing tumbuh sebesar 6,94% dan 7,53%

Grafik 2.1 Indeks KeyakinanKonsumen - SK BI

Grafik 2.2 Indeks Harga 6 BulanMendatang - SK BI

Grafik 2.3 Indeks Tendensi Konsumen - BPS

IndeksIndeks

0

20

40

60

80

100

120

140

2008 2009 2010 2011I II III IV I II III IV I II III IV I II*

80

85

90

95

100

105

110

115

Pendapatan RT Tk Konsumsi BeberapaKom. Makanan

Kaitan Inflasi dg Konsumsisehari-hari ITK (rhs)

Sumber : BI

Indeks

130,0

140,0

150,0

160,0

170,0

180,0

190,0

200,0

2008 2009 2010 20111 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5* 7 9 11

Indeks Ekspektasi Harga (3bln)

Indeks Ekspektasi Harga (6bln)Indeks Ekspektasi Harga (3bln) Terbobot

Indeks Ekspektasi Harga(6bln) Terbobot

Indeks

Optimis

Pesimis

Sumber : BI

60,0

70,0

80,0

90,0

100,0

110,0

120,0

130,0

140,0

2008 2009 2010 20111 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5*

Kondisi Ekonomi Saat Ini

Ekspektasi Ekonomi 6bln

Indeks Keyakinan KonsumenKondisi Ekonomi Saat Ini (Terbobot)

Ekspektasi Ekonomi 6bln Mendatang(Terbobot)

IKK (Terbobot)

Page 8: Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011...Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan kecenderungan masih tingginya volume perdagangan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011

6

(Grafik 2.4). Penjualan mobil tersebut menurun apabila dibandingkan

dengan triwulan I 2011 terkait keterbatasan pasokan pasca bencana

tsunami Jepang. Keterbatasan pasokan mobil tersebut diperkirakan hanya

bersifat temporer. Penjualan motor juga mengalami perlambatan pada

April 2011 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu sebesar

17,58%. Sementara itu, indeks penjualan eceran cenderung stabil hingga

April 2011 untuk semua kelompok barang.

Kinerja investasi pada triwulan II 2011 diprakirakan tumbuh cukup tinggiKinerja investasi pada triwulan II 2011 diprakirakan tumbuh cukup tinggiKinerja investasi pada triwulan II 2011 diprakirakan tumbuh cukup tinggiKinerja investasi pada triwulan II 2011 diprakirakan tumbuh cukup tinggiKinerja investasi pada triwulan II 2011 diprakirakan tumbuh cukup tinggi

didorong oleh permintaan yang masih cukup kuat. didorong oleh permintaan yang masih cukup kuat. didorong oleh permintaan yang masih cukup kuat. didorong oleh permintaan yang masih cukup kuat. didorong oleh permintaan yang masih cukup kuat. Permintaan domestik

dan eksternal masih berpotensi mendorong pertumbuhan investasi. Hal

tersebut sejalan dengan tren peningkatan utilisasi kapasitas sektor industri

pengolahan mulai awal tahun 2010, baik yang didasarkan pada hasil

Survei Produksi dan SKDU (Grafik 2.5). Dari hasil Survei Produksi, kapasitas

produksi terpakai industri pengolahan tanpa migas pada Maret 2011

berada pada level 78,22%, sedikit diatas rata-rata historis tahun 2010

yang sebesar 76,55%. Kenaikan kapasitas terpakai terutama ditopang oleh

kenaikan utilisasi pada subsektor kertas dan barang cetakan. Namun,

investasi kelompok bangunan mengalami perlambatan (Grafik 2.6).

Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat.Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat.Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat.Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat.Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat.

Hal tersebut terkait dengan kecenderungan masih tingginya volume

perdagangan dunia dan harga komoditas serta membaiknya sentimen

bisnis negara-negara Eropa. Kinerja ekspor yang masih solid diprakirakan

akan terjadi terutama untuk ekspor nonmigas (Grafik 2.7). Secara sektoral,

ekspor yang tumbuh tinggi tersebut akan tercermin pada sektor industri

pengolahan yang merespons membaiknya tren sentimen bisnis di Eropa,

serta di sektor pertambangan yang merespons peningkatan harga

komoditas internasional. Kapasitas produksi di kedua sektor ini

diprakirakan masih mampu merespons peningkatan permintaan terkait

dengan utilisasi kapasitas yang masih memadai.

Sejalan dengan perkembangan ekspor, pertumbuhan impor pada triwulanSejalan dengan perkembangan ekspor, pertumbuhan impor pada triwulanSejalan dengan perkembangan ekspor, pertumbuhan impor pada triwulanSejalan dengan perkembangan ekspor, pertumbuhan impor pada triwulanSejalan dengan perkembangan ekspor, pertumbuhan impor pada triwulan

II 2011 diprakirakan masih akan tetap tinggi. II 2011 diprakirakan masih akan tetap tinggi. II 2011 diprakirakan masih akan tetap tinggi. II 2011 diprakirakan masih akan tetap tinggi. II 2011 diprakirakan masih akan tetap tinggi. Masih tingginya prakiraan

pertumbuhan impor terkait dengan masih kuatnya permintaan eksternal

untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dan barang modal, kenaikan

impor BBM, serta respons terhadap menguatnya nilai tukar. Selain itu,

potensi kenaikan pertumbuhan impor juga akan muncul dari penghapusan

bea masuk. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 80/2011 (13

April 2011), Pemerintah menghapus Bea Masuk 182 pos tarif yang terkait

dengan kelompok bahan baku dan barang modal. PMK ini bertujuan

Grafik 2.4 Penjualan Eceran, Mobil dan Motor

Grafik 2.5 PMTB Non-Bangunan & KapasitasUtilisasi

Grafik 2.6 PMTB Bangunan

% yoy% yoy

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

Pert. Bangunan (sk.kanan)

Impor Manuf. Kaca dan Produk Kaca

Impor Manuf. Produk Mineral Non Metal

Konsumsi Semen (sk.kanan)

Konsumsi Listrik Bisnis

2008 2009 2010 2011I II III IV I II III IV I II III IV I

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

%

50

55

60

65

70

75

80Total Kapasitas UtilisasiPMTB Non Bangunan (sk.kanan)

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

-30-20-10010203040506070

yoy

Sumber : CEIC

(40,00)

(20,00)

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

2008 2009 2010 20112 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4*

Penjualan MobilPenjualan Speda MotorPenjualan Eceran

Page 9: Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011...Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan kecenderungan masih tingginya volume perdagangan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011

7

untuk mempertahankan daya saing produk-produk manufaktur yang

banyak menggunakan bahan baku maupun barang modal.

Perekonomian dari sisi sektoral pada triwulan II 2011 berpeluang untukPerekonomian dari sisi sektoral pada triwulan II 2011 berpeluang untukPerekonomian dari sisi sektoral pada triwulan II 2011 berpeluang untukPerekonomian dari sisi sektoral pada triwulan II 2011 berpeluang untukPerekonomian dari sisi sektoral pada triwulan II 2011 berpeluang untuk

tumbuh lebih baik dari triwulan I 2011tumbuh lebih baik dari triwulan I 2011tumbuh lebih baik dari triwulan I 2011tumbuh lebih baik dari triwulan I 2011tumbuh lebih baik dari triwulan I 2011. Hal tersebut ditopang oleh

prakiraan akan tingginya pertumbuhan sektor industri pengolahan, sektor

pengangkutan dan komunikasi, sektor pertambangan, serta sektor

keuangan, persewaan, serta jasa-jasa. Faktor yang memengaruhi

pertumbuhan tersebut yaitu kondisi permintaan eksternal dan permintaan

domestik yang solid. Selain itu, perbaikan cuaca dan pergeseran puncak

panen juga berpengaruh positif pada sektor tradables terutama sektor

pertanian dan sektor pertambangan.

Neraca Pembayaran IndonesiaNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2011 diprakirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2011 diprakirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2011 diprakirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2011 diprakirakanNeraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2011 diprakirakan

masih akan mencatat surplus yang besar. masih akan mencatat surplus yang besar. masih akan mencatat surplus yang besar. masih akan mencatat surplus yang besar. masih akan mencatat surplus yang besar. Surplus tersebut ditopang oleh

derasnya aliran investasi asing (Transaksi Modal dan Finansial - TMF),

terutama dalam bentuk investasi portfolio, yang dapat mengimbangi

penurunan surplus Transaksi Berjalan (TB) akibat tingginya impor migas.

Prospek positif perekonomian domestik disertai besarnya selisih imbal

hasil, menjadikan aset dalam rupiah masih menarik bagi investor asing

dan mendorong masih derasnya aliran masuk modal asing sehingga

mampu menopang neraca TMF. Kinerja ekspor diperkirakan tetap solid

sejalan dengan masih kuatnya permintaan dan tingginya harga komoditas

internasional. Sementara itu, impor diperkirakan juga akan tumbuh tinggi,

terutama impor migas, sejalan dengan masih kuatnya permintaan

terutama untuk komoditas minyak. Cadangan devisa sampai dengan akhir

Mei 2011 tercatat sebesar 118,1 miliar dolar AS atau setara dengan 6,9

bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.

Kinerja transaksi berjalan pada triwulan II 2011 diprakirakan akan tetapKinerja transaksi berjalan pada triwulan II 2011 diprakirakan akan tetapKinerja transaksi berjalan pada triwulan II 2011 diprakirakan akan tetapKinerja transaksi berjalan pada triwulan II 2011 diprakirakan akan tetapKinerja transaksi berjalan pada triwulan II 2011 diprakirakan akan tetap

mencatat surplus meski diperkirakan lebih rendah dari triwulanmencatat surplus meski diperkirakan lebih rendah dari triwulanmencatat surplus meski diperkirakan lebih rendah dari triwulanmencatat surplus meski diperkirakan lebih rendah dari triwulanmencatat surplus meski diperkirakan lebih rendah dari triwulan

sebelumnya akibat tingginya impor. sebelumnya akibat tingginya impor. sebelumnya akibat tingginya impor. sebelumnya akibat tingginya impor. sebelumnya akibat tingginya impor. Laju pertumbuhan impor minyak

diprakirakan lebih tinggi karena tingkat konsumsi BBM yang meningkat

sedangkan harga minyak masih berada pada level tinggi. Selain itu,

gangguan produksi minyak domestik juga menjadi faktor pendorong

lonjakan impor. Namun, penurunan surplus tersebut masih tertahan oleh

kinerja ekspor yang masih positif terutama di sektor nonmigas.

Grafik 2.7 Ekspor Riil Migas & Non Migas

Grafik 2.8 Impor Riil Migas & Non Migas

% yoy

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100Total

Non Migas

Migas (sk.kanan)

2008 2009 2010 20112 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4

-100

-50

0

50

100

150

% yoy

% yoy

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

2008 2009 2010 2011

TotalNon MigasMigas (sk.kanan)

2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4-40

-20

0

20

40

60

80

% yoy

Page 10: Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011...Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan kecenderungan masih tingginya volume perdagangan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011

8

Neraca transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2011 diprakirakanNeraca transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2011 diprakirakanNeraca transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2011 diprakirakanNeraca transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2011 diprakirakanNeraca transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2011 diprakirakan

akan mencatat surplus yang besar. akan mencatat surplus yang besar. akan mencatat surplus yang besar. akan mencatat surplus yang besar. akan mencatat surplus yang besar. Surplus yang besar tersebut didorong

oleh faktor fundamental domestik yang kuat dan selisih imbal hasil yang

masih menarik. Struktur aliran modal masih didominasi oleh aliran

portofolio. Meski demikian, prospek usaha dan investasi yang positif

memicu aliran pada investasi langsung (FDI) meningkat lebih besar.

I n f l a s iSampai dengan Mei 2011, tekanan inflasi masih cukup terkendali namunSampai dengan Mei 2011, tekanan inflasi masih cukup terkendali namunSampai dengan Mei 2011, tekanan inflasi masih cukup terkendali namunSampai dengan Mei 2011, tekanan inflasi masih cukup terkendali namunSampai dengan Mei 2011, tekanan inflasi masih cukup terkendali namun

tetap mewaspadai potensi risiko tekanan inflasi ke depan. tetap mewaspadai potensi risiko tekanan inflasi ke depan. tetap mewaspadai potensi risiko tekanan inflasi ke depan. tetap mewaspadai potensi risiko tekanan inflasi ke depan. tetap mewaspadai potensi risiko tekanan inflasi ke depan. Laju inflasi IHK

Mei 2011 tercatat sebesar 0,12% (mtm) atau 5,98% (yoy) (Grafik 2.9).

Inflasi pada bulan laporan tersebut sejalan dengan pola historisnya meski

realisasi tersebut lebih rendah karena masih terjadi koreksi harga pada

sejumlah komoditas bahan makanan. Tekanan inflasi pada Mei didorong

oleh kelompok inti dan administered prices, sementara kelompok volatilefood masih memberikan sumbangan deflasi (Grafik 2.10). Kenaikan inflasi

inti antara lain didorong oleh kecenderungan masih meningkatnya harga

komoditas global di tengah tren apresiasi rupiah, serta membaiknya

perekonomian domestik.

Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok volatile food volatile food volatile food volatile food volatile food (VF) pada Mei 2011 masih mengalami deflasi.(VF) pada Mei 2011 masih mengalami deflasi.(VF) pada Mei 2011 masih mengalami deflasi.(VF) pada Mei 2011 masih mengalami deflasi.(VF) pada Mei 2011 masih mengalami deflasi.

Kelompok tersebut mencatat deflasi sebesar -0,44% (mtm) di tengah

harga beras yang mulai mencatat kenaikan terutama pada dua minggu

terakhir pada bulan Mei. Dengan kondisi tersebut, secara tahunan

kelompok VF mencapai inflasi sebesar 11,00% (yoy) atau melambat jika

dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 12,14% (yoy).

Deflasi pada kelompok ini disebabkan oleh koreksi yang berlanjut dari

komoditas aneka cabai (Grafik 2.11) serta masih berlangsungnya deflasi

pada komoditas bawang merah. Sumbangan deflasi komoditas aneka

cabai dan bawang masing-masing sebesar 0,15% dan 0,01%. Hal tersebut

didukung oleh deflasi aneka bumbu (cabai dan bawang merah) di sentra

produksi Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Tidak adanya kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga barang danTidak adanya kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga barang danTidak adanya kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga barang danTidak adanya kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga barang danTidak adanya kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga barang dan

jasa yang bersifat strategis menyebabkan cukup rendahnya tekanan inflasijasa yang bersifat strategis menyebabkan cukup rendahnya tekanan inflasijasa yang bersifat strategis menyebabkan cukup rendahnya tekanan inflasijasa yang bersifat strategis menyebabkan cukup rendahnya tekanan inflasijasa yang bersifat strategis menyebabkan cukup rendahnya tekanan inflasi

dari kelompok dari kelompok dari kelompok dari kelompok dari kelompok administered prices. administered prices. administered prices. administered prices. administered prices. Inflasi kelompok ini tercatat sebesar

0,20% (mtm) atau 5,47% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan

bulan sebelumnya. Komoditas administered yang berkontribusi pada inflasi

bulan laporan adalah bensin dan rokok yang masing-masing memberikan

sumbangan sebesar 0,01% (mtm) dan 0,12% (mtm). Inflasi bensin

Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi

Grafik 2.10 Perkembangan Inflasi MenurutKelompok Barang dan Jasa (%, mtm)

Grafik 2.11 Inflasi Cabai Merah

%, mtm

60,050,040,030,020,010,00,0

-20,0-30,0-40,0

-10,0

Rata-rata Inflasi Cabai Merah (2002-2010)Inflasi Cabai Merah Th 2010Inflasi Cabai Merah Th 2011

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

0,55

0,35

0,15

-0,05

-0,25

-0,45

Inti Vol. Food Adm. Prices

0,27 0,29

0,14

-0,44

0,2 0,24

Mei»2011 Rata-rataInflasi Mei *)

Mei»2011 Rata-rataInflasi Mei *)

Mei»2011 Rata-rataInflasi Mei *)

%, yoy

24

18

12

6

-1

-7

2007 2008 2009 2010 20115311197531119753111975311197531

IHKIntiVolatile FoodAdministeredPrices

4,46

11,00

5,475,56

Page 11: Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011...Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan kecenderungan masih tingginya volume perdagangan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011

9

disebabkan oleh kenaikan harga BBM non subsidi pada bulan Mei

sebanyak dua kali yaitu pada awal dan pertengahan bulan sejalan dengan

meningkatnya harga minyak internasional.

Secara umum, tekanan inflasi inti sedikit mengalami peningkatanSecara umum, tekanan inflasi inti sedikit mengalami peningkatanSecara umum, tekanan inflasi inti sedikit mengalami peningkatanSecara umum, tekanan inflasi inti sedikit mengalami peningkatanSecara umum, tekanan inflasi inti sedikit mengalami peningkatan

dibandingkan dengan bulan sebelumnya. dibandingkan dengan bulan sebelumnya. dibandingkan dengan bulan sebelumnya. dibandingkan dengan bulan sebelumnya. dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Inflasi inti tercatat sebesar

0,27% (mtm) atau 4,64% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan

bulan sebelumnya yang sebesar 0,25% (mtm) atau 4,62% (yoy).

Penyumbang inflasi dari kelompok inti antara lain didorong oleh emas

perhiasan sejalan dengan harga emas internasional yang masih cenderung

meningkat. Namun, dampak kenaikan harga emas internasional lebih jauh

dapat diredam sejalan dengan nilai tukar yang masih cenderung menguat.

Terkait sisi permintaan, kenaikan permintaan ditengarai belum

memberikan tekanan yang signifikan pada inflasi yang didukung oleh

respons sisi penawaran yang masih memadai, baik yang bersumber dari

domestik maupun impor.

Nilai Tukar RupiahTren penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut pada Mei 2011 meskiTren penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut pada Mei 2011 meskiTren penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut pada Mei 2011 meskiTren penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut pada Mei 2011 meskiTren penguatan nilai tukar rupiah masih berlanjut pada Mei 2011 meski

dengan laju yang melambat. dengan laju yang melambat. dengan laju yang melambat. dengan laju yang melambat. dengan laju yang melambat. Kuatnya sentimen positif apresiasi nilai tukar

menyebabkan secara umum rupiah bergerak menguat di tengah risiko

ketidakpastian global yang meningkat. Fundamental domestik yang

kondusif, indikator risiko yang relatif stabil, dan imbal hasil berinvestasi

yang relatif tinggi merupakan beberapa faktor yang menopang laju

penguatan rupiah. Sementara sentimen risiko global yang meningkat

seiring dengan kekhawatiran penanganan krisis Eropa yang berdampak

pada aksi portfolio switching investor ke safe heaven asset berdominasi

dolar mengakibatkan sedikit tertahannya penguatan rupiah. Nilai tukar

rupiah selama Mei 2011 secara rata-rata menguat 1,06% dari level

Rp8.649 per dolar AS ke level Rp8.559 per dolar AS (Grafik 2.13). Pada

akhir bulan Mei, rupiah ditutup pada level Rp8.536 per dolar AS atau

menguat 0,33% dari penutupan bulan sebelumnya. Penguatan tersebut

diikuti dengan level volatilitas yang menurun. Tingkat volatilitas rupiah

pada bulan laporan menjadi 0,25% dari 0,30% pada bulan sebelumnya

(Grafik 2.14).

Penguatan nilai tukar rupiah sejalan dengan masih besarnya aliran masukPenguatan nilai tukar rupiah sejalan dengan masih besarnya aliran masukPenguatan nilai tukar rupiah sejalan dengan masih besarnya aliran masukPenguatan nilai tukar rupiah sejalan dengan masih besarnya aliran masukPenguatan nilai tukar rupiah sejalan dengan masih besarnya aliran masuk

dana asing. dana asing. dana asing. dana asing. dana asing. Melimpahnya likuiditas global pasca pelonggaran kuantitatif

di masa krisis masih menjadi sumber aliran dana ke negara berkembang.

Indikator imbal hasil rupiah yang tercermin dari selisih suku bunga dalam

Grafik 2.12 Inflasi Inti: Tradable VsNon-Tradable

Grafik 2.13 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah

Grafik 2.14 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah

% IDR/USD

-0,20,40,60,81,01,21,41,61,82,0

2010 2011Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

Vol harianRata2 VolatilitasKurs Harian (Rp/USD)-rhs

8550

8650

8750

8850

8950

9050

9150

9250

9350

84508550865087508850895090509150925093509450

9335

9175

8949

9048

8708

8560

2010Feb Apr Jun Ags Okt Des Feb Apr

20112 3 4 5 6 91011121316171819202324252627

Mei

%

12,0

10,0

0,0

6,0

4,0

2,0

0,0Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Core TradeableCore Non-TradeableCore Tradeable oxcl. emas

Page 12: Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011...Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan kecenderungan masih tingginya volume perdagangan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011

10

negeri dan luar negeri (UIP - Uncovered Interest Parity) relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan regional Asia (Grafik

2.15). Bahkan jika memperhitungkan premi risiko, daya tarik investasi

dalam rupiah masih tetap tinggi. Hal tersebut tercermin dari tren indikator

CIP (Covered Interest Parity) yang terus meningkat sejak tahun 2010

(Grafik 2.16). Penguatan nilai tukar rupiah juga disebabkan oleh ekspektasi

stabilnya pergerakan rupiah ke depan terlihat dari pergerakan premi swapdi berbagai tenor yang relatif stabil. Hal tersebut mengakibatkan minat

investor asing terhadap rupiah masih cukup tinggi. Membaiknya minat

investor juga ditopang oleh perbaikan risiko secara keseluruhan yang

terlihat dari indikator Credit Default Swap (CDS) yang terus bergerak

menurun (Grafik 2.17).

Transmisi Kebijakan Moneter

Suku BungaPergerakan suku bunga PUAB O/N stabil di sekitar BI Rate. Pergerakan suku bunga PUAB O/N stabil di sekitar BI Rate. Pergerakan suku bunga PUAB O/N stabil di sekitar BI Rate. Pergerakan suku bunga PUAB O/N stabil di sekitar BI Rate. Pergerakan suku bunga PUAB O/N stabil di sekitar BI Rate. Sejak April 2011

hingga periode laporan, rata-rata suku bunga PUAB O/N masih tercatat

stabil pada level 6,19%. Suku bunga PUAB dengan tenor lebih panjang juga

bergerak stabil. Rata-rata seluruh tenor hanya meningkat 1 bps dari bulan

sebelumnya menjadi sebesar 6,62%. Persepsi risiko likuiditas (counterpartyrisk) PUAB masih terjaga sebagaimana tercermin pada rata-rata spread suku

bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah yang berada pada level 29 bps,

atau relatif stabil dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 27 bps.

Berbagai perkembangan tersebut tak lepas dari strategi operasi moneter

yang terus difokuskan untuk menjaga suku bunga PUAB O/N sebagai

sasaran operasional kebijakan moneter tetap berada di sekitar BI Rate.

Berbagai langkah penguatan manajemen moneter juga dilakukan

terutama terkait dengan manajemen capital inflow, , , , , seperti optimalisasi

penyerapan likuiditas melalui Term Deposit (TD) jangka pendek dan jangka

panjang menggantikan SBI, penerapan 6-month holding period SBI serta

perubahan karakteristik TD menjadi lebih likuid sejak tanggal 13 Mei 2011.

Selain itu, upaya perpanjangan maturity profile juga terus dilakukan

khususnya pada instrumen TD dan SBI. Berbagai strategi operasi moneter

tersebut diharapkan dapat semakin memperkuat manajemen moneter.

Suku bunga perbankan (deposito dan kredit) cenderung tidak berubah dariSuku bunga perbankan (deposito dan kredit) cenderung tidak berubah dariSuku bunga perbankan (deposito dan kredit) cenderung tidak berubah dariSuku bunga perbankan (deposito dan kredit) cenderung tidak berubah dariSuku bunga perbankan (deposito dan kredit) cenderung tidak berubah dari

bulan sebelumnya. bulan sebelumnya. bulan sebelumnya. bulan sebelumnya. bulan sebelumnya. Data realisasi per April 2011 menunjukkan rata-rata

Grafik 2.15 UIP (Uncovered Interest Parity)

Grafik 2.16 CIP (Covered Interest Parity)

Grafik 2.17 Indikator Persepsi RisikoIndonesia

%

3,02,82,62,4

2,22,0

1,81,61,41,21,0

bps

400

250

100

Risk Worsen Risk Worsen

Sumber : Bloomberg2010 2011

MeiJan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

Yield SpreadCDS Ind (RHS)EMBIG Spread (RHS)

%

-6,0

-4,0

-2,0

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0IndonesiaPhilippinnes

MalaysiaKorea

2007 2008 2009 2010 2011Feb Apr Jun Ags Okt DesFeb Apr Jun Ags Okt Des Feb AprJun AgsOkt Des Feb AprJun AgsOkt Des Feb Apr

%

-3,0

-1,0

1,0

3,0

5,0

7,0

9,0

11,0

Malaysia

Korea

Filipina

Indonesia

Feb Apr Jun Ags Okt Des Mar Mei Jul Sep Nov Mar Mei Jul Sep NovJan Mar MeiJan

2008 2009 2010 2011

Page 13: Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011...Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan kecenderungan masih tingginya volume perdagangan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011

11

suku bunga deposito 1 bulan turun tipis sebesar 3 bps dari bulan

sebelumnya (Grafik 2.18), sementara rata-rata suku bunga kredit (rata-

rata dari suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi (KI) dan

Kredit Konsumsi (KK)) hanya turun sebesar 2 bps dari bulan sebelumnya

(Tabel 2.1). Hal tersebut selain disebabkan oleh masih tingginya ekses

likuiditas perbankan, juga dipengaruhi oleh pemberlakuan kebijakan

pengumuman ≈Prime Lending RateΔ dan himbauan untuk menurunkan

suku bunga kartu kredit.

Berdasarkan kelompoknya, Bank Asing Campuran menurunkan sukuBerdasarkan kelompoknya, Bank Asing Campuran menurunkan sukuBerdasarkan kelompoknya, Bank Asing Campuran menurunkan sukuBerdasarkan kelompoknya, Bank Asing Campuran menurunkan sukuBerdasarkan kelompoknya, Bank Asing Campuran menurunkan suku

bunga KI dan KK nya. bunga KI dan KK nya. bunga KI dan KK nya. bunga KI dan KK nya. bunga KI dan KK nya. Pada April 2011, Bank Asing Campuran

menurunkan suku bunga KI sebesar 32 bps dan suku bunga KK sebesar

80 bps. Besarnya penurunan suku bunga KK pada kelompok Bank Asing

dan Campuran tersebut diindikasi terkait dengan himbauan untuk

menurunkan suku bunga kartu kredit bank. Sementara itu, suku bunga

kredit dan deposito pada kelompok bank lainnya tercatat relatif stabil.

Tabel 2.1Perkembangan Berbagai Suku Bunga

BI Rate 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,50 6,75 6,75 6,75Penjaminan Deposito 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,00 7,25 7,25 7,25Dep 1 bulan (Weighted Average) 6,89 6,76 6,79 6,79 6,75 6,72 6,81 6,78 6,83 6,72 6,72 6,83 6,80Base Lending Rate 12,62 12,58 12,50 12,39 12,38 12,21 12,07 11,98 11,98 12,03 11,84 12,21 12,06Kredit Modal Kerja (KMK) 13,42 13,26 13,17 13,21 13,19 13,00 13,01 12,96 12,83 12,75 12,72 12,32 12,30Kredit Investasi (KI) 12,62 12,59 12,70 12,60 12,40 12,41 12,38 12,35 12,28 12,25 12,20 12,18 12,16Kredit Konsumsi (KK) 15,34 15,23 14,99 14,92 14,83 14,75 14,65 14,53 14,53 14,48 14,50 14,83 14,81

Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

2 0 1 0Suku Bunga (%)

2011

Grafik 2.18 Perkembangan BerbagaiSuku Bunga

Dana, Kredit, dan Uang BeredarPertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) relatif stabil dibandingkan denganPertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) relatif stabil dibandingkan denganPertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) relatif stabil dibandingkan denganPertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) relatif stabil dibandingkan denganPertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) relatif stabil dibandingkan dengan

bulan sebelumnya. Sementara itu, tren peningkatan kredit masih terusbulan sebelumnya. Sementara itu, tren peningkatan kredit masih terusbulan sebelumnya. Sementara itu, tren peningkatan kredit masih terusbulan sebelumnya. Sementara itu, tren peningkatan kredit masih terusbulan sebelumnya. Sementara itu, tren peningkatan kredit masih terus

berlanjut. berlanjut. berlanjut. berlanjut. berlanjut. Pada April 2011, DPK tercatat tumbuh 18,2% (yoy) tidak jauh

berbeda dari bulan sebelumnya sebesar 18,6% (yoy) (Grafik 2.19). Di sisi

lain, penyaluran kredit (termasuk kredit channeling) pada April 2011 tetap

tinggi mencapai 23,5% (yoy). Pertumbuhan kredit yang tetap tinggi

tersebut salah satunya dipengaruhi oleh kebijakan Bank Indonesia yang

menerapkan kebijakan GWM (Giro Wajib Minimum) berdasarkan rasio

Loan to Deposit (LDR) bagi perbankan per 1 Maret 2011. Data sementara

pertumbuhan kredit hingga akhir Mei 2011 mencapai 23,3% (yoy).

%

6

8

10

12

14

16

18

20

2005 2006 2007 2008 2009 2010 201112 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3

BI Rate Deposito 1 Bulan Kredit Modal Kerja

Kredit Investasi Kredit Konsumsi

6.8

12.3

12.16

14.81

Page 14: Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011...Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan kecenderungan masih tingginya volume perdagangan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011

12

Dengan perkembangan tersebut, sampai dengan akhir tahun 2011 angka

pertumbuhan kredit diperkirakan dapat melebihi Rencana Bisnis Bank

2011 yang berkisar 23,5%. Namun, ekspansi kredit tersebut patut

diwaspadai terkait dengan risiko kredit perbankan, terutama dari sisi NonPerforming Loan (NPL).

Pertumbuhan kredit tersebut sebagian besar masih ditopang oleh KMK

dengan pertumbuhan sebesar 27,2% (yoy), relatif stabil dibandingkan

bulan sebelumnya sebesar 27,1% (yoy). Sejalan dengan itu, pertumbuhan

KK tercatat sebesar 19,2% (yoy), sedikit melambat dibandingkan dengan

bulan sebelumnya sebesar 19,6% (yoy). Sementara itu, ekspansi pada KI

belum tampak sebagaimana tercermin pada porsinya yang terkecil dari

total kredit dengan pertumbuhan sebesar 24,8% (yoy) atau melambat

dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 26,8% (yoy) (Grafik 2.20). Jika

dilihat berdasarkan sektornya, pertumbuhan kredit terutama ditopang oleh

kredit sektor lainnya. Kredit di sektor lainnya pada April 2011 tumbuh

sebesar 28,0% (yoy), sedikit melambat dibandingkan bulan sebelumnya

sebesar 28,8% (yoy). Selain itu, kredit untuk sektor perdagangan, industri

pengolahan dan jasa dunia usaha juga merupakan penopang utama

pertumbuhan kredit.

Pertumbuhan uang kartalPertumbuhan uang kartalPertumbuhan uang kartalPertumbuhan uang kartalPertumbuhan uang kartal dan uang primer masih berada dalam tren yangdan uang primer masih berada dalam tren yangdan uang primer masih berada dalam tren yangdan uang primer masih berada dalam tren yangdan uang primer masih berada dalam tren yang

meningkat. meningkat. meningkat. meningkat. meningkat. Sampai dengan Mei 2011, pertumbuhan uang kartal dan uang

primer masih berada dalam tren yang meningkat sejalan dengan aktivitas

ekonomi yang membaik. Namun, secara bulanan pertumbuhan uang

kartal tercatat menurun menjadi sebesar-17,5% (yoy) dibandingkan

dengan bulan sebelumnya sebesar 19,1% (yoy). Uang primer juga tumbuh

melambat pada Mei 2011 menjadi 34,2% (yoy) dari bulan sebelumnya

sebesar 35,1% (yoy) (Grafik 2.21).

Likuiditas perekonomian juga berada dalam tren yang meningkat. Likuiditas perekonomian juga berada dalam tren yang meningkat. Likuiditas perekonomian juga berada dalam tren yang meningkat. Likuiditas perekonomian juga berada dalam tren yang meningkat. Likuiditas perekonomian juga berada dalam tren yang meningkat. Pada

April 2011 pertumbuhan M1 dan M2 masing-masing tercatat sebesar

18,2% (yoy) dan 15,0% (yoy) mencapai Rp584,6 triliun dan Rp2.435

triliun (Grafik 2.22). Meskipun masih berada pada tren yang meningkat,

pertumbuhan M1 dan M2 tersebut lebih rendah dibandingkan dengan

bulan sebelumnya. Hal itu disebabkan oleh menurunnya DPK (giro dan

uang kuasi) terkait dengan pola penyerapan pajak yang besar di awal

tahun (khususnya pajak perusahaan pada April 2011). Pertumbuhan M1

terutama disumbang oleh pertumbuhan giro yang masih lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan uang kartal. Hal tersebut

menunjukkan indikasi yang positif bagi kegiatan ekonomi di sektor riil

Grafik 2.20 Pertumbuhan Kredit per JenisPenggunaan

Grafik 2.19 Pertumbuhan Kredit,DPK, dan BI Rate

Grafik 2.21 Pertumbuhan Uang Primer danUang Kartal

%

0

5

10

15

20

25

30

35

40

3

4

5

6

7

8

9

10Kredit

DPKBI Rate

23.5

18.2

2008 2009 2010 2011Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar

% yoy

-10

0

10

20

30

40

50

60KMKKIKK

27.124.819.2

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan

% yoy

-20

-10

0

10

20

30

40

50

M0 (GWM 5%)M0Currency

GWM SR

GWM 8%GWM LDR

Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr

2007 2008 2009 2010 2011

Data DSM, olah Tim 4-BKM

Page 15: Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011...Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan kecenderungan masih tingginya volume perdagangan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011

13

sejalan dengan pertumbuhan kredit yang terus ekspansif. Sementara itu,

likuiditas M2 yang sebagian besar merupakan komponen deposito dan

tabungan rupiah menunjukkan besarnya likuiditas perekonomian yang

belum dimanfaatkan secara optimal.

Pasar SahamKebijakan Bank Indonesia mempertahankan BI Rate pada level 6,75% danKebijakan Bank Indonesia mempertahankan BI Rate pada level 6,75% danKebijakan Bank Indonesia mempertahankan BI Rate pada level 6,75% danKebijakan Bank Indonesia mempertahankan BI Rate pada level 6,75% danKebijakan Bank Indonesia mempertahankan BI Rate pada level 6,75% dan

realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan I 2011 direspon positif olehrealisasi pertumbuhan ekonomi triwulan I 2011 direspon positif olehrealisasi pertumbuhan ekonomi triwulan I 2011 direspon positif olehrealisasi pertumbuhan ekonomi triwulan I 2011 direspon positif olehrealisasi pertumbuhan ekonomi triwulan I 2011 direspon positif oleh

pelaku pasar saham dan mendorong optimisme serta meningkatkan dayapelaku pasar saham dan mendorong optimisme serta meningkatkan dayapelaku pasar saham dan mendorong optimisme serta meningkatkan dayapelaku pasar saham dan mendorong optimisme serta meningkatkan dayapelaku pasar saham dan mendorong optimisme serta meningkatkan daya

tarik pasar saham bagi investor. tarik pasar saham bagi investor. tarik pasar saham bagi investor. tarik pasar saham bagi investor. tarik pasar saham bagi investor. Pada Mei 2011, IHSG bergerak pada

kisaran level 3.700 - 3.800 sebelum akhirnya ditutup pada level 3.836

atau mencatat penguatan sebesar 0,5% secara bulanan (Grafik 2.23).

IHSG bahkan sempat mencatat rekor tertinggi pada level 3.872 pada 20

Mei 2011. Penguatan IHSG terutama bersumber dari persepsi investor

terhadap perekonomian domestik yang terus membaik, prospek kinerja

emiten ke depan yang baik serta sentimen positif investor yang didorong

oleh realisasi data inflasi yang melambat. Pertumbuhan IHSG sempat

terkendala oleh isu eksternal seperti berlarutnya krisis utang eropa, rilis

data perekonomian AS yang menunjukkan kinerja lebih rendah dari

perkiraan, kekhawatiran krisis Jepang, dan penurunan credit ratingYunani.

Secara sektoral,Secara sektoral,Secara sektoral,Secara sektoral,Secara sektoral, pertumbuhan IHSG selama Mei 2011 ditopang olehpertumbuhan IHSG selama Mei 2011 ditopang olehpertumbuhan IHSG selama Mei 2011 ditopang olehpertumbuhan IHSG selama Mei 2011 ditopang olehpertumbuhan IHSG selama Mei 2011 ditopang oleh

hampir seluruh sektor. hampir seluruh sektor. hampir seluruh sektor. hampir seluruh sektor. hampir seluruh sektor. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor

pertanian dan aneka industri yang mengalami penguatan masing-masing

sebesar 8,3% dan 5,5% (Grafik 2.24). Penguatan indeks sektoral tersebut

didukung oleh kondisi fundamental kinerja ekonomi dan mikro emiten

yang cukup baik pada masing-masing sektor.

Pasar Surat Berharga Negara (SBN)Kinerja pasar SBN terus membaik. Kinerja pasar SBN terus membaik. Kinerja pasar SBN terus membaik. Kinerja pasar SBN terus membaik. Kinerja pasar SBN terus membaik. Penurunan yield SBN terjadi pada

seluruh tenor terkait dengan kondisi fundamental makro ekonomi

Indonesia yang cukup solid, nilai tukar yang relatif stabil serta meredanya

tekanan inflasi. Secara bulanan, yield SBN dengan tenor jangka pendek,

jangka menengah dan jangka panjang masing-masing tercatat menurun

sebesar 3 bps, 22 bps dan 7 bps, atau secara rata-rata turun sebesar 11

bps.

Grafik 2.22 Pertumbuhan Uang Beredar

Grafik 2.23 IHSG dan BI Rate

Grafik 2.24 Pertumbuhan Indeks SahamberdasarkanSektor

Perubahan Bulanan

-10% -5% 0% 5% 10%

-0,7%

-0,6%

-1,9%

1,2%

5,5%

0,4%

3,4% 8,3%

0,5%

Infrastruktur

Pertambangan

Keuangan

Industri Dasar

Industri Lai-lain

Konsumsi

Perdagangan

Pertanian

Properti

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500IHSG

BI RATE

2007 2008 2009 2010 2011Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr

4

5

6

7

8

9

10

11

%, yoy %, yoy

Per April 20110

5

10

15

20

25

30

35M2M1BI Rate (RHS)

15.0

18.2

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan Mei Sep Jan

4

6

8

10

12

14

Page 16: Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011...Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan kecenderungan masih tingginya volume perdagangan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011

14

Berbagai dinamika yang terjadi, baik di dalam negeri maupun di luarBerbagai dinamika yang terjadi, baik di dalam negeri maupun di luarBerbagai dinamika yang terjadi, baik di dalam negeri maupun di luarBerbagai dinamika yang terjadi, baik di dalam negeri maupun di luarBerbagai dinamika yang terjadi, baik di dalam negeri maupun di luar

negeri tidak menyurutkan minat investor non residen untuk melakukannegeri tidak menyurutkan minat investor non residen untuk melakukannegeri tidak menyurutkan minat investor non residen untuk melakukannegeri tidak menyurutkan minat investor non residen untuk melakukannegeri tidak menyurutkan minat investor non residen untuk melakukan

pembelian neto pada instrumen SBNpembelian neto pada instrumen SBNpembelian neto pada instrumen SBNpembelian neto pada instrumen SBNpembelian neto pada instrumen SBN. Pembelian neto asing di pasar SBN

diikuti oleh perilaku investor asing yang cenderung keluar dari tenor

jangka pendek dan masuk ke tenor jangka panjang. Motivasi asing

tersebut terkait dengan optimisme investor terhadap perekonomian

domestik yang masih tinggi, premi risiko yang relatif terjaga, tingginya

imbal hasil yang ditawarkan, serta ekspektasi inflasi yang stabil.

Pasar ReksadanaPada April 2011, kinerja reksadana bervariasi antara jenis produk. Pada April 2011, kinerja reksadana bervariasi antara jenis produk. Pada April 2011, kinerja reksadana bervariasi antara jenis produk. Pada April 2011, kinerja reksadana bervariasi antara jenis produk. Pada April 2011, kinerja reksadana bervariasi antara jenis produk. Secara

umum, kinerja reksadana yang tercermin dalam (Nilai Aktiva Bersih) NAB

tumbuh sekitar 7,3% dibandingkan dengan akhir tahun 2010 (Tabel 2.2).

Peningkatan NAB reksadana tersebut terutama ditopang oleh produk

reksadana berbasis saham. Dalam hal ini, portofolio asset bentukan

manajer investasi untuk produk reksadana saham mampu membukukan

kinerja yang lebih terjaga dibandingkan kinerja IHSG. Sementara itu, untuk

reksadana pendapatan tetap, kinerja justru dibawah underlying asset-nya.

Grafik 2.25 Yield SBN dan BI Rate

Grafik 2.26 Perubahan Yield SBN Bulanan

Tabel 2.2Kinerja Reksadana (Pertumbuhan NAB per produk)

1 -2,8% 16,7% -11,4% -9,7% -0,7% -0,8% -20,4% 2,4% 0,7% -3,5%2 1,7% 3,7% 1,0% -0,1% 0,1% -34,1% -2,9% -39,6% 0,8% 0,6%3 0,8% 10,4% 5,9% 2,1% -3,9% 4,3% 8,8% 3,6% -2,9% 0,6%4 5,2% 10,1% 4,1% 11,1% 6,7% 5,1% 6,3% 2,9% 4,8% 6,7%5 -1,6% -2,5% 0,9% -0,1% 1,5% -5,8% -5,2% -1,2% -6,4% -0,3%

2010 6 -4,4% -1,2% -1,6% 10,8% 2,8% -5,1% 4,8% 3,2% 3,6% 1,1%7 -1,8% 2,1% -1,8% -0,6% 0,3% -3,6% 4,7% 2,4% 0,9% -0,6%8 -1,1% 0,7% 0,7% 7,5% 6,0% 10,8% -1,5% 0,6% -2,8% 2,9%9 9,4% 0,8% 7,8% 6,4% 4,4% 14,2% 10,3% 2,3% 2,8% 6,3%

10 5,5% -2,2% 3,4% 10,5% 1,1% 9,2% -11,4% 3,2% -1,8% 4,2%11 2,1% -2,0% 5,1% -4,5% 2,8% 3,1% -21,1% -15,4% -1,0% 0,9%12 8,6% 0,6% -0,1% -3,3% -0,8% -30,6% 0,0% 0,0% 17,1% 2,1%1 1,8% 5,9% 3,9% -3,1% -1,9% 42,8% -24,1% -6,5% -13,8% -0,1%

2011 2 3,7% -1,0% 2,7% -0,9% 1,1% 0,5% 1,4% -0,4% 0,9% 1,7%3 8,0% -2,5% 6,0% 0,9% 0,5% 9,0% 7,2% 5,8% 3,6% 3,7%4 3,6% 2,5% 0,6% 0,8% 1,2% 3,9% 3,3% 4,2% 1,0% 1,9%

Apr»2011Des»2010 18,2% 4,9% 13,7% -2,3% 0,9% 62,5% -14,9% 2,7% -9,0% 7,3%

SahamBulanPasarUang Campuran Pendapatan

Tetap Terproteksi IndeksETF-

Saham

ETF-Pendapatan

TetapSyariah Total

0

2

4

6

8

10

12

14

1YR 2YR 3YR 4YR 5YR 6YR 7YR 8YR 9YR 10YR15YR 20YR30YR-0,40

-0,20

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00Deviasi Mei dan AprilMay 31, 2011December 31, 2010April 30, 2011

0

5

10

15

20

25Yield SBN

BI RATE (RHS)

2007 2008 2009 2010 2011Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr

4

5

6

7

8

9

10

11

Page 17: Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011...Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan kecenderungan masih tingginya volume perdagangan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011

15

Kondisi PerbankanKondisi stabilitas sistem keuangan tetap terjagaKondisi stabilitas sistem keuangan tetap terjagaKondisi stabilitas sistem keuangan tetap terjagaKondisi stabilitas sistem keuangan tetap terjagaKondisi stabilitas sistem keuangan tetap terjaga. Berbagai indikator utama

perbankan seperti angka rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/

CAR) meningkat dari bulan sebelumnya menjadi 17,8%. Selain itu, rasio

kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) gross masih tetap terjaga di

bawah level 5% (Tabel 2.2). Di samping indikator-indikator utama yang

baik tersebut, fungsi intermediasi perbankan juga semakin membaik.

Pertumbuhan kredit per April 2011 telah mencapai 23,5% (yoy) dan pada

akhir tahun diperkirakan dapat melampaui Rencana Bisnis Bank 2011

sebesar 23,5%.

Tabel 2.3Kondisi Umum Perbankan

Total Aset (T Rp) 2.576,3 2.604,4 2.678,3 2.683,5 2.700,2 2.758,1 2.769,4 2.856,3 3.008,9 2.990,7 2.993,1 3.065,8 3.069,1DPK (T Rp) 1.980,5 2.013,2 2.096,0 2.082,6 2.092,8 2.144,1 2.173,9 2.212,2 2.338,8 2.302,1 2.287,8 2.351,4 2.340,2Kredit * (T Rp) 1.516,0 1.561,2 1.615,8 1.627,4 1.670,6 1.689,1 1.705,8 1.736,1 1.796,0 1.776,1 1.803,9 1.844,2 1.872,6LDR* (%) 76,5 77,5 77,1 78,1 79,8 78,8 78,5 78,5 76,8 77,2 78,8 78,4 80,0NPLs Gross* (%) 3,5 3,6 3,3 3,4 3,4 3,3 3,6 3,4 2,9 3,1 3,1 3,2 3,2NPLs Net * (%) 0,9 1,0 0,8 0,9 0,7 0,7 0,9 1,0 0,7 0,9 0,9 0,9 0,9CAR (%) 19,2 17,8 17,4 16,5 16,2 16,4 16,4 16,3 17,0 17,0 18,0 17,6 17,8NIM (%) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,6 0,5ROA (%) 2,9 2,9 2,9 2,9 2,8 2,8 2,9 2,8 2,7 3,0 2,8 3,1 3,0

Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

2 0 10IndikatorUtama

* dengan channeling

2 0 11

Page 18: Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011...Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan kecenderungan masih tingginya volume perdagangan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011

16

III. RESPONS KEBIJAKAN MONETER

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Juni 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Juni 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Juni 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Juni 2011Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 9 Juni 2011

memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. Dewan

Gubernur memandang kondisi perekonomian terus meningkat yang

disertai dengan berlanjutnya aliran masuk modal asing dan tren penguatan

nilai tukar Rupiah meskipun pada tingkat yang lebih rendah. Tekanan

inflasi cenderung menurun, khususnya dengan berlanjutnya koreksi harga

pangan. Ke depan, Bank Indonesia tetap mewaspadai sejumlah risiko yang

berpotensi memberikan tekanan pada stabilitas makroekonomi, khususnya

masih akan berlanjutnya arus modal asing, semakin kuatnya permintaan

domestik, dan meningkatnya tekanan inflasi khususnya pada tahun 2012.

Bank Indonesia akan terus memperkuat penerapan bauran kebijakan

moneter dan kebijakan makroprudensial lanjutan, dengan penekanan

pada pengendalian aliran masuk modal asing dan likuiditas domestik, di

samping apresiasi Rupiah yang sejalan dengan tren apresiasi nilai tukar

kawasan Asia. Bank Indonesia meyakini bahwa penerapan bauran

kebijakan moneter dan makroprudensial tersebut mampu untuk menjaga

stabilitas makro dan membawa inflasi kepada sasaran yang ditetapkan,

yaitu 5%+1% pada tahun 2011 dan 4,5%+1% pada tahun 2012.

Page 19: Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011...Kinerja ekspor pada triwulan II 2011 diprakirakan masih terus meningkat. Hal tersebut terkait dengan kecenderungan masih tingginya volume perdagangan

Tinjauan Kebijakan Moneter - Juni 2011

17

* angka sementara** angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000*** angka prakiraan Bank Indonesia1) minggu terakhir2) rata-rata tertimbang3) penutupan pada akhir periode4) closed fileSumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS

SEKTOR KEUANGAN

Indikator Terkini

Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei

SUKU BUNGA & SAHAMSuku bunga SBI 6 bln 1)

Suku bunga SBI 9 bln 1)

Suku bunga deposito 1 bln 2)

Suku bunga deposito 3 bln 2)

JIBOR satu minggu 2)

IHSG Indeks 3)

BESARAN MONETER (miliar Rp)Base MoneyM1(C+D)

Uang Kartal (C)Uang giral (D)

Broad Money (M2 = C+D+T)Uang kuasi (T)

Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Deposito (Valas)

M2 - Rupiah

Tagihan pada Dunia UsahaKredit-Bank Umum

Inflasi bulanan (%, mtm)Inflasi tahunan (%, yoy)

Rp/USD (akhir periode, nilai tengah)Ekspor Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4)

Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4)

Net International Reserve (juta USD)

Pertumbuhan PDB (%, yoy)**KonsumsiInvestasi (PMTB)Perubahan StokEksporImpor

INDIKATOR KUARTALAN

H A R G A

SEKTOR EKSTERNAL

- - - 6,83 6,84 6,84 6,70 6,60 6,50 6,71 6,72 7,18 -6,76 6,79 6,79 6,75 6,72 6,81 6,78 6,83 6,72 6,72 6,83 - -6,95 6,95 6,95 6,96 6,69 6,99 7,03 7,06 6,88 6,82 6,91 - -6,30 6,34 6,32 6,33 6,30 6,16 5,68 5,83 5,97 6,25 6,40 6,48 -

2.797 2.914 3.069 3.082 3.501 3.635 3.531 3.704 3.409 3.470 3.679 3.820 3.837

391.848 401.435 408.967 426.867 423.809 418.884 483.922 518.447 512.192 502.190 506.785 520.673 -514.005 545.405 539.746 555.495 549.528 555.525 571.352 605.899 604.704 585.981 581.057 584.820 -214.695 222.828 228.239 241.166 229.871 235.698 238.515 260.715 248.016 245.418 242.074 252.199 -299.310 322.577 311.507 314.328 319.657 319.827 332.837 345.184 356.688 340.563 338.984 332.621 -

2.011.683 2.082.394 2.070.257 2.097.385 2.132.063 2.170.461 2.206.524 2.323.439 2.290.917 2.260.122 2.291.288 2.281.650 -1.497.677 1.536.988 1.530.511 1.541.891 1.582.535 1.614.935 1.635.172 1.717.541 1.686.212 1.674.141 1.710.230 1.696.830 -1.373.918 1.412.917 1.402.699 1.410.754 1.450.485 1.480.067 1.500.890 1.587.407 1.562.083 1.550.021 1.581.592 1.574.884 -

789.142 808.099 792.881 789.119 809.958 834.274 842.690 872.921 864.039 854.852 884.802 869.117 -584.776 604.818 609.818 621.635 640.527 645.793 658.200 714.487 698.044 695.168 696.789 705.767 -123.759 124.072 127.812 131.137 132.050 134.868 134.282 130.133 124.129 124.121 128.639 121.945 -

1.887.923 1.958.322 1.942.445 1.966.248 2.000.013 2.035.592 2.072.242 2.193.306 2.166.787 2.136.002 2.162.649 2.159.704 -

1.660.942 1.721.286 1.722.911 1.774.363 1.795.954 1.808.229 1.842.798 1.910.022 1.881.004 1.917.047 1.963.698 1.992.605 -1.461.528 1.511.482 1.518.049 1.561.226 1.583.468 1.598.643 1.626.469 1.684.207 1.662.189 1.690.927 1.726.751 1.761.335 -

0,29 0,97 1,57 0,76 0,44 0,06 0,60 0,92 0,89 0,13 -0,32 -0,31 0,124,16 5,05 6,22 6,44 5,80 5,67 6,33 6,96 7,02 6,84 6,65 6,16 5,98

9.180 9.083 8.952 9.041 8.924 8.928 9.013 8.991 9.057 8.823 8.709 8.574 8.57310.032 10.538 10.815 11.841 10.106 11.924 12.439 13.482 11.824 11.677 13.472 - -8.136 9.045 10.067 9.939 7.478 9.315 10.051 10.723 9.468 9.276 11.445 - -68,54 69,68 70,86 73,93 76,76 79,69 80,72 83,59 82,18 85,05 88,61 92,87 96,95

6,1 6,5 6,44,0 4,3 5,38,5 7,3 10,0

463,1 89,0 -14,9 12,3 8,017,3 15,6 8,3

2 0 1 0

20102011

Tw.I Tw.II*

2 0 1 1