31
TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Juni 2019 Ekonomi, Moneter, dan Keuangan

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

TINJAUANKEBIJAKAN MONETER

Juni 2019

Ekonomi, Moneter, dan Keuangan

Page 2: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah
Page 3: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2019 i

Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Maret, April, Juni, Juli, September, Oktober, dan Desember. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respons

Tinjauan Kebijakan MoneterJuni 2019

Dewan GubernurPERRY WARJIYO Gubernur

MIRZA ADITYASWARA Deputi Gubernur Senior

ERWIN RIJANTODeputi Gubernur

kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar, dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respons kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

SUGENG Deputi Gubernur

ROSMAYA HADI Deputi Gubernur

DODY BUDI WALUYO Deputi Gubernur

Page 4: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Juni 2019ii

Daftar Isi

1. Ringkasan Eksekutif

Daftar Isi

Dewan Gubernur

Kata Pengantar 2. Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter

Perkembangan Ekonomi Dunia

Risiko Pasar Keuangan Global

Pasar Komoditas Global

Pertumbuhan Ekonomi

Neraca Pembayaran Indonesia

Nilai Tukar Rupiah

Inflasi

06

10

11

11

16

18

19

03

ii

i

i 06

Pasar Keuangan

Transmisi Suku Bunga

Likuiditas Perekonomian

Intermediasi Perbankan

Pembiayaan NonPerbankan

Pasar Saham

Pasar Surat Berharga Negara (SBN)

22

23

24

25

27

27

39

Page 5: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2019 1

11111111111 Ringkasan Eksekutif

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Juni 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%. Untuk menambah ketersediaan likuiditas perbankan dalam pembiayaan ekonomi, Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah untuk Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah sebesar 50 bps sehingga masing-masing menjadi 6,0% dan 4,5%, dengan GWM Rerata masing-masing tetap sebesar 3,0%, berlaku efektif pada 1 Juli 2019. Bank Indonesia terus mencermati kondisi pasar keuangan global dan stabilitas eksternal perekonomian Indonesia dalam mempertimbangkan penurunan suku bunga kebijakan sejalan dengan rendahnya inflasi dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Strategi operasi moneter tetap diarahkan untuk memastikan ketersediaan likuiditas di pasar uang. Kebijakan makroprudensial juga tetap akomodatif untuk mendorong penyaluran kredit perbankan dan memperluas pembiayaan bagi perekonomian. Selain itu, kebijakan sistem pembayaran dan pendalaman pasar keuangan terus diperkuat guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait terus dipererat untuk mempertahankan stabilitas ekonomi, mendorong permintaan domestik, serta meningkatkan ekspor, pariwisata, dan aliran masuk modal asing.

Eskalasi ketegangan hubungan dagang yang meningkat makin memengaruhi dinamika perekonomian global. Ketegangan hubungan dagang makin nyata menurunkan volume perdagangan dunia dan memperlambat pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara. Perekonomian AS diprakirakan tumbuh lebih rendah akibat ekspor yang menurun, stimulus fiskal yang terbatas, serta keyakinan pelaku ekonomi yang belum kuat. Ekonomi kawasan Eropa juga melambat dipengaruhi ekspor yang melemah, dan permasalahan struktural terkait aging population yang berlanjut.

Pertumbuhan Tiongkok dan India juga melambat akibat penurunan kinerja sektor eksternal serta pelemahan konsumsi dan investasi. Pertumbuhan ekonomi yang melambat kemudian mendorong sejumlah bank sentral menerapkan kebijakan moneter yang lebih longgar. Di samping dampaknya terhadap pertumbuhan, tensi ketegangan hubungan dagang yang makin tinggi memicu ketidakpastian di pasar keuangan global, yang kemudian mendorong aliran modal keluar dari negara berkembang ke negara maju (flight to quality). Perkembangan ekonomi dunia ini memberikan tantangan dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga arus masuk modal asing.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II 2019 diprakirakan melandai akibat kinerja ekspor yang turun. Eskalasi ketegangan hubungan dagang telah berdampak pada penurunan kinerja ekspor Indonesia akibat terbatasnya permintaan dunia dan turunnya harga komoditas, meskipun sejumlah komoditas seperti kimia, besi dan baja, batubara dan minyak nabati masih relatif baik. Investasi non bangunan belum meningkat signifikan dipicu dampak perlambatan ekspor, meskipun investasi bangunan tetap berlanjut. Sementara itu, konsumsi diprakirakan tetap baik didukung terjaganya daya beli dan keyakinan masyarakat. Permintaan domestik yang tumbuh terbatas mengakibatkan impor diprakirakan menurun. Ke depan, upaya untuk mendorong permintaan domestik perlu ditingkatkan untuk memitigasi dampak dampak negatif perlambatan ekonomi dunia akibat ketegangan hubungan dagang. Secara keseluruhan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 berada di bawah titik tengah kisaran 5,0-5,4%. Bank Indonesia akan menempuh bauran kebijakan dengan Pemerintah, dan otoritas terkait untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi.

Neraca Pembayaran Indonesia triwulan II 2019 diprakirakan tetap baik sehingga menopang ketahanan eksternal Indonesia. Surplus transaksi modal dan finansial berpotensi lebih tinggi dari prakiraan

Page 6: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Juni 20192

sebelumnya, di tengah defisit transaksi berjalan yang diprakirakan meningkat sesuai pola musiman. Berlanjutnya aliran modal asing dalam bentuk PMA dan investasi portofolio mendukung surplus transaksi modal dan finansial sejalan dengan prospek perekonomian nasional yang baik dan daya tarik investasi aset keuangan domestik yang tinggi. Sementara itu, defisit transaksi berjalan diperkirakan meningkat dipengaruhi kinerja ekspor barang dan jasa yang melambat, serta kebutuhan repatriasi deviden dan pembayaran bunga utang luar negeri yang meningkat sesuai pola musimannya. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2019 tercatat sebesar 120,3 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Ke depan, defisit transaksi berjalan 2019 diprakirakan lebih rendah dari tahun 2018, yaitu dalam kisaran 2,5%–3,0% PDB. Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal.

Nilai tukar Rupiah secara keseluruhan bergerak stabil. Pada bulan Mei 2019, nilai tukar Rupiah melemah 0,18% secara point to point dibandingkan dengan akhir April 2019. Perkembangan ini tidak terlepas dari pengaruh eskalasi ketegangan hubungan dagang yang memicu sentimen risk off di pasar keuangan global. Pada Juni 2019, nilai tukar Rupiah kembali menguat, yakni 0,04% sampai 19 Juni 2019 secara point to point dibandingkan dengan level akhir Mei 2019, dan 0,69% secara rerata dibandingkan level Mei 2019. Perkembangan positif pada Juni 2019 didorong persepsi terhadap prospek ekonomi Indonesia yang tetap baik, termasuk peningkatan sovereign rating Indonesia oleh Standard and Poor’s (S&P), di samping prakiraan arah kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah. Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar Rupiah akan bergerak stabil sesuai dengan mekanisme pasar yang tetap terjaga. Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik di pasar uang maupun valas.

Inflasi Mei 2019 yang bersamaan dengan bulan Ramadan dan menjelang Idulfitri tetap terkendali. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Mei 2019 meningkat dari 0,44% (mtm) atau 2,83% (yoy) pada April 2019 menjadi 0,68% (mtm) atau 3,32% (yoy). Perkembangan inflasi IHK ini secara umum terkendali dan sesuai pola musiman pada bulan Ramadan dan menjelang Idulfitri, yang rata-rata dalam lima tahun terakhir mencapai 0,77%. Inflasi kelompok volatile food meningkat didorong naiknya harga cabai, daging ayam dan bawang putih. Inflasi kelompok administered prices sesuai pola musiman juga meningkat, bersumber dari tarif angkutan antarkota, tarif angkutan udara, dan tarif kereta api. Sementara itu, inflasi inti tetap terkendali, meskipun meningkat didorong kelompok makanan. Ke depan, Bank Indonesia tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna memastikan inflasi tetap rendah dan stabil yang diprakirakan berada di bawah titik tengah kisaran sasaran inflasi 3,5±1% pada 2019.

Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga disertai fungsi intermediasi yang berjalan baik dan risiko kredit yang terkendali. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan April 2019 tetap tinggi yakni 23,1% dan disertai rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap rendah yakni 2,6% (gross) atau 1,2% (net). Dari fungsi intermediasi, pertumbuhan kredit pada April 2019 tercatat 11,1% (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan kredit Maret 2019 sebesar 11,5% (yoy). Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada April 2019 sebesar 6,6%, menurun dibandingkan dengan pertumbuhan Maret 2019 sebesar 7,2%. Likuiditas perbankan terjaga, antara lain tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 20,2% pada April 2019, meskipun terindikasi menurun pada Mei 2019. Sementara itu, kinerja korporasi go public tetap baik ditopang kemampuan membayar yang terjaga. Ke depan, Bank Indonesia memandang terbuka ruang untuk mendorong pertumbuhan kredit tanpa mengganggu stabilitas sistem keuangan. Siklus kredit yang berada di bawah level optimum dan terdapatnya potensi peningkatan kredit memungkinkan berlanjutnya kebijakan makroprudensial

Page 7: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2019 3

akomodatif. Bank Indonesia memprakirakan kredit perbankan 2019 berada pada kisaran 10-12% (yoy) sedangkan DPK tumbuh dalam kisaran 8-10%.

Kelancaran sistem pembayaran tetap terjaga, baik dari sisi tunai maupun nontunai. Di sisi pembayaran tunai, Uang Yang Diedarkan (UYD) tumbuh 19,3% (yoy) mencapai Rp850,2 triliun sesuai dengan pola musimannya terkait kebutuhan uang selama Ramadan/Idulfitri 2019. Di sisi pembayaran nontunai, total transaksi menggunakan ATM-Debit, Kartu Kredit dan Uang Elektronik (UE) tumbuh 12,6% (yoy), dengan pertumbuhan transaksi UE yang meningkat tinggi yakni 218,3% (yoy). Peningkatan UE tersebut utamanya terkait dengan penggunaan UE nonbank dalam transaksi e-commerce. Ke depan, Bank

Indonesia akan terus mendorong perluasan program elektronifikasi, khususnya untuk penyaluran bantuan sosial (Bansos), integrasi moda transportasi, dan transaksi Pemda sebagai upaya peningkatan efisiensi dan peningkatan kapasitas ekonomi. Bank Indonesia akan mendorong percepatan transformasi digital untuk ekonomi Indonesia melalui implementasi visi baru Sistem Pembayaran Indonesia 2025. Bank Indonesia juga terus meningkatkan program peningkatan kualitas UMKM agar mampu menghasilkan produk berkualitas, mampu mengikuti perkembangan digital khususnya penggunaan e-commerce, digital payment dan digital financing, dan memperluas akses ekspor UMKM.

Page 8: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Juni 20194

Gra� k 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Global Gra� k 2.2. Pertumbuhan Ekonomi AS

Perkembangan Ekonomidan Kebijakan Moneter

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Eskalasi ketegangan hubungan dagang yang meningkat makin memengaruhi dinamika perekonomian global. Ketegangan hubungan dagang makin nyata menurunkan volume perdagangan dunia dan memperlambat pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara (Grafik 2.1). Perekonomian Amerika Serikat (AS) diprakirakan tumbuh lebih rendah akibat ekspor yang menurun, stimulus fiskal yang terbatas, serta keyakinan pelaku ekonomi yang belum kuat. Ekonomi kawasan Eropa juga melambat dipengaruhi ekspor yang melemah, dan permasalahan struktural terkait aging population yang berlanjut. Pertumbuhan Tiongkok dan India juga melambat akibat penurunan kinerja sektor eksternal serta pelemahan konsumsi dan investasi. Pertumbuhan ekonomi yang melambat kemudian mendorong sejumlah bank sentral menerapkan kebijakan moneter yang lebih longgar. Di samping dampaknya terhadap pertumbuhan, tensi ketegangan hubungan dagang yang makin tinggi memicu ketidakpastian di pasar keuangan global, yang kemudian mendorong aliran modal keluar dari negara berkembang ke negara maju (flight to quality). Perkembangan ekonomi dunia ini memberikan tantangan dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga arus masuk modal asing.

2

Indikator terkini mengkonfirmasi perlambatan pertumbuhan ekonomi AS. Pertumbuhan ekonomi AS yang solid pada triwulan I 2019 yakni sebesar 3,2% (yoy) diprakirakan bersifat temporer (Grafik 2.2). Perlambatan ekonomi AS turut dipengaruhi oleh perlambatan konsumsi dan investasi. Pertumbuhan konsumsi tertahan tercermin dari perlambatan indikator Personal Consumer Expenditure (PCE) serta personal income. Investasi AS masih lemah, terutama investasi nonresidensial yang diprakirakan melambat lebih dalam akibat eskalasi ketegangan hubungan dagang. Ketidakpastian tarif berdampak negatif terhadap investasi nonresidensial di tengah pertumbuhan yang melambat paska berakhirnya dampak stimulus fiskal. Indikator produksi juga terus melambat tercermin pada Institute for Suppy Management (ISM) Manufacturing dan ISM Production yang melanjutkan perlambatan, serta ISM New Orders yang masih lemah. Sejalan dengan perlambatan ekonomi, perbaikan ketenagakerjaan terkendala oleh partisipasi tenaga kerja yang rendah dan peningkatan upah yang tertahan.

Tekanan inflasi AS semakin rendah. Penurunan tekanan inflasi sejalan dengan konsumsi yang tertahan. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) dan infkasi inti IHK

Sumber: Bloomberg dan IMF WEO April 2018, diolah

-1,0

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

1980

1982

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

2006

2008

2010

2012

2014

2016

2018

2020

2022

Negara Berkembang

Negara Maju

Dunia

3,6

%%

Sumber: Bloomberg, diolah

3,2

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Konsumsi

Investasi Swasta

Ekspor Neto

PDB (yoy)

Pengeluaran

%

Page 9: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2019 5

Gra� k 2.4. Pertumbuhan Ekonomi Eropa

Gra� k 2.5. In� asi EropaGra� k 2.3. In� asi AS

0,9

-3,0

-2,0

-1,0

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

pcp

Sumber: Eurostat dan Bank Indonesia;Triwulan II 2019-angka proyeksi Bank Indonesia

Konsumsi Pemerintah

Ekspor NetoPDB

Inventori

Investasi

Cp & LNPRT

Sumber: Bloomberg

0,2

1,2

0,8

-2

-1

0

1

2

3

7 9 111 3 5 7 9 111 3 5 7 9 111 3 5 7 9 111 3 5 7 9 111 3 5 7 9 111 3 5

2014 2015 2016 2017 2018 2019

%

Target ECB In�asi CPI 2%

IHK (% yoy)

IHK Inti (% yoy)

IHK (% mtm)

2013

Sumber: Bloomberg, diolah

1,91,8

0,3

2,0

1,61,5

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

11 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 1012 2 4 6 8 1012 2 4

20

15

2016 2017 2018 2019

IHK Inti

PCEInti

IHK

PCE mtm

%

20

19

20

18

20

20

PCE (yoy)Proyeksi PCE

Target 2%

pada Mei 2019 masing-masing mengalami penurunan menjadi 1,8% dan 2,0% (yoy) – (Grafik 2.3). Penurunan inflasi tersebut terutama bersumber dari perlambatan inflasi jasa. Sejalan dengan hal tersebut, inflasi PCE pada April 2019 juga masih lemah, yakni sebesar 1,5%, jauh di bawah target 2,0%. Penurunan tersebut masih disebabkan oleh penurunan tingkat reimbursement rumah sakit (Affordable Care Act – ACA ) dan penurunan jasa physician (Medicare Access and CHIP Reauthorization Act - MACRA).

Ekonomi Kawasan Eropa juga melambat. Pertumbuhan ekonomi Eropa yang sempat sedikit meningkat pada triwulan I 2019 sebesar 1,2% diprakirakan bersifat temporer (Grafik 2.4). Pemulihan ekonomi Eropa yang berjalan lambat dipengaruhi oleh perlambatan ekspor, konsumsi, dan investasi. Permintaan ekspor yang belum membaik tercermin pada export order book manufaktur yang terkontraksi lebih dalam pada Mei 2019 di tengah IPI Manufaktur yang cenderung melambat. Konsumsi melambat seiring pendapatan dan wealth yang melambat seiring kepercayaan konsumen dan ritel yang masih terus menurun. Hal tersebut tercermin juga dari penurunan penjualan kendaraan penumpang. Ketidakpastian menyebabkan konsumen berjaga-jaga (precautionary motive) untuk melakukan konsumsi dan investasi. Invenstasi juga melambat seiring dengan menurunnya business confidence, construction confidence, dan indeks konstruksi. Kawasan Eropa juga masih dihadapkan pada isu aging population yang berdampak pada penurunan produktivitas . Perbaikan slack tenaga

kerja juga belum terlihat sehingga menyebabkan upah cenderung melambat.

Tekanan inflasi Eropa tetap rendah dengan ekspektasi inflasi yang masih rendah (Grafik 2.5). Tingkat inflasi belum menunjukkan indikasi solid menuju pada target European Central Bank (ECB). Flash estimate ECB untuk inflasi Mei 2019 (per 4 Juni 2019) memperkirakan inflasi pada level 1,2%, atau menurun dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya didorong oleh penurunan tingkat inflasi energi dan services. Pada Mei 2019, ECB professional survey merevisi ke bawah ekspektasi inflasi tahun 2019 dari 1,5% pada Maret 2019 menjadi 1,4% pada Juni 2019. Demikian

Page 10: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Juni 20196

pula ekspektasi inflasi tahun 2020 yang direvisi dari 1,6% pada Maret 2019 menjadi 1,5% pada Juni 2019. Relatif rendahnya inflasi Eropa tidak terlepas dari perlambatan ekonomi, penurunan harga minyak selama triwulan I 2019 dan inflasi harga pangan yang lebih rendah. Ke depan, ekspektasi inflasi Eropa juga tetap rendah.

Perekonomian Jepang diprakirakan tetap lemah sebagai dampak dari permintaan global yang menurun. Pertumbuhan ekonomi Jepang pada triwulan I 2019 tercatat sebesar 1,0%, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV 2018, namun dengan struktur yang lebih lemah (Grafik 2.6). Konsumsi melambat tercermin dari indikator penjualan motor dan department store yang berada dalam tren pelemahan, serta leading indicator consumer confidence yang melemah. Investasi juga melambat seiring penurunan permintaan, tercermin dari kontraksi permintaan peralatan mesin dan konstruksi. Sejalan dengan hal tersebut, ekspor juga mengalami kontraksi. Penurunan ekspor terutama terjadi untuk produk kendaraan bermotor dan teknologi informasi, terutama ke negara AS, Tiongkok, dan Asia lainnya. Di sisi ketenagakerjaan, kondisi tenaga kerja ketat, namun tidak diikuti dengan kenaikan pendapatan. Hal tersebut sejalan dengan melemahnya sentimen bisnis pada triwulan I 2019 sebagai respons dari kondisi ekonomi dan pasar global.

Inflasi Jepang masih di bawah target meskipun meningkat. Inflasi IHK Jepang pada April 2019 mengalami peningkatan yakni menjadi sebesar 0,9%

Gra� k 2.6. Pertumbuhan Ekonomi Jepang

Gra� k 2.7. In� asi Jepang

Gra� k 2.8. Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok

Sumber: Bloomberg, diolah

1,0

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4F 1F2015 2016 2017 2018 2019

KonsumsiInvestasi

Konsumsi Pemerintah

PDB (yoy)

Ekspor Netto

%

Sumber: Bloomberg

1,10,90,9

0,5

-1,0

-0,5

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2015 2016 2017 2018 2019

% yoy

Tokyo IHK (yoy)

IHK

IHK selain makanan segar

IHK selain makanan dan energi

Sumber: Bloomberg, diolah

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I2015 2016 2017 2018 2019

Ekspor Neto 1,3 0,3 0,0 -0,1 -1,0 -0,6 -0,5 -0,6 0,1 0,1 0,1 0,6 -0,6 -0,7 -0,7 -0,6 1,5Investasi 1,2 2,3 2,9 2,9 2,5 2,9 3,0 2,9 1,3 2,4 2,4 2,3 2,1 2,1 2,1 2,1 0,8Konsumsi 4,5 4,4 4,0 4,1 5,2 4,4 4,3 4,5 5,5 4,4 4,4 3,9 5,3 5,3 5,2 5,0 4,2PDB yoy 7,0 7,0 6,9 6,8 6,7 6,7 6,7 6,8 6,8 6,8 6,7 6,7 6,8 6,7 6,5 6,4 6,4

-2,0-1,00,01,02,03,04,05,06,07,08,09,0

% yoy

(yoy), seiring kenaikan harga energi dan harga produk makanan (Grafik 2.7). Kendati demikian, kenaikan inflasi IHK tersebut masih di bawah target Bank of Japan (BoJ) sebesar 2%. Ke depan, tekanan inflasi diprakirakan masih rendah seiring dengan kondisi ketenagakerjaan yang masih ketat namun masih terkendala faktor struktural berupa aging population. Adapun, kenaikan pajak konsumsi yang ditetapkan pemerintah Jepang diprakirakan hanya menaikkan inflasi secara temporer.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat (Grafik 2.8). Indikator terkini mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan II 2019 lebih lambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Page 11: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2019 7

Gra� k 2.9. In� asi Tiongkok

Gra� k 2.10. Pertumbuhan Ekonomi India

Gra� k 2.11. In� asi India

Sumber: Bloomberg, diolah

1,6

7,7

2,7

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4

2015 2016 2017 2018 2019

% yoy

IHK Makanan Tiongkok

IHK Selain Makanan Tiongkok

IHK IHK Inti Tiongkok

1,6

Sumber: Bloomberg

5,8

-6-4-2024681012

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2015 2016 2017 2018 2019

Konsumsi

Konsumsi Pemerintah

Lainnya

Ekspor Neto

InvestasiPDB

%

Sumber: Bloomberg

3,0

-2

0

2

4

6

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2016 2017 2018 2019

IHK (% yoy)

Makanan dan MinumanInti

Bahan Bakar dan ListrikTembakau dan Miras

Hal tersebut sejalan dengan indikator penjualan ritel, fixed asset investment (FAI), dan industrial production (IP) yang kembali memburuk sebagai akibat dari pelemahan permintaan domestik dan ekspor. Di sisi eksternal, peningkatan ekspor pada bulan Mei 2019 hanya bersifat sementara sebagai opsi front loading menghadapi kenaikan tarif impor oleh AS pada Juni 2019. Secara umum, eskalasi perang dagang AS-Tiongkok dan perlambatan ekonomi global menyebabkan kinerja ekspor Tiongkok menurun.

Inflasi Tiongkok meningkat terutama karena inflasi pangan. Inflasi CPI Tiongkok pada Mei 2019 tercatat sebesar 2,7%, meningkat dibandingkan dengan inflasi pada periode sebelumnya (Grafik 2.9). Peningkatan inflasi masih disebabkan oleh wabah penyakit ternak (African swine flu) yang berlanjut, sehingga pasokan daging babi terganggu. Sementara itu, inflasi inti pada April 2019 tercatat sebesar 1,7%, relatif stabil dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal tersebut sejalan dengan permintaan domestik yang masih terbatas.

Perekonomian India juga tumbuh melambat. Ekonomi India pada triwulan I 2019 tercatat sebesar 5,8% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya sebesar 6,6% (yoy) – (Grafik 2.10). Pelemahan PDB terutama disebabkan oleh pelemahan investasi, pemburukan ekspor, dan perbaikan konsumsi yang masih tertahan. Kinerja konsumsi masih lemah,

tertekan oleh penurunan penghasilan di sektor pertanian dan pelemahan ekspor. Pelemahan ekonomi global mendorong penurunan ekspor India. Sementara itu, impor meningkat karena kenaikan harga minyak dan permintaan emas. Aktivitas manufaktur yang melambat akibat penurunan permintaan ekspor menekan investasi swasta. Inflasi India masih tercatat rendah. Pada Mei 2019, inflasi CPI tercatat sebesar 3,0% (yoy), masih di bawah target inflasi Reserve Bank of India (RBI). Tekanan inflasi inti juga terus menurun seiring pelemahan permintaan domestik (Grafik 2.11).

Page 12: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Juni 20198

Sumber: Bloomberg

234,68

91,63

0

50

100

150

200

250

300

0

100

200

300

400

500

7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2017 2018 2019

EPU Trade

EPU AS (Skala kanan)

PASAR KEUANGAN GLOBAL

Eskalasi ketegangan hubungan dagang memicu ketidakpastian di pasar keuangan global, yang kemudian mendorong aliran modal keluar dari negara berkembang ke negara maju (flight to quality). Hal ini tercermin dari indikator Economic Policy Uncertainty (EPU) yang menunjukkan peningkatan (Grafik 2.12). Ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat mendorong peralihan modal dari negara berkembang ke negara maju. Aliran modal ke Emerging Market (EM) termasuk Indonesia mulai tertahan (Grafik 2.13). Flight to quality tercermin pada penguatan pasar saham dan likuiditas di AS.

Gra� k 2.12. Economic Policy Uncertainty (EPU) Trade Policy AS

Gra� k 2.13. Aliran Modal Gra� k 2.14. Volume Perdagangan Dunia

Sumber:EPFR

316,52

Aliran Modal Negara Maju(Skala kanan)

1.896,73

1.850

1.900

1.950

2.000

2.050

2.100

250260270280290300310320330340

2018

miliar USD, akumulasi aliran modal sejak Nov -08

miliar USD, akumulasi aliran modal sejak Nov-08

Aliran Modal Negara Berkembang

Periode Out�owNegaraBerkembang

1 3 5 7 9 10 112 4 8 12 1 3 5 62 46

2019

3,33,4

2,63,0

0

1

2

3

4

5

6

7

2015 2016 2017 2018 2019f 2020f

% yoy

WTO Outlook Apr-19

IMF WEO Apr-19 (G&S)

Sumber : WEO Apr 2019 dan WTO Apr 2019

PASAR KOMODITAS GLOBAL

Perlambatan ekonomi dunia berpengaruh pada penurunan volume perdagangan dan harga komoditas global . Pertumbuhan World Trade Volume (WTV) yang lebih rendah tersebut dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi global serta penetapan tarif impor oleh AS kepada Tiongkok sejak September 2018. Perlambatan perdagangan dunia diprakirakan terus berlanjut pada triwulan II 2019 (Grafik 2.14). Perlambatan tersebut searah dengan perlambatan total perdagangan negara utama (Tiongkok, Jerman, dan AS).

Harga komoditas ekspor Indonesia menurun terutama disebabkan oleh penurunan harga CPO dan logam (Tabel 2.1). Penurunan harga CPO dipengaruhi oleh tekanan penurunan harga substitusinya – soybean. Harga soybean yang merupakan barang substitusi CPO berada pada tren menurun, didorong oleh produksi soybean AS yang masih berada pada level tinggi. Sementara itu, harga batu bara masih relatif terjaga. Hal ini seiring dengan gangguan produksi batubara di Indonesia akibat curah hujan yang tinggi dan peningkatan permintaan India . Harga karet juga masih tinggi, seiring dengan supply yang masih terbatas dan ekspektasi peningkatan permintaan dari Tiongkok.

Harga minyak yang sempat menguat pada triwulan I 2019, mulai menurun pada Mei 2019. Harga minyak yang sempat meningkat pada April

Page 13: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2019 9

Persen, yoy

Komoditas 2016 2017 2018 YTD2019*

Sumber : Bloomberg *Data s.d. 31 Mei 2019

Tembaga Batu BaraCPOKaret NikelTimahAluminiumKopiLainnyaIndeks Harga Komoditas Ekspor Indonesia

-10,5 27,1 6,7 -4,26,8 48,2 2,5 2,1

21,3 5,7 -19,2 -7,7-2,2 28,1 -16,8 19,0

-15,4 8,9 27,8 -4,913,1 13,1 0,5 3,6-3,5 22,9 7,4 -11,34,3 -2,9 -15,4 -13,31,0 6,8 1,2 0,4

5,4 21,7 -2,8 0,0

Tabel 2.1. Economic Policy Uncertainty (EPU) Trade Policy AS

Gra� k 2.15. Perkembangan Harga Minyak

Sumber : Bloomberg

20

30

40

50

60

70

80

2015 2016 2017 2018 2019

USD/ Barel

Harga Minyak Brent

Rata-rata Triwulanan

63,3

69,9

2019 - akibat penghentian waiver sanksi ekspor Iran dan faktor geopolitik yang tidak berlanjut (Grafik 2.15). Sejak pertengahan Mei 2019, harga minyak berada pada tren menurun seiring sentimen negatif pasar merespons eskalasi ketegangan hubungan dagang AS-Tiongkok dan ekspektasi pelemahan ekonomi global. Penurunan harga minyak dunia di Mei-Juni 2019 juga terjadi setelah U.S. Energy Information Administration (EIA) dan International Energy Agency (IEA) mengoreksi permintaan minyak global di 2019. Secara fundamental supply - demand minyak global relatif tidak berubah secara signifikan.

PERTUMBUHAN EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II 2019 diprakirakan melandai akibat kinerja ekspor yang turun. Eskalasi ketegangan hubungan dagang telah berdampak pada penurunan kinerja ekspor Indonesia akibat terbatasnya permintaan dunia dan turunnya harga komoditas, meskipun sejumlah komoditas seperti kimia, besi dan baja, batubara dan minyak nabati masih relatif baik. Investasi nonbangunan belum meningkat signifikan dipengaruhi dampak perlambatan ekspor, meskipun pertumbuhan investasi bangunan tetap kuat. Sementara itu, konsumsi diprakirakan tetap baik didukung terjaganya daya beli dan keyakinan masyarakat. Permintaan domestik yang tumbuh terbatas dan kinerja ekspor yang menurun mengakibatkan impor juga diprakirakan menurun. Ke depan, upaya untuk mendorong permintaan domestik perlu ditingkatkan untuk memitigasi dampak negatif perlambatan ekonomi dunia akibat ketegangan hubungan dagang. Secara keseluruhan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 berada di bawah titik tengah kisaran 5,0-5,4% (Tabel 2.2). Bank Indonesia akan menempuh bauran kebijakan dengan Pemerintah, dan otoritas terkait untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi.

Kinerja konsumsi rumah tangga diprakirakan tetap baik, meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Perkembangan konsumsi rumah tangga tersebut didukung oleh terjaganya daya beli masyarakat sejalan dengan tingkat inflasi yang terkendali, serta tingkat keyakinan konsumen yang tetap berada pada level positif. Indeks keyakinan konsumen (IKK) pada berbagai kelompok konsumen, baik dengan pengeluaran Rp1-2 juta per bulan, Rp2-5 juta per bulan maupun lebih dari Rp5 juta per bulan tetap berada pada zona positif (>100), disertai tingkat optimisme yang lebih baik dibandingkan posisi terakhir pada triwulan I 2019 (Grafik 2.16). Namun demikian, perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dan penurunan harga komoditas dunia turut berdampak pada penurunan penerimaan dari ekspor, yang pada gilirannya memengaruhi tingkat pendapatan dan pengeluaran konsumsi rumah tangga. Perkembangan upah untuk kelompok masyarakat berpendapatan bawah

Page 14: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Juni 201910

terindikasi melambat, tercermin dari nilai tukar petani dan upah buruh riil yang termoderasi (Grafik 2.17). Di samping itu, penyaluran bantuan sosial yang dapat menopang pendapatan kelompok masyarakat berpendapatan bawah mulai tumbuh melambat memasuki triwulan II 2019, meskipun secara nominal masih tinggi (Grafik 2.18). Sejalan dengan hal tersebut, pengeluaran konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan, terindikasi dari tingkat penjualan eceran yang menurun (Grafik 2.19 ).

Konsumsi pemerintah diprakirakan meningkat dan menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi. Peningkatan konsumsi pemerintah didukung oleh belanja barang dan belanja pegawai sejalan dengan realisasi tunjangan hari raya (THR) serta rapel kenaikan gaji aparatur sipil negara (ASN). Peningkatan realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) yang tinggi pada Mei

2019 terutama Dana Alokasi Umum (DAU) diperkirakan menopang peningkatan konsumsi pemerintah di daerah. Di samping itu, peningkatan konsumsi pemerintah juga dipengaruhi oleh penyaluran bantuan sosial pada Mei 2019 yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, didorong oleh realisasi bantuan sosial di bidang kesehatan dan perluasan jumlah penerima Program Keluarga Harapan (PKH).

Investasi diprakirakan belum meningkat signifikan yang terutama disebabkan oleh perlambatan kinerja ekspor. Perkembangan investasi yang tertahan terindikasi dari likert scale kapasitas utilisasi dan investasi yang menunjukkan arah perlambatan (Grafik 2.20). Kinerja investasi yang belum menunjukkan peningkatan terutama bersumber dari penurunan investasi nonbangunan akibat kinerja ekspor yang masih mengalami kontraksi seiring

Tabel 2.2. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran

I III III IV2017

2018 20192020*2019*2018

Persen, yoy

Sumber: BPS, *Proyeksi Bank Indonesia

Konsumsi Rumah TanggaKonsumsi PemerintahInvestasi (PMTDB)EksporImporPDB

Komponen PDB Pengeluaran

4,94 4,94 5,16 5,00 5,08 5,05 5,01 5,0 - 5,4 5,0 - 5,42,13 2,71 5,20 6,27 4,56 4,80 5,21 3,4 - 3,8 3,7 - 4,16,15 7,94 5,85 6,96 6,01 6,67 5,03 5,4 - 5,8 5,7 - 6,18,91 5,94 7,65 8,08 4,33 6,48 -2,08 -0,9 - -0,5 4,4 - 4,88,06 12,64 15,17 14,02 7,10 12,04 -7,75 -3,4 - -3,0 3,1 - 3,55,07 5,06 5,27 5,17 5,18 5,17 5,07 5,0 - 5,4 5,1 - 5,5

Gra� k 2.16. Indeks Keyakinan Konsumen Gra� k 2.17. NTP dan Upah Buruh Tani

Sumber: Bank Indonesia

128,1 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

128,2

129,7

128,8

128,9

128,2

131,1 131,1

95

100

105

110

115

120

125

130

135

I II III IV I II III IV I II III IV I II* 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5

2016 2017 2018 2019 2018 2019

Indeks

Pengeluaran Rp1-2 jutaPengeluaran Rp2-5 juta

Pengeluaran >Rp5 juta

Sumber: BPS, diolah

Nilai Tukar Petani

0,60,6

Upah Buruh Tani 1,4(riil) 1,4

-4,0

-3,0

-2,0

-1,0

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

I II III IV I II III IV I II III IV I II* 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5

2016 2017 2018 2019 2018 2019

%yoy

Page 15: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2019 11

Gra� k 2.18. Realisasi Bantuan Sosial

Gra� k 2.19. Penjualan Eceran dan Kendaraan Bermotor

Gra� k 2.20. Likert Scale Kapasitas Utilisasi dan Investasi

Gra� k 2.21. Impor Barang Modal

Sumber: Kementerian Keuangan

Bansos29,5

6,3

gBansos (skala kanan)38,1

-25,8-50

0

50

100

150

200

250

300

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II* 1 2 3 4 5

2017 2018 2019 2019

% yoyRp Triliun

Sumber: AISI, Bank Indonesia

Penjualan Mobil

-17,6 -17,6

Penjualan Eceran (Total)

7,9

6,7

-20-15-10-5051015202530

I II IIIIV I II III IV I II III IV I II* 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4

2016 2017 2018 2019 2018 2019

% yoy

Sumber: Bank Indonesia

0,28

0,34

0,26

0,85 0,80

0,66

0,00,10,20,30,40,50,60,70,80,91,0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2015 2016 2017 2018 2019

LS Kapasitas Utilisasi

Investasi

Sumber: Bank Indonesia

Impor Barang Modal

-14,4-18,4

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

I II III IV I II III IV I II III IV I II* 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5

2016 2017 2018 2019 2018 2019

% yoy

penurunan permintaan dan harga komoditas dunia. Kondisi tersebut mendorong pelaku usaha untuk menahan belanja investasinya, terutama yang bergerak di bidang manufaktur dan pertambangan. Hal ini tercermin dari penurunan impor barang modal, antara lain berupa impor mesin dan peralatan kebutuhan industri manufaktur, serta penurunan penjualan alat angkut dan alat berat untuk mendukung kegiatan industri dan pertambangan (Grafik 2.21 dan 2.22). Sementara itu, pertumbuhan investasi bangunan diprakirakan terus berlanjut. Kinerja investasi bangunan akan ditopang oleh kelanjutan beberapa proyek dari Program Strategis Nasional (PSN) yang saat ini masih dalam tahap konstruksi, khususnya proyek infrastruktur di

bidang ketenagalistrikan dan energi, seperti pembangkit tenaga listrik dan pembangunan smelter (Grafik 2.23).

Ekspor diprakirakan menurun akibat dampak pertumbuhan ekonomi global yang melambat dan harga komoditas dunia yang menurun (Grafik 2.24). Penurunan kinerja ekspor diprakirakan masih berlangsung, terutama pada produk ekspor sektor pertanian, pertambangan dan manufaktur (Grafik 2.25). Namun, penurunan produk ekspor sektor pertanian dan pertambangan diperkirakan tidak sedalam periode sebelumnya dengan masih kuatnya permintaan ekspor berbasis komoditas. Permintaan batubara dan crude palm

Page 16: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Juni 201912

oil (CPO) dari mitra dagang utama negara berkembang, seperti India dan Tiongkok, terindikasi masih kuat. Ekspor manufaktur diprakirakan masih akan terkontraksi akibat menurunnya permintaan dari negara-negara maju seiring dengan eskalasi ketegangan hubungan dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok serta sejumlah negara lainnya. Namun demikian, beberapa produk ekspor manufaktur diperkirakan tetap tumbuh positif, antara lain ekspor besi-baja seiring dengan perkembangan pembangunan smelter, serta ekspor produk kimia karena masih kuatnya permintaan fatty acid methyl ester (FAME) hasil turunan CPO.

Gra� k 2.22. Penjualan Alat Angkut dan Alat Berat

Gra� k 2.23. Perkiraan Aktivitas Konstruksi Program Strategis Nasional (PSN)

Gra� k 2.24. Indeks Harga Ekspor Nonmigas

Gra� k 2.25. Ekspor Nonmigas Riil

-10

-5

0

5

10

15

-60-40-20

020406080

100120

I III I III I III I III I 8 10 2 4 6 8 10 2 4

2015 2016 2017 2018 2019 2017 2018 2019

Total

Investasi Non Bangunan(Skala kanan)

% % yoy

Sumber: United Tractor (Rerata data bulanan pada triwulan tersebut)

PertambanganKonstruksi Kehutanan

Pertanian

Sumber: KPPIP dan Estimasi Bank Indonesia (*Data posisi per April 2019)

Nilai Konstruksi

568

Pertumbuhan (Skala kanan)

54,5

-20-1001020304050607080

0

100

200

300

400

500

600

2016 2017 2018 2019*

Rp Triliun % yoy

Sumber: Bank Indonesia

Total

1,0 -1,6

Manufaktur 8,5 5,2

Pertambangan

-3,3

-11,2Pertanian

-9,8-5,8

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

I II III IV I II III IV I II III IV I II* 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5

2016 2017 2018 2019 2018 2019

% yoy% yoy %yoy

Sumber: Bank Indonesia

Total

-9,7-8,9

Pertanian

-6,8

-2,8

Pertambangan

-3,7

-7,1

Manufaktur -13,5-13,3

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

I II III IV I II III IV I II III IV I II* 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5

2016 2017 2018 2019 2018 2019

%yoy

Impor diprakirakan menurun akibat kinerja ekspor yang menurun dan permintaan domestik yang tumbuh terbatas. Penurunan impor terjadi secara broad-based, baik pada bahan baku, barang modal dan barang konsumsi (Grafik 2.26). Penurunan impor bahan baku dan barang modal didorong oleh kinerja industri manufaktur yang menurun. Impor barang modal berupa mesin dan perlengkapan serta alat angkut mengalami penurunan. Impor alat angkut menurun seiring lemahnya aktivitas pertambangan mineral. Perkembangan konsumsi rumah tangga yang diprakirakan sedikit melambat juga berdampak pada penurunan impor barang konsumsi. Di samping itu, sinergi bauran kebijakan Pemerintah,

Page 17: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2019 13

Gra� k 2.26. Impor Nonmigas Riil Gra� k 2.27. Transaksi Modal dan Finansial

Gra� k 2.28. Transaksi Berjalan

Sumber: Bank Indonesia

Total Impor -12,4

-17,8

Barang Konsumsi

-15,1

-22,1

Bahan Baku

-11,0

-16,0

Barang Modal -14,4-18,4

-40-30-20-100102030405060

I II III IV I II III IV I II III IV I II* 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5

2016 2017 2018 2019 2018 2019

% yoy

Sumber: Bank Indonesia; *angka sementara **angka sangat sementara

Investasi Langsung Investasi Lainnya

Investasi PortofolioTransaksi Modal dan Finansial

5,2

-0,6

5,4

10,1

-10

-5

0

5

10

15

20

I II III IV I II III IV I* II* III* IV* I**

2016 2017 2018 2019

Miliar Dolar AS

Sumber: Bank Indonesia; *angka sementara **angka sangat sementara

-1,81,1

-8,1

1,9

-7,0-2,6

-8-7-6-5-4-3-2-1012345

-14-12-10-8-6-4-202468

I II III IV I II III IV I* II* III* IV* I**2016 2017 2018 2019

Neraca Jasa Neraca PerdaganganNeraca Pendapatan Primer Neraca Pendapatan SekunderTransaksi Berjalan De�sit TB/PDB (%) (skala kanan)

Miliar Dolar AS % PDB

Bank Indonesia dan otoritas lainnya untuk mengurangi defisit neraca transaksi berjalan turut berkontribusi pada penurunan impor, antara lain melalui program Biodiesel 20 (B20), penundaan proyek infrastruktur dengan kandungan impor tinggi, penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), serta kebijakan pemerintah terkait kewajiban penjualan minyak mentah (crude) dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di dalam negeri.

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2019 diprakirakan tetap baik sehingga menopang ketahanan eksternal Indonesia. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh surplus transaksi modal dan finansial yang berpotensi lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya, di tengah defisit transaksi berjalan yang diprakirakan meningkat sesuai pola musiman.

Surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2019 diprakirakan lebih tinggi dari perkiraan semula sejalan dengan berlanjutnya aliran modal asing dalam bentuk investasi langsung dan investasi portofolio (Grafik 2.27). Hal tersebut mencerminkan persepsi investor yang masih positif terhadap perekonomian Indonesia sejalan dengan prospek perekonomian nasional yang baik dan daya tarik investasi aset keuangan domestik yang tinggi. Namun, meningkatnya risiko perekonomian global sebagai dampak

dari meningkatnya ketegangan hubungan dagang diperkirakan akan menahan aliran modal.

Defisit transaksi berjalan diprakirakan meningkat pada triwulan II 2019 sesuai pola musimannya. Defisit transaksi berjalan yang meningkat terutama bersumber dari peningkatan defisit neraca perdagangan barang, khususnya migas dan neraca jasa (Grafik 2.28). Peningkatan defisit neraca perdagangan migas sejalan dengan kenaikan defisit neraca perdagangan minyak dan penurunan surplus neraca perdagangan gas. Sementara itu, peningkatan defisit neraca jasa disebabkan oleh penurunan surplus jasa perjalanan, seiring dengan rerata spending wisatawan mancanegara yang lebih rendah

Page 18: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Juni 201914

sesuai dengan pola musimannya. Neraca pendapatan primer pada triwulan II 2019 juga diprakirakan mencatat defisit yang lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebutuhan repatriasi deviden dan pembayaran bunga utang luar negeri yang meningkat sesuai pola musimannya.

Aliran modal asing mencatat inflow pada Mei 2019. Aliran modal asing pada Mei 2019 tercatat sebesar 0,3 miliar dolar AS (Grafik 2.29). Aliran masuk modal asing tersebut terutama terjadi pada instrumen di sektor publik, khususnya instrumen International Bonds. Sementara itu, di sektor swasta, aliran modal asing tercatat outflow terutama pada instrumen saham. Pada Juni 2019, aliran masuk modal asing terus berlanjut. Secara keseluruhan, aliran masuk modal asing pada triwulan II 2019 (sampai dengan 19 Juni 2019) tercatat sebesar 2,9 miliar dolar AS.

Cadangan devisa tercatat cukup tinggi untuk mendukung ketahanan eksternal. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2019 sebesar 120,3 miliar dolar AS, tetap cukup tinggi meskipun lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir April 2019 yang sebesar 124,3 miliar dolar AS (Grafik 2.30). Posisi cadangan devisa pada Mei 2019 terutama dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan berkurangnya penempatan valas perbankan di Bank Indonesia sebagai antisipasi kebutuhan likuiditas valas

Gra� k 2.29. Aliran Modal Asing Gra� k 2.30. Cadangan Devisa

Sumber: Bank Indonesia

0,8

-0,6

0,3

-4

-2

0

2

4

6

8

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2017 2018 2019

Miliar Dolar AS

Net Sektor Publik

Net Sektor Swasta

Liabilitas Investasi Portofolio

Sumber: Bank Indonesia

Cadangan Devisa

120,3Bulan Impor dan Pembayaran Utang Pemerintah (Skala Kanan)

6,7

012345678910

0

30

60

90

120

150

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2016 2017 2018 2019

BulanMiliar Dolar AS

terkait siklus pembayaran dividen beberapa perusahaan asing dan menjelang libur panjang lebaran. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Cadangan devisa tersebut tetap memadai dengan didukung stabilitas dan prospek ekonomi yang tetap baik.

Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal, termasuk untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan sehingga menurun menuju kisaran 2,5%-3,0% dari PDB pada 2019. Bank Indonesia senantiasa mencermati perkembangan global yang dapat memengaruhi prospek NPI, seperti pertumbuhan ekonomi global yang melambat, makin tingginya tensi ketegangan hubungan dagang sehingga memicu ketidakpastian di pasar keuangan global, serta volume perdagangan dunia dan harga komoditas global yang menurun. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat bauran kebijakan guna memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam mendorong kelanjutan reformasi struktural.

Page 19: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2019 15

Gra� k 2.31. Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Kawasan Mei vs April 2019

Gra� k 2.33. Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar Kawasan Juni vs Mei 2019

Gra� k 2.32. Pergerakan Nilai Tukar Rupiah

Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah; Data s.d. 19 Juni 2019

3,613,32

1,601,32

0,690,620,53

0,250,21

0,090,04

- 0,85-2,43

-0,46

1,620,85

-0,10

0,040,34

0,54- 0,04

0,541,27

0,420,02

0,27

-3,0 -2,0 -1,0 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0

TRYBRLTHBJPYIDREURPHPINRSGD

KRWMYRCNYZAR

Point-to-pointRerata

Jun vs Mei 2019

%Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah; Data s.d. 19 Juni 2019

1,500,17

-0,46

-0,48-0,56

-1,10

-1,36

-1,67-1,85-2,07

-2,65-3,47

-4,82

2,370,76

-0,56-0,55-0,45

-1,32

-1,32- 0,18

-3,13-2,57

-1,39-1,91

1,64

-6,0 -5,0 -4,0 -3,0 -2,0 -1,0 0,0 1,0 2,0 3,0

JPYTHBEURPHPINRSGDMYRIDRZARCNYBRL

KRWTRY

Point-to-pointRerata

Mei vs Apr 2019

%

Sumber: Reuters, diolah; Data s.d. 19 Juni 2019

14.270

14.155 14.033 14.207

14.141

14.381

14.282 13.576

13.952

14.601 14.79814.798

14.134

14.269

13.250

13.500

13.750

14.000

14.250

14.500

14.750

15.000

15.250

15.500

1 3 4 5 6 7 8 9 10

2018

IDR/USD

Rerata Bulanan

Rerata Triwulanan

2 11 12 2

2019

31 54 6

NILAI TUKAR RUPIAH

Nilai tukar Rupiah secara keseluruhan bergerak stabil. Pada bulan Mei 2019, nilai tukar Rupiah melemah 0,18% secara point to point dibandingkan dengan level pada akhir April 2019 (Grafik 2.31). Perkembangan ini tidak terlepas dari pengaruh eskalasi ketegangan hubungan dagang yang memicu sentimen risk off di pasar keuangan global. Pada Juni 2019, nilai tukar Rupiah kembali menguat, yakni 0,04% sampai 19 Juni 2019 secara point to point, dan 0,69% secara rerata dibandingkan dengan level pada Mei 2019 (Grafik 2.32 dan Grafik 2.33). Perkembangan positif pada Juni 2019 didorong persepsi terhadap prospek ekonomi Indonesia yang tetap baik, termasuk peningkatan sovereign rating Indonesia oleh Standard and Poor’s (S&P), di samping prakiraan arah kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah.

Eskalasi ketegangan hubungan dagang antara AS dan Tiongkok memberikan sentimen negatif terhadap pergerakan nilai tukar Rupiah. Pada bulan Mei 2019 pelemahan rupiah sejalan dengan pergerakan mata uang negara kawasan seiring berlanjutnya eskalasi ketegangan hubungan dagang antara AS-Tiongkok yang menyebabkan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Kondisi tersebut memicu risk off investor dan aksi flight to quality portofolio ke AS sehingga aliran modal keluar dari emerging market, termasuk Indonesia

Namun demikian pada akhir Mei 2019, pelemahan Rupiah tertahan setelah sovereign credit rating Indonesia dinaikkan menjadi BBB dengan outlook stabil oleh S&P.

Rupiah berbalik menguat ditopang sentimen positif eskternal dan domestik. Memasuki bulan Juni 2019 (sampai dengan 19 Juni 2019), Rupiah bergerak menguat sejalan dengan mata uang negara kawasan yang ditopang meningkatnya eskpektasi penurunan suku bunga The Fed jelang keputusan FOMC meeting pada 18-19 Juni 2019. Selain itu, sentimen positif juga berasal dari optimisme pelaku pasar terhadap rencana pertemuan Presiden

Page 20: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Juni 201916

Trump dan Xi Jinping G-20 summit meeting pada 28-29 Juni 2019 mendatang yang sementara meredakan kekhawatiran berlanjutnya ketegangan hubungan dagang kedua negara. Dari sisi domestik, penguatan Rupiah ditopang oleh persepsi terhadap prospek ekonomi Indonesia yang tetap solid seiring berlanjutnya sentimen positif kenaikan sovereign rating Indonesia oleh S&P. Perekonomian domestik yang kondusif tersebut antara lain tercermin dari inflasi yang rendah dan stabil serta posisi cadangan devisa yang tetap kuat sampai dengan bulan Mei 2019. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan mendorong penguatan Rupiah.

Dinamika Rupiah ditopang volatilitas yang tetap terjaga. Secara rerata volatilitas Rupiah masih lebih rendah dibandingkan volatilias mata uang negara kawasan kendati pada bulan Mei 2019 volatilitas cenderung meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Volatilitas Rupiah pada bulan Mei juga masih rendah lebih dibandingkan mata uang real Brasil, rand Afrika Selatan, dan lira Turki. Memasuki bulan Juni 2019 (sampai dengan 19 Juni 2019), volatilitas Rupiah kembali menurun. Sementara itu, secara ytd volatilitas Rupiah tercatat sedikit meningkat menjadi sebesar 8,7%, namun masih dibawah rerata mata uang negara kawasan yang sebesar 10,73% (Grafik 2.34). Volatilitas rupiah tersebut juga masih lebih rendah dibandingkan dengan volatilitas mata uang rand Afrika Selatan, real Brasil dan lira Turki.

Gra� k 2.34. Volatilitas Rupiah

Sumber: Reuters, Bloomberg, diolah; Data s.d. 19 Juni 2019

22,7 19,3 30,4 8,5 6,9 5,7 9,3 5,5

17,7 16,518,2

8,7 6,8 6,7 6,0 5,2

10,73

0

5

10

15

20

25

30

35

ZAR BRL TRY IDR THB PHP INR MYR

2018YTD 2019Rerata YTD 2019

%

Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar Rupiah akan bergerak stabil sesuai dengan mekanisme pasar yang tetap terjaga. Kondisi tersebut seiring prakiraan arah kebijakan moneter global yang melonggar, imbal hasil aset domestik yang tetap menarik serta terjaganya prospek perekonomian Indonesia. Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia akan terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik di pasar uang maupun valas. Namun demikian, risiko berlanjutnya eskalasi ketegangan hubungan dagang antara AS-Tiongkok yang berpotensi memperdalam perlambatan ekonomi global masih tetap perlu diwaspadai.

INFLASI

Inflasi IHK pada Mei 2019 yang bertepatan dengan bulan Ramadan dan menjelang Idulfitri tetap terkendali. Inflasi IHK pada Mei 2019 tercatat 0,68% (mtm), meningkat dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang tercatat 0,44% (mtm). Meskipun mengalami peningkatan, inflasi IHK pada Mei 2019 secara historis lebih rendah dibandingkan dengan rerata IHK bulan Ramadan lima tahun terakhir yang sebesar 0,77% (mtm). Peningkatan inflasi IHK didorong oleh kenaikan seluruh komponen inflasi sejalan dengan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Inflasi inti tercatat meningkat didorong oleh meningkatnya inflasi inti nontraded akibat meningkatnya inflasi pada kelompok pangan. Sementara itu, inflasi kelompok volatile food meningkat didorong oleh meningkatnya permintaan bahan pangan pada saat bulan Ramadan. Inflasi kelompok administered prices juga tercatat meningkat yang bersumber dari kenaikan tarif angkutan seiring dengan meningkatnya permintaan saat HBKN. Berdasarkan perkembangan tersebut, sampai dengan Mei 2019, inflasi IHK tercatat sebesar 1,48% (ytd) atau secara tahunan sebesar 3,32% (yoy), lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 2,83% (yoy), dan berada di bawah titik tengah sasaran inflasi 3,5±1% (Grafik 2.35).

Inflasi inti tetap terkendali, meskipun meningkat yang didorong oleh kenaikan inflasi nontraded. Pada Mei 2019, inflasi inti tercatat sebesar 0,27% (mtm), lebih

Page 21: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2019 17

Gra� k 2.35. In� asi

Gra� k 2.36. In� asi Inti Traded vs Nontraded Gra� k 2.37. Ekspektasi In� asi Consensus Forecast

Sumber: BPS, diolah

3,32

Inti 3,12

Volatile Food

4,08

Administered Prices

3,38

-4

0

4

8

12

16

20

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2016 2017 2018 2019

%yoy

IHK

Sumber: BPS, diolah

Inti Nontraded

3,12

Inti Traded

2,98

3,23

0

1

1

2

2

3

3

4

4

5

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2016 2017 2018 2019

%yoy

Sumber: Consensus Forecast

Ekspektasi In�asi 2017

Ekspektasi In�asi 2018

Ekspektasi In�asi2019

Ekspektasi In�asi2020

3,103,50

3,0

3,5

4,0

4,5

5,0

5,5

6,0

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2017 2018 2019

%yoy

tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,17% (mtm). Inflasi inti pada Mei 2019 terutama disumbang oleh nasi dengan lauk dan gula pasir. Berdasarkan kelompoknya, inflasi inti traded relatif stabil, sementara inflasi inti nontraded meningkat (Grafik 2.36). Relatif stabilnya inflasi pada kelompok traded terutama dipengaruhi oleh menurunnya harga komoditas global di tengah meningkatnya tekanan depresiasi pada nilai tukar rupiah. Sementara itu, inflasi inti nontraded meningkat, didorong oleh kenaikan inflasi kelompok pangan sejalan dengan meningkatnya inflasi volatile food pada bulan Ramadan. Secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 3,12% (yoy), meningkat dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 3,05% (yoy). Terkendalinya inflasi inti

pada Mei 2019 tidak terlepas dari konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi, termasuk dalam menjaga pergerakan nilai tukar sesuai fundamentalnya. Terjangkarnya ekspektasi inflasi tahun 2019 dalam kisaran sasaran inflasi tercermin pada hasil survei Consensus Forecast (CF) Juni 2019 sebesar 3,10% (average yoy), menurun dibandingkan dengan 3,20% (average yoy) pada hasil survei bulan sebelumnya (Grafik 2.37).

Inflasi volatile food meningkat pada Mei 2019 seiring dengan meningkatnya permintaan pada bulan Ramadan. Kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 2,18% (mtm), lebih tinggi dari 1,59% (mtm) pada bulan sebelumnya (Grafik 2.38). Inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan reratanya pada HBKN dalam lima tahun terakhir sebesar 1,38% (mtm). Inflasi terutama bersumber dari meningkatnya harga komoditas cabai merah, daging ayam ras, bawang putih, telur ayam ras, sayur-sayuran, dan buah-buahan seiring dengan meningkatnya permintaan pada bulan Ramadan. Sementara itu, komoditas bawang merah dan beras mencatat deflasi seiring dengan pasokan yang masih terjaga (Tabel 2.3). Secara tahunan, inflasi volatile food tercatat sebesar 4,08% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan 2,05% (yoy) pada bulan sebelumnya.

Inflasi pada kelompok administered prices (AP) meningkat didorong oleh kenaikan tarif angkutan. Inflasi administered prices pada Mei 2019 mencapai 0,48% (mtm), lebih tinggi dari 0,16% (mtm) pada bulan

Page 22: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Juni 201918

Gra� k 2.38. In� asi Volatile Food Gra� k 2.39. In� asi Administered Prices

Sumber: BPS, diolah

Volatile Food

2,18

(mtm)

Volatile Food (yoy)-Skala kanan

4,08

-2

0

2

4

6

8

10

12

-2

0

2

4

6

8

10

12

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2016 2017 2018 2019

% % yoy

Sumber: BPS, diolah

Administered Prices (mtm)

0,48

Administered Prices (yoy) - Skala Kanan

3,38

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2016 2017 2018 2019

-4-202468101214

% mtm % yoy%

sebelumnya (Grafik 2.39). Namun, inflasi bulanan tersebut lebih rendah dari rerata bulan Ramadan dalam lima tahun terakhir sebesar 1,56% (mtm). Meningkatnya inflasi administered prices terutama bersumber dari kenaikan tarif angkutan antar kota, tarif kereta api, dan tarif angkutan udara seiring dengan meningkatnya permintaan saat HBKN (Tabel 2.4). Selain karena HBKN, tingginya harga tarif angkutan udara juga menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya permintaan pada moda transportasi lain. Secara tahunan, kelompok administered prices mencatat inflasi sebesar 3,38% (yoy), lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 3,17% (yoy).

Tabel 2.3. Penyumbang In� asi/De� asi Kelompok Volatile Food

Tabel 2.4. Penyumbang In� asi/De� asi Komoditas Administered Prices

Komoditas VF In�asi/De�asi

Sumber: BPS, diolah

(% mtm)Sumbangan

(%)Cabai Merah 19,57 0,10Daging Ayam Ras 4,47 0,05Bawang Putih 14,64 0,05Telur Ayam Ras 2,67 0,02Kentang 7,80 0,02Cabai Rawit 9,64 0,01Tomat Sayur 6,30 0,01Bayam 6,05 0,01Jeruk 2,42 0,01Kangkung 5,38 0,01Bawang Merah -5,55 -0,04Beras -0,51 -0,02

Komoditas AP In�asi/De�asi

Sumber: BPS, diolah

(% mtm)Sumbangan

(%)

Angkutan Antar Kota 6,82 0,05Tarif Kereta Api 8,81 0,02Angkutan Udara 1,13 0,01Tarif Parkir 4,49 0,01Rokok Kretek Filter 0,28 0,01

Secara spasial, inflasi IHK terkendali pada kisaran sasaran nasional didukung oleh perkembangan inflasi di berbagai daerah yang tetap terjaga (Gambar 2.1). Secara bulanan, Inflasi di seluruh kawasan lebih rendah dibandingkan dengan rerata historis tiga tahun terakhir, dengan inflasi terendah terjadi di Bali-Nusa Tenggara sebesar 0,40% (mtm), Jawa sebesar 0,58% (mtm), dan Kalimantan sebesar 0,68% (mtm). Namun, terdapat tekanan inflasi yang cukup tinggi di Provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Maluku yang disebabkan oleh tingginya inflasi pangan, antara lain tomat sayur, cabai rawit, dan ikan ekor kuning, serta inflasi angkutan udara. Secara tahunan, tekanan inflasi yang cukup tinggi terjadi pada Provinsi Sulawesi Tengah, Kalimantan Utara, Kepulauan Bangka Belitung, dan Kalimantan Selatan (Gambar 2.1). Tingginya inflasi di keempat provinsi tersebut terutama didorong oleh inflasi angkutan udara, serta beberapa komoditas ikan segar, bumbu-bumbuan, dan makanan jadi seiring dengan meningkatnya permintaan saat HBKN.

Page 23: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2019 19

Gambar 2.1. Peta In� asi Daerah (%,yoy)

Sumber: BPS, diolah

Inf ≥ 4,5%

3,5% ≤ Inf < 4,5%

2,5% ≤ Inf < 3,5%

Inf < 2,5%

INFLASI NASIONAL MEI 2019: 3,32% (yoy)

Aceh 3,1Sumut 4,2Riau 2,3Sumbar 2,9Lampung 3,1

Kepri 4,1Bengkulu 2,7Kep.Babel 4,9Sumsel 2,2Jambi 2,9

SUMATERA KALIMANTAN SULAWESI

Maluku 4,7Maluku Utara 2,9Papua 3,9Papua Barat 3,7

Banten 3,5Jakarta 3,5Jawa Barat 3,5Jawa Tengah 2,6Jawa Timur 2,7Yogyakarta 3,3

JAWA

Bali2,15NTB3,6NTT2,3

Kalbar 3,9Kalsel 4,7Kaltim 3,04Kalteng 4,2Kaltara 5,33

Gorontalo 3,1Sulut 2,1Sulteng 6,3Sulbar 1,2Sulsel 3,7Sultra 3,5

BALI -NUSA TENGGARA MALUKU-PAPUA

PASAR KEUANGAN

Transmisi kebijakan moneter berjalan dengan baik di tengah stabilitas sistem keuangan yang terjaga, intermediasi yang berjalan baik, serta risiko kredit yang terkendali. Transmisi kebijakan moneter jalur suku bunga hingga Mei 2019 berjalan dengan baik seperti tercermin dari suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) O/N yang terjaga di kisaran suku bunga kebijakan BI7DRR. Selain itu, kebijakan makroprudensial yang akomodatif serta strategi operasi moneter untuk memastikan ketersediaan likuiditas di pasar uang mendorong penyaluran kredit perbankan dan membawa dampak pada suku bunga kredit menurun di tengah suku bunga deposito yang stabil. Pertumbuhan kredit pada April 2019 masih tumbuh tinggi 11,1% (yoy), meskipun menurun dibandingkan dengan pertumbuhan kredit Maret 2019 sebesar 11,5% (yoy). Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada April 2019 sebesar 6,6%, menurun dibandingkan dengan pertumbuhan pada Maret 2019 sebesar 7,2%. Secara umum, stabilitas stabilitas sistem keuangan yang terjaga tercermin dari Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan April

2019 yang tetap tinggi yakni 23,1% dan disertai rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) yang tetap rendah yakni 2,6% (gross) atau 1,2% (net).

Transmisi Suku Bunga

Suku bunga PUAB O/N sebagai sasaran operasional kebijakan moneter terjaga di kisaran suku bunga kebijakan BI7DRR. Pada Mei 2019, suku bunga PUAB O/N bergerak di kisaran -24 bps sampai dengan +13 bps dari BI7DRR dengan rata-rata harian (RRH) sebesar 12 bps di bawah BI7DRR, atau sedikit melebar dibandingkan dengan RRH pada bulan sebelumnya dengan 6 bps di bawah BI7DRR (Grafik 2.40). Dinamika pergerakan PUAB O/N menunjukkan peningkatan suku bunga PUAB O/N di akhir bulan, sejalan dengan pola seasonal kebutuhan likuiditas menjelang Idul Fitri. Kebutuhan likuiditas diimbangi oleh transaksi rekening Pemerintah yang mengalami peningkatan net ekspansi selama Mei 2019 dalam bentuk dropping gaji PNS/DAU yang lebih besar

Page 24: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Juni 201920

dibandingkan dengan penarikan pajak dan penerbitan SBN.

Volatilitas suku bunga PUAB O/N tetap terjaga ditopang oleh ketersediaan likuiditas yang memadai. Hal ini tercermin dari spread antara RRH suku bunga PUAB O/N tertinggi dan terendah pada Mei 2019 yang stabil sebesar 35 bps, tidak jauh berbeda dengan spread pada bulan sebelumnya sebesar 26 bps (Grafik 2.41). Volatilitas suku bunga PUAB O/N yang terkendali didukung oleh likuiditas yang terjaga tercermin dari RRH

volume PUAB pada Mei 2019 yang tetap tinggi yaitu mencapai 19,8 triliun Rupiah.

Suku bunga deposito perbankan tercatat stabil. RRT suku bunga deposito pada Mei 2019 mencapai 6,86%, sama dengan suku bunga pada bulan sebelumnya (Grafik 2.42). Suku bunga deposito yang stabil tersebut dipengaruhi oleh penurunan suku bunga deposito tenor 3 bulan dan 6 bulan masing-masing sebesar 4 bps dan 5 bps, di tengah kenaikan suku bunga deposito tenor 1 bulan dan 12 bulan masing-masing sebesar 2 bps dan 5 bps. Berdasarkan kelompok bank, kenaikan suku bunga deposito hanya terjadi pada kelompok bank BUKU 4, sementara suku bunga deposito pada bank BUKU1, BUKU2, dan BUKU3 menurun.

Suku bunga kredit masih dalam tren penurunan pada Mei 2019. RRT suku bunga kredit pada Mei 2019 tercatat sebesar 10,77%, turun dari 10,84% pada bulan sebelumnya. Menurut jenis penggunaan, suku bunga kredit konsumsi (KK), kredit investasi (KI), dan kredit modal kerja (KMK) tercatat turun masing-masing sebesar 5 bps, 4 bps, dan 7 bps (Grafik 2.43). Berdasarkan kelompok bank, RRT suku bunga kredit pada kelompok bank BUKU 2, BUKU3, dan BUKU4 menurun sementara BUKU1 meningkat. Dengan perkembangan tersebut, suku bunga kredit sejak November 2018 telah turun sebesar 16 bps.

Gra� k 2.40. Suku Bunga Kebijakan dan PUAB O/N

Gra� k 2.41. Suku Bunga dan Volume PUAB O/N Gra� k 2.42. Selisih Suku Bunga Perbankan

Sumber: Bank Indonesia

Suku Bunga PUAB O/NBI 7-Day RR

(Setelah 19/08/16)

6,00

DF Rate

5,25

LF Rate 6,75

BI Rate

3,75

4,25

4,75

5,25

5,75

6,25

6,75

7,25

7,75

8,25%

2016 2017 2018 2019

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 1 3 53 5 7 9 11

Sumber: Bank Indonesia

Suku Bunga PUAB O/N0

5

10

15

20

25

30

3

4

5

6

7

8

9

10

11Rp Triliun%

Vol PUAB (Skala kanan)

Vol PUAB O/N (Skala kanan)

2016 2017 2018 2019

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 1 3 53 5 7 9 11

Sumber: Bank Indonesia

Spread Skb Kredit -Deposito (skala kanan)

RRT Suku Bunga Deposito6,86

RRT Suku Bunga Kredit10,77

2

4

6

8

10

12

14

16

0

1

2

3

4

5

6

7

8

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2016 2017 2018 2019

% %

Page 25: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2019 21

Likuiditas Perekonomian

Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh melambat. Posisi M2 pada April 2019 tercatat sebesar Rp5.744,0 triliun atau tumbuh 6,2% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 6,5% (yoy). Perlambatan M2 terutama disebabkan oleh komponen uang kuasi yang tumbuh sebesar 6,2% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 7,0% (yoy). Sementara itu, komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) serta surat berharga selain saham tumbuh meningkat, masing-masing tumbuh sebesar 5,8% (yoy) dan 31,1% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 4,8%(yoy) dan 23,7% (yoy).-(Grafik 2.44).

Perlambatan pertumbuhan M2 terutama dipengaruhi oleh kontraksi pertumbuhan aktiva luar negeri bersih dan perlambatan pertumbuhan kredit (Grafik 2.45). Aktiva luar negeri bersih tumbuh negatif sebesar -5,8% (yoy) pada April 2019, lebih dalam dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar -3,7% (yoy) seiring meningkatnya kewajiban sistem moneter kepada non residen di tengah posisi cadangan devisa yang relatif stabil. Selain itu, pertumbuhan kredit perbankan pada April 2019 tercatat sebesar 11,1% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 11,5% (yoy). Sementara itu, operasi keuangan pemerintah pada April 2019 mengalami ekspansi tercermin dari peningkatan tagihan bersih sistem moneter kepada Pemerintah Pusat, yaitu dari -9,1% (yoy), berbalik arah menjadi tumbuh positif sebesar 5,1% (yoy), sejalan dengan perlambatan rekening giro Pemerintah Pusat di sistem moneter.

Intermediasi Perbankan

Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga disertai risiko kredit yang terkendali. Stabilitas sistem keuangan ditopang rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan April 2019 tetap tinggi yakni 23,1% dan disertai rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap rendah yakni 2,6% (gross) atau 1,2% (net)- (Grafik 2.46). Likuiditas perbankan terjaga, antara lain tercermin pada rasio Alat Likuid

Gra� k 2.43. Suku Bunga Kredit Jenis Penggunaan

Gra� k 2.44. Uang Beredar M2

Gra� k 2.45. Faktor yang Memengaruhi M2

Sumber: Bank Indonesia

RRT Suku Bunga Kredit

10,77

Suku Bunga KMK10,46

Suku Bunga KI

10,26

Suku Bunga KK

11,57

8

9

10

11

12

13

14

15

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2016 2017 2018 2019

%

Sumber: Bank Indonesia

M2

6,2

M1

5,8

Kuasi

6,2

02468101214161820

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 4

2016 2017 2018 2019

% yoy

Sumber: Bank Indonesia

NFA

-5,8

NDA

10,9

M2 6,2

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2016 2017 2018 2019

% yoy

Page 26: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Juni 201922

terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) sebesar 20,2% pada April 2019, meskipun terindikasi menurun pada Mei 2019.

Stabilitas sistem keuangan yang tetap terjaga diiringi dengan fungsi intermediasi perbankan yang masih berjalan baik. Kredit yang disalurkan perbankan pada April 2019 masih tumbuh tinggi 11,1% (yoy) meskipun melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 11,5% (yoy). Pertumbuhan kredit ditopang oleh kredit investasi (KI) dan kredit konsumsi (KK) yang tumbuh meningkat menjadi masing-masing 14,3% (yoy) dan 9,1% (yoy), dari pertumbuhan bulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 13,6% (yoy) dan 9,0% (yoy). Sementara itu, modal kerja (KMK) tercatat tumbuh melambat menjadi 10,5% (yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 12,0% (yoy)-(Grafik 2.47). Berdasarkan sektor ekonomi, pertumbuhan kredit pada April 2019 terutama dikontribusi oleh kredit sektor lain-lain (konsumsi rumah tangga), perdagangan, industri, dan konstruksi (Grafik 2.48). Ke depan, Bank Indonesia memandang terbuka ruang untuk mendorong pertumbuhan kredit tanpa mengganggu stabilitas sistem keuangan. Siklus kredit yang berada di bawah level optimum dan terdapatnya potensi peningkatan kredit memungkinkan berlanjutnya kebijakan makroprudensial akomodatif. Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan kredit perbankan pada 2019 berada pada kisaran 10-12% (yoy).

Gra� k 2.46. Rasio Kecukupan Modal Gra� k 2.47. Kredit Menurut Penggunaan

Gra� k 2.48. Kredit Menurut Penggunaan

Sumber: Bank Indonesia

1

6

23,1

0

1

2

3

4

5

6

7

8

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

2014 2015 2016 2017 2018 2019

Rp Triliun%

CAR

ATMR (Skala kanan)

Modal (Skala kanan)

Sumber: Bank Indonesia

Total Kredit11,1

KMK

10,5

KI

14,3

KK

9,1

02468101214161820

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2016 2017 2018 2019

% yoy

Sumber: Bank Indonesia

7,98,98,7

9,627,5

10,810,8

11,9 37,6

20,511,0

9,18,8

9,511,4

27,111,011,2

16,331,5

21,211,6

0 5 10 15 20 25 30 35 40

PerdaganganLain-lain

IndustriPengangkutan

KonstruksiPertanian

Jasa Dunia UsahaJasa Sosial

PertambanganListrik

Total

% yoy

Mar 2019Apr 2019

Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh melambat di tengah suku bunga yang stabil. Pertumbuhan DPK pada April 2019 sebesar 6,6%, menurun dibandingkan dengan pertumbuhan Maret 2019 sebesar 7,2% (Grafik 2.49). Lebih rendahnya pertumbuhan DPK disebabkan oleh pertumbuhan DPK dalam bentuk giro dan deposito yang melambat menjadi masing-masing sebesar 5,4% (yoy) dan 7,2% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan pada bulan sebelumnya masing-masing sebesar 6,7% (yoy) dan 7,9% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan tabungan masih tumbuh meningkat sebesar 6,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 6,5% (yoy). Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan DPK dalam kisaran 8-10% (yoy).

Page 27: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2019 23

Gra� k 2.49. Dana Pihak Ketiga Gra� k 2.50. IHSG dan Net Jual/Beli Asing

Gra� k 2.51. Porsi Kepemilikan Saham Asing

Sumber: Bank Indonesia

Total DPK 6,6

Giro

5,4

Tabungan

6,7

Deposito

7,2

-5

0

5

10

15

20

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3

2016 2017 2018 2019

% yoy

Sumber: BEI, diolah

Net Jual/Beli Asing (skala kanan)

IHSG

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

4000

4500

5000

5500

6000

6500

7000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2016 2017 2018 2019

Rp TriliunIndeks

Sumber: Bloomberg, diolah

Residen64,2

Nonresiden 35,8

0102030405060708090100

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2016 2017 2018 2019

%

Pembiayaan Nonperbankan

Pembiayaan ekonomi dari pasar keuangan nonperbankan mengalami penurunan. Pembiayaan ekonomi melalui pasar modal, penerbitan saham (IPO dan rights issue), obligasi korporasi, medium term notes (MTN), dan negotiable certificate of deposit (NCD) hingga Mei 2019 tercatat sebesar 70,7 triliun Rupiah (gross), turun dibandingkan dengan capaian pada Januari-Mei 2018 sebesar 104,6 triliun Rupiah (gross). Berdasarkan komponen, penurunan terutama pada penerbitan MTN dan right issue. Hal tersebut disebabkan oleh langkah korporasi yang lebih berhati-hati melakukan pembiayaan dari pasar keuangan di tengah demand perekonomian yang tebatas dan tekanan di pasar keuangan yang meningkat.

Pasar Saham

Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat melemah pada akhir Mei 2019 seiring dengan tekanan eksternal yang kembali meningkat. IHSG mengalami koreksi 3,81% (mtm) dan ditutup di level 6209,1 pada Mei 2019 (Grafik 2.50). Koreksi terutama dipengaruhi oleh kembali meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global dipicu oleh eskalasi kembali tensi perdagangan antara AS-Tiongkok. Ketidakpastian tersebut menyebabkan aliran modal asing keluar dari negara emerging market, termasuk Indonesia. Pada Mei 2019, dana nonresiden tercatat outflow dari pasar saham domestik (net jual) sebesar 7,4 triliun Rupiah. Dengan

perkembangan tersebut, porsi perdagangan saham nonresiden turun menjadi 35,8% (Grafik 2.51).

Pergerakan IHSG sejalan dengan perkembangan bursa di negara kawasan yang bergerak melemah. Dibandingkan dengan bursa di kawasan, pergerakan IHSG sejalan dengan kinerja bursa saham negara peers, seperti Thailand, Tiongkok, dan Vietnam yang ditutup melemah. Demikian pula bursa saham negara maju juga tercatat melemah, misalnya Hong Kong, Singapura, Jepang, US, dan Inggris. Sementara itu, kinerja bursa saham Filipina, India, dan Malaysia tercatat positif (Grafik 2.52). Secara sektoral, kinerja saham seluruh sektor melemah (Grafik 2.53).

Page 28: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Juni 201924

Pasar Surat Berharga Negara (SBN)

Pasar Surat Berharga Negara (SBN) pada Mei 2019 juga mengalami tekanan ditandai dengan yield SBN yang meningkat. Pada Mei 2019, yield SBN secara keseluruhan naik 14 bps ke level 7,80%. Kenaikan yield terjadi pada semua tenor terutama tenor menengah dan panjang yang naik 23 bps dan 10 bps menjadi 7,92% dan 8,49%. Adapun yield benchmark 10 tahun

Gra� k 2.52. IHSG dan Indeks Bursa Global Gra� k 2.54. SBN dan Net Jual/Beli Asing

Gra� k 2.55. Kepemilikan SBNGra� k 2.53. Indeks Sektoral

Sumber: BEI dan Bloomberg, diolah

-3,8-6,7

-3,5-5,8

0,5-9,4

-7,4-8,3

-2,0-3,2

1,70,2

-12 -7 -2 3

IndonesiaAmerika Serikat

InggrisChina

MalaysiaHong Kong

JepangSingapura

VietnamThailand

IndiaFilipina

% mtmSumber: Bloomberg, diolah

Net Jual/Beli Asing (skala kanan)

Yield SBN 10 Tahun

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

0123456789

10

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5

2017 2018 2019

Rp Triliun%

Sumber: Bloomberg, diolah

Pangsa Asing (skala kanan)

Total Asing

Total SBN

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 42016 2017 2018 2019

%Rp Triliun

Sumber: BEI

-3,8

-1,5

-7,3

-4,0-6,8

-2,2

-2,7

-3,5

-2,9

-5,7

-8 -6 -4 -2 0

IHSG

Infrastruktur

Pertambangan

Keuangan

Industri Dasar

Aneka Industri

Konsumsi

Perdagangan

Pertanian

Properti

% mtm

naik 13 bps ke level 7,96% (Grafik 2.54). Kenaikan yield terjadi sejalan dengan outflow di pasar SBN yang masih berlanjut sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Pada Mei 2019, investor asing tercatat net jual di pasar SBN sebesar 10,76 triliun rupiah. Dengan demikian, kepemilikan asing di SBN pada Mei 2019 menjadi 37,01%(Grafik 2.55).

Page 29: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank Indonesia Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2019 25

Page 30: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Bank IndonesiaTinjauan Kebijakan Moneter Juni 201926

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:Kelompok Komunikasi Kebijakan dan PengaturanGrup Perumusan KebijakanDepartemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter

Telp : +62 21 131Fax : +62 21 345 2489Email : [email protected] Website : http://www.bi.go.id

Page 31: TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER - Bank Indonesia...kebijakan moneter global yang melonggar. Kondisi ini pada gilirannya mendorong kembali aliran masuk modal asing dan memperkuat Rupiah

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:Kelompok Komunikasi Kebijakan dan PengaturanGrup Perumusan KebijakanDepartemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter

Telp : +62 21 131Fax : +62 21 345 2489Email : [email protected] Website : http://www.bi.go.id