17
1 Tingkat Kesuburan Perairan Kampung Bugis Kelurahan Tanjung Uban Utara Kabupaten Bintan Reny Marlina¹, Winny Retna Melani 2 , Febrianti Lestari 3 e-mail: [email protected] Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Perairan Kampung Bugis merupakan perairan yang berada di Kelurahan Tanjung Uban Utara Kabupaten Bintan. Perairan Kampung Bugis ini, memiliki ekosistem padang lamun yang cukup luas yang berpotensi menghasilkan nutrien dari serasah daunya, terdapat aktivitas antropogenik dan juga terdapat perairan rawa-rawa yang mengalir menuju lepas Pantai tentunya akan berpengaruh terhadap kesuburan suatu perairan. Kesuburan suatu perairan dipengaruhi oleh unsur hara (nitrat dan fosfat), klorofil-a, serta variabel fisika kimia perairan. Penelitian dilakukan pada bulan Mei - Juni 2017 diperairan Kampung Bugis, yang bertujuan untuk mengetahui kadar nutrien (nitrat & fosfat), klorofil-a dan tingkat kesuburan perairan Kampung Bugis. Berdasarkan hasil penelitian konsentrasi nitrat 2,797 mg/l, fosfat 0,010 mg/l dan klorofil-a 5μg/l. Tingkat kesuburan perairan Kampung Bugis berdasarkan nilai indeks TRIX yaitu 4,76. Keberadaan nilai nutrien (nitrat & fosfat) dan klorofil-a menunjukan status kesuburan perairan dalam katergori mesotrofik atau sedang. Kata kunci: Nutrien, Klorofil-a, Kesuburan Perairan, Bintan PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesuburan perairan dapat menentukan produktivitas suatu perairan, apabila perairan subur maka produktivitas akan tinggi dan sebaliknya apabila perairan tidak subur maka produktivitas menjadi rendah. Perairan yang subur ditandai dengan ketersediaan unsur hara yang cukup, unsur hara dimanfaatkan oleh produsen primer seperti fitoplankton dan tumbuhan air. Biota laut sangat memerlukan oksigen dan unsur hara sebagai unsur utama untuk keberlangsungan

Tingkat Kesuburan Perairan Kampung Bugis Kelurahan Tanjung ...repository.umrah.ac.id/249/1/Reny Marlina 130254242053, Jurnal,.pdf · produsen primer seperti fitoplankton dan tumbuhan

  • Upload
    vandung

  • View
    232

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

1

Tingkat Kesuburan Perairan Kampung Bugis Kelurahan Tanjung Uban

Utara Kabupaten Bintan

Reny Marlina¹, Winny Retna Melani2, Febrianti Lestari

3

e-mail: [email protected]

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Perairan Kampung Bugis merupakan perairan yang berada di Kelurahan

Tanjung Uban Utara Kabupaten Bintan. Perairan Kampung Bugis ini, memiliki

ekosistem padang lamun yang cukup luas yang berpotensi menghasilkan nutrien

dari serasah daunya, terdapat aktivitas antropogenik dan juga terdapat perairan

rawa-rawa yang mengalir menuju lepas Pantai tentunya akan berpengaruh

terhadap kesuburan suatu perairan. Kesuburan suatu perairan dipengaruhi oleh

unsur hara (nitrat dan fosfat), klorofil-a, serta variabel fisika kimia perairan.

Penelitian dilakukan pada bulan Mei - Juni 2017 diperairan Kampung Bugis,

yang bertujuan untuk mengetahui kadar nutrien (nitrat & fosfat), klorofil-a dan

tingkat kesuburan perairan Kampung Bugis. Berdasarkan hasil penelitian

konsentrasi nitrat 2,797 mg/l, fosfat 0,010 mg/l dan klorofil-a 5µg/l. Tingkat

kesuburan perairan Kampung Bugis berdasarkan nilai indeks TRIX yaitu 4,76.

Keberadaan nilai nutrien (nitrat & fosfat) dan klorofil-a menunjukan status

kesuburan perairan dalam katergori mesotrofik atau sedang.

Kata kunci: Nutrien, Klorofil-a, Kesuburan Perairan, Bintan

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesuburan perairan dapat menentukan produktivitas suatu perairan, apabila

perairan subur maka produktivitas akan tinggi dan sebaliknya apabila perairan

tidak subur maka produktivitas menjadi rendah. Perairan yang subur ditandai

dengan ketersediaan unsur hara yang cukup, unsur hara dimanfaatkan oleh

produsen primer seperti fitoplankton dan tumbuhan air. Biota laut sangat

memerlukan oksigen dan unsur hara sebagai unsur utama untuk keberlangsungan

2

hidupnya. Keberadaan unsur hara sangat penting bagi tingkat kesuburan suatu

perairan, hal ini dikarena besarnya kandungan unsur hara khususnya nitrat (NO3)

dan fosfat (PO4) akan memengaruhi populasi biota-biota laut, (Amalia 2010).

Kampung Bugis merupakan salah satu Kampung yang berda di Kelurahan

Tanjung Uban Utara Kabupaten Bintan. Menurut Marbun (2017), perairan

Kampung Bugis memiliki kerapatan lamun agak rapat sehingga dapat

menghasilkan nutrien secara alami dari serasah daunnya. di perairan ini juga

terdapat aliran rawa-rawa yang mengalir menuju lepas pantai. Selain itu perairan

Kampung Bugis juga terdapat berbagai aktivitas antropogenik seperti; aktivitas

nelayan, aktivitas rumah tangga dan rekreasi, yang juga secara tidak lansung

berpotensi menyumbang masukan nutrien atau unsur hara diperairan. Penelitian

mengenai tingkat kesuburan perairan di Kampung Bugis belum pernah dilakukan

untuk itu penulis ingin melakukan penelitian mengenai tingkat kesuburan

perairan Kampung Bugis untuk melihat kondisi terkini kesuburan perairan

Kampung Bugis Kelurahan Tanjung Uban Utara Kabupaten Bintan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengetahui kadar nutrien dan klorofil-a di perairan Kampung Bugis

Kelurahan Tanjung Uban Utara Kabupaten Bintan.

2. Mengetahui tingkat kesuburan perairan Kampung Bugis Kelurahan Tanjung

Uban Utara Kabupaten Bintan.

3

BAHAN DAN METODE

2.1 Alat dan Bahan

Tabel 1. Daftar alat dan bahan yang digunakan dilapangan

No Alat dan Bahan Kegunaan

1 Van dorn Water Sampler Mengambil sampel air

2 GPS Menentukan posisi titik sampling

3 Botol sampel Menyimpan sampel air

4 Ice box Wadah penyimpanan sampel air

sebelum dianalisis

5 Hand Refraktometer Mengukur Salinitas

6 Multitester Model YK2005WA Mengukur pH, suhu dan DO

7 Tisu dan Aquades Membersihkan dan Mengeringkan alat

8 Alat Tulis, Kamera Digital Mencatat keterangan smpel dan

Dokumentasi

9 Perahu / Sampan Alat transportasi pengambilan sampel

10 Alumunium foil Membungkus botol sampel

11 Secchi disk Mengukur kecerahan

Tabel 2. Daftar alat dan bahan yang digunakan dilaboratorium

No Alat dan Bahan Kegunaan

1 Sampel air Bahan untuk analisis klorofil-a, nitrat dan

fosfat

2 Kertas saring milipore 0,45 µm Menyaring air sampel klorofil-a

3 Aquades Membersihkan alat

4 Centrifuge 54-30 Menganedapkan kertas saring

5 Aseton 90 % Melarutkan kertas saring (klorofil-a)

6 Spektrofotometer (Spektro UV-1800

Spectrophotometer)

Mengukur biomassa klorofil-a

7 Peralatan Glass (tabung reaksi, pipet

dan lain-lain)

Membantu proses analisis klorofil-a

8 Vacuum Pump Membatu proses penyaringan sampel

2.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu

dengan melakukan pengamatan langsung kelapangan terhadap kondisi Perairan

Kampung Bugis Kelurahan Tanjung Uban Utara Kabupaten Bintan. Data yang

dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh

dengan melakukan pengamatan langsung terhadap parameter yang diamati.

Sedangkan data sekunder diambil dari berbagai instansi yang terkait dengan

4

penelitian seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, dan Kantor Kelurahan Tanjung

Uban Utara.

2.3 Penentuan Titik Sampling

Penentuan titik sampling dalam penelitian ini menggunakan metode random

sampling atau metode acak. Pengambilan sampel diambil sebanyak 30 titik secara

acak menggunakan software Ar.Gis 10.3 tahun 2014. Penggunaan metode acak ini

diambil karena perairannya yang cendrung homogen atau memiliki sifat dan

karakteristik yang sama dan diharapkan dapat mewakili wilayah kajian, sehingga

data yang terambil mampu memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan

perairan di Kampung Bugis. Data diambil di Google Earth tahun 2016 dan RBI

Skala 1:11.000. Adapun 30 titik koordinat sampling dapat dilihat pada gambar 1

dibawah ini:

Gambar 1. Peta lokasi penelitian

5

2.4 Prosedur Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel air untuk klorofil-a di ambil pada kedalaman secchi yaitu

kedalaman yang masih dapat ditembus cahaya matahari dengan menggunakan

Van Dorn water sampler yang berukuran 3 liter, kemudian masukan sampel air

kedalam botol sampel yang telah dibungkus menggunakan Alumunium foil. Air

sampel klorofil-a yang terambil sebnyak 30 sampel tadi kemudian dikomposit

dengan cara mencampur air sampel tersebut kedalam sebuah wadah kemudian

diaduk dan di analisis di laboratorium sebanyak dua kali pengulangan.

Pengambilan sampel air nitrat dan fosfat diambil menggunakan Van Dorn

water sampler dengan cara menurunkan Van Dorn water sampler secara

perlahan sampai keperairan dasar, jangan sampai mengenai substrat kemudian

tarik kembali Van Dorn water sampler kepermukaan dengan keadaan tertutup

dan masukan sampel air kedalam botol sampel yang berukuran 500 ml yang

telah dibungkus menggunakan Alumunium foil, kemudian sampel air yang telah

terambil dimasukan di dalam ice box.

2.5 Analisis Data

Perhitungan tingkat kesuburan suatu perairan menggunakan metode TRIX atau

trophic index menurut Vollenweider et al. (1998), metode ini dapat

menggambarkan tingkat kesuburan suatu perairan dengan menggunakan empat

variabel yaitu klorofil-a, oksigen terlarut jenuh (DO saturasi), mineral nitrogen

(nitrat) dan Fosfor (fosfat). Analisis nitrat dan fosfat dilakukan di Laboratorium

Penguji Balai Perikanan Budidaya Laut Batam dan klorofil-a dilakukan di

laboratoriun Falkutas Ilmu Kelautan dan Perikanan UMRAH.

6

Pengukuran DO dilakukan secara langsung dilapangan dengan menggunakan

Multitester Model YK2005WA. Hasil pengukuran keempat parameter akan

digunakan dalam perhitungan trophic index (TRIX) menurut Vollenweider et al.

(1998). dengan rumus sebagai berikut:

TRIX =

Keterangan :

k = scaling factor (10)

n = jumlah parameter (4)

U = batas atas

L = batas bawah

M = nilai rataan parameter

Menurut Amalia (2010), Scaling factor merupakan ukuran kesuburan (trofik)

0 sampai 10 yang menunjukan semakin besar nilai indeks maka semakin tinggi

tingkat eutrofikasi pada perairan tersebut. nilai rataan parameter adalah nilai

yang didapakan dari hasil pengukuran dan perhitungan. sedangkan nilai oksigen

terlarut jenuh (DO saturasi) merupakan nilai oksigen yang terukur dilapangan

kemudian di konversikan dengan nilai suhu, dan salinitas berdasarkan Tabel 3.

7

Tabel 3. Nilai DO saturasi berdasarkan nilai suhu dan salinitas

Oxsol: Oxygen Saturation Concentrations in Fresh and Ocean Water (ml/l)

Temperature Salinity (PSU)

0 5 10 15 20 25 30 32 35

-2 10,84 10,46 10,10 9,74 9,40 9,07 8,75 8,63 8,45

0 10,23 9,88 9,54 9,21 8,90 8,59 8,30 8,18 8,01

2 9,68 9,35 9,04 8,73 8,44 8,15 7,88 7,77 7,61

4 9,17 8,87 8,58 8,29 8,02 7,75 7,49 7,39 7,24

6 8,71 8,43 8,15 7,89 7,63 7,38 7,14 7,05 6,91

8 8,29 8,02 7,77 7,52 7,28 7,04 6,82 6,73 6,60

10 7,90 7,65 7,41 7,18 6,95 6,73 6,52 6,44 6,31

12 7,54 7,31 7,08 6,68 6,65 6,45 6,25 6,17 6,05

14 7,21 6,99 6,78 6,57 6,37 6,18 5,99 5,92 5,81

16 6,91 6,70 6,50 6,31 6,12 5,93 5,75 5,68 5,58

18 6,62 6,43 6,24 6,06 5,88 5,70 5,53 5,47 5,37

20 6,36 6,18 6,00 5,82 5,65 5,49 5,33 5,27 5,17

22 6,12 5,94 5,77 5,61 5,45 5,29 5,14 5,08 4,99

24 5,89 5,72 5,56 5,41 5,25 5,10 4,96 4,90 4,82

26 5,68 5,52 5,37 5,22 5,07 4,93 4,79 4,74 4,66

28 5,48 5,33 5,18 5,04 4,90 4,77 4,63 4,58 4,51

30 5,29 5,15 5,01 4,87 4,74 4,61 4,49 4,44 4,36

32 5,11 4,98 4,84 4,71 4,59 4,46 4,34 4,30 4,23

Sumber : SBE ( 2011)

Untuk mendapatkan nilai DO saturasi perlu memperhatikan nilai suhu dan

salinitas, setelah di ketahui nilai DO saturasi dari tabel selanjutnya dikali dengan

1,42903. Menurut Vollenweider et al. (1998), nilai saturasi DO yang di dapat

digunakan untuk penentuan persen saturasi (% saturasi), dengan rumusan

sebagai berikut:

% DO saturasi =

Nilai yang digunakan dalam perhitungan TRIX adalah aD%O (Oksigen

sebagai nilai deviasi absolut (%) dari oksigen saturasi) yang dihitung

menggunakan rumus Vollenweider et al. (1998), sebagai berikut:

8

aD%O = ǀ 100 - %saturasi ǀ

Batas atas dan batas bawah dari masing-masing parameter yang dimaksud

dalam perhitungan TRIX dapat dicari melalui nilai rataan ± 2,5 standar deviasi

(Vollenweider et al. 1998). Setelah semua nilai parameter didapatkan kemudian

dimasukkan kedalam rumusan perhitungan TRIX, dan di sesuaikan dengan

klasifikasi indeks kesuburan pada Tabel 4.

Tabel 4. Penggolongan rentang nilai TRIX

Skala TRIX Status kualitas air Tingkat eutrofikasi

0-4 Tinggi Rendah

4-5 Baik Sedang

5-6 Buruk Tinggi

6-10 Miskin Sangat tinggi

Sumber: Alves et al. (2013)

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Parameter Kualitas Air Kampung Bugis

Tabel 5. Hasil Pengukuran Variabel Fisika Kimia Perairan Kampung Bugis

Variabel Nilai Rata-Rata Baku Mutu*

Suhu (°C) 28,5 ± 0,89 28-30

Salinitas (‰) 32 ± 0,67 33-34

DO (mg/l) 6,5 ± 0,56 >5

Kecerahan (m) 3 Lamun>3

pH 7,75 ± 0,10 7-8-5

Ket(*): Baku Mutu Air laut Untuk Biota Laut KepMen LH No. 51 Th. 2004.

Hasil pengamatan pengukuran nilai suhu adalah 28,5°C. ‰. Berdasarkan

KEPMEN LH No. 51/2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut,

kondisi suhu masih tergolong normal dengan cuaca yang terlihat cerah. Perubahan

suhu sangat berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air.

Meningkatnya suhu diperairan akan mengakibatkan meningkatnya kecepatan

9

metabolisme dan respirasi organisme air dan akan mengakibatkan peningkatan

konsumsi oksigen.

Hasil pengukuran salinitas pada saat pengamatan adalah 32‰. Berdasarkan

KEPMEN LH No. 51/2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut, hasil

pengukuran salinitas masih tergolong normal untuk air laut. Salinitas dapat

dipengaruhi pasokan air tawar dari sungai dan aktivitas manusia, semakin tinggi

suhu maka akan semakin tinggi pula salinitas suatu perairan, (Effendi 2003).

Hasil pengamatan nilai DO adalah 6,5mg/L. Berdasarkan KEPMEN LH No.

51/2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut, kadar DO hasil

pengamatan masih tergolong normal dan sesuai untuk kehidupan biota laut (>5).

Tinggi rendahnya kadar DO di perairan sangat dipengaruhi oleh suhu, karena suhu

yang tinggi diperairan akan mengakibatkan terjadinya kompotisi oksigen.

Berdasarkan hasil pengamatan nilai kecerahan yang diukur adalah 3 meter pada

kedalaman antara 1,47-3,4 meter. Kecerahan perairan termasuk kedalam perairan

yang masih baik sesuai dengan baku mutu yaitu >3. Hal ini menunjukkan bahwa

intensitas matahari yang masuk ke dalam perairan cukup tinggi. Kondisi ini

memperlihatkan bahwa perairan memiliki kandungan bahan organik terlarut yang

rendah dan kondisi perairan yang landai dengan kedalaman rata-rata 3 meter

memungkinkan salah satu penyebab kecerahan menjadi 100%.

Hasil pengukuran nilai pH adalah 7,75. Berdasarkan KEPMEN LH No.

51/2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut, kadar pH tersebut

tergolong normal dan bagus untuk kehidupan biota laut karena masih sesuai

dengan baku mutu air laut untuk biota laut yaitu 7-8-5. Perubahan nilai pH air laut

sangat mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas biologis. Jika nilai pH di laut

10

bersifat asam berarti kandungan oksigen terlarut rendah. Hal ini akan

memengaruhi kegiatan mikroorganisme dalam proses dekomposisi bahan organik

di perairan, (Asmara 2005).

3.2 Kadar Nutrien dan Klorofil-a di Perairan Kampung Bugis

Tabel 6. Hasil Pengukuran Nutrien (Nitrat & Fosfat) di Perairan

Hasil Pengukuran Baku Mutu*

Nitrat (NO3) 2,797 mg/l 0,008 mg/l

Fosfat (PO4) 0,010 mg/l 0,015 mg/l

Ket(*): Baku Mutu Air laut Untuk Biota Laut KepMen LH No. 51 Th. 2004.

3.2.1 Nitrat (NO3)

Hasil pengukuran kadar nitrat pada perairan Kampung Bugis adalah 2,797

mg/l. Nilai tersebut apabila dibandingkan dengan Baku Mutu Air Laut untuk

Biota Laut tergolong tinggi dengan nilai melebihi Baku Mutu Air Laut yaitu

0,008 mg/l. Tingginya kadar nitrat di perairan Kampung Bugis Bintan di duga

disebabkan karena adanya saluran air rawa yang bermuara di perairan tersebut,

sebagaimana dijelaskan Zulfia dan Aisyah (2013), bahwa unsur hara (nutrien)

yang terjadi dapat disebabkan oleh pembusukan gulma air di rawa itu sendiri dan

oleh tumpukan erosi dari daerah hulu. Apalagi pada saat sebelum melakukan

penelitian terjadi hujan lebat yang memungkinkan tumpukan erosi dari hulu

terbawa oleh aliran air menuju laut. Mengingat sifat nitrat yang mudah terlarut

dalam air kiranya hal ini sesuai dengan kaidah alamiah bahwa kecenderungan

tingginya nilai nitrat terjadi pada perairan yang dekat dengan daratan.

Menurut Marbun (2017), perairan Kampung Bugis ini memiliki kategori

lamun agak rapat yang di duga dapat menunjang kesuburan perairan akan unsur

hara melalui serasah daun lamunnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Riniatsih

11

(2016), yang menyatakan bahwa serasah lamun yang luruh di dasar perairan

sebagai detritus mengalami proses dekomposisi oleh bakteri pengurai. Proses

dekomposisi ini akan menghasilkan nutrien terlarut di perairan yang kemudian

akan dimanfaatkan kembali oleh lamun untuk proses produksi.

Selain itu tinggi rendahnya kadar nitrat juga dapat di pengaruhi oleh nilai DO

dan pH di perairan. Kadar oksigen yang ditemukan selama penelitian yaitu 6,5

mg/l tergolong normal. Nilai DO yang ditemukan ini termasuk cukup tinggi

sehingga baik untuk kehidupan biota laut. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Asmara (2005), yang menyatakan bahwa pada saat kadar oksigen rendah,

keseimbangan bergerak menuju amoniak, sedangkan pada saat kadar Oksigen

tinggi keseimbangan bergerak menuju Nitrat. Nilai pH yang ditemukan termasuk

normal untuk air laut yaitu 7,75 (Tabel 10). Menurut Ati et al.(2016), nilai derajat

keasaman juga dapat memengaruhi nitrat karena dapat membantu proses

nitrifikasi. Nitrifikasi merupakan proses oksidasi amoniak menjadi nitrit dan

kemudian menjadi nitrat, dengan demikian nitrat merupakan hasil akhir dari

oksidasi nitrogen dalam air laut.

Berdasarkan gambar pola sebaran nitrat terlihat bahwa sumber nitrat di

perairan Kampung Bugis ini tersebar merata diperairan. Keterangan kandungan

nitrat dari yang tertinggi ke rendah dapat dilihat bedasarkan warna yang ada di

peta tersebut. Warna biru menunjukan kandungan nitrat tertinggi yang di temukan

pada saat penelitian dan hijau kecoklatan menunjukan kandungan nitrat terendah

yang ditemukan di perairan Kampung Bugis Kelurahan Tanjung Uban Utara

Kabupaten Bintan. Untuk lebih jelas sumber nitrat di perairan Kampung Bugis

dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini:

12

Gambar 2. Peta Pola Sebaran Nitrat

3.2.2 Fosfat (PO4)

Berdasarkan hasil pengamatan kadar fosfat di perairan Kampung Bugis Bintan

adalah 0,010 mg/l. Jika dibandingkan dengan Baku Mutu Air Laut untuk Biota

Laut (0,015 mg/l) nilai tersebut termasuk rendah. Rendahnya konsentrasi fosfat di

duga karena memang masukan fosfat diperairan sedikit dan mungkin karna tidak

adanya masukan dari limbah daratan terutama limbah domestik atau limbah

rumah tangga seperti diterjen sehingga pasokan fosfat masih bersifat alamiah.

Kadar fosfat yang ditemukan sangat berbeda dengan kadar nitrat, kadar nitrat

yang didapat termasuk tinggi sedangkan fosfat termasuk rendah, hal ini sesuai

dengan pernyataan Effendi (2003), yang menyatakan perbedaan status trofik

berdasarkan kandungan nitrat dan fosfat di suatu perairan adalah umum terjadi.

Hal tersebut disebabkan oleh sifat nitrat yang mudah terlarut dalam air dan lebih

13

stabil sementara keberadaan fosfat biasanyare latif kecil. Keberadaan kadar fofat

diperairan KampungBugis dapat di lihat pada gambar 3 dibawah ini:

Gambar 3. Peta Pola Sebaran Fosfat

Berdasarkan gambar pola sebaran fosfat terlihat bahwa sumber fosfat di perairan

Kampung Bugis ini terdapat tiga titik kumpulan yang diduga merupakan sumber

fosfat, ketiga titik kumpulan ini merupakan tempat aliran rawa-rawa yang masuk ke

perairan. Kandungan Fosfat yang tertinggi ke-rendah dapat dilihat bedasarkan

warna yang ada di peta. Warna biru tua menunjukan kandungan fosfat tertinggi dan

hijau kecoklatan menunjukan kandungan fosfat terendah yang ditemukan di

perairan Kampung Bugis Kelurahan Tanjung Uban Utara Kabupaten Bintan.

14

3.3 Klorofil-a

Tabel 7. Klasifikasi status trofik berdasarkan konsentrasi klorofil-a

Hasil Klorofil-a (µg/l) Tingkat Kesuburan

5µg/l

<2 Oligotrofik

2-6 Mesotrofik

6-20 Eutrofik

>20 Hipertrofik

Sumber: Hakanson & Bryann (2008) in Marlian et al. (2015)

Tinggi rendahnya kandungan klorfil-a di dipengaruhi oleh keberadaan nutrien

di dalamnya terutama nitrat dan fosfat. Menurut Isnaini et al. (2015) nutrien yang

lebih mempengaruhi jumlah klorofil-a di perairan laut adalah nitrat. Semakin

tinggi kandungan nitrat pada suatu perairan maka semakin tinggi pula klorofil-a

pada perairan tersebut. Nilai rata-rata kadar nitrat yang di temukan dalam

penelitian ini termasuk tinggi yaitu 2,797 mg/l sehingga tinggi pula kandungan

klorofi-a yang di temukan yaitu 5µg/l, namun status kedua parameter ini masih

tergolong dalam mesotrofik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sihombing et al.

(2013), bahwa semakin tinggi kandungan nitrat maka kandungan fitoplankton

akan semakin tinggi. Keeratan hubungan antara klorofil-a dengan nitrat diduga

karena susunan molekul senyawa kimia dari klorofil-a mengandung unsur N

didalamnya.

Selain itu nilai kecerahan juga mempengaruhi tinggi rendahnya klorofil-a

yang terukur, nilai kecerahan yang terukur selama pengamatan termasuk tinggi

yaitu 3 m pada kedalaman raat-rata 3 m. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irawati

(2014), yang menyatakan tinggi-rendahnya konsentrasi klorofil-a tidak hanya

dipengaruhi oleh keberadaan nutrien yang tinggi, namun juga oleh kecerahan

yang tinggi. Hal ini berhubungan dengan proses fotosintesis fitoplankton sebagai

penyusun biomassa fitoplankton (klorofil-a), di mana kecerahan tinggi akan

15

mempengaruhi intensitas cahaya matahari yang merupakan sumber energi bagi

fitoplankton untuk berfotosintesis.

3.4 Tingkat Kesuburan Perairan Kampung Bugis

Tabel 8. Hasil dan Penggolongan rentang nilai TRIX

Hasil Keterangan

Skala TRIX Status kualitas air Tingkat eutrofikasi

4,76

0-4 Tinggi Rendah

4-5 Baik Sedang

5-6 Buruk Tinggi

6-10 Miskin Sangat tinggi

Sumber: Alves et al. (2013)

Status trofik yang ditunjukkan berdasarkan kadar nutrien (nitrat dan fofat)

serta konsentrasi klorofil-a selama penelitian menunjukan status trofik sedang

atau dalam tingkat mesotrofik, status kesuburan perairan ini di duga dipengaruhi

oleh kadar nutrien dan klorofil-a yang diperoleh selama pengamatan. Hal ini

sesuai dengan pernyataaan Alves et al. (2013), yang menyatakan Tingkat

kesuburan suatu perairan ditentukan berdasarkan konsentrasi klorofil-a dan

pasokan nutrien di perairan. Status kesuburan perairan mesotrofik ini memiliki

kualitas air yang baik, berdasarkan hasil penelitian data kualitas perairan yang

terukur sperti: suhu, DO, pH, salinitas dan kecerahan semuanya masih tergolong

normal berdasarkan Baku Mutu KepMen LH No.51 Th.2004, sehingga baik pula

untuk kehidupan biota didalamya.

16

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Kadar nutrien (nitrat & fosfat) dan klorofil-a pada perairan Kampung Bugis

Kelurahan Tanjung Uban Utara Kabupaten Bintan, meliputi kadar nitrat

sebesar 2,797 mg/l, fosfat 0,010 mg/l dan klorofil-a 5µg/l.

2. Tingkat Kesuburan perairan berdasarkan nilai indeks TRIX yaitu 4,76

dengan katergori mesotrofik atau sedang

DAFTAR PUSTAKA

Alves G, Flores-montes M, Gaspar F, Gomes J. 2013. Eutrophication and Water

Quality In A Tropical Brazilian Estuary. Journal of Coastal Research. 65: 7-

12.

Amalia F J. 2010. Pendugaan Status Kesuburan Perairan Danau Lido. Bogor,

Jawa Barat, Melalui Beberapa Pendekatan, 24052228. [Skripsi]. Bogor;

Institut Pertanian Bogor.

Ati R N A, Kepel T L, Kusumaningtyas M A, Mantiri D M H, Hutahaean A A.

2016. Karakteristik dan Potensi Perairan Sebagai Pendukung Pertumbuhan

Lamun di Perairan Teluk Buyat dan Teluk Ratatotok, Sulawesi Utara. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan. 23 (1): 342-348.

Asmara A. 2005. Hubungan Struktur Komunitas Plankton dengan Kondisi Fisika-

Kimia Perairan Pulau Pramuka dan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu.

[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan

Lingkungan Perairan, Yogyakarta: Kanisius. 258 hlm.

Irawati N. 2014. Pendugaan Kesuburan Perairan Berdasarkan Sebaran Nutrien

dan Klorofil-a di Teluk Kendari Sulawesi Tenggara. Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo. Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya

Perairan. 194-200.

Isnaini N, Suryanti, Purnomo P W. 2015. Kesuburan Perairan Berdasarkan Nitrat,

Fosfat, dan Klorofil-a di Perairan Ekosistem Terumbu Karang Pulau

Karimunjawa. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro.

4(2): 75-81.

17

Marbun F. 2017. Asosiasi Gastropoda dengan Lamun di Perairan Kampung Bugis

Kabupaten Bintan. [Skripsi]. Tanjungpinang: Universitas Maritim Raja Ali

Haji Tanjungpinang.

Marlian N, Damar A, Effendi H. 2015. The Horizontal Distribution Clorophyll-a

Fitoplankton as Indicator of the Tropic State in Waters of Meulaboh Bay,

West Aceh. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 20(3): 272–279.

Menteri Lingkungan Hidup. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

No. 51 Tahun 2004. 1489-1498.

Riniatsih I. 2016. Distribusi Jenis Lamun dihubungkan dengan Sebaran Nutrien

Perairan di Padang Lamun Teluk Awur Jepara. Jurnal Kelautan Tropis.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. 19(2): 0853-

7291.

[SBE] 2011. Sea-Bird Electronics. SBE 43 Dissolved Oxygen Sensor –

Background Information, Deployment Recommendations, and Cleaning and

Storage. USA.

Sihombing R. F, Aryawati R., Hartoni. 2013. Kandungan Klorofil-a Fitoplankton

di Sekitar Perairan Desa Sungsang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera

Selatan. Maspari Jurnal. 5(1): 34-39.

Vollenweider R A, Giovanardi F, Montanari G, Rinaldi A. 1998.

Characterization of the Trophic Conditions ff Marine Coastal Waters With

Special Reference to the nw Adriatic Sea: Proposal for a Trophic Scale,

Turbidity and Generalized Water Quality Index. Environmetrics. 9: 329-357.

Zulfia N, Aisyah. 2013. Status trofik Perairan Rawa Pening ditinjau dari

Kandungan Unsur Hara (NO3 dan PO4) Serta Klorofil-a. 5 (3): 189-199.