118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KESANTUNAN NEGATIF DALAM REALITY SHOW MINTA TOLONG DI RAJAWALI CITRA TELEVISI INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun Oleh: RIRIN LINDA TUNGGAL SARI C0206046 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

  • Upload
    vuanh

  • View
    246

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KESANTUNAN

NEGATIF DALAM REALITY SHOW MINTA TOLONG

DI RAJAWALI CITRA TELEVISI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh:

RIRIN LINDA TUNGGAL SARI

C0206046

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Dekan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Page 4: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Ririn Linda Tunggal Sari

NIM : C0206046

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul ”Tindak Tutur Direktif

dan Kesantunan Negatif dalam Reality Show Minta Tolong di Rajawali Citra

Televisi Indonesia” adalah benar-benar hasil karya sendiri, bukan plagiat dan

tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini

diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh

dari skripsi tersebut.

Surakarta, April 2011

Yang membuat pernyataan,

Ririn Linda Tunggal Sari

Page 5: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

”Hai orang yang beriman ! Mintalah pertolongan kepada Allah dengan kesabaran

dan salat, sesungguhnya Allah bersama orang yang sabar”.

(Al Quran, Surat Al-Baqarah: 153)

”Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu

merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri”.

(Al Quran, Surat Ar Ra’d: 11)

Page 6: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku, Bapak Engkin dan ibu Sri Sudarni, terima

kasih atas limpahan kasih sayang dan dukungannya yang

tercurahkan kepadaku.

2. Adik-adikku yang selalu aku sayangi, Aik, Putri, dan Aniva, hidup

ini tidak akan terasa bahagia tanpa kalian.

3. Teman-teman Sastra Indonesia UNS’06.

4. Almamaterku.

5. Para Pecinta Linguistik.

Page 7: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan limpahan

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

”Tindak Tutur Direktif dan Kesantunan Negatif dalam Reality Show Minta Tolong

di Rajawali Citra Televisi Indonesia”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak

mungkin dapat penulis selesaikan tanpa bantuan, dorongan, maupun bimbingan

dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Sudarno, M.A., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk menyusun skripsi.

2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia

Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kemudahan dan

kepercayaan selama penyusunan skripsi.

3. Drs. FX. Sawardi, M.Hum., selaku pembimbing skripsi, atas pengarahan,

ketulusan, dan kesabarannya selama proses penyusunan skripsi.

4. Dwi Susanto, S.S, M. Hum., selaku pembimbing akademik, yang

memberikan semangat dan nasihat selama studi di Fakultas Sastra dan Seni

Rupa.

5. Dosen-dosen di Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah membimbing dan

membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Petugas perpustakaan pusat Universitas Sebelas Maret dan perpustakaan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah

Page 8: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

memberikan pelayanan dan kemudahan kepada penulis untuk membaca dan

meminjam buku-buku referensi yang diperlukan untuk menyelesaikan skripsi

ini.

7. Orang tua, kakak, adik serta keluarga besarku yang telah memberikan kasih

sayangnya dan selalu mendoakanku dalam penulisan skripsi ini.

8. Teman-temanku Sasindo’06, atas segala bentuk bantuan, kebersamaan, dan

kesediannya mendengarkan keluh kesah penulis dalam penyusunan skripsi

ini.

9. Semua pihak atas segala bentuk bantuan, dukungan, dan saran dalam proses

penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Meskipun

demikian penulis dengan hati terbuka menerima saran dan kritik yang bersifat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Surakarta, April 2011

Penulis

Page 9: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....... .......................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................ v

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ vi

KATA PENGANTAR ............................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................... .................................................. ix

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv

ABSTRAK ................................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Pembatasan Masalah ................................................................... 6

C. Perumusan Masalah .................................................................... 6

D. Tujuan Penulisan ......................................................................... 7

E. Manfaat Penulisan ....................................................................... 7

F. Sistematika Penulisan ................................................................. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Penulisan Terdahulu..................................................... 10

B. Landasan Teori ............................................................................ 13

1. Pragmatik .............................................................................. 13

Page 10: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

2. Komponen dan Situasi Tutur ................................................ 14

3. Teori Tindak Tutur ................................................................ 17

4. Tindak Tutur Direktif ........................................................... 24

5. Kesantunan Berbahasa Brown dan Levinson ....................... 25

6. Kesantunan Negatif .............................................................. 27

7. Kesantunan Positif ............................................................... 31

C. Kerangka Pikir ......................................................................... 39

BAB III METODE PENULISAN

A. Jenis Penulisan dan Pendekatan .................................................. 41

B. Data dan Sumber Data ................................................................ 42

C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...................................... 43

D. Klasifikasi Data ........................................................................... 45

E. Teknik Analisis Data ................................................................... 46

F. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ........................................ 48

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Tindak Tutur Direktif digunakan oleh Peminta Tolong

(A) dalam RSMT .......................................................................... 50

1. Meminta ............................................................................... 50

2. Menasihati ............................................................................. 53

3. Menyarankan ........................................................................ 56

4. Melarang .............................................................................. 60

5. Memperingatkan .................................................................. 63

6. Mengingatkan ...................................................................... 66

7. Membujuk ............................................................................ 68

Page 11: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

B. Analisis Strategi Kesantunan Negatif yang dilakukan oleh

Peminta Tolong (A) dalam RSMT ............................................. 73

1. Strategi 1: Menggunakan Ungkapan secara Tidak Langsung 74

2. Strategi 2: Menggunakan Pertanyaan Berpagar..................... 76

3. Strategi 4: Meminimalkan Paksaan ....................................... 77

4. Strategi 5: Memberi Penghormatan ...................................... 80

5. Strategi 7: Menghindari Penyebutkan Penutur dan Lawan

tutur ....................................................................................... 82

6. Strategi 1 dan Strategi 5: Menggunakan Ungkapan secara

Tidak Langsung dan Memberi Penghomatan ....................... 85

7. Strategi 1 dan Strategi 7: Menggunakan Ungkapan secara

Tidak Langsung dan Menghindari Penyebutkan Penutur

Dan LawanTutur ................................................................... 86

8. Strategi 2 dan Strategi 5: Menggunakan Pertanyaan Berpagar

dan Memberi Penghomatan................................................... 89

9. Strategi 4 dan Strategi 5: Meminimalkan Paksaan dan

Memberi Penghomatan ......................................................... 90

10. Strategi 1, Strategi 4, dan Strategi 7: Menggunakan Ungkapan

secara Tidak Langsung, Meminimalkan Paksaan dan

Menghindari Penyebutkan Penutur dan Lawan Tutur .......... 92

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ..................................................................................... 101

B. Saran ............................................................................................ 103

Page 12: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 104

LAMPIRAN DATA ................................................................................... 1

Page 13: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR SINGKATAN

A : Peminta Tolong

B1 : Orang yang dimintai tolong

B2, B3, B4 : Orang yang hadir dalam percakapan antara A dan B1

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

PAM : Perusahaan Air Minum

RSMT : Reality Show Minta Tolong

RCTI : Rajawali Citra Televisi Indonesia

Page 14: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Tindak Tutur Direktif yang Digunakan oleh Peminta Tolong dalam

RSMT …………………………………………………………… 95

Tabel 2: Strategi Kesantunan Negatif yang Digunakan oleh Peminta Tolong dalam

RSMT …………………………………………………………… 97

Page 15: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

ABSTRAK

Ririn Linda Tunggal Sari. C0206046. 2011. Kesantunan Negatif dalam Reality

Show Minta Tolong di Rajawali Citra Televisi Indonesia. Skripsi: Jurusan Sastra

Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penulisan ini, yaitu (1) Bagaimanakah

realisasi tindak tutur direktif yang dilakukan oleh peminta tolong (A) dalam

RSMT? (2) Bagaimanakah realisasi strategi kesantunan negatif yang dilakukan

oleh peminta tolong (A) dalam RSMT?

Tujuan penulisan ini adalah (1) Mendeskripsikan realisasi tindak tutur

direktif yang dilakukan oleh peminta tolong (A) dalam RSMT, (2)

Mendeskripsikan realisasi strategi kesantunan negatif yang dilakukan oleh

peminta tolong (A) dalam RSMT.

Penulisan ini termasuk jenis penulisan kualitatif yang bersifat deskriptif.

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan pragmatik.

Sumber data penulisan ini adalah percakapan atau dialog dalam RSMT di RCTI.

Data dalam penulisan ini adalah tuturan yang mengandung tindak tutur direktif

dan menerapkan strategi kesantunan negatif beserta konteksnya dalam RSMT di

RCTI, yang ditayangkan pada bulan Maret, dan April tahun 2010. Metode

pengumpulan data yang digunakan untuk penulisan ini adalah metode simak,

sedangkan teknik untuk pengumpulan data menggunakan teknik simak bebas libat

cakap (SBLC), teknik rekam, dan teknik catat. Teknik analisis data dalam

penulisan ini menggunakan teknik analisis means-end. Metode penyajian hasil

analisis data dalam penulisan ini adalah penyajian secara informal dan formal.

Dari analisis data dalam RSMT ditemukan 7 jenis tindak tutur direktif yang

digunakan oleh A dalam mengutarakan maksudnya. Tindak tutur direktif tersebut

meliputi tindak tutur meminta, menasihati, menyarankan, melarang,

memperingatkan, mengingatkan dan membujuk.

Dalam RSMT ditemukan lima bentuk strategi kesantunan negatif yang

digunakan oleh A, untuk mengurangi potensi ancaman muka negatif B1. Kelima

strategi itu yaitu (a) strategi 1, yaitu menggunakan ungkapan secara tidak

langsung, (b) strategi 2, yaitu menggunakan pertanyaan berpagar, (c) strategi 4,

yaitu meminimalkan paksaan, (d) strategi 5, yaitu memberi penghormatan, (e)

strategi 7, yaitu jangan menyebutkan penutur dan lawan tutur. Dalam RSMT juga

ditemukan lima bentuk kombinasi strategi kesantunan negatif yang digunakan

oleh A, untuk mengurangi potensi ancaman muka negatif B1. Kelima kombinasi

strategi itu yaitu (a) strategi 1 dan strategi 5, yaitu menggunakan ungkapan secara

tidak langsung dan memberi penghormatan, (b) strategi 1 dan strategi 7, yaitu

menggunakan ungkapan secara tidak langsung dan menghindari penyebut penutur

dan lawan tutur, (c) strategi 2 dan strategi 5, yaitu menggunakan pertanyaan

berpagar dan memberi penghormatan, (d) strategi 4 dan strategi 5, yaitu

meminimalkan paksaan dan memberi penghormatan, serta (e) strategi 1 strategi 4,

dan strategi 7, yaitu menggunakan ungkapan secara tidak langsung,

meminimalkan paksaan dan menghindari penyebutkan penutur dan lawan tutur.

Page 16: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia dalam

mengungkapkan perasaan ataupun pikirannya. Proses pengungkapan perasaan

atau pikiran oleh seseorang melalui bahasa dapat dijadikan ukuran untuk menilai

suatu kepribadian seseorang. Ungkapan kepribadian seseorang yang perlu

dikembangkan adalah ungkapan kepribadian yang baik, benar, dan santun

sehingga mencerminkan budi pekerti luhur (Pranowo, 2009:3). Setiap orang yang

berbudi perkerti baik, biasanya dia telah menerapkan kesantunan berbahasa.

Pemakaian bahasa oleh seorang penutur dikatakan santun apabila bahasa yang

digunakannya tidak menyinggung perasaan lawan bicaranya. Dalam kegiatan

berkomunikasi, seorang anggota masyarakat hendaknya selain menyampaikan

maksud dengan baik dan benar, sebaiknya juga menerapkan kesantunan berbahasa

dalam penyampaiannya. Berbahasa santun adalah penggunaan bahasa yang sesuai

dengan norma dan nilai yang dipegang oleh masyarakat pengguna bahasa.

Studi pragmatik berkaitan dengan masalah penggunaan bahasa, yaitu

masalah penggunaan bahasa dalam suatu situasi tutur atau cara pengungkapan

bahasa dalam suatu peristiwa tutur. Dalam kajian pragmatik yang menjadi unit

analisis adalah ujaran. Suatu ujaran tidak bisa dilepaskan dari konteks percakapan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pragmatik merupakan kajian bahasa

secara utuh.

Page 17: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Pembahasan mengenai kesantunan berbahasa sudah banyak dipaparkan

oleh para pakar bahasa. Beberapa pakar yang membahas kesantunan berbahasa

misalnya Leech (1983) dan Brown dan Levinson (1987). Pendapat antara pakar

yang satu dengan yang lain berbeda, tergantung pada bagaimana para pakar

tersebut melihat wujud kaidah sosial (Asim Gunarwan, 1994: 87).

Leech (1993:166-218) berpendapat bahwa prinsip berbahasa santun

merupakan susunan bahasa yang didasarkan atas: 1) maksim kearifan (tact

maxim), yaitu memperkecil kerugian pendengar; memperbesar keuntungan

pendengar, 2) maksim kedermawanan (generosity maxim), yaitu memperkecil

keuntungan sendiri; memperbesar keuntungan pendengar, 3) maksim pujian

(approbation maxim), yaitu memperkecil keluhan pendengar; memperbesar pujian

pendengar, 4) maksim kerendahan hati (modesty maxim), yaitu memperkecil

pujian diri; memperbesar perendahan diri, 5) maksim kesepakatan (agreement

maxim), yaitu memperkecil ketidak-sepakatan antara diri sendiri dengan orang

lain; memperbesar kesepakatan antara diri sendiri dengan orang lain, dan 6)

maksim simpati (sympathy maxim), yaitu memperkecil antipati antara diri sendiri

dan orang lain; memperbesar simpati antara diri sendiri dan orang lain.

Brown dan Levinson (1987) melihat realisasi tindak tutur sebagai hasil

pemilihan strategi. Strategi kesantunan itu berkisar pada nosi muka (face), yang

dibagi menjadi dua, yaitu muka negatif dan muka positif. Kesantunan yang

ditunjukkan terhadap muka positif lawan tutur disebut kesantunan positif,

sedangkan kesantunan yang ditunjukan terhadap muka negatif lawan tutur disebut

kesantunan negatif. Pada pelaksanaan konsep kesantunan berbahasa, baik

kesantunan negatif maupun positif menggunakan strategi tertentu untuk

Page 18: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

mengurangi ancaman yang ditimbulkan dari kurang menyenangkannya tuturan

yang diucapkan oleh penutur.

Dalam penelitian ini, penulis bermaksud membahas tuturan yang terdapat

pada peristiwa tutur dalam RSMT menggunakan teori kesantunan menurut Brown

dan Levinson, khususnya mengenai kesantunan negatif. RSMT merupakan sebuah

acara yang menggambarkan suatu kondisi masyarakat ketika mengalami kesulitan,

dan menempuh jalan untuk meminta pertolongan kepada orang yang dijumpainya.

Acara realitas (reality show) adalah genre acara televisi yang

menggambarkan adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa

skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa, bukan pemeran.

Acara realitas umumnya menampilkan kenyataan yang dimodifikasi, seperti

menaruh partisipan di lokasi-lokasi eksotis atau situasi-situasi yang tidak lazim,

memancing reaksi tertentu dari partisipan, dan melalui penyuntingan dan teknik-

teknik pascaproduksi lainnya (Wikipedia, 2010).

Reality show merupakan suatu acara yang menampilkan realitas

kehidupan seseorang yang bukan selebritis (orang awam), kemudian disiarkan

melalui jaringan TV, sehingga bisa dilihat masyarakat (Widyaningrum dan

Christiastuti, April, 2010). Banyak program-program acara di televisi yang

merupakan reality show, seperti Termehek-Mehek, Bedah Rumah, Tukar Nasib,

Minta Tolong dan lain sebagainya.

Di antara banyak reality show yang ditawarkan oleh beberapa jaringan

televisi, penulis tertarik untuk meneliti RSMT. Alasannya RSMT merupakan

reality show yang memperlihatkan bagaimana reaksi warga masyarakat pada

waktu dimintai tolong oleh orang yang tidak dia kenal sebelumnya. Acara ini

Page 19: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

memberikan gambaran kepada penonton mengenai bagaimana cara seseorang

dalam merealisasikan maksud tuturan yang bertujuan untuk meminta tolong

kepada orang yang tidak penutur kenal supaya mau membantunya, dan juga

memperlihatkan bagaimana realisasi dari lawan tutur yang menolak ataupun

menyanggupi untuk menolong penutur. Pada acara tersebut, penutur dan mitra

tutur berdialog dengan menggunakan bahasa Indonesia yang nonformal dan

bahasa Jawa. Tuturan yang diucapkan oleh peminta tolong dalam RSMT

bermacam-macam bentuknya. Peminta tolong dalam mengungkapkan maksudnya

ada yang menggunakan ungkapan perintah, permintaan, saran, tawaran dan lain

sebagainya. Sedangkan orang yang dimintai tolong dalam dalam menanggapi

maksud peminta tolong ada melakukan penolakan atas maksud dari peminta

tolong. Sebagian besar ungkapan yang digunakan oleh peminta tolong dalam

RSMT merupakan jenis tindak tutur direktif.

Dalam RSMT, peminta tolong juga menggunakan suatu konsep kesantunan

tertentu untuk menjaga muka orang yang dimintai tolong. Konsep kesantunan

yang sebagian besar digunakan oleh peminta tolong yaitu strategi kesantunan

negatif. Misalnya, apabila peminta tolong yang sedang menggunakan tindak tutur

direktif dalam mengungkapkan maksudnya, apabila memilih menggunakan

konsep strategi kesantunan negatif berarti peminta tolong menjaga muka negatif

dari orang yang dimintai tolong. Maksud dari muka negatif yaitu keinginan

sesorang untuk bebas bertindak atau kebebasan dalam melakukan sesuatu tanpa

dihalangi oleh pihak lain. Gambaran mengenai penggunaan tindak tutur direktif

dan strategi kesantunan negatif oleh peminta tolong yang terdapat dalam RSMT

tersebut menarik untuk diteliti, supaya dapat ditemukan realisasi tindak tutur

Page 20: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

direktif dan strategi kesantunan negatif yang digunakan oleh peminta tolong

dalam RSMT.

Contohnya penerapan kasus mengenai realisasi tindak tutur direktif dan

strategi kesantunan negatif yang digunakan oleh peminta tolong dalam RSMT,

seperti terlihat pada tuturan yang diucapkan oleh seorang peminta tolong ketika

sedang membujuk orang yang dimintai tolong supaya bersedia membeli gorengan

yang dijual oleh peminta tolong. Tuturan yang dimaksud yaitu tuturan ”dibeli ya

pak! Mau pak? diborong pak kalau mau”. Tuturan tersebut menunjukkan bahwa

peminta tolong menggunakan jenis tindak tutur direktif dalam mengungkapkan

keinginannya. Tuturan yang diucapkan oleh peminta tolong tersebut menunjukkan

bahwa peminta tolong menginginkan orang yang dimintai tolong untuk

melakukan sesuatu untuknya, yaitu dengan membeli gorengan yang dijualnya.

Tuturan yang mengandung tindak tutur direktif tersebut berpotensi mengancam

muka orang yang dimintai tolong, karena peminta tolong membatasi kebebasan

orang yang dimintai tolong dalam bertindak. Untuk mengurangi potensi ancaman

terhadap muka orang yang dimintai tolong, peminta tolong memilih menggunakan

strategi kesantunan negatif. Bentuk strategi kesantunan negatif yang digunakan

seperti memberikan opsi atau pilihan kepada orang yang dimintai tolong atas

maksud dari peminta tolong, yang ditunjukkan dengan penambahan tuturan

”kalau mau”, pada tuturan ”diborong pak kalau mau”.

Fenomena pemakaian bahasa yang terdapat dalam reality show Minta

Tolong dapat dikaji dengan tinjauan pragmatik. Adapun alasan pengambilan

tinjauan pragmatik dalam dialog atau percakapan dalam RSMT, karena banyak

muncul keterkaitan bahasa dengan unsur-unsur eksternal yang menjadi ciri khas

Page 21: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

ilmu pragmatik. Pragmatik mempelajari struktur bahasa eksternal, yakni

bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi (I Dewa Putu

Wijana, !996: 1).

Penelitian ini terfokus pada masalah bahasa dalam dialog pada acara

RSMT yang terbatas pada masalah realisasi tindak tutur direktif dan strategi

kesantunan negatif yang digunakan oleh peminta tolong dalam RSMT. Dalam

penulisan ini tidak semua tuturan diteliti, melainkan hanya tuturan yang

mencerminkan tindak tutur direktif dan strategi kesantunan negatif saja. Oleh

sebab itu, penulis memberi judul penulisan ini Tindak Tutur Direktif dan

Kesantunan Negatif dalam RSMT di Rajawali Citra Televisi Indonesia.

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pada penulisan ini dimaksudkan agar penulisan lebih

terarah dan mempermudah penulis dalam menentukan data yang diperlukan.

Ruang lingkup penulisan ini penulis fokuskan pada masalah pemakaian bahasa

yang digunakan dalam percakapan antara penutur dan lawan tutur dalam RSMT

yang ditayangkan pada bulan Maret dan April 2010, khususnya tentang tindak

tutur direktif dan strategi kesantunan negatif.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang diteliti

dalam penulisan ini yaitu:

Page 22: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

1. Bagaimanakah realisasai tindak tutur direktif yang dilakukan oleh peminta

tolong dalam RSMT?

2. Bagaimanakah realisasi strategi kesantunan negatif yang dilakukan oleh

peminta tolong dalam RSMT?

D. Tujuan Penulisan

Setiap penulisan pasti memiliki suatu tujuan yang biasanya berkaitan

dengan rumusan masalah. Mengacu pada rumusan masalah di atas, tujuan dalam

penulisan ini yaitu:

1. Mendeskripsikan realisasai tindak tutur direktif yang dilakukan oleh peminta

tolong dalam RSMT.

2. Mendeskripsikan realisasi strategi kesantunan negatif yang dilakukan oleh

peminta tolong dalam RSMT.

E. Manfaat Penulisan

Suatu penulisan yang baik, harus dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan ilmu maupun masyarakat luas. Manfaat yang dapat diperoleh dari

penulisan ini dapat dilihat dari dua segi, yaitu dari segi teoretis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

Hasil penulisan ini diharapkan dapat mengembangkan teori tindak tutur

Searle dan teori strategi kesantunan Brown dan Levinson, khususnya tindak tutur

direktif dan strategi kesantunan negatif. Selain itu, juga diharapkan dapat

Page 23: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

memberikan sumbangan bagi perkembangan model analisis kesantunan atas salah

satu bentuk wacana dialog yang terdapat dalam media jurnalistik audio visual

khususnya pada program reality show.

2. Manfaat Praktis

Penulisan ini secara praktis diharapkan dapat memberikan konstribusi

yang berarti bagi produser dalam hal pengkoreksian tuturan yang digunakan

seseorang yang berperan sebagai peminta tolong, supaya dalam episode

selanjutnya tuturan yang digunakan oleh peminta tolong lebih baik ataupun lebih

santun. Bagi para pembaca diharapkan penulisan ini dapat dijadikan tambahan

pengetahuan tentang pemahaman percakapan, terutama dalam hal memahami teori

tindak tutur direktif dan strategi kesantunan negatif. Penulisan ini juga diharapkan

dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pengajaran mengenai kesantunan

berbahasa dan juga landasan kajian penulisan sejenis.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penulisan ini diperlukan untuk

mempermudah penulis dalam menjabarkan hasil penulisan agar tidak

menyimpang dari permasalahan yang diteliti. Adapun sistematika penulisan dalam

penulisan ini terdiri dari lima bab. Masing-masing bab memuat pokok pikiran

yang berbeda-beda tetapi tetap memiliki satu kesatuan yang saling berhubungan.

Sistematika penulisan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut.

Page 24: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Bab pertama berupa pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah,

pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan,

dan sistematika penulisan.

Bab kedua adalah landasan Teori dan kerangka pikir. Bab ini berisi

tinjauan singkat terhadap studi sejenis terdahulu dan pemaparan teori-teori yang

secara langsung berhubungan dengan penulisan sehingga dapat dijadikan landasan

dalam penulisan ini. Kerangka pikir berisi cara kerja yang dilakukan oleh penulis

untuk menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti.

Bab ketiga merupakan metode penelitian. Bab ini berisi jenis penelitian

dan pendekatan, sumber data dan data, metode dan teknik pengumpulan data,

klasifikasi data, teknik analisis data, dan metode penyajian hasil analisis data.

Bab keempat, berisi analisis data. Dari analisis data ini akan didapatkan

hasil penulisan yang menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam

pendahuluan

Bab kelima, merupakan simpulan yang berisi simpulan dari hasil penulisan

dan dilanjutkan dengan saran dari penulis yang berhubungan dengan proses

penulisan yang telah diselesaikan.

Page 25: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Penulisan Terdahulu

Penulisan mengenai kesantunan berbahasa sudah banyak dilakukan oleh

para penulis bahasa. Sejauh penelusuran penulis tentang penulisan yang sejenis

atau yang mempunyai korelasi dengan penulisan mengenai Kesantunan Berbahasa

Brown dan Levinson ini, penulis menjumpai beberapa penulisan yang telah

dilakukan. Beberapa penulisan tersebut antara lain penulisan yang dilakukan oleh

Damis Amaroh (2010) dan Renita Tri Hesti (2010).

Damis Amaroh (2010) dalam skripsinya yang berjudul Tindakan

Pengancaman Muka dan Strategi Kesopanan dalam Rubrik ”Pembaca Menulis”

di Harian Jawa Pos (Sebuah Kajian Pragmatik), yang mendeskripsikan (1)

Tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang dilakukan oleh

pengadu dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos beserta tujuanya,

(2) Tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan yang dilakukan oleh

teradu dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos beserta tujuaanya.

Hasil analisis data dari penulisan tersebut menunjukkan beberapa hal, yaitu: (1)

dalam surat aduan rubrik ”Pembaca Menulis” diperoleh 8 jenis tindakan yang

mengancam muka negatif lawan tutur (memerintah, meminta, memberi saran,

memberi nasihat, bertanya, menuntut, menagih janji, dan marah) dan 4 jenis

tindakan yang mengancam muka positif lawan tutur (menuduh,

mengeluh,mengkritik, dan menghina). Pengadu menggunakan strategi on

record,off record, kesopanan negatif dan positif, untuk segera mendapatkan

Page 26: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

tanggapan dan penyelesaian dari pihak teradu. (2) dalam surat tanggapan rubrik

”Pembaca Menulis” diperoleh 3 jenis tindakan yang mengancam muka negatif

penutur (ucapan terima kasih, melakukan pembelaan,dan melakukan janji) dan 2

jenis tindakan yang mengancam muka positif penutur (tindakan meminta maaf

dan mengakui kesalahan). Teradu menggunakan strategi on record,off record,

kesopanan negatif dan positif, untuk memperoleh kesan sebagai lembaga yang

bertanggung jawab terhadap suatu persoalan yang dihadapi antara pengadu dan

teradu sehingga dapat mempertahankan citra lembaga sekaligus mempertahankan

pelangan.

Renita Tri Hesti (2010) dalam skripsinya yang berjudul Kesantunan

Positif dalam Film Ayat-ayat Cinta: Studi Pragmatik. Penulisan tersebut

membahas mengenai (1) Bentuk-bentuk ujaran yang mengekspresikan strategi-

strategi kesantunan positif dalam tuturan film ”Ayat-ayat Cinta”; (2) Strategi

kesantunan positif yang digunakan oleh para pemeran dalam film ”Ayat-ayat

Cinta”. Dalam penulisan tersebut dapat diketahui bahwa (1) terdapat tiga bentuk

ujaran yang mengekspresikan strategi-strategi kesantunan positif dalam film

”Ayat-ayat Cinta”, yaitu bentuk ujaran asertif, bentuk ujaran komisif, dan bentuk

ujaran ekspresif; (2) terdapat 12 strategi kesantunan positif yang digunakan oleh

para pemeran dalam tuturan film ”Ayat-ayat Cinta”, yaitu strategi 2 (membesar-

besarkan ketertarikan kepada pendengar), strategi 3 (mengintensifkan perhatian

pendengar), strategi 4 (menggunakan identitas kelompok), strategi 5 (mencari

persetujuan pendengar), strategi 7 (menunjukkan hal-hal yang mempunyai

kesamaan dengan pendengar), strategi 8 (menggunakan lelucon), strategi 9

(mengungkapkan bahwa penutur memahami pendengar), strategi 10 (memberikan

Page 27: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

penawaran/janji), strategi 11 (menunjukkan keoptimisan), strategi 13

(memberikan pertanyaan/meminta alasan), strategi 14 (menunjukkan hubungan

timbal balik), dan strategi 15 (memberikan hadiah berupa barang, perhatian,

simpati, dan kerjasama kepada pendengar),

Penulisan yang penulis lakukan ini berbeda dengan penulisan-penulisan di

atas. Perbedaannya terletak pada sumber data penulisan dan fokus analisisnya.

Perbedaan penulisan ini dengan penulisan yang dilakukan oleh Damis Amaroh

(2010) dan Renita Tri Hesti (2010), pertama terletak pada sumber data

penulisannya, penulisan Damis Amaroh (2010) mengambil data dari rubrik

”Pembaca Menulis” di Harian Jawa Pos, dan Renita Tri Hesti (2010) mengambil

data dari percakapan pemeran dalam film ”Ayat-ayat Cinta”, sedangkan sumber

data penulisan ini merupakan dialog antara peminta tolong dan orang yang

dimintai tolong dalam RSMT. Kedua terletak pada fokus analisisnya, penulisan

yang dilakukan oleh Damis Amaroh (2010) difokuskan pada pendeskripsian

tindakan pengancaman muka dan strategi kesopanan secara umum yang terdapat

dalam rubrik ”Pembaca Menulis” di harian Jawa Pos dan penulisan yang

dilakukan oleh Renita Tri Hesti (2010) difokuskan pada bentuk ujaran yang

mengekspresikan strategi-strategi kesantunan positif dan strategi kesantunan

positif yang digunakan oleh para pemeran dalam film ”Ayat-ayat Cinta”,

sedangkan penulisan ini difokuskan pada pendeskrisian tindak tutur direktif dan

strategi kesantunan negatif yang terdapat dalam RSMT.

Page 28: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

B. Landasan Teori

1. Pragmatik

Definisi pragmatik sudah banyak diperkenalkan oleh para ahli bahasa.

Thomas (1995: 22) mendefinisikan pragmatik sebagai bidang ilmu yang mengkaji

makna dalam interaksi atau meaning in interpretation. Pengertian tersebut dengan

mengandaikan bahwa pemaknaan merupakan proses dinamis yang melibatkan

negosiasi antara pembicara dan pendengar serta konteks ujaran (fisik, sosial, dan

linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran.

Yule dalam bukunya yang berjudul Pragmatics (2006:3-4)

mengemukakan empat ruang lingkup yang terdapat dalam pragmatik, yaitu: (1)

Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur, (2) Pragmatik adalah studi

tentang makna kontekstual, (3) Pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar

lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan, (4) Pragmatik adalah

studi tentang ungkapan dari jarak hubungan.

I Dewa Putu Wijana (1996: 6), berpendapat bahwa pragmatik merupakan

salah satu cabang ilmu bahasa (selain sosiolinguistik) yang muncul akibat adanya

ketidakpuasan terhadap penanganan bahasa yang terlalu bersifat formal yang

dilakukan oleh kaum strukturalis. Pragmatik mengungkap maksud suatu tuturan di

dalam peristiwa komunikasi, baik secara tersurat maupun tersirat di balik tuturan.

Maksud tuturan dapat dikenali melalui penggunaan bahasa secara konkret dengan

mempertimbangkan komponen situasi tutur.

Reality show merupakan suatu bentuk komunikasi yang nyata yang

dikemas secara baik, yang kemudian ditayangkan di televisi. Suatu komunikasi

dikatakan berhasil apabila setiap penutur memahami maksud tutur yang

Page 29: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

disampaikannya. Berdasarkan atas penjelasan tersebut, maka tuturan-tuturan yang

terdapat dalam suatu reality show dapat dijadikan sebagai objek penulisan

pragmatik. Alasannya, karena suatu reality show yang ditayangkan di televisi

menyajikan peristiwa tutur secara nyata yang disertai komponen-komponen tutur

yang melatar belakangi peristiwa tutur tersebut.

2. Komponen dan Situasi Tutur

Komponen tutur dan situasi tutur dalam kajian pragmatik memiliki peran

yang penting, yakni sebagai bahan pertimbangan untuk mengungkapkan suatu

maksud tutur yang terdapat dalam peristiwa tutur. Dell Hymes (dalam Pranowo,

2009: 101) mengemukakan beberapa komponen tutur yang diakronimkan dengan

istilah SPEAKING yang perlu diperhatikan seseorang dalam berkomunikasi.

Masing-masing huruf dalam akronim merupakan inisial dari istilah-istilah berikut.

a. (S) Setting and Scene (latar) mengacu pada tempat dan waktu terjadinya

komunikasi.

b. (P) Participants (peserta) mengacu pada orang yang terlibat dalam komunikasi

(O1 dan O2).

c. (E) Ends (tujuan komunikasi) mengacu pada tujuan yang ingin dicapai dalam

berkomunikasi.

d. (A) Act Sequence (pesan yang ingin disampaikan) mengacu pada bentuk dan

pesan yang ingin disampaikan. Bentuk pesan dapat disampaikan dalam bahasa

tulis atau bahasa lisan misalnya, berupa permintaan, sedangkan isi pesan

adalah wujud permintaannya.

Page 30: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

e. (K) Key (kunci) mengacu pada pelaksanaan percakapan. Maksudnya,

bagaimana pesan itu disampaikan kepada mitra tutur (cara penyampaian).

f. (N) Norms (norma) yaitu pranata sosial kemasyarakatan yang mengacu pada

norma perilaku partisipan dalam berkomunikasi.

g. (G) Genres (ragam, register) mengacu pada ragam bahasa yang digunakan,

misalnya ragam formal, ragam santai dan sebagainya.

Penjelasan mengenai situasi dikemukakan oleh Leech (1993:19-20), yang

membagi aspek-aspek situasi tutur menjadi lima macam yaitu: (a) penutur dan

mitra tutur, (b) konteks tuturan, (c) tujuan sebuah tuturan, (d) tuturan sebagai

bentuk tindakan atau kegiatan (tindak ujar), (e) tuturan sebagai produk tindak

verbal.

a) Penutur dan Mitra tutur

Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang menyampaikan

fungsi pragmatis tertentu di dalam peristiwa komunikasi. Mitra tutur adalah orang

yang menjadi sasaran sekaligus kawan penutur di dalam pertuturan. Aspek-aspek

yang berkaitan dengan penutur dan mitra tutur antara lain usia, latar belakang

sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat keakraban.

b) Konteks Tuturan

Konteks merupakan suatu pengetahuan latar belakang bersama yang

dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dan yang membantu mitra tutur menafsirkan

makna tuturan. Konteks tuturan penulisan linguistik adalah konteks dalam semua

aspek fisik atau setting sosial yang relevan dari tuturan bersangkutan. Konteks

yang bersifat fisik disebut koteks (cotext), sedangkan konteks setting sosial

disebut dengan konteks. Di dalam pragmatik, konteks itu pada hakikatnya adalah

Page 31: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

semua latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan mitra

tutur. Konteks ini membantu mitra tutur untuk menafsirkan maksud yang ingin

dinyatakan oleh penutur.

c) Tujuan Sebuah Tuturan

Tuturan-tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh

maksud dan tujuan tertentu. Tujuan tuturan adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh

penutur dengan melakukan tindakan bertutur.

d) Tuturan sebagai Bentuk Tindakan atau Kegiatan (Tindak Ujar)

Tindak tutur merupakan suatu aktivitas. Menuturkan sebuah tuturan dapat

dilihat sebagai melakukan tindakan (act). Tindak tutur sebagai suatu tindakan itu

sama dengan tindakan mencubit dan menendang. Hanya saja, bagian tubuh yang

berperan berbeda. Pada tindakan bertutur bagian tubuh yang berperan adalah alat

ucap.

e) Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal

Pragmatik berhubungan dengan tindak verbal (verbal act) yang terjadi

dalam situasi tertentu. Tuturan tercipta melalui tindakan verbal, maka tuturan itu

merupakan hasil tindak verbal. Tindakan verbal adalah tindakan mengekspresikan

kata-kata atau bahasa.

Dalam penulisan mengenai kesantunan ini, komponen tutur dan situasi

tutur digunakan untuk memahami maksud tuturan yang diucapkan oleh para

peserta tutur dalam peristiwa tutur yag terdapat dalam RSMT, sehingga

mempermudahkan penulis dalam menganalisis data berdasarkan teori tindak tutur

dan strategi kesantunan.

Page 32: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

3. Teori Tindak Tutur

Di dalam pragmatik, tuturan merupakan suatu bentuk tindakan dalam

konteks situasi tutur sehingga aktivitasnya disebut tindak tutur. Setiap tindak tutur

yang diucapkan oleh seorang penutur mempunyai makna tertentu.

Austin (1962) mengemukakan dua terminologi yang berkaitan dengan

teori tindak tutur, yaitu tuturan konstatif (constative) dan tuturan performatif

(performative). Tuturan konstatif adalah tuturan yang pengutaraannya hanya

dipergunakan untuk menyatakan sesuatu (1962:4-6). Tuturan performatif adalah

tuturan yang pengutaraannya dipergunakan untuk melakukan sesuatu (1962:4-11).

Tindak tutur yang menggunakan kalimat performatif oleh Austin (1962:100-102)

digolongkan dalam tiga peristiwa tindakan, yaitu:

1) Tindak lokusi (locutionary act)

Tindak lokusi adalah tindak tutur yang dimaksudkan untuk menyatakan

sesuatu dalam arti “berkata” atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang

bermakna dan dapat dipahami. Tindak tutur ini disebut sebagai The Act of Saying

Something. Searle (1969) menyebut tindak tutur lokusi ini dengan istilah tindak

bahasa preposisi (prepositional act) karena tindak tutur ini hanya berkaitan

dengan makna.

2) Tindak ilokusi (illocutionary act)

Tindak ilokusi merupakan tindak melakukan sesuatu (the act of to do

something). Berbeda dari lokusi, tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang

mengandung maksud dan fungsi atau daya tuturan.

Page 33: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

3) Tindak perlokusi (perlocutionary act)

Sebuah tuturan yang diucapkan seorang penutur sering memilki efek atau

daya pengaruh (perlocutionary force). Efek yang dihasilkan dengan mengujarkan

sesuatu itulah yang oleh Austin (162:101) dinamakan tindak perlokusi. Efek atau

daya tuturan itu dapat ditimbulkan oleh penutur secara sengaja, dapat pula secara

tidak sengaja. Tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk

mempengaruhi mitra tutur inilah yang merupakan tindak perlokusi.

Austin (1962:150-163) membagi tindak tutur ilokusi menjadi lima, yaitu:

1) Verdiktif (verdictives utterances)

Tindak tutur verdiktif dilambangkan dengan memberi keputusan misalnya

keputusan hakim, juri, dan penengah atau wasit, perkiraan, dan penilaian. Verba

tindak tutur verdiktif antara lain, menilai, menandai, memperhitungkan,

menempatkan, menguraikan, menganalisis.

2) Eksersitif (exercitives utterances)

Tindak tutur eksersitif merupakan tindak tutur yang menyatakan

perjanjian, nasihat, peringatan, dan sebagainya. Verba yang menandai antara lain,

mewariskan, menyatakan, membatalkan perintah (lampau), memperingatkan,

menurunkan pangkat.

3) Komisif (commissives utterances)

Tindak tutur komisif dilambangkan dengan harapan atau dengan kata lain

perjanjian; menjanjikan untuk melakukan sesuatu, tetapi juga termasuk

pengumuman atau pemberitahuan, yang bukan janji. Verba yang menandai antara

lain, berjanji, mengambil-alih atau tanggung jawab, mengajukan, menjamin,

bersumpah, menyetujui.

Page 34: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

4) Behabitif (behabitives utterances)

Tindak tutur behabitif meliputi reaksi-reaksi terhadap kebiasaan dan

keberuntungan orang lain dan merupakan sikap serta ekspresi seseorang terhadap

kebiasaan orang lain, misalnya meminta maaf, berterima kasih, bersimpati,

menantang, mengucapkan salam, mengucapkan selamat.

5) Ekspositif (expositives utterances)

Tindak tutur ekspositif merupakan tindak tutur yang memberi penjelasan,

keterangan, atau perincian kepada seseorang, misalnya menyangkal, menguraikan,

menyebutkan, menginformasikan, mengabarkan, bersaksi.

Menurut Searle (1979:16), inti dari tindak tutur adalah tindak ilokusi.

Menurutnya, dalam tindak ilokusi, penutur dalam mengatakan sesuatu juga

melakukan sesuatu. Sehubungan dengan itu, Searle (1996:147-149)

mengklasifikasikan tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis, yaitu:

1) Tindak Tutur Asertif (Assertives)

Tindak tutur asertif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada

kebenaran proposisi atas hal yang dikatakannya. Termasuk ke dalam jenis tindak

tutur ini misalnya tuturan-tuturan menyatakan, melaporkan, memprediksi,

menunjukkan, dan menyebutkan.

2) Tindak Tutur Direktif (Directives)

Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan oleh penuturnya

dengan maksud agar lawan tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam

tuturan itu atau berharap lawan tutur melakukan sesuatu. Tuturan-tuturan,

menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, memerintah, meminta, dan

menantang termasuk ke dalam jenis tindak tutur direktif ini.

Page 35: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

3) Tindak Tutur Komisif (Commisives)

Tindak tutur komisif adalah tindak tutur untuk mengikat penuturnya pada

suatu tindakan yang dilakukannya pada masa mendatang dan melaksanakan segala

hal yang disebutkan dalam tuturan. Misalnya tuturan berjanji, bersumpah,

berkaul, menawarkan, menyatakan kesanggupan, dan mengancam.

4) Tindak Tutur Ekspresif (Expressives)

Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dilakukan dengan maksud

agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam

tuturan untuk mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan.

Tuturan yang termasuk tindak tutur ekspresif yaitu: tuturan memuji, mengucapkan

terima kasih, meminta maaf, mengucapkan selamat, mengkritik, dan mengeluh.

5) Tindak Tutur Deklarasi (Declarations)

Seseorang yang menggunakan tindak tutur deklarasi haruslah seseorang

yang mempunyai kekuasaan atau wewenang khusus dalam sebuah institusi

tertentu, misalnya hakim dalam institusi pengadilan yang menjatuhkan hukuman.

Tindak tutur deklarasi ialah tindak tutur yang dilakukan penutur dengan maksud

untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Misalnya

tuturan memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, dan mengangkat.

Berbeda dengan pendapat Austin dan Searle, Leech (1993:327-329)

mengklasifikasikan tindak tutur menjadi enam macam, yaitu:

1) Tindak Tutur Asertif

Tindak tutur asertif merupakan tindak tutur yang mengikat penutur pada

kebenaran proposisi yang dituturkan, misalnya, menceritakan, melaporkan,

mengemukakan, menyatakan, mengumumkan, mendesak.

Page 36: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

2) Tindak Tutur Direktif

Tindak tutur direktif merupakan bentuk tindak tutur yang dimaksudkan

oleh penutur untuk membuat pengaruh agar mitra tutur melakukan sesuatu

tindakan, misalnya memohon, meminta, memberi perintah, menuntut, melarang.

3) Tindak Tutur Komisif

Tindak tutur komisif merupakan tindak tutur yang menyatakan janji atau

penawaran, misalnya menawarkan, menawarkan diri, menjanjikan, berkaul,

bersumpah.

4) Tindak Tutur Ekspresif

Tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang berfungsi untuk

menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang sedang dialami

oleh mitra tutur, misalnya mengucapkan selamat, mengucapkan terima kasih,

merasa ikut bersimpati, meminta maaf.

5) Tindak Tutur Deklaratif

Tindak tutur deklaratif merupakan tindak tutur yang menghubungkan isi

tuturan dengan kenyataannya, misalnya memecat, membaptis, menikahkan,

mengangkat, menghukum, memutuskan.

6) Tindak Tutur Rogatif

Tindak tutur rogatif adalah tindak tutur yang dinyatakan oleh penutur

untuk menanyakan jika bermotif langsung atau mempertanyakan jika bermotif

ragu-ragu, misalnya menanyakan, mempertanyakan, dan menyangsikan.

Pandangan terbaru mengenai tindak tutur dari Kreidler (1998:183-194)

dalam bukunya Introducing English Semantics membagi tindak tutur menjadi

tujuh, yaitu:

Page 37: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

1) Asertif (Assertif Utterances)

Tindak tutur asertif terjadi karena penutur menggunakan bahasa untuk

menceritakan apa yang mereka ketahui dan percayai, misalnya mengatakan,

mengumumkan, menjelaskan, menunjukkan, menyebutkan, melaporkan.

2) Performatif (Performative Utterances)

Tindak tutur performatif adalah tindak tutur yang membuat atau

menyebabkan resminya apa yang diucapkan, misalnya mengumumkan,

membaptis, menyebut, mencalonkan, menamakan, menjatuhkan hukuman.

3) Verdiktif (Verdictive Utterances)

Tindak tutur verdiktif terjadi karena penutur membuat penilaian terhadap

tindakan mitra tutur, misalnya menuduh, bertanggung jawab, berterima kasih.

4) Ekspresif (Expressive Utterances)

Tindak tutur ekspresif terjadi karena tindakan penutur, kegagalan penutur

serta akibat yang ditimbulkan kegagalan itu, misalnya mengakui, bersimpati,

memaafkan, dan sebagainya.

5) Direktif (Directive Utterances)

Tindak tutur direktif mengandung maksud bahwa penutur meminta mitra

tutur untuk melakukan perbuatan atau tidak melakukan perbuatan. Tindak tutur

direktif terbagi menjadi tiga macam, yaitu perintah (commands), permintaan

(request), dan anjuran (suggestions).

6) Komisif (Commissive Utterances)

Tindak tutur komisif merupakan tindak tutur yang mengikat seorang

penutur untuk melakukan suatu tindakan, misalnya menyetujui, bertanya,

menawarkan, menolak, berjanji, bersumpah.

Page 38: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

7) Fatis (Phatic Utterances)

Tindak tutur fatis merupakan tindak tutur yang bertujuan untuk

menciptakan hubungan antara penutur dan mitra tutur. Tindak tutur fatis meliputi

ucapan salam, ucapan salam berpisah, cara-cara yang sopan seperti thank you,

you are welcome, excuse me, yang tidak berfungsi verdiktif atau ekspresif.

Selain tindak tutur yang telah dikemukakan oleh para tokoh diatas, tindak

tutur dapat diklasifikasikan berdasarkan teknik penyampaian dan interaksi makna.

Berdasarkan teknik penyampaian tindak tutur dapat diklasifikasikan menjadi

tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Berdasarkan interaksi

makna, tindak tutur dapat diklasifikasikan menjadi tindak tutur literal dan tindak

tutur nonliteral. Bila kalimat berita difungsikan secara konvensional untuk

mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya, dan kalimat perintah untuk

menyuruh, maka tindak tutur yang terbentuk adalah tindak tutur langsung (I Dewa

Putu Wijana, 1996:30).

Berdasarkan pemilahan tindak tutur sebagaimana yang dikemukakan oleh

Austin, Searle, Leech, dan Kreidler di atas menunjukkan bahwa meskipun jumlah

dan bentuk pengklasifiannya berbeda, namun, ditandai oleh terdapatnya salah satu

bentuk tindak tutur yang sama, yaitu tindak tutur direktif. Hal itu menunjukkan

bahwa tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang penting dan dominan

pemakaiannya dalam aktivitas bahasa.

Page 39: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

4. Tindak Tutur Direktif

Searle menjelaskan bahwa tindak tutur direktif merupakan tindak tutur

yang dilakukan oleh penuturnya dengan maksud agar lawan tutur melakukan

tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu atau berharap lawan tutur

melakukan sesuatu. Tuturan-tuturan, menyuruh, memohon, menuntut,

menyarankan, memerintah, meminta, dan menantang termasuk ke dalam jenis

tindak tutur direktif ini (Searle, 1996a:147-148).

Geoffrey Leech mendefinisikan tindak tutur direktif sebagai bentuk tindak

tutur yang dimaksudkan oleh penutur untuk membuat pengaruh agar mitra tutur

melakukan suatu tindakan. Verba yang menandai tindak tutur ini misalnya

memohon, meminta, memberi perintah, menuntut, melarang (Leech, 1993:327).

Geoge Yule (2006:93) menjelaskan bahwa tindak tutur direktif adalah

tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan

sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur.

Tindak tutur ini meliputi; perintah, pemesanan, permohonan, pemberian saran,

dan bentuknya dapat berupa kalimat positif dan negatif.

Kreidler menyebut tindak tutur direktif dengan sebutan directive

utterances. Menurutnya tindak tutur direktif mengandung maksud bahwa penutur

meminta mitra tutur untuk melakukan perbuatan atau tidak melakukan perbuatan.

Tindak tutur direktif terbagi menjadi tiga macam, yaitu perintah (commands),

permohonan (request), dan anjuran (suggestions) (Kreidler, 1998:189-190).

Dalam penulisan ini pembahasan tindak tutur ilokusi direktif mengacu

pada kategori tindak tutur direktif yang dikemukakan oleh Searle (1996:148). Dari

kelima jenis tindak tutur ilokusi, tindak ilokusi direktif Searle adalah fokus yang

Page 40: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

dipilih pada penulisan ini. Pemanfaatan teori Searle ini dilakukan dengan

pertimbangan bahwa dalam RSMT terdapat banyak tuturan yang berfungsi sebagai

tindak tutur direktif berdasarkan pada teori menurut Searle.

5. Kesantunan Berbahasa Brown dan Levinson

Konsep atau prinsip kesantunan dikemukakan oleh banyak ahli. Dasar

pendapat ahli tentang konsep kesantunan itu berbeda-beda. Ada konsep

kesantunan yang dirumuskan dalam bentuk kaidah, ada pula yang diformulasi

dalam bentuk strategi. Konsep kesantunan yang dirumuskan di dalam bentuk

kaidah membentuk prinsip kesantunan, sedangkan konsep kesantunan yang

dirumuskan di dalam bentuk strategi membentuk teori kesantunan (Rustono,

1999:67-68).

Teori kesantunan berbahasa Brown dan Levinson berkisar atas nosi muka

(face) (Asim Gunarwan, 1992: 184). Brown dan Levinson (1987: 61) mengartikan

face ”muka” sebagai gambaran diri yang bersifat umum yang ingin dimiliki setiap

anggota masyarakat, terdiri dari dua aspek yaitu muka negatif dan positif. Muka

negatif merupakan keinginan setiap orang untuk bebas dari gangguan, seperti

kebebasan bertindak dan kebebasan dari perintah atau mengerjakan sesuatu. Muka

positif adalah keinginan setiap orang agar citra positif yang ia miliki dapat

diterima dan dihargai oleh orang lain.

Menurut Brown dan Levinson (1987: 65-68), konsep tentang muka

bersifat universal. Muka itu rawan terhadap ancaman yang timbul dari tindak

tutur tertentu. Tindakan yang mengancam muka penutur atau lawan tutur disebut

Face Threatening Acts (FTA). Tindakan pengancaman terhadap muka tersebut

Page 41: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

dapat mengacam muka negatif maupun muka positif penutur maupun alawan

tutur. Tindakan yang berpotensi mengancam muka dikurangi dengan tindakan

penyelamatan muka (Face Saving Act, FSA). Atas dasar ini, tindakan

penyelamatan muka, dapat diartikan sebagai kesantunan. Kesantunan yang

dimaksudkan untuk menjaga muka positif disebut kesantunan positif (kesantunan

afirmatif) dan kesantunan yang dimaksud untuk menjaga muka negatif disebut

kesantunan negatif (kesantunan deferensial) (lihat. Asim Gunarwan, 2007). Sopan

santun dalam tindak tutur direktif termasuk ke dalam kesantunan negatif, dapat

ditafsirkan sebagai usaha untukmenghindari konflik antara penutur dan lawan

tutur. Brown dan Levinson (1987: 74-77) juga menjelaskan bahwa dalam

melakukan tindakan pengancaman muka seorang penutur memperhitungkan suatu

derajat keterancaman sebuah tindak tutur dengan mempertimbangkan faktor-

faktor yang mempengaruhi sebuah tuturan. Faktor-faktor tersebut menurut Brown

and Levinson yaitu: (a). jarak sosial diantara penutur dan lawan tutur, (b).

besarnya perbedaan kekuasaan atau dominasi diantara keduanya dan, (c). status

relatif jenis tindak ujaran di dalam kebudayaan yang bersangkutan. Atas dasar

perkiraan itulah penutur memilih strategi kesantunan. Bentuk strategi kesantunan

yang digunakan tergantung pada pemilihan jenis kesantunannya, yaitu kesantunan

negatif atau positif.

Menurut Brown dan Levinson, karena adanya ancaman tindak tutur

terhadap muka, maka penutur perlu memilih strategi untuk mengurangi ancaman

itu, secara umum terdapat lima strategi yang dikenalkan oleh kedua pakar itu,

yaitu: (1). bertutur secara terus-terang tanpa basa-basi (bald on record); (2).

bertutur dengan menggunakan kesantunan positif; (3). bertutur dengan

Page 42: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

menggunakan kesantunan negatif; (4) bertutur dengan cara samar-samar atau tidak

transparan (off record); dan (5) bertutur “di dalam hati” dalam arti penutur tidak

mengujarkan maksud hatinya.

6. Kesantunan Negatif

Menurut Brown dan Levinson (1987: 65-68), konsep tentang muka

bersifat universal. Muka itu rawan terhadap ancaman yang timbul dari tindak

tutur tertentu. Tindakan yang mengancam muka penutur atau lawan tutur disebut

Face Threatening Acts (FTA). Tindakan pengancaman terhadap muka tersebut

dapat mengacam muka negatif maupun muka positif penutur maupun alawan

tutur. Tindakan yang berpotensi mengancam muka dikurangi dengan tindakan

penyelamatan muka (Face Saving Act, FSA). Atas dasar ini, tindakan

penyelamatan muka, dapat diartikan sebagai kesantunan. Kesantunan yang

dimaksudkan untuk menjaga muka positif disebut kesantunan positif (kesantunan

afirmatif) dan kesantunan yang dimaksud untuk menjaga muka negatif disebut

kesantunan negatif (kesantunan deferensial) (lihat. Asim Gunarwan, 2007).

Tindakan yang mengancam muka negatif dan strategi kesantunan negatif yang

berfungsi untuk mengurangi daya ancaman terhadap muka negatif, dapat

dijelaskan dibawah ini.

Page 43: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

a. Tindakan yang Mengancam Muka Negatif

Brown dan Levinson (1987: 65-66) mengelompokan tindakan yang

mengancam muka negatif penutur dalam tiga kelompok, yaitu:

1). Tindakan yang berupa paksaan kepada lawan tutur untuk melakukan suatu

tindakan, seperti yang terkandung dalam Ungkapan mengenai:

a. Order and Requests (Perintah dan Permintaan)

b. Suggestions and Advice, (Saran dan Nasihat)

c. Remindings (Peringatan)

d. threats, warnings, dares (ancaman., peringatan, tantangan).

2). Tindakan positif dari pembicara kepada pendengar, dan bersifat paksaan

terhadap pendengar untuk menerima atau menolaknya, dan mungkin dianggap

sebagai hutang, seperti ungkapan mengenai:

a. Offers, (Tawaran)

b. promises (janji)

3). Tindakan yang diinginkan oleh pembicara terhadap pendengar atau pendengar

yang baik, diberikan kepada pendengar untuk berpikir bahwa dia mungkin

memiliki tindakan pelindung terhadap keinginan dari pembicara seperti

ungkapan mengenai:

a. compliments, (pujian)

b. expressions of strong (negative) emotions toward H-e.g. hatred, anger,

(ungkapan perasaan negatif yang kuat seperti kebencian dan kemarahan

terhadap lawan tutur). Pembicara menunjukan kemungkinan motivasi

untuk melukai pendengar.

Page 44: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

b. Strategi kesantunan Negatif

Brown dan Levinson (1987: 130-210) mengajukan sejumlah strategi untuk

mengurangi ancaman terhadapan muka negatif lawan tutur yang dikelompokan

menjadi lima yaitu sebagai berikut:

1. Nyatakan secara Langsung

a) Strategy 1: Be conventionally indirect (“Menggunakan Ungkapkan secara

tidak langsung sesuai konvensional masyarakat yang bersangkutan”)

Contoh:

(1) Can you please pass the salt? (“Tolong ambilkan garamnya”) (Brown dan

Levinson 1987: 133)

2. Jangan berasumsi mengenai apa yang dikehendaki petutur

b) Strategy 2: Question, hedge (“Gunakan bentuk pertanyaan dengan partikel

tertentu”)

Contoh:

(2) Do me a favour (atau take this out), will you? (“Saya minta tolong, bisa

kan?”) (Brown dan Levinson 1987: 147).

3. Jangan memaksa penutur untuk melakukan suatu tindakan

c) Strategy 3: Be pessimistic (“Lakukan secara hati-hati dan jangan terlalu

optimistik”),

Contoh:

(3) Perhaps you’d care to help me ( for a lift) (“Mungkin Anda dapat membantu

saya”) (Brown dan Levinson 1987: 175).

d) Strategy 4: Minimise the imposition (“Kurangilah kekuatan atau daya

ancaman terhadap muka lawan tutur”)

Page 45: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Contoh:

(4) Could I have a taste of that cake? (“Bolehkah saya mencicipi kue itu sedikit

saja?”) (Brown dan Levinson 1987: 177).

e) Strategy 5: Give deference (“Beri penghormatan”)

Contoh:

(5) Excuse me sir, but would you mind if I close the windaow? (“Maaf pak,

apakah Bapak keberatan kalau saya menutup jendela?”) (Brown dan Levinson

1987: 183).

Atau pada dialog di bawah ini:

(6) A: Would you (care for or like) a sandwich? (“Mau sepotong sandwich?”)

B: Yes (thank you), Sir. (“Ya, pak”) (Brown dan Levinson, 1987: 182-

183).

4. Mengkomunikasikan bahwa penutur tidak menghendaki memaksa

petutur

f) Strategy 6: Apologize (“Gunakan permohonan maaf”)

Contoh:

(7) I am sorry to bother you but……(“Maaf mengganggu Anda, tetapi……”)

(Brown dan Levinson, 1987: 189).

g) Strategy 7: Impersonalize S and H (“Jangan menyebutkan penutur dan lawan

tutur”)

Contoh:

(8) Take that out! (“Keluarkan barang itu”) (Brown dan Levinson, 1987: 191).

Page 46: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

h) Strategy 8: State the FTA as a general rule (“Nyatakan tindakan mengancam

muka sebagai suatu ketentuan sosial yang umum berlaku”)

Contoh:

(9) We don’t sit on tables, we sit on chairs, johny. (“Johnny, kita tidak duduk di

meja, kita duduk di kursi”) (Brown dan Levinson, 1987: 207).

i) Strategy 9: Nominalize (“Nominalkan pernyataan”)

Contoh:

(10) Your good performance on the examinations impressed us favourably

(“Prestasi Anda dalam ujian sangat mengesankan kami”) (Brown dan Levinson,

1987: 207).

5. Memberikan kompensasi bagi keinginan lain petutur, yang berasal dari

muka negatif

j) Strategy 10: Go on record as incurring a debt, or as not indebting H

(“Nyatakan secara jelas bahwa penutur telah memberikan kebaikan (hutang)

atau tidak kepada lawan tutur”)

Contoh:

(11) I could easily do it for you. (“Saya dapat mengerjakan hal ini dengan mudah

untuk Anda.”) (Brown dan Levinson, 1987: 210).

7. Kesantunan Positif

Menurut Brown dan Levinson (1987: 65-68), konsep tentang muka

bersifat universal. Muka itu rawan terhadap ancaman yang timbul dari tindak

tutur tertentu. Tindakan yang mengancam muka penutur atau lawan tutur disebut

Face Threatening Acts (FTA). Selain Tindakan yang mengancam muka negatif

Page 47: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

yang telah dijelaskan sebelumnya, Brown dan Levinson (1987: 66-67) juga

mengemukakan tindakan-tindakan yang mengancam muka positif lawan tutur.

Tindakan yang berpotensi mengancam muka dikurangi dengan tindakan

penyelamatan muka (Face Saving Act, FSA) atau disebut sebagai kesantunan

positif. Kesantunan Positif mengacu pada citra diri setiap orang yang berkeinginan

agar apa yang dilakukannya, apa yang dimilikinya atau apa yang diakui orang lain

sebagai suatu hal yang baik, yang menyenangkan, yang patut dihargai, diterima

dan seterusnya. Brown dan Levinson (1987) menjabarkan 15 strategi kesantunan

positif yang digunakan oleh penutur. Tindakan yang mengancam muka positif dan

strategi kesantunan positif yang berfungsi untuk mengurangi daya ancaman

terhadap muka positif, dapat dijelaskan dibawah ini.

a. Tindakan yang Mengancam Muka Positif

Selain Tindakan yang mengancam muka negatif, Brown dan Levinson

(1987: 66-67) juga mengemukakan tindakan-tindakan yang mengancam muka

positif lawan tutur, meliputi:

1) Tindakan yang menunjukkan bahwa pembicara memiliki penilaian kurang

baik atas beberapa aspek terhadap muka positif pendengar, yaitu:

a. Ungkapan mengenai disapproval, criticism, contempt or ridicule,

complaints and reprimands, accusations, insults (“ketidaksetujuan,

kritik, tindakan merendahkan atau mempermalukan, keluhan, kemarahan,

dakwaan, penghinaan”).

b. Ungkapan mengenai contradictions or disagreements, challenges

(“pertentangan, ketidaksetujuan atau tantangan”).

Page 48: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

2) Tindakan yang menunjukkan bahwa pembicara tidak mempedulikan muka

positif pendengar, seperti:

a. Ungkapan mengenai violet (out-of-control) emotions (S gives H possible

reason to fear him or be embarrassed by him) (“emosi yang tindak

terkontrol yang membuat lawan tutur merasa dibuat takut atau

dipermalukan”).

b. Ungkapan irreverence, mention of taboo topics, including those that are

inappropriate in the context (S indicates that he doesn’t value H’s value

and doesn’t fear H’s fears) (“ungkapan yang tidak sopan, penyebutan hal-

hal yang bersifat tabu dalam suatu situasi, yaitu penutur menunjukkan

bahwa penutur tidak menghargai nilai-nilai lawan tutur dan juga tidak mau

mengindahkan hal-hal yang ditakuti oleh lawan tutur”).

c. Ungkapan mengenai bad news about H, or good news (boasting) about S

(S indicates that he is willing to cause distress to H, and/or doesn’t care

about H’s feeling) (“ungkapan kabar buruk mengenai lawan tutur, atau

menyombongkan berita baik, yaitu yang menunjukkan bahwa penutur

tidak segan-segan menunjukkan hal-hal yang kurang menyenangkan pada

lawan tutur, tidak begitu mempedulikan perasaan lawan tutur”).

d. Ungkapan mengenai dangerously emotional or divisive topics, e.g.

politics, race, religion, women’s liberation (S raises the possibility or

likelihood of face threatening acts (such as above) occurring;i.e.,S creates

a dangerous-to-face atmosphere) (“ungkapan tentang hal-hal yang

membahayakan serta topik yang bersifat memecah belah pendapat, seperti

masalah politik, ras, agama, pembebasan wanita. Dalam hal ini penutur

Page 49: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

menciptakan suatu suasana yang berpotensi mengancam muka lawan tutur

yaitu penutur membuat suatu atmosfir yang berbahaya terhadap muka

lawan tutur”).

e. Ungkapan mengenai non-cooperation in an activity-e.g. disruptively

interruping H’s talk, making non-sequiturs or showing non-attention (S

indicates that he doesn’t care about H’s negative or positive wants)

(“ungkapan yang tidak kooperatif terhadap lawan tutur, yaitu penutur

menyela pembicaraan lawan tutur, menyatakan hal-hal yang tidak

menunjukkan kepedulian (penutur menunjukkan ketidakpedulian terhadap

keinginan muka negatif maupun muka positif lawan tuturnya)”).

f. Ungkapan mengenai address terms and other status marked identification

in initial encounters (S may misidentify H in an offensive or embarrassing

way, intentionally or accidentally) (“ungkapan mengenai sebutan ataupun

hal-hal yang menunjukkan status lawan tutur pada perjumpaan pertama.

Dalam situasi ini mungkin penutur membuat identifikasi yang keliru

mengenai lawan tuturnya yang melukai perasaannya atau

mempermalukannya baik secara sengaja ataupun tidak”).

b. Strategi Kesantunan Positif

Setiap orang pastilah ingin menghindari tindakan yang mengancam muka

lawan tutur dalam suatu komunikasi, dan akan menggunakan strategi tertentu

untuk mengurangi perasaan yang kurang senang dari lawan tuturnya. Brown dan

Levinson (1987: 103-129) menawarkan beberapa strategi untuk menyelamatkan

lawan tutur atau untuk mengurangi ancaman terhadap muka positif lawan tutur

dan juga memberikan beberapa contoh tuturanya, yaitu:

Page 50: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

a) Strategy 1: Notice; attend to H (his interests, wants, deeds, goods)

(“Memperhatikan minat, keinginan, kelakuan, barang-barang lawan tutur”).

Penggunaan strategi ini misalnya penutur memperhatikan kondisi lawan

tutur yang meliputi segala perubahan secara fisik, kepemilikan barang-barang

tertentu dan lain-lain. Contoh:

(12) Goodness you cut your hair! (…) By the way, I came to borrow some flour.

(“Wah, baru saja potong rambut ya… Omong-omong saya datang untuk

meminjam sedikit tepung terigu”) (Brown dan Levinson, 1987: 103).

b) Strategy 2: exaggerate (interest, approval, sympathy with H) (“Melebih-

lebihkan rasa ketertarikan, persetujuan, simpati terhadap lawan tutur”).

contoh:

(13) What a fantastic garden you have! (“Kebun anda betul-betul luar biasa

bagusnya”) (Brown dan Levinson, 1987: 104).

c) Strategy 3: Intensify interest to H (”Meningkatkan rasa tertatik terhadap

lawan tutur”)

Misalnya pada suatu interaksi, penutur suka menyelipkan sisipan

ungkapan dan juga pertanyaan-pertanyaan yang tujuannya hanya untuk membuat

lawan tutur lebih terlihat pada interaksi tersebut, misalnya

(14) You know (”Anda tahu kan”),

d) Strategy 4: use in group identity markers (“Menggunakan penanda yang

menunjukkan kesamaan jati diri atau kelompok,”)

Contoh:

(15) “Help me with this bag, will you (son, love, mate, friend)? (“Bantu saya

membawa tas ini ya nak?”) (Brown dan Levinson, 1987: 108).

Page 51: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

e) Strategy 5: Seek agreement (”Mencari dan mengusahakan persetujuan dengan

lawan tutur”)

Contoh:

(16) A: “I had a flat tyre on the way home”

(“Dalam perjalanan pulang ban saya kempes”)

B: Oh God, a flat tyre!

(”Masya Allah, bannya kempes!”) (Brown dan Levinson, 1987: 113).

f) Strategy 6: Avoid disagreement (”Menghindari pertentangan dengan lawan

tutur”)

Contoh:

(17) A: What is she, small?

(“Bagaimanakah dia, badannya kecil?”)

B: Yes, yes she’s small, smallish, um, not really small but certainly not

very big.

(“Ya, memang kecil, tapi sebenarnya tidak terlalu kecil dan tidak juga

terlalu besar”) (Brown dan Levinson, 1987: 114).

g) Strategy 7: Presuppose/raise/assert common ground (“Mempresuposisikan

atau menimbulkan persepsi sejumlah persamaan penutur dan lawan tutur”)

Contoh:

(18) A: Oh, this cut hurts awfully, Mum

(“Oh luka ini sakit sekali, ma”)

B: Yes dear, it hurts terribly, I know.

(“Ya sayang, memang sakit sekali, saya tahu”) (Brown dan Levinson,

1987: 119).

Page 52: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

h) Strategy 8: Joke (“membuat lelucon”),

Contoh:

(19) Ok if tackle those cookies now? (“Tidak masalah kan, kalau kue itu saya

habisi saja?”) (Brown dan Levinson, 1987: 124).

i) Strategy 9: Assert or presuppose S’s knowledge of and concern for H’s wants

(“Mempresuposisikan atau membuat persepsi bahwa penutur memahami

keinginan lawan tuturnya”)

Contoh:

(20) I know you can’t bear parties, but this one will really be good - do come!

(“Ya, saya tahu kamu tidak suka pesta, tetapi pesta ini betul-betul baik.

Datanglah!”) (Brown dan Levinson, 1987: 125).

j) Strategy 10: Offer, promise (“Membuat penawaran dan janji”)

Contoh:

(21) I’ll drop sometime next week. (“Saya akan singgah kapan-kapan minggu

depan”) (Brown dan Levinson, 1987: 125).

k) Strategy 11: Be optimistic (“Menunjukkan rasa optimisme”)

Contoh:

(22) You will lend me your lawnmower for the weekend. ( I hope) (“Anda pasti

dapat meminjamkan mesin pemotong rumput akhir pekan ini, saya yakin”)

(Brown dan Levinson, 1987: 126).

l) Strategy 12: Include both S and H in the activity (“Berusaha melibatkan

lawan tutur dan penutur dalam suatu kegiatan tertentu. Bisa kan?”)

Contoh:

(23) Give us a break (“Kami perlu istirahat”) (Brown dan Levinson, 1987: 127).

Page 53: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

m) Strategy 13: Give (or ask for) reasons (“Memberikan dan meminta alasan”),

Contoh:

(24) Why don’t I help you with that suitcase? (“Bagaimana kalau saya bantu

membawa koper Anda?”) (Brown dan Levinson, 1987: 128).

n) Strategy 14: Assume or assert reciprocity (“Menawarkan suatu tindakan

timbal balik, yaitu kalau lawan tutur melakukan X maka penutur akan

melakukan Y”)

Contoh:

(25) I’ll lend you my novel if you lend me your article (“Saya akan meminjamkan

buku novel saya kalau Anda meminjami saya artikel Anda”) (Brown dan

Levinson, 1987: 129).

o) Strategy 15: Give sympathy to H (“Memberikan rasa simpati kepada lawan

tutur”)

Contoh:

(26) Please let me know if there is anything I can do for you (“Kalau ada yang

dapat saya lakukan untuk Anda, mohon saya diberitahu”) (Brown dan Levinson,

1987: 129).

Page 54: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

C. KERANGKA PIKIR

Kerangka pikir adalah sebuah cara kerja yang dilakukan oleh penulis

untuk menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Kerangka berpikir yang

terkait dalam penulisan ini secara garis besar dilukiskan pada bagan di bawah ini.

Sumber data dalam penulisan ini adalah percakapan atau dialog dalam

RSMT. Tuturan-tuturan yang terdapat dalam RSMT terdiri atas beberapa jenis

tuturan. Dalam hal ini penelitian lebih difokuskan pada tuturan yang mengandung

tindak tutur direktif dan menerapkan strategi kesantunan negatif. Pertama,

penulisan ini mendasarkan analisisnya pada teori tindak tutur Searle. Tuturan-

RSMT

Tindak Tutur A dengan B1, B2, atau B3

Teori Tindak Tutur Searle

Strategi kesantunan negatif yang dilakukan oleh A

Konteks Situasi

Tindak tutur direktif yang dilakukan oleh A

Kesantunan Brown dan Levinson

Percakapan antara A dengan B1, B2, atau B3

Skala kesantunan

Page 55: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

tuturan yang terdapat dalam RSMT dianalisis dengan mendasarkan, dan

mengkaitkannya dengan konteks-konteks yang ada, kemudian penelitian

difokuskan pada tuturan dari A yang mengandung tindak tutur direktif. Kedua,

penulis mendasarkan analisisnya pada teori strategi kesantunan Brown dan

Levinson serta mengkaitkannya dengan skala kesantunan dari Brown dan

Levinson untuk mengetahui strategi kesantunan negatif yang dipilih oleh A untuk

menyelamatkan muka negatif B1, B2, ataupun B3 dalam RSMT.

Page 56: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Suatu jenis penelitian disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat

dalam suatu penelitian. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif

yang bersifat deskriptif. Menurut Edi Subroto (2007:8), penelitian kualitatif

bersifat deskriptif dan lebih mengutamakan proses daripada hasil. Edi Subroto

(2007:5) juga menegaskan bahwa metode kualitatif yaitu metode penelitian yang

tidak didesain atau dirancang menggunakan prosedur-prosedur statistik. Penelitian

ini mencatat secara teliti semua fenomena kebahasaan yang senyatanya ada,

meneliti, dan memerikan sistem bahasa berdasarkan data yang sebenarnya (Edi

Subroto, 2007:8). Sudaryanto menerangkan bahwa istilah deskriptif berarti bahwa

penulisan yang dilakukan semata-mata hanya didasarkan pada fakta atau

fenomena yang ada, sehingga hasilnya adalah varian bahasa yang mempunyai

sifat pemaparan apa adanya (Sudaryanto, 1992:62). Dengan demikian, hasil

analisisnya akan berbentuk deskripsi fenomena tuturan-tuturan yang mengandung

tindak tutur direktif dan strategi kesantunan negatif yang terdapat dalam RSMT.

Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan

pragmatik yaitu pendekatan yang mendasarkan diri pada reaksi atau tanggapan

menurut mitra bicara (Edi Subroto, 2007:65). Penulis menggunakan pendekatan

pragmatik untuk menjawab permasalahan yang dikaji dalam penulisan ini dan

juga untuk menginterpretasikan maksud tuturan yang diujarkan sehingga jelas

maksudnya.

Page 57: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

B. Data dan Sumber Data

Edi Subroto (2007:38) berpendapat bahwa data adalah semua informasi

atau bahan yang disediakan oleh alam, yang harus dicari atau dikumpulkan dan

dipilih oleh penulis. Sudaryanto (1993:9) berpendapat lain, menurutnya data

merupakan bahan jadi penulisan. Sebagai bahan jadi, data dapat diterjemahkan

sebagai objek penulisan beserta dengan konteksnya (Sudaryanto, 1988:10). Objek

penulisan dalam penulisan ini adalah tuturan-tuturan yang terdapat dalam RSMT

yang ditayangkan di RCTI pada bulan Maret dan April 2010 yang mencerminkan

tindak tutur direktif dan strategi kesantunan negatif. Jadi, data dalam penulisan

ini adalah tuturan-tuturan beserta konteksnya yang terdapat dalam RSMT yang

ditayangkan di RCTI pada bulan Maret dan April 2010, yang mencerminkan

tindak tutur direktif dan strategi kesantunan negatif

Sumber data merupakan asal muasal diperolehnya data penulisan. Dari

sumber data tersebut penulis memperoleh data yang dimaksud dan yang

diinginkan. Sumber data penulisan ini yaitu percakapan yang terdapat pada

tayangan reality show Minta Tolong yang ditayangkan di RCTI pada bulan Maret

dan April 2010. Rincian sumber data dalam penulisan ini sebagai berikut:

1. Percakapan dalam RSMT pada tanggal 10 Maret 2010, Tema : Menjual

Gorengan untuk Dibelikan sepatu.

2. Percakapan dalam RSMT pada tanggal 23 Maret 2010, Tema : Menukar Tikar

Sobek dengan yang Baru.

3. Percakapan dalam RSMT pada tanggal 29 Maret 2010, Tema : Menjual Botol

Bekas untuk Membeli Obat.

Page 58: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

4. Percakapan dalam RSMT pada tanggal 5 April 2010, Tema : Menjual Tongkat

untuk Dibelikan Obat.

5. Percakapan dalam RSMT pada tanggal 07 April 2010, Tema : Menjual

Kreneng untuk Dibelikan Obat.

6. Percakapan dalam RSMT pada tanggal 14 April 2010, Tema : Menjual Gelas

untuk Membeli Buku

C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penulisan ini

adalah metode simak, yaitu metode berupa penyimakan yang dilakukan dengan

menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1988: 2). Dalam

metode simak terdapat teknik dasar dan teknik lanjutan. Adapun teknik dasar dari

metode simak dalam penulisan ini adalah teknik sadap yang kemudian diikuti

dengan teknik lanjutan yang berupa teknik simak bebas libat cakap (SBLC),

teknik rekam, dan teknik catat.

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan untuk

memperoleh data-data yang berkualitas dalam penulisan. Dalam penulisan ini,

teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan teknik simak bebas libat

cakap, teknik rekam, dan catat.

Dalam Teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC) penulis tidak dilibatkan

langsung untuk ikut menentukan pembentukan dan pemunculan calon data kecuali

hanya sebagai pemerhati saja, pemerhati terhadap calon data yang terbentuk dan

muncul dari peristiwa kebahasaan yang berada di luar dirinya (Sudaryato 1993:

Page 59: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

135). Penulis memilih teknik SBLC untuk mengumpulkan data, karena data yang

digunakan dalam penulisan ini berupa penggunaan bahasa dalam bentuk lisan

yang bersumber dari RSMT. Penulis tidak terlibat langsung dalam menentukan

suatu peristiwa yang terjadi dalam RSMT. Keterlibatan penulis dalam penulisan

ini hanya sebagai pemerhati dan pendengar percakapan atau dialog antara peminta

tolong dan orang yang dimintai tolong dalam RSMT.

Teknik lanjutan setelah teknik SBLC adalah teknik rekam dan teknik catat.

Teknik rekam adalah teknik penjaringan data dengan merekam penggunaan

bahasa (Tri Mastoyo Jati Kesuma, 2007: 45). Setelah dilakukan ditentukan objek

yang diamati dan penyimakan, peneliti kemudian melakukan perekaman terhadap

tuturan dalam RSMT. Kegiatan perekaman ini menggunakan alat perekam

hadycam. Perekaman data menggunakan handycam ini bertujuan mempermudah

penulis dalam menstranskripsikan hasil dialog dan memahami situasi tutur yang

berhubungan dengan dialog atau percakapan yang terjadi antara penutur dan

lawan tutur.

Setelah data dikumpulkan melalui teknik rekam, data ditranskipsikan

dengan menggunakan teknik catat. Teknik catat adalah teknik menjaring data

dengan mencatat hasil penyimakan data pada kartu data (Tri Mastoyo Jati

Kesuma, 2007:45). Pencatatan dilakukan terhadap data yang relevan dengan

sasaran dan tujuan penulisan. Pencatatan ini dilakukan pada kartu data berukuran

tertentu, yang dilanjutkan dengnan klasifikasi. Data yang dikumpulkan

selanjutnya diberi kode yang terdiri atas nama acara yang disingkat, nomor urut

data, dan waktu penayangan (tanggal, bulan dan tahun).

Page 60: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

D. Klasifikasi Data

Tahapan selanjutnya setelah proses pengumpulan data yaitu proses

pengklasifikasian data. Pengklasifikasian data berarti masalah pengaturan data

menurut asas-asas tertentu. Pemberian arah atau tuntunan yang sekaligus

memberikan isyarat-isyarat tahapan apa yang akan dikerjakan dan bagaimana

tahapan berikutnya dikerjakan (Edi Subroto, 2007:51).

Klasifikasi data berarti penyusunan bersistem dalam kelompok atau

golongan menuntut kaidah atau standar yang ditetapkan (KBBI, 2005:507).

Klasifikasi data dilakukan setelah semua data yang diperoleh telah dikumpulkan.

Pengurutan data bermanfaat untuk mencocokkan data dengan analisisnya, yaitu

memberikan isyarat tambahan apa yang akan dikerjakan berikutnya dan

bagaimana tahapan ini dilakukan dengan mengurutkan sesuai dengan tujuan

penulisan yang ingin dicapai disesuaikan tanggal, bulan, tahun, no urut contoh.

Berikut contoh kartu data:

(1) Konteks Tuturan:

Latar : di depan sebuah gedung yang diperbaiki

Peserta : A, yaitu seorang ibu yang menjual gorengan berusia sekitar 40 tahun, B1

yaitu seorang tukang bangunan berusia sekitar 30 tahun, dan pihak ketiga

yang berada ditempat kejadian peristiwa (B2), yaitu teman kerja dari B1

berusia sekitar 25 tahun.

Tujuan : A berusaha membujuk dan menyuruh B1 supaya mau membeli semua

gorengan yang dijual oleh A.

Bentuk Tuturan:

A : “Mbok ya dibeli to pak, biar saya cepat pulang, anak saya tu mau minta

sepatu pak, dibeli ya pak! Mau pak? diborong pak kalau mau, mau ya pak

ya, biar saya cepat pulang pak, ya pak,

B1 : “Uang siapa?”

A : “Masak nggak punya uang to pak, lho macem-macam lho pak, mau saya

belikan sepatu anak saya e mas, tadi tu nangis.”

(RSMT,04,10/03/10)

Page 61: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Keterangan:

RSMT : Reality Show Minta Tolong

04 : No data

10/03/10 : Tanggal, bulan tayang dan tahun tayang.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan tahap setelah data terkumpul. Dalam

menganalisis data penulis menggunakan analisis pragmatik yaitu analisis bahasa

berdasarkan pada sudut pandang pragmatik (Rustono 1999:18). Analisis ini

berupaya untuk menemukan maksud penutur baik diekspresikan secara tersurat

maupun tersirat yang diungkapkan secara tersirat di balik tuturan.

Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode padan pragmatik untuk

analisis data. Metode padan yaitu metode yang dipakai untuk mengkaji atau

menemukan identitas satuan lingual tertentu dengan memakai alat penentu di luar

bahasa, seperti referen bahasa, organ wicara, perekam, pengawet bahasa dan mitra

wicara (Sudaryanto, 1993:13). Kunjana Rahardi (2005:16) berpendapat berbeda,

menurutnya metode padan pragmatik diterapkan dengan menggunakan

pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual yaitu cara analisis yang

diterapkan dengan mendasarkan, memperhitungkan dan mengaitkan identitas

konteks-konteks yang ada.

Teknik merupakan penjabaran metode yang ditentukan oleh alat yang

dipakai untuk analisis data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan

ini adalah teknik analisis means-end. Pragmatik sebagai pemecahan masalah dapat

dilihat dari sudut pandang penutur dan petutur. Permasalahan yang dikaji dalam

Page 62: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

penulisan ini adalah realisasi tindak tutur direktif dan realisasi strategi kesantunan

negatif yang digunakan oleh peminta tolong dalam RSMT. Pemecahan masalah

dalam penulisan ini dapat dilihat dari sudut pandang penutur karena masalah yang

ada di sini adalah masalah interpretasi tuturan, berdasarkan keadaan awal dan

akhir.

Contoh analisis, penutur berasumsi bahwa lawan tuturnya mengerti

pesannya dan bahwa pemahaman lawan tutur ini membuat lawan tutur melakukan

suatu tindakan yang dibutuhkan. (lihat gambar di bawah ini) (Leech, 1993:56-57).

keterangan gambar:

1 = keadaan awal (penutur merasa dingin).

2 = keadaan tengahan (lawan tutur mengerti bahwa penutur ingin alat pemanas

dinyalakan)

3 = keadaan akhir (penutur merasa hangat)

G = tujuan untuk mencapai keadaan 3 (menjadi hangat)

a = tindakan penutur mengatakan kepada lawan tutur agar alat pemanas

dinyalakan

b = tindakan lawan tutur menyalakan alat pemanas

Kotak yang berbentuk dipakai untuk menggambarkan suatu keadaan

tengahan; keadaan tengahan ini mencakup (i) pencapaian suatu tujuan sekunder,

dan (ii) kondisi untuk mencapai tujuan akhir. Keadaan tengahan merupakan

keadaan akhir bagi suatu tujuan dekat, dan merupakan keadaan awal bagi suatu

1 3

2

Page 63: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

tujuan yang lebih lanjut. Tindakan pada gambar di atas dapat dikatakan

merepresentasi pencapaian tujuan yang tidak langsung. Semua penggunaan bahasa

dapat dianggap tidak langsung apabila pemakaian bahasa sebagai cara untuk

mencapai suatu tujuan tersirat bahwa pengguna bahasa akan melakukan

serangkaian tindakan seperti pada gambar di atas, hanya seringkali rangkaian

bahasa itu lebih panjang dan rumit. Dengan demikian penerapan tindak tutur

direktif dan strategi kesantunan negatif dalam RSMT akan penulis analisis dengan

menggunakan teknik means-end dan interpretasi pragmatik.

F. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Teknik penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan

penyajian data secara informal dan formal. Penyajian hasil analisis data secara

informal adalah perumusan hasil analisis data dengan kata-kata biasa, sedangkan

penyajian hasil analisis data secara formal adalah perumusan hasil analisis data

dengan menggunakan tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto, 1993:145). Tanda

yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya: tanda garis miring tunggal (/),

tanda garis miring mengapit (/....../), tanda kurung biasa ((......)), tanda kutip

(’......’), (“......”), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda titik dua (:), tanda titik (.),

tanda koma (,), tanda hubung (-). Adapun lambang yang dimaksud di antaranya

lambang huruf sebagai singkatan. Penggunaan kata-kata biasa serta penggunaan

tanda dan lambang dalam penyajian hasil analisis data pada penelitian ini

digunakan agar hasil analisis ini lebih mudah dipahami untuk kemudian ditarik

simpulan.

Page 64: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

BAB IV

ANALISIS DATA

Analisis data merupakan tahap yang paling penting dalam sebuah

penulisan. Analisis dalam RSMT ini meliputi 2 hal, yaitu (a) realisasi tindak tutur

direktif yang digunakan oleh A untuk mengutarakan maksudnya dalam RSMT di

RCTI dan (b) realisasi strategi kesantunan negatif yang digunakan oleh A untuk

mengurangi potensi ancaman terhadap muka negatif B1 dalam RSMT di RCTI.

Analisis mengenai tindak tutur direktif dan strategi kesantunan negatif

yang digunakan oleh A dalam RSMT ini didasarkan atas berberapa pertimbangan:

(1) Komponen tutur saat berlangsungnya peristiwa tutur. Dell Hymes (dalam

Pranowo, 2009: 101) mengemukakan beberapa komponen tutur yang perlu

diperhatikan seseorang dalam berkomunikasi, yaitu: tempat dan waktu terjadinya

komunikasi, peserta tuturan, tujuan berkomunikasi, pesan yang ingin

disampaikan, cara penyampaian, norma sosial kemasyarakatan, dan ragam bahasa

yang digunakan, (2) Derajat keterancaman, yaitu menjelaskan bahwa seorang

penutur memperhitungkan suatu derajat keterancaman sebuah tindak tutur dengan

mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah tuturan. Faktor-

faktor tersebut menurut Brown dan Levinson (dalam Asim Gunarwan, 1994: 90)

yaitu: (a) jarak sosial di antara penutur dan lawan tutur, (b) besarnya perbedaan

kekuasaan atau dominasi di antara keduanya dan, (c) status relatif jenis tindak

ujaran di dalam kebudayaan yang bersangkutan. Menurut Brown dan Levinson,

atas dasar perkiraan itulah penutur memilih strategi kesantunan.

Page 65: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

A. Analisis Tindak Tutur Direktif digunakan oleh Peminta

Tolong (A) dalam RSMT

Dalam RSMT sebagian besar tindakan yang digunakan oleh A untuk

mengutarakan maksud berupa tindak tutur direktif. Menurut Leech (1993:327-

329) Tindak tutur direktif merupakan bentuk tindak tutur yang dimaksudkan oleh

penutur untuk membuat pengaruh agar mitra tutur melakukan sesuatu tindakan.

Berdasarkan analisis data dalam RSMT ditemukan 7 jenis tindak tutur direktif

yang digunakan oleh A dalam mengutarakan maksudnya. Tindak tutur direktif

tersebut meliputi tindak tutur meminta, menasihati, menyarankan, melarang,

memperingatkan, mengingatkan dan membujuk. Berikut uraian semua tindak tutur

direktif tersebut.

1. Meminta

Tuturan meminta juga merupakan jenis tuturan yang termasuk dalam tindak

tutur direktif. Meminta adalah berkata-kata supaya diberi atau mendapat sesuatu

(KBBI, 2005:745). Tindak tutur meminta merupakan tindak tutur yang dilakukan

oleh penutur dengan berkata-kata supaya diberi atau mendapat sesuatu dari mitra

tutur. Untuk memperjelas pernyataan di atas lihat tuturan berikut:

Dialog di bawah ini diambil dari tayangan RSMT yang bertema “Menjual

Semua Gorengan untuk dibelikan sepatu”. A sebagai seorang ibu penjual

gorengan, B1 yaitu seorang ibu berusia sekitar 45 tahun, yang sedang tidur di

dekat gerobak jualannya. A yang sedang berjalan sambil menawaran gorengan

yang dijualnya, kemudian menghampiri B1 dan kemudian berusaha membujuk B1

supaya mau membeli semua gorengan yang dijualnya.

Page 66: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

(1) Konteks tuturan:

Latar : di sebuah taman

Peserta : A, seorang ibu penjual gorengan (sekitar 40 tahun) dan B1,

seorang ibu (sekitar 45 tahun) yang sedang tidur di dekat gerobak

jualannya.

Tujuan : A meminta bantuan kepada B1

Bentuk tuturan

B1 : (bangun dari tidurnya, diam saja sambil melihat kanan dan kiri)

A : ”Saya minta bantuannya, empat puluh ribu, untuk membelikan

sepatu anak saya bu, kalau ibu tidak mau, ya sudah terima kasih bu,

maaf ngganggu tidurnya bu (lalu pergi meninggalkan ibu yang

dimintai tolong tadi).”

(RSMT,47,10/03/2010)

Tuturan A pada data (1) di atas mengandung tindak tutur direktif meminta.

Tuturan A yang menunjukkan tindak tutur direktif meminta yaitu tuturan ”saya

minta bantuannya”. Tujuan A mengucapkan tuturan tersebut yaitu A

berkeinginan untuk mendapatkan bantuan dari lawan tuturnya. Tuturan A yang

menunjukkan tindak tutur direktif meminta tersebut dapat diartikan A

mengutarakan keinginannya dengan berkata-kata kepada B1 supaya B1

memberikan bantuan kepadanya. Penanda lingual “minta” pada tuturan tersebut

menunjukkan bahwa tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif dalam

bentuk tuturan meminta.

Konteks situasi pada dialog (1) menggambarkan keadaan pada saat

berlangsungnya peristiwa tutur yang terjadi antara A dan B1. Dari konteks situasi

tersebut, terlihat bahwa A sebagai penjual gorengan menggunakan tindak tutur

direktif meminta untuk mendapatkan bantuan dari B1, yaitu kesediaan B1 untuk

membeli semua gorengan yang dijualnya. Tindak tutur direktif meminta yang

dituturkan oleh A dilatarbelakangi oleh keinginan A untuk mendapatkan bantuan

dari B1, yaitu kesediaan B1 untuk membeli semua gorengan yang dijualnya,

karena uang hasil jualannya akan digunakannya untuk membeli sepatu anaknya.

Page 67: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Oleh sebab itulah A menuturkan tuturan yang berupa tindak tutur direktif meminta

pada data (1) yang bertujuan untuk mendapatkan bantuan dari B1 yaitu kesediaan

B1 untuk membantunya dengan cara membeli semua gorengan yang dijualnya.

Bentuk tuturan yang termasuk dalam tindak tutur direktif meminta dapat

pula ditunjukkan pada data (2) berikut.

(2) Konteks tuturan

Latar : ketika hujan turun di sebuah warung makan,

Peserta : A, seorang nenek (sekitar 55 tahun) yang ingin menukar tikarnya

yang sobek-sobek dengan tikar yang lebih baik dan B1, seorang

laki-laki (sekitar 35 tahun) yang sedang bermain catur

Tujuan : A meminta B1 supaya B1 mau menolongnya menukar tikarnya

yang sobek-sobek dangan tikar baru

Bentuk tuturan

A : ”Kalau punya tikar, ini tolong ditukar pak. Buat tidur gatal,

sudah sobek-sobek. Ndak bisa pak?”

B1 : ”Tidak punya.”

A : ”Bapak mengusahakan, bisa kan? ini untuk tidur saya sudah gatal,

saya minta yang baru.”

(RSMT,55,23/03/2010)

Dialog (2) diambil dari tayangan RSMT yang bertema “Menukar tikar

yang sobek-sobek dengan tikar yang baik”. A menghampiri B1 dan B2 yang

sedang bermain catur, dan membujuknya supaya bersedia menukar tikarnya

dengan tikar yang baik.

Tuturan A pada data (2) di atas mengandung tindak tutur direktif meminta

. Tuturan A yang menunjukkan tindak tutur direktif meminta yaitu tuturan ”ini

tolong ditukar pak”. Tujuan A mengucapkan tuturan tersebut yaitu A

berkeinginan untuk mendapatkan bantuan dari lawan tuturnya. Tuturan A yang

menunjukkan tindak tutur direktif meminta tersebut dapat diartikan A

mengutarakan keinginannya dengan berkata-kata kepada B1 supaya B1

memberikan bantuan kepadanya. Penanda lingual “tolong” pada tuturan tersebut

Page 68: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

menunjukkan bahwa tuturan tersebut merupakan tindak tutur direktif dalam

bentuk tuturan meminta.

Konteks situasi pada dialog (2) menggambarkan keadaan pada saat

berlangsungnya peristiwa tutur yang terjadi antara A dan B1. Dari konteks situasi

tersebut, terlihat bahwa A seorang nenek tua menggunakan tindak tutur direktif

meminta untuk mendapatkan bantuan dari B1, yaitu kesediaan B1 untuk menukar

tikarnya dengan tikar yang lebih baik. Tindak tutur direktif meminta yang

dituturkan oleh A dilatarbelakangi oleh keinginan A untuk mendapatkan bantuan

dari B1, yaitu kesediaan B1 untuk menukar tikarnya dengan tikar yang lebih baik,

karena tikarnya sudah sobek-sobek. Oleh sebab itulah A menuturkan tuturan

mengandung tindak tutur direktif meminta pada data (2) supaya mendapatkan

bantuan dari B1 yaitu kesediaan B1 untuk menukar tikarnya dengan tikar yang

lebih baik. Dari keseluruhan data dalam penulisan ini penulis menemukan sebelas

data yang menunjukkan tindak tutur direktif meminta, sebelas data tersebut

ditunjukkan pada lampiran data.

2. Menasihati

Nasihat adalah ajaran atau pelajaran baik; anjuran (petunjuk, peringatan,

teguran) yang baik. Menasihati adalah memberi nasihat kepada seseorang (KBBI,

2005:775). Tindak tutur menasihati adalah tindak tutur yang dilakukan oleh

penutur dalam mengujarkan suatu tuturan dengan memberikan anjuran atau

pelajaran baik kepada lawan tutur. Contoh berikut dapat memperjelas pernyataan

di atas.

Page 69: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

(3) Konteks tuturan

Latar : di pinggir jalan, di dekat lubangan, yang berisi air PAM yang

bocor

Peserta : A, sebagai ibu penjual gorengan (sekitar 40 tahun) dan B1,

seorang ibu yang sedang mengambil air PAM yang bocor di

pingggir jalan (sekitar 40 tahun)

Tujuan : A menasihati B1 supaya tidak mengambil air di sungai

Bentuk tuturan

A : ”Saya kira ibu ngambil air di sungai, Kotor to bu, kalau di

sungai.” B1 : ”Air PAM bocor, terus saya ambil.”

A : ”Ooo..., iya, mau beli makanan ini buk.”

(RSMT,04,10/03/2010)

Pada dialog (3), terlihat A menghampiri B1 yang sedang mengambil air

PAM yang bocor di pinggir jalan, kemudian A mencoba menasahati B1 supaya

tidak mengambil air di sungai karena kotor.

Tuturan A pada data (3) di atas mengandung tindak tutur direktif

menasihati . Tuturan A yang menunjukkan tindak tutur direktif menasihati yaitu

tuturan ” Kotor to bu, kalau di sungai”. Tujuan A mengucapkan tuturan tersebut

yaitu A berkeinginan untuk memberikan suatu anjuran atau pelajaran baik kepada

lawan tuturnya. Maksud Tuturan yang menunjukkan tindak tutur direktif

menasihati yang diucapkan oleh A tersebut adalah A memberikan nasihat kepada

B1 untuk tidak mengambil air di sungai karena kotor, ketika melihat B1

mengambil air di sebuah lubang di pinggir jalan.

Konteks situasi pada dialog (3) menggambarkan keadaan pada saat

berlangsungnya peristiwa tutur yang terjadi antara A dan B1. Dari konteks situasi

tersebut, terlihat bahwa A menghampiri B1 sebagai calon pembeli yang sedang

mengambil air PAM yang bocor di pinggir jalan. Tujuan sebenarnya A

menghampiri B1 yaitu untuk membujuk B1 supaya mau membeli gorengan yang

dijualnya. Namun ketika A melihat B1 sedang mengambil air di sebuah lubang di

Page 70: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

pinggir jalan, A mengutarakan tuturan yang mengandung tindak tutur direktif

menasihati tuturan yang bermaksud menasihati B1 supaya B1 tidak mengambil air

di sungai karena kotor. Oleh sebab itulah A menuturkan tuturan yang berupa

tindak tutur direktif menasihati pada data (3) yang bertujuan untuk memberikan

anjuran atau pelajaran baik kepada B1.

Bentuk tuturan yang termasuk dalam tindak tutur direktif menasihati dapat

pula ditunjukkan pada data (4) berikut.

(4) Konteks tuturan:

Latar : di pinggir jalan

Peserta : A, sebagai ibu penjual gorengan (sekitar 40 tahun) dan B1, bapak

tukang becak yang tidur di dalam becaknya (sekitar 40 tahun)

Tujuan : A menasihati B1 supaya rajin bekerja agar rejekinya banyak.

Bentuk tuturan

A : ”Makan siang pak, sudah makan belum pak?”

B1 : ”Sudah (bangun dari tidurnya)”

A : ”Kok tidur terus pak, mencari rejeki pak kalau tidur terus,

rejekinya seret pak.”

B1 : ”Kok bisa?”

A : ”Bapak tidak kerja, jadi bapak tidak dapat uang, mau beli

makanan ini pak?”

B1 : ”Belum dapat uang.”

(RSMT,39,10/03/2010)

Pada dialog (4), terlihat A menghampiri B1 yang sedang tidur di dalam

becaknya, kemudian A mencoba menawarkan gorengan yang dijualnya kepada

B1. Ketika A melihat B1 tidur di dalam becaknya A mencoba memberikan nasihat

kepada B1.

Tuturan A pada data (4) di atas mengandung tindak tutur direktif

menasihati . Tuturan A yang menunjukkan tindak tutur direktif menasihati yaitu

tuturan ”Mencari rejeki kalau tidur terus, rejekinya seret pak”. Tujuan A

mengucapkan tuturan tersebut yaitu A berkeinginan untuk memberikan suatu

nasihat berupa pelajaran baik kepada lawan tuturnya. Maksud Tuturan yang

Page 71: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

menunjukkan tindak tutur direktif menasihati yang diucapkan oleh A tersebut

adalah A memberikan nasihat kepada B1 untuk meninggalkan kebiasaan buruk

pada diri B1 dan kemudian melakukan sesuatu yang baik. A memberikan nasihat

kepada B1 supaya rajin bekerja, jangan tidur terus karena rejeki tidak akan banyak

kalau tidur terus.

Konteks situasi pada dialog (4) menggambarkan keadaan pada saat

berlangsungnya peristiwa tutur yang terjadi antara A dan B1. Dari konteks situasi

tersebut, terlihat bahwa A membangunkan B1 yang bekerja sebagai tukang becak

terlihat sedang tidur di dalam becaknya. Tujuan A membangunkan B1 yaitu untuk

menawarkan gorengan yang dijualnya supaya B1 mau membeli gorengan tersebut.

Namun ketika A melihat B1 sedang tidur di dalam becaknya, A kemudian

mengucapkan tuturan yang mengandung tindak tutur direktif menasihati yang

ditujukan kepada B1, yaitu berupa anjuran atau pelajaran baik untuk rajin bekerja

supaya mendapatkan rejeki yang berlimpah. Oleh sebab itulah A menuturkan

tuturan yang berupa tindak tutur direktif menasihati pada data (4) yang bertujuan

untuk memberikan anjuran atau pelajaran baik kepada B1. Dari keseluruhan data

dalam penulisan ini penulis hanya menemukan dua data yang mencerminkan

tindak tutur direktif menasihati, kedua data yang menunjukkan tindak tutur

direktif menasihati tersebut ditunjukkan pada lampiran data.

3. Menyarankan

Saran adalah pendapat (usul, anjuran, cita-cita) yang dikemukakan untuk

dipertimbangkan. Menyarankan adalah memberikan saran atau pendapat kepada

seseorang untuk dipertimbangkan (KBBI, 2005:999). Tindak tutur menyarankan

Page 72: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

adalah tindak tutur yang dilakukan oleh penutur dalam mengujarkan sesuatu

dengan tujuan untuk memberikan saran atau pendapat kepada mitra tutur untuk

dipertimbangkan. Untuk memperjelas pernyataan diatas, lihatlah pada percakapan

di bawah ini.

(5) Konteks tuturan

Latar : di pinggir jalan, di dekat lubangan, yang berisi air PAM yang

bocor.

Peserta : A, sebagai ibu penjual gorengan (sekitar 40 tahun) dan B1,

seorang ibu yang sedang mengambil air PAM yang bocor di

pingggir jalan (sekitar 40 tahun)

Tujuan : A memberikan saran kepada B1 supaya membeli gorengan,

karena gorengannya bisa dimakan sambil nonton televisi.

Bentuk tuturan

A : “Lho, nanti dimakan sama anak-anaknya. Makan sore, makan

malam.”

B1 : “Walah, lha terus masakane sendiri buat apa?”

A : “Buat iseng-iseng to ini buk, buat nonton TV, buat cemilan,

gitu to buk, buat diet juga bagus ini buk.”

(RSMT,12,10/03/2010)

Pada dialog (5), A sebagai seorang penjual gorengan menghampiri seorang

ibu yang sedang mengambil air di sebuah lubang yang berisi air PAM yang bocor.

A berusaha membujuk ibu yang dimintai tolong supaya bersedia membantunya,

dengan membeli semua dagangannya. Selain itu A juga berusaha memberikan

saran kepada B1 bahwa gorengannya bisa buat camilan sambil nonton Televisi

Tuturan yang diucapkan oleh A bertujuan menyakinkan lawan tuturnya supaya

mau membantunya.

Tuturan A pada data (5) di atas mengandung tindak tutur direktif

menyarankan. Tuturan A yang menunjukkan tindak tutur direktif menyarankan

yaitu tuturan ”Buat iseng-iseng to ini buk, buat nonton TV, buat cemilan, gitu

to buk, buat diet juga bagus ini buk” menunjukkan bahwa penutur

mengutarakan pendapat, anjuran, usulan yang ditujukan kepada B1 supaya

Page 73: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

menjadi dipertimbangkan supaya B1 bersedia mengerjakan anjurannya. Pendapat

atau usulan yang dimaksudkan oleh A yaitu gorengan yang dijualnya dapat

digunakan untuk iseng-iseng, untuk nonton TV, untuk cemilan, untuk diet juga

bisa.

Konteks situasi pada dialog (5) menggambarkan keadaan pada saat

berlangsungnya peristiwa tutur yang terjadi antara A dan B1. Dari konteks situasi

tersebut, terlihat bahwa B1 sebagai calon pembeli yang sedang mengambil air

PAM yang bocor di pinggir jalan. Tujuan A mengucapkan tuturan yang

mengandung tindak tutur direktif menyarankan yang ditujukan kepada B1, yaitu

memberikan pendapat, anjuran, usulan yang ditujukan kepada B1 supaya B1

membeli gorengannya dan mempergunakan gorengannya sesuai dengan yang

diusulkan oleh A. Oleh sebab itulah A menuturkan tuturan yang berupa tindak

tutur direktif menyarankan pada dialog (5) yang bertujuan untuk memberikan

pendapat, anjuran, usulan yang ditujukan kepada B1 supaya menjadi

dipertimbangkan supaya B1 bersedia mengerjakan anjurannya.

Bentuk tuturan yang termasuk dalam tindak tutur direktif menyarankan

dapat pula ditunjukkan pada data (6) berikut.

(6) Konteks tuturan

Latar : di trotoar jalan,

Peserta : A, sebagai ibu penjual gorengan (sekitar 40 tahun) dan B1,

pemuda yang berjualan mainan anak-anak (sekitar 25 tahun)

Tujuan : A memberikan saran kepada B1 supaya membeli gorengan,

karena bisa buat camilan.

Bentuk tuturan

A : “Makanan mas?”

B1 : “Ndak buk.”

A : “Enak mas, macam-macam mas, sudah makan belum?”

B1 : “Sudah.”

A : “Ini untuk camilan mas, dibeli ya mas.”

B1 : “Pakai uangnya siapa buk?”

(RSMT,24,10/03/2010)

Page 74: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Pada dialog (6), A sebagai seorang penjual gorengan menghampiri B1

yaitu seorang pemuda yang sedang berjualan mainan anak. A berusaha membujuk

B1 supaya bersedia membantunya, dengan membeli semua gorengannya. Tuturan

yang diucapkan oleh A bertujuan menyakinkan lawan tuturnya supaya mau

membeli semua gorengan yang dijualnya.

Tuturan A pada data (6) di atas mengandung tindak tutur direktif

menyarankan. Tuturan A yang menunjukkan tindak tutur direktif menyarankan

yaitu tuturan ”Ini untuk camilan mas” menunjukkan bahwa penutur

mengutarakan pendapat, anjuran, usulan yang ditujukan kepada B1 supaya

menjadi dipertimbangkan supaya B1 bersedia mengerjakan anjurannya. Pendapat

atau usulan yang dimaksudkan oleh A yaitu A menyarankan kepada B1 supaya

membeli gorengan dan menggunakan gorengan tersebut untuk camilan.

Konteks situasi pada dialog (6) menggambarkan keadaan pada saat

berlangsungnya peristiwa tutur yang terjadi antara A dan B1. Dari konteks situasi

tersebut, terlihat bahwa A menghampiri B1 yang sedang berjualan mainan anak di

pinggir jalan dan mencoba membujuk B1 supaya mau membeli gorengan yang

dijualnya. Pada dialog (6) terlihat A mengucapkan tuturan yang mengandung

tindak tutur direktif menyarankan yang ditujukan kepada B1, tujuannya yaitu

memberikan anjuran atau usulan yang ditujukan kepada B1 supaya B1 membeli

gorengannya dan mempergunakan gorengannya sebagai camilan sesuai dengan

yang diusulkan oleh A. Oleh sebab itulah A menuturkan tuturan yang berupa

tindak tutur direktif menyarankan pada dialog (6) yang bertujuan untuk

memberikan pendapat, anjuran, usulan yang ditujukan kepada B1 supaya menjadi

dipertimbangkan supaya B1 bersedia mengerjakan anjurannya. Dari keseluruhan

Page 75: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

data dalam penulisan ini penulis menemukan dua puluh data yang mencerminkan

tindak tutur direktif menyarankan, dua puluh data yang menunjukkan tindak tutur

direktif menyarankan tersebut ditunjukkan pada lampiran data.

4. Melarang

Melarang adalah memerintahkan supaya tidak melakukan sesuatu atau

tidak memperbolehkan berbuat sesuatu (KBBI, 2005:640). Tindak tutur melarang

adalah tindak tutur yang disampaikan oleh penutur untuk mencegah mitra tutur

melakukan sesuatu. Untuk dapat memahami jenis tindak tutur ini dapat

diperhatikan pada data (7) berikut.

(7) konteks tuturan

Latar : di sebuah taman

Peserta : A, seorang ibu penjual gorengan (sekitar 40 tahun) dan B1,

seorang ibu (sekitar 45 tahun) yang sedang tidur di dekat gerobak

jualannya.

Tujuan : A melarang B1 supaya B1 tidak menarik tas milik A.

Bentuk tuturan

A : “Ibu tidak tulus kok, ibu minta uang jadi tidak tulus.”

B1 : “Ayo anaknya saya belikan sepatu, (sambil menarik-narik kotak

makanan yang dibawa ibu A).”

A : “Lho lho bu, jangan ditarik.”

B1 :(berkata berbisik-bisik sambil tetap menarik kotak makanan yang

dibawa ibu A)

(RSMT,48,10/03/2010)

Pada dialog (7), A menghampiri dan membujuk B1 supaya bersedia

membeli semua dagangannya. Awalnya B1 menolak membeli gorengan yang

ditawarkan A, namun setelah mengetahui bahwa A merupakan tim Minta tolong,

maka B1 menghampiri A dan kemudian meminta dengan paksa gorengan yang

dibawa A.

Tuturan A yang bercetak tebal pada data (7) di atas mengandung tindak

tutur direktif melarang. Tuturan A yang menunjukkan tindak tutur direktif

Page 76: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

melarang yaitu tuturan ”Jangan ditarik.” menunjukkan bahwa A melarang B1

yang sedang melakukan perbuatan yang tercela. Maksud dari tuturan yang

mengandung tindak tutur direktif melarang tersebut yaitu A melarang B1

berusaha menarik tas milik A yang berisi gorengan. Kata „jangan‟ menjadi

penanda lingual tindak tutur direktif dalam bentuk tuturan melarang.

Konteks situasi pada dialog (7) menggambarkan keadaan pada saat

berlangsungnya peristiwa tutur antara A dan B1. Dari konteks situasi tersebut,

terlihat bahwa B1 berusaha merebut tas yang berisi gorengan milik A. Dari situasi

itulah yang melatarbelakangi A mengucapkan tuturan yang mengandung tindak

tutur direktif melarang kepada B1. Maksud A mengucapkan tuturan melarang

tersebut yaitu supaya B1 tidak merebut tas miliknya. Oleh sebab itulah A

menuturkan tuturan yang berupa tindak tutur direktif melarang pada dialog (7)

bertujuan supaya B1 berhenti melakukan tindakan menarik tas milik A.

Bentuk tuturan yang termasuk dalam tindak tutur direktif melarang dapat

pula ditunjukkan pada data (8) berikut.

(8) konteks tuturan

Latar : di sebuah taman

Peserta : A, seorang ibu penjual gorengan (sekitar 40 tahun) dan B1,

seorang ibu (sekitar 45 tahun) yang sedang tidur di dekat gerobak

jualannya.

Tujuan : A melarang B1 mengambil tas yang berisi gorengan miliknya.

Bentuk tuturan

A : “Ibu kok memaksa, tidak boleh bu. Jangan bu, ini kan

punyaku, jangan bu ini kan punyaku, Yo....yo sik sebentar-

sebentar.”

B1 : (tetap menarik terus)

A : “Ini kan punyaku.”

(RSMT,50,10/03/2010)

Pada dialog (8), konteks tuturan diketahui bahwa A menghampiri B1 yang

sedang tidur di dekat gerobak jualannya dan kemudian membujuk B1 supaya

Page 77: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

bersedia membeli semua dagangannya. Awalnya B1 menolak membeli gorengan

yang ditawarkan A, namun setelah mengetahui bahwa A merupakan tim Minta

tolong, maka B1 menghampiri A dan kemudian meminta dengan paksa tas yang

berisi gorengan yang dibawa A, dengan harapan supaya mendapatkan hadiah dari

Tim Minta Tolong .

Tuturan A yang bercetak tebal pada data (8) di atas mengandung tindak

tutur direktif melarang. Tuturan A yang menunjukkan tindak tutur direktif

melarang yaitu tuturan ” Jangan bu, ini kan punyaku.” menunjukkan bahwa A

memerintahkan kepada B1 supaya tidak melakukan atau tidak berbuat sesuatu.

Maksud dari tuturan yang mengandung tindak tutur direktif melarang tersebut

yaitu A melarang B1 melakukan perbuatan yang tidak baik, yaitu yang bersikeras

menarik tas miliknya yang berisi gorengan. Kata „jangan‟ menjadi penanda

lingual tindak tutur direktif dalam bentuk tuturan melarang.

Konteks situasi pada dialog (8) menggambarkan keadaan pada saat

berlangsungnya peristiwa tutur yang terjadi antara A dan B1. Dari konteks situasi

tersebut, terlihat bahwa B1 berusaha merebut tas yang berisi gorengan milik A

dengan paksa. Dari situasi itulah yang melatarbelakangi A mengucapkan tuturan

yang mengandung tindak tutur direktif melarang dua kali berturut-turut kepada

B1, yang menunjukkan bahwa A tindak menyukai tindakan B1. Maksud A

mengucapkan tuturan melarang tersebut yaitu A menginginkan supaya B1 tidak

melakukan tindakan merebut tas yang berisi gorengan, karena tas tersebut adalah

miliknya. Oleh sebab itulah A menuturkan tuturan yang berupa tindak tutur

direktif melarang pada dialog (8) bertujuan supaya B1 berhenti melakukan

tindakan menarik tas milik A. Dari keseluruhan data dalam penulisan ini penulis

Page 78: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

menemukan empat data yang mencerminkan tindak tutur direktif melarang, empat

data yang menunjukkan tindak tutur direktif melarang tersebut ditunjukkan pada

lampiran data.

5. Memperingatkan

Peringatan dalam KBBI adalah nasihat (teguran dsb) untuk

memperingatkan (2005:433). Tuturan peringatan biasanya diucapkan oleh

seseorang penutur secara tegas dan tidak bisa dikompromikan, sehingga lawan

tutur harus mau menerima dan menuruti keinginan penutur. Memperingatkan

adalah memberi peringatan berupa nasihat atau teguran supaya ingat akan

kewajibannya (KBBI, 2005:433). Tindak tutur memperingatkan adalah tindak

tutur yang disampaikan oleh penutur untuk memberi peringatan berupa nasihat

atau teguran supaya mitra tutur ingat akan kewajibannya. Contoh tuturan yang

sesuai dengan pernyataan di atas seperti di bawah ini.

Pada dialog di bawah ini, A memberikan peringatan B1 yang berusaha

merebut tas yang berisi gorengan milik si A.

(9) Konteks tuturan

Latar : di sebuah taman

Peserta : A, seorang ibu penjual gorengan (sekitar 40 tahun) dan B1,

seorang ibu (sekitar 45 tahun) yang sedang tidur di dekat gerobak

jualannya.

Tujuan : A memperingatkan B1 supaya B1 tidak mengambil tas miliknya

dengan paksa

Bentuk tuturan

A : “Jangan....jangan bu, mau saya jual di sana bu.”

B1 : (tepat bersikeras menarik kotak makanan ibu A)

(kedua ibu tadi saling tarik menarik, sampai ibu A terjatuh. Ibu

yang dimintai tolong membawa kotak makanan itu ke tempatnya

berjualan. Dan memasukkan kotak makanannya ke dalam

gerobaknya.)

Page 79: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

A : “Ibu kok memaksa, tidak boleh bu. Jangan bu, ini kan

punyaku, jangan bu ini kan punyaku. Yo....yo sik sebentar-

sebentar.”

B1 : (tetap menarik terus)

(RSMT,49,10/03/2010)

Tuturan A yang bercetak tebal pada data (9) di atas mengandung tindak

tutur direktif memperingatkan Tuturan A yang menunjukkan tindak tutur direktif

memperingatkan yaitu tuturan ”Ibu kok memaksa, tidak boleh bu”

menunjukkan bahwa A memberikan teguran kepada B1 supaya tidak melakukan

memaksa karena itu merupakan tindakan yang tidak baik. Maksud dari tuturan

yang mengandung tindak tutur direktif memperingatkan tersebut yaitu A

memberikan teguran kepada B1 supaya B1 tidak memaksanya untuk memberikan

tas yang berisi gorengan miliknya. Kata „tidak boleh‟ menjadi penanda lingual

tindak tutur direktif dalam bentuk tuturan memperingatkan.

Konteks situasi pada dialog (9) menggambarkan keadaan pada saat

berlangsungnya peristiwa tutur yang terjadi antara A dan B1. Dari konteks situasi

tersebut, terlihat bahwa B1 berusaha merebut tas yang berisi gorengan milik A.

Dari situasi itulah yang melatarbelakangi A mengucapkan tuturan yang

mengandung tindak tutur direktif memperingatkan yang ditujukan kepada B1.

Maksud A mengucapkan tuturan memperingatkan tersebut yaitu A memberikan

teguran kepada B1 supaya B1 ingat bahwa tindakan memaksa seseorang untuk

memberikan hak milik orang tersebut adalah perbuatan tidak boleh dilakukan.

Oleh sebab itulah A menuturkan tuturan yang berupa tindak tutur direktif

memperingatkan pada dialog (9) bertujuan supaya B1 berhenti memaksa A untuk

memberikan tas yang berisi gorengan milik A kepada B1 karena itu merupakan

perbuatan yang tidak baik dan tidak boleh dilakukan.

Page 80: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Bentuk tuturan yang termasuk dalam tindak tutur direktif memperingatkan

dapat pula ditunjukkan pada data (10) berikut.

(10) Konteks tuturan

Latar : di depan toko kasur

Peserta : A, seorang nenek (sekitar 55 tahun) yang sedang menukarkan

tikar miliknya yang sudah sobek-sobek dengan tikar yang lebih

baik dan seorang ibu penjual kasur (B1) sekitar 40 tahun dan laki-

laki yang dimintai tolong (B2) sekitar 40 tahun, serta ibu-ibu yang

ikit serta dalam dialog (B3) dan (B4)

Tujuan : A memperingatkan B2 supaya B2 tidak membakar tikar miliknya.

Bentuk tuturan

A : “Kalau tikar, ibu punya?, saya punya tikar, tikare saya rusak, ibu

punya tikar?”

B1 : “Ndak (menggelengkan kepala).”

B2 : “Itu tikarnya?”

A : “Ya.”

B2 : “O bakar aja disini (sambil mengambil sesuatu disaku bajunya).”

A : “O ndak boleh, Masak mau dibakar? ”

B2 : (mendekat ke arah nenek tadi, sambil meminta tiker nenek tadi

untuk dibakar)

(RSMT,61,23/03/2010)

Dialog (10) diambil dari tayangan RSMT yang bertema “Menukar tikar

yang sobek-sobek dengan tikar yang baik”. Pada dialog tersebut terlihat bahwa A

yang sedang berusaha membujuk B1 supaya bersedia menukar tikarnya dengan

tikar yang baik, mendapat perlakuan yang kurang baik dari B2. A melakukan

pembelaan dan perlawanan terhadap sikap B2 tersebut dengan tuturanya.

Tuturan A yang bercetak tebal pada dialog (10) di atas mengandung

tindak tutur direktif memperingatkan Tuturan A yang menunjukkan tindak tutur

direktif memperingatkan yaitu tuturan ”o ndak boleh” menunjukkan bahwa A

memberikan teguran kepada B1 supaya tidak melakukan tindakan yang kurang

baik. Maksud dari tuturan yang mengandung tindak tutur direktif memperingatkan

tersebut yaitu A memberikan teguran kepada B1 supaya B1 tidak membakar tikar

Page 81: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

yang dibawanya. Kata „tidak boleh‟ menjadi penanda lingual tindak tutur direktif

dalam bentuk tuturan memperingatkan.

Konteks situasi pada dialog (10) menggambarkan keadaan pada saat

berlangsungnya peristiwa tutur yang terjadi antara A dan B1. Dari konteks situasi

tersebut, terlihat bahwa B1 berusaha merebut tikar yang dibawa oleh A. Dari

situasi itulah yang melatarbelakangi A mengucapkan tuturan yang mengandung

tindak tutur direktif memperingatkan yang ditujukan kepada B1. Maksud A

mengucapkan tuturan memperingatkan tersebut yaitu A memberikan teguran

kepada B1 supaya B1 ingat bahwa tindakan yang akan dilakukan adalah perbuatan

yang tidak terpuji. Oleh sebab itulah A menuturkan tuturan yang berupa tindak

tutur direktif memperingatkan pada dialog (10) bertujuan supaya B1

menghentikan niatnya untuk menarik dan membakar tikar miliknya karena itu

merupakan perbuatan yang tidak baik dan tidak boleh dilakukan. Dari keseluruhan

data dalam penulisan ini penulis menemukan empat data yang mencerminkan

tindak tutur direktif memperingatkan, empat data yang menunjukkan tindak tutur

direktif memperingatkan tersebut ditunjukkan pada lampiran data.

6. Mengingatkan

Mengingatkan adalah memberi atau menjadikan ingat atau terkenang

kepada sesuatu hal (KBBI, 2005: 433). Tindak tutur mengingatkan adalah tindak

tutur yang dilakukan penutur dalam mengujarkan suatu tuturan dengan tujuan

memberitahu kepada mitra tutur untuk mengingat atau terkenang kepada sesuatu

hal. Hal ini dapat dilihat pada data berikut.

Page 82: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

(11) Konteks tuturan

Latar : di depan toko kasur

Peserta : nenek peminta tolong (sekitar 55 tahun) (A), seorang ibu

penjual kasur (B1) sekitar 40 tahun dan laki-laki yang

dimintai tolong (B2) sekitar 40 tahun, serta ibu-ibu yang

ikut serta dalam dialog (B3) dan (B4)

Tujuan : Peminta tolong membujuk orang yang dimintai tolong

supaya mau menukar tikarnya yang sobek-sobek dangan

tikar baru

Bentuk tuturan

B2 : (menarik tikar nenek tadi, dan ingin membakanya)

A : “E jangan, ( sambil menarik tikarnya berlawanan arah dengan

bapak yang ingin membakarnya tikarnya).”

B3 : “Jangan pak ( membantu nenek tadi) (larangan).”

A : “Kamu kok seperti itu (sambil menjewer telinga bapak tadi).”

B2 : (tersenyum sambil memegang telinganya)

A : “Ada hukumannya ya mbakar orang tidak salah, kalau saya

pencuri saya salah, saya mau tukar kok mau dibakar.”

(RSMT,64,23/03/2010)

Dialog (11) diambil dari tayangan RSMT yang bertema “Menukar tikar

yang sobek-sobek dengan tikar yang baik”. A yang sedang berjalan sambil

membawa tikar yang sobek-sobek menghampiri B1 dan B2 yang sedang berada di

toko kasur miliknya, dan kemudian A membujuknya supaya bersedia menukar

tikarnya dengan tikar yang baik. Pada dialog (11), terlihat A menuturkan sesuatu

hal supaya B2 ingat mengenai sesuatu, karena A merasa tindakan yang dilakukan

B2 kurang baik.

Tuturan A pada data (11) di atas mengandung tindak tutur direktif

mengingatkan . Tuturan A yang menunjukkan tindak tutur direktif mengingatkan

yaitu tuturan ”Ada hukumannya ya mbakar orang tidak salah”. Tujuan A

mengucapkan tuturan tersebut yaitu A berkeinginan untuk mengingatkan B1

mengenai suatu hal. Maksud Tuturan yang menunjukkan tindak tutur direktif

mengingatkan yang diucapkan oleh A tersebut adalah A mengingatkan kepada B1

bahwa tindakan yang dilakukannya merupakan tindakan yang kurang terpuji. A

Page 83: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

mengingatkan B1 bahwa tindakan membakar orang yang tidak bersalah

merupakan tindakan yang kurang baik, dan pasti ada hukumannya bagi yang

melakukan tindakan tersebut.

Konteks situasi pada dialog (11) menggambarkan keadaan pada saat

berlangsungnya peristiwa tutur yang terjadi antara A dan B1. Dari konteks situasi

tersebut, terlihat bahwa A tidak menyukai tindakan B1. Dari situasi itulah yang

melatarbelakangi A mengucapkan tuturan yang mengandung tindak tutur direktif

mengingatkan yang ditujukan kepada B1. Tujuanya A mengucapkan tuturan yang

mengandung tindak tutur direktif mengingatkan supaya B1 menjadi ingat akan

sesuatu hal. Oleh sebab itulah A menuturkan tuturan yang berupa tindak tutur

direktif mengingatkan pada data (11) yang bertujuan untuk memberikan anjuran

atau pelajaran baik kepada B1. Dari keseluruhan data dalam penulisan ini penulis

hanya menemukan satu data yang mencerminkan tindak tutur direktif

mengingatkan, satu data yang menunjukkan tindak tutur direktif mengingatkan

tersebut ditunjukkan pada lampiran data.

7. Membujuk

Membujuk adalah usaha untuk menyakinkan seseorang bahwa yang

dikatakannya benar (untuk memikat hati) atau dapat juga disebut sebagi usaha

untuk merayu (KBBI, 2005:171). Tindak tutur membujuk merupakan tindak tutur

yang dilakukan penutur untuk menyakinkan lawan tuturnya bahwa yang

dikatakannya benar. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada data berikut.

Page 84: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

(12) Konteks tuturan

Latar : di depan sebuah gedung yang baru diperbaiki

Peserta : A, seorang ibu penjual gorengan (berusia sekitar 40 tahun) dan

B1, laki-laki (berusia sekitar 30 tahun) yang bekerja sebagai

tukang bangunan

Tujuan : A berusaha membujuk B1 supaya mau membeli semua gorengan

yang dijualnya.

Bentuk tuturan

A : “Mbok ya dibeli to pak, biar saya cepat pulang, anak saya tu

mau minta sepatu pak, dibeli ya pak! Mau pak? diborong pak kalau

mau, mau ya pak ya, biar saya cepat pulang pak, ya pak.”

B1 : “Uang siapa?”

A : “Masak nggak punya uang to pak. Lho macem-macam lho pak,

mau saya belikan sepatu anak saya e mas, tadi tu nangis.”

(RSMT,02,10/03/2010)

Dialog (12) diambil dari tayangan RSMT yang bertema “Menjual Semua

Gorengan untuk dibelikan sepatu”. A yang sedang berjalan sambil membawa

gorengan yang dijualnya, menghampiri dua orang laki-laki yang sedang bekerja

sebagai tukang bangunan di depan sebuah gedung, dan kemudian membujuk B1

supaya bersedia membeli semua jualannya, karena uang hasil jualannya akan

dibelikan sepatu buat anaknya.

Tuturan A pada data (12) di atas mengandung tindak tutur direktif

membujuk . Tuturan A yang menunjukkan tindak tutur direktif membujuk yaitu

tuturan ”Mbok ya dibeli to pak”. Tujuan A mengucapkan tuturan tersebut yaitu

A bermaksud memerintahkan secara halus B1 untuk untuk melakukan sesuatu.

Tuturan A yang menunjukkan tindak tutur direktif membujuk tersebut dapat

diartikan A membujuk B1 untuk membeli semua gorengan yang dijual oleh A.

Penggunaan kata kerja pasif “dibeli” yang didahului dengan kata “mbok” pada

tuturan ”mbok ya dibeli to pak” bertujuan memperhalus tuturan yang bermaksud

memerintah tersebut. Dari penanda lingual berupa kata kerja pasif “dibeli” yang

Page 85: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

didahului dengan kata “mbok”, menunjukkan bahwa tuturan tersebut merupakan

tindak tutur direktif dalam bentuk tuturan membujuk.

Konteks situasi pada dialog (12) menggambarkan keadaan pada saat

berlangsungnya peristiwa tutur yang terjadi antara A dan B1. Dari konteks situasi

tersebut, terlihat bahwa A sebagai seorang penjual gorengan menggunakan tindak

tutur direktif membujuk untuk menyakinkan B1 sebagai calon pembeli supaya

bersedia membeli semua gorengan yang dijualnya. Tindak tutur direktif membujuk

yang dituturkan oleh A dilatarbelakangi oleh keinginan A yang menginginkan

menjual gorengannya sampai habis karena uang hasil penjualan gorengannya akan

digunakan untuk membeli sepatu anaknya. Oleh sebab itulah A menuturkan

tuturan yang berupa tindak tutur direktif membujuk pada data (12) yang bertujuan

untuk menyakinkan B1 untuk bersedia membeli semua gorengan yang dijualnya

secara halus tanpa menyinggung perasaannya.

Bentuk tuturan yang termasuk dalam tindak tutur direktif membujuk dapat

pula ditunjukkan pada data (13) berikut.

(13) Konteks tuturan

Latar : di pinggir jalan

Peserta : Peminta tolong (seorang bapak tuna netra berusia sekitar

45 tahun) dan target penolong (seorang perempuan penjual

sate berusia sekitar 35 tahun (B1).

Tujuan : Peminta tolong membujuk target penolong supaya mau

mencarikan kayu untuknya.

Bentuk tuturan

A : “Saya cariin kayu saja.”

B1 : “Di sini tidak ada kayu, ndak pa pa.”

A : “Ndak, (sambil melipat tongkatnya dan menyerahkannya kepada

penjual sate), ndak, ndak.”

B1 : “Udah ndak pa pa, udah ndak pa pa.”

(RSMT,82,05/04/2010)

Dialog (13) diambil dari tayangan RSMT yang bertema “Menjual Tongkat

untuk dibelikan Obat”. A yang sedang berjalan sambil membawa tongkat

Page 86: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

menghampiri B1, dan membujuknya supaya bersedia membeli tongkat, karena

uang hasil menjual tongkat akan dibelikan obat buat cucunya.

Tuturan A pada data (13) di atas mengandung tindak tutur direktif

membujuk . Tuturan A yang menunjukkan tindak tutur direktif membujuk yaitu

tuturan ”Saya cariin kayu saja.”. Tujuan A mengucapkan tuturan tersebut yaitu

A bermaksud membujukan B1 supaya bersedia melakukan sesuatunya. Tuturan A

yang menunjukkan tindak tutur direktif membujuk tersebut dapat diartikan A

membujuk B1 untuk mencarikan kayu. Penggunaan kata “cariin” dimaksudkan

untuk memperhalus tuturan yang bermaksud memerintah tersebut. Kata kerja

pasif tersebut menunjukkan bahwa tuturan tersebut merupakan tindak tutur

direktif dalam bentuk tuturan membujuk.

Konteks situasi pada dialog (13) menggambarkan keadaan pada saat

berlangsungnya peristiwa tutur yang terjadi antara A dan B1. Dari konteks situasi

tersebut, terlihat bahwa A menggunakan tindak tutur direktif membujuk supaya B1

bersedia mencarikan kayu buat pengganti tongkat yang telah dijualnya. Tindak

tutur direktif membujuk yang dituturkan oleh A dilatarbelakangi oleh keinginan A

supaya B1 mencarikan kayu buat pengganti tongkat yang telah dijualnya secara

halus tanpa menyinggung perasaan B1. Oleh sebab itulah A menuturkan tuturan

yang berupa tindak tutur direktif membujuk pada data (13) yang bertujuan untuk

menyakinkan B1 supaya bersedia mencarikan kayu untuk membantunya berjalan

secara halus tanpa menyinggung perasaannya. Dari keseluruhan data dalam

penulisan ini penulis menemukan lima puluh satu data yang mencerminkan tindak

tutur direktif membujuk, lima puluh satu data yang menunjukkan tindak tutur

direktif membujuk tersebut ditunjukkan pada lampiran data.

Page 87: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Dalam penulisan ini ditemukan 7 jenis tindak tutur direktif yang digunakan

oleh A dalam mengutarakan maksudnya terhadap lawan tutur. Seperti yang telah

diuraikan diatas kelima tindak tutur direktif tersebut yaitu meminta, menasihati,

menyarankan, melarang, memperingatkan, mengingatkan dan membujuk. A

dalam RSMT biasanya selalu berperan sebagai seseorang dari kalangan kurang

mampu, yang menguji kebaikan dari B1 maupun B2 apakah mereka mau

membantunya. Oleh sebab itulah A menggunakan tindak tutur direktif yang

berfungsi untuk membujuk B1 maupun B2 untuk melakukan sesuatu sesuai

dengan keinginan dan maksud dari A. Penggunaan kelima jenis Tindak tutur

direktif yang digunakan oleh A dalam RSMT tersebut sangat dipengaruhi oleh

konteks, jarak sosial antara A dan B1 maupun B2. Konteks memang sangat

berpengaruh dalam proses kemunculan sebuah tuturan. pengaruh jarak sosial

dalam kemunculan kelima jenis tidak tutur direktif yang digunakan oleh A dalam

RSMT, yaitu jauhnya jarak sosial antara A dan B1 maupun B2 yang disebabkan

oleh tidak saling kenal antara keduanya, menyebabkan A menggunakan tindak

tutur direktif yang berfungsi meminta, menasihati, menyarankan, melarang,

memperingatkan, mengingatkan dan membujuk. Dari keseluruhan data dalam

penulisan ini, bentuk tuturan yang mengandung tindak tutur direktif membujuk

sering sekali digunakan oleh A dalam mengutarakan maksud atau keinginannya,

ditunjukan dengan ditemukannya lima puluh satu data yang mencerminkan tindak

tutur direktif membujuk. Keenam bentuk tindak tutur direktif lainnya seperti

meminta, menasihati, menyarankan, melarang, memperingatkan, dan

mengingatkan jarang digunakan oleh penutur dalam mengutarakan maksud atau

keinginannya.

Page 88: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

C. Analisis Strategi Kesantunan Negatif yang dilakukan oleh

Peminta Tolong (A) dalam RSMT

Tuturan yang terdapat dalam RSMT ini sebagian besar berisi tuturan

permintaan tolong dari A terhadap B1, dan juga tanggapan dari B1 terhadap

maksud A. Tuturan dari A dalam RSMT bertujuan membujuk orang yang belum

pernah dikenal oleh A, supaya bersedia menolongnya sebagian besar diungkapkan

dengan tindak tutur direktif. Tuturan yang mengandung tindak tutur direktif yang

dilakukan oleh A tersebut, terkadang dapat mengancam muka negatif B1, karena

tindakan A tersebut mengganggu kebebasan B1 untuk melakukan sesuatu.

Seorang penutur, sebaiknya menggunakan beberapa bentuk strategi kesantunan

untuk mengurangi resiko ancaman muka negatif terhadap lawan tuturan. Dalam

RSMT penulis menemukan lima bentuk strategi kesantunan negatif yang

digunakan oleh A, untuk mengurangi potensi ancaman muka negatif B1. Kelima

strategi itu yaitu (a) strategi 1, yaitu menggunakan ungkapan secara tidak

langsung, (b) strategi 2, yaitu menggunakan pertanyaan berpagar, (c) strategi 4,

yaitu meminimalkan paksaan, (d) strategi 5, yaitu memberi penghormatan, (e)

strategi 7, yaitu menghindari penyebutkan penutur dan lawan tutur.

Dalam RSMT penulis juga menemukan lima bentuk kombinasi strategi

kesantunan negatif yang digunakan oleh A, untuk mengurangi potensi ancaman

muka negatif B1. Kelima kombinasi strategi itu yaitu (a) strategi 1 dan strategi 5,

yaitu menggunakan ungkapan secara tidak langsung dan memberi penghormatan,

(b) strategi 1 dan strategi 7, yaitu menggunakan ungkapan secara tidak langsung

dan menghindari penyebut penutur dan lawan tutur, (c) strategi 2 dan strategi 5,

yaitu menggunakan pertanyaan berpagar‟ dan memberi penghormatan, (d) strategi

Page 89: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

4 dan strategi 5, yaitu meminimalkan paksaan dan memberi penghormatan, serta

(e) strategi 1 strategi 4, dan strategi 7, yaitu menggunakan ungkapan secara tidak

langsung, meminimalkan paksaan dan menghindari penyebutkan penutur dan

lawan tutur. Penjelasan mengenai kelima kombinasi strategi yang digunakan oleh

A tersebut sebagai berikut.

1. Strategi 1: Menggunakan Ungkapan secara Tidak Langsung

Strategi ini merupakan jalan keluar bagi dua keadaan yang saling

bertentangan satu sama lain, yakni keinginan untuk tidak menekan penutur di satu

sisi dan keinginan untuk menyatakan pesan secara langsung tanpa bertele-tele

serta jelas maknanya disisi lain. Oleh karena itu, strategi ini menempuh cara

penyampaian pesan secara tidak langsung namun makna pesan harus jelas dan

tidak ambigu berdasarkan konteksnya. Maksud dari penerapan strategi 1 ini yaitu

dalam mengungkapkan suatu keinginannya, penutur menggunakan tuturan secara

tidak langsung namun pesan jelas dan tidak ambigu berdasarkan konteksnya agar

lawan tutur melakukan suatu tindakan yang diinginkannya, misalnya seperti

contoh di bawah ini.

(14) Konteks tuturan

Latar : di sebuah taman

Peserta : A, seorang nenek (sekitar 55 tahun) yang ingin menukar tikarnya

yang sobek-sobek dengan tikar yang lebih baik dan B1, seorang ibu

(sekitar 45 tahun) yang sedang tidur di dekat gerobak jualannya.

Tujuan : A meminta bantuan kepada B1

Bentuk tuturan

B1 : (bangun dari tidurnya, diam saja sambil melihat kanan dan kiri)

A : “Saya minta bantuannya, empat puluh ribu, untuk membelikan

sepatu anak saya bu, kalau ibu tidak mau, ya sudah terima kasih bu,

maaf ngganggu tidurnya bu (lalu pergi meninggalkan ibu yang

dimintai tolong tadi).”

(RSMT,47,10/03/2010)

Page 90: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Pada dialog (14), tuturan A mengandung tindak tutur direktif meminta

yang berpotensi mengancam muka negatif B1. Pada tuturan tersebut A melakukan

tindakan yang berpotensi mengancam muka negatif B1 dengan cara menuturkan

keinginannya secara tidak langsung supaya B1 memenuhi permintaannya. Tuturan

yang menunjukkan tuturan A mengandung tindak tutur direktif meminta yang

berpotensi mengancam muka negatif B1 yaitu tuturan “Saya minta

bantuannya”. Sisipan kata „minta‟ pada tuturan permintaan pada dialog (14)

menunjukkan adanya keinginan A untuk meminta secara tidak langsung dan

keinginan untuk tidak memaksa B1 atas permintaan dari A. Dalam tuturan

tersebut A menggunakan strategi 1 ini karena ingin menyelamatkan muka B1.

Contoh lain yang juga menggambarkan penggunaan strategi 1, dapat dilihat

seperti pada dialog (15) dibawah ini.

(15) Konteks tuturan

Latar : ketika hujan turun di sebuah warung makan,

Peserta : A, seorang nenek (sekitar 55 tahun) yang ingin menukar tikarnya

yang sobek-sobek dengan tikar yang lebih baik dan B1, seorang

laki-laki (sekitar 35 tahun) yang sedang bermain catur

Tujuan : A meminta B1 supaya B1 mau menolongnya menukar tikarnya

yang sobek-sobek dengan tikar baru

Bentuk tuturan

A : “Kalau punya tikar, ini tolong ditukar pak. Buat tidur gatal,

sudah sobek-sobek. Ndak bisa pak?”

B1 : “Tidak punya.”

A : “Bapak mengusahakan, bisa kan? ini untuk tidur saya sudah gatal,

saya minta yang baru.”

(RSMT,55,23/03/2010)

Pada dialog (15), tuturan yang bercetak tebal mengandung tindak tutur

direktif meminta yang berpotensi mengancam muka negatif B1. Pada tuturan

tersebut A melakukan tindakan yang berpotensi mengancam muka negatif B1

dengan cara menuturkan keinginannya secara tidak langsung supaya B1

menolongnya yaitu dengan bersedia menukar tikar yang dibawa A.. Dalam tuturan

Page 91: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

yang bercetak tebal pada (15), tuturan yang menunjukkan penggunaan strategi 1,

yaitu tuturan “Ini tolong ditukar pak”. Maksud dari tuturan itu adalah A

meminta BI untuk menukar tikarnya dengan tikar yang lebih baik. Sisipan kata

„tolong‟ pada tuturan yang mengandung tindak tutur direktif meminta diatas pada

dialog (15) tersebut menunjukkan adanya keinginan A untuk meminta BI untuk

menukar tikarnya dengan tikar yang lebih baik secara tidak langsung atas

permintaan dari A. Dalam tuturan tersebut A menggunakan strategi 1 ini karena

ingin menyelamatkan muka B1. Dari keseluruhan data dalam penulisan ini penulis

menemukan tiga data yang menunjukkan penerapan kesantunan negatif strategi 1,

tiga data tersebut ditunjukkan pada lampiran data.

2. Strategi 2: Menggunakan Pertanyaan Berpagar

Kata berpagar berisi leksikal atau frasa yang berfungsi menghindari

memberikan isi proposisi yang tertentu dan berfungsi memberi pilihan kepada

petutur untuk menetapkan pilihan sendiri. Definisi ini sejalan dengan definisi yang

dikemukakan Kasper dan House di dalam Watts (2003) (dalam Sri Minda Murni,

2009: 186-187) menyatakan kata berpagar sebagai the avoidance of giving a

precise propositional content and living an option open to the addressee to

impose his/her own intent (183). Dengan demikian fungsi kata berpagar

menghindari memberikan isi proposisi yang tertentu sehingga penutur dapat

memberi pilihan kepada lawan tutur untuk menentukan pilihannya sendiri.

Contoh penerapan strategi ini dapat ditunjukkan pada dialog (16) di bawah ini:

(16) Konteks Tuturan

Latar : ketika hujan turun di sebuah warung makan,

Page 92: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Peserta : A, seorang nenek (sekitar 55 tahun) yang ingin menukar tikarnya

yang sobek-sobek dengan tikar yang lebih baik dan B1, seorang

laki-laki (sekitar 35 tahun) yang sedang bermain catur

Tujuan : A membujuk B1 supaya mau menukar tikar milik A yang sobek-

sobek dengan tikar baru

Bentuk tuturan

A : “Kalau punya tikar, ini tolong ditukar pak. Buat tidur gatal, sudah

sobek-sobek. Ndak bisa pak?”

B1 : “Tidak punya.”

A : “Bapak mengusahakan, bisa kan? ini untuk tidur saya sudah

gatal, saya minta yang baru.”

(RSMT,56,23/03/2010)

Pada dialog (16), tuturan A yang bercetak tebal menunjukkan bahwa

menunjukkan A mengutarakan maksudnya dengan tindak tutur direktif membujuk.

Tuturan yang mengandung tindak tutur direktif membujuk yaitu tuturan “Bapak

mengusahakan, bisa kan?”. Maksud A mengucapakan tuturan tuturan tersebut

yaitu untuk membujuk BI untuk mengusahakan mencari pengganti tikarnya yang

rusak dengan tikar baru. Tuturan yang mengandung tindak tutur direktif

membujuk yang diucapkan oleh A tersebut berpotensi mengancam muka negatif

B1, karena dengan tuturan direktif membujuk tersebut A membatasi kebebasan B1

dalam bertindak. Untuk menyelamatkan muka negatif B1, A menggunakan bentuk

pertanyaan berpagar seperti terlihat pada tuturan permintaan tersebut. Penggunaan

bentuk pertanyaan berpagar untuk menyelamatkan muka negatif B1 merupakan

bentuk penerapan kesantunan negatif strategi 2. Dari keseluruhan data dalam

penulisan ini penulis hanya menemukan satu data yang menunjukkan penerapan

kesantunan negatif strategi 2, data tersebut ditunjukkan pada lampiran data.

3. Strategi 4: Meminimalkan Paksaan

Kesantunan negatif juga dapat diketahui dari aplikasi strategi 4 menurut

Brown dan Levinson, dengan cara mengurangi kekuatan atau daya ancaman

Page 93: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

terhadap muka lawan tutur. Contoh penerapan strategi 4, dapat dilihat pada dialog

(17) di bawah ini.

(17) Konteks Tuturan

Latar : di pinggir jalan

Peserta : A, sebagai ibu penjual gorengan (sekitar 40 tahun) dan B1,

seorang pemuda yang sedang berjualan burung (sekitar 25 tahun)

Tujuan : A membujuk B1 supaya B1 bersedia memborong gorengan yang

dijual oleh A.

Bentuk tuturan

A : “Lha tambah ini mas?”

B1 : “Tidak.”

A : “Mbok diborong mas, kalau bisa.”

(RSMT,22,10/03/2010)

Pada dialog (17), tuturan A yang bercetak tebal mengandung tindak tutur

direktif membujuk. Tuturan A mengandung tindak tutur direktif membujuk

tersebut berpotensi mengancam muka negatif B1. Tuturan yang yang dimaksud

yaitu tuturan “Mbok diborong mas, kalau bisa”. Tuturan A tersebut berpotensi

mengancam muka negatif B1 karena A membatasi ruang gerak B1 dalam

menentukan tindakannya, dengan cara membujuk BI untuk membeli semua

gorengan yang dijualnya. Kata “mbok” yang digunakan A dalam tuturan

mengandung tindak tutur direktif membujuk tersebut berfungsi untuk

meminimalkan paksaan terhadap B1. Usaha meminimalkan paksaan dengan

menggunakan kata “mbok” tersebut dimaksudkan A untuk menyelamatkan muka

negatif B1. Penggunaan bentuk meminimalkan paksaan yang digunakan A untuk

menyelamatkan muka negatif B1 merupakan bentuk penerapan kesantunan negatif

strategi 4. Contoh lain yang juga menggambarkan penggunaan strategi 4, dapat

dilihat seperti pada dialog (18) dibawah ini.

(18) Konteks Tuturan

Latar : di trotoar jalan

Page 94: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Peserta : A, seorang nenek (sekitar 55 tahun) yang ingin menukar tikarnya

yang sobek-sobek dengan tikar yang lebih baik dan B1, seorang

perempuan yang ditemui di trotoar jalan (berusia sekitar 35 tahun)

Tujuan : A membujuk B1 supaya mau menukar tikar milik A yang sobek-

sobek dengan tikar baru

Bentuk tuturan

A : “Mbak, mau kemana mbak?”

B1 : “(menunjuk arah yang akan dia tuju) Mau kerja, memangnya

kenapa?”

A : “Saya punya tikar mbok ditukar mbak? Buat tidur, ditukar

dengan yang baru, saya tidur tu gatal.”

B1 : “Belum gajian saya.”

(RSMT,68,23/03/2010)

Pada dialog (18), tuturan A yang bercetak tebal mengandung tindak tutur direktif

membujuk. Tuturan A mengandung tindak tutur direktif membujuk tersebut

berpotensi mengancam muka negatif B1. Tuturan yang yang dimaksud yaitu

tuturan “Saya punya tikar mbok ditukar mbak?”. Tuturan A tersebut

berpotensi mengancam muka negatif B1 karena A membatasi ruang gerak B1

dalam menentukan tindakannya, dengan cara membujuk BI untuk menukar

tikarnya yang sudah sobek-sobek dengan tikar yang baik. Kata “mbok” yang

digunakan A dalam tuturan mengandung tindak tutur direktif membujuk tersebut

berfungsi untuk meminimalkan paksaan terhadap B1. Usaha meminimalkan

paksaan dengan menggunakan kata “mbok” tersebut dimaksudkan A untuk

menyelamatkan muka negatif B1. Penggunaan bentuk meminimalkan paksaan

yang digunakan A untuk menyelamatkan muka negatif B1 merupakan bentuk

penerapan kesantunan negatif strategi 4. Dari keseluruhan data dalam penulisan

ini penulis menemukan enam data yang menunjukkan penerapan kesantunan

negatif strategi 4, enam data tersebut ditunjukkan pada lampiran data.

Page 95: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

4. Strategi 5: Memberi Penghormatan

Menurut Brown dan Levinson (1987: 178) realisasi dari memberikan

penghormatan terhadap pendengar ada dua jenis yang hubungan keduanya mirip

dengan dua sisi mata uang. Pertama, penutur merendahkan dan mengabaikan

dirinya dihadapan pendengar; kedua, penutur meninggikan posisi pendengar yang

merupakan pemenuhan keinginan wajah positif manusia yakni untuk diperlakukan

lebih tinggi. Dari kedua cara ini, yang dilakukan penutur sebenarnya adalah

memberikan penghormatan kepada pendengar. Pemberian hormat kepada lawan

tutur pada suatu tuturan, dapat menjadi salah satu cara mengurangi potensi

ancaman terhadap muka negatif lawan tutur, yang merupakan suatu bentuk

perwujudan dari kesantunan nehatif, aplikasi strategi 5. menurut Brown dan

Levinson, penjelasan mengenai bentuk kesantunan negatif aplikasi strategi 5,

ditunjukkan pada contoh di bawah ini.

(19) Konteks tuturan

Latar : di pinggir jalan

Peserta : A, sebagai ibu penjual gorengan (sekitar 40 tahun) dan B1, B2,

laki-laki yang sedang membuat tenda untuk berjualan (sekitar 35

tahun).

Tujuan : A membujuk B1 supaya bersedia membeli semua gorengan yang

dijual A

Bentuk tuturan

B1 : “Saya tidak mempunyai uang kok.”

A : (pergi ke orang lain)

A : “Bapak tadi temennya tidak mau, dibeli bapak saja ya.”

B2 : “Ditawarkan ke bapak itu saja.”

(RSMT,38,10/03/2010)

Pada dialog (19), tuturan A yang dicetak tebal mengandung tindak tutur

direktif meminta. Tuturan A tersebut berpotensi mengancam muka negatif lawan

tutur, karena A membatasi tindakan B1 dengan meminta B1 supaya melakukan

sesuatu hal. Untuk menyelamatkan muka B1 atas tidakan pengancaman muka

Page 96: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

yang dilakukannya, A menggunakan bentuk penghormatan dalam menuturkan

tuturan yang mengandung tindak tutur direktif meminta tersebut. Penggunaan

bentuk penghormatan tersebut ditunjukkan dengan penggunaan sebutan pak atau

bapak yang menunjukkan bahwa A meninggikan posisi B2. A memberi

penghormatan terhadap B2 dengan sebutan bapak, yang menunjukkan bahwa A

menganggap B2 seperti bapaknya sendiri sebagai wujud hormat. Penggunaan

bentuk penghormatan untuk menyelamatkan muka negatif B1 dalam menuturkan

tuturan yang mengandung tindak tutur direktif meminta yang diucapkan oleh A

tersebut merupakan penerapan kesantunan negatif strategi 5. Contoh lain dapat

juga ditunjukkan pada dialog (20) di bawah ini.

(20) Konteks tuturan

Latar : di sebuah taman

Peserta : A, sebagai ibu penjual gorengan (sekitar 40 tahun) dan B1,

seorang ibu (sekitar 45 tahun) yang sedang tidur di dekat gerobak

jualannya.

Tujuan : membangunkan ibu tadi, dan membujuk ibu tadi untuk

memborong jajanan yang dijual ibu A

Bentuk tuturan

A : “Jangan....jangan bu, mau saya jual di sana bu.”

B1 : (tepat bersikeras menarik kotak makanan ibu peminta tolong.)

(kedua ibu tadi saling tarik menarik, sampai ibu peminta tolong

terjatuh. Ibu yang dimintai tolong membawa kotak makanan itu ke

tempat yang berjualannya tadi. Dan memasukkan kotak

makanannya ke dalam gerobaknya.)

A : “Ibu kok memaksa, tidak boleh bu. Jangan bu, ini kan

punyaku, jangan bu ini kan punyaku. Yo....yo sik sebentar-

sebentar.”

B1 : (tetap menarik terus)

(RSMT,49,10/03/2010)

Pada dialog (20), tuturan A mengandung tindak tutur direktif

memperingatkan. Tuturan A tersebut berpotensi mengancam muka negatif lawan

tutur, karena A membatasi tindakan B1 dengan memperingatkan B1 supaya tidak

melakukan sesuatu hal. Untuk menyelamatkan muka B1 atas tidakan

Page 97: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

pengancaman muka yang dilakukannya, A menggunakan bentuk penghormatan

dalam menuturkan tuturan yang mengandung tindak tutur direktif

memperingatkan tersebut. Bentuk penghormatan ditunjukkan dengan penggunaan

kata sebutan bu atau ibu. Penggunaan sebutan bu atau ibu tersebut menunjukkan

bahwa A meninggikan posisi B1 dengan menganggap B1 seperti ibunya sendiri

dengan tujuan untuk menyelamatkan muka B1 atas tidakan pengancaman muka

yang dilakukannya.

Penggunaan bentuk penghormatan dalam menuturkan tuturan yang

mengandung tindak tutur direktif memperingatkan tersebut merupakan penerapan

kesantunan negatif strategi 5. Dari keseluruhan data dalam penulisan ini penulis

menemukan empat puluh dua data yang menunjukkan penerapan kesantunan

negatif strategi 5, empat puluh dua data tersebut ditunjukkan pada lampiran data.

5. Strategi 7: Menghindari Penyebutan Penutur dan Lawan Tutur

Kesantunan negatif dapat diwujudkan dengan mengkomunikasikan kepada

lawan tutur, bahwa penutur tidak bermaksud memaksanya, yang dapat

ditunjukkan dengan menghindari penggunaan pronominal kedua atau memakai

bentuk impersonal yaitu dengan tidak menyebutkan penutur dan pendengar.

Strategi yang digunakan untuk mengurangi daya ancaman terhadap muka negatif

lawan tutur tersebut merupakan bentuk aplikasi dari kesantunan negatif strategi 7.

penjelasannya seperti contoh berikut.

(21) Konteks tuturan

Latar : ketika hujan turun di sebuah warung makan,

Peserta : A, seorang nenek (sekitar 55 tahun) yang ingin menukar tikarnya

yang sobek-sobek dengan tikar yang lebih baik dan B1, seorang

laki-laki (sekitar 35 tahun) yang sedang bermain catur

Page 98: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Tujuan : A meminta B1 supaya B1 menukar tikarnya yang sobek-sobek

dengan tikar baru

Bentuk tuturan

A : “Kalau punya tikar, ini tolong ditukar pak. Buat tidur gatal, sudah

sobek-sobek. Ndak bisa pak?”

B1 : “Tidak punya.”

A : “Bapak mengusahakan, bisa kan? ini untuk tidur saya sudah gatal,

saya minta yang baru.”

(RSMT,57,23/03/2010)

Pada dialog (21), tuturan A mengandung tindak tutur direktif meminta.

Tuturan A tersebut berpotensi mengancam muka negatif B1, karena A meminta

B1 supaya melakukan sesuatu hal untuknya, yaitu meminta B1 memberikan tikar

yang masih baik kepadanya. Untuk menyelamatkan muka B1 atas tidakan

pengancaman muka yang dilakukannya, A tidak menyebutkan lawan tuturnya

dalam menuturkan tuturan yang mengandung tindak tutur direktif meminta

tersebut. Penyelamatan terhadap muka negatif B1 yang dilakukan oleh A yaitu

dengan cara menghindari penggunaan pronominal kedua atau memakai bentuk

impersonal yaitu dengan tidak menyebutkan lawan dalam menuturkan tuturan

yang mengandung tindak tutur direktif meminta. Cara untuk menyelamatkan

muka negatif B1 yang dilakukan oleh A tersebut merupakan penerapan

kesantunan negatif strategi 7. Contoh lain penerapan kesantunan negatif strategi 7

dapat juga ditunjukkan pada dialog (22) di bawah ini.

(22) Konteks tuturan

Latar : di parkiran pinggir jalan,

Peserta : A, seorang nenek (sekitar 55 tahun) yang ingin menukar tikarnya

yang sobek-sobek dengan tikar yang lebih baik dan B1, seorang

bapak yang ditemui di parkiran pinggir jalan (berusia sekitar 35

tahun)

Tujuan : A membujuk B1 supaya mau menukar tikar milik A yang sobek-

sobek dengan tikar baru

Bentuk tuturan

A : “Mas, mau tukar tikar ini, mau? Tikar, kalau situ punya baru, saya

tukar dengan ini, buat tidur. Mo buat tidur, sudah gatal saya. Saya

punyanya kayak gini.”

Page 99: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

B1 : “Ndak ada mbah.”

A : “Nukarkan nggak bisa.”

B1 : “Rumah saya jauh. Lagi pula uang saya dibawa istri saya.”

(RSMT,65,23/03/2010)

Pada dialog (22), tuturan A mengandung tindak tutur direktif membujuk.

Tuturan A tersebut berpotensi mengancam muka negatif B1, karena A membujuk

B1 supaya melakukan sesuatu hal untuknya, yaitu A membujuk B1 menukarkan

tikar miliknya yang sudah sobek-sobek dengan tikar yang masih baik kepadanya.

Untuk menyelamatkan muka B1 atas tidakan pengancaman muka yang

dilakukannya, A tidak menyebutkan lawan tuturnya dalam menuturkan tuturan

yang mengandung tindak tutur direktif membujuk tersebut. Penyelamatan terhadap

muka negatif B1 yang dilakukan oleh A yaitu dengan cara menghindari

penggunaan pronominal kedua atau memakai bentuk impersonal yaitu dengan

tidak menyebutkan lawan dalam menuturkan tuturan yang mengandung tindak

tutur direktif membujuk. Cara untuk menyelamatkan muka negatif B1 yang

dilakukan oleh A tersebut merupakan penerapan kesantunan negatif strategi 7.

Dari keseluruhan data dalam penulisan ini penulis menemukan sebelas data yang

menunjukkan penerapan kesantunan negatif strategi 7, sebelas data tersebut

ditunjukkan pada lampiran data.

6. Kombinasi Strategi 1 dan Strategi 5: Menggunakan Ungkapan secara

Tidak Langsung dan Memberi Penghomatan

Dalam RSMT, ditemukan dalam beberapa data bahwa A menggunakan

lebih dari satu strategi kesantunan negatif dalam satu tuturan untuk

menyelamatkan muka B1. Salah satu bentuk kombinasi penggunaan strategi

kesantunan negatif untuk menyelamatkan muka B1 yang terdapat dalam RSMT

Page 100: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

yaitu penggunaan strategi 1 dan strategi 5. Untuk memperjelas kombinasi tersebut

lihatlah dialog dibawah ini.

(23) Konteks tuturan

Latar : ketika hujan turun di sebuah warung makan,

Peserta : A, seorang nenek (sekitar 55 tahun) yang ingin menukar tikarnya

yang sobek-sobek dengan tikar yang lebih baik dan B1, seorang

laki-laki (sekitar 35 tahun) yang sedang bermain catur

Tujuan : A meminta B1 supaya B1 mau menolongnya menukar tikarnya

yang sobek-sobek dengan tikar baru

Bentuk tuturan

A : “Kalau punya tikar, ini tolong ditukar pak. Buat tidur gatal, sudah

sobek-sobek. Ndak bisa pak?”

B1 : “Tidak punya.”

A : “Bapak mengusahakan, bisa kan? ini untuk tidur saya sudah gatal,

saya minta yang baru.”

(RSMT,55,23/03/2010)

Pada dialog (23), tuturan yang bercetak tebal mengandung tindak tutur

direktif meminta yang berpotensi mengancam muka negatif B1. Pada tuturan

tersebut A melakukan tindakan yang berpotensi mengancam muka negatif B1

dengan cara menuturkan keinginannya secara tidak langsung supaya B1

menolongnya yaitu dengan bersedia menukar tikar yang dibawa A.. Dalam tuturan

yang bercetak tebal pada (23), tuturan yang menunjukkan penggunaan strategi 1,

yaitu tuturan “Ini tolong ditukar pak”. Sisipan kata „tolong‟ pada tuturan yang

mengandung tindak tutur direktif meminta diatas pada dialog (23) tersebut

menunjukkan adanya keinginan A untuk meminta BI untuk menukar tikarnya

dengan tikar yang lebih baik secara tidak langsung atas permintaan dari A. Dalam

tuturan tersebut A selain mengunakan strategi 1 juga menggunakan strategi 5,

yaitu dengan memberi penghormatan kepada B1 dengan menyebut B1 dengan

sebutan bapak atau pak. Penggunaan dua jenis strategi secara bersamaan

dimaksudkan A supaya tuturan yang diucapkannya tidak menyinggung perasaan

B1 dan dapat menyelamatkan muka B1 dari tindakan pengancaman muka yang

Page 101: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

dilakukannya dengan tuturan tersebut. Dari keseluruhan data dalam penulisan ini

penulis hanya menemukan satu data yang menunjukkan penerapan kesantunan

negatif strategi 1 dan strategi 5, satu data tersebut ditunjukkan pada lampiran

data.

7. Kombinasi Strategi 1 dan Strategi 7: Menggunakan Ungkapan secara

Tidak Langsung dan Menghindari Penyebutan Penutur dan Lawan

Tutur

Dalam RSMT, ditemukan dalam beberapa data bahwa A menggunakan

lebih dari satu strategi kesantunan negatif dalam satu tuturan untuk

menyelamatkan muka B1. Salah satu bentuk kombinasi penggunaan strategi

kesantunan negatif untuk menyelamatkan muka B1 yang terdapat dalam RSMT

yaitu penggunaan strategi 1 dan strategi 7. Untuk memperjelas kombinasi tersebut

lihatlah dialog dibawah ini.

(24) Konteks tuturan

Latar : di sebuah taman

Peserta : A, sebagai ibu penjual gorengan (sekitar 40 tahun) dan ibu

(sekitar 45 tahun) yang sedang tidur di dekat gerobak jualannya

(B1).

Tujuan : membangunkan ibu tadi, dan meminta B1 untuk memborong

jajanan yang dijual ibu A

Bentuk tuturan

B1 : (bangun dari tidurnya, diam saja sambil melihat kanan dan kiri)

A : “Saya minta bantuannya, empat puluh ribu, untuk membelikan

sepatu anak saya bu, kalau ibu tidak mau, ya sudah terima kasih bu,

maaf ngganggu tidurnya bu (lalu pergi meninggalkan ibu yang

dimintai tolong tadi).”

(RSMT,47,10/03/2010)

Pada dialog (24), tuturan A mengandung tindak tutur direktif meminta

yang berpotensi mengancam muka negatif B1. Pada tuturan tersebut A melakukan

Page 102: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

tindakan yang berpotensi mengancam muka negatif B1 dengan cara menuturkan

keinginannya secara tidak langsung supaya B1 memenuhi permintaannya. Tuturan

yang menunjukkan tuturan A mengandung tindak tutur direktif meminta yang

berpotensi mengancam muka negatif B1 yaitu tuturan “Saya minta

bantuannya”. Sisipan kata „minta‟ pada tuturan permintaan pada dialog (22)

menunjukkan adanya keinginan A untuk meminta secara tidak langsung dan

keinginan untuk tidak memaksa B1 atas permintaan dari A. Dalam tuturan

tersebut A juga menggunakan strategi 7 supaya B1 tidak merasa A membatasi

kebebasannya dalam bertindakan. Contoh lain yang juga menggambarkan

penggunaan strategi 1 dan strategi 7, dapat dilihat seperti pada dialog (25)

dibawah ini.

(25) Konteks tuturan

Latar :di pinggir jalan, di tempat parkiran motor

Peserta : A sebagai peminta tolong adalah seorang nenek ( berusia sekitar

55 tahun) dan B1 adalah seorang laki-laki yang dimintai tolong

yang sedang berada di parkiran motor (berusai sekitar 27)

Tujuan : Peminta tolong membujuk orang yang dimintai tolong supaya

mau menukar tikarnya yang sobek-sobek dangan tikar baru

Bentuk tuturan

A : “Mas, punya tikar, ditukar dengan tikar ini, tikar saya sobek-sobek,

mas punya tikar?”

B1 : “Tikar (sambil melepas helm yang dia pake).”

A : “Saya minta tukar yang baru.”

B1 : “Ndak ada mbah.”

(RSMT,59,23/03/2010)

Pada dialog (25), tuturan yang bercetak tebal mengandung tindak tutur

direktif meminta yang berpotensi mengancam muka negatif B1. Pada tuturan

tersebut A melakukan tindakan yang berpotensi mengancam muka negatif B1

dengan cara menuturkan keinginannya secara tidak langsung supaya B1

menolongnya yaitu dengan bersedia menukar tikar yang dibawa A.. Dalam tuturan

Page 103: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

yang bercetak tebal pada (23), tuturan yang menunjukkan penggunaan strategi 1,

yaitu tuturan “ini tolong ditukar pak”. Sisipan kata „tolong‟ pada tuturan yang

mengandung tindak tutur direktif meminta diatas pada dialog (23) tersebut

menunjukkan adanya keinginan A untuk meminta BI untuk menukar tikarnya

dengan tikar yang lebih baik secara tidak langsung atas permintaan dari A. Untuk

mengurangi potensi ancaman terhadap muka B1, selain mengunakan strategi 1 A

juga menggunakan strategi 7, yaitu dengan meminta B1 untuk menolongnya

secara tidak langsung tanpa menyebut lawan tuturnya. Penggunaan dua jenis

strategi secara bersamaan dimaksudkan A supaya tuturan yang diucapkannya

tidak menyinggung perasaan B1 dan dapat menyelamatkan muka B1 dari tindakan

pengancaman muka yang dilakukannya dengan tuturan tersebut. Dari keseluruhan

data dalam penulisan ini penulis menemukan tiga data yang menunjukkan

penerapan kesantunan negatif strategi 1 dan strategi 7, tiga data tersebut

ditunjukkan pada lampiran data.

8. Kombinasi Strategi 2 dan Strategi 5: Menggunakan Pertanyaan Berpagar

dan Memberi Penghomatan

Dalam RSMT, ditemukan dalam beberapa data bahwa A menggunakan

lebih dari satu strategi kesantunan negatif dalam satu tuturan untuk

menyelamatkan muka B1. Salah satu bentuk kombinasi penggunaan strategi

kesantunan negatif untuk menyelamatkan muka B1 yang terdapat dalam RSMT

yaitu penggunaan strategi 2 dan strategi 5. Untuk memperjelas kombinasi tersebut

lihatlah dialog dibawah ini.

Page 104: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

(26) Konteks tuturan

Latar : ketika hujan turun di sebuah warung makan,

Peserta : A, seorang nenek (sekitar 55 tahun) yang ingin menukar

tikarnya yang sobek-sobek dengan tikar yang lebih baik dan

dua laki-laki yang dimintai tolong ( B1 sekitar 35 dan B2

sekitar 30 tahun yang sedang bermain catur)

Tujuan : A membujuk B1 supaya mau menukar tikarnya yang

sobek-sobek dengan tikar baru

Bentuk tuturan

A : “Kalau punya tikar, ini tolong ditukar pak. Buat tidur gatal, sudah

sobek-sobek. Ndak bisa pak?”

B1 : “Tidak punya.”

A : “Bapak mengusahakan, bisa kan? ini untuk tidur saya sudah

gatal, saya minta yang baru.”

(RSMT,56,23/03/2010)

Pada dialog (26), tuturan A yang bercetak tebal menunjukkan bahwa

menunjukkan A mengutarakan maksudnya dengan tindak tutur direktif membujuk.

Tuturan yang mengandung tindak tutur direktif membujuk yaitu tuturan “Bapak

mengusahakan, bisa kan?”. Maksud A mengucapakan tuturan tuturan tersebut

yaitu untuk membujuk BI untuk mengusahakan mencari pengganti tikarnya yang

rusak dengan tikar baru. Tuturan yang mengandung tindak tutur direktif

membujuk yang diucapkan oleh A tersebut berpotensi mengancam muka negatif

B1, karena dengan tuturan direktif membujuk tersebut A membatasi kebebasan B1

dalam bertindak. Untuk menyelamatkan muka negatif B1, A menggunakan bentuk

pertanyaan berpagar seperti terlihat pada tuturan permintaan tersebut. Untuk

meningkatkan daya kesantunan tuturan tersebut A menggunakan sebutan “bapak”

sebagai penghormatan terhadap B1. Penggunaan bentuk pertanyaan berpagar dan

juga memberi penghormatan tersebut dimaksudkan A untuk menyelamatkan muka

negatif B1 merupakan bentuk penerapan kesantunan negatif strategi 2 dan strategi

5. Dari keseluruhan data dalam penulisan ini penulis hanya menemukan satu data

Page 105: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

yang menunjukkan penerapan kesantunan negatif strategi 2 dan strategi 5, satu

data tersebut ditunjukkan pada lampiran data.

9. Kombinasi Strategi 4 dan Strategi 5: Meminimalkan Paksaan dan

Memberi Penghomatan

Dalam RSMT, ditemukan dalam beberapa data bahwa A menggunakan

lebih dari satu strategi kesantunan negatif dalam satu tuturan untuk

menyelamatkan muka B1. Bentuk kombinasi penggunaan strategi kesantunan

negatif untuk menyelamatkan muka B1 yang terdapat dalam RSMT yaitu

penggunaan strategi 4 dan strategi 5. Untuk memperjelas kombinasi tersebut

lihatlah dialog dibawah ini.

(27) Konteks tuturan

Latar : di trotoar jalan,

Peserta : A, seorang nenek (sekitar 55 tahun) yang ingin menukar tikarnya

yang sobek-sobek dengan tikar yang lebih baik dan B1, seorang

bapak yang ditemui di trotoar jalan (berusia sekitar 30 tahun)

Tujuan : A membujuk B1 supaya mau menukar tikar milik A yang sobek-

sobek dengan tikar baru

Bentuk tuturan

A : “Tikarnya mau dibawa kemana mas?”

B1 : “Saya bawa kepenampungan mbah.”

A : “Mbok tukar sama ini mas (sambil menyodorkan tikarnya).”

(RSMT,67,23/03/2010)

Pada dialog (27), tuturan A yang bercetak tebal mengandung tindak tutur

direktif membujuk. Tuturan A mengandung tindak tutur direktif membujuk

tersebut berpotensi mengancam muka negatif B1. Tuturan yang yang dimaksud

yaitu tuturan “Mbok tukar sama ini mas”. Tuturan A tersebut berpotensi

mengancam muka negatif B1 karena A membatasi ruang gerak B1 dalam

menentukan tindakannya, dengan cara membujuk BI untuk menukar tikar yang

sobek dengan tikar yang lebih baik. Kata “mbok” yang digunakan A dalam

Page 106: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

tuturan mengandung tindak tutur direktif membujuk tersebut berfungsi untuk

meminimalkan paksaan terhadap B1. Usaha meminimalkan paksaan dengan

menggunakan kata “mbok” tersebut dimaksudkan A untuk menyelamatkan muka

negatif B1. Untuk meningkatkan daya kesantunan tuturan tersebut A

menggunakan sebutan “mas” sebagai penghormatan terhadap B1. Penggunaan

strategi meminimalkan paksaan dan juga memberi penghormatan tersebut

dimaksudkan A untuk menyelamatkan muka negatif B1 merupakan bentuk

penerapan kesantunan negatif strategi 4 dan strategi 5. Contoh lain, dapat dilihat

seperti pada dialog (28) dibawah ini.

(28) Konteks tuturan

Latar : di trotoar jalan

Peserta : A, seorang nenek (sekitar 55 tahun) yang ingin menukar tikarnya

yang sobek-sobek dengan tikar yang lebih baik dan B1, seorang

perempuan yang ditemui di trotoar jalan (berusia sekitar 35 tahun)

Tujuan : A membujuk B1 supaya mau menukar tikar milik A yang sobek-

sobek dengan tikar baru

Bentuk tuturan

A : “Mbak, mau kemana mbak?”

B1 : “(menunjuk arah yang akan ditujunya) Mau kerja, memangnya

kenapa?”

A : “Saya punya tikar mbok ditukar mbak? Buat tidur, ditukar

dengan yang baru, saya tidur tu gatal.”

B1 : “Belum gajian saya.”

(RSMT,68,23/03/2010)

Pada dialog (28), tuturan A yang bercetak tebal mengandung tindak tutur

direktif membujuk. Tuturan A mengandung tindak tutur direktif membujuk

tersebut berpotensi mengancam muka negatif B1. Tuturan yang yang dimaksud

yaitu tuturan “Saya punya tikar mbok ditukar mbak?”. Tuturan A tersebut

berpotensi mengancam muka negatif B1 karena A membatasi ruang gerak B1

dalam menentukan tindakannya, dengan cara membujuk BI untuk menukar tikar

yang sobek dengan tikar yang lebih baik. Kata “mbok” yang digunakan A dalam

Page 107: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

tuturan mengandung tindak tutur direktif membujuk tersebut berfungsi untuk

meminimalkan paksaan terhadap B1. Usaha meminimalkan paksaan dengan

menggunakan kata “mbok” tersebut dimaksudkan A untuk menyelamatkan muka

negatif B1. Untuk meningkatkan daya kesantunan tuturan tersebut A

menggunakan sebutan “mbak” sebagai penghormatan terhadap B1.

Penggunaan strategi meminimalkan paksaan dan juga memberi

penghormatan tersebut dimaksudkan A untuk menyelamatkan muka negatif B1

merupakan bentuk penerapan kesantunan negatif strategi 4 dan strategi 5. Dari

keseluruhan data dalam penulisan ini penulis menemukan lima data yang

menunjukkan penerapan kesantunan negatif strategi 4 dan strategi 5, lima data

tersebut ditunjukkan pada lampiran data.

10. Kombinasi Strategi 1, Strategi 4 dan Strategi 7: Menggunakan Ungkapan

secara Tidak Langsung, Meminimalkan Paksaan dan Menghindari

Penyebutan penutur dan lawan tutur

Dalam RSMT, juga ditemukan satu data yang menunjukkan A

menggunakan tiga jenis strategi kesantunan negatif dalam satu tuturan untuk

menyelamatkan muka B1. Bentuk kombinasi penggunaan strategi kesantunan

negatif untuk menyelamatkan muka B1 yang terdapat dalam RSMT yaitu

penggunaan strategi 1, strategi 4 dan strategi 7. Untuk memperjelas kombinasi

tersebut lihatlah dialog dibawah ini.

(29) Konteks tuturan

Latar : di depan tokonya

Peserta : A, seorang nenek (sekitar 55 tahun) yang ingin menukar tikarnya

yang sobek-sobek dengan tikar yang lebih baik dan seorang

perempuan penjual buah (B1) berusia sekitar 35 tahun

Page 108: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Tujuan : A meminta B1 supaya B1 mau menukar tikarnya yang sobek-

sobek dengan tikar baru

Bentuk tuturan

A : “Rumahnya mana?”

B1 : “Deket situ.”

A : “Saya tu kalau malam ndak bisa tidur, mbok tolong saya

dibantu tukar tikar. Ibu, Tikar saya sobek-sobek kaya gini, ibu

tukar dengan yang baru yang lebih bagus, mau ya?”

B1 : “Ya beline di mana?”

A : “Ya ndak tau, terserah ibu, kalau ibu punya, diambil di rumah

ditukar ini. Saya tu tidur gatal pakai ini.”

(RSMT,76,23/03/2010)

Pada dialog (29), tuturan A yang bercetak tebal mengandung tindak tutur

direktif membujuk. Tuturan A mengandung tindak tutur direktif membujuk

tersebut berpotensi mengancam muka negatif B1. Tuturan yang yang dimaksud

yaitu tuturan “Mbok tolong saya dibantu tukar tikar”. Tuturan A tersebut

berpotensi mengancam muka negatif B1 karena A membatasi ruang gerak B1

dalam menentukan tindakannya, dengan cara menuturkan keinginannya secara

tidak langsung supaya B1 melakukan sesuatu untuknya. Kata “mbok” yang

digunakan A dalam tuturan mengandung tindak tutur direktif membujuk tersebut

berfungsi untuk meminimalkan paksaan terhadap B1. Usaha meminimalkan

paksaan dengan menggunakan kata “mbok” dalam tuturan “Mbok tolong saya

dibantu tukar tikar” dimaksudkan A untuk menyelamatkan muka negatif B1.

Untuk meningkatkan daya kesantunan tuturan tersebut A menggunakan tidak

menyebut lawan tuturnya pada tuturan A mengandung tindak tutur direktif

membujuk tersebut. Pengungkapan tuturan A mengandung tindak tutur direktif

membujuk secara tidak langsung, dengan meminimalkan paksaan dan juga

memberi penghormatan tersebut dimaksudkan A untuk menyelamatkan muka

negatif B1 dan supaya B1 tidak tersinggung dengan tuturan mengandung tindak

tutur direktif membujuk. Penggunaan usaha untuk menyelamatkan muka B1

Page 109: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

tersebut merupakan bentuk penerapan dari kombinasi bentuk kesantunan negatif

strategi 1, strategi 4 dan strategi 7.

Dalam RSMT A biasanya selalu berperan sebagai seseorang dari kalangan

kurang mampu, yang menguji kebaikan dari B1 maupun B2 apakah mereka mau

membantunya. A sering menggunakan tindak tutur direktif yang berfungsi untuk

membujuk B1 maupun B2 untuk melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan dan

maksud dari A. Setiap tuturan dari A yang mengandung tindak tutur direktif

tersebut berpotensi megancam muka negatif dari B1 maupun B2. Dalam RSMT

penulis menemukan lima bentuk strategi kesantunan negatif dan lima bentuk

kombinasi strategi kesantunan negatif yang digunakan oleh A untuk mengurangi

daya ancaman terhadap muka B1 maupun B2.

Penggunaan strategi kesantunan negatif yang digunakan oleh A dalam

RSMT tersebut sangat dipengaruhi oleh konteks, jarak sosial antara A dan B1

maupun B2. Konteks memang sangat berpengaruh dalam proses kemunculan

sebuah tuturan. Jarak sosial juga berpengaruh dalam menentukan strategi

kesantunan negatif yang digunakan oleh A dalam RSMT, jauhnya jarak sosial

antara A dan B1 maupun B2 yang disebabkan oleh tidak saling kenal antara

keduanya, menyebabkan A menggunakan berbagai bentuk strategi kesantunan

negatif supaya B1 maupun B2 tidak tersinggung dengan ucapannya dan juga

mengurangi besarnya potensi ancaman terhadap muka negatif terhadap B1

maupun B2 atas tuturannya. Bentuk strategi kesantunan negatif yang sering

digunakan oleh A untuk mengurangi daya ancaman terhadap muka negatif B1

maupun B2 yaitu strategi 5, yakni memberi penghormatan kepada lawan

Page 110: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

tuturnya, ditunjukan dengan adanya empat puluh dua data yang menunjukkan

penerapan strategi kesatunan negatif dengan memberikan penghormatan.

Keseluruhan analisis data wacana tuturan dalam penelitian ini, secara

sistematis dapat dilihat dalam penomoran data pada tabel-tabel berikut.

Table 1

No Tindak Tutur Direktif

yang Digunakan oleh

Peminta Tolong dalam

RSMT

Nomor Data

1 Meminta (RSMT,15,10/03/2010), (RSMT,47,10/03/2010),

(RSMT,55,23/03/2010), (RSMT,57,23/03/2010),

(RSMT,59,23/03/2010), (RSMT,60,23/03/2010),

(RSMT,73,23/03/2010), (RSMT,72,23/03/2010),

(RSMT,74,23/03/2010), (RSMT,76,23/03/2010),

(RSMT,92,14/04/2010).

2 Menasihati (RSMT,04,10/03/2010), (RSMT,39,10/03/2010).

3 Menyarankan (RSMT,01,10/03/2010), (RSMT,05,10/03/2010),

(RSMT,08,10/03/2010), (RSMT,09,10/03/2010),

(RSMT,11,10/03/2010), (RSMT,12,10/03/2010),

(RSMT,20,10/03/2010), (RSMT,21,10/03/2010),

(RSMT,24,10/03/2010), (RSMT,28,10/03/2010),

(RSMT,31,10/03/2010), (RSMT,32,10/03/2010),

(RSMT,42,10/03/2010), (RSMT,45,10/03/2010),

Page 111: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

(RSMT,77,23/03/2010), (RSMT,83,05/04/2010),

(RSMT,85,07/04/2010), (RSMT,87,07/04/2010),

(RSMT,89,07/04/2010), (RSMT,93,14/04/2010).

4 Melarang (RSMT,48,10/03/2010), (RSMT,50,10/03/2010),

(RSMT,52,10/03/2010), (RSMT,62,23/03/2010).

5 Memperingatkan (RSMT,49,10/03/2010), (RSMT,51,10/03/2010),

(RSMT,61,23/03/2010), (RSMT,63,23/03/2010).

6 Mengingatkan (RSMT,64,23/03/2010)

7 Membujuk (RSMT,02,10/03/2010), (RSMT,03,10/03/2010),

(RSMT,06,10/03/2010), (RSMT,07,10/03/2010),

(RSMT,10,10/03/2010), (RSMT,13,10/03/2010),

(RSMT,14,10/03/2010), (RSMT,16,10/03/2010),

(RSMT,17,10/03/2010), (RSMT,18,10/03/2010),

(RSMT,19,10/03/2010), (RSMT,22,10/03/2010),

(RSMT,23,10/03/2010), (RSMT,25,10/03/2010),

(RSMT,26,10/03/2010), (RSMT,27,10/03/2010),

(RSMT,29,10/03/2010), (RSMT,30,10/03/2010),

(RSMT,33,10/03/2010), (RSMT,34,10/03/2010),

(RSMT,35,10/03/2010), (RSMT,36,10/03/2010),

(RSMT,37,10/03/2010), (RSMT,38,10/03/2010),

(RSMT,40,10/03/2010), (RSMT,43,10/03/2010),

(RSMT,41,10/03/2010), (RSMT,44,10/03/2010),

(RSMT,46,10/03/2010), (RSMT,53,10/03/2010),

(RSMT,54,23/03/2010), (RSMT,56,23/03/2010),

Page 112: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

(RSMT,58,23/03/2010), (RSMT,65,23/03/2010),

(RSMT,66,23/03/2010), (RSMT,67,23/03/2010),

(RSMT,68,23/03/2010), (RSMT,69,23/03/2010),

(RSMT,70,23/03/2010), (RSMT,71,23/03/2010),

(RSMT,75,23/03/2010), (RSMT,78,29/03/2010),

(RSMT,79,29/03/2010), (RSMT,80,29/03/2010),

(RSMT,81,05/04/2010),(RSMT,82,05/04/2010),

(RSMT,84,05/04/2010), (RSMT 86,07/04/2010),

(RSMT,88,07/04/2010), (RSMT,90,07/04/2010),

(RSMT,91,07/04/2010).

Table 2

No Strategi Kesantunan

Negatif yang Digunakan

oleh Peminta Tolong

dalam RSMT

Nomor Data

1 Strategi 1: Menggunakan

Ungkapan secara Tidak

Langsung

(RSMT,47,10/03/2010), (RSMT,55,23/03/2010)

(RSMT,59,23/03/2010).

2 Strategi 2: Menggunakan

Pertanyaan Berpagar

(RSMT,56,23/03/2010).

3 Strategi 4: Meminimalkan

Paksaan

(RSMT,02,10/03/2010), (RSMT,22,10/03/2010),

(RSMT,67,23/03/2010), (RSMT,68,23/03/2010),

Page 113: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

(RSMT,76,23/03/2010), (RSMT,90,07/04/2010).

4 Strategi 5: Memberi

Penghormatan

(RSMT,03,10/03/2010), (RSMT,06,10/03/2010),

(RSMT,07,10/03/2010), (RSMT,13,10/03/2010),

(RSMT,15,10/03/2010), (RSMT,17,10/03/2010),

(RSMT,18,10/03/2010), (RSMT,19,10/03/2010),

(RSMT,21,10/03/2010), (RSMT,23,10/03/2010),

(RSMT,24,10/03/2010), (RSMT,25,10/03/2010),

(RSMT,26,10/03/2010), (RSMT,29,10/03/2010),

(RSMT,31,10/03/2010), (RSMT,33,10/03/2010),

(RSMT,34,10/03/2010), (RSMT,36,10/03/2010),

(RSMT,37,10/03/2010), (RSMT,38,10/03/2010),

(RSMT,39,10/03/2010), (RSMT,40,10/03/2010),

(RSMT,41,10/03/2010), (RSMT,42,10/03/2010),

(RSMT,43,10/03/2010), (RSMT,44,10/03/2010),

(RSMT,46,10/03/2010), (RSMT,49,10/03/2010),

(RSMT,50,10/03/2010), (RSMT,53,10/03/2010),

(RSMT,54,23/03/2010), (RSMT,58,23/03/2010),

(RSMT,60,23/03/2010), (RSMT,71,23/03/2010),

(RSMT,75,23/03/2010), (RSMT,78,29/03/2010),

(RSMT,79,29/03/2010), (RSMT,80,29/03/2010),

(RSMT,81,05/04/2010), (RSMT,88,07/04/2010),

(RSMT,91,07/04/2010), (RSMT,92,14/04/2010),

5 Strategi 7: Menghindari (RSMT,51,10/03/2010), (RSMT,52,10/03/2010),

Page 114: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Penyebutan penutur dan

lawan tutur

(RSMT,57,23/03/2010), (RSMT,63,23/03/2010),

(RSMT,64,23/03/2010), (RSMT,65,23/03/2010),

(RSMT,69,23/03/2010), (RSMT,70,23/03/2010),

(RSMT,72,23/03/2010), (RSMT,74,23/03/2010),

(RSMT,82,05/04/2010).

6 Kombinasi Strategi 1 dan

Strategi 5: Menggunakan

Ungkapan secara Tidak

Langsung dan Memberi

Penghomatan

(RSMT,55,23/03/2010).

7 Kombinasi Strategi 1 dan

Strategi 7: Menggunakan

Ungkapan secara Tidak

Langsung dan

Menghindari Penyebutan

penutur dan lawan tutur

(RSMT,47,10/03/2010), (RSMT,59,23/03/2010),

(RSMT,72,23/03/2010).

8 Kombinasi Strategi 2 dan

Strategi 5: Menggunakan

Pertanyaan Berpagar dan

Memberi Penghomatan

(RSMT,56,23/03/2010).

9 Kombinasi Strategi 4 dan

Strategi 5: Meminimalkan

Paksaan dan Memberi

(RSMT,02,10/03/2010), (RSMT,22,10/03/2010),

(RSMT,67,23/03/2010), (RSMT,68,23/03/2010),

(RSMT,91,07/04/2010).

Page 115: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

penghomatan

10 Kombinasi Strategi 1,

Strategi 4 dan Strategi 7:

Menggunakan Ungkapan

secara Tidak Langsung,

Meminimalkan Paksaan

dan Menghindari

Penyebutan penutur dan

lawan tutur

(RSMT,76,23/03/2010).

Page 116: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dalam penulisan ini dapat disimpulkan dua hal yang merupakan jawaban

dari rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya. Berikut merupakan

simpulan dari penulisan ini.

1. Wujud tindak tutur direktif yang terdapat dalam RSMT sebanyak 7 jenis tindak

tutur direktif yang digunakan oleh A dalam mengutarakan maksudnya. Tindak

tutur direktif tersebut meliputi tindak tutur meminta, menasihati,

menyarankan, melarang, memperingatkan, mengingatkan dan membujuk. Dari

hasil analisis data menunjukkan bahwa tindak tutur direktif membujuk sering

sekali digunakan oleh A dalam mengutarakan maksud atau keinginannya,

ditunjukkan dengan ditemukannya lima puluh satu data yang mencerminkan

tindak tutur direktif membujuk.

2. Wujud realisasi strategi kesantunan negatif yang terdapat dalam RSMT

sebanyak lima bentuk strategi kesantunan negatif yang digunakan oleh A,

untuk mengurangi potensi ancaman muka negatif B1. Kelima strategi itu yaitu

(a) strategi 1, yaitu menggunakan ungkapan secara tidak langsung, (b) strategi

2, yaitu menggunakan pertanyaan berpagar, (c) strategi 4, yaitu

meminimalkan paksaan, (d) strategi 5, yaitu memberi penghormatan, (e)

strategi 7, yaitu menghindari penyebutkan penutur dan lawan tutur. Dalam

RSMT juga ditemukan lima bentuk kombinasi strategi kesantunan negatif yang

digunakan oleh A, untuk mengurangi potensi ancaman muka negatif B1.

Page 117: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Kelima kombinasi strategi itu yaitu (a) strategi 1 dan strategi 5, yaitu

menggunakan ungkapan secara tidak langsung dan memberi penghormatan,

(b) strategi 1 dan strategi 7, yaitu menggunakan ungkapan secara tidak

langsung dan menghindari penyebut penutur dan lawan tutur, (c) strategi 2

dan strategi 5, yaitu menggunakan pertanyaan berpagar dan memberi

penghormatan, (d) strategi 4 dan strategi 5, yaitu meminimalkan paksaan dan

memberi penghormatan, serta (e) strategi 1 strategi 4, dan strategi 7, yaitu

menggunakan ungkapan secara tidak langsung, meminimalkan paksaan dan

menghindari penyebutkan penutur dan lawan tutur. Dari kelima bentuk

strategi kesantunan dan kelima bentuk kombinasi strategi kesantunan negatif,

bentuk strategi kesantunan negatif yang sering digunakan oleh A untuk

mengurangi daya ancaman terhadap muka negatif B1 maupun B2 yaitu

strategi 5, yakni memberi penghormatan kepada lawan tuturnya, ditunjukan

dengan adanya empat puluh dua data yang menunjukkan penerapan strategi

kesatunan negatif dengan memberikan penghormatan.

Page 118: tindak tutur direktif dan kesantunan negatif dalam reality show minta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini penulis memberikan saran sebagai berikut.

1. Para pemerhati bahasa dapat menggunakan hasil penulisan ini sebagai bahan

acuan untuk meneliti kajian pragmatik secara lebih mendalam baik bersifat

pengulangan maupun perluasan dari sudut pandang yang lain.

2. Penulisan tentang tindak tutur direktif dan strategi kesantunan negatif dalam

RSMT ini merupakan salah satu penulisan yang hendaknya akan dianalisis

lebih luas lagi dengan menggunakan pendekatan yang berbeda. Penulis

berharap agar penulisan mendatang lebih mendalam dan berkualitas demi

pengetahuan mengenai penerapan berbagai jenis kajian dalam analisis tindak

tutur maupun strategi kesantunan.