Upload
ghea-sugiharti
View
247
Download
0
Embed Size (px)
7/27/2019 Tht refrat
1/19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
Tuli mendadak atau sudden hearing loss merupakan keadaan
emergensi di telinga, dimana telinga mengalami ketulian secara mendadak,
kadang tanpa disertai keluhan, umumnya mengenai satu telinga dengan
kehilangan pendengaran 30 dB atau lebih pada 3 frekuensi dan berlangsung
selama kurang dari 3 hari. Dikatakan emergensi karena keadaan ini sering
kali menetap, jika tidak diketahui cepat penyebabnya
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan ketulian mendadak, tapi
sebagian besar kasus rata-rata idiopatik. Dilaporkan pula etiologi dari
ketulian mendadak hanya dapat ditegakkan pada 10 % kasus tersebut.
Penyebab pasti kadang sulit untuk diketahui, umumnya diakibatkan
gangguan pada saraf telinga (pada rumah siput / koklea) oleh berbagai hal
seperti trauma kepala, trauma bising yang keras, infeksi virus, perubahan
tekanan atmosfir dan adanya kelainan darah, autoimun, obat ototoksik,
meniere dan neuroma akustik.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana patofisiologi dan penatalaksanaan tuli mendadak.
C. Tujuan Penulisan
Mengetahui dan memahami tentang patofisiologi dan penatalaksanaan tuli
mendadak.
1
7/27/2019 Tht refrat
2/19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem pendengaran
1. Organon auditus
a. Auris Eksterna2
Organon eksterna terdiri dari dua yaitu
1) Aurikula (pinna) : mempunyai bentuk yang khas, dilekatkan pada
os temporal, dilengkapi muskulus intrinsik et ekstrinsik, keduanya
diinervasi oleh N.VII (N. Fasialis), mempunyai fungsi
mengumpulkan dan meneruskan gelombang ke meatus acusticus
externus dan melindungi porus acusticus externus.
2) Meatus Acusticus Externus : merupakan saluran pendek dan
berkelok seperti huruf S membentang dari auricula sampai sulcus
2
7/27/2019 Tht refrat
3/19
tympanikus, dipisahkan dengan cavitas tympanica oleh membrana
tympanica, bagian ini dilapisi oleh kulit yang dilengkapi glandula
sebacea dan glandula ceruminosa (modifikasi kelenjar apokrin
dengan menghasilkan serumen), dengan mempunyai fungsi sebagai
resonator gelombang.
b. Auris Media2
Ruangan berisi udara, dilapisi oleh sel mukosa dengan letak di os
temporal, terdiri atas:
1) Membrana Tympanica
Membran tipis letak miring dibagi menjadi dua yaitu pars tensa
(memiliki limbus) dan pars flacidda, dibagi 4 kuadran :
a) Kuadran superior anterior
b) Kuadran inferior anterior (terdapat cone of light)
c) Kuadran superior posterior
d) Kuadran inferior posterior (tempat dilakukan
Parasintwsis/miringotomi)
2) Cavitas tympanica
Ruangan terbesar di auris media, dengan bagian inferior
membentuk tuba eustachius yang berhubungan dengannasopharing
3) Ossicula auditus
Terdiri 3 buah tulang kecil yaitu malleus, Incus dan stapes ini
membentuk rangkaian dari membrana tympanica sampai fenestra
vestibuli
c. Auris interna (Labyrinth)2
3
7/27/2019 Tht refrat
4/19
Terlibat dalam proses pendengaran dan keseimbangan, terdiri dari dua
bagian, yaitu :
1) Labyrinth osseus
Terdiri dari bagian yaitu
a) Vestibulum
b) Canalis semicircularis
c) Cochlea: berbentuk rumah siput, mengandung organ
pendengaran, dilapisi membrana epitelia yang menghasilkan
perylimfe
2) Labyrinth membranaceus
Terdiri dari :
a) Utriculus dan sacculus : didalam terdapat macula yang
berfungsi sebagai reseptor terhadap gravitasi dan perubahan
posisi kepala, berhubungan tidak langsung dengan ductus
endolymphaticus.
b) Ductus semicircularis : terdapat didalam canalis semicircularis
(osseus) setiap ductus terdapat ampulla yang mempunyai
fungsi mendeteksi gerakan angular/rotasional kepala.
c) Ductus cochlearis : terdapat membrana basilar yang ditempati
oleh organon corti (phonoreceptor N.VIII), berisi endolymphe
dan perilymphe
2. Fisiologi pendengaran
a. Mekanisme
4
Gelombang sampai pada membrana tympanica
Menyebabkan pergerakan ossicula auditus
Menghasilkan tekanan pada perilymphe pada ductus vestibularis
Tekanan membuat getaran pada membrana basilaris
Menyebabkan getaran sel rambut
Mengenai daerah dan intensitas rangsang ke susunan saraf melalui N.VIII
7/27/2019 Tht refrat
5/19
5
7/27/2019 Tht refrat
6/19
B. SUDDEN HEARING LOSS ( SHL )
1. Definisi
Sudden Hearing loss ialah tuli yang terjadi secara tiba-tiba, bersifat
sensorineural dan penyebabnya tidak dapat langsung diketahui, biasanya
terjadi pada satu telinga6. Salah satu simptom yang menakutkan dalam
kasus emergensi.
Menurut pedoman5 , tuli mendadak didefinisikan antara lain :
a. Tuli mendadak mempunyai onset cepat, terjadi dalam waktu kurang dari
72 jam atau gejala subjektif yaitu kelainan pada sensasi pendengaran
unilateral maupun bilateral.
b. Sudden sensorineural hearing loss (SSNHL) ada yang berupa alami dan
menurut kriteria pasti audiometri
1) Di indikasikan adanya abnormal koklea, saraf auditori, atau padapersepsi dan proses auditori pusat.
2) Frekuensi terbanyak pada kriteria audiometri yaitu penurunan
pendengaran 30 dB dari 3 frekuensi berlangsung dalam waktu
kurang dari 3 hari
c. Idiopatik Sudden sensorineural hearing loss (ISNHL) didefinisikan
SSNHL dengan tidak teridentifikasi meskipun tidak adekuat dalam
penelitian.
Sudden Hearing loss, secara klinik, didasari atas beberapa penyakit
yaitu seperti tabel berikut :
6
7/27/2019 Tht refrat
7/19
2. Karakteristik
a. Bilateral Sudden Hearing Loss
Sudden Hearing loss hal yang paling jarang ditemui yaitu
Bilateral Sudden Hearing Loss yang bisa dikarenakan yaitu seperti
tabel berikut:
Kasus terbanyak yang terjadi SHL mempunyai proses berubah-
ubah sehingga melihat riwayat pasien yang mengalami SHL sangat
diperlukan, bisa dievaluasi riwayat penyakit meniere, penyakit autoimun
telinga dalam, sindrom cogan, dan sindrom hiperviscositas5. Penyakit
meniere merupakan kasus paling sering ditemukan dalam frekuensi
perubahan SHL.
b. Sudden Hearing Loss with Neurological Finding
Interpretasi penyakit SHL dengan adanya gangguan pada saraf
kurang spesifik dalam penelitian, tapi ada juga gangguan tersebut
berhubungan dengan Cerebrovaskular
7
7/27/2019 Tht refrat
8/19
Oklusi pada arteri auditori internal sering terjadi pada
mekanisme terjadinya tuli unilateral akibat stroke, akibatnya sering
terjadi karena adanya penyakit ateriolsklerosis atau sobek pembuluh
darah atau trombosis pada arteri vertebral bagian distal atau arteri
basilar bagian proksimal5.
Kelainan pada saraf pusat lainnya yang sering terjadi pada
SHL, termasuknya multipel sklerosis, meningitis karsinomatosa,
meningitis limpomatosa, dan kasus yang paling jarang yaitu
lympomatosis intravaskular pada sistem saraf pusat dan infark
migrainosa5.
Keutamaan pada multipel sklerosis mempunyai gejala
kelemahan unilateral, buta, diplopia, atau paraparesis. Sedangkan pada
meningitis terjadi karena infeksi, neoplasma, atau inflamasi dengan
menunjukkan kadar protein naik, peningkatan sel darah putih pada
LCS atau adanya abnormalitas LCS5.
c. Vestibular Schwanoma
Tumor atau ada lesi pada cerebellopontine angle yang meliputi
gejala hemiataxia, kelemahan otot wajah yaitu vestibular schwanoma.
Kasus tersebut mempunyai gejala tuli progresif secara lambat sering
terjadi SSNHL. Tinnitus sebelum terjadinya otalgia, SHL atau
parestesia lebih sering terjadi pada pasien dengan vestibular
schwannoma, namun, gejala-gejala ini terlalu jarang untuk
menyingkirkan lesi retrocochlear. Meskipun risiko tumor yang
mendasari lebih rendah pada pasien dengan frekuensi rendah gangguan
pendengaran, semua jenis pola audiometri telah ditemukan di SSNHL
pasien dengan schwannomas vestibular.
3. Epidemiologi
8
7/27/2019 Tht refrat
9/19
Ketulian pada tuli mendadak sebagian besar kasus terjadi pada satu
telinga (unilateral) dan hanya 1,7%-2% kasus terjadi ada dua telinga
(bilateral). Di Amerika Serikat 5-20% kasus tuli mendadak per 100.000
per tahun. Hadjar E melaporkan di sub bagian neurotologi THT FK UI/
RS Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 1999 sampai dengan tahun
2001 terdapat 262 pasien tuli mendadak yang merupakan 6,24% dari
seluruh penderita ketulian, 10% dari tuli sensorineural, dan 36% dari
akibat kelainan vaskuler.
Diperkirakan sekitar 4000 kasus sudden sensorineural hearing loss
(SSNHL) terjadi di US setiap tahunnya. Distribusi antara pria dan wanita
terlihat hampir sama. Puncak insidensi muncul pada usia 50an. Dewasa
muda memiliki angka kejadian yang hampir sama dengan dewasa
pertengahan tua. Usia rata-rata sekitar 40-54 tahun.
4. Etiologi
Sebagian besar kasus ini rata-rata idiopatik (tidak diketahui secarapasti). Biasanya, diagnosis didasarkan pada riwayat medis pasien.
Kemungkinan penyebab tuli mendadak antara lain:
a. Penyakit infeksi
b. Trauma, seperti cidera kepala
c. Penyakit immunologis seperti Cogans syndrome
d. Keracunan, seperti gigitan ular
e. Obat-obatan bersifat ototoksik
f. Masalah sirkulasi/vaskuler
g. Penyebab neurologis seperti multiple sclerosis
h. Meniere disease
9
7/27/2019 Tht refrat
10/19
5. Patogenesis
6. Diagnosis
10
7/27/2019 Tht refrat
11/19
Diagnosis didapatkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang audiologi dan laboratiotium.
a) Anamnesis
1) Tuli unilateral/bilateral
2) Tinnitus
3) Vertigo
4) Infeksi virus: varisella, variolla
b) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dengan otoskop, tidak ditemukan
kelainan pada telinga yang sakit.
c) Pemeriksaan Penunjang
1) Tes Penala
Rinne positif, Weber lateralisasi ke telinga yang sehat, schwabach
memendek. Kesan : tuli sensorineural.
2) Audiometri nada murni
Tuli sensorineural ringan sampai berat.
3) Audiometri khusus
11
7/27/2019 Tht refrat
12/19
Tes Sisi (Short Increment Sensitivity Index) dengan skor :
100% atau kurang dari 70%.
Tes Tone Decay atau refleks kelelahan negative.
Kesan bukan tuli retrokoklea.
4) Audiometri tutur
SDS (Speech Discrimination Score) : kurang dari 100%
Kesan : tuli sensorineural.
5) BERA (Brainstem Evolved Response Audiometry)
Menunjukkan tuli sensori ringan sampai berat.
6) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan serologis menunjukkan peningkatan titer
antibody terhadap sejumlah virus : pada kasus penyakit MUMPS,
measles, rubella, dan influenza yang disebabkan oleh infeksi
adenovirus dan sitomegalovirus (CMV).
7) Tes keseimbangan ENG (Electronistagmografi)
Mungkin terdapat paresis kanal. Penderita perlu konsul
dibagian hematologi penyakit dalam dan bagian kardiologi untuk
mengetahui adanya kelainan darah dan hal-hal yang
mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah.
8) Pemeriksaan Gambar/Foto
CT-Scan yang mempunyai resolusi tinggi dilakukan apabila
terdapat malformasi kongenital dan tulang temporal.
12
7/27/2019 Tht refrat
13/19
7. Pengobatan
a. Medikamentosa
Tirah baring sempurna (total bed rest) istirahat fisik dan mental
selama 2 minggu untuk menghilangkan atau mengurangi stress yang
besar pengaruhnya terhadap keadaan kegagalan neovaskuler.
b. Pengobatan
1) Obat Anti Virus
Asiklovir dan amantadin dibatasi penggunaannya pada
pengobatan ketulian sensorineural mendadak idiopatik hanya
pada etiologi virus. Famsiklovir dan valasiklovir merupakan
obat terbaru, yang memiliki struktur dan cara kerja yang serupa
dengan asiklovir dan belum dilaporkan penggunaannya pada
ketulian mendadak.
2) Vasodilator
Secara teoritis, vasodilator dapat memperbaiki suplai darah
ke koklea, mencegah terjadinya hipoksia. Papaverin, hista. mine
fosfat, asam nikotinik, prokain, niasin, dan karbogen digunakan
untuk memperbaiki aliran darah koklearis.
Vasodilator yang cukup kuat misalnya dengan pemberian
complamin injeksi:
3 x 1200 mg (4ampul) selama 3 hari
3 x 900 mg (3 ampul) selama 3 hari
3 x 600 mg (2 ampul) selama 3 hari
3 x 300 mg (1 ampul) selama 3 hari
13
7/27/2019 Tht refrat
14/19
3) Obat rheologik
Reologik agen mengubah viskositas darah dengan
menggunakan dekstran dengan berat molekul yang rendah,
pentoksifilin, atau antikoagulan (heparin, warfarin) untuk
memperbaiki aliran darah dan oksigenasi. Dekstran dapat
menyebabkan terjadinya hemodilusi hipervolemik dan
mempengatuhi faktor VII, yang keduanya dapat meningkatkan
aliran darah. Pentoksifilin dapat menyebabkan terjadinya
deformitas platelet sedangkan antikoagulan memberikan efek balik
terhadap terjadinya koagulan untuk mencegah emboli.
4) Diuretik
Pada beberapa episode ketulian sensorineural idiopatik yang
merupakan sekunder dari hydrops endolimfatik koklea,diuretic bias
digunakan sebagai pengobatan, seperti pada penyakit Meniere.
Terapi dengan diuretic dan diet rendah garam ikut berperan untukmengurangi oedema yang timbul.
5) Hyperbarik oksigen
Hyperbaric dengan kombinasi glukokortikoid dosis tinggi
dapat meningkatkan hasil terapi, dan hasil terbaik dicapai jika
perawatan dimulai sedini mungkin. Oksigen hyperbaric (OHB)
adalah inhalasi oksigen 100% dan tekanan lebih dari 1atmosfer
(atm) di dalam ruang udara bertekanan tinggi.
14
7/27/2019 Tht refrat
15/19
6) Kortikosteroid
7) Bedah
Memperbaiki celah fistula perilimfatis digunakan pada
kasus ketulian sensorineural mendadak idiopatik yang berkaitan
dengan tes fistula positif atau terdapat riwayat trauma atau
barotrauma.
15
7/27/2019 Tht refrat
16/19
8) Kortikosteroid
Pada pasien diabetes perlu diperhatikan, sebaiknya diberikan
kortikosteroid injeksi dan bila perlu dilakukan pemeriksaan gula darah secara
rutin setiap hari serta konsultasi ahli penyakit dalam.
16
7/27/2019 Tht refrat
17/19
Evaluasi fungsi pendengaran dilkukan setiap minggu selama 1 bulan.
Kallien (1997) mendefinisikn perbaikan pendengaran pada tuli mendadak adalah
sebagai berikut:
1) Sangat baik, apabila perbaikan > 30dB pada 5 frekuensi.
2) Sembuh, apabila perbaikan ambang pendengaran
7/27/2019 Tht refrat
18/19
KESIMPULAN
Sudden deafness (tuli mendadak) pertama kali diuraikan dalam literature
oleh De Kleyn pada tahun 1944. Sudden deafness didefinisikan sebagai suatu
kejadian tiba-tiba dari kehilangan pendengaran sensorineural pada salah satu
telinga (unilateral) dimana penurunan pendengaran 30dB atau lebih pada 3
frekuensi yang berturut-turut pada pemeriksaan audiometri dan berlangsung
selama kurang dari 3 3 hari. Biasanya pasien kehilangan pendengarannya disertai
dengan rasa penuh ditelinga, dan disertai timbul vertigo dan tinnitus (telinga
berdenging) atau suara berisik dalam telinga.
Dilaporkan keseluruhan kejadian suden deafness berkisar dari 5% sampai
20% per 100.000 orang per tahun. Sudden deafness termasuk kedaruratan
otology namun tidak diketahui secara pasti penyebab serta pengobatannya.
Pengobatan untuk sudden deafness ini masih kontroversial, pendekatan
yang berbeda seperti steroids, vasodilator, antiviral agent, diuretic, dan diet
rendah garam telah disarankan. Pada umumnya makin cepat diberikan
pengobatan, makin besar kemungkinan untuk sembuh, bila lebih 2 minggu
kemungkinan sembuh menjadi lebih kecil.
18
7/27/2019 Tht refrat
19/19
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams, Boies dan Higler. 1997. Penyakit Telinga Dalam Dalam Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher.
Edisi ke 6 : Jakarta : EGC
2. Budianto, A. 2005. Guidance To Anatomy III. Surakarta: FKUNS
3. Conlin, E and Parnes, L. 2007. Treatment Of Sudden Sensorineural
Hearing Loss. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17576908 (23
September 2012)
4. Jenny B dan Indro S. 2007. Tuli Mendadak Dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke 6:
Jakarta: FK UI.
5. Stachler, R. et al. 2012. Clinical Practice Guidance : Sudden Hearing
Loss. http://oto.sagepub.com/content/146/3_suppl/S1.full.pdf+html (23
September 2012)
6. Suckfull, M. 2009. Perspektives On The Pathophysiology Ans Treament
Of Sudden Idiopathic Sensorineural Hearing Loss.
19
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17576908http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17576908http://oto.sagepub.com/content/146/3_suppl/S1.full.pdf+htmlhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17576908http://oto.sagepub.com/content/146/3_suppl/S1.full.pdf+html