10
SETIAP ANAK CERDAS !!! THOMAS ARMSTRONG BAB 1

Thomas Armstrong: Setiap Anak Cerdas (Bab 1)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Thomas Armstrong: Setiap Anak Cerdas (Bab 1)

SETIAP ANAK CERDAS !!!THOMAS ARMSTRONG

BAB 1

Page 2: Thomas Armstrong: Setiap Anak Cerdas (Bab 1)

Pemahaman Lama Tentang Anak Cerdas

Masih sering kita dengar ungkapan orangtua dan guru tentang anak-anak dan anak didik mereka yang memperoleh prestasi sekolah tidak sebagaimana yang diinginkan. Mereka mengeluh mengapa anaknya bodoh sekali. Di lain Kesempatan, orangtua juga mengeluhkan ketika anak-anak atau anak didik mereka melakukan sesuatu yang tidak biasa. Mereka mengeluh mengapa anak atau anak didiknya suka berperilaku yang aneh-aneh.

Dulu, orang selalu melihat kecerdasan sebagai sesuatu yang dibawa sejak lahir dan tidak pernah berubah sepanjang kehidupan seseorang. Sehingga, ketika seorang anak mendapatkan nilai jelek atau pun hasil IQ yang biasa saja maka sejak saat itulah label “tidak mampu” menempel pada diri anak tersebut. Beruntunglah anggapan yang keliru itu tidak berlarut-larut.

Page 3: Thomas Armstrong: Setiap Anak Cerdas (Bab 1)

Sebagian orangtua sering mengeluhkan dan merasa bahwa anak mereka kurang cerdas bahkan termasuk lambat belajar. Standar atau patokan yang digunakan biasanya berdasarkan prestasi belajar yang didapat di bangku sekolah. Namun demikian, para orangtua lupa bahwa hampir seluruh aspek yang dinilai dalam dunia pendidikan kita masih berpusat pada kemampuan kognitif atau

intelektual semata.

Pada 1904, Alfred Binet dkk mengembangkan alat untuk

menentukan siswa mana yang ”berisiko” mengalami kegagalan, agar mereka dapat diberi perhatian khusus. Mereka membuahkan tes kecerdasan yang pertama hingga segera tersebar luas. Masyarakat jadi beranggapan ada hal yang disebut ”kecerdasan”, dan bahwa kecerdasan dapat diukur secara obyektif dan dapat dinyatakan dalam angka atau nilai ”IQ”

Daniel Goleman Konsep Emotional Intelligence yang

meyakini bahwa kecerdasan emosi (Emotional Quotient) jauh lebih penting dan terbukti memberi sumbangan yang lebih besar dalam keberhasilan hidup seseorang dibandingkan kecerdasan intelektual-nya.

Page 4: Thomas Armstrong: Setiap Anak Cerdas (Bab 1)

Si Bodoh yang Jenius

Di SD anak ini sama sekali tidak menonjol, bahkan dikatakan termasuk anak yg "bodoh". Ia tidak suka mata pelajaran hafalan seperti sejarah, geografi, dan bahasa. Ia tidak suka menghafalkan fakta dan data. Ia hanya tertarik pada fisika dan matematika, terutama bagian TEORI. Guru-gurunya menganggap anak ini PEMALU, BODOH, MALAS BELAJAR, dan SUKA MENENTANG TATA TERTIB. Karena ia hanya mau mempelajari fisika dan matematika maka ia tamat SMP TANPA MENDAPAT IJAZAH. Ketika menempuh ujian perguruan tinggi, ia juga tidak lulus. Barulah setelah ujian kali ke-2, ia berhasil "lolos". Tapi ia jarang ikut kuliah, ia lebih suka membaca dan belajar sendiri FISIKA TEORI. Ia dapat lulus dari Perguruan Tinggi karena "meminjam catatan" teman sekuliah. 2 tahun ia menganggur, sebelum akhirnya mendapat pekerjaan di sebuah kantor paten. Di sanalah pemuda "bodoh" ini mengutak-atik ilmu FISIKA TEORI hingga akhirnya menghasilkan Teori Relativitas.

Anak ini adl anak bungsu dari 7 bersaudara. Pada usia 6 tahun ia mengerami telur ayam. Pada usia 7 tahun ia masuk sekolah, tapi 3 bulan kemudian DIKELUARKAN karena gurunya berpendapat bahwa anak ini tidak dapat menerima pelajaran apa pun. "Dia TERLALU BODOH!", kata gurunya. Ibunya dg sabar mengajar anak ini membaca, menulis, dan berhitung. Setelah dapat membaca, anak tsb membaca apa saja yg dijumpainya, mulai dari Ensiklopedi, buku sejarah, kamus IPA, dan buku Ilmu Kimia. Pada umur 12 tahun, anak "bodoh" ini sudah mulai suka mengadakan eksperimen. Pada umur 29 tahun, si pemuda "bodoh" ini sudah punya laboratorium riset untuk industri. Dalam waktu 13 bulan ia menemukan 400 macam penemuan. Jumlah total penemuannya semasa hidupnya sekitar 3000 macam. Salah satunya adalah: lampu listrik.

Page 5: Thomas Armstrong: Setiap Anak Cerdas (Bab 1)

Anak ini lahir dari sebuah keluarga petani miskin yg menanam buah-buahan untuk majikannya. Sejak kecil anak ini sudah tertarik pada tanaman, bahkan pada saat dewasa, setelah ia memutuskan untuk menjalani hidupnya sbg pastur, ia tetap bereksperimen dg tanaman di kebun biaranya. Meski sudah jadi pastur, ia mengikuti ujian perolehan ijazah guru, tapi GAGAL dan dapat angka TERBURUK dalam BIOLOGI. Tanpa mengantongi ijazah guru resmi, ia hanya menjadi guru CADANGAN ilmu alam di sekolah sambil terus mengadakan eksperimen. 34 tahun setelah ia meninggal, barulah penemuannya mendapat pengakuan internasional dan dirinya disebut-sebut sbg BAPAK GENETIKA. Nama anak ini adalah: Gregor Mendel.

Adam Khoo, adalah seorang pemuda Singapura super jenius. Pada usia 26 tahun dia sudah mempunyai empat bisnis yang beromzet US$ 20 juta (Rp 180 M). Siapakah dia gerangan? Ketika umur 12 tahun Adam dicap sebagai anak malas, bodoh, agak terbelakang dan tidak ada harapan. Ketika masuk SD, dia benci membaca. Maunya hanya main game komputer dan nonton TV. Karena tidak belajar, banyak nilai F yang membuat dia semakin benci kepada gurunya. Benci belajar, bahkan juga benci sekolah! Saat duduk di kelas tiga, Adam dikeluarkan dari sekolah dan pindah ke sekolah lain. Ketika hendak masuk SMP, dia ditolak 6 sekolah, dan akhirnya masuk ke sekolah yang terjelek. Di sekolah yang begitu banyak murid bodohnya, Adam Khoo termasuk yang paling bodoh. Di antara 160 murid seangkatannya, Adam menduduki peringkat 10 dari bawah.

Page 6: Thomas Armstrong: Setiap Anak Cerdas (Bab 1)

Terabaikannya Bakat dan Kemampuan Anak Akibat Kurikulum Sekolah

Ada berbagai macam binatang bersahabat lalu mereka pergi ke sekolah. Ketika pelajaran renang si kura-kura dengan semangat dia berenang dengan tenang. Dia mencapai garis akhir dan mendapat pujian luar biasa. Tapi si kelinci dia kelejotan, berteriak-teriak dia gagal berenang, demikian juga si burung. Dia menjadi kedinginan dan lari ketakutan. Maka si guru mulai marah dengan si kelinci, “Dasar Kelinci autis! Lompat-lompat terus, tidak mau belajar!”

Tak lama kemudian kelompok binatang yang bersahabat ini belajar berlari. ”Wah, kelinci menjadi juara, namun si kura-kura dimarahi “Kamu ini si pemalas. Kamu ini lambat, lelet, tidak ada masa depan!” Maka si kura-kura pun stres. Demikian juga ketika berganti pelajaran melompat dari tempat yang tinggi “Wah si burung senang sekali, karena dia melompat bahkan melayang-layang. Sapi dan gajah ketakutan karena badannya gemuk, dia jatuh akan susah bangun dan berdiri lagi. Maka dia dimarahi dikatakan “si gendut dan si rakus” Maka sapid an gajah pun stres.

Nah, kenapa masing–masing menjadi stres? Padahal sebenarnya mereka tidak ada masalah. Yang menjadi masalah adalah kurikulum yang mereka ikuti yang mengharuskan binatang belajar berenang, belajar melompat, belajar terbang dan belajar berlari. Padahal setiap binatang punya ciri khas, cara bergerak sendiri-sendiri

Pada bulan April 1963 telah tercipta sebuah penyakit yang ditimbulkan oleh dunia pendidikan, penyakit ini menyerang sistem saraf para siswa, yaitu “Learning Disability” Istilah ini digunakan untuk anak/siswa yang menderita gangguan bahasa, kemampuan bicara, membaca, dan keterampilan komunikasi yang berkaitan dengan belajar

Penyakit lain dimunculkan kembali oleh para profesional kesehatan mental pada dunia pendidikan, yaitu “Attention Deficit Disorder (ADD)” Istilah ini diberikan kepada siswa yang berperilaku hiperaktif, impulsif, dan perhatian yang mudah pecah.

Page 7: Thomas Armstrong: Setiap Anak Cerdas (Bab 1)

Mengabaikan Kemampuan Belajar Anak

Mary Poplin (editor Learning Disability Quarterly/LDQ)Mengapa kita tidak tahu apakah murid-murid kita berbakat dalam bidang seni, tari, musik, atletik, komputer, atau bidang lainnya ? …Penyebabnya adalah seperti umumnya pendidik, kita hanya peduli pada kemampuan dalam arti yang paling tradisional dan akademis, seperti pintar membaca, menulis, mengeja, IPA dan matematika dalam bentuk buku pelajaran dan lembar latihan standar.Pada saat anak-anak LD bersekolah, semua perhatian guru dan orang tua dipusatkan pada “ketidakmampuan” mereka dan bukan memperhatikan kemampuannya. (seperti cerita tentang para binatang yang memutuskan untuk menciptakan sebuah sekolah memanjat, terbang, berlari, berenag dan menggali. Yang pada akhirnya mereka tidak mempunyai kesempatan untuk berprestasi dalam bidang keahliannya)

Sekolah Memisahkan Anak dari Potensi Sejati

Thomas ArmstrongSeorang anak perempuan berusia 6 tahun yang aktif dan bersemangat, dengan penuh gairah memulai hari pertamanya di sekolah. Ia terbiasa mengisi hari-harinya dengan menggambar, bermain di kolam renang bersama teman-temannya, bermain bola dan bernyanyi riang. Ketika masuk sekolah pada hari pertama yang berkesan itu, ia berharap bisa bergerak bebas, menjelajahi benda-benda disekitarnya, bernyanyi, bermain dan berinteraksi dengan teman-temannya. Tetapi sebaliknya ia malah menemukan dirinya dalam sebuah dunia dimana ia harus duduk di kursinya selama berjam-jam, belajar memahami perintah yang panjang dan rumit dari sang guru dan memaksakan matanya melihat angka dan huruf yang tercetak di dalam buku.Ketika kekecewaan dan kebingungannya didiagnosis oleh para pakar maka disimpulkan bahwa anak tersebut menderita LD, ADD, disleksia dan hiperaktivitas

Page 8: Thomas Armstrong: Setiap Anak Cerdas (Bab 1)

Setiap Anak CerdasSatu keyakinan penting yang perlu dimiliki oleh para guru dan orangtua tentang anak-anak mereka adalah bahwa setiap anak lahir dengan membawa potensi. Dengan keyakinan demikian, harapannya akan muncul kesungguhan untuklebih peka dan cermat dalam berusaha menemukan serta mengembangkan potensi yang dimiliki anak-anak. Sebuah kepastian, bahwa Allah SWT tidaklah menciptakan segala sesuatudengan sia-sia. Apalagi dalam penciptaan makhluk bernama manusia. Kita, orangtua dan guru, ibarat para pembuat keramik. Dan anak-anak adalah tanah liatnya. Dia memberi amanah berupa anak-anak pada kita untuk diasuh, dibimbing dan diarahkan hingga menjadi generasi yang terbaik, sebagai rahmatan lil alamin.

HowardGardner • mengungkapkan teorinya tentang

multiple intelligence (kecerdasan ganda) yang dimiliki oleh setiap anak. Menurut Gardner, setiap anak memiliki delapan jenis kecerdasan yang tersusun menjadi satu dengan cara yang unik dan kombinasi yang berlainan. anak bukan hanya berkaitan dengan berpikir (kecerdasan logis dan mate-matis), tapi ada berbagai kecerdasan lain. Sebagai contoh, bisa jadi anak memiliki kecerdasan berpikir yang biasa saja, namun ia memiliki kelebihan dalam hal kecerdasan musikal. Anak yang lain mungkin memiliki kecerdasan berpikir biasa saja, namun ia memiliki kecerdasan kinestetik yang menjadikannya memiliki skill olahrga yang jauh di atas rata-rata anak yang lain.

Page 9: Thomas Armstrong: Setiap Anak Cerdas (Bab 1)

Berdasarkan teori Gardner, delapan jenis kecerdasan yang ada pada setiap anak yaitu sebagai berikut :• Pertama: Kecerdasan Linguistik. Adalah

kemampuan menggunakan katakata secara efektif, umumnya berkaitan dengan kemampuan bicara.

• Kedua: Kecerdasan logis matematis. Adalah ketrampilan mengolah angkadan/atau kemahiran menggunakan logika/akal sehat.

• Ketiga: kecerdasan spasial. Adalah kemampuan memvisualisasikan gambar yang ada di dalam kepala.

• Keempat: kecerdasan kinestetik-jasmani. Adalah kecerdasan yang melibatkan fisik/tubuh anak, baik motorik halus maupun motorik kasar.

• Kelima: kecerdasan musikal. Adalah kecerdasan yang melibatkan kepekaan

• terhadap irama atau melodi musik, menyanyikan sebuah lagu, memainkan alat musik atau sekedar menikmati musik.

• Keenam: kecerdasan naturalis. Adalah kecerdasan yang melibatkan kemampuan mengenali bentuk-bentuk alam di sekitar kita, seperti burung, bunga, pohon, dan flora fauna yang lain.

• Ketujuh: kecerdasan antarpribadi. Adalah kecerdasan dalam hal memahami dan berempati serta bekerjasama dengan orang lain.

• Kedelapan: kecerdasan intra pribadi. Adalah kecerdasan memahami diri sendiri, mampu menempatkan diri, mengetahui kelemahan dan kekuatan diri dan pandai mengelola emosi/perasaan.

Page 10: Thomas Armstrong: Setiap Anak Cerdas (Bab 1)

Renungan !

• “Didiklah anak-anakmu. Sesungguhnya mereka dilahirkan untuk hidup dalam suatu zaman yang benar-benar berbeda dengan zamanmu”. (Ali bin Abi Thalib ra)

• Sudah berapa banyak pemikir dan jiwa kreatif yang telah disia-siakan, berapa banyak kekuatan otak yang terbuang percuma karena pandangan kuno dan picik kita tentang otak dan pendidikan