13

The Me I Want to Be

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Saat Allah menolong Anda bertumbuh, Anda akan berubah, namun Anda akan selalu menjadi diri Anda. Biji pohon oak dapat bertumbuh menjadi pohon oak, tetapi tidak mungkin menjadi semak mawar. Biji itu dapat menjadi pohon oak yang sehat atau pohon oak yang sakit-sakitan—namun tidak mungkin menjadi semak belukar. Anda akan senantiasa menjadi diri Anda—diri Anda yang bertumbuh dan sehat atau diri Anda yang lemah dan layu—tetapi Allah tidak menciptakan Anda untuk menjadi seseorang yang lain. Dia sudah menetapkan terlebih dahulu temperamen Anda. Dia sudah menentukan karunia dan talenta Anda. Dia menjadikan Anda merasakan hasrat dan kerinduan tertentu. Dia merencanakan tubuh dan pikiran Anda. Keunikan Anda itu rancangan Allah.

Citation preview

Page 1: The Me I Want to Be
Page 2: The Me I Want to Be
Page 3: The Me I Want to Be
Page 4: The Me I Want to Be

Copyright © 2010 by John OrtbergOriginally Published in English under the title The Me I Want To Beby Zondervan Publishing House,Grand Rapids, Michigan, 49530All rights reserved

Pengalih Bahasa : Arie SaptajiPenyunting : James YanuarProf Reader : Josef GunawanCover & Layout : Felly Meilinda

Hak terjemahan Bahasa Indonesia ada pada :PT. VISI ANUGERAH INDONESIAJalan Karasak Lama No.2 - Bandung 40235Telp : 022-522 5739 - Fax : 022-521 1854Email : [email protected]

ISBN : 978-602-8073-35-6Cetakan pertama, Januari 2013Indonesian Edition © Visipress 2011

Hak cipta dilindungi oleh undang-undangDilarang memperbanyak sebagian atauseluruh isi buku ini tanpa seizin Penerbit.

Member of CBA IndonesiaNo : 05/PBL-BS/1108/CBA-Ina

Member of IKAPINo : 185/JBA/2010

Page 5: The Me I Want to Be

Daftar IsI

Ucapan Terima Kasih 7

Bagian SATU: menemukan identitas saya

1. Memahami Mengapa Allah Menciptakan Anda 12

2. Diri Saya yang Tidak Saya Inginkan 25

Bagian DUA: mengalir dengan roh kudus

3. Menemukan Aliran Itu 41

4. Menemukan Cara Anda Bertumbuh 55

5. Berserah: Satu Keputusan yang Selalu Menolong 71

6. Cobalah Lebih Lembut 83

Bagian TIGA: memperbarui pikiran saya

7. Biarlah Keinginan Anda Menuntun kepada Allah 93

8. Memikirkan Pemikiran yang Mulia 105

9. Memberi Makan Pikiran Anda dengan Keunggulan 119

10. Jangan Cemas Sendirian 135

Bagian EMPAT: menggunakan waktu saya dengan sebaik-baiknya

11. Biarlah Pembicaraan Anda Mengalir Menjadi Doa 153

12. Pencobaan: Bagaimana Agar Tidak Terpancing 161

13. Mengenali Penghambat-Aliran Utama Anda 169

14. Jika Anda Keluar dari Aliran, Langsung Saja Mencebur Masuk Kembali 185

Bagian LIMA: memperdalam hubungan saya

15. Menyelam Sedalam-dalamnya dengan Allah 201

16. Memprioritaskan Hubungan yang Mendatangkan Kehidupan 213

Page 6: The Me I Want to Be

17. Menjadi Sewajarnya Manusia 22918. Menemukan Beberapa Orang yang Sulit untuk Membantu Anda

Bertumbuh 241

Bagian ENAM: mengubah pengalaman saya

19. Biarkan Allah Mengalir dalam Pekerjaan Anda 25720. Biarkan Pekerjaan Anda Menghormati Allah 26521. Anda Harus Mengalami Pembuangan Sebelum Anda Kembali ke Rumah 275

Bagian TUJUH: mengalir terus-menerus

22. Meminta Gunung 291

Sumber Pustaka 303

Page 7: The Me I Want to Be

7

Ucapan terIma KasIh

Kasih itu kekal. Apa yang kita capai dan kita miliki dapat memudar, tetapi tidak demikian dengan kasih.

Buku adalah suatu karunia ketika buku itu merupakan buah dari tindakan kasih. Sampai sejauh mana buku ini akan menjadi suatu karunia, hanya Allah yang tahu, tetapi saya tahu buku ini tidak akan terbit tanpa limpahan kasih dari orang-orang yang sangat berarti bagi saya. Idenya dimulai dari percakapan di lapangan golf, ketika beberapa teman ber-bincang tentang impian menciptakan suatu pergerakan pertumbuhan rohani, dan saya berbicara tentang buku yang hendak saya tulis, kami bertanya-tanya mung-kinkah yang kami kerjakan itu dipadukan. Buku yang Anda pegang ini kami ha-rapkan menjadi titik awal dari sebuah perjalanan yang panjang. Saya sungguh bersyukur kepada Markus Bankford atas dorongan semangat, kemitraan, optimisme dan doanya yang tak henti-henti. Sherri Bankord yang mengemukakan hikmat dan umpan balik; Eric Parks menjadi sumber energi dan gagasan; Elizabeth Maning dan seluruh tim Monvee yang membuat saya merasa bekerja dengan keluarga sendiri. Heartland Community Church in Rockford, Illinois, memberi saya kesempatan untuk mengajarkan banyak hal dari materi ini dan saya mendapatkan banyak umpan balik yang sangat mempertajam buku ini. Untuk Menlo Park Presbyterian Church, saya tak mampu mengungkapkan dengan kata-kata rasa syukur atas kasih, penggembalaan dan kebebasan untuk menulis yang kalian berikan. Laura (tadinya Ortberg) Turner yang membaca seluruh naskah dan mem-berikan saran yang sangat berguna tentang isi, acuan, dan penyajiannya. Saya senang seorang J. Rick Blackmon dengan sangat murah hati menyumbangkan waktu dan gagasannya untuk tulisan ini dan bahkan lebih dari itu. Chuck Berg-strom memberikan umpan balik dan membuat saya tertawa. Ron Johnson mem-berikan wawasan yang mengagumkan tentang struktur dan gagasan naskah, dan

Page 8: The Me I Want to Be

8

ia membangkitkan semangat saya pada saat saya sangat membutuhkan dukungan. Kakakku, Barbara Harrison, yang menyuntikkan semangat pada waktu yang sangat tepat. Trudi Barnes yang memberikan banyak bantuan. John Sloan and David Greene memberikan dukungan editorial dua kali lebih banyak dari yang biasanya dapat diharapkan oleh penulis mana pun, dan Jim Ruark melakukan tugas yang sangat bagus untuk memunculkan kejelasan dan kehidupan dalam buku ini. Yohanes Topliff yang melangkah melebihi yang diharapkan dalam menolong menciptakan kemitraan yang unik di antara seluruh tim yang terlibat dalam proyek ini. Neil Plantinga yang berbaik hati berdiskusi panjang tentang dosa dan roh; saya sangat beruntung dapat berbicara dengannya. Dallas Willard memberikan lebih banyak hikmat dari yang layak diterima seseorang, dan juga kasih melebihi yang layak saya terima; kehidupannya adalah salah satu alasan mengapa saya per-caya. Dan untuk istri saya, Nancy—saya belum pernah mengasihimu secara lebih mendalam atau sepenuh hati daripada dalam musim ini.

Page 9: The Me I Want to Be

Bagian SATUmenemukan identitas saya

Page 10: The Me I Want to Be
Page 11: The Me I Want to Be

11

Bab 1

Memahami Mengapa AllahMenciptakan Anda

Suatu malam istri saya, Nancy, menarik saya masuk ke ruang tidur kami dan mengatakan ia ingin berbicara. Ia menutup pintu agar anak-anak tidak dapat

mencuri dengar, dan ia mengeluarkan suatu daftar. Saya tidak senang melihat sebuah daftar. Ia mengatakan itu kartu indeks, bukan daftar. Tetapi banyak kata-kata tertulis di atasnya, jadi bagi saya itu sebuah daftar. “Kau tahu,” katanya, “ketika pernikahan kita sedang baik-baiknya, aku me-rasa kita berbagi tanggung jawab. Kita membagi tugas dengan baik dan anak-anak melihat kita melakukannya dan aku merasa dihargai, dan kupikir itu penting un-tuk keluarga kita. Tetapi kadang-kadang, karena kau merasakan begitu banyak tuntutan dalam hidupmu, nilai ini merosot.” “Saat pernikahan kita berlangsung dengan baik, aku merasa kita mengetahui kehidupan kita masing-masing. Kau tahu detail kehidupanku dan aku tahu detail kehidupanmu. Dan aku merasa hal itu juga merosot. Belakangan ini aku tahu apa yang sedang terjadi padamu, tetapi kau tidak sering menanyaiku apa yang sedang terjadi denganku.” Ia terus berbicara. “Ketika pernikahan kita sedang baik-baiknya, kau juga mendatangkan pera-saan tanpa beban dan penuh sukacita.” Lalu ia mengingatkan saya akan sebuah cerita. Kami sedang berkencan untuk kedua kalinya, di lobi Disneyland Hotel menunggu makanan datang, dan ia merasa perlu ke toilet. Ketika ia keluar, ada sejumlah orang di lobi, dan hati saya sedang riang, maka saya berseru cukup ke-ras untuk didengar orang seruangan, “Sayangku, aku tak percaya kaubiarkan aku menunggumu selama dua jam.” Ia langsung menjawab, “Yah, aku tak akan membuatmu menunggu kalau kau tak memaksa ibumu tinggal dengan kita sehingga aku harus menuntun dan menyuapinya setiap hari.” Ia berteriak seperti itu, sambil melintasi lobi, padahal

Page 12: The Me I Want to Be

Bagian satu >> menemukan identitas saya

12

kami baru berkencan dua kali, dan yang muncul dalam benak saya adalah, Aku menyukai perempuan ini. Nancy menceritakan kejadian itu dan berkata, “Kau tahu, ketika pernikahan kita sedang baik-baiknya, kau bisa mendengarkan dan tertawa dan penuh spon-tanitas. Kau tak bersikap seperti itu beberapa waktu ini. Aku mencintai pria itu dan aku merindukan pria itu.” Saya tahu apa maksudnya. “Aku juga merindukan pria itu,” kata saya kepadanya. “Aku senang merasa bebas seperti itu. Namun aku merasa menanggung beban begitu banyak. Aku pu-nya masalah pribadi dan tantangan finansial di tempat kerja. Aku punya proyek penulisan dan janji bepergian. Aku merasa memikul beban ini sepanjang waktu. Aku menangkap apa maksudmu, tetapi aku ingin kau tahu, aku sudah berusaha sebaik mungkin.” “Belum, kau belum berusaha sebaik mungkin,” ia langsung menyambar. Itu bukan tanggapan yang saya harapkan. Setiap orang harusnya mengang-gukkan kepala penuh simpati ketika Anda berkata, “Aku sudah berusaha sebaik mungkin.” Tetapi Nancy telalu mencintai kebenaran (dan saya) sehingga ia tidak akan melakukannya. Maka ia membunyikan alarm saya. “Belum, kau belum berusaha sebaik mungkin. Kau pernah berbicara tentang betapa baiknya seandainya kau menemui seorang konselor, atau pelatih ekseku-tif, atau mungkin pembimbing rohani. Kau berbicara tentang membangun persa-habatan, tetapi aku belum melihat kau melangkah ke arah itu. Belum, kau belum berusaha sebaik mungkin.” Segera setelah ia selesai mengatakannya, saya tahu ia benar. Tetapi saya tidak langsung mengatakannya kepadanya karena karunia rohani saya adalah mencebik1, yang saya pamerkan dengan indahnya selama beberapa hari berikutnya. Selama itu, suatu pertanyaan muncul dalam pikiran saya: Apa sih sebenarnya yang kauinginkan? Saya mulai menyadari bahwa yang sungguh-sungguh saya inginkan bukan-lah suatu hasil tertentu atau suatu proyek tertentu. Semuanya itu hanyalah sarana untuk mencapai suatu tujuan. Apa yang sungguh-sungguh saya inginkan adalah menjadi sepenuhnya hidup di dalam diri saya. Yang benar-benar saya inginkan adalah kemerdekaan batin untuk hidup dalam kasih dan sukacita.1 Menganjurkan bibir bawah ke depan dengan tujuan merajuk sebagai bentuk tuntutan karena jengkel, keinginan tidak terpenuhi, dsb.

Page 13: The Me I Want to Be

memahami mengapa allah menciptakan anda << BaB 1

13

Aku ingin menjadi pria seperti yang digambarkan Nancy. Aku sudah tua, pikir saya. Aku tidak tahu masih berapa tahun lagi aku akan hidup. Aku tidak bisa menunggu lagi. Ketika saya bersekolah, saya sibuk mengejar nilai yang bagus atau mencari perhatian dari cewek-cewek cakep. Setelah waktu berlalu, saya lalu sibuk dengan pekerjaan dan lingkungan saya karena saya mengi-ra hal itu akan menjadikan saya merasa hidup. Aku tidak bisa menunggu lagi untuk menjadi pria itu, pikir saya. Saya menyadari hal ini saat itu, dan saya mengetahuinya sekarang: Saya menginginkan kehidupan itu melebihi apa pun yang lain. Bukan karena saya mengira saya diharuskan, bukan karena ada tertulis entah di mana bahwa saya harus memilikinya. Saya menginginkannya. Ada sosok diri saya yang saya inginkan. Kehidupan ini bukan berpusat pada pencapaian atau pengalaman tertentu. Tugas paling penting dalam kehidupan Anda bukanlah apa yang Anda kerjakan, melainkan menjadi orang seperti apakah Anda. Ada sosok diri saya yang Anda inginkan. Ironisnya, saya tidak akan menjadi sosok diri dambaan itu jika fokus utama saya tertuju pada diri saya sendiri, persis seperti tidak ada seorang pun yang akan bahagia jika tujuan utamanya adalah menjadi bahagia. Allah menjadikan Anda untuk tumbuh berkembang, tetapi pertumbuhan itu tidak akan pernah terja-di dengan berusaha menjadi si “nomor satu.” Pertumbuhan itu berkaitan erat dengan suatu visi yang lebih agung dan lebih mulia. Dunia ini sungguh-sungguh memerlukan manusia-manusia yang bijaksana dan bertumbuh kembang, dan kita dipanggil untuk membawa hikmat dan kemuliaan Allah ke dalam dunia. Memang demikianlah, orang-orang yang tumbuh berkembang senantiasa mendatangkan berkat bagi sesamanya—dan mereka mampu melakukannya di tengah keadaan yang paling tidak mereka harapkan dan paling buruk sekalipun.

Satu Kehidupan yang Tumbuh Berkembang

Belum lama berselang saya naik bus antar-jemput di bandara menuju tempat penyewaan mobil. Mengendarai bus antar-jemput biasanya bukan tugas yang menyenangkan, karena si sopir kerap diperlakukan sebagai pegawai rendahan. Orang yang naik bus sering menggerutu akibat perjalanan dan terburu-buru ingin mendapatkan mobil sewaan. Orang malas berbicara, paling hanya menyebutkan