tgs makalah filsafat

Embed Size (px)

Citation preview

A. PENGERTIAN FILSAFAT Kata filsafat atau falsafat, berasal dari bahasa Yunani. Kalimat ini berasal dari kata Philosophia yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata Philos yang berarti cinta, senang, suka, dan kata sophia berarti pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan. Orang yang ahli dalam berfilsafat disebut philoshoper (Inggris), dan orang Arab menyebutnya Failasuf, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi filosof. Pemikiran secara filsafat sering diistilahkan dengan pemikiran filosofis. Imam Barnadib menjelaskan, filsafat sebagai pandangan yang menyeluruh dan sistematis. Harun Nasution berpendapat, filsafat ialah berfikir menurut tata tertib (logika), bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma, serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan. Jujun S. Suriasumantri berpandangan bahwa berpikir secara filsafat merupakan cara berpikir radikal, sistematis, menyeluruh dan mendasar untuk sesuatu permasalahan yang mendalam. Muhammad Noor Syam menjelaskan bahwa : Filsafat adalah sesuatu lapangan pemikiran dan penyelidikan manusia yang amat luas (komprehensif). Kebenaran filsafat adalah kebenaran yang relatif. Artinya kebenaran itu sendiri selalu mengalami perkembangan sesuai dengan perubahan zaman dan peradaban manusia. Dari uraian di atas dapat diambil suatu pengetian bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang amat luas (komprehensif) yang berusaha untuk memahami persoalanpersoalan yang timbul di dalam keseluruhan ruang lingkup pengalaman manusia. Kebenaran yang dimaksud dalam konteks filsafat adalah kebenaran yang tergantung sepenuhnya kepada kemampuan daya nalar manusia.

B. PENGERTIAN FILSAFAT ILMU Filsafat ilmu merupakan cabang ilmu filsafat yang hendak mengkaji ilmu dari sisi filsafat untuk memberi jawaban terhadap sejumlah pertanyaan yang mencakup apa itu ilmu (ontologi), bagaimana ilmu itu diperoleh (dijawab dengan epistemologi) dan untuk apa ilmu itu dilahirkan (aksiologi). filsafat ilmu mempersoalkan dan mengkaji segala persoalanyang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, fisik, dan metafisik. filsafat ilmu memfokuskan pembahasan dalam metodologi ilmu pengetahuan ilmu yang 1

merupakan salah satu cara untuk mengetahui bagaimana budi manusia bekerja.ilmu pengetahuan merupakan karya budi manusia bekerja, karya budi logis dan imajinatif sekaligus bernurani, ilmu bersifat empirik, sistematikm observatif dan obyektif. Menurut beberapa ahli, filsafat ilmu adalah sebagai berikut : 1) A. Cornelius Benjamin (dalam The Liang Gie, 19 : 58) memandang filsafat ilmu sebagai berikut. That philosophic discipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual disciplines. Filsafat ilmu, merurut Benjamin, merupakan cabang dari filsafat yang secara sistematis menelaah sifat dasar ilmu, khususnya mengenai metoda, konsep-konsep, dan pra-anggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual. 2) Conny Semiawan at al (1998 : 45) menyatakan bahwa filsafat ilmu pada dasarnya adalah ilmu yang berbicara tentang ilmu pengetahuan (science of sciences) yang kedudukannya di atas ilmu lainnya. 3) Jujun Suriasumantri (2005 : 33-34) memandang filsafat ilmu sebagai bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang ingin menjawab tiga kelompok pertanyaan mengenai hakikat ilmusebagai berikut. Kelompok pertanyaan pertama antara lain sebagai berikut ini: Objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tanggap manusia? Kelompok pertanyaan kedua : Bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang dimaksud dengan kebenaran? Dan seterusnya. Dan terakhir, kelompok pertanyaan ketiga : Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu? Bagaimana kaitan antara cara menggunakan ilmu dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Dan seterusnya. Kelompok pertanyaan pertama merupakan tinjauan ilmu secara ontologis. Sedangkan pertanyaan-pertanyaan kelompok kedua merupakan tinjauan ilmu secara 2

epistemologis. Dan pertanyaan-pertanyaan kelompok ketiga sebagai tinjauan ilmu secara aksiologis. y Karakteristik Filsafat Ilmu Dari beberapa pendapat di atas dapat diidentifikasi karakteristik filsafat ilmu sebagai berikut. 1) Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat. 2) Filsafat ilmu berusaha menelaah ilmu secara filosofis dari sudutpandang ontologis, epistemologis, dan aksiologis.

y Objek Filsafat Ilmu 1) Objek material filsafat ilmu adalah ilmu. 2) Objek formal filsafat ilmu adalah ilmu atas dasar tinjauan filosofis, yaitu secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis. C. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN Al-Syaibany mengartikan bahwa filsafat pendidikan yaitu aktifitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan. Menurut John Dewey, filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju ke arah tabiat manusia, maka filsafat bisa juga diartikan sebagai teori umum pendidikan. Barnadib (1993 : 3) mempunyai versi pengertian atas filsafat pendidikan, yakni ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Menurut seorang ahli filsafat Amerika Brubachen, filsafat pendidikan adalah seperti menaruh sebuah kereta di depan seekor kuda, dan filsafat dipandang sebagai bunga, bukan sebagai akar tunggal pendidikan. Pendidikan adalah bimbingan secara sadar dari pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak-didik menuju terbentuknya manusia memiliki kepribadian yang utama dan ideal. Dalam pandangan John Dewey, pendidikan adalah sebagai proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, yang menyangkut daya fikir (intelektual) maupun daya rasa

3

(emosi) manusia. Prof. DR. Omar Muhammad Al-Taomy al-Syaibani menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya sebagai bagian dari kehidupan masyarakat dan kehidupan alam sekitarnya. Pendidikan adalah suatu aktivitas yang berkaitan dengan masalah usaha manusia dalam meningkatkan derajat martabat kepribadian manusia ke arah yang lebih baik. Filsafat pendidikan, merupakan landasan pengetahuan yang mengantarkan para pendidik atau guru dalam rangka memahami hakikat manusia dalam kegiatan pendidikan. Pemahaman hakikat manusia dalam rangka upaya pendidikan, tidak bisa dilepaskan dari masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah ontologis,

epistemologis dan aksiologis. Ketiga masalah tersebut, merupakan seperangkat pengetahuan yang tidak bisa dilepaskan dengan bagaimana kita dapat merancang sebuah sistem pendidikan yang lebih baik, yang berangkat dari mulai pandangan tentang hakikat hidup, tujuan hidup, hakikat kebenaran/pengetahuan, dan hakikat nilai. Implementasinya adalah apa yang seharusnya kita rumuskan dalam tujuan pendidikan, isi pendidikan dan bagaimana cara mencapai tujuan pendidikan. Soegarda Poerwakawatja menguraikan bahwa pengertian pendidikan sebagai semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalaman dan kecakapan serta keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memahami fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani. Filsafat merupakan arah dan pedoman atau pijakan dasar bagitercapainya pelaksanaan dan tujuan pendidikan. Jadi filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaa-pertanyaan dalam bidang pendidikan yang merupakan penerapan analisa filosofis dalam lapangan pendidikan. Aripin

mengungkapkan bahwa keberadaan filsafat dalam ilmu pendidikan bukan merupakan insindental, artinya, filsafat itu merupakan teori umum dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran menganai pendidikan. Filsafat pendidikan memiliki batasan-batasan, sebagai berikut: Pertama, filsafat pendidikan merpakan pelaksana pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam bidang pengalaman kemanusiaan yang disebut pendidikan. Kedua, mempelajari filsafat pendidikan karena adanya kepercayaan bahwa kajian itu sangat penting dalam mengembangkan pandangan terhadap proses pendidikan dalam upaya memperbaiki keadaan pendidikan. Ketiga, filsafat pendidikan memiliki prinsip-

4

prinsip, kepercayaan, konsep, andaian yang terpadu satu sama lainnya. Prinsip-prinsip yang dimaksudkan ialah kepercayaan-kepercayaan, andaian-andaian yang dapat dipercayai dalam masalah-masalah pendidikan.

D. RUANG LINGKUP BAHASAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN Ruang lingkup filsafat adalah segala sesuatu lapangan pemikiran manusia yang sangat luas (komprehensif). Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar-benar ada (nyata), baik material konkrit maupun non material abstrak (tidak terlihat). Jadi obyek filsafat itu tidak terbatas. Secara mikro (khusus) yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi: 1. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (The Nature of Education). 2. Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subyek dan obyek pendidikan (The Nature of Man). 3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan. 4. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan. 5. Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan). 6. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan.

Will Durant dalam Hamdani Ali membagi ruang lingkup bidang studi filsafat itu ada lima: logika, estetika, etika, politik dan metafisika. a. Logika: Studi mengenai metode-metode ideal menganai berpikir (thinking) dan meneliti (research) yang merupakan bentuk-bentuk aktivitas manusia melalui upaya logika agar bisa dipahami. b. Estetika: Studi tentang bentuk dan keindahan atau kecantikan yang sesungguhnya. c. Etika: Studi mengenai tingkah laku yang terpuji (teladan) yang dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang nilainya tinggi (sophisticated).

5

d. Politik: Studi tentang organisasi sosial yang utama dan bukan sebagaimana yang diperkirakan orang, tetapi juga sebagai seni dan pengetahuan dalam melaksanakan pekerjaan kantor. e. Metafisika: Studi mengenai realita (faktual) tertinggi dari hakikat semua benda (ultimate reality of all thing), nyata dari benda (ontologi) dan dari akal pikiran manusia (ilmu jiwa filsafat) serta suatu studi mengenai hubungan kokoh antara pikiran seseorang dan benda di dalam proses pengamatan dan pengetahuan (epistemologi).

Filsafat pendidikan memiliki beberapa sumber: a. Manusia (people) masyarakat kebanykan mengalami kesulitan-kesulitan dalam proses pendewasaan atau kematangannya yang mana mempunyai dampak yang signifikan terhadap sesuatu yang akan diyakini, terhadap sesuatu yang terjadi. b. Sekolah (school), pengalaman-pengalaman seseorang kekuatan-kekuatan (forces), jenis sekolah dan guru-guru di dalamnya, merupakan sumber-sumber pokok dari filsafat pendidikan. c. Lingkungan (environment), lingkungan sosial budaya di mana seorang tinggal dan dibesarkan adalah sumber yang lain dari filsafat pendidikan.

D. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN FILSAFAT PENDIDIKAN Filsafat Pendidikan sebagai salah satu aplikasi pemikiran filsafat untuk mengkaji seluk beluk pendidikan, adalah konsep-konsep filsafat yang menjelaskan tentang hakikat segala sesuatu, yang menjadi dasar titik tolak dalam penyusunan sistem konsep pendidikan. Masalah epistemologis berkaitan dengan isi pendidikan yang menjadi landasan pengetahuan dalam rangka membekali subyek didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang efektif. Landasan epistemologis merupakan penjabaran dari landasan ontologis yang menjadi rujukan tujuan yang akan dicapai. Menurut John Dewey, filsafat merupakan teori umum, sebagai landasan dari semua pemikiran umum mengenai pendidikan. Hasan Langgulung berpendapat bahwa

6

filsafat pendidikan adalah penerapan metode dan pandangan filsafat dalam bidang pengalaman manusia yang disebutkan pendidikan. Prof. DR. Oemar Muhammad AlToumy al-Syaibani secara rinci menjelaskan bahwa filsafat pendidikan merupakan usaha mencari konsep-konsep di antara gejala yang bermacam-macam, yang meliputi: 1. Proses pendidikan sebagai rancangan terpadu dan menyeluruh. 2. Menjelaskan berbagai makna yang mendasar tentang semua istilah pendidikan. 3. Pokok-pokok yang menjdai dasar dari konsep pendidikan dalam kaitannya dengan bidang kehidupan manusia (Jalaludin & Said, 1994 : 11-12). Kilpatrik dalam Noor Syam (1988 : 43) mengatakan bahwa : Berfilsafat dan mendidik adalah dua fase dalam satu usaha, berfilsafat ialah memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik, sedangkan mendidik ialah usaha merealisasikan nilai-nilai dan cita-cita itu di dalam kehidupan, dalam kepribadian manusia. Bruner dan Burns dalam bukunya Problems in Education and Philosophy secara tegas mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah merupakan tujuan filsafat, yaitu untuk membimbing ke arah kebijaksanaan. Jadi, filsafat pendidikan merupakan jiwa dan pedoman dasar pendidikan. Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan, yaitu sebagai berikut: 1. Filsafat, dalam arti filosofis merupakan satu cara pendekatan yang dipakai dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh para ahli. 2. Filsafat, berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat tertentu yang memiliki relevensi dengan kehidupan yang nyata. 3. Filsafat, dalam hal ini filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan (paedogogik). Menurut Ali Saifullah antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan terdapat hubungan yang suplementer, yaitu filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan

7

studi mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas normatif ilmiah, yaitu: a. Kegiatan merumuskan dasar-dasar, tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi pendidikan. b. Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan yang meliputi, politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat.

8