46
Laporan Pendahuluan Dan Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Demensia Pada Lansia Oleh Kelompok : Zil Fadillah (0810321005) Sari Amini (0810321008) Siska Yulandari (0810322015) Ega Pamesa (0810322019) Mustika Dwi Agustin (0810322020) Nadia (0810322022) Diandra Wandira (0810322024)

Tgs Klp Lansia Masy

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tgs Klp Lansia Masy

Laporan Pendahuluan

Dan Laporan Kasus

Asuhan Keperawatan Demensia Pada Lansia

Oleh Kelompok :

Zil Fadillah (0810321005)

Sari Amini (0810321008)

Siska Yulandari (0810322015)

Ega Pamesa (0810322019)

Mustika Dwi Agustin (0810322020)

Nadia (0810322022)

Diandra Wandira (0810322024)

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas

2011

Page 2: Tgs Klp Lansia Masy

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelompok lansia dipandang sebagai kelompok masyarakat yang berisiko

mengalami gangguan kesehatan. Masalah keperawatan yang menonjol pada kelompok

tersebut adalah meningkatnya disabilitas fungsional fisik. Disabilitas fungsional pada

lansia merupakan respons tubuh sejalan dengan bertambahnya umur seseorang dan proses

kemunduran yang diikuti dengan munculnya gangguan fisiologis, penurunan fungsi,

gangguan kognitif, gangguan afektif, dan gangguan psikososial.

Lansia yang mengalami depresi akan mengakibatkan kesulitan dalam memenuhi

kebutuhan aktivitas sehari-harinya (Miller, 1995; Lueckenotte, 2000; Hall & Hassett,

2002), sedangkan lansia yang mengalami demensia dilaporkan juga memiliki defisit

aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dan aktivitas instrument kehidupan sehari-hari

(AIKS) (Jorm, 1994). Sebaliknya, keterbatasan lansia dalam memenuhi aktivitas

kehidupan sehari-hari (AKS) dapat menjadi salah satu faktor penyebab munculnya depresi

(Eliopoulos, 1997; Roberts, Kaplan, Shema & Strawbridge, 1997).

Disabilitas fungsional lansia sebagai efek dari perubahan fisiologis (umur depresi

dan demensia) memungkinkan untuk dijelaskan melalui Model Sistem Neuman (MSN).

Dalam kerangka pikir MSN, realitas seseorang, keluarga, atau komunitas dipandang

sebagai subyek yang memiliki aspek multidimensional dan bersifat unik. Sehingga, proses

penuaan lansia banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor fisiologis, psikologis,

perkembangan, sosiobudaya dan spiritual (Reed, 1993).

Beberapa penelitian telah mencoba mengaplikasikan kerangka konseptual

keperawatan MSN (Lowry & Anderson, 1993; Gigliotti, 1999; Stepans & Fuller, 1999;

Villarruel, Bishop, Simpson, Jemmott, & Fawcett, 2001; Fawcett & Gigliotti, 2001;

Stepans & Knight; 2002) dalam beberapa kondisi dengan struktur konseptual-teori-empiris.

MSN memiliki banyak interrelasi konsep sehingga derivasi teori konseptual tersebut lebih

bersifat kontekstual. Oleh karenanya, peneliti mencoba mengintegrasikan proses perubahan

disabilitas fungsional lansia dengan MSN sebagai salah satu teori dasar keperawatan

komunitas sehingga dapat digunakan sebagai studi pendahuluan terhadap penelitian-

penelitian mengenai disabilitas fungsional yang lebih kompleks.

Page 3: Tgs Klp Lansia Masy

1.2 Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

sesuai dengan tahap perkembangan keluarga “Keluarga dengan Lansia”

1.2.2. Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan proses keperawatan keluarga pada Lansia demensia.

2. Melakukan pengkajian keluarga pada keluarga kelolaan yang telah ditentukan

3. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga kelolaan dengan keluarga sesuai

dengan masalah yang ditemukan dalam pengkajian

4. Menyusun rencana kegiatan untuk menyelesaikan masalah kesehatan keluarga

sesuai dengan diagnosa keperawatan keluarga yang telah dirumuskan.

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan

pendekatan sistematik untuk bekerja sama dengan keluarga dan individu sebagai

anggota keluarga.

Page 4: Tgs Klp Lansia Masy

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian Demensia

Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat

mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan

beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom)

yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L.,

Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia

bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan

beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan

tingkah laku.Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati

secara abnormal.Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit

otak degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi

terjejas bila mengalami demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari

berbagai latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat

sebarang rawatan untuk demensia, namun rawatan untuk menangani gejala-gejala

boleh diperolehi.

Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara

perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk

memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.

Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat, penyakit

atau zat-zat racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel otak.

Tetapi demensia biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia diatas 60 tahun.

Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Sejalan

dengan bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa menyebabkan

hilangnya beberapa ingatan (terutama ingatan jangka pendek) dan penurunan beberapa

kemampuan belajar. Perubahan normal ini tidak mempengaruhi fungsi.

Lupa pada usia lanjut bukan merupakan pertanda dari demensia maupun penyakit

Alzheimer stadium awal. Demensia merupakan penurunan kemampuan mental yang

lebih serius, yang makin lama makin parah. Pada penuaan normal, seseorang bisa lupa

Page 5: Tgs Klp Lansia Masy

akan hal-hal yang detil; tetapi penderita demensia bisa lupa akan keseluruhan

peristiwa yang baru saja terjadi.

2. Epidemiologi

Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun

adalah 7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta). peningkatan angka kejadian

kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya harapan hidup suatu populasi .

Kira-kira 5 % usia lanjut 65 – 70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali

lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara

industri kasus demensia 0.5 –1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut

10 – 15% atau sekitar 3 – 4 juta orang.

Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia Vaskuler.

Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju Amerika

dan Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20% sisanya

15- 35% disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina demensia vaskuler 50 – 60

% dan 30 – 40 % demensia akibat penyakit Alzheimer.

3. Klasifikasi

a. Menurut Umur:

Demensia senilis (>65th)

Demensia prasenilis (<65th)

b. Menurut perjalanan penyakit:

Reversibel

Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B

Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb.

c. Menurut kerusakan struktur otak

Tipe Alzheimer

Tipe non-Alzheimer

Demensia vaskular

Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)

Demensia Lobus frontal-temporal

Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)

Morbus Parkinson

Morbus Huntington

Morbus Pick

Page 6: Tgs Klp Lansia Masy

Morbus Jakob-Creutzfeldt

Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker

Prion disease

Palsi Supranuklear progresif

Multiple sklerosis

Neurosifilis

d. Tipe campuran

Menurut sifat klinis:

Demensia proprius

Pseudo-demensia

4. Etiologi Demensia

Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan

timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat

disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. &

Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab

utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh

darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya

disebabkan oleh penyakit lain.

Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit

Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga

membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson,

C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat

keputusan dan juga penurunan proses berpikir.

5. Gejala Klinis

Ada dua tipe demensia yang paling banyak ditemukan, yaitu tipe Alzheimer dan

Vaskuler.

a. Demensia Alzheimer

Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia akibat

gangguan neuro degenaratif (penuaan saraf) yang berlangsung progresif lambat,

dimana akibat proses degenaratif menyebabkan kematian sel-sel otak yang

massif. Kematian sel-sel otak ini baru menimbulkan gejala klinis dalam kurun

waktu 30 tahun. Awalnya ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness) yang

Page 7: Tgs Klp Lansia Masy

menyebabkan penderita tidak mampu menyebut kata yang benar, berlanjut

dengan kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak mampu menggunakan

barang-barang sekalipun yang termudah. Hal ini disebabkan adanya gangguan

kognitif sehingga timbul gejala neuropsikiatrik seperti, Wahan (curiga, sampai

menuduh ada yang mencuri barangnya), halusinasi pendengaran atau

penglihatan, agitasi (gelisah, mengacau), depresi, gangguan tidur, nafsu makan

dan gangguan aktifitas psikomotor, berkelana.

Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu :

a) Stadium I

Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala

gangguan memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun. “Fungsi

memori yang terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru yang

dialami

b) Stadium II

Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia.

Gejalanya antara lain :

Disorientasi

gangguan bahasa (afasia)

penderita mudah bingung

penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita

tak dapat melakukan kegiatan sampai selesai, tidak

mengenal anggota keluarganya tidak ingat sudah

melakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi.

Dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita

mudah tersesat di lingkungannya, depresi berat

prevalensinya 15-20%,”

c) Stadium III Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12

tahun.

Gejala klinisnya antara lain:

Penderita menjadi vegetatif

tidak bergerak dan membisu

daya intelektual serta memori memburuk sehingga tidak

mengenal keluarganya sendiri

Page 8: Tgs Klp Lansia Masy

tidak bisa mengendalikan buang air besar/ kecil

kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan ornag lain

kematian terjadi akibat infeksi atau trauma

b. Demensia Vaskuler

Untuk gejala klinis demensia tipe Vaskuler, disebabkan oleh gangguan sirkulasi

darah di otak. “Dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat

terjadinya demensia,”. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak

akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi itu dapat didiuga sebagai

demensia vaskuler. Gejala depresi lebih sering dijumpai pada demensia

vaskuler daripada Alzheimer. Hal ini disebabkan karena kemampuan penilaian

terhadap diri sendiri dan respos emosi tetap stabil pada demensia vaskuler.

Dibawah ini merupakan klasifikasi penyebab demensia vaskuker, diantaranya:

Kelainan sebagai penyebab Demensia :

penyakit degenaratif

penyakit serebrovaskuler

keadaan anoksi/ cardiac arrest, gagal jantung, intioksi CO

trauma otak

infeksi (Aids, ensefalitis, sifilis)

Hidrosefaulus normotensif

Tumor primer atau metastasis

Autoimun, vaskulitif

Multiple sclerosis

Toksik

kelainan lain : Epilepsi, stress mental, heat stroke, whipple disease

Kelainan/ keadaan yang dapat menampilkan demensi

a. Gangguan psiatrik :

Depresi

Anxietas

Psikosis

b. Obat-obatan :

Page 9: Tgs Klp Lansia Masy

Psikofarmaka

Antiaritmia

Antihipertensi

Antikonvulsan

Digitalis

c. Gangguan nutrisi :

Defisiensi B6 (Pelagra)

Defisiensi B12

Defisiensi asam folat

Marchiava-bignami disease

Gangguan metabolisme :

Hiper/hipotiroidi

Hiperkalsemia

Hiper/hiponatremia

Hiopoglikemia

Hiperlipidemia

Hipercapnia

Gagal ginjal

Sindromk Cushing

Addison’s disesse

Hippotituitaria

Efek remote penyakit kanker

6. Tanda dan Gejala Demensia

Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adanya perubahan

kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari.. Penderita

yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah Lansia dengan usia enam puluh lima tahun

keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol pada

tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses penuaan

dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit

mengingat nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang.

Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa

itu adalah hal yang biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan

oleh orang-orang terdekat yang tinggal bersama, mereka merasa khawatir terhadap

Page 10: Tgs Klp Lansia Masy

penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa

mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai

adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang

tua mereka.

Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia,

mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat

saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi

Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat ketakutan bahkan sampai

berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke rumah sakit

di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.

Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan.

Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan

mengenali gejala demensia. Mengkaji dan mendiagnosa demensia bukanlah hal yang

mudah dan cepat, perlu waktu yang panjang sebelum memastikan seseorang positif

menderita demensia. Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting yang harus

dilakukan, mulai dari pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan fisik, pengkajian

syaraf, pengkajian status mental dan sebagai penunjang perlu dilakukan juga tes

laboratorium.

Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang semakin

mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga memahami dengan baik

perubahan tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita demensia. Pemahaman

perubahan tingkah laku pada demensia dapat memunculkan sikap empati yang sangat

dibutuhkan oleh para anggota keluarga yang harus dengan sabar merawat mereka.

Perubahan tingkah laku (Behavioral symptom) yang dapat terjadi pada Lansia

penderita demensia di antaranya adalah delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi

tubuh, cemas, disorientasi spasial, ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti,

tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, melawan, marah, agitasi,

apatis, dan kabur dari tempat tinggal (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998).

Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:

a. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa”

menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.

b. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun,

tempat penderita demensia berada

Page 11: Tgs Klp Lansia Masy

c. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,

menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau

cerita yang sama berkali-kali

d. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama

televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan

gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa

perasaan-perasaan tersebut muncul.

e. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah

7. Diagnosis

Diagnosis difokuskan pada hal-hal berikut ini:

a. Pembedaan antara delirium dan demensia

b. Bagian otak yang terkena

c. Penyebab yang potensial reversibel

d. Perlu pembedaan dan depresi (ini bisa diobati relatif mudah)

e. Pemeriksaan untuk mengingat 3 benda yg disebut

f. Mengelompokkan benda, hewan dan alat dengan susah payah

g. Pemeriksaan laboratonium, pemeriksaan EEC

h. Pencitraan otak amat penting CT atau MRI

Peran Keluarga

Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia

penderita demensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita demensia

bukan hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental maupun

lingkungan sekitar. Pada tahap awal demensia penderita dapat secara aktif dilibatkan

dalam proses perawatan dirinya. Membuat catatan kegiatan sehari-hari dan minum

obat secara teratur. Ini sangat membantu dalam menekan laju kemunduran kognitif

yang akan dialami penderita demensia.

Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian Lansia,

sehingga Lansia cenderung diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh anggota

keluargapun diharapkan aktif dalam membantu Lansia agar dapat seoptimal mungkin

melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan aman. Melakukan aktivitas

sehari-hari secara rutin sebagaimana pada umumnya Lansia tanpa demensia dapat

mengurangi depresi yang dialami Lansia penderita demensia.

Page 12: Tgs Klp Lansia Masy

Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema, walaupun

setiap hari selama hampir 24 jam kita mengurus mereka, mungkin mereka tidak akan

pernah mengenal dan mengingat siapa kita, bahkan tidak ada ucapan terima kasih

setelah apa yang kita lakukan untuk mereka. Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalam

merawat anggota keluarga yang menderita demensia. Tanamkanlah dalam hati bahwa

penderita demensia tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Merekapun

berusaha dengan keras untuk melawan gejala yang muncul akibat demensia.

Saling menguatkan sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan waktu

untuk diri sendiri beristirahat dan bersosialisasi dengan teman-teman lain dapat

menghindarkan stress yang dapat dialami oleh anggota keluarga yang merawat Lansia

dengan demensia.

Tingkah Laku Lansia

Pada suatu waktu Lansia dengan demensia dapat terbangun dari tidur

malamnya dan panik karena tidak mengetahui berada di mana, berteriak-teriak dan

sulit untuk ditenangkan. Untuk mangatasi hal ini keluarga perlu membuat Lansia rileks

dan aman. Yakinkan bahwa mereka berada di tempat yang aman dan bersama dengan

orang-orang yang menyayanginya. Duduklah bersama dalam jarak yang dekat,

genggam tangan Lansia, tunjukkan sikap dewasa dan menenangkan. Berikan minuman

hangat untuk menenangkan dan bantu lansia untuk tidur kembali.

Lansia dengan demensia melakukan sesuatu yang kadang mereka sendiri tidak

memahaminya. Tindakan tersebut dapat saja membahayakan dirinya sendiri maupun

orang lain. Mereka dapat saja menyalakan kompor dan meninggalkannya begitu saja.

Mereka juga merasa mampu mengemudikan kendaraan dan tersesat atau mungkin

mengalami kecelakaan. Memakai pakaian yang tidak sesuai kondisi atau

menggunakan pakaian berlapis-lapis pada suhu yang panas.

Seperti layaknya anak kecil terkadang Lansia dengan demensia bertanya

sesuatu yang sama berulang kali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja pertanyaan

yang sama disampaikan. Menciptakan lingkungan yang aman seperti tidak menaruh

benda tajam sembarang tempat, menaruh kunci kendaraan ditempat yang tidak

diketahui oleh Lansia, memberikan pengaman tambahan pada pintu dan jendela untuk

menghindari Lansia kabur adalah hal yang dapat dilakukan keluarga yang merawat

Lansia dengan demensia di rumahnya.

Page 13: Tgs Klp Lansia Masy

Pencegahan & Perawatan Demensia

Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia

diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan

fungsi otak, seperti :

a. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol

dan zat adiktif yang berlebihan

b. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan

setiap hari.

c. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif

d. Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.

e. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki

persamaan minat atau hobi

f. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam

kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN LANSIA DENGAN DEMENSIA

1. Tahap Pengkajian

A. IDENTITAS UMUM

1. Identitas Kepala Keluarga

Nama : Tn S Pendidikan : SMA

Page 14: Tgs Klp Lansia Masy

Umur : 52 thn Pekerjaan : Swasta

Agama : Islam Alamat :

Suku : Melayu Nomor Telpon : -

2. Komposisi Keluarga

No. Nama J.K Hub.

Keluarga

Umur Pendd. Status

Imunisasi

KB

Ny Y

Nn R

Ny T

Pr

Pr

Pr

Istri

Anak

Ortu Ny

Y

48 th

20 th

78 th

SMA

D3

SD

-

Lengkap

-

Suntik

-

-

3. Genogram

-----

4. Tipe Keluarga

Dalam kondisi saat sekarang ini, tipe keluarganya adalah tipe ekstended family,

karena tinggal seorang lansia yaitu orang tua dari Ny Y. Anak yang paling besar dari

pasangan Tn S dan Ny Y sudah menikah dan tidak lagi tinggal bersama mereka. Orang

tua dari Ny Y pun kadang tinggal bersama anaknya yang lain.

5. Suku Bangsa ( Etnis )

a. Latar Belakang Etnis keluarga atau anggota keluarga

Keluarga ini berbudaya suku minang, dimana keluarga masih percaya dengan

pengobatan-pengobatan tradisional jika mereka sakit tetapi tidak selalu.

b. Tempat tinggal keluarga ( bagian dari sebuah lingkungan yang secara etnis bersifat

homogen )

Sebagian besar masyarakat disini bersuku minang, tapi juga ada suku yang lain

karena disini termasuk komplek perumahan jadi masyarakatnya heterogen

Page 15: Tgs Klp Lansia Masy

c. Kegiatan-kegiatan keagamaan, social, budaya, rekreasi, pendidikan ( apakah

kegiatan-kegiatan ini berada dalam kelompok kultur/budaya keluarga )

Kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan yaitu adanya Majelis Ta’lim dan wirid

di mesjid sekitar rumah yang diadakan 1 kali dalam 2 minggu.

d. Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana ( traisional atau modern )

Kebiasaan Ny Y, Tn S dan Nn R menggunakan pola berpakaian zaman sekarang.

Tetapi Ny T masih menggunakan kebaya dalam kesehariannya menganut nilai

tradisional. Sedangkan kebiasaan diit keluarga masih menganut tradisional.

e. Struktur kekuasaan keluarga tradisional atau “ modern “

Pengambilan keputusan dalam keluarga ini adalah kepala keluarga tetapi

sebelumnya dilakukan proses musyawarah anggota keluarga yang satu rumah

maupun dengan keluarga anaknya.

f. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi

Menurut keterangan Ny Y, jika ada keluarga yang sakit dibawa berobat ke

puskesmas atau rumah sakit dan Ny T tidak ada mengunjungi posyandu lansia

karena di daerah tempat tinggalnya tidak ada posyandu lansia tersebut.

Tidak ada masalah dalam pemanfaatan layanan kesehatan, keluarga juga memiliki

tanggungan ASKES yang membantu dalam berobat.

g. Penggunaan bahasa sehari-hari di rumah

Semua anggota keluarga menggunakan bahasa minang dalam berkomunikasi

sehari-hari.

6. Agama dan Kepercayaan

a. Apakah anggota keluarga berbeda dalam praktik keyakinan beragaman mereka

Tidak, seluruh anggota keluarga menganut agama islam dan memiliki pandangan

yang sama dalam praktik keyakinan beragama.

Page 16: Tgs Klp Lansia Masy

b. Seberapa aktif keluarga tersebut terlibat dalam kegiatan agama atau organisasi-

organisasi, keagamaan lain

Ny Y mengikuti acara kegiatan majelis ta’lim di mesjid dekat rumah sedangkan Ny

T tidak ada lagi mengikuti kegiatan agama di mesjid, kadang sesekali Ny T pergi

sholat berjamaah di mesjid.

c. Keluarga menganut agama apa

Semua anggota keluarga menganut agama islam

d. Kepercayaan-kepercayaan atau nilai-nilai keagamaan yang dianut dalam kehidupan

keluarga terutama dalam hal kesehatan

Tidak ada nilai agama yang bertentangan dengan kesehatan. Menurut Ny Y, suatu

penyakit itu datangnya dari Yang Maha Kuasa untuk menguji kesabaran seseorang.

7. Status social ekonomi keluarga

Menurut Ny Y, pendapatan keluarganya cukup walaupun ia hanya sebagai rumah

tangga, suaminya bekerja sebagai PNS. Gajinya mencukupi untuk keperluan sehari-

hari, baik untuk makan keluarga, bayar listrik air, biaya sekolah satu anaknya dan

sedikit untuk di tabung. Anaknya pertama yang sudah menikah ada memberikan

tambahan uang tiap bulan kepada keluarganya. Keluarga tampak memiliki beberapa

barang elektronik di rumah seperti TV, kulkas mesin cuci dan lain-lainnya. Keluarga

juga memiliki sebuah mobil.

8. Aktivitas rekreasi keluarga

Biasanya sebagai hiburan di rumah adalah menonton TV bersama. Kadang mereka

mengunjungi anaknya yang sudah berkeluarga di luar kota.

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Anak tertua keluarga ini sudah berkeluarga, sedangkan anak yang tinggal satu lagi

sedang berkuliah di perguruan tinggi. Anaknya berumur 20 tahun. Tahap

perkembangan keluarga ini memasuki tahap perkembangan dewasa muda untuk

anaknya. Sedangkan orang tua dari Ny Y, sudah tahap perkembangan usia lanjut.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Page 17: Tgs Klp Lansia Masy

Ny T yang menderita demensia, menyulitkan keluarga untuk mengikuti tahap

perkembangannya. Sering kali keluarga miss komunikasi dengan Ny T. hal ini yang

perlu lagi di perhatikan keluarga.

C. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

1. Riwayat keluarga sebelumnya

Kepala keluarga Tn S tidak memiliki riwayat kesehatan yang serius, hanya saja Tn S

pernah masuk kerumah sakit 15 tahun yang lalu karena kecelakaan. Kedua orang tua

Tn S sudah meninggal. Tidak diketahui penyakit ketika mereka meninggal. Sedangkan

Ny Y yang merupakan anak dari Ny T tidak ada masalah kesehatan yang serius begitu

pula dengan anaknya Nn R. hanya saja Ny T yang sudah lanjut usia, memiliki masalah

kesehatan yaitu susah melihat sudah sejak 20 tahun yang lalu. Setelah dilakukan

pemeriksaan ternyata Ny T menderita katarak di mata, tetapi Ny T tidak begitu

mempedulikannya, karena ia menganggap tidak mengganggu kegiatan sehari-harinya.

2. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga saat ini

- Tn S pada saat ini tidak memiliki gangguan kesehatan.

- Ny Y pada saat ini tidak memiliki gangguan kesehatan.

- Ny T saat sekarang ini memiliki masalah dalam penglihatan, dengan demikian Ny

T memiliki keterbatasan dalam aktifitas sehari-hari. Ny T tidak mau matanya di

obati anaknya. Tetapi Ny T mampu berjalan walaupun lambat dan sedikit meraba-

raba. Ny T juga pikun dia selalu bertanya sesuatu kepada Anggota keluarga secara

berulang-ulang.

- An R pada saat ini tidak memiliki gangguan kesehatan.

3. Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan

Jika keluarga ini sakit sperti sakit kepala demam dan batuk mereka pergi berobat ke

puskesmas atau ke rumah sakit.

D. PENGKAJIAN LINGKUNGAN

1. Karakteristik rumah

a. Gambar tipe tempat tinggal ( rumah, apartemen, sewa kamar, dll ). Apakah

keluarga memiliki sendiri atau menyewa rumah ini.

Page 18: Tgs Klp Lansia Masy

Status kepemilikan rumah adalah rumah milik sendiri dan tinggal di komplek

perumahan.

b. Denah Rumah

1) Gambarkan kondisi rumah ( baik interior maupun eksterior rumah ). Interior

rumah meliputi jumlah kamar dan tipe kamar ( kamar tamu, kamar tidur, dll ),

penggunaan-penggunaan kamar tersebut dan bagaimana kamar tersebut diatur.

Bagaimana kondisi dan kecukupan perabot. Apakah penerangan ventilasi,

pemanas. Apakah lantai, tangga, susunan dan bangunan yang lain dalam

kondisi yang adekuat.

2) Di dapur, amati suplai air minum, penggunaan alat-alat masak, pengamanan

untuk kebakaran

Dapur terkesan bersih namun sedikit sempit, sumber air keluarga ini dari air

PAM, tidak terdapat alat pemadam kebakaran di dapur.

3) Di kamar mandi, amati sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun dan

handuk. Jelaskan kamar mandi terkesan bersih, lantai dari keramik, bak mandi

dikuras 2 kali dalam seminggu dan tidak terdapat jentik-jentik nyamuk

Page 19: Tgs Klp Lansia Masy

Kamar mandi keliatan bersih, berlantai keramik. Ny Y mengatakan kamar

mandi di kuras sekali dalam dua minggu. Ny T menggunakan kamar mandi

yang sama. Ny T sering bolak-balik ke kamar mandi dan sedikit lama. Pernah 1

tahun yang lalu Ny T tergelincir dikamar mandi, setelah di bawa ke puskesmas

ternyata Ny T tidak kenapa-napa.

4) Kaji pengaturan tidur di dalam rumah. Apakah pengaturan tersebut memadai

bagi para anggota keluarga, dengan pertimbangan usia mereka, hubungan dan

kebutuhan-kebutuhan khusus mereka lainnya

Rumah memiliki 3 kamar, hunian layak d huni. Ny T tidur sendiri di sebelah

kamar Ny Y dan Tn S. agar dengan mudah memantau kegiatan Ny T dalam

kamar. Ny T sengaja kamarnya tidak diberikan kunci karena Ny T sering tidak

tau dimana kunci itu diletakkan. Sehingga kadang Ny T terkunci di kamar dan

susah keluar.

5) Amati keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah. Apakah ada serbuan

serangga-serangga kecil ( khususnya di dalam ) dan / atau masalah-masalah

sanitasi yang disebabkan oleh kehadiran binatang-binatang piaraan.

Keadaan sanitasi rumah baik, terdapat beberapa fentilasi rumah dan tidak ada

masalah sanitasi rumah.

6) Kaji perasaan-perasaan subyektif keluarga terhadap rumah. Apakah keluarga

menganggap rumahnya memadai bagi mereka.

Ny Y mengatakan rumahnya sudah memadai untuk mereka, rumah ini sudah

ditempatinya selama kurang lebih 22 tahun.

7) Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana keluarga merasakan privasi mereka

memadai.

Ny Y mengatakan bahwa mereka tidak merasa terganggu oleh orang luar,

sehingga dengan leluasa melaksanakan aktifitas dalam rumah.

8) Evaluasi ada dan tidak adanya bahaya-bahaya terhadap keamanan

rumah/lingkungan

Page 20: Tgs Klp Lansia Masy

Rumah memiliki pagar di luar rumah. Dan pintunya selalu di kunci saat

berpergian ataupun mereka sedang di dalam rumah.

9) Evaluasi adekuasi pembuangan sampah

Sampah di buang di tong sampah bersama masyarakat, karena ada petugas yang

akan menjemput sampah tersebut.

10) Kaji perasaan puas / tidak puas dari anggota keluarga secara keseluruhan

dengan pengaturan / penataan rumah

Ny Y mengatakan puas dengan apa yang di dalam rumahnya dan segala sesuatu

tentang rumahnya.

2. Karakteristik keluarga

Tetangga sering membantu keluarga khususnya ketika Ny T yang sering keluar rumah

dan akhirnya tetangga yang mengantarkan Ny T ke rumah.

3. Mobilitas Geografis Keluarga

Keluarga merupakan pendatang. Komplek perumahannya memang heterogen dengan

pendatang, tidak beberapa yang merupakan penduduk asli. Rumah ini sudah dibelinya

semenjak 22 tahun yang lalu.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Ny Y menjadi anggota majelis ta’lim di mesjid dan mengikuti beberapa arisan di

sekitar rumahnya.

5. System pendukung keluarga

Hubungan keluarga dengan tetangga baik. Kondisi kesehatan keluarga saat ini adalah

sehat. Hanya saja Ny T yang menderita demensia suka lupa. Jika Ny T keluar rumah,

nanti yang mengantarkan pulang Ny T adalah para tetangganya.

E. STRUKTUR KELUARGA

1. Pola Komunikasi Keluarga

Page 21: Tgs Klp Lansia Masy

Bahasa yang di pakai dalam komunikasi adalah bahasa minang. Keluarga sedikit

kesulitan dalam berkominikasi dengan Ny T, seringkali ulang.

2. Struktur Kekuatan Keluarga

Pengendali keluarga adalah Tn S selaku kepala keluarga, cara pengambilan keputusan

adalah secara bermusyawarah dengan anggota keluarga. Dan setelah pengambilan

keputusan tidak ada permasalahan dalam anggota keluarga dan secara umum tidak ada

yang mendominasi kekuasaan hanya saja struktur tertinggi di pegang oleh kepala

keluarga.

3. Struktur Peran

Tn S selalu pergi kerja setiap paginya begitu juga anaknya yang masih kuliah.

Sedangkan yang mengurusi urusan di rumah adalah Ny Y selaku ibu rumah tangga. Ny

T tidak lagi bekerja pekerjaan rumah, lebih banyak Ny T duduk di rumah dan

berpergian ke sekitar rumah. Ny Y lah yang memiliki waktu yang banyak dengan Ny

T. jadi yang menjaga Ny T dirumah adalah Ny Y.

4. Nilai atau norma keluarga

Keluarga dalam keseharian menjalani hidup berdasarkan tuntutanan agama dan adat

istiadat masyarakat sekitar.

FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Afektif

Sikap dan hubungan antar sesame anggota keluarga baik, jika ada masalah diselesaikan

bersama-sama.

2. Fungsi Sosialisasi

Kepala keluarga selalu mengajarkan norma kesopanan dengan anaknya. Begitu juga

Ny T yang selalu memberikan nasehat kepada semua orang yang tinggal di rumah

tersebut.

3. Fungsi Perawatan Kesehatan

a. Mengenal masalah kesehatan

Page 22: Tgs Klp Lansia Masy

Masalah kesehatan yang sedang di alami keluarga ini adalah Ny T yang demensia,,

sering lupa.semua anggota keluarga menyadari hal tersebut, dengan demikian

keluarga selalu menjaga dan memenuhi kebutuhan Ny T walaupun dilakukan

dengan berulang-ulang.

b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat

Keluarga menyadari sikap kelupaan Ny T, namun keluarga tidak pernah membawa

Ny T melakukan pemeriksaan lanjutan. Karena keluarga beranggapan hal itu masih

wajar dengan mereka, namanya saja orang sudah tua. Jadi tindakan menjaga dan

memenuhi kebutuhan Ny T itu yang paling utama bagi mereka.

c. Merawat anggota yang sakit

Keluarga selalu menjaga Ny T yang demensia,. Sering kali mengingatkan tentang

makan, ibadah sholat, mandi dan lain-lain. Dan menjaga Ny T jika keluar rumah

dengan meminta bantuan tetangga jika Ny T sudah bingung dan tidak tau jalan

pulang.

d. Memelihara lingkungan rumah yang sehat

Keluarga sangat memperhatikan kebersihan rumah maupun pribadi. Untuk itu,

keluarga selalu berulang ulang mengingatkan pada Ny T untuk memperhatikan

kebersihan dirinya. Walaupun Ny T akhirnya juga berulang-ulang melakukannya,

karena setiap ditanya Ny T sering kali mengatakan belum.

e. Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat

Keluarga mengetahui jenis-jenis pelayanan kesehatan dan menggunakan pelayanan

kesehatan tersebut jika dibutuhkan.

4. Fungsi Reproduksi

Jumlah anak Ny T adalah 4 orang salah satunya Ny Y merupakan anak kedua. Suami

Ny T sudah meninggal 8 tahun yang lalu. Sekarang Ny T tinggal bersama Ny Y.

sebelumnya Ny T tinggal bersama anak paling tuanya. Ny T sudah menopouse

Sedangkan Ny Y dan Tn S memiliki anak 2. Yang paling tua sudah menikah dan tidak

tinggal lagi bersama mereka. Sekarang anak yang tinggal hanya satu yaitu Nn R. Ny Y

sedang memakai alat kontrasepsi suntik.

Page 23: Tgs Klp Lansia Masy

5. Fungsi Ekonomi

Dengan penghasilan tn S sebagai PNS, Ny Y mengatakan cukup untuk kebutuhannya

sehari-hari dan anak yang paling tua selalu mengirimkan uang kepada keluarganya.

F. STRESS DAN KOPING KELUARGA

1. Stressor jangka pendek

Ny Y mengatakan tidak ada masalah yang berat dalam hal ini. Hanya saja ia

mengatakan khawatir dengan Ny T yang sudah pikun. Takut akan Ny T tiba-tiba jatuh

karena matanya sudah sedikit tidak tampak lagi. Dan kesasar tidak bias pulang karena

tidak ada orang yang tau.

2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor

Keluarga selalu meminta bantuan tetangga jika Nampak Ny T berjalan-jalan sekitar

rumah. Jika sakit langusng dibawa ke pelayanan kesehatan.

3. Strategi koping yang di gunakan

Ny Y juga sering meminta pendapat dari saudara-saudaranya tentang masalah

kepikunan orang tuanya. Biasanya mereka selalu bermusyawarah. Saudara-saudara lain

juga sering dating ke rumah untuk mengunjungi NyT.

4. Strategi adaptasi disfungsional

Ny Y sering panic ketika Ny T lama pulang ke rumah.

G. PEMERIKSAAN FISIK

No Pemeriksaan Fisik Tn. S Ny. Y Nn.R Ny T

1. Keadaan Umum TB : 165cm BB : 68 KgLILA:29 cm

TB : 163 cm BB : 50 KgLILA:26 cm

TB : 160 cm BB :55 KgLILA:24 cm

TB : 155 cm BB :45 KgLILA:22 cm

2. Kepala : Simetris, Benjolan (-) Lesi (-)

Simetris, Benjolan (-) Lesi (-)

Simetris, Benjolan (-) Lesi (-)

Simetris, Benjolan (-) Lesi (-)

Page 24: Tgs Klp Lansia Masy

No Pemeriksaan Fisik Tn. S Ny. Y Nn.R Ny T

Rambut Ikal, tidak rontok, dan tidak mudah dicabut, berwarna hitam.

Lurus, tidak rontok dan tidak mudah di cabut,berwarna agak pirang

Lurus,tidak rontok dan berwarna hitam

Lurus,tidak rontok dan berwarna hitam

Mata Konjungtiva, tidak anemis, selera tidak ikterik, penglihatan baik

Konjungtiva tidak anemis selera tidak ikterik, penglihatan baik.

Konjungtiva tidak anemis selera tidak ikterik, penglihatan baik.

Lensa tampak keruh karna klien menderita katarakKonjungtiva tidak anemis selera tidak ikterik, penglihatan baik

Telinga Bentuk normal cerumen(-) pendengaran baik, sismetris

Bentuk normal cerumen (-) pendengaran baik, simetris

Bentuk normal cerumen (-) pendengaran baik, sismetris

Bentuk normal cerumen (-) pendengaran baik, sismetris

Hidung Polip (-), sinusitis (-), Lendir (-), Penciuman baik, Simetris

Polip (-), sinusitis (-), Lendir (-), Penciuman baik, Simetris

Polip (-), sinusitis (-), Lendir (-), Penciuman baik, Simetris

Polip (-), sinusitis (-), Lendir (-), Penciuman baik, Simetris

Mulut Lidah bersih, caries dentisc (-), Sariawan (-) gigi lengkap (agak kekuningan) membrane mukosa lembab.

Lidah bersih, caries dentisc (-), Sariawan (-) gigi lengkap membrane mukosa lembab

Lidah bersih, caries dentisc (-), Sariawan (-) gigi lengkap membrane mukosa lembab

Lidah bersih, caries dentisc (-), Sariawan (-) gigi lengkap membrane mukosa lembab

Kulit Bersih,turgor kulit baik,suhu 36,8 ºC

Bersih,turgor kulit baik suhu 36,3 ºC

Bersih,turgor kulit baik suhu 36,5 ºC

Bersih,turgor kulit baik suhu 36,5 ºC

2. Leher Tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan KGB

Tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan KGB

Tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan KGB

Tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan KGB

3. Thorak Bentuk simetris, tidak teraba benjolan, tidak

Bentuk simetris, tidak teraba benjolan,

Bentuk simetris, tidak teraba benjolan, tidak

Bentuk simetris, tidak teraba benjolan, tidak

Page 25: Tgs Klp Lansia Masy

No Pemeriksaan Fisik Tn. S Ny. Y Nn.R Ny T

ada lesi dan lecet tidak ada lesi dan lecet

ada lesi dan lecet ada lesi dan lecet

4 Sistem Pernafasan Bunyi nafas vesikuler, RR = 20 x/i

Bunyi nafas vesikuler, RR = 18 x/i

Bunyi nafas vesikuler, RR = 24 x/i

Bentuk simetris, tidak teraba benjolan, tidak ada lesi dan lecet

Sistem Cardivaskuler TD : 120/90 mmHg ND : 90 x/i,

TD : 110/80 mmHg ND : 87 x/i,

TD : 90/60 mmHg ND : 100 x/i,

TD : 150/90 mmHg ND : 100 x/i,

4. Sistem GIT BAB 1 x/hariKonsistensi normal

BAB 2 x/hariKonsistensi normal

BAB 2x/ hariKonsistensi normal

BAB 2x/ hariKonsistensi normal

5. Sistem Genitourinaria Tidak ada kelainan, BAK lancar, Frekuensi 4-5 x/hari

Tidak ada kelainan, BAK lancar, 4-5 x/hari

Tidak ada kelainan, BAK lancar, 4-5 x/hari

Tidak ada kelainan, BAK lancar, 4-5 x/hari

6. Sistem Muskulis Ekstremitas tidak edema, pergelanangan dengan tidak nyeri pergelangan kaki tidak nyeri varises (-) reflek patella (+)

Ekstremitas tidak edema, pergelanangan dengan tidak nyeri pergelangan kaki tidak nyeri varises (-) reflek patella (+)

Ekstremitas tidak edema, pergelanangan dengan tidak nyeri pergelangan kaki tidak nyeri varises (-) reflek patella (+)

Ekstremitas tidak edema, pergelanangan dengan tidak nyeri pergelangan kaki tidak nyeri varises (-) reflek patella (+)

H. HARAPAN KELUARGA

Keluarga memiliki harapan agar keluarga mereka sehat-sehat saja kedepannya. Dan

Ny T dapat beraktifitas sehari-hari dengan baik dan berharap Ny T memiliki

kesehatan yang baik.

ANALISA DATA

No. Data Penunjang Masalah

Keperawatan

1. DS:

- Ny Y mengatakan Ny T menderita pikun sehingga

Perubahan proses

Page 26: Tgs Klp Lansia Masy

sedikit menyulitkan klg dalam berkomunikasi, selalu

di ulang-ulang

- Ny Y mengatakan Ny T selalu bertanya berulang-

ulang pada keluarga

- Ny Y mengatakan kamar Ny T sengaja tidak

dikunci, karena Ny T sering lupa meletakkan kunci

dimana

- Ny Y mengatakan Ny T sering keluar rumah dan

akhirnya Ny T diantarkan pulang oleh tetangga.

- Keluarga menyadari sikap kelupaan Ny T namun

keluarga tidak pernah membawa Ny T melakukan

pemeriksaan lanjutan

- Keluarga sering mengingatkan Ny T dalam

melaksanakan ibadah

- Keluarga selalu mengingatkan Ny T untuk

memperhatikan kebersihan dirinya, akhirnya Ny T

berulang-ulang melakukannya karena setiap ditanya

ny T sering mengatakan belum.

DO:

- Ny T sering bingung dan tidak tau jalan pulang

- Ny T sangat kesulitan menjawab pertanyaan dari

pengkaji

- Ny T sering tidak konsisten dan jawabannya sering

berubah-ubah

pikir

2. DS:

- Ny Y mengatakan Ny T menderita katarak, tetapi

tidak dipedulikannya karena menganggap tidak

mengganggu kegiatan sehari-hari

- Ny Y mengatakan 1 tahun yang lalu pernah jatuh di

kamar mandi, tergelincir setelah di bawa ke

puskesmas tidak kenapa-kenapa

- Ny T mengatakan ia khawatir karena Ny T sudah

pikun. Ny Y takut Ny T tiba-tiba jatuh karena

Resiko Cedera

Page 27: Tgs Klp Lansia Masy

matanya sudah sedikit tidak nampak lagi dan ke

sasar tidak bisa pulang karena tidak ada yang tau

DO:

- Lantai rumah berkeramik

- Susah melihat lbh kurang 20 thn yg lalu

- Ny T menderita Katarak

- Ny T tidak mau di obati matanya

- Ny T mampu berjalan lambat dan sedikit meraba-

raba

SKORING ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK di Keluarga

Diagnosa Keperawatan 1 : Perubahan proses pikir pada Ny. T keluarga Tn S b.d KMK

merawat anggota keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah dimensia.

No Kriteria Nilai Bobot Skor Pembenaran

1 Sifat masalah

Skala : ancaman

kesehatan

3 1 3/3 x 1

= 1

Masalah ini telah aktual dan jika

tidak ditangani maka gejala

halusinasi yang terdapat pada

kasus ini dapat membahayakan

klien. Oleh karena itu harus

diperlukan tindakan segera.

2 Kemungkinan

masalah dapat

diubah

Skala : sebagian

1 2 ½ x 2 =

1

Informasi yang didapat tentang

dimensia masih kurang, tetapi

lingkungan sekitar klien mau

menerima informasi tentang

dimensia.

3 Potensial masalah

untuk dicegah

Skala : cukup

2 1 2/3 x 1

= 2/3

Masalah ini sudah terlihat 3 tahun

yang lalu. Sejak itulah klien tidak

melakukan perjalanan jauh lagi.

Keluarga tidak memperbolehkan

Page 28: Tgs Klp Lansia Masy

klien keluar rumah. Sementara

tindakan tersebut tidak efektif

untuk mencegah kasus ini.

4 Menonjolnya

masalah

Skala : masalah

berat, harus

segera ditangani

2 1 2/2 x 1

= 1

Keluarga Tn. S melihat bahwa

permasalahan pada Ny. T adalah

berat dan harus segera ditangani

karena berisiko menciderai klien.

TOTAL 3 2/3

Diagnosa Keperawatan 2: Resiko tinggi cedera pada Ny. T keluarga Tn S b.d KMK

merawat anggota keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah gangguan

penatalaksanaan rumah.

No Kriteria Nilai Bobot Skor Pembenaran

1 Sifat masalah

Skala : tidak /

kurang

mengancam

2 1 2/3 x 1

= 2/3

Masalah masih bersifat resiko

tetapi dapat mengancam

keselamatan klien.

2 Kemungkinan

masalah dapat

diubah

Skala : sebagian

1 2 ½ x 2 =

1

Masalah dapat diubah jika segera

dilakukan intervensi yang tepat,

namun intervensi ini harus

dilakukan oleh keluarga yang

mana butuh evaluasi apakah

tindakan tepat/tidak, tetapi

masalah ini terkendala pada

masalah keuangan.

3 Potensial masalah

untuk dicegah

Skala : cukup

2 1 2/3 x 1

= 2/3

Masalah tidak dapat langsung

diatasi dengan perawatan singkat

dan pemberian informasi, harus

dibutuhkan kerjasama dengan

anak-anak klien untuk

memperbaiki tatalaksana rumah.

Page 29: Tgs Klp Lansia Masy

4 Menonjolnya

masalah

Skala : masalah

berat, harus

segera ditangani.

2 1 2/2 x 1

= 1

Keluarga Tn. S merasakan

masalah ini cukup membahayakan

Ny. T. Kondisi rumah seperti itu

dapat menciderai Ny. T secara

langsung.

TOTAL 3 1/3

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Page 30: Tgs Klp Lansia Masy

Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara

perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk

memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian.

Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila mengalami demensia.

Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari berbagai latarbelakang pendidikan

mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat sebarang rawatan untuk demensia,

namun rawatan untuk menangani gejala-gejala boleh diperolehi.

Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adannya perubahan

kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Mereka

sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah

hal yang biasa pada usia mereka. Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya

berupa depresi pada Lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih

sensitive.

Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan.

Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan

mengenali gejala demensia. Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan

tingkah laku yang semakin mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga

memahami dengan baik perubahan tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita

demensia.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliiki banyak kekurangan. Untuk itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.

DAFTAR PUSTAKA

Page 31: Tgs Klp Lansia Masy

Ali, Zaidin. (1999). Pengantar Keperawatan Kesehatan Keluarga. Depok : Yayasan

Bungah Raflesi

Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia. (2000). Kumpulan Makalah Pelatihan

Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : FKUI

Gonce, Patricia M. (2005). Panduan Pemeriksaan Kesehatan. Jakarta : EGC

Nugroho,Wahjudi. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran EGC.Jakarta;1999

Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC. Jakarta;2002