36
KEPERAWATAN GERONTIK “ ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI ” Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3 NAMA : - Nabilah Siregar - Cicilia - Ririn Oktarina - Ijang PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN NON REGULER (S-1)

Tgs Kel_Askep Lansia Hipertensi

  • Upload
    nabilah

  • View
    21

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

KEPERAWATAN GERONTIK ASUHAN KEPERAWATAN

PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

DISUSUN OLEH :KELOMPOK 3

NAMA: - Nabilah Siregar

Cicilia

Ririn Oktarina

Ijang

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN NON REGULER (S-1)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Hipertensi. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan agar para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan makalah ini.Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Cimahi, Maret 2014

Kelompok 3

DAFTAR ISILEMBARAN JUDUL................................................................................................................KATA PENGANTAR ..............................................................................................................iDAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang....................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..............................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................2

D. Manfaat Penulisan...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Landasan Teori Medis.........................................................................................................3

1. Pengertian ......................................................................................................................3

2. Etiologi ..........................................................................................................................3

3. Manifestasi Klinik .........................................................................................................34. Jenis Leukemia ..............................................................................................................45. Insiden ...........................................................................................................................5

6. Patofisiologi ..................................................................................................................5

7. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................................6

8. Penatalaksanaan .............................................................................................................6

B. Landasan Teori Keperawatan..............................................................................................7

1. Pengkajian .....................................................................................................................7

2. Diagnosa Keperawatan ................................................................................................11

3. Intervensi Keperawatan ...............................................................................................11

4. Implementasi ...............................................................................................................20

5. Evaluasi .......................................................................................................................20

6. Pathway Leukemia ......................................................................................................21

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................................................21

B. Saran .................................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer, karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi, 50% penderita hipertensi tidak menunjukkan gejala yang jelas, apalagi bila masih dalam taraf awal. Penyakit ini banyak ditemui seiring perkembangan zaman dan perubahan pola dan gaya hidup. Perubahan beberapa jenis gaya hidup menjadi modern ternyata membawa dampak yang besar bagi sektor kesehatan masyarakat.

Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah, baik sistolik maupun diastolik, sama atau lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi menyebabkan kerusakan berbagai organ tubuh seperti otak, jantung, ginjal, aorta, pembuluh darah perifer, dan retina. Selain itu, juga menyebabkan peningkatan morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) pada gangguan kardiovaskuler dan stroke. Di Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya hipertensi terjadi pada satu dari empat orang dewasa di antara umur 18 tahun dan satu dari dua orang di atas 50 tahun.

Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya umur hipertensi menjadi masalah pada lansia karena sering ditemukan pada lansia. Pada lansia hipertensi menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit jantung koroner. Lebih dari separuh kematian di atas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskular. Secara nyata kematian akibat stroke dan morbiditas penyakit kardiovaskuler menurun dengan pengobatan hipertensi. Satu-satunya jalan untuk mengetahui bahwa seseorang menderita hipertensi atau tidak, adalah dengan melakukan kontrol teratur terutama bagi yang berusia di atas 40 tahun.Berdasarkan uraian di atas, maka kelompok kami akan menuliskan makalah dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan Hipertensi .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan Hipertensi ?.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Tujuan Umum :

Memberikan informasi tentang penyakit Hipertensi dan asuhan keperawatan pada pada Lansia dengan Hipertensi tersebut.2. Tujuan Khusus :

a. Mengetahui pengertian Hipertensib. Mengetahui etiologi Hipertensic. Mengetahui klasifikasi Hipertensid. Mengetahui insiden terjadinya Hipertensi e. Mengetahui manifestasi klinis dari Hipertensif. Memahami patofisiologi Hipertensi g. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada Hipertensih. Mengetahui komplikasi Hipertensii. Mengetahui pencegahan Hipertensi j. Mengetahui penatalaksanaan Hipertensi k. Memahami asuhan keperawatan pada Lansia dengan Hipertensi meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik.2. Sebagai bahan tambahan informasi bagi mahasiswa.

BAB II

PEMBAHASANA. LANDASAN TEORI MEDIS1. DefinisiHipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001). Institut Nasional Jantung, Paru, dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup (Brunner and Suddart , 2002). Hipertensi pada lansia didefinisikan dengan tekanan sistolik diatas 160 mmHg atau tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Fatimah, 2010). 2. KlasifikasiKlasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :

a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya

b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :

a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.

b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg. Klasifikasi Hipertensi berdasarkan WHO-ISH 1999KategoriTekanan Sistolik

(mmHg)Tekanan Diastolik

(mmHg)

Optimal

Normal

Normal Tinggi

Derajat 1 (ringan)

- subgroup borderline

Derajat 2 (sedang)

Derajat 3 (berat)

Hipertensi Sistolik< 120

< 130

130 139

140 159

140 149

160 179

180

140< 80

< 85

85 89

90 99

90 94

100 109

110

90

Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)

TigkatTekanan sistolik(mmHg)Tekanan diastolik(mmHg)Jadwal kontrol

Tingkat I

Tingkat II

Tingkat III

Tingkat IV140-159

160-179

180-209

210 satau lebih90-99

100-109

110-119

120 atau lebuh1 bulan sekali

1 minggu sekali

Dirawat RS

3. EtiologiPenyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun

b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas :

a. Tidak dapat dikontrol, seperti :

1) Keturunan (genetik), kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot daripada heterozigot. 2) Jenis Kelamin, wanita lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan pria. 3) Umur, Penderita hipertensi esensial, sebagian besar timbul pada usia 25 45 tahun dan hanya 20% yang timbulnya kenaikan tekanan darah di bawah usia 20 tahun dan diatas 50 tahun.b. Dapat dikontrol :

1) Kegemukan (obesitas)2) Kurang Olahraga3) Merokok4) Kolesterol tinggi, kehamilan 5) Konsumsi Alkohol

6) Asupan garam 4. Manifestasi KlinikTanda dan gejala hipertensi pada lansia secara umum adalah :

a. Sakit kepala

b. Perdarahan hidung

c. Vertigo

d. Mual muntah

e. Perubahan penglihatan

f. Kesemutan pada kaki dan tangan

g. Sesak nafas

h. Kejang atau koma

i. Nyeri dadaTanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran menurun.

6. PatofisiologiMekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001). 7. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostika. Pemeriksaan Laborat1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko, seperti : hipokoagulabilitas, anemia.2) BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.3) Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.4) Kalium serum : Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

5) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi

6) Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)

7) Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi

8) Kadar aldosteron urin/serum : Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)

b. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan adanya DM.c. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopatid. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.e. IVP : Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal.f. Photo dada : Menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung.

8. KomplikasiAkibat atau komplikasi dari penyakit hipertensi yang dapat terjadi pada lansia adalah :

a. Gagal jantung

b. Gagal ginjal

c. Stroke (kerusakan otak)

d. Kelumpuhan.

9. Pencegahana. Pencegahan Primer

Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:

1) Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.

2) Dilarang merokok atau menghentikan merokok.

3) Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.

4) Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa:

1) Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.

2) Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil mungkin.

3) Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.

4) Batasi aktivitas.

10. PenatalaksanaanPrinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

a. Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

1) DietDiet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

c) Penurunan berat badan

d) Penurunan asupan etanol

e) Menghentikan merokok2) Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu : Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu

3) Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

a) Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

b) Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

c) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

b. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi :

1) Step 1

Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor

2) Step 2

Alternatif yang bisa diberikan : Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

3) Step 3

Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat ke-3 jenis lain

4) Step 4

Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapiUntuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.

B. LANDASAN TEORI KEPERAWATAN 1. Tujuan Asuhan Keperawatan Hipertensia. TD dengan batas yang dapat diterima untuk individual b. Komplikasi kardiovaskuler dan sistemik dicegah/ diminimalkanc. Proses/ prognosis penyakit dan regimen terapi dipahamid. Perubahan yang diperlukan dala hal gaya hidup/ perilaku dilakukan2. Pengkajiana. Identitas Pasien

Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.

b. Riwayat atau adanya factor resiko

1) Riwayat garis keluarga tentang hipertensi

2) Penggunaan obat yang memicu hipertensi

c. Pengkajian Persistem

1) SirkulasiRiwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup dan penyakit cerebro vaskuler. Episode palpitasi,perspirasi.

2) Eleminasi Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.

3) Neurosensori Keluhan pusing. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).

4) Pernapasan Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja, Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum. Riwayat merokok 5) Aktivitas / istirahatKelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton. Frekuensi jantung meningkat, Perubahan irama jantung, Takipnea

6) Integritas egoRiwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah kronik. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan).

7) Makanan dan cairan Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori. Mual, muntah. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).

8) Nyeri atau ketidak nyamananAngina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung), Nyeri hilang timbul pada tungkai. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Nyeri abdomen.

3. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral

a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dari kebutuhan oksigen.b. Resiko penurunan Curah Jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokontriksi

c. Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau keterbatasan kognitif4. Intervensi Keperawatan

a. Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.Kriteria evaluasi : Melaporkan nyeri/ ketidaknyamanan hilang/ terkontrol. Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan. Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.No.Tindakan/IntervensiRasional

1.

2.

3.

4.

5.

6.

MandiriMempertahankan tirah baring selama fase akut.Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, mis: kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, teknik relaksasi (panduan imajinasi, distraksi) dan aktivitas waktu senggang.Hilangkan/ minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, mis: mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk.Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi perdarahan hidung atau kompres telah dilakukan untuk menghentikan perdarahan.Kolaborasi Berikan sesuai indikasi : obat analgesik

Meminimalkan stimulus/ meningkatkan relaksasi.Tindakan yang menurunkan tekanan vaskular serebaral dan yang memperlambat/ memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan tekanan vaskular serebral.Pusing dan peningkatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala. Pasien juga dapat mengalami episode hipotensi postural.5. Meningkatkan kenyamanan umum.Menurunkan/ mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang sistem saraf simpatis.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dari kebutuhan oksigen.Kriteria hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ diperlukan. Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur. Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intolerasi fisiologi.No.Tindakan / IntervensiRasional

1.

2.

3. MandiriKaji respons pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit di atas frekuensi istirahat; peningkatan.Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi, mis: menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/ perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan. Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stres aktivitas dan; bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energi, juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas.

c. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload, vasokontriksi.Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/ beban kerja jantung Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien No.Tindakan / intervensiRasional

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.Mandiri Pantau TD. Ukur pada kedua tangan/ paha untuk evalusi awal. Amati warna kulit, kelemahan, suhu dan masa pengisian kapiler. Catat edema umum/ tertentu.Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/ keributan lingkungan.Pertahankan pembatasan aktivitas, seperti istirahat di tempat tidur/ kursi; jadwal periode istirahat tanpa gangguan; bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuaikan kebutuhan.Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman, seperti pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.Kolaborasi Berikan obat-obat sesuai indikasi, seperti diuretik tiazid mis: klorotiazid (diuril).Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan/ bidang masalah vaskular. Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan dekompensasi/ penurunan curah jantung.Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskular.Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis, meningkatkan relaksasi.Menurunkan stres dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan perjalanan penyakit hipertensi.Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang simpatis.Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stres membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan TD.Tiazid mungkin digunakan sendiri atau dicampur dengan obat lainuntuk menurunkan TD pada pasien dengan fungsi ginjal yang relatif normal.

d. Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau keterbatasan kognitif

Tujuan :Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi setelah dilakukan tindakan keperawatan Kriteria hasil :

1. Pasien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi

2. Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai programNo.Tindakan / IntervensiRasional

1.

2.

3.

4.Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar,termasuk orang terdekatTetapkan dan nyatakan batas TD normal,menjelaskan tentang hipertensi dan efek pada jantung,

Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler yang dapat diubah

Atasi masalah pasien untuk mengidentifikasi cara perubahan gaya hidup dan membahas bahayanya merokok Untuk mengetahui sejauh mana pasien paham tentang penyakitnya Memberi dasar untuk pemahaman tentang peningkatan TD Untuk menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskulerMembantu mengarahkan pola hidup yang lebih sehat

5. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong. D.L.2004:hal.331).6. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610) hasil yang diharapkan pada klien dengan Osteomyelitis adalah :

a. Pasien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang atau terkontrol

b. Pasien berpartisupasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan

c. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah atau beban kerja jantung.

d. Pasien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan

PATHWAY HIPERTENSIGenetik, alkohol, obesitas, merokok, kolesterol, dll

Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer (Lansia)

Hipertensi

Jika berlangsung lama, dpt merusak otakTekanan pemda perifer meningkat

Keterbatasan kognitif lansia

Sirkulasi serebral tergangguResistensi ejeksi darah dari ventrikel

Kurang informasi

TIK meningkat

Sirkulasi sistemik menurun

Ketidakseimbangan suplai O2 dan kebuuhan jaringan

Metabolisme menurun

Energi menurun

Kelemahan umum

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian materi, maka kami dapat menyimpulkan Hipertensi pada lansia didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi : Genetik, obesitas, stress lingkungan, hilangnya elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh darah.

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu: hipertensi esensial (primer) penyebab tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhi, seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress. Hipertensi sekunder dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal

Penatalaksanaan penatalaksanaan Non Farmakologis seperti diet pembatasan atau pengurangan konsumsi garam,aktivitas seperti klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,bersepeda atau berenang.Penatalaksanaan Farmakologis.

B. Saran

Berdasarkan uraian materi, hendaknya kita sebagai mahasiswa keperawatan yang kelak akan menjadi perawat harus mengetahui berbagai penyakit khususnya keperawatan gerontik yang mencakup penyakit-penyakit yang diderita lansia, misalnya hipertensi ini. Kita sebagai perawat perlu dan harus mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada lansia dengan penyakit tersebut, yang meliputi pengkajian, diagnosa yang timbul, serta tindakan yang akan dilakukan pada pasien tersebut. Hal tersebut diharapkan kelak dapat bermanfaat demi kesembuhan pasien.

DAFTAR PUSTAKADoenges, Marilynn E, dkk. (2000). Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa

Keperawatan. Jakarta : EGC.Brunner, Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah Edisi 8 Volume 3. Jakarta : EGC.Azizah, Marifatul Lilik. (2011). Keperawatan lanjut usia. Graha ilmu : Jogjakarta.

Kurang pengetahuan

Intoleransi aktivitas

Resiko penurunan curah jantung

Nyeri : sakit kepala