Upload
maniktoba
View
1.774
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan dalam bisnis layanan jasa transportasi udara pada masa sekarang
benar-benar berkembang pesat. Banyak perusahaan penerbangan yang ikut serta
meramaikan bisnis ini saling bersaing untuk mendapatkan pelanggan yang
sebanyak banyaknya dengan berbagai macam cara dan strategi yang digunakan.
Mulai dari harga tiket yang murah sampai dengan program pelayanan yang baik
yang ditujukan untuk kepuasan pelanggan yang menggunakan jasa mereka.
Garuda Indonesia merupakan salah satu perusahaan penerbangan nasional
yang meramaikan dunia bisnis layanan jasa transportasi udara. Sejak dibuka pada
tahun 1995 sampai dengan sekarang Garuda Indonesia cabang Padang yang
semula menggunakan tipe pesawat Fokker 27 atau Fokker 28, namun sekarang
telah diperbaruhi dengan pesawat tipe Boeing 747-400 (GA 163 dan GA 165)
yang memiliki daya angkut yang lebih besar (Garuda Indonesia cabang Padang
2008).
Dalam kondisi persaingan yang ketat, Garuda Indonesia harus berupaya
mengantisipasi perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis jasa penerbangan.
Salah satu upaya Garuda Indonesia cabang Padang yang dilakukan adalah dengan
meluncurkan program layanan Garuda Frequent Flyer (GFF) yang merupakan
suatu loyalty program bagi para pengguna jasa Garuda. Pelayanan Garuda
Frequent Flyer, diberikan kepada penumpang yang sering melakukan
penerbangan dengan Garuda Indonesia, dimana penumpang akan mendapatkan
1
benefit sebagai imbalan atas pengumpulan jarak yang telah ditempuh dengan
Garuda pada seluruh rute penerbangan domestik dan beberapa rute internasional
(members.bumn.go.id). Untuk melihat jumlah penumpang Garuda Indonesia
selama lima bulan terakhir dapat dilihat dari market sharenya.
Adapun market share jumlah penumpang Garuda Indonesia selama lima
bulan terakhir dapat dilihat dari tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1Market Share Jumlah Penumpang Garuda Indonesia
Januari sampai dengan Mei 2008
TahunFrekuensi
Penerbangan Garuda
JumlahPenumpang
Garuda
Jumlah Penumpang
Seluruh Maskapai
Market Share( % )
Januari 62 6.221 70.684 8,80
Februari 58 5.382 60.924 8,83
Maret 62 7.031 64.426 10,91
April 60 6.769 58.008 11,66
Mei 62 7.106 60.612 11,72
Total 304 32.509 314.654
Sumber : PT.(Persero) Angkasa Pura II (2008)
Adapun Market Share dapat dicari dengan menggunakan rumus :
Market Share = x 100 %
Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa selama lima bulan terakhir, pada
umumnya minat konsumen untuk memanfaatkan layanan jasa penerbangan
khususnya Garuda Indonesia mengalami fluktuasi. Hal ini dibuktikan dengan
perkembangan jumlah penumpang Garuda Indonesia yang cenderung naik dan
2
turun setiap bulannya. Untuk menghadapi fluktuasi tersebut pihak Garuda
Indonesia harus menyimbangi antara frekuensi penerbangan dengan permintaan
terhadap layanan jasa penerbangan oleh konsumen di bulan tersebut. Kondisi
market share Garuda Indonesia selama lima bulan terakhir terus mengalami
peningkatan, dimana pada bulan Februari tingkat market share yang dicapai
mengalami peningkatan yang tidak siknifikan dibanding pada bulan sebelumnya
dan hal tersebut juga diikuti pada bulan Maret yang mengalami peningkatan yang
cukup baik. Kemudian di dua bulan berikutnya market share Garuda Indonesia
kembali mengalami peningkatan (PT. (Persero) Angkasa Pura II, 2008).
Konsep pemasaran yang dianut oleh Garuda Indonesia cabang Padang
(2008) adalah memiliki tema pokok yang menyatakan bahwa seluruh elemen
perusahaan harus berorientasi pada kepuasan pelanggannya. Perusahaan akan
berusaha untuk mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan
pelanggannya dan berusaha untuk memuaskan keinginan mereka. Pemahaman
mengenai tanggapan dan perilaku konsumen terhadap jasa menjadi hal yang
penting dalam menjamin tercapainya tujuan perusahaan untuk memuaskan
keinginan konsumen.
Menurut Kotler (2007) kepuasan pelanggan adalah membandingkan
antara kinerja yang dirasakan dengan yang diharapkan. Kinerja pelayanan yang
tidak sesuai dengan harapan pelanggan pada saat menggunakan produk atau jasa
(diskonfirmasi) tentunya akan memicu terjadinya lost customer (kehilangan
pelanggan) pada sebuah perusahaan. Sedangkan Afeksi adalah “Sebagai fenomena
kelas mental yang secara unik dikarakteristikan oleh pengalaman yang disadari,
3
yaitu keadaan perasaan subjektif, yang biasanya muncul bersama-sama dengan
emosi dan suasana hati”.(Mowen, Minor : 2001).
Dewasa ini konsumsi terhadap jasa mulai dipandang sebagai sesuatu yang
melibatkan perasaan (afeksi), dimana perasaan atau emosi tersebut dapat
dibangkitkan dengan penggunaan terhadap jasa tertentu. Emosi atau perasaan
(afeksi) akan sangat berpengaruh ketika saat memakai atau menggunakan (during
consumption). Ini disebabkan karena emosi atau perasaan merupakan hasil dari
hubungan dan interaksi yang terus berkembang sepanjang waktu (Mowen, Minor :
2001).
Berdasarkan survey pendahuluan (2008), Garuda Indonesia cabang Padang
belum mampu untuk meredam afeksi negatif secara keseluruhan dan masih
adanya kualitas pelayanan yang masih bisa dimaksimalkan lagi. Hal ini terlihat
saat pelanggan di kota Padang yang sering berpergian dengan Garuda, yang
dihadapkan rasa khawatir dan takut terhadap keselamatan penerbangan serta
hiburan dan makanan yang disajikan selama penerbangan yang masih biasa-biasa
saja.
Pelanggan yang akan menggunakan layanan jasa, tentunya akan melihat
atribut, kualitas layanan jasa dan citra merek sebagai suatu yang tersedia dari
sebuah perusahaan, yang dapat mempesonakan indera, menggugah perasaan dan
merangsang pemikiran-pemikiran mereka (Schmitt, 1999 dalam Balqiah 2002).
Oleh sebab itu Garuda Indonesia harus bisa membangkitkan emosi dan afeksi
positif pelanggan, yang pada akhirnya pelanggan akan merasa senang terhadap
layanan jasa perusahaan dan menimbulkan kepuasaan yang tinggi.
4
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Oliver (1994,
dalam Tengku Ezni Balqiah 2002), bahwa afeksi positif, afeksi negatif, kualitas
dan diskonfirmasi berpengaruh terhadap kepuasaan pelanggan, serta menurut
Tengku Ezni Balqiah (2002) menyatakan bahwa afeksi negatif, kualitas dan
diskonfirmasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasaan pelanggan.
Berdasarkan penjelasan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Afeksi, Kualitas, dan Diskonfirmasi Program
Layanan Garuda Frequent Flyer (GFF) Terhadap Kepuasan Pelanggan
PT. Garuda Indonesia Cabang Padang”.
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian penulis diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
Berikut :
1. Bagaimana faktor afeksi, kualitas, diskonfirmasi dan kepuasaan
pelanggan pada program layanan Garuda Frequent Flyer PT. Garuda
Indonesia cabang Padang?
2. Apakah faktor afeksi, kualitas, dan diskonfirmasi pada program layanan
Garuda Frequent Flyer berpengaruh terhadap kepuasaan pelanggan
PT. Garuda Indonesia cabang Padang ?
3. Elemen-elemen utama apakah yang perlu dilakukan pada program
layanan Garuda Frequent Flyer untuk meningkatkan kepuasaan
pelanggan PT. Garuda Indonesia cabang Padang ?
5
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk menganalisis faktor afeksi, kualitas, diskonfirmasi dan kepuasaan
pelanggan pada program layanan Garuda Frequent Flyer PT. Garuda
Indonesia cabang Padang.
2. Untuk menganalisis pengaruh faktor afeksi, kualitas, dan diskonfirmasi
program layanan Garuda Frequent Flyer terhadap tingkat kepuasan
pelanggan PT. Garuda Indonesia cabang Padang.
3. Untuk mengetahui elemen-elemen utama yang perlu dilakukan pada
program layanan Garuda Frequent Flyer untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan PT. Garuda Indonesia Cabang Padang.
1.4 Ruang Lingkup
Penelitian dilakukan di PT. Garuda Indonesia cabang Padang. Yang diteliti
adalah analisis dan pengaruh afeksi, kualitas, dan diskonfirmasi program layanan
Garuda Frequent Flyer (GFF) terhadap kepuasan pelanggan setelah
menggunakan layanan jasa PT. Garuda Indonesia. Elemen yang dibahas yaitu
analisis dan pengaruh afeksi, kualitas, dan diskonfirmasi program layanan Garuda
Frequent Flyer (GFF) terhadap kepuasan pelanggan serta elemen-elemen utama
program kepuasan pelanggan. Penelitian berbentuk survey, data diambil dari
sebagian populasi yang dijadikan responden untuk dimintai pendapatnya tentang
masalah tertentu. Responden yang diambil adalah pengguna program layanan
Garuda Frequent Flyer.
6
Aspek - aspek dimensi yang dinilai dalam kualitas layanan jasa tersebut
adalah :
1. Afeksi positif yang muncul pada saat menggunakan layanan sebagai
akibat dari pengalaman yang dirasakan, meliputi kedamaian yang
dirasakan selama penerbangan, terpenuhinya permintaan selama
penerbangan, kehangatan yang dirasakan selama penerbangan
dan kegembiraan karena suasana di dalam pesawat.
2. Afeksi negatif yang muncul pada saat menggunakan layanan sebagai
akibat dari pengalaman yang dirasakan, meliputi marah terhadap
pelayanan yang diterima, pelayanan yang diterima tidak sesuai janji,
khawatir akan keselamatan penerbangan, takut menghadapi hal-hal yang
buruk dan diperlakukan tidak adil sesama penumpang.
3. Kualitas kinerja dari atribut utama pelayanan, meliputi desain interior
pesawat, seragam awak kabin, hiburan, makanan yang disajikan,
persahabatan, bantuan, kemampuan dan kesopanan awak kabin
4. Diskonfirmasi yang dirasakan pelanggan, meliputi keberangkatan pesawat
dibanding harapan, pelayanan awak kabin dibanding harapan
dan keseluruhan penerbangan dibanding harapan.
1.5 Sistematika Penulisan
Penelitian terbagi atas 6 bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi : Latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, ruang
lingkup penelitian dan sistematika penulisan.
7
BAB II KERANGKA TEORI
Meliputi : Teori-teori yang berkaitan dengan topik seperti pengertian
pemasaran, jasa, bauran pemasaran jasa, pengertian afeksi, kualitas jasa,
mengelola kualitas jasa, pengertian diskonfirmasi, kepuasan pelanggan,
faktor yang mempengaruhi kepuasaan pelanggan, elemen program
kepuasaan pelanggan, manfaat program kepuasaan pelanggan, mengukur
kepuasaan pelanggan, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan
hipotesis penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Meliputi : Desain penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, jenis
data, teknik pengumpulan data, pengujian data, operasionalisasi
pengukuran variabel dan analisis data.
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini berisi sejarah dan gambaran umum perusahaan, struktur
organisasi, aktivitas pemasaran, produk dan layanan jasa dari perusahaan,
wilayah pemasaran serta struktur pasar.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi antara lain karakteristik responden, analisis faktor afeksi,
kualitas, diskonfirmasi dan kepuasaan pelanggan, pengaruh afeksi,
kualitas, dan diskonfirmasi terhadap kepuasaan pelanggan serta Elemen-
elemen utama dalam rangka meningkatkan kepuasaan pelanggan pada
program layanan Garuda Frequent Flyer (GFF).
8
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan, implikasi penelitian atas penelitian yang
telah dilakukan, keterbatasan penulis dan saran yang dapat diberikan untuk
perusahaan serta saran bagi penelitian selanjutnya.
9
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Pemasaran Jasa
2.1.1 Pengertian Pemasaran
Menurut Kotler (2007) Pemasaran adalah suatu proses sosial yang
didalamnya terdapat individu dan kelompok, untuk mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
2.1.2 Pengertian Jasa
Menurut Kotler (2007) Jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang dapat
ditawarkan satu pihak ke pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
mengakibatkan kepemilikan sesuatu. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak pada
suatu produksi fisik.
2.1.3 Klasifikasi Jasa
Kotler (2007) membagi jasa menjadi beberapa kategori sebagai berikut :
1. Barang berwujud murni
Merupakan barang berwujud, dimana tidak ada jasa yang menyertainya.
Seperti sabun, pasta gigi, atau garam.
2. Barang berwujud yang disertai jasa.
Terdiri atas barang berwujud yang disertai oleh satu atau beberapa jenis
jasa.
10
Misalnya : ruang pameran, perbaikan dan pemeliharaan serta
pemenuhan garansi.
3. Campuran
Barang dan jasa berada dalam porposi yang sama.
Contohnya : makan di restoran lengkap dengan pelayanannya.
4. Jasa utama yang disertai barang dan jasa tambahan
Tawaran tersebut terdiri atas jasa utama bersama jasa tambahan atau
barang pendukung.
Contohnya, penumpang pesawat terbang membeli jasa angkutan.
Barang berwujud seperti makanan dan minuman, sobekan tiket dan
majalah penerbangan.
5. Jasa murni
Kategori ini hanya murni terdiri dari jasa.
Contoh : mencangkup penjagaan bayi, psikoterapi dan pijat.
Berdasarkan perbedaan tersebut sulit untuk menyamakan kategori jasa.
2.1.4 Karakteristik Jasa
Menurut Kotler (2007), Jasa memiliki empat karakteristik, yaitu :
1. Tidak berwujud (intangibility): tidak seperti produk fisik, jasa tidak
dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar atau dicium sebelum jasa itu
dibeli.
2. Tidak terpisahkan (inseparability): umumnya jasa dihasilkan dan
dikonsumsi secara bersamaan. Jika seseorang melakukan jasa, maka
penyediaannya adalah bagian dari jasa. Karena pelanggan juga hadir
11
saat jasa itu dilakukan, interaksi penyelia pelanggan adalah ciri khusus
dari pemasaran jasa. Baik penyelia maupun pelanggan mempengaruhi
hasil jasa.
3. Bervariasi (variability): jasa itu sangat bervariasi karena dia
tergantung pada siapa yang menyediakan dan dimana jasa itu
dilakukan.
4. Mudah lenyap (perishability): jasa tidak bisa disimpan. Mudah
lenyapnya jasa tidak jadi masalah bila permintaan tetap karena mudah
untuk terlebih dahulu mengatur staf untuk melakukan jasa itu bila
permintaan berfluktuasi, perusahaan jasa menghadapi masalah yang
rumit. Contohnya perusahaan transportasi seperti perusahaan
penerbangan harus menyiapkan extra flight pada peak season (hari-
hari puncak seperti musim liburan dan lebaran).
2.1.5 Bauran Pemasaran Jasa
Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat yang dapat digunakan
pemasar untuk membentuk karakteristik jasa yang ditawarkan kepada pelanggan
(Tjiptono:2006).
Strategi bauran jasa merupakan pengembangan dari bauran pemasaran
tradisional yang terdiri dari Product, Price, Place, dan Promotion. Yang dalam
perkembangannya bertambah menjadi 9P dengan tambahan Power, Public
Relation, Physical Evidence, Process dan People. Tiga elemen terakhir yaitu
Physical Evidence, Process dan People merupakan elemen bauran pemasaran
12
yang khusus diperuntukan untuk bidang jasa. Menurut Tijptono (2006) elemen-
elemen bauran pemasaran untuk jasa dapat diartikan sebagai berikut:
Product
Produk merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditunjukan
untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemuas kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Dalam konteks ini, produk bisa berupa apa saja (baik yang berwujud
fisik maupun tidak) yang dapat ditawarkan kepada pelanggan potensial untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu.
Price
Keputusan bauran harga berkenaan dengan kebijakan strategis dan taktis
seperti tingkat harga, struktur diskon, syarat pembayaran dan tingkat diskriminasi
harga di antara berbagai kelompok pelanggan.
Promotion
Bauran promosi tradisional meliputi berbagai metode untuk
mengkomunikasikan manfaat jasa kepada pelanggan potensial dan aktual.
Metode-metode tersebut terdiri atas periklanan, promosi penjualan, direct
marketing, personal selling dan public relation.
People
Orang merupakan unsur vital dalam pemasaran. Setiap organisasi jasa
harus jelas menentukan apa yang diharapkan dari setiap karyawan dalam
interaksinya dengan pelanggan.
13
Process
Proses produksi atau operasi merupakan faktor penting bagi konsumen
high-contact services, yang juga sering berperan sebagai co-producer jasa yang
bersangkutan. Misalnya pelanggan restoran sangat berpengaruh oleh staf
melayani mereka dan lamanya mereka menunggu selama proses produksi.
Physical Evidence (Tampilan Fisik)
Menyebabkan pelanggan potensial tidak dapat menilai suatu jasa sebelum
mengkosumsinya. Ini menyebabkan resiko yang dipersepsikan konsumen dalam
keputusan pembelian semakin besar. Oleh sebab itu, salah satu unsur penting
dalam bauran pemasaran adalah upaya untuk mengurangi resiko tersebut dengan
jalan menawarkan bukti fisik dari karakteristik jasa.
Place
Keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap jasa bagi
para pelanggan potensial. Keputusan ini meliputi keputusan lokasi fisik. Misalnya
keputusan mengenai dimana sebuah hotel dan restoran harus didirikan.
2.1.6 Strategi Pemasaran Jasa
Menurut Groonroos (1984, pada Kotler, 2007), pemasaran jasa tidak hanya
membutuhkan pemasaran eksternal tetapi juga pemasaran internal dan interakif.
(gambar 2.1). Pemasaran eksternal menggambarkan pekerjaan normal yang
dilakukan oleh perusahaan, menyiapkan, memberi harga, mendistribusikan dan
mempromosikan jasa itu kepada konsumen. Pemasaran internal menjelaskan
pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan untuk melatih dan memotivasi
14
pegawainya untuk melayani pelanggan dengan baik. Pemasaran interaktif
menggambarkan keahlian pegawai dalam melayani pelanggan.
Gambar 2.1Tiga Jenis Pemasaran Dalam Industri Jasa
Sumber : Christian Groonroos, (1997), “Services Quality Model And it’s Marketing Implication”, pada Kotler (2007) Manajemen Pemasaran Edisi 12Jilid 2, Indeks.
2.2 Afeksi Konsumen
2.2.1 Pengertian Afeksi
Menurut Mowen, Minor (2001) afeksi adalah :
“Sebagai fenomena kelas mental yang secara unik dikarakteristikan oleh
pengalaman yang disadari, yaitu keadaan perasaan subjektif, yang
biasanya muncul bersama-sama dengan emosi dan suasana hati”.
“Tingkat kepuasan konsumen yang dipengaruhi oleh perasaan positif dan
negatif konsumen yang dihubungkan dengan produk atau jasa setelah pembelian
dan selama pemakaian”. Jadi afeksi merupakan istilah yang lebih luas yang
mencangkup emosi dan suasana hati. (Mowen, Minor : 2001).
15
Perusahaan
PemasaranInternal
PemasaranEksternal
PemasaranInteraktif
JASA
PelangganPegawai
Respon dari seseorang konsumen akan muncul secara langsung setelah
konsumen tersebut menikmati produk atau jasa dari suatu perusahaan. Jika
konsumen tersebut merasa bahwa perusahaan telah berhasil memenuhi apa yang
dibutuhkannya, maka itu akan menimbulkan perasaan positif (afeksi positif) dari
konsumen tersebut. Namun apabila konsumen merasa perusahaan belum mampu
memenuhi yang diinginkannya, maka hal ini akan menimbulkan perasaan negatif
(kekecewaan) dari si konsumen.
2.2.2 Dimensi dari Afeksi
Menurut (Mowen, Minor : 2001), perasaan afeksi konsumen bisa dibagi
menjadi dua yaitu :
Afeksi positif, yaitu perasaan positif yang timbul dari diri konsumen
yang berupa rasa senang atau rasa gembira.
Afeksi negatif, yaitu perasaan negatif yang timbul dari diri konsumen
yang berupa rasa marah, benci atau jengkel.
Semua perasaan atau respon akan keluar secara spontan dari dalam diri
manusia karena keadaan yang ia rasakan dan juga ia hadapi. Perasaan seperti
inilah yang sangat berpengaruh terhadap kepuasaan atau ketidakpuasan seorang
konsumen. Oleh karena itu perusahaan harus mampu mengetahui dan berusaha
mewujudkan apa yang diinginkan oleh konsumen sebelum konsumen
mengkonsumsi produk atau jasa perusahaan.
16
2.3 Kualitas Jasa
2.3.1 Pengertian Kualitas
Kualitas menurut ISO 9000 (dalam Lupioyadi, Hamdani 2006) adalah
merupakan perpaduan antara sifat dan karakteristik yang menentukan sejauh mana
keluaran dapat memenuhi persyaratan kebutuhan atau harapan pelanggan.
Sedangkan menurut American Society For Quality Control (dalam
Manajemen Kualitas Jasa Bab XI, google.co.id, 2008), kualitas adalah
keseluruhan dari ciri-ciri dan karakteristik-karakteristik dari suatu produk/jasa
dalam hal kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah
ditentukan atau bersifat laten.
2.3.2 Pengertian Kualitas Jasa
Kualitas jasa adalah sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan
harapan pelanggan atas layanan yang mereka terima. (Parasuraman,dkk, 1998
dalam dalam Lupioyadi, Hamdani 2006). Kualitas jasa dipengaruhi oleh Expected
Service dan Perceived Service Quality (Parasuraman, 1991, dalam Tjiptono,
2006). Kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi
harapan pelanggannya. Kualitas jasa harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan
berakhir pada persepsi pelanggan (Kotler, 2000, dalam Tjiptono 2006)
Ada dua komponen utama kualitas jasa menurut Groonross (1990, dalam
Tjiptono, 2006), yaitu :
1. Technical Quality
yaitu komponen yang berkaitan dengan kualitas output jasa yang
diterima pelanggan.
17
2. Functional Quality
yaitu kualitas cara penyampaian jasa atau hasil akhir jasa dari penyedia
jasa kepada pelanggan.
Contohnya, Aksesbilitas mesin ATM, restoran atau teller bank.
Selanjutnya, Technical Quality dibagi tiga jenis menjadi ( Zeithaml, et
al., 1990 dalam Tjiptono 2006) :
1. Search Quality
yaitu kualitas yang dapat dievaluasi pelanggan sebelum membeli.
Misalnya Harga.
2. Experience Quality
yaitu kualitas yang hanya bisa dievaluasi pelanggan setelah membeli
atau mengkonsumsi jasa.
Contohnya, ketepatan waktu, kecepatan layanan dan kerapian hasil
3. Credence Quality
yaitu kualitas yang sukar dievaluasi pelanggan meskipun telah
mengkonsumsi sesuatu jasa.
Misalnya, kualitas operasi bedah jantung.
2.3.3 Dimensi Kualitas Jasa
Parasuraman, Zeithmal dan Berry pada tahun 1985 melakukan penelitian
khusus terhadap beberapa jenis jasa dan berhasil mengidentifikasi sepuluh faktor
utama yang menentukan kualitas jasa (dalam Tjiptono 2006), yaitu :
18
1. Reability, mencakup konsistensi kerja (performance) dan kemampuan
untuk dipercaya (dependability). Hal ini berarti perusahaan memberikan
jasa secara tepat sejak saat pertama dan memenuhinya janji-janjinya.
2. Responsiveness, yaitu kemauan dan kesiapan karyawan untuk
memberikan jasa yang dibutuhkan oleh pelanggan.
3. Competenc, dimana setiap orang dalam perusahaan memiliki
keterampilan.
4. Access, meliputi kemudahan untuk ditemui dan dihubungi.
5. Courtesy, yaitu sikap sopan santun, respect, perhatian dan keramahan.
6. Communication, yaitu dapat memberikan informasi ke pelanggan dan
selalu mendengarkan keluhan pelanggan.
7. Credibility, yaitu jujur dan dapat dipercaya.
8. Security, yaitu keamanan dari bahaya dan resiko atau keragu-raguan.
Temasuk keamanan fisik, financial dan kerahasiaan.
9. Understanding, yaitu usaha untuk memahami kebutuhan pelanggan.
10. Tangibles, yaitu fasilitas fisik, peralatan dan bukti fisik lainnya.
Kemudian Parasuraman Zeithmal dan Berry (1988) menyederhanakan
kesepuluh dimensi tersebut menjadi hanya lima dimensi yang disebut
SERVQUAL (kualitas jasa) (dalam Tjiptono 2006), yaitu :
1. Reliability, yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan
dengan segera, akurat dan memuaskan.
2. Responsiveness, yaitu kemampuan staf untuk memberikan pelayanan
dengan tanggap.
19
3. Assurance, yaitu mencangkup pengetahuan, kemampuan, kesopanan
dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf serta bebas dari
bahaya, resiko atau keragu-raguan.
4. Empathy, yaitu mencakup kemudahan melakukan komunikasi,
pemberian perhatian serta pemahaman kebutuhan pelanggan.
5. Tangible, yaitu fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai serta sarana
komunikasi.
2.3.4 Mengelola Kualitas Jasa
Dalam pelaksanaannya, standar kualitas jasa yang telah ditetapkan oleh
perusahaan tidak selalu sama dengan apa yang diterima konsumen. Akibatnya jasa
yang telah diberikan perusahaan tidak dapat diterima dengan baik oleh konsumen.
Berry, Parasuraman dan Zeithmal (1985, dalam Tjiptono 2006) mengemukakan
lima gap yang menyebabkan kegagalan penyampaian jasa, yaitu
1. Gap antara harapan konsumen dengan persepsi manajemen
Pihak manajemen tidak dapat selalu merasakan atau memahami apa
yang diinginkan pelanggan, sehingga mereka tidak mengetahui
bagaimana jasa tersebut dirancang, serta jasa pendukung apa yang
dibutuhkan konsumen.
2. Gap antara pesepsi manajemen terhadap harapan konsumen dan
spesifikasi kualitas jasa.
Manajemen mampu memahami apa yang diinginkan pelanggan, tetapi
mereka tidak menyusun standar kinerja tertentu dengan jelas. Hal ini
disebabkan karena tidak adanya komitmen total manajemen terhadap
20
kualitas jasa, kekurangan sumber daya serta adanya kelebihan
permintaan.
3. Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa.
Perusahaan tidak mampu memenuhi standar kualitas jasa yang
ditetapkan
4. Gap antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal.
Hal ini terjadi karena perusahaan tidak mampu memenuhi janji mereka.
5. Gap antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan.
Terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja perusahaan dengan cara
yang berlainan.
21
Gambar 2.2Model Kualitas Jasa (Gap Model)
PEMASAR
Sumber : Parasuraman, A…et al (1985). “A Conceptual Model Of Service Quality And Its Implication For Future Research”, Journal Of Marketing, Vol. 49 (fall), hal 41-50dalam Tjiptono 2006
22
Komunikasi dari mulut ke mulut
Jasa yang diterima
Gap 5
Jasa yang diharapkan
Kebutuhan Personal
Pengalaman yang lalu
Gap 1
Gap 3
Penjabaran Spesifikasi
Gap 4
Gap 2
Komunikasi Eksternal
Penyampaian jasa
Persepsi Manajemen
2.4 Diskonfirmasi
2.4.1 Pengertian Diskonfirmasi
Menurut Sumarwan (2003), diskonfirmasi adalah Kepuasan atau
ketidakpuasan konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara harapan
konsumen sebelum pembelian dengan yang sesungguhnya diperoleh konsumen
dari produk yang dibelinya tersebut.
Menurut Balqiah (2002) diskonfirmasi adalah Perbedaan antara kenyataan
yang diterima dengan harapan beberapa atribut pelayanan yang dirasakan selama
penerbangan.
Pelanggan memiliki harapan mengenai bagaimana produk atau jasa tersebut
seharusnya berfungsi (performance expectation), harapan tersebut adalah standar
kualitas yang akan dibandingkan dengan fungsi atau kualitas produk yang
sesungguhnya dirasakan pelanggan. Fungsi produk atau jasa yang sesungguhnya
dirasakan pelanggan (actual performance) adalah persepsi konsumen terhadap
kualitas produk atau jasa tersebut.
Didalam mengevaluasi kualitas produk atau jasa, pelanggan akan menilai
berbagai atribut yang dimiliki oleh produk atau jasa. Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa diskonfirmasi adalah perbandingan antara harapan dengan
kenyataan sebenarnya yang dirasakan oleh pelanggan setelah menggunakan
produk atau jasa. Oleh sebab itu perusahaan harus bisa memberikan kualitas
pelayanan yang diharapkan oleh pelanggannya.
23
2.4.2 Dimensi Diskonfirmasi
Menurut Sumarwan (2003), terdapat tiga dimensi Diskonfirmasi, yaitu :
Produk berfungsi lebih baik dari yang diharapkan, inilah yang
disebut sebagai diskonfirmasi positif, jika ini terjadi maka
konsumen akan merasa puas.
Produk berfungsi seperti yang diharapkan, inilah yang disebut
sebagai diskonfirmasi sederhana. Produk tersebut tidak memberikan
rasa puas, dan produk tersebut tidak mengecewakan konsumen,
dimana konsumen memiliki rasa netral.
Produk berfungsi lebih buruk dari yang diharapkan, inilah yang
disebut sebagai diskonfirmasi negatif. Produk yang berfungsi buruk
tidak sesuai dengan harapan konsumen akan menyebabkan
kekecewaan sehingga konsumen merasa tidak puas.
2.5 Kepuasan Pelanggan
2.5.1 Pengertian Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan menurut Kotler (2000, dalam Tjiptono 2006) adalah
rasa senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara
kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapannya. Jika kinerja memenuhi
harapan maka pelanggan akan puas, sebaliknya jika kinerja tidak memenuhi
harapan maka pelanggan akan kecewa. Sementara jika kinerja melebihi harapan
maka pelanggan akan sangat puas.
24
2.5.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan
Faktor-faktor yang mempengaruhi harapan pelanggan yang nantinya juga
akan memepengaruhi persepsi pelanggan tersebut terhadap suatu jasa
(Parasuraman dalam Tjiptono, 1997) yaitu :
1. Personal Needs
Bawa pada dasarnya setiap orang pasti mempunyai kebutuhan yang
spesifik yang tergantung pada karakteristik individu, situasi dan
kondisi dari pelanggan tersebut.
2. Past Experience
Bahwa pengalaman masa lalu dalam mengkonsumsi barang dan jasa
yang sama. Pengalaman yang dialami oleh seorang konsumen akan
mempengaruhi persepsi konsumen tesebut terhadap kinerja
perusahaan yang bersangkutan.
3. Word Of Mouth
Bahwa preferensi konsumen terhadap suatu layanan akan
dipengaruhi perkataan orang lain, yang membentuk harapan
konsumen.
4. External Communication
Bahwa komunikasi eksternal dari penyelia barang atau jasa
memainkan peranan yang penting dalam membentuk harapan
konsumen seperti promosi dan iklan.
25
2.5.3 Elemen Program Kepuasan Pelanggan
Menurut Tjiptono (2006) terdapat tujuh elemen utama dalam program
kepuasan pelanggan yaitu :
Barang dan Jasa Berkualitas
Perusahaan yang ingin menerapkan program kepuasan pelanggan
harus memiliki produk berkualitas baik dan layanan prima. Paling tidak
standarnya harus menyamai para pesaing utama dalam industri.
Relationship Marketing
Kunci pokok dalam setiap program promosi loyalitas adalah upaya
menjalin relasi jangka panjang dengan para pelanggan. Asumsinya adalah bahwa
relasi yang kokoh dan saling menguntungkan antara penyedia jasa dan pelanggan
dapat membangun bisnis ulangan dan dapat menyediakan loyalitas pelanggan.
Program Promosi Loyalitas
Program promosi loyalitas banyak diterapkan untuk menjalin relasi
antara perusahaan dan pelanggan. Biasanya, program ini memberikan semacam
penghargaan khusus seperti bonus, diskon, voucher, dan hadiah yang dikaitkan
dengan frekuensi pembelian atau pemakaian produk atau jasa perusahaan.
Fokus Kepada Pelanggan Terbaik
Sekalipun program promosi loyalitas beraneka ragam bentuknya,
namun semuanya memiliki kesamaan pokok dalam hal fokus kepada pelanggan
yang paling berharga.
26
Sistem Penanganan Komplain Secara Efektif
Penanganan komplain terkait erat dengan kualitas produk. Perusahaan
harus memastikan bahwa banrang dan jasa yang dihasilkan benar-benar berfungsi
sebagaimana mestinya sejak awal. Jika ada masalah, perusahaan segera berusaha
memperbaikinya lewat sistem penanganan komplain.
Unconditional Guarantees
Unconditional guarantees dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan
kepuasaan pelanggan. Garansi merupakan janji eksplisit yang disampaikan kepada
para pelanggan mengenai tingkat kinerja yang dapat diharapkan akan mereka
terima. Garansi sangat bermanfaat dalam mengurangi resiko pembelian oleh
pelanggan.
Program Pay-For-Performance
Program kepuasaan pelanggan tidak bisa terlaksana tanpa adanya
dukungan sumber daya manusia organisasi. Disamping memuaskan kebutuhan
pelanggan, karyawan juga harus dipuaskan juga kebutuhannya. Dengan kata lain
total customer statisfaction harus didukung pula dengan total quality reward yang
mengaitkan sistem penilaian kinerja dan kompensasi dengan kontribusi setiap
karyawan dalam penyempurnaan kualitas dan peningkatan kepuasan pelanggan.
27
2.5.4 Manfaat Program Kepuasaan Pelanggan
Menurut Tjiptono (2006) manfaat program kepuasan pelanggan adalah
sebagai berikut :
Reaksi Terhadap Produsen Berbiaya Rendah
Fokus pada kepuasaan pelanggan merupakan upaya mempertahankan
pelanggan dalam rangka menghadapi produsen berbiaya rendah, dimana banyak
perusahaan yang mendapati cukup pelanggan yang bersedia membayar lebih
mahal untuk pelayanan dan kualitas yang lebih baik.
Manfaat Ekonomis Retensi Pelanggan Versus Perpetual
Prospecting
Berbagai studi menunjukan bahwa mempertahankan dan memuaskan
pelanggan saat ini jauh lebih murah daripada terus menerus berupaya menarik
atau memprospek pelanggan baru. Riset yang dilakukan oleh Wells (1993, dalam
Tjiptono 2006), misalnya menunjukan bahwa biaya untuk mempertahankan
pelanggan lebih murah empat sampai enam kali lipat daripada biaya mencari
pelanggan baru.
Nilai Kumulatif Dari Relasi Berkelanjutan
Berdasarkan konsep “customer lifetime value”(Hughes 1994 dalam
Tjiptono 2006) bahwa upaya mempertahankan loyalitas pelanggan terhadap
produk dan jasa perusahaan selama periode waktu yang lama bisa menghasilkan
anuitas yang jauh lebih besar daripada pembelian individual.
28
Daya Persuasif Gethok Tular (word of mouth)
Gethok tular positif maupun negatif bisa merusak atau menaikan
citra perusahaan . Gethok Tular negatif biasanya jauh lebih cepat dari pada gethok
tular positif. Itu sebabnya banyak perusahaan yang mengadopsi kepuasaan
pelanggan.
Reduksi Sensitivitas Harga
Pelanggan yang puas dan loyal terhadap perusahaan cenderung lebih
jarang menawar harga untuk setiap pembelian individualnya, dimana kepuasaan
pelanggan mengalihkan fokus kepada pada harga ke pelayanan dan kualitas.
Kepuasaan Pelanggan Sebagai Indikator Kesuksesan Bisnis
dimasa Depan
Pada Hakikatnya kepuasan pelanggan merupakan strategi jangka
panjang, karena dibutuhkan waktu yang cukup lama sebelum bisa membangun
dan mendapatkan reputasi atas layanan prima.
2.5.5 Mengukur Kepuasan Pelanggan
Kotler (2000, dalam Tjiptono 2006) mengemukakan beberapa metode yang
dapat digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu :
1. Sistem Keluhan dan Saran
Dalam sistem ini media yang dapat digunakan adalah kotak saran yang
diletakan di tempat-tempat strategis, fasilitas kartu komentar yang bisa
diisi langsung atau dikirimkan lewat pos, saluran telepon khusus
(hotline) dan lain-lain. Metode ini cenderung bersifat pasif sehingga sulit
untuk mendapat gambaran lengkap mengenai kepuasan atau
29
ketidakpuasan pelanggan, karena tidak semua pelanggan yang tidak puas
akan menyampaikan keluhannya.
2. Survei Kepuasan Pelanggan
Melalui survey perusahaan akan memperoleh umpan balik secara
langsung dari pelanggan sekaligus memberikan kesan positif bahwa
perusahaan menaruh perhatian terhadap pelanggannya.
3. Ghost Shopping
Dilakukan dengan menggunakan beberapa orang yang berpura-pura
menjadi pelanggan atau pembeli potensial produk perusahaan atau
pesaing. Mereka kemudian akan menyampaikan temuan-temuan tentang
kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing. Disamping itu
mereka juga mengamati dan menilai cara perusahaan dan pesaing
menjawab pertanyaan-pertanyaan pelanggan termasuk cara yang
dilakukan dalam mengangani setiap keluhan.
4. Lost Customer Analysis
Perusahaan berusaha menghubungi para pelanggan yang berhenti
membeli atau beralih. Dengan demikian mereka dapat memperoleh
informasi mengapa hal tersebut terjadi.
30
2.6 Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengacu kepada penelitian
terdahulu seperti yang terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti
Judul Alat Analisis Unit Analisis
1. Tengku Ezni Balqiah
Pengukuran Afeksi dan Kepuasaan Pelanggan:
Kasus Penumpang Pelita Air Service
Structural Equation
Modeling (SEM)
Penumpang PT. Pelita
Air Service
2. Richard L. Oliver
Congnitive, Affective, and Attribute Bases of
The Satisfaction Response
Expanded Attribute-Based
satisfaction Model With
Proposed Causal Paths
The consumers decision to repeat buy products
3. Titus Tjandra
Pengukuran Tingkat Kepuasaan Konsumen
Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas
Layanan PT Bahtera Teruna Timur
Analisis Tingkat Kepuasan
Konsumen, Korelasi Product
Moment dan Regresi Linear
Konsumen PT Bahtera
Teruna Timur
Tabel 2.2Persamaan dan Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Persamaan Perbedaan1. Tengku Ezni Balqiah Pengukuran Afeksi dan
Kepuasaan PelangganAnalisis Data
Structural Equation Modeling
2.
Richard L. OliverPengukuran Afeksi
dan Respon Kepuasaan Pelanggan
Analisis DataExpanded Attribute-Based satisfaction
Model With Proposed Causal
Paths
3. Titus Tjandra Analisis Regresi Linear
Fokus kepada kualitas layanan
terhadap kepuasan pelanggan (variabel independent hanya
satu).
31
2.7 Kerangka Pemikiran
Dari kerangka pemikiran, maka dapat digambarkan paradigma sebagai berikut:
Gambar 2.3Paradigma Penelitian
Sumber : Tengku Ezni Balqiah (2002), Jurnal Manajemen Indonesia Vol.1, No1, 2002 : 8-18
Berdasarkan gambar paradigma 2.3 dapat dijelaskan bahwa afeksi positif,
afeksi negatif, kualitas dan diskonfirmasi mempunyai hubungan terhadap
kepuasaan (Balqiah:2002). Ini sama dengan yang ditegaskan oleh Oliver (1994,
dalam Balqiah 2002) yang pada dasarnya variabel tersebut mempunyai peran
dalam membangun suatu kepuasaan terhadap pelanggan.
2.8 Hipotesis
Dari perumusan dan pembahasan diatas, maka dapat ditarik hipotesis
penelitian sebagai berikut:
Diduga terdapat pengaruh faktor afeksi, kualitas dan diskonfirmasi pada
program layanan Garuda Frequent Flyer (GFF) terhadap tingkat kepuasan
pelanggan PT Garuda Indonesia cabang Padang.
32
Afeksi Positif
Afeksi Negatif
Kualitas
Kepuasaan
Diskonfirmasi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Dalam proses penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian
deskriptif dan metode penelitian eksplanatory. Metode penelitian deskriptif
merupakan metode untuk mempelajari dan menjelaskan karakteristik sebuah
kelompok pelanggan. Sedangkan metode penelitian eksplanatory merupakan
metode untuk memperoleh pengertian yang baik mengenai fenomena perhatian
dan melengkapi pengetahuan lewat pengembangan teori lebih lanjut dan
pengujian hipotesis.
Tipe investigasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kausalitas,
metode yang digunakan yaitu metode deskriptif dan eksplanatory unit analisis
pelanggan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Bandara Internasional Minangkabau Padang dengan
mengambil sampel pelanggan Garuda Indonesia, khususnya yang pernah
memanfaatkan layanan jasa Garuda Frequent Flyer (GFF) yang berada di ruang
lobby lantai II.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan Garuda Indonesia yang
pernah memanfaatkan program layanan Garuda Frequent Flyer di kota Padang.
Jumlah keanggotaan Garuda Frequent flyer sampai dengan penelitian ini akan
33
dilakukan sebesar 4.207 orang, tetapi yang baru menikmati layanan tersebut
berjumlah 168 orang (Garuda Indonesia Cabang Padang). Maka sampel yang akan
diambil berdasarkan tabel ukuran sampel untuk populasi tertentu adalah 118
responden (Sekaran:2006).
Dalam menyebarkan kuesioner tersebut, penulis meminta kesediaan calon
penumpang Garuda yang sebelumnya sudah pernah memanfaatkan program
layanan Garuda Frequent Flyer (GFF) dan telah mengetahui kualitas pelayanan
yang diberikan PT Garuda Indonesia. Penarikan sampel dilakukan di ruang lobby
lantai II Bandara Internasional Minangkabau Padang.
3.4 Jenis Data
Ada dua jenis data yang digunakan penulis, yaitu:
1. Data Primer
Yaitu Data yang bersumber dari wawancara, pengamatan suatu peristiwa,
orang dan objek atau menyebarkan kuesioner kepada responden.
2. Data Sekunder
Yaitu Data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh
peneliti. Beberapa sumber sekunder antara lain informasi yang
dipublikasikan atau tidak dipublikasikan dari dalam atau luar perusahaan,
data yang tersedia dari penelitian terdahulu, data online dan situs web.
34
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk melakukan
penelitian ini, penulis menggunakan dua cara (Sekaran:2006), yaitu:
1. Teknik penyebaran kuesioner, yaitu daftar pernyataan tertulis yang
telah dirumuskan sebelumnya yang akan dijawab oleh responden,
biasanya dalam alternatif yang lebih jelas.
2. Teknik wawancara langsung, yaitu cara pengumpulan data dengan
menanyakan langsung kepada pihak terkait untuk memperoleh
informasi mengenai isu yang diteliti. Penulis melakukan wawancara
terhadap 37 responden untuk menanyakan hal yang mengenai mereka
senangi atau tidak disenangi. Misalnya; dampak dari pelayanan dan
harga atas layanan jasa yang diterima pelanggan.
3.6 Pengujian Data
Sebelum kuesioner dibagikan, peneliti terlebih dahulu melakukan uji
validitas (test of validitas) dan uji reliabilitas (test of reliabilitas) sebagai berikut:
a. Uji Validitas (Test of Validitas)
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah
disusun benar-benar mampu mengukur apa yang harus diukur. Uji validitas
digunakan untuk menguji seberapa cermat suatu alat ukur dalam melakukan
fungsi ukurannya. Uji validitas diperoleh dengan menggunakan rumus Pearson
Correlation yang penyelesaiannya dilakukan dengan menggunakan program
SPSS 12.0. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan antara dengan
melalui tahapan analisis sebagai berikut:
35
Keterangan:
X = Skor masing-masing variabel yang ada pada kuesioner
Y = Skor total semua variabel kuesioner
n = Jumlah responden
r = Korelasi antara variabel X dan Y. Kirteria pengujian adalah:
r r valid
r r tidak valid
Dari hasil uji validitas terhadap 30 orang responden dengan menggunakan
tabel korelasi Pearson Product Moment di dapatkan bahwa nilai corelation tabel
adalah 0,76. Karena nilai correlation pada masing-masing pertanyaan lebih besar
dari nilai correlation tabel, maka semua pertanyaan yang terdapat dalam
penelitian ini sudah dinyatakan valid.
b. Uji Reliabilitas (Test of Reliabilitas)
Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data
pada dasarnya menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan kestabilan atau
konsistensi alat tersebut dalam mengunkapkan gejala-gejala tertentu dari
sekelompok individu, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda. Uji
reliabilitas dilakukan terhadap pertanyaan yang telah valid. Rumus yang dipakai
adalah untuk menguji reliabilitas dalam penelitian adalah Cronbach’ Alpha yang
penyelesaianya dilakukan dengan membandingkan antara r dan r .
36
Semakin dekat koefisien keandalan dengan 1,0, semakin baik. Secara
umum keandalan kurang dari 0,60 dianggap buruk, keandalan dalam kisaran 0,70
bisa diterima, dan lebih dari 0,80 adalah baik (Sekaran:2006). Rumus Cronbach’s
Alpha adalah sebagai berikut:
r1 =
Dimana:
r1 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan
= Varians total
= Jumlah varians butir
Dari hasil uji reliabilitas terhadap 30 orang responden yang didasarkan
kepada Cronbach’ Alpha didapatkan bahwa nilai reliabilitas tabel 0,80. Nilai
reliabilitas tersebut sudah baik, oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa instrumen
penelitian ini memiliki tingkat reliabilitas yang baik.
3.7 Operasionalisasi Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:
37
Variabel Independen
Yang menjadi variabel independen adalah :
1. Afeksi, adalah respon atau perasaan yang timbul dari diri
seseorang konsumen dari pengalaman yang disadari, yang
biasanya mucul bersamaan dengan emosi dan susana hati.
2. Kualitas, adalah hasil dari kinerja yang diberikan oleh elemen
yang ada pada perusahaan seperti dari pelayanan, kesopanan dan
kualitas dari pelayanan itu sendiri.
3. Diskonfirmasi, adalah perbandingan dari apa yang sebenarnya
menjadi harapan konsumen dengan kinerja pelayanan yang
sebenarnya mereka rasakan pada saat mempergunakannya.
Variabel Dependen
Yang menjadi variabel Dependen adalah kepuasan pelanggan, yaitu
perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari
perbandingan antara kesannya terhadap suatu layanan dengan
harapan.
3.8 Pengukuran Variabel
Untuk mengukur variabel dalam penelitian ini digunakan beberapa item
pertanyaan untuk masing-masing variabel, yang dikembangkan dari penelitian
terdahulu terhadap Pelita Air Service yang dilakukan oleh Tengku Ezni Balqiah
(Jurnal Manajemen Indonesia, vol 1, No1, 2002 : 8-18). Masing-masing jawaban
untuk pertanyaan pada kuesioner akan diukur dengan menggunakan skala Likert
38
1-5, yaitu masing-masing item pilihan jawaban pada satu pertanyaan akan diberi
point 1-5.
Tabel 3.1 Operasionalisasi PengukuranVariabel
Variabel Konsep Variabel
Indikator Satuan Ukur Skala Pengukuran
Variabel Independent
1.Afeksi positif
2.Afeksi negatif
Merupakan perasaan positf yang timbul ketika menggunakan layanan jasa dari suatu pengalaman
Merupakan perasaan negatif yang timbul ketika menggunakan layanan jasa dari suatu pengalaman
Pelanggan merasa damai, aman, senang, tenang dan terpenuhinya kebutuhan
Mendapatkan pelayanan yang tidak diinginkan pelanggan
Kedamaian yang dirasakan selama penerbangan
Terpenuhinya semua permintaan selama penerbangan
Kehangatan yang dirasakan selama penerbangan
Gembira karena suasana di pesawat
Marah terhadap pelayanan yang diterima
Pelayanan yang diterima tidak sesuai janji
Khawatir terhadap keselamatan penerbangan
Takut menghadapi hal-hal yang buruk
Skala Likert 1 – 5
Skala Likert 1 – 5
39
3.Kualitas kinerja layanan jasa
4.Diskonfirmasi yang dirasakan konsumen
Variabel Dependent
Merupakan hasil dari pelayanan yang diberikan perusahaan untuk dapat memenuhi kebutuhan pelanggan
Merupakan harapan pelanggan sebelum menggunakan layanan dengan yang sesungguhnya yang diperoleh pelanggan pada saat menggunakan
Awak kabin selalu bersedia memberikan bantuan kepada pelanggan dan selalu bersikap sopan dan ramah kepada pelanggan.
Pelayanan yang diberikan dibandingkan dengan harapan
Diperlakukan tidak adil selama penumpang
Desain interior pesawat
Seragam awak kabin
Hiburan selama penerbangan
Makanan yang disajikan
Persahabatan awak kabin
Bantuan awak kabin
Kemampuan awak kabin
Kesopanan awak kabin
Keberangkatan pesawat dibanding harapan
Pelayanan awak kabin dibanding harapan
Keseluruhan penerbangan dibanding harapan
Skala Likert 1 – 5
Skala Likert 1 – 5
40
Kepuasan Pelanggan
Merupakan hal yang dirasakan pelanggan terhadap pelayanan yang telah diterima
Kepuasaan pelanggan terhadap pelayanan yang telah diberikan perusahaan
Keyakinan terbang dengan menggunakan layanan Garuda Freequent Flyer merupakan pilihan yang tepat
Merasa puas dengan keputusan terbang dengan menggunakan layanan Garuda Frequent Flyer
Skala Likert 1 – 5
3.9 Analisis Data
Analisis data dan pengujian hipotesis akan dilakukan dengan analisis regresi
linear dengan menggunakan aplikasi SPSS.
Rumus yang digunakan adalah :
Y = a + b1.X1 + b2.X2 + b3.X3 + b4.X4
Keterangan :
X1 = Afeksi Positif
X2 = Afeksi Negatif
X3 = Kualitas layanan
X4 = Diskonfirmasi
Y = Tingkat kepuasan pelanggan
41
a = Konstanta
b1 = Standar koefesien regresi dari afeksi positif
b2 = Standar koefesien regresi dari afeksi negatif
b3 = Standar koefesien regresi dari kualitas layanan
b4 = Standar koefesien regresi dari diskonfirmasi.
BAB 1V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1 Sejarah Perusahaan
42
PT. Garuda Indonesia telah hadir di Indonesia sejak 26 Januari 1949, dan
kini telah berusia 59 tahun. Banyak hal yang telah dilakukan PT. Garuda
Indonesia didalam misinya mengabdi dan berbakti untuk kepentingan bangsa dan
Negara. Dengan bertambahnya usia, pelayanan Garuda Indonesia semakin
dituntut oleh ketepatan waktu, baik itu ketepatan waktu mengatur struktur
organisasai yang mapan agar siap mengahadapi kompetisi global, ketepatan waktu
dalam pengadaan sumber daya manusia, ketepatan waktu pemberangkatan
pesawat dan mewujudkan hasil yang diinginkan sesuai dengan rencana yang telah
ditargetkan.
Misi mengabdi PT. Garuda Indonesia sebagai pembawa bendera bangsa
sangat jelas, yaitu turut melaksanakan dan menunjang kebijakan program
pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, dan di
bidang jasa transportasi udara serta berkaitan dengan jasa transportasi udara pada
khususnya.
Sedangkan pada misi berbakti, Garuda Indonesia dengan mandiri telah
menciptakan pola kontribusi yang unik. Misalnya keberhasilan Garuda Indonesia
dalam membeli pesawat atau asset lainya, menciptakan lapangan kerja yang
berkelanjutan dan melayani pengguna jasa dengan baik merupakan beberapa pola
bakti Garuda Indonesia yang dalam implementasinya dikemas oleh seperangkat
aturan yang sangat rumit.
Pada awal Agustus 1948, atas dasar prakarsa dan kesdiaan para saudagar
Aceh untuk mengumpulkan uang sejumlah 120.000 dolar, maka Wiweko Soepono
membeli pesawat C-47 atau Dakota di Ranggon. Pesawai itu diber regristasi RI-
43
001 dengan nama Seulawah yang artinya gunung emas, yaitu nama suatu gunung
di Aceh. Nama tersebut merupakan perwujudan rasa terima kasih pemerintah RI
pada masyarakat Aceh.
Setelah beberapa kali digunakan dalam kunjungan kerja ke daerah-daerah di
Indonesia oleh Soekarno-Hatta, RI-001 dibawa ke Calcutta untuk diadakan
perubahan pada beberapa bagian pesawat agar memiliki kemampuan yang lebih
baik. Sementara itu pada 19 Desember 1948 Belanda melancarkan agresi militer II
hal ini membuat RI-001 tidak dapat kembali ke Indonesia karena Belanda telah
menguasai mayoritas lapangan udara strategis di seluruh wliayah de facto
Indonesia.
Atas inisiatif para awak RI-001, mereka meminta kesediaan pemerintah
India untuk mengijinkan beroperasinya RI-001 secara komersial, namun
pemerintah India menolak dengan alasan telah memiliki perusahaan penerbangan
sendiri. Kemudian perwakilan pemerintah RI di New Delhi menguhubungi pihak
RI di Birma agar meminta kesediaan pemerintah Birma memberi izin bagi RI-001
untuk beroperasi di Birma. Pemerintah Birma mengizinkan bahkan menyewa RI-
001. Maka pada 26 Januari 1945, diterbangkanlah RI-001 dari Calcutta menuju
Ranggon dan pada tanggal itulah dianggap sebagai basis awalnya penerbangan
sipil dan komersial pertama oleh putra-putra Indonesia. RI-001 kemudian diberi
nama Indonesia Airways. Karena jam terbang RI-001 yang sangat tinggi,
keuntungan yang diraih perusahaan Indonesian Airways dapat digunakan untuk
membeli dua pesawat sejenis dan diberi nomor regristasi RI-007 dan RI-009.
Selain itu juga digunakan untuk membiayai para siswa penerbang Indonesia yang
44
belajar di India dan Birma serta membantu keuangan perwakilan RI dan India dan
Birma.
Awal Agustus 1950, RI-001 kembali ke Indonesia. Pada saat yang sama
fungsi Indonesian Airways di Birma dibubarkan, sedangkan RI-007 diberikan
kepada Birma sebagai ungkapan terima kasih pemerintah RI terhadap jasa-jasa
pemerintah Birma.
Pada tanggal 31 Maret 1950, pihak Indonesia dan Belanda sepakat untuk
membuat perusahaan penerbangan sipil. Melalui akte no.137 di notaries Raden
Kadiman, didirikan NV GIA dengan pembagian saham 49 persen milik NV GIA
dan 51 persen milik NV KLM.
Meskipun nama GIA dikenal pada tanggal 31 Maret 1950, namun
pemerintah RI menetapkan hari lahirnya Garuda pada tanggal 26 Januari 1945.
Nama GIA atau Garuda Indonesia Airways adalah hasil rembukan antara bung
Karno dengan presiden direktur GIA yang pertama yaitu Konijnenbrug yang
artinya burung suci seperti yang terdapat dalam cerita-cerita kuno.
Ketika gencarnya kampanye penarikan Irian Barat ke dalam Republik
Indonesia, semua unsure kepemilikan Belanda di Indonesia digugat, termasuk
pula GIA. Sejak 12 Juli 1954, KLM memberikan semua kepemilikannya atas GIA
kepada pemerintah Indonesia dengan akte notaries Raden Maester Soewandi.
Terhitung sejak 1958, GIA sepenuhnya berjalan atas kekuatan orang-orang
Indonesia, walaupun dengan keadaan armada dan keuangan yang dimiliki masih
tebatas, GIA berusaha untuk dapat mendarat disetiap ibukota propinsi setiap hari
dan juga membuka beberapa jalur penerbangan ke Eropa.
45
Pada Maret 1975, status perusahaan GIA berubah dari PN (Perusahaan
Negara) menjadi PT (Perseroan Terbatas), dengan Wiweko Soepono sebagai
direktur utama. Pada November 1984, Wiweko Soepono digantikan oleh R.A.J
Lumenta. Dengan kondisi keuangan yang terbatas saat itu, Lumenta mengubah
logoGIA dan merubah Garuda Indonesia Airways menjadi Garuda Indonesia saja.
Pada 1 Juli 1995, Garuda Indonesia kembali memasuki jalur penerbangan ke
Padang. Rute ini bukan rute baru bagi Garuda Indonesia, karena pernah dilayani
sebelumnya dengan program integrasi antara Garuda Indonesia dengan Merpati
Airlines.
Kantor PT. Garuda Indonesia cabang Padang yang pertama kali adalah di
Pangeran Beach Hotel di jalan Ir. Juanda. Untuk mengurangi biaya operasional,
maka pada November 1997 kantor PT. Garuda Indonesia cabang Padang pindah
ke jalan Sudirman no. 2, karena gedung di jalan Sudirman tersebut merupakan
gedung milik perusahaan.
4.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Organisasi merupkan sarana, wadah atau alat dalam mencapai tujuan usaha
secara rasional dan efektif. Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan tersebut,
46
suatu organisasi harus memiliki struktur dan uraian tugas sebagai pedoman dalam
melaksanakan aktifitas sehari-hari bagi anggotanya.
Pengertian organisasi menurut DR. SP. Siagian, MPA (19890 adalah :
“Setiap persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama secara
formal dan terikat dalam rangka pencapaian tujuan yang ditentukan, dalam ikatan
dimana terdapat orang atau sekelompok orang yang disebut bawahan”
Secara umun dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dalam organisasi adalah
Adanya dua orang atau lebih
Adanya maksud untuk bekerja sama
Adanya pengaturan hubungan dan proses pembagian kerja
Adanya tujuan yang hendak dicapai
Dalam organisasi mutlak diperlukan adanya struktur organisasi agar tidak
menjadi kesalahpahaman posisi manajerial dalam organisasi.
Sedang pengertian organisasi menurut The Liang Gie (1992) adalah :
“Suatu kerangka yang mewujudkan pola dari hubungan diantara bidang-
bidang kerja maupun orang-orang yang menunjukan kedudukan, wewenang dan
tanggung jawab masing-masing dalam suatu sistem kerja”.
Dalam organisasi yang baik, setiap unit dalam organisasi harus menjalankan
fungsinya dengan disiplin dan teratur serta tidak semua struktur organisasi yang
dimiliki oleh setiap organisasi itu sama karena tujuan mereka masing-masing juga
berbeda.
Pada PT. Garuda Indonesia cabang Padang, struktur organisasinya dapat
digolongkan sebagai struktur organisasi garis (Sarwoto, 1987) yaitu : “Dalam
47
organisai garis, tugas-tugas perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan
berada pada satu tangan serta garis wewenang langsung dari pimpinan kepada
bawahan. Bawahan hanya bertindak sebagai pelaksana dan hanya menenal satu
pimpinan sebagai sumber pemberi wewenang untuk memberikan perintah”
Ciri-ciri organisasi garis :
Tujuan organisasi masih sederhana
Organisasi masih kecil
Jumlah karyawan sedikit
Pimpinan dan karyawan dapat berhubungan langsung tiap hari kerja
Tingkat spesialisasi masih sederhana
Gambar berikut merupakan struktur organisasi pada PT. Garuda Indonesia cabang
Padang.
Gambar 4.1Struktur Organisasi
PT. Garuda Indonesia Cabang Padang
48
KEPALA PERWAKILAN
Sumber : PT. Garuda Indonesia Cabang Padang (2008)
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa PT. Garuda Indonesia cabang
Padang dipimpin oleh seorang kepala perwakilan atau yang lebih dikenal dengan
istilah DM (District Manager). Dalam melaksanakan tugasnya, seorang DM
dibantu oleh beberpa orang kepala bagian dan beberapa orang staf. Seorang DM
diberi wewenang untuk melaksanakan dan mengawasai setiap aktifitas kerja yang
berlangsung didaerahnya, kemudian secara langsung memberikan tanggung
jawabnya ke kantor pusat.
Berikut ini adalah perincian tentang tugas-tugas yang harus dilaksankan
oleh setiap bagian :
Bagian Keuangan
Tugasnya adalah mengawasi setiap transaksi penjualan yang terjadi
dan memonitor hasil pencatatan laporan keuangan setiap hari. Selain
49
KEPALAKEUANGAN
KEPALA PENJUALAN
KEPALA TEKNIK
KEPALA STASIUN
PEGAWAI KEUANGAN
PEGAWAI ADMINISTRANSI
PEGAWAI PENJUALAN
PEGAWAI STASIUN
PEGAWAI TEKNIK
itu kepala keuangan juga harus mengurus setiap administrasi
kepegawaian yang berhubungan dengan keuangan setiap karyawan,
Karena pada PT. Garuda Indonesia cabang Padang, kepala
keuangannya juga bertindak sebagai kepala personalia. Dalam
melaksnkan tugasnya, kepala keuangan dibantu oleh staf keuangan dan
seorang staf administrasi.
Bagaian Reservasi dan Penjualan
Bagian penjualan bertugas melayani calon penumpang mulai dari
pembuatan reservasi, pembelian tiket, rekonfirmasi keberangkatan,
hingga boarding di bandara. Tugas kepala penjualan adalah memonitor
setiap kegiatan penjualan tiket dan dokumen berharga kepada calon
penumpang serta dokumen mitra usaha atau dokumen-dokumen agen
Garuda Indonesia. Tugas-tugas yang dilakukan bagian penjualan
merupakan tugas-tugas yang sangat penting karena keuntungan atau
kerugian yang akan didapatkan perusahaan tergantung kepada
bagaimana pelayanan mereka kepada konsumen.
Bagian Stasiun
Tugas bagian stasiun berkaitan dengan operasional perusahaan yakni
ketepatan waktu dan kelancaran frekuensi penerbangan armada.
Sedangkan kantor Garuda Indonesia di Bandara Internasional Minangkabau
berupa suatu ruangan untuk menerima kedatangan penumpang yang melakukan
50
check-in, pengaturan kedatangan dan keberangkatan pesawat dan kargo serta
pelayanan terhadap penumpang yang akan berangkat maupun yang baru datang.
Pelayanan yang dilakukan termasuk mengurus masalah ketinggalan atau
kehilangan barang, orang sakit, anak-anak yang melakukan penerbangan sendiri
dan penyediaan makanan untuk para penumpang. Jadi yang bertugas di kantor
Garuda Indonesia di Bandara Internasional Minangkabau adalah bagian satsiun
dan teknik.
Pengontrolan kegiatan perusahaan secara umum dilakukan oleh kepala
perwakilan dari Twon Office, walaupun demikian kepala perwakilan juga selalu ke
Bandara Internasional Minagkabau untuk mengontrol kegiatan operasional
armada Garuda Indonesia.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN
5.1 Karakteristik Responden
51
Penelitian ini dilakukan terhadap 118 orang responden yang merupakan
pengguna program layanan Garuda Frequent Flyer (GFF). Dari hasil penyerbaran
kuesioner yang dilakukan peneliti, semua kuesioner yang disebarkan telah
dikembalikan sepenuhnya oleh responden. Berdasarkan analisis yang dilakukan,
maka responden dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Tabel 5.1Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Pria 84 71
Wanita 34 29
Total 118 100
Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Berdasarkan penglompokan jenis kelamin, dapat dilihat bahwa persentase
tertinggi yang mengisi kuesioner adalah Pria. Ini berarti mayoritas pelanggan
Garuda Indonesia adalah Pria.
Dari tabel 5.1 dapat menggambarkan bahwa Pria memiliki tingkat
mobilitas yang lebih tinggi dalam karir pekerjaan mereka. Oleh sebab itu, segmen
ini merupakan segmen potensial yang harus diperhatikan lebih serius oleh pihak
Garuda Indonesia. Menurut Setiadi (2003) menyatakan bahwa jenis kelamin akan
mempengaruhi terhadap sikap dan perilaku individu maupun kelompok dalam
menentukan keinginan dan kebutuhannya.
Tabel 5.2Berdasarkan Umur Responden
Umur Jumlah Persentase (%)
≤ 17 Tahun 6 5
18 – 26 Tahun 24 20
52
27 – 39 Tahun 38 32
40 Tahun 50 43
Total 118 100Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Berdasarkan umur responden yang mengisi kuesioner, dapat dilihat bahwa
yang paling banyak mengisi kuesioner adalah responden yang berumur diatas
empat puluh tahun ke atas. Hal ini menandakan bahwa yang berumur empat puluh
tahun keatas memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam bidang pekerjaan
dibandingkan dibawah umur empat puluh tahun. Sehingga mengharuskan mereka
untuk selalu berhubungan dengan pekerjaan diluar kota. Pada umumnya mereka
adalah yang mempunyai jabatan penting dikantornya. Segmen ini harus
diperhatikan pihak Garuda Indonesia untuk memenangkan persaingan layanan
jasa penerbangan. Dimana Setiadi (2003) menyatakan bahwa umur akan
menentukan keputusan individu dalam penggunaan barang atau jasa sesuai dengan
tingkat kedewasaan dan kebutuhannya.
Tabel 5.3Berdasarkan Pekerjaan Responden
Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
Pelajar / Mahasiswa 15 13
Pegawai Negeri 39 33
Pegawai Swasta 52 44
Wiraswasta 12 10
Total 118 100
Sumber : Hasil Pengolahan Kuesioner (Diolah, 2008)Berdasarkan pekerjaan responden, dapat dilihat bahwa yang paling banyak
mengisi kuesioner ini adalah para pegawai swasta. Dari sini dapat disimpulkan
bahwa para pegawai swasta memiliki tingkat penggunaan jasa Garuda Indonesia
yang lebih tinggi dari pada profesi yang lain. Hal ini dikarenakan bahwa pegawai
53
swasta memiliki frekuensi tugas kerja keluar kota yang lebih tinggi dari pada
profesi yang lainnya, Hal ini dikarenakan perusahaan swasta memiliki kantor
pusat atau kantor cabang yang berada diluar kota. Ini merupakan pasar potensial
yang harus terus diperhatikan oleh pihak Garuda Indonesia. Dimana Setiadi
(2003) menyatakan bahwa pekerjaan akan mempengaruhi terhadap barang dan
jasa yang dibeli untuk dapat memenuhi kebutuhan pekerjaanya.
Tabel 5.4Berdasarkan Penghasilan Responden
Penghasilan Jumlah Persentase (%)
≤ Rp. 500.000 0 0
Rp. 500.001 – Rp999.999 0 0
Rp. 1 Juta – 1,9 Juta 17 17
≥ Rp. 2 Juta 86 83
Total 118 100 Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Berdasarkan penghasilan responden, dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden yang mengisi kuesioner adalah yang berpenghasilan diatas dua juta
perbulanya yaitu pegawai swasta. Hal ini karenakan bahwa mayoritas pelanggan
yang menggunakan jasa penerbangan Garuda adalah pegawai perusahaan swasta
yang mempunyai jabatan penting dikantornya dan memiliki tingkat gaji yang
tinggi. Menurut Setiadi (2003) menyatakan bahwa penghasilan dalam hal ini
situasi ekonomi individu akan mempengaruhi pilihan terhadap produk maupun
jasa yang dipilihnya.
Tabel 5.5Berdasarkan Pengeluaran Responden
Penghasilan Jumlah Persentase (%)
≤ Rp. 500.000 7 6
Rp. 500.001 – Rp999.999 8 7
54
Rp. 1 Juta – 1,9 Juta 24 20
≥ Rp. 2 Juta 79 67
Total 118 100 Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Berdasarkan pengeluaran responden, dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden yang mengisi kuesioner adalah yang mempunyai pengeluaran diatas
dua juta perbulanya yang berkerja sebagai pegawai swasta. Hal ini dikarenakan
pegawai perusahaan memiliki tingkat rutinitas dan kebutuhan yang tinggi,
sehingga pengeluaran yang ditimbulkan juga tinggi sesuai dengan penghasilan
mereka yang tinggi. Menurut Setiadi (2003) bahwa pengeluaran dalam hal ini
situasi ekonomi individu akan mempengaruhi pilihan terhadap produk maupun
jasa yang dipilihnya.
Tabel 5.6Berdasarkan Frekuensi Penggunaan
Frekuensi Jumlah Persentase (%)
≤ 4 kali 22 19
5 – 10 kali 62 52
≥ 11 kali 34 29
Total 118 100Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Berdasarkan frekuensi penggunaan layanan jasa Garuda Indonesia,
sebagian besar responden menggunakan layanan jasa tersebut antara 5 – 10 kali
pertahunnya. Hal ini disebabkan oleh pelanggan Garuda Indonesia yang memiliki
tingkat rutinitas yang tinggi, khususnya dalam pekerjaan mereka, yang
mengharuskan mereka untuk melakukan dinas keluar kota, yang pada umumnya
ini dilakukan oleh para pegawai perusahaan swasta.
55
5.2. Analisis Faktor Afeksi, Kualitas, Diskonfirmasi dan Kepuasaan
Pelanggan Pada Program Garuda Frequent Flyer PT. Garuda
Indonesia cabang Padang
Dari hasil penelitian ditemukan faktor afeksi, kualitas, diskonfirmasi dan
kepuasaan pelanggan pada program layanan Garuda Frequent Flyer PT. Garuda
Indonesia cabang Padang adalah sebagai berikut :
5.2.1 Afeksi
Untuk melihat bagaimana afeksi atau emosi konsumen yang ditimbulkan
pelanggan yang ditimbulkan saat menggunakan jasa PT. Garuda Indonesia pada
program layanan Garuda Frequent Flyer (GFF), penulis memberikan 4
pertanyaan untuk afeksi positif dan 5 pertanyaan untuk afeksi negatif, yaitu :
5.2.1.1 Afeksi Positif
1. Kedamaian selama penerbangan
Dalam pertanyaan ini, responden diminta menganggapi pertanyaan
“Saya merasakan kedamaian selama penerbangan”.
Tabel 5.7Kedamaian Selama Penerbangan
Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 0 0
Cukup Setuju 14 12
Setuju 75 64
56
Sangat Setuju 29 24
Total 118 100 Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Dari tabel 5.7 menunjukan bahwa sebagian besar responden menyatakan
setuju terhadap kedamaian selama penerbangan, ini berarti mayoritas pelanggan
Garuda telah merasakan kedamaian selama menempuh perjalanan dengan Garuda.
Hal ini dikarenakan pihak Garuda Indonesia sudah mampu menciptakan susana
penerbangan yang tenang dan nyaman bagi pelanggannya, sehingga dengan
sendirinya pelanggan merasakan suatu kedamaian selama penerbangan.
2. Terpenuhinya Permintaan Selama Penerbangan
Dalam item ini, responden diminta tanggapannya atas pernyataan “Saya
merasa semua permintaan saya terpenuhi selama penerbangan”.
Tabel 5.8Terpenuhinya Permintaan Selama Penerbangan
Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 1 1
Cukup Setuju 28 24
Setuju 79 67
Sangat Setuju 10 8
Total 118 100 Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Dari tabel 5.8 menunjukan bahwa sebagian besar responden menyatakan
setuju terhadap terpenuhinya permintaan mereka selama penerbangan. Hal ini
berarti mayoritas pelanggan Garuda telah merasa bahwa permintaan mereka
selama penerbangan sudah terpenuhi. Hal ini merupakan salah satu cara yang
dilakukan oleh pihak Garuda Indonesia untuk menciptakan kepuasaan para
57
pelanggan terhadap pelayanan yang telah diberikan dan tentunya akan memicu
afeksi positif dari diri pelanggan.
3. Kehangatan Selama Penerbangan
Untuk item ini, penulis meminta tanggapan responden atas pernyataan
“Saya merasa kehangatan selama penerbangan”.
Tabel 5.9Kehangatan Selama Penerbangan
Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 5 4
Cukup Setuju 14 38
Setuju 75 50
Sangat Setuju 29 8
Total 118 100 Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa, sebagian besar respoden
menyatakan setuju terhadap kehangatan selama penerbangan. Kehangatan yang
dimaksud adalah interaksi yang baik antara awak kabin dengan pelanggan Garuda.
Hal ini berarti mayoritas pelanggan Garuda telah merasakan kehangatan selama
penerbangan. Ini juga salah satu upaya yang dilakukan pihak Garuda Indonesia
untuk membangun hubungan yang baik dengan para pelanggannya.
4. Kegembiraan Karena Suasana Pesawat Selama Penerbangan
Pada item ini, penulis meminta tanggapan responden atas pernyataan
“Saya merasa gembira karena suasana pesawat selama penerbangan”.
Tabel 5.10Kegembiraan Karena Suasana Pernerbangan
Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
Sangat Tidak Setuju 0 0
58
Tidak Setuju 1 1
Cukup Setuju 33 28
Setuju 72 61
Sangat Setuju 12 10
Total 118 100 Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Dari tabel 5.10 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menyatakan
setuju terhadap kegembiraan karena suasana pesawat selama penerbangan. Hal ini
berarti mayoritas pelanggan Garuda telah merasakan kegembiraan di pesawat
selama penerbangan, hal ini dikarenakan bahwa para pelanggan sudah merasa
dilayani dengan baik dan ini menandakan afeksi positif sudah muncul. Meskipun
demikian pihak Garuda harus senantiasa memperhatikan hal tersebut untuk
mempertahankan pelanggannya.
5.2.1.2 Afeksi Negatif
1. Marah Terhadap Pelayanan
Pada item pertanyaan ini, responden diminta untuk menanggapi
pertanyaan berdasarkan pengalaman responden pada saat menggunakan layanan
jasa Garuda. Pertanyaan yang diajukan yaitu “Saya merasa marah terhadap
pelayanan yang diberikan Garuda”
Tabel 5.11Marah Terhadap Pelayanan
Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
Selalu 0 0
Sering 0 0
Kadang-kadang 14 12
Jarang 44 37
Tidak Pernah 60 51
59
Total 118 100 Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Berdasarkan tabel 5.11 sebagian besar responden menyatakan tidak pernah
marah terhadap pelayanan yang telah diberikan Garuda. Hal ini dikarenakan
bahwa pihak Garuda sudah memberikan pelayanan dengan baik, sesuai dengan
keinginan pelangganya, sehingga rasa marah pelanggan terhadap pelayanan yang
diberikan dapat diminimalkan.
2. Pelayanan Yang Diterima Tidak Sesuai Janji
Pada item pertanyaan berikut ini, penulis meminta tanggapan responden
berdasarkan pengalaman responden. Pertanyaan yang diajukan adalah “Saya
merasa pelayanan yang diberikan Garuda tidak sesuai dengan yang dijanjikan”.
Tabel 5.12Pelayanan Yang Diterima Tidak Sesuai Janji
Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
Selalu 0 0
Sering 0 0
Kadang-kadang 15 13
Jarang 64 54
Tidak Pernah 39 33
Total 118 100 Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Pada tabel 5.12 dapat dilihat bahwa, sebagian besar jarang menerima
pelayanan yang tidak tepat janji. Hal ini dikarenakan sebagian besar pelayanan
yang diberikan pihak Garuda kepada pelanggannya sudah sesuai dengan janji.
Walaupun hal tersebut tidak terlalu berpengaruh memicu afeksi negatif, dalam hal
ini pihak Garuda harus mampu memaksimalkan terhadap pelayanan yang
60
dijanjikan dari jarang menjadi tidak pernah agar pelanggan merasa puas terhadap
pelayanan yang dijanjikan sehingga dapat menghilangkan afeksi negatif.
3. Khawatir Terhadap Keselamatan Penerbangan
Dalam hal ini tanggapan yang diminta kepada responden berdasarkan
pengalamannya bersama Garuda adalah “Saya merasa khawatir terhadap
keselamatan penerbangan”.
Tabel 5.13Khawatir Terhadap Keselamatan Penerbangan
Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
Selalu 0 0
Sering 0 0
Kadang-kadang 49 42
Jarang 46 39
Tidak Pernah 23 19
Total 118 100 Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Dari tabel 5.13 dapat dilihat bahwa, sebagian besar responden Garuda
Indonesia kadang-kadang merasa khawatir terhadap keselamatan penerbangan. Ini
disebabkan maraknya terjadi kecelakaan penerbangan di Indonesia. Hal ini pihak
Garuda harus cepat bertindak untuk dapat meyakini pelanggannya bahwa Garuda
selalu mengutamakan keselamatan penerbangan berskala Internasional untuk para
pelanggannya.
4. Takut Mengahadapi Hal-Hal Buruk
Pada bagian ini responden diminta tanggapannya atas pertanyaan “Saya
merasa takut menghadapi hal-hal yang buruk” berdasarkan pengalamannya saat
menggunakan layanan Garuda.
Tabel 5.14
61
Takut Menghadapi Hal-Hal BurukTanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
Selalu 0 0
Sering 7 6
Kadang-kadang 56 47
Jarang 52 44
Tidak Pernah 3 3
Total 118 100 Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Dari tabel 5.14 dapat dilihat bahwa sebagian besar pelanggan Garuda
kadang-kadang merasa takut menghadapi hal-hal buruk. Ini karena dipicu oleh
maraknya terjadi hal-hal yang buruk yang dihadapi maskapai di Indonesia. Untuk
itu pihak Garuda harus mampu menghilangkan perasaan takut pelanggannya.
5. Perlakuan Tidak Adil Sesama Penumpang
Pada item pertanyaan ini, responden diminta menanggapi atas pertanyaan
“Saya merasa tidak diperlakukan adil sesama penumpang” berdasarkan
pengalamannya bersama Garuda.
Tabel 5.15Perlakuan Tidak Adil Sesama Penumpang
Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
Selalu 0 0
Sering 0 0
Kadang-kadang 3 2
Jarang 54 46
62
Tidak Pernah 61 52
Total 118 100 Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Dari tabel 5.15 dapat dilihat bahwa, sebagian besar pelanggan Garuda
merasa tidak penah mendapatkan perlakuan yang tidak adil sesama penumpang
lainya. Ini memberi indikasi bahwa pihak Garuda Indonesia memberikan
pelayanan yang terbaik bagi seluruh pelanggannya. Dapat disimpulkan bahwa
mayoritas pelanggan Garuda tidak mengalami perbedaan perlakukan diantara
penumpang lainnya. Hal ini juga berarti bahwa pihak Garuda Indonesia telah
menetapkan standarisasi terhadap pelayanannya, dimana menurut Tjiptono (2006),
menyatakan bahwa pelayanan yang terstandarisasi akan memberi manfaat bagi
pelanggannya yaitu terciptanya keadilan antara sesama pelanggan.
5.2.2 Kualitas Kinerja Dari Atribut Utama Pelayanan
Untuk melihat bagaimana kualitas kinerja atribut utama pelayanan
PT. Garuda Indonesia yang dirasakan pelanggannya, penulis mengajukan 8 item
pertanyaan, yaitu :
1. Interior Pesawat
Mengenai interior pesawat, penulis meminta tanggapan responden atas
pertanyaan “Garuda memiliki desain interior pesawat yang menarik”.
Tabel 5.16Desain Interior Pesawat
Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 2 2
Cukup Setuju 36 30
Setuju 59 50
63
Sangat Setuju 21 18
Total 118 100 Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Berdasarkan tabel 5.16 dapat dilihat, dimana sebagian besar responden
menyatakan setuju bahwa Garuda memiliki desain interior yang menarik. Dalam
hal ini berarti pihak Garuda sudah mempunyai desain yang baik dan disukai di
mata pelangganya. Walaupun demikian, pihak Garuda hendaknya merotasikan
desain interior yang unik dalam jangka waktu tertentu, yang bertujuan agar
pelanggan tidak jenuh dan mendapatkan suasana yang baru dan berbeda, sehingga
pada akhirnya dapat memuaskan pelanggan.
2. Seragam yang digunakan awak kabin
Pada item ini, responden diminta memberi tanggapan atas
pertanyaan”Seragam awak kabin memiliki model yang menarik”.
Tabel 5.17Seragam Yang Digunakan Awak Kabin
Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 5 4
Cukup Setuju 40 34
Setuju 65 55
Sangat Setuju 8 7
Total 118 100 Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Dari tabel 5.17 dapat dilihat, dimana sebagian besar responden
menyatakan setuju bahwa seragam awak kabin memiliki model yang menarik. Hal
ini dikarenakan seragam awak kabin yang sopan, memiliki desain dan motif
seragam yang unik dan warna yang menarik. Ini berarti mayoritas pelanggan
Garuda setuju terhadap pernyataan yang diberikan penulis.
64
3. Hiburan Selama Penerbangan
Penulis meminta tanggapan responden atas pernyataan “Garuda memiliki
hiburan yang menarik selama penerbangan”.
Tabel 5.18Hiburan Selama Penerbangan
Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 25 21
Cukup Setuju 46 39
Setuju 47 40
Sangat Setuju 0 0
Total 118 100 Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Dari tabel 5.18 dapat dilihat bahwa responden yang menyatakan setuju
hanya sedikit lebih banyak dari yang menyatakan biasa saja. Jika dilihat pada total
responden yang menyatakan tidak setuju dan biasa saja terhadap hiburan selama
penerbangan, ini jauh lebih banyak dari pada menyatakan setuju. Ini disebabkan
bahwa hiburan yang diberikan hanya seperti acara televisi yang kurang menarik,
majalah ataupun surat kabar yang sudah expired, sehingga pelanggan merasa
jenuh terhadap hiburan tersebut. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Garuda belum
mampu memberikan hiburan selama penerbangan secara maksimal kepada
seluruh pelanggannya. Dalam hal ini pihak Garuda harus segera membuat inovasi
hiburan baru agar tercipta kepuasaan yang tinggi dari pelanggan dan ini dapat
menjadi masukan bagi PT. Garuda Indonesia.
4. Makanan Yang Disajikan
Dalam item pertanyaan ini, penulis meminta tanggapan responden atas
“Garuda menyajikan makanan yang disenangi oleh pelanggannya”.
65
Tabel 5.19Makanan Yang Disajikan
Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 4 3
Cukup Setuju 69 59
Setuju 42 36
Sangat Setuju 3 2
Total 118 100 Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Dari tabel 5.19 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menyatakan
biasa saja terhadap makanan yang disajikan oleh Garuda. Ini berarti mayoritas
pelanggan Garuda menganggap biasa-biasa saja terhadap makanan yang disajikan.
Hal ini terjadi karena makanan tersebut dimata pelanggan belum dianggap sebagai
makanan yang istimewa yang dapat menggugah selera mereka, sehingga belum
menjadi makanan yang betu-betul disenangi. Untuk itu ini dapat juga menjadi
masukan bagi PT. Garuda Indonesia.
5. Persahabatan Awak Kabin
Tanggapan yang diminta untuk item ini adalah tanggapan atas pertanyaan
“Awak kabin Garuda selalu memberikan persahabatan kepada para
pelanggannya”
Tabel 5.20Persahabatan Awak Kabin
Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 0 0
Cukup Setuju 25 21
Setuju 74 63
Sangat Setuju 19 16
66
Total 118 100 Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Data tabel 5.20 menunjukan bahwa sebagian besar responden menyatakan
setuju terhadap persahabatan yang diberikan awak kabin Garuda. Persahabatan
yang dimaksud yakni keinginan awak kabin untuk senantiasa bersosialisasi
dengan para pelanggannya, Dalam hal ini pihak Garuda sudah melakukan hal
tersebut. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas pelanggan Garuda sudah merasakan
persahabatan bersama awak kabin Garuda.
6. Bantuan Awak Kabin
Dalam hal ini responden diminta tanggapan atas pertanyaan “Awak kabin
selalu memberikan bantuan kepada setiap pelanggan yang mengalami kesulitan”
Tabel 5.21Bantuan Awak Kabin
Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 0 0
Cukup Setuju 16 14
Setuju 62 52
Sangat Setuju 40 34
Total 118 100Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Dari tabel 5.21 dapat dilihat bahwa, sebagian besar responden menyatakan
setuju terhadap bantuan awak kabin, ketika pelanggan mengalami kesulitan. Dapat
disimpulkan bahwa pelanggan Garuda Indonesia selalu diberikan bantuan ketika
mereka mengalami kesulitan dari pihak Garuda Indonesia.
7. Kemampuan Awak Kabin
67
Pada item pertanyaan ini responden diminta tanggapan atas pertanyaan
“Awak kabin mempunyai kemampuan dalam melakukan pekerjaanya”
Tabel 5.22Kemampuan Awak Kabin
Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 0 0
Cukup Setuju 21 18
Setuju 68 58
Sangat Setuju 29 24
Total 118 100 Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Pada tabel 5.22 dapat dilihat, dimana sebagian besar responden
menyatakan setuju bahwa awak kabin memiliki kemampuan dalam melakukan
pekerjaan. Mulai dari teknik pemasangan sabuk pengaman hingga teknik dalam
menghadapi emergency. Ini berarti PT. Garuda Indonesia sudah memiliki awak
kabin yang ahli dibidangnya, yang mempunyai kualitas sumber daya manusia
yang baik.
8. Kesopanan Awak Kabin
Dalam hal ini penulis meminta tanggapan responden atas pertanyaan
“Garuda memiliki awak kabin yang sopan”.
Tabel 5.23Kesopanan Awak Kabin
Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 0 0
Cukup Setuju 11 9
Setuju 65 55
Sangat Setuju 42 36
68
Total 118 100 Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Dari tabel 5.23 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menyatakan
setuju bahwa Garuda memilki awak kabin yang sopan. Dapat disimpulkan bahwa
PT. Garuda Indonesia telah meorientasikan awak kabin untuk berlaku sopan
terhadap pelanggannya. Ini merupakan aspek penting yang harus diperhatikan
agar citra positif PT. Garuda Indonesia dapat selalu terjaga.
5.2.3. Diskonfirmasi
Untuk mengetahui perbandingan antara harapan pelanggan dengan
kenyataan yang dialami oleh konsumen, maka penulis memberikan 3 pertanyaan
yaitu :
1. Keberangkatan Pesawat Dibanding Harapan
Untuk mengetahui tingkat diskonfirmasi pada item ini, penulis meminta
tanggapan responden atas pertanyaan “Bagaimana keberangkatan pesawat yang
saudara rasakan dibanding harapan saudara”.
Tabel 5.24Keberangkatan Pesawat Dibanding Harapan
Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
Sangat Jauh Dibawah Harapan 0 0
Dibawah Harapan 0 0
Sama Dengan Harapan 42 36
Diatas Harapan 72 61
Sangat Jauh Diatas Harapan 4 3
69
Total 118 100 Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Dari tabel 5.24 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menyatakan
keberangkatan pesawat diatas harapan mereka. Dapat disimpulkan pihak Garuda
sudah melakukan hal yang baik dalam upaya ketepatan keberangkatan pesawat
untuk dapat memenuhi harapan pelanggannya. Ini merupakan hal penting untuk
senantisa meningkatkan kepuasaan mereka melalui realisasi harapan pelanggan.
2. Pelayanan Awak Kabin Dibanding Harapan
Untuk mengukur item ini, penulis meminta tanggpan responden atas
pertanyaan “Bagaimana pelayanan awak kabin yang saudara rasakan dibanding
harapan saudara”.
Tabel 5.25Pelayanan Awak Kabin Dibanding Harapan
Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
Sangat Jauh Dibawah Harapan 0 0
Dibawah Harapan 1 1
Sama Dengan Harapan 29 25
Diatas Harapan 76 64
Sangat Jauh Diatas Harapan 12 10
Total 118 100 Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Dari tabel 5.25 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menyatakan
pelayanan awak kabin diatas harapan mereka. Ini berarti pihak Garuda telah
berhasil dalam upaya mengedepankan segi pelayanan, yang bertujuan agar
kepuasaan pelangganya tetap terjaga.
3. Keseluruhan Penerbangan Dibanding Harapan
70
Untuk mengukur tingkat diskonfirmasi pada bagian ini, responden diminta
tanggapannya atas pertanyaan “Bagaimana keseluruhan penerbangan yang
saudara rasakan dibanding harapan saudara”.
Tabel 5.26Keseluruhan Penerbangan Dibanding Harapan
Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
Sangat Jauh Dibawah Harapan 0 0
Dibawah Harapan 0 0
Sama Dengan Harapan 25 21
Diatas Harapan 77 65
Sangat Jauh Diatas Harapan 16 14
Total 118 100 Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Berdasarkan tabel 5.26 dapat dilihat, dimana sebagian besar responden
menyatakan bahwa keseluruhan penerbangan diatas harapan mereka. Dapat
disimpulkan mayoritas pelanggan Garuda merasa bahwa perusahaan telah mampu
memenuhi harapan pelanggannya, khususnya dari segi pelayanan Garuda
Indonesia yang diberikan.
5.2.4 Kepuasaan Pelanggan
Untuk memngukur kepuasan pelanggan terhadap pelayanan PT.Garuda
Indonesia, penulis menggunakan 2 item pertanyaan yaitu :
1. Keyakinan Pelanggan Menggunakan Program Layanan Garuda
Frequent Flyer (GFF)
Dalam item pertanyaan ini, penulis meminta tanggapan responden atas
“Saya yakin terbang dengan menggunakan layanan Garuda Frequent Flyer (GFF)
merupakan pilihan yang tepat”.
71
Tabel 5.27Keyakinan Menggunakan Layanan Garuda Frequent Flyer
Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 1 1
Cukup Setuju 11 9
Setuju 69 59
Sangat Setuju 37 31
Total 118 100 Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Berdasarkan tabel 5.27 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
menyatakan setuju terhadap keyakinan mereka menggunakan layanan Garuda
Frequent Flyer (GFF). Ini berarti pihak garuda Indonesia telah mampu meyakini
para pelanggannya, dimana hal ini dikarenakan pelanggan telah melihat atau
merasakan sebelumnya bahwa Garuda Indonesia memiliki pelayanan yang bagus.
Dapat disimpulkan bahwa mayoritas pelanggan Garuda telah yakin bahwa melalui
program layanan tersebut akan dapat merealisasikan kepuasan mereka.
2. Kepuasaan Pelanggan Terhadap Program Layanan Garuda Frequent
Flyer (GFF)
Pada item pertanyaan ini, penulis meminta tanggapan responden atas
pertanyaan “Saya merasa pelayanan Garuda Frequent Flyer (GFF) sudah
memuaskan”.
Tabel 5.28Kepuasaan Menggunakan Layanan Garuda Frequent FlyerTanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
Sangat Tidak Setuju 0 0
Tidak Setuju 0 0
Cukup Setuju 15 13
Setuju 82 69
Sangat Setuju 21 18
72
Total 118 100 Sumber : Hasil Kuesioner (Diolah, 2008)
Dari tabel 5.28 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menyatakan
setuju dengan kepuasan menggunakan layanan Garuda Frequent Flyer (GFF). Ini
berarti mayoritas pelanggan Garuda yang menggunakan layanan tersebut telah
puas. Dalam hal ini PT. Garuda Indonesia sudah mampu memuaskan
pelanggannya melalui program layanan Garuda Frequent Flyer (GFF).
5.3 Pengaruh Afeksi, Kualitas dan Diskonfirmasi Pada Program Layanan
Garuda Frequent Flyer Terhadap Kepuasaan Pelanggan
Untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan pengujian t-test guna melihat
hubungan antara variabel dependen dan independen secara parsial. Setelah
dilakukan penganalisaan dengan SPSS 12.0 maka didapat output sebagai berikut:
Tabel 5.29Coefficients(a)
Model Unstandardized
CoefficientsStandardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) ,911 ,537 1,697 ,092 Afeksi Positif ,233 ,109 ,207 2,149 ,034 Afeksi Negatif ,078 ,108 ,066 ,725 ,470 Kualitas ,293 ,116 ,242 2,525 ,013 Diskonfirmasi ,229 ,104 ,194 2,210 ,029
a Dependent Variable: KepuasaanSumber : Output SPSS 12.0 (Diolah, 2008)
t-test pertama yaitu untuk melihat hubungan antara variabel afeksi positif
terhadap kepuasaan pelanggan. Untuk pengujian pertama didapatkan bahwa nilai
t hitung variabel afeksi positif (X1) adalah 2,149 > t tabel 1,658 (alpha=5%)
dengan tingkat signifikan 0,034 < 0,05, yang berarti signifikan. Hipotesis awal
(H0) ditolak dan (H1) diterima. Jadi, variabel afeksi positif memiliki pengaruh
73
positif dan signifikan sebagai variabel independen terhadap kepuasaan pelanggan
sebagai variabel dependen secara langsung. Berpengaruhnya variabel afeksi
positif terhadap kepuasaan pelanggan secara signifikan karena pelanggan Garuda
merasa kedamaian, kehangatan, kegembiraan dan permintaannya selama
penerbangan terpenuhi, serta pelanggan merasa kritis terhadap suasana yang
menyenangkan di dalam pesawat, sehingga pada akhirnya pelanggan merasa puas
secara emosional.
t-test kedua yaitu untuk melihat hubungan variabel afeksi negatif terhadap
kepuasaan pelanggan. Untuk pengujian kedua, didapatkan nilai t hitung variabel
afeksi negatif (X2) adalah 0,725 < t tabel 1,658 (alpha=5%) dengan tingkat
signifikan 0,470 > 0,05, yang berarti tidak signifikan. Hipotesis awal (H0) diterima
dan (H1) ditolak. Jadi variabel afeksi negatif tidak berpengaruh terhadap
kepuasaan pelanggan. Hal ini disebabkan karena anggapan pelanggan bahwa
Garuda Indonesia merupakan maskapai penerbangan yang terbaik. Hal ini dapat
ditunjukan dengan jarangnya klaim keluhan yang dilakukan oleh pelanggan
terhadap Garuda Indonesia.
t-test ketiga yaitu untuk melihat hubungan antara variabel kualitas layanan
terhadap kepuasaan pelanggan. Untuk pengujian ketiga didapatkan bahwa nilai
t hitung variabel kualitas layanan (X3) adalah 2,525 > t tabel 1,658 (alpha=5%)
dengan tingkat signifikan 0,013 < 0,05, yang berarti signifikan. Hipotesis awal
(H0) ditolak dan (H1) diterima. Jadi, variabel kualitas layanan memiliki pengaruh
positif dan signifikan sebagai variabel independen terhadap kepuasaan pelanggan
74
sebagai variabel dependen secara langsung. Hasil ini mencerminkan bahwa
pelanggan sangat kritis terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh Garuda
Indonesia, dimana pelanggan beranggapan bahwa hal yang utama dalam
perusahaan jasa adalah kualitas pelayanan (service quality) yang diterima,
sehingga ini tentunya akan berpengaruh langsung terhadap kepuasaan pelanggan.
t-test keempat yaitu untuk melihat hubungan antara variabel diskonfirmasi
terhadap kepuasaan pelanggan. Untuk pengujian keempat didapatkan bahwa nilai
t hitung variabel kualitas layanan (X4) adalah 2,210 > t tabel 1,658 (alpha=5%)
dengan tingkat signifikan 0,029 < 0,05, yang berarti signifikan. Hipotesis awal
(H0) ditolak dan (H1) diterima. Jadi, variabel diskonfirmasi memiliki pengaruh
positif dan signifikan sebagai variabel independen terhadap kepuasaan pelanggan
sebagai variabel dependen secara langsung. Berpengaruhnya variabel
diskonfirmasi terhadap kepuasaan pelanggan disebabkan pelanggan menetapkan
harapan yang tinggi terhadap kualitas pelayanan Garuda, karena sebagaimana
yang diketahui bahwa kualitas pelayanan Garuda Indonesia yang sudah terkenal.
Ada kecendrungan bahwa mereka sudah mempuyai perkiraan tersendiri terhadap
keadaan yang akan dirasakan mereka menggunakan layanan jasa Garuda
Frequent Flyer (GFF). Hal ini bisa disebabkan karena pelanggan melihat bahwa
Garuda Indonesia perusahaan penerbangan yang sudah lama dan berpengalaman
di bidang jasa ini.
Apabila kita melihat pada nilai B pada tabel 5.29 Coefficient, maka kita akan
mendapatkan persamaan Regresi sebagai berikut :
Y = 0,911 + 0,233 X1 + 0,078 X2 + 0,293 X3 + 0,229 X4
75
Dari rumus Regresi diatas dapat diartikan bahwa apabila perusahaan
meningkatkan afeksi positif 1 koefesien maka akan meningkatkan kepuasaan
pelanggan sebesar 23 %. Apabila perusahaan mengurangi afeksi negatif dari
pelanggan 1 koefesien maka hal ini akan meningkatkan kepuasaan pelanggan
sebesar 7%. Apabila perusahaan meningkatkan kualitas pelayanan 1 koefesien
maka akan meningkatkan kepuasaan pelanggan sebesar 29 % dan Apabila
perusahaan menaikan diskonfirmasi pelanggan 1 koefesien maka akan
meningkatkan kepuasan pelanggan sebesar 22 %.
Selanjutnya pada tabel Anova dapat dilihat pengaruh antara variabel
dependen dan independen secara simultan. Setelah dilakukan penganalisaan
dengan SPSS 12.0 maka didapat output sebagai berikut:
Tabel 5.30ANOVA(b)
Model Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.1 Regression 9,158 4 2,289 9,786 ,000(a) Residual 26,435 113 ,234 Total 35,593 117
a Predictors: (Constant), Diskonfirmasi, Kualitas, Afeksi Negatif, Afeksi Positif b Dependent Variable: Kepuasaan Sumber : Output SPSS 12.0 (Diolah, 2008)
Output SPSS tersebut menunjukkan tingkat signifikan 0,000 < 0,05. Ini
artinya (H0) ditolak dan (H1) diterima. Berarti variabel afeksi, kualitas dan
diskonfirmasi secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap kepuasaan pelanggan.
76
Tabel 5.31 memperlihatkan koefisien determinasi yang merupakan
pengujian statistik untuk melihat kuat-lemahnya hubungan variabel independen
terhadap variabel dependen.
Tabel 5.31Model Summary(b)
Model R R SquareAdjusted R
SquareStd. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 ,507(a) ,257 ,231 ,48368 1,601
a Predictors: (Constant), Diskonfirmasi, Kualitas, Afeksi Negatif, Afeksi Positifb Dependent Variable: KepuasaanSumber : Output SPSS 12.0 (Diolah, 2008)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Adjusted R2 = 0,231, berarti
memiliki hubungan yang kurang kuat, yang berarti bahwa variabel independen
yaitu afeksi, kualitas dan diskonfirmasi hanya dapat menjelaskan variabel
dependen yaitu kepuasaan pelanggan sebesar 23,1 %. Sisanya 76,9 % ditentukan
oleh variabel lainnya yang tidak terungkap dalam penelitian ini. Variabel-variabel
lainnya tersebut bisa bersumber dari marketing mix ( 7P ) untuk jasa seperti
product, place, promotion, price, people, phsycal evidence dan process.
5.4 Elemen-Elemen Utama Pada Program Layanan Garuda Frequent
Flyer Dalam Rangka Untuk Meningkatkan Kepuasaan Pelanggan
PT. Garuda Indonesia Cabang Padang
77
Untuk meningkatkan kepuasaan pelanggan dalam program layanan
Garuda Frequent Flyer (GFF), PT. Garuda Indonesia Cabang Padang
memerlukan elemen-elemen yang harus diterapkan perusahaan untuk
mewujudkan kepuasaan para pelanggannya di kota Padang.
Menurut Tjiptono (2006) terdapat tujuh elemen utama dalam program kepuasan
pelanggan yaitu :
Strategi Terhadap Yang Jasa Berkualitas
Perusahaan yang ingin menerapkan program kepuasan pelanggan harus
memiliki layanan jasa yang prima. Paling tidak standarnya harus
menyamai para pesaing utama dalam industri.
Relationship Marketing
Kunci pokok dalam setiap program promosi loyalitas adalah upaya
menjalin relasi jangka panjang dengan para pelanggan. Asumsinya adalah
bahwa relasi yang kokoh dan saling menguntungkan antara penyedia jasa
dan pelanggan dapat membangun bisnis ulangan dan dapat menyediakan
loyalitas pelanggan.
Program Promosi Loyalitas
Program promosi loyalitas banyak diterapkan untuk menjalin relasi antara
perusahaan dan pelanggan. Biasanya, program ini memberikan semacam
penghargaan khusus seperti bonus, diskon, voucher, dan hadiah yang
dikaitkan dengan frekuensi pembelian atau pemakaian produk atau jasa
perusahaan.
Fokus Kepada Pelanggan Terbaik
78
Sekalipun program promosi loyalitas beraneka ragam bentuknya, namun
semuanya memiliki kesamaan pokok dalam hal fokus kepada pelanggan
yang paling berharga.
Sistem Penanganan Komplain Secara Efektif
Penanganan komplain terkait erat dengan kualitas layanan. Perusahaan
harus memastikan bahwa layanan jasa yang dihasilkan benar-benar
berfungsi sebagaimana mestinya sejak awal. Jika ada masalah, perusahaan
segera berusaha memperbaikinya lewat sistem penanganan komplain.
Unconditional Guarantees
Unconditional guarantees dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan
kepuasaan pelanggan. Garansi merupakan janji eksplisit yang disampaikan
kepada para pelanggan mengenai tingkat kinerja yang dapat diharapkan
akan mereka terima. Garansi sangat bermanfaat dalam mengurangi resiko
pembelian oleh pelanggan.
Program Pay-For-Performance
Program kepuasaan pelanggan tidak bisa terlaksana tanpa adanya
dukungan sumber daya manusia organisasi. Disamping memuaskan
kebutuhan pelanggan, karyawan juga harus dipuaskan juga kebutuhannya.
Dengan kata lain total customer statisfaction harus didukung pula dengan
total quality reward yang mengaitkan sistem penilaian kinerja dan
kompensasi dengan kontribusi setiap karyawan dalam penyempurnaan
kualitas dan peningkatan kepuasan pelanggan.
79
Penelitian ini dilakukan untuk melihat kepuasaan pelanggan Garuda
Indonesia pada program layanan Garuda Frquent Flyer (GFF) dengan melihat
variabel-variabel apa saja yang berpengaruh terhadap kepuasaan pelanggan pada
program layanan Garuda Frequent Flyer tersebut. Selain bertujuan melihat
pengaruh tidaknya, penelitian ini juga mengungkapkan seberapa besar pengaruh
masing-masing variabel tersebut terhadap kepuasaan pelanggan.
Oliver (1994, dalam Balqiah 2002) menyatakan bahwa terdapat variabel-
variabel yang menentukan kepuasaan yaitu afeksi positif, afeksi negatif, kualitas
dan diskonfirmasi. Maskapai penerbangan Garuda Indonesia dengan konsep
layanan prima mencoba memberikan pengalaman kepada para pelanggannya. Hal
ini bertujuan untuk menarik pelanggan baru dan memotivasi pelanggan yang ada
agar tetap menggunakan Garuda Indonesia. Pengalaman yang diberikan ini,
menurut (Schmitt, Bernd H, 1999, dalam Baqiah : 2002), dimana pemasaran
eksperensial yang memandang pelanggan sebagai pengambilan keputusan rasional
sekaligus emosional. Sehingga dalam hal ini PT. Garuda Indonesia cabang Padang
mencoba bermain pada afeksi pelanggan, untuk memasarkan program layanan
Garuda Frquent Flyer (GFF) dengan memberikan pengalaman yang menggugah
sense, think dan feel.
Dari hal segi kualitas pelayanan yang diberikan, PT. Garuda Indonesia tidak
perlu untuk diragukan lagi, hal ini juga didukung dan dibuktikan oleh pengalaman
PT. Garuda Indonesia yang sudah lama berkecimpung di industri bisnis
penerbangan. Sebagaimana kualitas jasa menurut (Parasuraman,dkk, 1998 dalam
Lupioyadi, Hamdani 2006) adalah sebagai seberapa jauh perbedaan antara
80
kenyataan dan harapan pelanggan atas layanan yang mereka terima. Kualitas jasa
dipengaruhi oleh Expected Service dan Perceived Service Quality (Parasuraman,
1991, dalam Tjiptono, 2006). Kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia
jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya. Kualitas jasa harus dimulai dari
kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan (Kotler, 2000, dalam
Tjiptono 2006)
Dalam upaya untuk memenuhi harapan pelanggannya, PT. Garuda Indonesia
senantiasa merealisasikan pelayanan yang prima untuk dapat memenuhi harapan
pelanggan, ini terkait dengan salah satu variabel yang disebut dengan
diskonfirmasi. Menurut Oliver (1994, dalam Tengku Ezni Balqiah 2002)
diskonfirmasi adalah “Perbedaan antara kenyataan yang diterima dengan harapan
beberapa atribut pelayanan yang dirasakan selama penerbangan”.
Pelanggan memiliki harapan mengenai bagaimana produk atau jasa tersebut
seharusnya berfungsi (performance expectation), harapan tersebut adalah standar
kualitas yang akan dibandingkan dengan fungsi atau kualitas produk atau layanan
yang sesungguhnya dirasakan pelanggan. Fungsi produk atau jasa yang
sesungguhnya dirasakan pelanggan (actual performance) adalah persepsi
pelanggan terhadap kualitas produk atau jasa tersebut.
Moto PT. Garuda Indonesia yang mengedepankan segi kualitas layanan,
tentunya akan berdampak pada kepuasaan pelanggan. Dapat diartikan bahwa
kepuasaan menurut Kotler (2000, dalam Tjiptono 2006) adalah rasa senang atau
kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap
kinerja suatu produk dan harapannya. Jika kinerja memenuhi harapan maka
81
pelanggan akan puas, sebaliknya jika kinerja tidak memenuhi harapan maka
pelanggan akan kecewa. Sementara jika kinerja melebihi harapan maka pelanggan
akan sangat puas.
Oliver (1993, dalam Balqiah 2002) menyatakan bahwa pengalaman
pembelian yang memuaskan akan menjadi salah satu alasan untuk tetap tertarik
pada produk tersebut, yang akhirnya mengarah pada pembelian ulang
Selanjutnya penulis mencoba membandingkan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu, dimana penelitian ini pernah dilakukan sebelumnya oleh
Tengku Ezni Balqiah pada tahun 2002 terhadap kasus penumpang PT Pelita Air
Service (PAS) rute Jakarta – Yogyakarta – Jakarta. Dimana pengolahan data
dilakukan dengan metode Structural Equation Modeling (SEM). Hasil Penelitian
tersebut menyatakan bahwa variabel kualitas dan diskonfirmasi mempunyai
pengaruh yang siknifikan secara langsung dan menjadi alasan responden untuk
menggunakan jasa penerbangan Pelita, walaupun kepuasaannya hanya dapat
menjelaskan 31,9 %. Sisanya 68,1 % ditentukan oleh faktor lainnya yang tidak
terungkap dalam penelitian tersebut.
BAB VI
PENUTUP
82
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik
kesimpulan :
1. PT. Garuda Indonesia sudah mampu membangun afeksi positif dari
pelanggan, hal ini terlihat bahwa pelanggan sangat kritis terhadap
suasana didalam pesawat, sehingga mereka merasa puas secara
emosional. Pada faktor afeksi negatif PT Garuda Indonesia belum
mampu meredam rasa khawatir dan takut akan keselamatan
penerbangan, walaupun hal ini tidak berpengaruh langsung terhadap
kepuasaan pelanggan. Tingkat kepuasaan pelanggan terhadap kualitas
kinerja atribut utama pelayanan Garuda Indonesia sudah baik, kecuali
pada item hiburan dan makanan yang diberikan selama penerbangan,
dimana Garuda belum mampu memberikan hiburan yang disenangi dan
makanan yang menggugah selera selama penerbangan secara maksimal
kepada seluruh pelanggannya dan ini dapat menjadi masukan bagi PT.
Garuda Indonesia. Pada diskonfirmasi, perusahaan dinilai sudah mampu
untuk memenuhi apa yang menjadi harapan pelangganya, hal ini ditandai
dengan banyaknya pelanggan yang merasa apa yang mereka rasakan dan
yang diperoleh selama menggunakan layanan Garuda Frequent Flyer
(GFF) sudah melebihi apa yang mereka harapkan.
2. Berdasarkan hasil penelitian yang dibantu dengan program SPSS
menunjukkan bahwa variabel afeksi, kualitas dan diskonfirmasi secara
83
bersama-sama memiliki hubungan dan pengaruh yang positif terhadap
kepuasaan pelanggan.
3. Elemen-elemen utama yang dapat diterapkan pada program Garuda
Frequent Flyer dalam rangka meningkatkan kepuasaan pelanggan yaitu
kualitas jasa, Relationship Marketing, promosi, fokus kepada pelanggan
terbaik, sistem pelayanan komplain yang efektif, Unconditional
Guarantees dan pay-for-performance (Tjiptono:2006).
6.2 Implikasi Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh afeksi, kualitas dan
diskonfirmasi terhadap kepuasan pelanggan dalam menggunakan program layanan
Garuda Frequent Flyer (GFF). Pada penelitian ini ditemukan bahwa variabel
afeksi positif mempunyai pengaruh terhadap kepuasaan pelanggan Garuda
Indonesia. Berpengaruhnya variabel afeksi positif terhadap kepuasaan pelanggan
secara sikifikan karena pelanggan Garuda merasa kedamaian, kehangatan,
kegembiraan dan permintaannya selama penerbangan terpenuhi, sehingga
pelanggan merasa puas secara emosional.
Selain itu ditemukan bahwa, variabel afeksi negatif tidak mempunyai
pengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Tidak berpengaruhnya varibel afeksi
negatif terhadap kepuasaan pelanggan. Hal ini disebabkan karena anggapan
pelanggan bahwa Garuda Indonesia merupakan maskapai penerbangan yang
terbaik. Hal ini dapat ditunjukan dengan jarangnya klaim keluhan yang dilakukan
oleh pelanggan terhadap Garuda Indonesia. Walaupun demikan ada hal yang
harus diperhatikan, dimana pelanggan masih merasa khawatir terhadap
84
keselamatan penerbangan dan juga takut menghadapi hal-hal buruk yang muncul
dari diri pelanggan, hal disebabkan maraknya kecelakan yang terjadi dalam
penerbangan di Indonesia. Untuk itu pihak Garuda harus dapat meyakinkan para
pelanggannya bahwa maskapai penerbangan Garuda selalu mengorientasikan
keselamatan penerbangan untuk para pelanggannya.
Garuda Indonesia yang dikenal sebagai perusahaan transportasi udara yang
memiliki tingkat kualitas pelayanan yang berada diatas perusahaan penerbangan
lainnya. Persahabatan, bantuan dan kesopanan dalam pelayanan, merupakan
elemen-elemen yang dianggap penting oleh pelanggan dalam menilai kualitas
pelayanan yang diberikan oleh PT. Garuda Indonesia. Pelanggan Garuda
Indonesia ternyata sangat mementingkan pelayanan yang ramah, sopan dan
bantuan awak kabin kepada pelanggannya. Oleh karena itu jika Garuda Indonesia
ingin mencapai kepuasaan pelanggan yang maksimal, maka variabel kualitas ini
harus sangat diperhatikan oleh perusahaan. Pada penelititan ini ditemukan bahwa
variabel kualitas mempunyai pengaruh yang siknifikan terhadap kepuasaan
pelanggan, yang mencerminkan bahwa pelanggan sangat kritis terhadap kualitas
pelayanan yang diberikan oleh Garuda Indonesia sehingga kualitas pelayanan
tersebut sangat berpengaruh terhadap kepuasaan yang akan diperoleh pelanggan.
Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa variabel diskonfiramsi
mempunyai pengaruh terhadap kepuasaan pelanggan Garuda Indonesia.
Berpengaruhnya variabel diskonfirmasi terhadap kepuasaan pelanggan disebabkan
pelanggan menetapkan harapan yang tinggi terhadap kualitas pelayanan Garuda,
sesuai dengan biaya penerbangan yang sudah mereka keluarkan, karena
85
sebagaimana yang diketahui bahwa kualitas pelayanan Garuda Indonesia yang
sudah terkenal. Ada kecendrungan bahwa mereka sudah mempuyai perkiraan
tersendiri terhadap keadaan yang akan dirasakan mereka menggunakan layanan
jasa Garuda Frequent Flyer (GFF). Hal ini bisa disebabkan karena pelanggan
melihat bahwa Garuda Indonesia perusahaan penerbangan yang sudah lama dan
berpengalaman di bidang jasa ini. Dalam hal ini Garuda Indonesia harus
senantiasa menjaga harapan pelanggannya melalui realisasi pelayanan yang sesuai
dengan harapan para pelanggannya, sehingga pada akhirnya akan mencipatakan
kepuasaan bagi pelanggannya dan menjadi alasan yang kuat bagi responden untuk
tetap menggunakan program layanan Garuda Frequent Flyer (GFF).
6.3 Keterbatasan Penelitian, Saran Bagi Perusahaan dan Saran Bagi
Penelitian Selanjutnya
1. Penelitian ini hanya memberikan gambaran secara umum mengenai afeksi,
kualitas dan diskonfirmasi serta pengaruhnya terhadap kepuasaan
pelanggan. Untuk penelitian selanjutnya disarankan menambah jumlah
variabel bebas yang diteliti karena ternyata ada variabel lain selain afeksi,
kualitas dan diskonfirmasi yang dapat mempengaruhi kepuasaan
pelanggan.
2. Berdasarkan penelitian ini, maka penulis dapat memberikan saran kepada
PT. Garuda Indonesia harus terus mengontrol variabel afeksi positif, afeksi
negatif kualitas dan diskonfirmasi. Pada afeksi negatif aspek yang perlu
diperhatikan yaitu masih cenderungnya pelanggan merasa khawatir dan
takut mengalami hal-hal buruk selama penerbangan harus segera
86
dihilangkan oleh pihak Garuda Indonesia dengan cara mengedepankan
segi safety yang tinggi bertaraf internasional sehingga pada akhirnya
pelanggan merasa yakin terhadap keselamatan penerbangan sehingga
dapat meredam afeksi negatif dari diri pelanggan. Pada aspek kualitas
pelayanan masih ada yang dapat dimaksimalkan yaitu segi hiburan dan
makanan yang disajikan selama penerbangan. Jika hal ini dapat
dimaksimalkan lagi oleh pihak Garuda maka tentunya kepuasaan
pelanggan yang diperoleh akan lebih tinggi lagi.
3. PT. Garuda Indonesia disarankan untuk terus menjaga kualitas layanan
jasa PT. Garuda Indonesia dalam rangka mempertahankan eksistensi
diindustri penerbangan dimata para pelanggannya, jika terdapat
disatisfaction customer maka segera lakukan service recovery, sehingga
pada akhirnya pelanggan akan menjadi puas dan menjadi market leader,
serta terus melakukan elemen program kepuasaan pelanggan, karena pada
dasarnya apabila elemen program kepuasaan pelanggan dilakukan dengan
baik maka pelanggan akan menuju kepada pembelian ulang.
4. Secara keseluruhan layanan jasa yang diberikan oleh PT. Garuda
Indonesia sudah baik dan untuk mempertahankan citra tersebut maka
sebaiknya PT. Garuda Indonesia disarankan tidak menyimpang dari paham
orientasi pelanggan yang dianut.
5. Penelitian ini masih sangat terbatas, dimana jumlah sampel sebanyak 118
responden belum dapat mewakili populasi pengguna layanan Garuda
Frequent Flyer (GFF) karena sampel yang diambil berdasarkan populasi
87
hanya sampai dengan akhir Mei 2008. Maka disarankan untuk penelitian
yang akan datang menggunakan responden yang lebih banyak, agar hasil
yang didapatkan lebih akurat.
6. Penelitian ini terbatas pada variabel afeksi, kualitas dan diskonfirmasi
terhadap kepuasaan pelanggan pada program layanan Garuda Frequent
Flyer (GFF), karena model yang digunakan dalam penelitian masih sangat
sederhana. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melanjutkan
penelitian dengan menambahkan variabel lain seperti yang terdapat pada
maketing mix untuk jasa ( 7P ) yaitu: product, place, promotion, price,
people, phsycal evidence dan process.
88