12
Janji Temus dari Atdik Akhirnya BPA Amandemen Tiga UU Polemik Masisir dan Atdik TëROBOSAN ADVERTISING Edisi Reguler 369, 19 JULI 2015

Terobosan Edisi Reguler 369

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Telah terbit buletin Terobosan Edisi Reguler 369

Citation preview

  • Janji Temus dari Atdik

    Akhirnya BPA Amandemen Tiga UU

    Polemik Masisir dan Atdik

    TROBOSA

    N A

    DV

    ERTI

    SIN

    G

    Edisi Reguler 369, 19 JULI 2015

  • 2

    TROBOSA

    N -

    Ed

    isi R

    egu

    ler

    36

    9

    Juli

    20

    15

    Sekapur Sirih, Anggota Baru Harapan Baru

    Halaman 2

    Sikap, Janji Temus dari Atdik

    Halaman 3

    Laporan Utama, Mengurai Benang Kusut Temus

    Halaman 4,5,7

    Komentar Peristiwa, Akhirnya BPA Amandemen

    Tiga UU

    Halaman 6,7

    Seputar Kita, Wisuda Daroh Tahfidz Ramadan

    Halaman 8

    Opini, Temus dalam Sejumlah Pertanyaan

    Halaman 9

    Opini, Antara Aku, Kau dan Temus

    Halaman 10

    Sastra, Ramadan Bulan Penuh Berkah

    Halaman 11

    Terbit perdana pada 21 Ok-

    tober 1990. Pendiri: Syari-

    fuddin Abdullah, Tabrani

    Sabirin. Pemimpin Umum:

    Furna Hubbatalillah.

    Pemimpin Redaksi: Ikmal

    Al Hudawi Pemimpin Pe-

    rusahaan: Nuansa Garini,

    Nenden Wia Darojatun. Dewan Redaksi: M.

    Hadi Bakri, Abdul Malik, Fachry Ganiardi, Heni

    Septianing, Iis Istianah. Reportase: Mohammad

    Al Chudlori, Syaeful Anam, Muharrid Iqomatud-

    din, Anugrah Abiyyu, Amrul Irsyadi, Muhammad

    Irfan. Editor: Ainun Mardiyah. Tata Letak:

    Mohammad Al Chudlori. Karikatur: Rijal W. Riz-

    killah. Pembantu Umum: Keluarga TROBOSAN. Alamat Redaksi: Indonesian Hostel-302 Floor

    04, 08 el-Wahran St. Rabea el-Adawea, Nasr City

    Cairo-Egypt. Telepon: 22609228, E-mail:

    [email protected]. Facebook :

    Terobosan Masisir. Untuk pemasangan iklan,

    pengaduan atau berlangganan silakan men-

    ghubungi nomor telepon : 01201744923

    (Ikmal), 01100159534 (Furna),

    01143350499 (Nenden).

    Mati satu tumbuh seribu

    Hari demi hari, waktu telah berlalu. Ini

    sudah merupakan seleksi alam, pun

    dalam dinamika organisasi. Ketika masa

    khidmat telah rampung, mesti ada

    pengganti yang melanjutkan. Begitu juga

    dengan masa TROBOSAN yang sudah

    berjalan selama satu periode yang

    dinahkodai oleh Fahri Ganiardi,

    dilanjutkan oleh Ikmal al Hudawi.

    Kami berharap di kepengurusan baru

    ini, TROBOSAN terus menjadi media

    yang eksis, memberitakan isu-isu yang

    kian muncul di Masisir. Tentunya sebagai

    media yang independen, tidak memiliki

    kepentingan apapun selain membawa

    Masisir ke perubahan yang lebih baik.

    Setelah sempat vakum selama masa

    ujian termin dua, kini kami hadir kembali

    untuk para pembaca setia TROBOSAN.

    Kami kembali hadir walaupun dengan

    keadaan yang belum stabil karena radiasi

    ujian. Namun kami tetap berusaha untuk

    mempersembahkan yang terbaik untuk

    Masisir.

    Pada edisi kali ini, kami mencari tahu

    bagaimana asal-usul dan kronologi

    adanya seleksi Temus haji, yang telah

    merubah tradisi undian Temus Masisir di

    kekeluargaan. Bukan tidak aneh, jika

    adanya kebijakan baru ini menjadi bahan

    sorotan bagi Masisir. Bagaimana bisa ada

    kebijakan baru ini? Temukan jawabannya

    di rubrik laporan utama.

    Kami juga menyajikan berita

    mengenai bagaimana jalannya sidang BPA

    yang telah berhasil mengamandemen tiga

    Undang-undang: Pemilu Raya,

    Pengurusan Maba, dan Organisasi. Sidang

    yang berlangsung selama dua hari ini

    banyak merubah beberapa pasal, karena

    melihat keadaan Masisir yang banyak

    diwarnai dengan berbagai permasalahan

    yang muncul. Untuk mencari tahu lebih

    lanjut bagaimana jalannya sidang

    tersebut, temukan beritanya di rubrik

    komentar peristiwa.

    Dan masih terdapat rubrik-rubrik

    lainnya, yang tentunya tak kalah menarik.

    Untuk saran dan kritik, dengan tangan

    terbuka kami terima. Karena dengan

    kritikan dan saran para pembaca-lah kami

    bangkit dan berdiri sekokoh bangunan-

    bangunan kuno peninggalan sejarah, yang

    tak akan hanyut ataupun lenyap ditelan

    oleh zaman.

    Dan kami juga mengucapkan terima

    kasih kepada semua pihak yang telah

    membantu kami baik moral maupun

    materil, hingga kami pun masih dapat

    eksis mewarnai dinamika Masisir yang

    tidak pernah tidur.

    Selamat Membaca!

    Tajam tanpa melukai, kritis tanpa

    menelanjangi. []

    Anggota Baru Harapan Baru

    Markaz At-Taqwa

    Menerima segala jenis

    fotokopi

    Mahattah Gamik, Hay

    Asyir

    Hp: 01281551421

  • TROBOSA

    N

    Edisi R

    eguler 3

    69 Ju

    li 201

    5

    Rubrik Sikap adalah editorial buletin TROBOSAN. Ditulis oleh tim redaksi TROBOSAN dan mewakili suara resmi dari TROBOSAN terhadap

    suatu perkara. Tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab redaksi.

    Untuk ke sekian kalinya Atdik

    menelurkan kebijakan yang mencuri perhatian Masisir. Ini bukan pertama kalinya, sebab tahun lalu misalnya, kebijakan Atdik yang dinilai pelit duit dan seakan menghambat lalu lintas dinamika masisir sempat memanas. Kemudian, pada 10 Februari 2015 dikeluarkan surat himbauan berisi kebijakan pengiriman surat kepada orang tua terkait kemajuan studi mahasiswanya di Mesir. Ibarat film action, kini Atdik seolah kembali beraksi. Bukan sembarang perkara yang disentil, melainkan salah satu sumber utama geliat mayoritas organisasi di Masisir. TEMUS.

    Berbeda dari yang biasanya terjadi, pada tahun ini seleksi bagi calon Temus (Tenaga Energik Mahasiswa Untuk Syareat) Haji menggunakan sistem ujian. Padahal selama bertahun-tahun lamanya, Temus diseleksi berdasarkan undian perkekeluargaan (kecuali WIHDAH). Sehingga ketika keluar kebijkan baru terkait sistem seleksi, ini menjadi bahan sorotan bagi Masisir. Isu ini juga sangat ramai dibicarakan di media sosial seperti facebook; banyak pihak yang kontra dengan system tersebut mengungkapkan kekecewaannya dalam bentuk tulisan yang ditujukan langsung kepada pihak Atdik.

    Jika kita melihat peristiwa yang pernah terjadi, ternyata pernah ada wacana untuk diselenggarakan ujian seleksi Temus Haji oleh pihak Atdik. Pada awalnya ada saling tarik menarik kehendak antara Atdik dan Masisir tentang adanya ujian seleki tersebut. Tetapi pihak Masisir tetap bersikukuh untuk menolak adanya seleksi yang direncanakan oleh Atdik tersebut. Pada akhirnya pihak Atdik tetap mengadakan seleksi ujian lisan, pertanyaan yang diajukan juga berkutat di seputar bagaimana praktik di lapangan. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya seleksi Temus Haji ditiadakan dan diganti dengan pelatihan supaya para Temus Haji bisa lebih siap ketika terjun langsung dan bertugas di tanah suci.

    Tak mau dikambinghitamkan begitu saja, pihak Atdik mengaku tidak semata-semata membuat kebijakan tersebut dengan seenaknya, pihaknya beralasan bahwa adanya seleksi merupakan salah satu aturan dari pihak KJRI (Konsulat Jenderal Republik Indonesia) Jeddah yang harus dilaksankan di setiap KBRI yang mengirim Temus Haji. Sehingga menurut Atdik, sudah otomatis jika ada yang mau berangkat untuk menjadi Haji harus diseleksi terlebih dahulu. Di sini pihak Atdik pun menganggap bahwa posisinya hanyalah sebagai pelaksana dari semua prosedur tersebut. Adapun aturan harus adanya

    seleksi, itu adalah kewenangan dari pihak KJRI Jeddah. Atdik juga beralasan bahwa aturan ini tidak hanya berlaku untuk tahun sekarang saja, tetapi pihak KJRI Jeddah menginstruksikan untuk diadakannya seleksi Temus Haji di setiap tahunnya.

    Memang secara teori, dengan adanya ujian seleksi ini, dapat difilter Temus Haji yang cukup berkompeten untuk berkhidmat di tanah suci. Karena dalam seleksi tersebut yang ditanyakan bukan hanya soal-soal masalah manasik Haji saja, tapi juga masalah bagaimana tekhnis di lapangan, dan hal ini menjadi salah satu poin yang penting bagi calon Temus Haji khususnya. Karena faktanya, praktik kerja kasar di lapangan lebih banyak dilakukan ketimbang membimbing para Jamaah Haji yang tidak mengerti seluk beluk tata cara bagaimana caranya melaksanakan ibadah Haji. Sudah selayaknys para calon Temus Haji mengerti bagaimana permasalahan dan keadaan yang terjadi dilapangan beserta solusinya sebelum mereka berangkat ke tanah suci.

    Sayangnya sistem ujian seleksi yang dilaksanakan pada tahun ini berujung pada tidak adanya pemerataan kuota Temus Haji sebagaimana biasanya. Banyak pihak yang seharusnya dipastikan mendapatkan jatah Temus Haji, terpaksa tahun ini tidak mendapatkan jatahnya. Hal ini tentu saja memiliki dampak negatif terhadap masa depan dinamika organisasi di Masisir. Bayangkan saja, misalnya jika tidak ada yang mau lagi menjadi ketua kekeluargaan gara-gara dia tidak mendapatkan jaminan Temus Haji. Apalagi jika ini terjadi kepada presiden PPMI, bukan tidak mungkin nantinya tidak ada lagi yang mau mencalonkan diri sebagai presiden PPMI, induk dari semua organisasi di Masisir. Begitu juga dengan nasib top leader organisasi yang lain seperti: ketua Kekeluargaan, DPD, dan Wihdah.

    Harus diakui peran dari Presiden PPMI, Wihdah, DPD, dan ketua kekeluargaan sangatlah banyak. Tidak sedikit dari mereka yang menghabiskan waktu dan pikirannya

    hanya untuk mengabdikan diri kepada Masisir. Selain itu, tidak dinafikan lagi bahwa adanya organisasi yang dipimpin masing-masing memiliki peran penting sebagai kelanjutan tangan KBRI. Tetapi berbeda dengan para pejabat, semua pengabdian yang dilakukan para top leader organisasi ini tidak mendapat gaji tetap tiap bulannya. Oleh karenanya, imbalan jatah Temus dianggap tepat sebagai apresiasi atas pengabdian mereka.

    Tapi apa yang kini terjadi? Dengan adanya ujian seleksi yang dilakukan Atdik, tahun ini terdapat 6 ketua kekeluargaan, 2 ketua DPD, dan seorang ketua Wihdah yang tidak mendapatkan jatah Temus Haji. Tentu saja banyak elemen Masisir yang tidak terima.

    Ada pertanyaan besar, jika di Negara penyalur Temus Haji seperti Yordan misalnya -dengan aturan dari KJRI yang tidak berbeda dengan Mesir- dengan jatah Temus Haji hanya 5 orang, mereka mampu

    memberikan kuota khusus bagi top leader tententu. Jika di negara lain bisa, kenapa di Mesir tidak? Padahal Mesir

    dan Yordan sama-sama melaksanakan aturan dari KJRI. Dengan begitu, setidaknya kebijakan KBRI dan HPMI Yordan patut menjadi acuan bagi Mesir untuk mengatur sistem ujian seleksi, terlebih dengan kuota Temus yang jauh lebih banyak.

    Untuk mengatasi permasalahan ini, PPMI mengadakan kenduri Masisir jilid IV pada tanggal 19 Juni silam. Acara yang

    berlangsung sekitar 4 jam lebih itu, sebagai wadah dialog antara pihak Masisir dan Atdik terkait masalah Temus

    Haji. Dari acara ini dibentuklah tim ad hoc, guna mengawasi poin-poin yang telah disepakati antara Atdik dan Masisir. Salah satunya, bahwa Atdik menjanjikan untuk berusaha memberi kuota Temus bagi 9 top leader yang tidak lulus ujian seleksi. Tim ad hoc ini juga akan terus berlanjut untuk memperhatikan pelaksanaan sistem Temus Haji di tahun selanjutnya.

    Sayangnya setelah sempat memanas, pada akhirnya Atdik bersikeras menolak menandatangani hasil akhir dialog yang disepakati. Beliau hanya bersedia menjajikan secara lisan bahwa pihaknya akan mengembalikan mekanisme Temus Haji ke pangkuan Masisir dengan asas kearifan lokal dan keadilan, serta melaksanakan poin-poin kesepakatan lainnya.

    Nah, apakah Atdik mampu memegang janji yang hanya sebatas lisan? Kita tunggu dan saksikan.

    Janji Temus dari Atdik

    ptduabelassukuindonesia.blogspot.com

  • 4

    TROBOSA

    N -

    Ed

    isi R

    egu

    ler

    36

    9

    Juli

    20

    15

    Mengurai Benang Kusut TEMUS Geger. Dunia Masisir kali ini dikagetkan

    oleh rumor yang ternyata bukan sekedar rumor biasa. Sebuah kebijakan yang cukup menggemparkan terjadi, tidak hanya organisasi induk Masisir saja yang merasakan imbasnya. Seluruh bagian afiliatif lainnya; kekeluargaan, almamater sampai dengan rakyat masisir biasa yang tidak tahu menahu akan dunia organisasi turut merasakan, apa lagi jika bukan perihal TEMUS?

    Pasalnya, sepanjang sejarah adanya temus ini selalu berjalan lancar tanpa adanya pro kontra yang begitu berarti. Utamanya terkait sistem dalam penjaringan kuota Temus Haji. Kalaupun ada, persoalan yang selama ini terjadi hanya berkutat pada masalah eksternal dari sistem kebijakan yang berlaku. Namun kali ini kebijakan baru Atdik, terkait ujian seleksi Temus Haji memantik persoalan baru.

    Jika melihat ke belakang tidak ada sejarah nya dalam adat istiadat masisir perekrutan anggota temus melalui ujian seleksi tertulis. Namun amat untuk tahun ini, kebijakan baru yang turun dari KBRI merubah seluruh sistem yang pernah berlaku, dari seluruh sistem tertulis dalam perundang undangan BPA dan MPA sekalipun bahkan berpotensi merusak stabilitas sistem SGS yang selama ini berlaku.

    Pada tahun ini memang banyak sekali kendala yang terjadi pada proses temus, mulai dari keterlambatan SK yang turun sampai berujung pada tidak meratanya kuota anggota temus. Saat kami mewawancarai presiden PPMI terkait kronologi kebijakan baru tersebut, ia mengaku bahwa memang benar SK dari KJRI saat itu tidak kunjung turun. Namun Agus menegaskan bahwa keterlambatan turunnya SK dari Konjen Jeddah mengenai masalah perekrutan Temus haji 2015 ini tidak ada sangkut pautnya dengan KBRI-mesir atau PPMI, karena hal tersebut murni dari kesalahan Konjen Jeddah.

    Hingga tgl 20 Mei berita tentang SK tersebut masih belum terdengar, padahal pada tahun sebelumnya suratnya sudah tiba di bulan April. Begitu pula dari segi prosedural, penyeleksian berkas dll. Akan tetapi PPMI tidak tinggal diam, tetapi langsung berkoordinasi dengan kawan-kawan PPI Timur Tengah yang lainnya. Namun ternyata hasil yang didapatkan tidak beda jauh, karena PPI lainnya juga belum mendapatkan info SK tersebut. Setelah melakukan rapat koordinasi dengan PPI, KBRI dan seterusnya barulah didapatkan informasi bahwa Konjen

    sedang mengurus kuota temus; apakah kuota temus masih bisa dipertahankan atau tidak.

    Adapun beberapa catatan yang perlu disampaikan dan didapatkan oleh PPMI dari pihak konjen Jeddah, pertama bahwasanya temus mahasiswa yang berjalan selama ini tidak prosedural atau sesuai prosedur yang diinginkan oleh Konjen Jeddah. Yang kedua, keterlambatan yang tidak bisa dipungkiri di setiap tahun. Dan yang ketiga adanya gerakan massa . Yang terakhir, adanya transaksi jual-beli yang tidak bisa dihindari dari kawan-kawan Masisir, hal inilah yang memperburuk citra temus. Meskipun demikian PPMI mengaku tidak tinggal diam, namun tetap berusaha untuk mempertahankan kuota temus yang

    menjadi hak masisir pada tiap tahunnya, ini tidak lain karena beberapa permasalahan di atas hanya bersangkutan dengan beberapa oknum saja, dan mampu di atasi.

    Akhirnya, pada tanggal 28 Mei PPMI mendapat informasi bahwa surat sudah sampai di kedubes Maroko. Dari sini, barulah diketahui adanya perubahan mengenai seleksi temus; soal yang biasanya berasal dari KBRI setempat sekarang beralih pada soal asli buatan Konjen Jeddah . Sebelumnya PPMI mengadakan rapat bersama ketua kekeluargaan dalam skala besar. Adapun skala kecilnya; MPA, DPA, ketua Wihdah sudah merumuskan amandemen temus dua bulan sebelumnya. Pada tanggal 30 Mei, bersama ketua kekeluargaan, dibahas masalah prosedural perekrutan temus, dalam kata lain usaha untuk menyatukan persepsi guna mengantisipasi permasalahan tersebut.

    Dalam rapat tersebut, dihasilkan be-berapa poin; yang pertama adalah menolak adanya tes temus. Kedua, jika keadaan memaksa untuk mengadakan tes maka

    mekanisme ujian dikembalikan sepenuhnya pada suara Masisir. Maksud dari mekanisme di sini adalah: nilai terndah dalam tes bisa dimasukkan kembali namanya ke undian kekeluargaan, sehingga jikalau ketua kekeluargaan gagal dalam tes bisa diikutkan kembali namanya ke undian di kekeluargaan. Kami pun sempat mendengar adanya system ranking dan jika sistem ini tetap diadakan maka kami ingin rata-rata dikembalikan ke kuota masing-masing kekeluargaan misalnya rata-trata di A minimal 80 dan dia memiliki kuota 4 orang dan untuk di B rata-rata minimal 50 dan dia memiliki kuota 2 orang jadi semua ditentukan melalui kuota masing-masing kekeluargaan. Ujar Agus.

    Dan yang ketiga, para ketua kekeluargaan atau semua orang yang

    termasuk temus otomatis harus tetap diberangkatkan. Misalnya para temus otomatis bisa mendapatkan nilai tambahan jikalau masih menggunakan sistem ranking.

    Akan tetapi rapat selanjutnya pada tanggal 3 Juni yang di adakan oleh PPMI bersama Atdik dan para ketua kekeluargaan dihadapkan dengan ruang dialog yang sangat sempit. Rapat hanya berlangsung dari jam 4

    sore sampai setengah 7 sore. Dan lagi-lagi dihadapkan dengan satu pilihan: menerima apa yang diinginkan oleh konjen Jeddah. Jelas Presiden PPMI.

    Dalam kumpul tersebut sudah diutarakan pendapat bahwa seleksi perekrutan temus tahun ini tidak adil, karena sebenarnya yang mengatur prosedural seleksi adalah pihak PPMI dan bagian afiliatif lainnya. Perlu adanya pertimbangan berdasarkan kearifan lokal atau budaya setempat yang sudah dibangun dan dipertahankan sejak puluhan tahun. Dalam rapat tersebut juga dibahas mengenai persyaratan yang dibutuhkan KJRI untuk tenaga musiman ini, antara kualitas atau kuantitas.

    Jika saja yang diinginkan adalah kualitas maka pihak PPMI siap mengadakan pelatihan setelah undian seleksi temus. Pada penghujung pembicaraan, pihak KBRI menelpon ke Konjen Jeddah, Saat itu yang mengangkat telpon adalah pak Arsyad namun tidak diberi ruang untuk berargumen dan Atdik pun mengatakan hal tersebut sudah jelas, dan tidak ada yang perlu dipersoalkan

    www.kemlu.go.id

  • TROBOSA

    N

    Edisi R

    eguler 3

    69 Ju

    li 201

    5

    lagi. Ujar Agus. Hingga akhirnya hasil rapat berujung pada satu keputusan, yaitu menerima apa yang diinginkan oleh Atdik sebagai perpanjangan tangan dari Konjen dalam sistem seleksi anggota temus melewati tes.

    Jadi permasalahan ini sudah di sepakati oleh berbagai pihak dalam musyawarah tersebut, bukan semata mata di terima oleh presiden PPMI secara sebelah pihak, walau memang meninggalkan kekecewaan yang teramat berat. Ungkap Agus.

    Sementara menurut M. Hadi Bakri selaku Ketua MPA, kebijakan baru tersebut adalah kebijakan prematur yang labil dan tanpa pertimbangan. Adapun pihak yang bertang-gung jawab atas hal ini menurutnya adalah DPP-PPMI, Kekeluargaan dan Wihdah. Karena ketiga organisasi tersebut meru-pakan lembaga terkait Temus sebagaimana yang tercantum dalam UU Temus.

    Nasib Kekeluargaan yang Tidak Ke-bagian Temus

    Dengan berjalannya sistem temus yang diatur pada tahun ini tentu meninggalkan beberapa kesan tidak baik. Terkhusus bagi ketua Wihdah dan beberapa kekeluargaan yang tidak mendapatkan jatah temus sama sekali. Seperti misalnya kekeluargaan KMNTB dan Fosgama. Dari 4 anggota kekeluargaan KMNTB tidak ada satupun yang lolos dalam tes seleksi tersebut. Hal yang tidak beda jauh dialami oleh kekeluargaan Fosgama, hanya satu anggotanya saja yang lolos mengikuti temus. Berangkat dari fakta tersebut, pihak kekeluargaan Fosgama berencana merundingkan untuk pemberian apresiasi kepada ketua kekeluargaan pasca Idul Fitri.

    Sementara itu Ketua KMNTB yang mengaku tidak ada bentuk apresiasi khusus terkait Temus yang di berikan dari pihak kekeluargaan. Lebih jauh ia pun berpesan kepada Atdik agar tetap membantu semua ketua kekeluargaan untuk bisa mengikuti temus dalam keadaan apapun, ada tes maupun tidak ada .

    Ketidak merataan kuota perkekeluargaan teramat dirasakan pada sistem Temus tahun ini. Belum lagi rasa kecewa yang dirasakan oleh para ketua kekeluargaan. Tentunya, bagi para top leader itu, temus merupakan hak istimewa yang sudah otomatis didapatkan sebagai apresiasi hasil kerja, serta kontribusi mereka dalam mengurusi anggota.

    Ibaratnya, Temus merupakan angin segar bagi para ketua yang bersedia berkhidmat demi kepentingan Masisir. Hal itu sebagaimana yang diungkapkan oleh ketua Wihdah 2014-2015, Choiriah Ikrimah Sofyan saat kami wawancarai. Demikian

    cukup menggambarkan kekecewaan yang teramat besar dirasakan oleh banyak pihak kepada Atdik yang dinilai kurang mampu memahami dan mempertahankan hak istimewa para Temus otomatis.

    Kebocoran Soal Temus

    Ternyata tidak hanya sekedar permasalahan ini saja yang menjadi perhatian Masisir, terdengar rumor lain yang mengatakan bahwa terdapat bocoran soal tes temus yang beredar sebelum ujian di adakan. Namun menurut presiden PPMI hal itu tidak terjadi. Ia mengatakan, Tidak adanya bocoran soal yang beredar, hanya saja ada beberapa peserta ujian yang memiliki soal ujian tahun- tahun kemarin sebagai latihan soal atau kisi-kisi untuk melihat bentuk soal ujian,. Dan soal-soal tersebut memang kebetulan mirip.

    Fakta yang demikian bertolak belakang dengan pengakuan dari ketua kekeluargaan KMNTB bahwa kebocoran soal memang benar-benar terjadi. Bahkan dia mengaku mengetahui oknum yang memegang soal bocoran tersebut, hanya saja nama tersebut dia rahasiakan. Jika benar kebocoran soal itu memang terjadi,tentunya hal ini menjadi kesan yang amat buruk, khususnya moral Masisir.

    Berbicara tentang perubahan sistem Temus kali ini, tentunya akan memberi dampak yang besar dalam dunia ke-organisasian Masisir. Menurut ketua Wihdah 2014-2015 Ikrimah Sofyan, perubahan sistem Temus tahun ini akan memberi dampak besar pada minat dan gairah Masisir untuk berorganisasi; jiwa semangat

    dan

    kinerja dalam

    berorganisasi pasti akan menurun, karena banyak waktu yang terbuang dan dana yang terpakai tidak ada gantinya, dibayarpun tidak. Memang benar fokus Masisir seharusnya dipusatkan pada akademik di bangku kuliah, namun tidak memungkiri organisasi memegang peran penting dalam

    masyarakat. Dikhawatirkan ke depannya, tanpa mengenal dunia ke organisasian, Masisir hanya sibuk memikirkan diri sendiri. Tidak ada semangat memikirkan orang lain. Karenanya, hanya engan berorganisasi saja jiwa toleransi dan sosial itu semakin tumbuh dan terpupuk. Jelasnya panjang lebar.

    Hal yang senada diamini oleh Presiden PPMI Agus susanto, karena dampak yang akan muncul sangat besar pada beberapa aspek, yang pertama Undang-Undang yang selama ini telah dibentuk sama sekali tidak dihargai. Ini berarti Undang-Undang yang dibentuk oleh MPA,DPA,dll sama sekali tidak berguna di tahun ini. Hal terbut menunjukkan stabilitas SGS yang sudah di bangun telah rusak karena kebijakan baru ini. Yang kedua siapa yang akan memangku estafet kepemimpinan kekeluargaan yang akan datang?

    Bukan berarti para top leader tersebut mengincar temus tapi atas dasar latar be-lakang-yang biasanya ketika sebuah or-ganisasi tidak memiliki dana-maka mereka memakai dana pribadi dengan harapan te-mus ini yang akan mengganti uang mereka yang terpakai untuk kepentingan organisasi. Apabila kebijakan ini diteruskan maka asas keadilan di Masisir tidak ditegakkan. Dan ini terbukti dengan adanya kekeluargaan yang banyak mendapatkan jatah dan ada yang tidak mendapatkan sama sekali, yang akhirnya mengakibatkan kecemburuan social. Yang keempat, kebijakan ini mengakibatkan kepincangan dalam struktur PPMI. Atas dasar itulah PPMI menolak adanya ujian seleksi temus.

    Sebagai solusi untuk mengantisipasi kerancuan tersebut PPMI akhirnya menya-makan income atau pendapatan para peserta temus dengan tahun lalu- yang biasanya pendapatan itu diserahkan ke kekeluargaan masing-masing. Pada saat wawancara den-gan Presiden PPMI dilakukan, pihaknya mengaku sudah membentuk tim khusus untuk menangani masalah ini, walaupun tim ini masih belum diberi nama. Setiap orang wajib untuk membayar income sebesar 200 USD kepada tim yang sudah disepakati bersama para ketua kekeluargaan dan para temus otomatis.

    Untuk mengatasi permasalahan ini, PPMI mengadakan Kenduri Masisir jilid IV pada tanggal 19 Juni silam. Setelah terjadi dialog yang cukup alot, beberapa kesepakatan dibentuk. Di antaranya, bahwa Bapak Fahmy Lukman selaku Atdik menjanjikan untuk berusaha memberi kuota Temus bagi 9 top leader yang tidak lulus ujian seleksi. Meskipun telah terjadi kesepakatan, dalam hal ini Atdik tidak mau menandatangani hitam di atas putih atas perjanjian poin-poin kesepakatan itu dengan alasan, Janji adalah hutang.

    play.google.com

    Lanjut ke hal 7 .

  • 6

    TROBOSA

    N -

    Ed

    isi R

    egu

    ler

    36

    9

    Juli

    20

    15

    Akhirnya BPA Amandemen Tiga UU

    Setelah sistem trias politika masuk

    dalam SGS (Student Goverenment System) di

    tubuh PPMI pada tahun 2004 lalu secara

    otomatis pelaksanaan organisasi harus

    sesuai dengan kaidah yang dibawa sistem

    tersebut, termasuk dalam hal pembagian

    kinerja antar lembaga. Dan seperti diketa-

    hui bahwa trias politika menganut pem-

    bagian kekuasaan tertinggi pada tiga lem-

    baga: lembaga legislatif yang diwakili oleh

    BPA (Badan Permusyawaratan Anggota),

    lembaga yudikatif yang dipegang oleh MPA

    (Majlis Permusyawaratan Anggota) dan

    lembaga legislatif yang di-

    jalankan oleh DPP PPMI.

    Peran DPP sudah jelas,

    menjalankan roda kepemer-

    intahan, dengan AD/ART dan

    berbagai macam undang-

    undang sebagai dasar per-

    gerakan organisasi induk

    Mahasiswa Indonesia di Me-

    sir yang berada dibawah

    pengawasan penuh MPA.

    Sedangkan terkait jalannya

    perundang-undangan baru

    sampai pada tahap pembua-

    tan dan pengesahan dimana

    BPA adalah lembaga yang

    paling bertanggungjawab atasnya. Hal ini

    meliputi perancangan, melangsungkan

    sidang permusyawaratan yang membahas

    poin perubahan atau penambahan pada

    tubuh undang-undang dengan perwakilan

    dari seluruh elemen Masisir, hingga proses

    pengesahan oleh MPA.

    Berangkat dari hal ini serta landasan

    undang-undang pada Bab III pasal 19 Ang-

    garan Rumah Tangga PPMI tentang hak dan

    kewajiban BPA PPMI. Kemudian pasal

    22,23, dan 24 Anggaran Rumah Tangga

    PPMI tentang persidangan BPA PPMI, maka

    BPA PPMI pada awal Juli lalu melangsung-

    kan sidang pleno untuk membahas aman-

    demen yang harus diberlakukan terhadap

    sebagian undang-undang Kemudian sidang

    ini mereka beri nama SP IV BPA PPMI Ta-

    hun 2015 (SIDANG PLENO IV Badan Per-

    musyawaratan Anggota Persatuan Pelajar

    dan Mahasiswa Indonesia di Mesir).

    Dengan didasari oleh pentingnya pema-

    haman Masisir secara luas terhadap apa

    yang terjadi pada tubuh undang-undang

    organisasi induk, maka tim Terobosan

    merasa perlu untuk menghadirkan ke-

    sepakatan-kesepakatan dari balik ruang

    Sidang Pleno IV. Karena dengan pemaha-

    man yang baik dan menyeluruh terhadap

    undang-undang, sebuah masyarakat bisa

    ikut memantau dan mengontrol laju pe-

    merintahan organisasi yang mengaturnya

    dengan baik pula. Sehingga jika di ke-

    mudian hari terjadi polemik dalam suatu

    hal, tidak akan dihadapi dengan hanya

    mengira-ngira permasalahan tersebut atau

    bahkan prasangka yang kerap membuat

    keruh suasana, namun berlandas jelas

    pada undang-undang yang sudah diberla-

    kukan dan dipahami bersama.

    Dalam Sidang Pleno IV yang dilaksana-

    kan dua hari pada 6 dan 8 Juli 2015 terse-

    but, ada tiga undang-undang yang dibahas

    pasal-pasal dan butir-butirnya hingga dite-

    mukkan kata mufakat untuk merubah,

    mengurangi atau menambahkan. Ketiga

    undang-undang tersebut adalah, undang-

    undang PPMI Mesir tentang Pemilihan

    Umum Raya PPMI Mesir, undang-undang

    Peraturan dan Perampingan Organisasi

    PPMI Mesir serta undang-undang tentang

    Pengurusan dan Pendaftaran Calon Maha-

    siswa Baru.

    UU PPMI tentang PEMILU Raya PPMI

    Undang-undang PPMI tentang PEMILU

    Raya ini terakhir diamandemen pada tahun

    2012 ketika BPA berada di bawah pimpi-

    nan Hilmy Mubarok. Namun saat ini pe-

    rubahan dianggap perlu, maka rancangan

    undang-undang dibentuk oleh panitia

    khusus dari BPA yang yang diwakili oleh

    Pangeran Arsyad.

    8 dari 13 bab yang ada pada undang-

    undang tentang Pemilu Raya diusulkan

    pansus untuk diamandemen, yaitu pada

    bab 1,2,4,5,6,7,8,9 dan 10. Namun yang

    disahkan lewat sidang tersebut hanya 4 bab

    saja, meliputi bab 1 tentang ketentuan

    umum, bab 4 tentang penyelenggara

    pemilu raya, bab 7 ten-

    tang pemungutan suara,

    penghitungan suara dan

    penetapan hasil pemilu

    raya, serta bab 9 tentang

    tim sukses.

    Perubahan paling men-

    dasar dari bab-bab terse-

    but terjadi pada pasal 12

    mengenai ketentuan

    umum Penyelenggara

    Pemilu Raya (PPR),

    bahwa Anggota PPR

    berasal dari setiap keke-

    luargaan yang telah ber-

    domisili di Mesir selama

    satu tahun ajaran, dari sebelumnya dican-

    tumkan minimal domisili adalah dua tahun.

    Kemudian, penambahan ayat terjadi pada

    pasal 17 tentang screening. Disebutkan

    pada ayat 4 bahwa screening dilaksanakan

    maksimal 2 kali. Pasal ini tidak tercantum

    pada undang-undang sebelumnya.

    Selain itu, perubahan mendasar juga

    terjadi pada undang-undang terkait mekan-

    isme pemilihan umum. Sebelum peruba-

    han, pemilihan dilaksanakan dengan pen-

    contrengan, kemudian diubah dengan pen-

    coblosan. Hal ini diatur oleh pasal 23 ayat 8

    tentang Pemungutan Suara. Sisanya, pe-

    rubahan terjadi seputar redaksi atau pen-

    ertiban letak ayat dengan pasal.

    UU Peraturan Organisasi PPMI

    Sama dengan udang-undang tentang

    Pemilu Raya, undang-undang terkait Pera-

    turan Organisasi PPMI ini juga terakhir

    diamandemen pada tahun 2012 silam. Ti-

    dak banyak perubahan terkait undang-

    www.Facebook.photo.bpappmi

  • TROBOSA

    N

    Edisi R

    eguler 3

    69 Ju

    li 201

    5

    undang Peraturan Organisasi yang memiliki

    12 bab dengan 22 pasal ini, selain penamba-

    han pasal perampingan organisasi yang

    dirancang Pansus pada RUU.

    Panitia Khusus perancangan undang-

    undang yang diwakili oleh Maryam Nazar

    Haris, sebagai wakil ketua I Badan Permusy-

    awaratan Anggota ini, menambahkan ayat

    pada pasal 2 yang mengatur perampingan

    organisasi di sekitar PPMI dengan tamba-

    han ayat: Pencabutan Hak Anggota.

    Dalam pasal tersebut, ayat tentang pen-

    cabutan hak anggota memiliki 4 butir pera-

    turan yang berbunyi: Pencabutan hak ang-

    gota: a. Jika tidak tidak lulus uji kelayakan

    organisasi oleh BPA PPMI Mesir, b. Ditetap-

    kan ketetapan BPA PPMI Mesir melalui

    Sidang Pleno dan merekomendasikan pada

    MPA PPMI Mesir, c. Dalam hal sebagaimana

    disebut pada poin (a) dan (b) maka pen-

    cabutan hak anggota organisasi ditetapkan

    oleh MPA melalui sidang MPA PPMI Mesir,

    d. Organisasi tersebut berhak mendaftarkan

    diri kembali sewaktu-waktu.

    Diungkapkan Maryam sebagai pansus

    bahwa penambahan pasal ini bertujuan

    agar peraturan organisasi yang ada di Ma-

    sisir lebih tertib dan tidak menjamur begitu

    saja. Sehingga untuk mendapatkan status

    organisasi yang diakui, bakal calon or-

    ganisasi terkait harus melewati proses uji

    kelayakan. Uji kelayakan ini merupakan

    sesuatu yang belum membudaya di tubuh

    PPMI, karenanya kami berharap dengan

    undang-undang seperti uji kelayakan akan

    menjadi standar yang harus dilaksanakan.

    Dan semoga BPA selanjutnya melanjutkan

    apa yang telah kami rancang dan bersama-

    sama telah kita sahkan, ujar Maryam pada

    Sidang Pleno IV.

    Pada tahun ini, BPA memang telah me-

    laksanakan uji kelayakan pada organisasi-

    organisasi yang ada di sekitar Masisir. Ha-

    silnya cukup mengejutkan, hanya 7 keke-

    luargaan, 2 almamater dan 1 DPD yang din-

    yatakan layak menjadi sebuah organisasi.

    Sisanya dinilai belum memenuhi syarat

    atau belum layak, sedangkan sebagian lain-

    nya tidak memenuhi permintaan BPA untuk

    diuji kelayakannya, seperti yang terjadi

    pada lembaga fakultatif atau senat-senat

    fakultas di mana tak ada satu pun senat

    yang memenuhinya.

    Karenanya di akhir sidang, BPA men-

    yarankan MPA untuk tidak langsung

    mengesahkan undang-undang terkait

    perampingan oraganisasi, melainkan

    menunggu beberapa organisasi yang belum

    memenuhi standar dan atau tidak me-

    menuhi panggilan uji kelayakan tersebut

    agar menjalankan kewajibannya. Hal ini

    disarankan demi mencegah adanya perma-

    salahan pada sekian banyak organisasi yang

    barangkali sudah dinilai besar di Masisir.

    UU PPMI tentang Pengurusan dan

    Pendaftaran Calon Mahasiswa Baru

    Undang-undang terkait pengurusan dan

    pendaftaran Camaba termasuk undang-

    undang yang sudah sangat lama tidak men-

    galami amandemen. Sudah sangat lama

    undang-undang ini tidak diamandemen,

    sampai lupa kapan terakhir diamandemen,

    ujar Abdullah Sofyan, wakil ketua 3 BPA

    PPMI Mesir.

    Dan atas dasar landasan tersebut, di-

    tambah dengan rekomendasi BPA de-

    misioner pada Sidang Pleno IV 2014, aman-

    demen UU tentang mahasiswa baru ini

    dirasa sangat perlu untuk dilaksanakan.

    Apalagi, belakangan permasalahan terkait

    mahasiswa baru kerap bermunculan.

    Pada UU tentang pengurusan dan pen-

    daftaran Camaba ini ada 4 bab yang pasal-

    pasalnya mengalami perubahan. Baik

    berupa penghapusan seperti pada pasal 4

    tentang sistem tawkil juga pada 15 ayat di

    pasal 10 tentang kewajiban mediator, atau-

    pun penambahan ayat dan perubahan re-

    daksi.

    Namun hampir semua yang berubah di

    pasal-pasal tersebut berdasar pada peruba-

    han yang terjadi pada pasal 5 tentang Sis-

    tem Sentralisasi. Di mana sebelumnya din-

    yatakan bahwa pengurusan pendaftaran

    Maba dan segala hal terkait dilaksanakan

    oleh KPP Maba yang dibentuk oleh IAAI

    atas rekomendasi PPMI dan KBRI Kairo.

    Kemudian diubah, bahwa KPP Maba saat ini

    dibentuk oleh PPMI atas rekomendasi KPP

    Maba demisioner dan atas sepengatahuan

    IAAI dan pihak KBRI.

    Dengan begitu, pasal, ayat dan butir

    yang berubah pada setiap bab dari UU

    tersebut berubah mengikuti ketentuan

    umum yang berlaku. Maka dengan adanya

    undang-undang yang berlaku, Masisir se-

    laku masyarakat yang dinaungi oleh PPMI

    selayaknya mengontrol laju organisasi in-

    duk dengan merujuk pada ketetapan yang

    sudah disepakati bersama.

    Terakhir, barangkali sangat perlu untuk

    BPA agar mensosialisasikan hasil amande-

    men ini sebagaimana seharusnya. Agar apa

    yang telah dikorbankan berupa waktu atau-

    pun materi untuk sidang pleno pembahasan

    amandemen ini tidak sia-sia, dalam arti

    perubahan yang terjadi tidak berhenti pe-

    mahamannya pada peserta sidang dan pi-

    hak tertentu saja, akan tetapi sampai pada

    segenap lapisan masisir.

    [] (Iis, Ikmal, Anam, Irfan)

    Sayangnya, ketika dimintai keterangan lebih lanjut, Atdik menolak untuk di-wawancarai Trobosan secara lisan. Beliau berjanji untuk melakukan wawancara via e-mail, namun hingga deadline berita ini, janji beliau ucapkan itu tak kunjung ditunaikan.

    Melalui acara Kenduri Masisir itu diben-tuk pula tim ad hoc, guna mengawasi poin-poin yang telah disepakati antara Atdik dan Masisir. Akan tetapi ketika Tim ini mengadakan audiensi dengan Bapak Dubes,

    Nurfaizi Suwandi -guna meminta tanggapan atas hasil kesepakatan Kenduri Masisir-, yang bersangkutan mendadak berhalangan karena terdapat rapat mendesak. Akhirnya Tim Ad Hoc, Presiden PPMI dan Trobosan-selaku media- dipanggil untuk menemui Atdik. Dalam pertemuan itu Atdik mengatakan bahwa pihaknya akan berusaha menyampaikan dan mengupayakan poin-poin kesepakatan itu, namun tidak dapat menjanjikan apa yang menjadi permintaan tersebut dapat

    terlaksana sepenuhnya.

    Ada perbedaan antara janji dengan janji untuk berusaha memang. Masihkah kita bisa percayakan urusan Temus ini pada Atdik? Masih bisakah elemen yang bertanggung jawab atas UU Temus mem-pertahankan harapan Masisir? Waktu yang akan menjawabnya.

    [] (Furna, Nenden, Nuansa, Abiyyu, Chudlori)

    Lanjutan dari halaman 5 .

  • 8

    TROBOSA

    N -

    Ed

    isi R

    egu

    ler

    36

    9

    Juli

    20

    15

    Rumah Tahfidz Mesir (RTM)

    mengadakan acara wisuda dauroh tahfidz

    Ramadan dan buka puasa bersama pada

    Selasa (14/7). Acara yang bertempat di

    kawasan Darosah ini

    merupakan penutupan dari

    program kegiatan Rumah

    Tahfidz selama Ramadan.

    Sekitar dua puluh anggota

    Rumah Tahfidz berhak untuk

    wisuda dan mendapat

    sertifikat penghargaan

    sebagai peserta dalam

    program ini.

    Acara ini berlangsung

    selama empat jam dimulai

    dengan membaca surat yasin

    bersama-sama, pencerahan dan motivasi

    langsung dari ustaz pembimbing Rumah

    Tahfidz, kemudian ditutup dengan wisuda

    dan penyerahan penghargaan serta buka

    puasa bersama.

    Meraih berkah Ramadan dengan

    alquran. Tema ini menjadi pemacu bagi

    seluruh penghafal alquran agar selalu

    bersemangat dalam menghafal dan mema-

    hami alquran. Sebagaimana dikatakan oleh

    ustadz Wildan Jafri Lc., bahwa berkah itu

    sedikit tapi mencukupi bukan banyak tapi

    tidak mencukupi, dan sebaik-baiknya

    manusia adalah yang belajar dan menga-

    malkan alquran. Dengan harapan untuk

    terus selalu melahirkan generasi-generasi

    qurani. [] (nenden)

    Wisuda Dauroh Tahfidz Ramadan

    Doc: photo Rumah Tahfidz

  • TROBOSA

    N

    Edisi R

    eguler 3

    69 Ju

    li 201

    5

    Di bawah matahari ini kita bertanya: Ada yang menangis, ada yang menderita

    Ada yang habis, ada yang mengikis Dan maksud baik kita berada di pihak

    yang mana?

    (Sajak Pertemuan Mahasiswa, 1977- WS Rendra)

    Berbicara Temus haji di tengah Masisir

    tentu bukan hanya berbicara tentang materi an-sich, walau dalam prakteknya sering men-jadi alasan utama mengapa beragam konflik sering terjadi akibat tidak tepatnya kebija-kan terkait Temus ini. Bagaimanapun, ke-sempatan melaksanakan ibadah haji yang dibumbui harapan duniawi, bagi saya pribadi sangat manusiawi. Namun fakta ini tidak sebatas masalah individual semata. Lebih dari itu, Temus Masisir meliputi hajat orang banyak, serta kebutuhan untuk terus melanggengkan sistem ketentraman dan nilai budaya yang telah lama mengakar di tanah Masisir dengan sejumlah masalahnya yang terus berkembang.

    Sampai di sini, terlebih dulu kita harus

    sepakat bahwa perdamaian dan kerukunan adalah pondasi awal berdirinya komunitas yang beradab sehingga tercipta peradaban yang indah. Itulah kenapa kita harus mencip-takan aturan main yang sehat demi ketera-turan dalam menjaga stabilitas nilai yang kita cintai, seperti ketentraman, budaya, perdamaian, kerukunan dan yang paling penting adalah kebersamaan.

    Beberapa minggu yang lalu kita dihadap-

    kan pada polemik terkait Temus, setelah beberapa tahun ke belakang polemik semisal ini tidak menjadi trending topic di kalangan Masisir. Tahun ini sepertinya suka tidak suka kita harus bersitegang kembali antar kita, bahkan saling sinis dan mencurigai. Sesuatu yang selalu kita coba hindari bukan? Dalam tulisan ini, secara umum saya sedang tidak ingin mengulas apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Saya hanya ingin memberi-kan sebuah pandangan lain terkait Temus di tengah Masisir.

    Temus: Antara Poros Ideal, Dilema

    Masa Lalu dan Keadilan Awalnya saya kerap bertanya: Mengapa

    komunitas kedaerahan yang memegang po-ros pergerakan Masisir? Bukankah sebagai komunitas intelektual akan lebih menarik jika pembangunan dialektika dalam kampus besar ini sebaiknya- berporos pada komu-nitas-komunitas keilmuan murni seperti Forum Senat dan Afiliatif, misalnya. Pertan-yaan saya ini berdasar pada kenyataan bahwa Student Government System (SGS) kita memberikan porsi yang besar bagi komuni-tas kedaerahan untuk menerima aliran dana

    segar setiap tahunnya dari kegiatan Temus ini dan jaminan ketuanya masing-masing mendapat kesempatan melaksanakan ibadah haji.

    Hal ini menjadikan komunitas kedaera-

    han lebih marak aktifitas ketimbang yang lain. Ini juga -secara otomatis- mendorong komunitas kedaerahan menjadi basis per-saingan politik mahasiswa pada akhirnya. Baik di wilayah internal maupun di ekster-nalnya, semisal kompetisi pemilihan Presi-den PPMI atau Wihdah. Hasilnya, -dalam logika saya- ini seperti menaburkan ego ke-sukuan di santapan politik mahasiswa. Men-cicipinya kita akan merasa ngeri-ngeri se-dap.

    Meski mungkin agak subjektif, saya harus

    katakan komposisi ini kurang lezat jika dit-erapkan di komunitas kemahasiswaan. Asas dan prinsip yang dibangun oleh komunitas kedaerahan kurang memiliki daya gedor (bukan tidak punya) untuk membuka pintu-pintu intelektual antara insan akademik yang lebih bergairah. Sebab hal semacam ini akan menjerat kita pada jaring laba-laba kesukuan ketimbang persaingan yang bersifat intelek-tual. Memaksa kita untuk tidak lagi berbhi-neka dalam arti yang luas. Kita akan lebih sering bertatap muka dengan komunitas daerah kita; dialog, main bola, jalan-jalan, dll. Kecendrungan ini akan menjadikan civitas dari suku A merasa canggung (bukan tidak mau) untuk berkumpul dan berdialog den-gan civitas dari suku B, dan seterusnya. Ironisnya, keterjeratan kita dalam ego sek-tarian ini bukan di negeri kita, tapi di negeri orang lain. Alih-alih membangun kedekatan dengan masyarakat dan civitas akademik Mesir, kita malah sibuk membuat jarak baru dengan bangsa kita sendiri. Memang tidak semuanya civitas merasakan ini, tapi jelas rasa itu ada di tengah kita.

    Menim(b)ang Ulang Temus di Mata

    Kita Di sejumlah negara khususnya Timur

    Tengah, komunitas kedaerahan bukan satu-satunya poros yang mengendalikan Temus. Ini menjadi bukti bahwa tanpa itu komunitas mahasiswa indonesia tidak lantas menjadi hancur atau lesu. Sebab Temus bukan satu-satunya jalan untuk mendanai kegiatan ko-munitas mereka. Saya kira hal serupa juga berlaku di Masisir. Terlalu berlebihan saya kira jika kita begitu bergantung pada Temus, di mana tanpanya kita seakan mati.

    Satu-satunya alasan yang paling logis -

    menurut saya- mengapa lalu komunitas ke-daerahan di Masisir yang mendapat jatah Temus adalah nilai keadilan -dalam sudut pandang yang luas-. Para pendahulu kita sudah mengajarkan bagaimana menciptakan

    keharmonisan sesama Indonesia. Temus harus kita tim(b)ang seadil mungkin dalam hal pembagiannya. Sehingga Temus tetap sebagai salah satu- alat bantu saja untuk tetap menjaga kebersamaan dan kelangsun-gannya. Memang tidak mudah menciptakan hal yang ideal seperti ini di tengah komuni-tas mahasiswa dan kedaerahan yang kadang sarat dengan kepentingan-kepentingan yang tersirat. Namun segalanya masih bisa kita perjuangkan, kita selesaikan secara damai. Agar konflik soal Temus ini tidak memecah belah persaudaraan kita. Dan kita juga tak perlu memaksakan sesuatu yang akhirnya menjadi pertengkaran, bukan?

    Masisir Sebagai Subjek dan Bukan

    Objek Kebijakan Manusia tidak memiliki kodrat, tapi se-

    jarah, tutur Jose Ortega Y Gasset filsuf Span-yol itu. Pun dengan Masisir. Apa yang kita jalani sekarang merupakan warisan dari apa yang telah dirangkum oleh para pendahulu kita. Kita belum mampu mencipta sesuatu yang lebih ideal dari sistem ini, tetapi tentu kita punya sejarah yang bisa kita rujuk ter-kait latar belakang semua aturan main ini. Agar semua ini lebih beralasan.

    Hukum dan aturan manusia dirangkum

    untuk tujuan kemaslahatan. Sementara kita bukan objek kemaslahatan semata, kita adalah subjek. Kita lebih mengetahui apa yang maslahat untuk komunitas kita. Tidak ada korupsi, kolusi dan nepotisme selama hal ini menjadi kesepakatan kita bersama. Toh, tidak ada yang dirugikan. Fikih saja sebagai turunan hukum syariat bisa dikompromikan, apalagi hanya aturan manusia yang sering tidak tepat sudut pandang dan sasarannya. Seperti apa yang kawan-kawan mahasiswa lontarkan saat acara Kenduri Masisir be-berapa minggu lalu, bahwa Masisir punya kearifan lokal. Nilai kearifan yang terbangun jauh hari sebelum saya, anda dan para pe-mangku kebijakan datang ke negeri ini.

    Masalah Temus hanya soal bagaimana

    kita menghargai dan memberikan apresiasi kepada orang-orang yang kita anggap ber-jasa dalam menjaga dan membangun tradisi baik ini. Dengan aturan main dan trans-paransi yang cukup tentu itu bukan sebuah kejahatan di mata hukum. Jangalah lalu masyarakat atau mahasiswa ditakut-takuti dengan kekhawatiran pribadi (baca: Atdik Kairo) dalam menafsirkan sebuah aturan yang hakikatnya punya celah untuk ditaf-sirkan lebih santun dengan tetap menjaga kearifan yang ada, sebab menakut-nakuti itu bukan level mahasiswa. Wallahu Alam.

    *Penulis adalah Ketua III PCINU Mesir.

    Temus Dalam Sejumlah Pertanyaan Oleh: Mabda Dzikara*

  • 10

    TROBOSA

    N -

    Ed

    isi R

    egu

    ler

    36

    9

    Juli

    20

    15

    Adikku, tempo hari, seperti yang kau

    tahu, Senat Fakultas Bahasa Arab menggelar

    hajatan tahunannya: Sidang Permusy-

    awaratan Anggota. Seperti yang kau rasakan,

    acara ini tidaklah seseram nama yang ia san-

    dang, iaseperti biasajustru lebih

    mirip seperti acara silaturahim ta-

    hunan, di mana keluarga maha-

    siswa Fakultas Bahasa Arab lintas

    angkatan berinteraksi dengan penuh

    keakraban.

    Belum ada ceritanya SPA senat kita

    diwarnai jegal menjegal antar kandidat

    calon ketua, atau munculnya kubu oposisi

    yang berambisi untuk menghabisi LPJ pen-

    gurus tahun itu, atau upaya agar kepenguru-

    san senat didominasi oleh suatu unsur ter-

    tentu, sambil meminggirkan unsur yang

    lain. Tidak, sama sekali tidak ada.

    Meski tiap tahun selalu saja muncul ma-

    salah yang sama: siapa yang bakal jadi ketua?

    Iya, di saat kursi kepemimpinan organisasi-

    organisasi lain diperebutkan dengan

    sedemikian rupa, kursi senat justru jarang

    ada yang menginginkan. Kami para senior

    berupaya sedemikian rupa membujuk agar

    para calon suksesor mau meneruskan estafet

    kepengurusan, sambil meyakinkan bahwa

    visi senat itu sangat jelas dan sangat seder-

    hana, terangkum dalam dua kata saja: keil-

    muan dan persaudaraan.

    Cukup ciptakan atmosfer keilmuan yang

    kondusif serta suasana persaudaraan yang

    hangat antar anggota, tidak lebih. Bentuklah

    kelompok belajar per-tingkat, adakan kajian-

    kajian seputar bahasa dan sejarah, dan se-

    sekali jadwalkan jalan-jalan bareng menyu-

    suri situs-situs sejarah, toko-toko buku, dan

    spot-spot menarik di Kairo. Itu saja.

    Tidak perlulah kita capek-capek memben-

    tuk klub bola, klub voli, atau klub basket

    hanya demi sekedar eksistensi belaka. Karena

    kita mahasiswa al-Azhar, bukan atlet Sea

    Games.

    Tidak perlu juga mendirikan grup band

    atau orkes dangdut, karena tujuan dari ke-

    beradaan kita di Mesir adalah menjadi in-

    telektual-intelektual dalam keilmuan Islam,

    bukan menjadi penerus Ahmad Dhani.

    Adikku, aku belum lupa, saat itu kau per-

    nah bilang, coba ya, kak, kalau ketua senat

    itu dapat Temus.. pasti anak-anak pada se-

    mangat buat terjun di senat, ujarmu dengan

    lugu waktu itu. Iya, aku bisa memaklumi jalan

    pikiranmu, Dik. Tapi realita tidaklah yang

    seperti yang kau bayangkan.

    Semua keakraban dan kehangatan yang

    dirasakan oleh aku, kau, serta siapa saja

    yang berkecimpung di senat,

    boleh jadi akan musnah

    seketika apabila sean-

    dainya (meski mustahil)

    senat benar-benar men-

    dapatkan jatah Temus.

    Karena kalau kau tinggal

    sedikit lebih lama di komunitas

    Masisir ini, kau akan pa-

    ham bahwa jatah Temus

    memiliki dua dimensi:

    dimensi ibadah, dan

    dimensi materi. Tentu tidak ada masalah

    pada dimensi pertama, namun seperti yang

    selalu terulang dalam sejarah peradaban

    umat manusia: persoalan materi sering men-

    jadi pemicu perpecahan di antara saudara,

    bahkan saudara kandung sekalipun.

    Adikku, kalau sampai senat mendapatkan

    jatah Temus, sesuatu yang buruk bisa terjadi:

    kita akan memperebutkan kursi ketua seperti

    fakir miskin berebut sembako. Keaktifan kita

    di senat tidak lagi didasarkan atas rasa per-

    saudaraan dan rasa senasib sepenanggungan,

    melainkan atas dasar raihan poin-poin yang

    absurd itu. Atau yang lebih buruk lagi: bila

    Senat mendapat Temus, kita nanti akan mem-

    perebutkan anggota, bersitegang bahkan

    sampai memutus tali persaudaraan dengan

    siapapun yang kita pandang berpotensi men-

    gancam jatah Temus senat kita.

    Kau mau kita seperti itu?

    Lalu, bila suatu saat aturan Temus

    dirubah oleh Depag, atau Atdik, atau siapalah

    itu, kita akan gelagapan. Kita merasa hak kita

    dirampas, kita merasa bahwa kita harus ber-

    juang sekuat tenaga, dengan berbagai jalan,

    pokoknya bagaimana pun caranya aturan

    Temus ini harus menguntungkan kita. Titik.

    Kau pasti berpikir bahwa aku membenci

    Temus, atau orang-orang, atau kelompok

    yang begitu semangat memperjuangkannya.

    Kukatakan padamu: tidak. Aku tidak menyim-

    pan kebencian pada siapapun. Namun,

    seperti tamtsil dalam Kitab Suci: qad alima

    kullu unasin masyrabahum! Setiap dari kita

    tahu tempat di mana ia minum! Percayalah

    padaku, bahwa persoalan ini bukanlah

    masyrab kita.

    Bisa saja, suatu saat nanti (entah kapan)

    persoalan Temus tidak lagi membuat kita

    terpecah-pecah. Namun itu butuh perubahan,

    dan perubahan itu butuh keikhlasan. Karena

    begini: bila Temus adalah hak bagi tiap maha-

    siswa, secara logis harusnya ia terbuka untuk

    semua. Adakan saja seleksi terbuka bagi sia-

    papun yang sudah melengkapi persyaratan,

    siapa yang layak, dia yang berangkat, beres.

    Adapun soal pemasukan organisasi, itu

    bisa diatur, dibicarakan dengan kepala din-

    gin, buatlah sebuah sistem supaya jatah

    masing-masing organisasi tidak berkurang.

    Namun, andai apabila semua cara telah

    ditempuh, tapi kata mufakat tak kunjung

    dicapai, maka di situ perlu adanya pengorba-

    nan. Salah satu harus mengalah, ber-tanazul

    seperti tanazulnya Sayyidina Hasan terhadap

    Sayyidina Muawiyah dulu, demi persauda-

    raan Umat Islam.

    Dalam praktiknya, tentu skenario di atas

    tidak akan terealisasi semudah aku mengetik-

    kan kata-kata ini dengan keyboard-ku. Oleh

    karena itu, dari awal sudah kubilang bahwa

    itu bukan masyrab kita. Biarlah kawan-kawan

    kita yang merasa bahwa itu masyrab mereka

    berdinamika dan berdialektika, sambil kita

    doakan semoga dinamika dan dialektika yang

    mereka idam-idamkan tidak menjurus pada

    pertikaian yang tidak penting.

    Sedangkan kita? kita cukup lanjutkan saja

    apa yang sudah berjalan: diskusi kita, belajar

    kita, buku-buku yang akan kita kaji semester

    ini, serta acara jalan-jalan seru yang sudah

    disiapkan oleh para pengurus. Hum wa

    syanuhum.

    Adikku, karena persaudaraan kita terlalu

    mahal untuk ditukar dengan itu semua, maka

    biarlah kita seperti ini saja: tetap akrab dan

    hangat, tanpa permusuhan, tanpa perebutan.

    Adikku, jangan biarkan materi

    memisahkan kita.

    *Penulis adalah Ketua Senat FBA pe-

    riode 2012-2013

    Antara Aku, Kau, dan Temus Oleh: Romal Mujaddiedi Ahda*

    www.google.com

  • TROBOSA

    N

    Edisi R

    eguler 3

    69 Ju

    li 201

    5

    Ramadan Bulan Penuh Berkah Oleh: Syaeful Anam*

    Bulan yang paling dinanti oleh Ummat

    Manusia

    Bulan yang paling mulia

    Bulan ibadah dan sekaligus bulan pe-

    nuh berkah

    Bulan yang penuh rahmat, ampunan dan maghfirah

    Ramadan.

    Ialah muara bening nan suci

    Bagaikan telaga tanpa keruh sedikit-

    pun

    Jangan penuhi dengan noda-noda tak

    berarti

    Godaan dan nafsu silih berganti

    Namun kekuatan iman lah dapat mem-

    basmi

    Sucikan hati bersihkan pikiran

    Bukan hanya menahan lapar haus dan

    dahaga

    Tapi menghindari dari maksiat dan dosa

    Memperbanyak dzikir, tadarrus dan

    do'a

    Karena segala amal kebaikan selalu dili-pat gandakan

    Ramadan bulan puasa

    Limpahan pahala yang Maha Dasyat di-

    dalamnya

    Puasa pelindung dari api neraka

    Karena Puasa adalah perisai

    Wanginya mengharumi bumi

    Lebih wangi dari misik maupun kasturi

    Jadilah pengembara dalam meraih

    Surga Allah

    Gesitkan langkah-langkah dalam naun-

    gan-Nya

    Jangan sampai sia-sia tanpa mendapat

    ampunan-Nya

    Sehingga kegemilanganlah tercapai

    didepan mata

    Tetap teguh atas Rahmat Allah Yang

    Maha Kuasa

    Kairo, 29 Juni 2015

    15.00 Clt

    *Penulis adalah Kru Trobosan

    ww

    w.g

    oo

    gle

    .com

  • Email/YM: [email protected]

    FB: Tranferindo Mesir