Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH POTONGAN HARGA DAN BONUS PACK
TERHADAP PEMBELIAN TIDAK TERENCANA
(Studi Kasus di Alfamart Kabupaten Madiun)
SKRIPSI
Oleh:
NUROH ROHMATIN
NIM : 210716125
Pembimbing:
MANSUR AZIS, Lc., M.S.I.
NIDN: 2024068601
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2020
Abstrak
Rohmatin, Nuroh. PENGARUH POTONGAN HARGA DAN BONUS PACK
TERHADAP PEMBELIAN TIDAK TERENCANA (Studi kasus di Alfamart
Kabupaten Madiun).
Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Program Studi Ekonomi Syariah
Kata Kunci: Potongan Harga, Bonus Pack, Pembelian Tidak Terencana
Pembelian tidak terencana adalah tindakan membeli yang sebelumnya tidak
diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbagan, atau niat membeli yang
terbentuk sebelum memasuki toko. Promosi potongan harga dan bonus pack
memberikan daya tarik atau manfaat lebih, sehingga memungkinkan bagi konsumen
untuk membeli barang-barang lain selain yang direncanakan. Namun dalam hal ini
konsumen membeli item sesuai rencana belanja artinya tidak membeli item produk
tambahan diluar perencanaan sebelumnya, hal tersebut menunjukkan bahwa
konsumen Alfamart Kabupaten Madiun tidak melakukan pembelian secara tidak
terencana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis: (1) pengaruh
potongan harga terhadap pembelian tidak terencana, (2) pengaruh bonus pack
terhadap pembelian tidak terencana, (3) potongan harga dan bonus pack berpengaruh
bersama-sama terhadap pembelian tidak terencana.
Jenis penelitian yang dilakukan penulis merupakan merupakan penelitian
lapangan dengan metode kuantitatif. Sedangkan, dalam pengumpulan datanya penulis
menggunakan kuesioner. sampel yang digunakan sebanyak 96 orang. Teknik analisis
yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa uji analisis memberikan
hasil sebagai berikut: (1) potongan harga (X1) secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap pembelian tidak terencana, (2) bonus pack (X2) secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap pembelian tidak terencana, (3) potongan harga (X1), dan bonus
pack (X2) secara simultan (bersama-sama) berpengaruh signifikan terhadap
pembelian tidak terencana Indonesia.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia bisnis di Indonesia saat ini berjalan dengan pesat
yang menciptakan suatu persaingan yang semakin ketat, tak terkecuali
perkembangan usaha Ritel di Indonesia. Kotler mendefinisikan usaha eceran
(retailing) meliputi semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau
jasa secara langsung ke konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan
bisnis.1 Menurut ketentuan Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007 secara
umum usaha ritel dapat dikategorikan menjadi dua yaitu ritel tradisional dan
ritel modern. Ritel tradisional merupakan usaha skala kecil, modal kecil dan
dengan proses jual beli dagangan melalui tawar menawar berupa toko, kios,
los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil maupun menengah,
sedangkan ritel modern adalah usaha dengan sistem pelayanan mandiri,
menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket,
Supermarket, Departement Store, Hypermarket ataupun grosir yang
berbentuk perkulakan.2
Penjualan usaha ritel tidak hanya berorentasi pada produk-produk saja
namun sekarang berorientasi pada kenyaman, hiburan, kemudahan,
bertransaksi dan sebagainya sehingga keberadaan pasar tradisional tergeser
oleh munculnya pasar modern. Menurut survei penjualan eceran oleh Bank
Indonesia penjualan eceran tetap tumbuh positif meskipun melambat pada
1 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Edisi Ketiga Belas (Jakarta: Penerbit Erlangga,
2008), 140. 2 Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007
2
November 2019. Indeks Penjualan Riil (IPR) November 2019 tercatat sebesar
216,6 (Grafik 1), atau tumbuh 1,3% (yoy), melambat dari 3,6% pada Oktober
2019 (Grafik 2). Tetap tumbuh positifnya penjualan eceran ditopang pleh
penjualan pada kelompok Suku Cadang, Aksesoris, kelompok Perlengkapan
Rumah Tangga lainnya, dan kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau,
yang masing-masing masih tumbuh sebesar 17,0% (yoy), 5,5% (yoy), dan
4,6% (yoy).3
Hal tersebut tidak lain adanya pengaruh usaha ritel modern yang
berkembang di Indonesia tak terkecuali PT. Alfa Mitramart Utama
3 Survey Penjualan Eceran November 2019 oleh Bank Indonesia, (diakses pada tanggal
31 Januari 2020, jam 9,50).
3
(Alfamart). Alfamart merupakan salah satu usaha ritel modern berupa
minimarket yang tersebar diberbagai kota hingga kabupaten di Indonesia tak
terkecuali di Kabupaten Madiun. Alfamart menyediakan kebutuhan dan
perlengkapan setiap hari, dengan tagline Belanja Puas, Harga Pas dan Belanja
Hemat, ya di Alfamart memberikan harga yang terjangkau, kebutuhan dasar
harian berkualitas tinggi dengan layanan yang ramah, suasana belanja yang
bersih dan nyaman yang mudah diakses.4
Perkembangan usaha ritel modern tidak luput dari peran usaha ritel
modern Alfamart untuk meningkatkan penjualan eceran di Indonesia buktinya
pada tahun 2017 Alfamart meraih Indonesia Most Powerful Compaines
Awards kategori Retail Trade kehadiran Alfamart sebagai perusahaan terbuka
dinilai memberikan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia (EVA) dan
tetap mampu bertumbuh pada kondisi Indonesia saat ini.5
Semakin meningkatnya jumlah usaha ritel di Indonesia sebagai tempat
belanja kebutuhan pribadi, maka konsumen kini mempunyai daya tawar yang
lebih tinggi, konsumen memilih usaha ritel yang dianggap memberikan
penawaran dan manfaat yang lebih dalam memenuhi kebutuhan pribadi tetapi
konsumen sekarang sudah beralih untuk memenuhi keinginan maupun gaya
hidup, konsumen membeli barang untuk memuaskan emosionalnya. Perilaku
memuaskan emosionalnya tersebut mengubah perilaku konsumen yaitu
4 Nur Fajriani R, “ Sejarah Alfamart di Indonesia, serta Beberapa Lokasinya di
Makassar,” dalam http://makasar.tribunnews.com, ( diakses pada tanggal 10 Januari 2020, jam
19.30). 5“Alfamart meraih Indonesia Most Powerful Companies Award Kategori Retail Trade,”
dalam http://alfamartku.com (diakses pada tanggal 15 Januari 2020, jam 16.30).
4
perilaku yang berbelanja secara terencana menjadi tidak berencana (impulse
buying). Menurut CNN Indoneisa 2015, Riset yang dilakukan Mastercard
riset ini mengungkap separuh generasi millennial di Indonesia (50%)
pelanggan paling impulsif, dimana setidaknya setengah pembelian barang
dilakukan secara spontan.6
Menurut Mowen & Minor pengertian impulse buying adalah tindakan
membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu
pertimbagan, atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko.7
yang mana semula hanya berpikir untuk belanja sesuai kebutuhan dan yang
telah direncanakan, namun karena ketersediaan toko yang lengkap dan
suasana toko yang nyaman untuk melihat-lihat barang serta sempitnya waktu
bagi konsumen mencari informasi untuk barang kebutuhannya membuat
konsumen lebih memilih merek yang memberikan daya tarik atau manfaat
lebih bagi dirinya pada saat itu, sehingga memungkinkan bagi konsumen
untuk membeli barang-barang lain selain yang direncanakan. Perubahan
konsumen membeli barang-barang lain selain yang direncanakan merupakan
sesuatu yang menarik bagi produsen maupun pengecer, karena hal tersebut
merupakan pangsa pasar terbesar dalam pasar modern. Maka perusahaan ritel
dituntut untuk mempertahankan keunggulan bersaing dengan para pesaing
melalui cara promosi. Strategi promosi penjualan menjadi strategi perusahaan
dalam mempengaruhi konsumen. dua strategi yang gencar dilakukan
6 Hani Nur Fajrina, “Generasi Millenial RI paling Impulsif,” dalam
www.cnnindonesia.com , (diakses pada tanggal 20 Januari 2020, jam 07.40). 7 John C. Mowen dan Michel Minor, Perilaku Konsumen Jilid 2, (Jakarta: PT Penerbit
Erlangga, 2002), 10.
5
minimarket Alfamart yaitu memberikan potongan harga (diskon) dan bonus
pack kepada konsumen khususnya pada promosi diskon JSM (Jum’at, Sabtu,
Minggu).
Menurut Kotler potongan harga merupakan pengurangan harga beli
pembeli yang membayar tagihannya tepat waktu.8 Diskon dirasa efektif
dalam strategi promosi karena secara logis dengan adanya diskon konsumen
berfikir akan memperoleh belanjaan yang lebih banyak dengan jumlah uang
yang sedikit, hal ini lah yang tanpa di sadari konsumen melakukan pembelian
secara impulse. Sedangkan Terrence A. Shimp mendefinisikan bonus pack
adalah tambahan produk dari perusahaan untuk diberikan kepada konsumen
dengan harga yang sama, dimana strategi ini juga sering di terapkan
perusahaan dalam meningkatkan pembelian konsumen ataupun menambah
pelanggan baru. Biasanya dalam penerapan strategi ini perusahaan
memberikan note kecil di produk berupa “buy 1 get 1” atau “buy 2 get 1”
sehingga secara tidak langsung konsumen akan tertarik untuk melakukan
pembelian secara impulse.9
Hasil wawancara yang dilakukan dengan karyawan Alfamart
Miftahudin adanya strategi promosi berupa pemberian diskon dan bonus pack
yang diberikan oleh minimarket Alfamart berguna untuk memberikan timbal
balik yang baik bagi perusahaan, konsumen akan berbondong-bondong untuk
melakukan pembelian.10 Tetapi dalam menerapkan strategi promosi diskon
8 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Edisi Ketiga Belas, 93. 9 Terrence A, Shimp, Periklanan: Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu
Jilid 1, (Jakarta:Erlangga,2003), 455 10 Miftahudin, Wawancara, 13 Juni 2019
6
dan bonus pack tersebut masih sering muncul keluhan dari pelanggan ketika
sudah memanfaatkan promosi tersebut, salah satu pelanggan yang bernama
Afita Retna Endrawati mengeluhkan tentang penempelan promosi potongan
harga yang sudah berakhir tetapi masih dipasang, sehingga konsumen merasa
kecewa karena diyakini masih ada promo tapi saat dikasir waktu promo sudah
berakhir, yang menyebabkan pelanggan tidak jadi melakukan pembelian tidak
terencana.11
Sebagai data pendukung, peneliti melakukan survei pra penelitian
melalui wawancara kepada 15 konsumen untuk melihat karakteristik perilaku
pembelian konsumen di Alfamart Kabupaten Madiun. Dari hasil survei
terhadap 15 konsumen yang melakukan kegiatan belanja di Alfamart
Kabupaten Madiun tersebut didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1.1 Survei Hasil Pra penelitian
Perilaku pembelian konsumen Pelanggan
Saya merencanakan pembelian
sebelum berbelanja tetapi
membeli produk tambahan diluar
perencanaan
6 orang
Saya merencanakan pembelian
sebelum berbelanja tetapi tidak
membeli produk tambahan diluar
perencanaan
9 orang
Hasil survei pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap 15
konsumen Alfamart Kabupaten Madiun, menunjukkan bahwa konsumen yang
11 Afita Retna Endarawati, Wawancara, 16 Juni 2019
7
merencanakan pembelian sebelum berbelanja tetapi membeli produk
tambahan diluar perencanaan yaitu sebanyak 6 konsumen, dan merencanakan
pembelian sebelum berbelanja tetapi tidak membeli produk tambahan diluar
perencanaan yaitu sebanyak 9 konsumen. Lebih banyaknya konsumen yang
membeli item sesuai rencana belanja yang artinya tidak membeli item produk
tambahan diluar perencanaan sebelumnya, hal tersebut menunjukkan bahwa
konsumen Alfamart Kabupaten Madiun tidak melakukan pembelian secara
impulsif.12
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Potongan Harga dan
Bonus Pack terhadap Pembelian tidak terencana)” (Studi kasus di
Alfamart Kabupaten Madiun).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang diatas maka perumusan masalah
penelitian ini adalah:
1. Apakah potongan harga berpengaruh terhadap pembelian tidak terencana
di Alfamart Kabupaten Madiun?
2. Apakah bonus pack berpengaruh terhadap pembelian tidak terencana di
Alfamart Kabupaten Madiun?
12 Hasil Pra Penelitian, Nuroh Rohmatin, di Alfamart Kabupaten Madiun, Tanggal 10
Maret 2020.
8
3. Apakah potongan harga, dan bonus pack berpengaruh secara bersama-
sama terhadap pembelian tidak terencana di Alfamart Kabupaten
Madiun?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh potongan harga terhadap pembelian tidak
terencana di Alfamart Kabupaten Madiun.
2. Mengetahui pengaruh bonus pack terhadap pembelian tidak terencana di
Alfamart Kabupaten Madiun.
3. Mengetahui pengaruh potongan harga, dan bonus pack berpengaruh
secara bersama-sama terhadap pembelian tidak terencana di Alfamart
Kabupaten Madiun.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi, sumbangan yang
berniali ilmiah bagi perkembangan ilmu ekonomi syariah. Serta
penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada
9
mahasiswa, khusunya mahasiswa ekonomi syariah mengenai potongan
harga dan bonus pack terhadap pembelian tidak terencana.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang masalah
potongan harga, bonus pack, dan pembelian tidak terencana.
b. Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan perusahaan terkait dapat
mengetahui bagaimana pengaruh potongan harga dan bonus pack
terhadap pembelian tidak terencana, dan dengan hasil penelitian ini
diharapkan perusahaan dapat menggunakan sebagai bahan masukan
dan saran bagi pihak perusahaan Alfamart dalam meningkatkan
promosi bentuk potongan harga dan bonus pack yang dapat
berorientasi kepada kepuasaan konsumen.
c. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan, referensi mengenai potongan harga dan bonus pack
terhadap pembelian tidak terencana.
E. Sistematika Pembahasan
Bab I merupakan bab pendahuluan. Pada bab I ini membahas
tentang bagaimana latar belakang yang menjadi alasan dibuatnya
penelitian ini. perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
10
dan sistematika pembahasan yang diuraikan mengenai ringkasan materi
yang akan dibahas pada setiap bab yang ada dalam penelitian.
Bab II yaitu landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka berfikir,
dan hipotesis. Pada bagian ini memberikan gambaran mengenai landasan
teori yang digunakan dalam penelitian ini, identifikasi penelitian
sebelumnya, kerangka berfikir berisi telaah kritis untuk menghasilkan
hipotesis, serta hipotesis yang berisi tentang dugaan sementara yang
diajukan.
Bab III adalah metode penelitian. Bab ini yang menjelaskan
prosedur penelitian yang dilakukan penulis untuk menjawab permasalahan
yang dirumuskan serta menguji hipotesis. Dalam bab ini berisi tentang
jenis penelitian, variabel penelitian, penentuan populasi dan sampel, jenis
dan sumber data, teknik pengumpulan data, serta metode analisis data.
Bab IV berisikan hasil dan pembahasan. Bab ini menjelaskan
tentang hasil pengujian instrumen (validitas dan reliabilitas), hasil
pengujian deskripsi, hasil pengujian hipotesis, dan pembahasan.
Bab V penutup merupakan bab terakhir yang Berisi tentang
kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
11
BAB II
TEORI, PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA BERFIKIR
DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Pembelian Tidak Terencana
a. Pengertian Pembelian Tidak Terencana
Menurut Mowen & Minor definisi pembelian impulsif (impulse
buying) adalah tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara
sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan, atau niat membeli yang
berbentuk sebelum memasuki toko.13 Pembelian impulsif adalah suatu
desakan hati yang tiba-tiba dengan penuh kekuatan, bertahan, dan tidak
direncanakan untuk membeli sesuatu secara langsung, tanpa banyak
memperhatikan akibatnya.14
Menurut Rook yang dikutip Dian Sukma pengertian pembelian
impulsif diartikan sebagai pembeliaan ketika konsumen merasakan
dorongan keinginan secara tiba-tiba, terkadang sangat kuat dan keras
untuk membeli sesuatu secara cepat.15 Menurut Beatty and Ferrel yang
dikutip oleh Fatchur Rohman Impulse Buying didefinisikan sebagai
13 John C. Mowen dan Michel Minor, Perilaku Konsumen Jilid 2, (Jakarta: PT Penerbit
Erlangga, 2002), 10. 14 Ibid., 11. 15 Dian Sukma, Imam Suyadi, dan Dahlan Fanani, Pengaruh Fashion Involment dan Positive
Emotion Terhadap Impulse Buying (Survey pada Warga Kelurahan Tulusrejo Kecamatan Lowokwaru
Kota Malang), Jurnal Administras Bisnis Vol. 31 No 1 Februari 2016. 45
12
pembeliaan yang tiba-tiba dan segera tanpa ada minat pembelian
sebelumnya.16
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelian tidak terencana adalah perilaku konsumen dalam membeli
dimana konsumen melakukan tindakan membeli tanpa ada perencanaan
sebelumnya, terjadi secara tiba-tiba tanpa memperhatikan akibatnya.
b. Aspek Pembeliaan Tidak Terencana
Verplanken dan Herabadi mengatakan bahwa terdapat dua aspek
penting dalam pembelian impulsif (impulse buying), yaitu:
1) Kognitif (Cognitive)
Aspek ini fokus pada konflik yang terjadi pada kognitif individu
yang meliputi:
a) Kegiatan pembelian yang dilakukan tanpa pertimbangan harga
suatu produk.
b) Kegiatan pembelian tanpa mempertimbangkan kegunaan suatu
produk.
c) Individu tidak melakukan perbandingan produk.
2) Emosional (Affective)
Aspek ini fokus pada kondisi emosional konsumen yang
meliputi:
16 Fatchur Rohman, Peran Faktor Situasional dan Perilaku Pembelian Impulsif , (Malang:
UB Press, 2012), 12.
13
a) Adanya dorongan perasaan untuk segera melakukan pembelian
b) Adanya perasaan kecewa yang muncul setelah melakukan
pembelian.
c) Adanya proses pembelian yang dilakukan tanpa perencanaan.17
c. Tipe-Tipe Pembelian Tidak Terencana
Pembelian tidak terencana memiliki tipe-tipe sebagai berikut:
1) Pure Impulse Buying
Yaitu perilaku belanja impulsive murni yang tidak membuat
perencanaan sebelum keputusan pembelian diambil, dan ini
diasumsikan sebagai perilaku belanja menyimpang dari perilaku
belanja normatif.
2) Reminder Impulse Buying
Yaitu perilaku belanja yang dipacu oleh faktor pengingat
seperti misalnya calon konsumen teringat bahwa cadangan di rumah
sudah menipis pada waktu kebetulan konsumen melihat tawaran
produk-produk tersebut di toko.
3) Suggestion Impulse Buying
Yaitu perilaku belanja terpacu oleh adanya program promosi
di dalam toko atau konsumen menemukan visualisasi promosi
menarik di toko walau pun belum terlalu mengenal produk yang
17 Verplanken, B. and Herabadi, A., Individual differences in impulse buying tendency:
Feeling and no thinking. European Journal of personality,15 (S1) , 2001. pp.S71-S83.
14
dipromosikan tersebut, namun terpengaruh membeli karena usulan
program promosi tersebut..
4) Planned Impulse Buying
Yaitu perilaku belanja bahwa keputusan pembelian
berdasarkan perencanaan walaupun aksi pembelian itu sendiri tidak
sesuai dengan rencana, sebab konsumen dipacu oleh kampanye
promosi atau suatu penawaran khusus, sebagai contoh program
potongan harga, fitur produk baru dari produk sejenis atau produk-
produk subsitusi.18
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelian Tidak Terencana
Menurut Solomon yang dikutip oleh Ermy Wijaya point/faktor
penting dalam menarik rangsangan pembelian tidak terencana terdiri
dari:
1) Product samples (contoh produk), contoh produk disini dapat
dijelaskan bahwa segala yang berkaitan dengan produk yang
ditawarkan dengan konsumen baik itu keadaan/kondisi produk,
jenis produk, bentuk dan gaya produk yang terbaru.
2) Elaborate package displays (kemasan/tampilan produk), Bagian
terluar yang membungkus suatu produk dengan tujuan untuk
18 Soeseno Bong, phd, “Pengaruh In-Store Stimuli Terhadap Impulse Buying Behavior
Konsumen Hypermarket di Jakarta,” Ultima Management Vol. 3 No. 1, 2011. 38.
15
melindungi produk dari cuaca, debu, guncangan, dan benturan
terhadap benda lain.
3) Place based media (Lokasi/tempat media/toko), tempat atau wadah
dimana usaha melakukan aktivitas oprasional dalam kegiatan jual
beli produk yang menjadi tempat menampungnya semua produk
yang dijual.
4) In store promotional material (Materi promosi dalam toko). Suatu
upaya yang dilakukan untuk menyiapkan beberapa materi promosi
yang berupa strategi agar konsumen dapat tertarik untuk berbelanja.
Seperti memberikan diskon, membuat kemasan berhadiah, dan
memberikan penjelasan tentang sebuah produk.19
e. Indikator Pembelian Tidak Terencana
Berdasarkan penelitian Rook dalam Engel yang dikutip oleh Defi
Mulianingsih, Indikator pembelian berdasarkan Impuls, yaitu :
1) Spontanitas, di mana pembelian ini tidak diharapkan dan memotivasi
konsumen untuk membeli sekarang, sering sebagai respon terhadap
stimulasi visual di tempat penjualan.
2) Kekuatan, kompulsi, dan intensitas, yaitu muncul motivasi
mengesampingkan hal lain dan bertindak dengan seketika.
19 Ermy Wijaya dan Yeni Oktariana, “Faktor‐Faktor Yang Mempengaruhi Impulse Buying
Pada Hodshop” (Bengkulu: Fakultas Ekonomi Universitas Dehasen Bengkulu, t.th.), 15.
16
3) Kegairahan dan stimulasi, yaitu desakan mendadak untuk sering
membeli disertai dengan emosi.
4) Ketidakpedulian akan akibat, desakan untuk membeli dapat menjadi
sulit untuk ditolak sehingga memungkinkan akibat yang negatif akan
diabaikan.20
f. Hubungan Pembelian Tidak Terencana Terhadap Potongan Harga
Dan Bonus Pack
Konsumen memiliki berbagai tingkah laku yang berbeda dan sering
berubah dalam memutuskan pembelian dimana semula pembelian sesuai
rencana beralih pembelian tidak terencana. Menurut Mowen & Minor
definisi pembelian impulsif (impulse buying) adalah tindakan membeli
yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu
pertimbangan, atau niat membeli yang berbentuk sebelum memasuki
toko.21
Menurut salamon faktor penting dalam menarik rangsangan
pembelian tidak terencana salah satunya In store promotional material
(Materi promosi dalam toko). Suatu upaya yang dilakukan untuk
menyiapkan beberapa materi promosi yang berupa strategi agar
konsumen dapat tertarik untuk berbelanja. Seperti promosi pemberian
20Defi Mulianingsih dan Achmad Fauzi DH “Pengaruh Motivasi Belanja Hedonis Terhadap
Kecenderungan Pembelian Impulsif di Online Shop (Survei Online pada Konsumen Zalora Indonesia
di Kota Surabaya), Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 66 No. 1 Januari 2019, 59. 21 John C. Mowen dan Michel Minor, Perilaku Konsumen Jilid 2, 10.
17
potongan harga dan bonus pack. 22 Diskon adalah potongan harga yang
sering digunakan perusahaan untuk meningkatkan jumlah penjualan dan
hasil penerimaan penjualan serta share pasar perusahaan dengan
memberikan potongan harga kepada pembeli yang membeli dalam
jumlah besar atau kepada pembeli yang membayar dengan tunai.23 Dan
Menurut Boyd Harper W bonus dalam kemasan adalah upaya untuk
menarik pembelian dengan menawarkan produk atau jasa gratis dengan
harga yang sudah dikurangi untuk mendorong pembelian produk lain.
Dari definisi di atas dapat dinyatakan bahwa potongan harga
diciptakan untuk meningkatkan penjualan suatu produk dan mendorong
konsumen melakukan pembelian secara tiba-tiba. Dari definisi di atas
juga dapat dinyatakan bahwa bonus pack merupakan salah satu strategi
dalam promosi penjualan berbasis kuantitas yang menawarkan produk
atau jasa dengan gratis yang bertujuan untuk bertujuan untuk
meningkatkan impulse buying konsumen.
2. Potongan Harga
a. Pengertian Potongan Harga
Menurut Mahmud Machfoedz price discount adalah potongan harga
yang menarik, sehingga harga sesungguhnya lebih rendah dari harga
22 Ermy Wijaya dan Yeni Oktariana, “Faktor‐Faktor Yang Mempengaruhi Impulse Buying
Pada Hodshop”, 15. 23 Sofjan Assauri, Strategic Marketing Sustaining Lifetime Customer Value, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2012), 232.
18
umum.24 Menurut kotler diskon adalah pengurangan harga langsung
terhadap suatu pembelian dalam periode tertentu.25 Menurut Fandy
Tjiptono diskon merupakan “potongan harga yang diberikan oleh
penjual kepada pembeli sebagai penghargaan atas aktivitas tertentu dari
pembeli yang menyenangkan bagi penjual.”26
Menurut Gitosudarmo diskon adalah harga yang lebih rendah dari
harga seharusnya dibayarkan didasarkan pada beberapa hal diantarannya
waktu pembayaran yang lebih awal, tingkat serta jumlah pembelian dan
pembelian pada musim tertentu.27Diskon adalah potongan harga yang
sering digunakan perusahaan untuk meningkatkan jumlah penjualan dan
hasil penerimaan penjualan serta share pasar perusahaan dengan
memberikan potongan harga kepada pembeli yang membeli dalam
jumlah besar atau kepada pembeli yang membayar dengan tunai.28
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
potongan harga adalah pengurangan harga yang lebih rendah dari harga
seharusnya yang diberikan oleh penjual kepada pembeli terhadap suatu
24 Mahmud Machfoedz, Pengantar Ekonomi Modern, (Yogyakarta: Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN, 2005), 141. 25 Philip Kotler dan Gary Armstrong, Prinsip-prinsip pemasaran, Jilid 1 Edisi 12. Alih
Bahasa : Bob Sabran, (Jakarta: Erlangga, 2008), 9. 26 Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran. (Yogyakarta: Edisi II. Andi, 2007). 166. 27 Indriyo Gitosudarmo, Manajemen Pemasaran, Edisi Pertama (Yogyakarta: BPFE, 2000),
233. 28 Sofjan Assauri, Strategic Marketing Sustaining Lifetime Customer Value, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2012), 232.
19
pembelian tertentu, potongan harga digunakan perusahaan untuk
meningkatkan jumlah penjualan.
b. Jenis - Jenis Potongan Harga
Menurut Philip Kotler jenis-jenis potongan harga sebagai berikut:
1) Diskon tunai, adalah pengurangan harga untuk pembeli yang segera
membayar tagihannya atau membayar tagihan tepat pada waktunya.
Contoh yang umum adalah “ 2/10, net 30” yang berarti bahwa
pembayaran akan jatuh tempo dalam 30 hari, tetapi pembeli dapat
mengurangi 2% jika membayar tagihan dalam10 hari.
2) Diskon kuantitas, merupakan pengurangan harga bagi mereka yang
membeli dalam volume besar. Contohnya adalah, Rp.1.000.000,-
per unit untuk kurang dari 100 unit : Rp.900.000,- per unit untuk
100 unit atau lebih”. Diskon kuantitas harus ditawarkan sama untuk
semua pelanggan dan tidak melebihi penghematan biaya yang
diperoleh penjual karena menjual dalam jumlah besar. Penghematan
ini meliputi pengurangan biaya penjualan, persediaan dan
pengangkutan, diskon ini dapat diberikan atas dasar tidak kumulatif
(berdasarkan tiap pesanan yang dilakukan) atau atas dasar kumulatif
(berdasarkan jumlah unit yang dipesan untuk satu periode). Diskon
20
memberikan insentif bagi pelanggan untuk membeli lebih banyak
dari seorang penjual dan tidak membeli dari banyak sumber.29
3) Diskon Fungsional, diskon fungsional juga disebut diskon
perdagangan (trade discount) ditawarkan oleh produsen pada para
anggota saluran perdagangan jika mereka melakukan fungsi-fungsi
tertentu, seperti menjual, menyimpan dan melakukan pencatatan.
Produsen boleh memberikan diskon fungsional yang berbeda bagi
saluran perdagangan yang berbeda karena fungsi-fungsi mereka
yang berbeda, tetapi produsen harus memberi diskon dalam tiap
saluran perdagangan.
4) Diskon musiman (seasonal discount), diskon musiman merupakan
pengurangan harga untuk pembeli yang membeli barang atau jasa di
luar musimnya. Diskon musiman memungkinkan penjual
mempertahankan produksi yang lebih stabil selama setahun.
5) Potongan (allowance), potongan merupakan pengurangan dari
daftar harga, misalnya: potongan tukar tambah (trade-in allowance)
dan potongan promosi (propotional allowance). Potongan tukar
tambah adalah pengurangan harga yang diberikan untuk
menyerahkan barang lama ketika membeli yang baru. Potongan
tukar tambah paling umum terjadi dalam industri mobil dan juga
29 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Edisi Ketiga Belas, Indonesia (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2008), 93.
21
terdapat pada jenis barang tahan lama lain. Potongan promosi
merupakan pengurangan pembayaran atau harga untuk memberi
imbalan pada penyalur karena berperan serta dalam pengiklanan
dan program pendukung penjualan.30
c. Tujuan Potongan Harga
Tujuan diadakannya price discount menurut Nitisemito yang
dikutip oleh Arif Isnaini adalah:
1) Mendorong pembeli untuk membeli dalam jumlah yang besar
sehingga volume penjualan diharapkan akan bisa naik. pemberian
potongan harga akan berdampak terhadap konsumen, terutama
dalam pola pembelian konsumen yang akhirnya juga berdampak
terhadap volume penjualan yang diperoleh perusahaan.
2) Pembelian dapat dipusatkan perhatiannya pada penjual tersebut,
sehingga hal ini dapat menambah atau mempertahankan langganan
penjual yang bersangkutan.
3) Merupakan sales service.31
d. Manfaat Potongan Harga
Keuntungan yang diperoleh produsen dapat diukur melalui banyak-
sedikitnya produk yang terjual. Agar produk tersebut terjual banyak
dimasyarakat, maka diperlukan suatu pemasaran yang tepat. Salah satu
30 Ibid.,93. 31 Arif Isnaini, Model dan Strategi Pemasaran (Makassar: Ntp Press, 2005), 90.
22
strategi pemasaran yang digunakan dalam proses promosi penjualan
adalah potongan harga. Adapaun manfaat potongan harga adalah:
1) Mendorong konsumen melakukan pembeliaan secara coba-coba.
2) Mendorong konsumen melakukan pembelian silang.
3) Meningkatkan penjualan suatu produk yang mengalami penurunan.
4) Kerja sama dengan produsen lain.
5) Memperoleh konsumen sebanyak-banyaknya.
6) Memaksimalkan kuntungan jangka pendek.32
e. Indikator Potongan Harga
Indikator dari potongan harga adalah:
1) Mendorong pembelian dalam jumlah yang besar.
2) Mempertahankan/menambah langganan penjual yang bersangkutan.
3) Dapat menarik transaksi pembelian.33
3. Bonus Pack
a. Pengertian Bonus Pack
Menurut Belch & Belch bonus pack menawarkan konsumen sebuah
muatan ekstra dari sebuah produk dengan harga normal.34 Terrence A.
Shimp mendefinisikan bonus pack adalah tambahan produk dari
32 Fiki Puspitasari, Apakah Diskon itu? (Yogyakarta:KTSP, 2008), 45. 33 Risqika Yunafiroh, “Pengaruh Potongan Harga, Promosi Penjualan dan Display terhadap
Peningkatan Impulse Buying Konsumen di Toko Waralaba Indomaret Raya Pattimura Baru
Tulungagung (prespektif ekonomi Islam),” Skripsi, (Tulungagung: Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung, 2019), 72 34 George E. Belch & Michael A. Belch. Advertising and Promotion : an integrated
marketing communications perspective, (New York, NY : McGraw-Hill Education,2018), 560.
23
perusahaan untuk diberikan kepada konsumen dengan harga yang
sama.35
Menurut Mishra & Mishra bonus pack merupakan strategi promosi
penjualan berbasis kuantitas dimana pelanggan ditawarkan produk
dengan kuantitas lebih dengan harga yang sama. Menurut Boyd Harper
W bonus dalam kemasan adalah upaya untuk menarik pembelian dengan
menawarkan produk atau jasa gratis dengan harga yang sudah dikurangi
untuk mendorong pembelian produk lain. Bonus dalam kemasan salah
satu dari sekian banyak teknik yang digunakan dalam promosi
penjualan. Bonus dalam kemasan adalah sebuah kemasan spesial yang
menawarkan kepada konsumen sebuah ekstra produk tambahan dengan
biaya tambahan. 36
Menurut Kotler definisi bonus pack atau bonus dalam kemasan
adalah reduce price pack is a single package sold a reduce price artinya
bonus dalam kemasan dijual pada pengurangan harga.37 Dari beberapa
pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bonus pack adalah
merupakan salah satu strategi dalam promosi penjualan yang
menawarkan ekstra produk tambahan dengan harga yang sudah
dikurangi untuk mendorong pembelian produk lain.
35 Terrence A, Shimp, Periklanan: Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu, 455. 36 Boyd Harper W, Manajemen Pemasaran Suatu Pendekatan Stategis Dengan Orientasi
Global, (Jakarta: Erlangga, 2000), 221. 37 Della Ruslimah Sari dan Ikhwan Faisal “Pengaruh Price Discount, Bonus pack, dan In-
Store Display Terhadap Keputusan Impulse Buying Pada Giant Ekstra Banjar”, Jurnal Sains
Manajemen dan Kewirausahaan, No.1, Vol. 2 Maret 2018, 53
24
b. Manfaat Bonus Pack
Belch dan Belch menyebutkan manfaat dari penggunaan strategi
bonus pack ini, yaitu:
1) Memberikan pemasar cara langsung untuk menyediakan nilai
ekstra.
2) Merupakan strategi bertahan yang efektif terhadap kemunculan
promosi produk baru dari pesaing.
3) Menghasilkan pesanan penjualan yang lebih besar.38
c. Indikator Bonus Pack
Belch dan Belch menyebutkan indikator dari bonus pack ini, yaitu:
1) Memberikan penawaran dengan manfaat ekstra.
2) Strategi bertahan terhadap promosi produk baru dari pesaing.
3) Menghasilkan pesanan penjualan yang lebih besar.39
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu berfungsi sebagai acuan dan pendukung untuk
melakukan penelitian. Penelitian terdahulu berasal dari jurnal dan skripsi dengan
melihat hasil penelitian dan akan dibandingkan dengan penelitiaan selanjutnya.
Berikut ini persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat
ini dapat dilihat pada tabel 2.1:
38 George E. Belch & Michael A. Belch. Advertising and Promotion : an integrated
marketing communications perspective, (New York, NY : McGraw-Hill Education,2018), 560. 39 Ibid.
25
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
Penelitian
(Tahun) Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
1. Praditya
Iriawan
(2019)
Pengaruh
lingkungan toko
dan potongan
harga terhadap
pembelian tidak
terencana pada
yogya departemen
store kosambi
Penelitian
tentang
potongan
harga dan
pembelian
tidak
terencana
Variabel X
lingkungan
toko diganti
variabel
Bonus pack.
Ruang
lingkup
penelitian
dilakukan
pada
pelanggan
di Alfamart
kabupaten
Madiun
Hasil penelitian
menunjukan secara
deskriptif bahwa
lingkungan toko,
potongan harga dan
pembelian tidak
terencana berada
pada kategori cukup
baik, untuk hasil
penelitian secara
verifikatif bahwa
lingkungan toko dan
potongan harga
secara simultan
memiliki pengaruh
signifikan terhadap
pembelian tidak
terencana
2. Della
Ruslimah
Sari dan
Ikhwan
Faisal
(2018)
Pengaruh price
discount, bonus
pack, dan in-store
display terhadap
keputusan
impulse buying
Menggunak
an variabel
price diskon
dan bonus
pack
Menghilang
kan
Variabel X
in-store
display dan
ruang
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa variabel
diskon harga,
kemasan bonus, dan
tampilan rak toko
26
pada giant ekstra
banjar
lingkupnya
pelanggan
di Alfamart
kabupaten
Madiun
berpengaruh secara
simultan. Kemasan
bonus dan tampilan
rak toko
berpengaruh
terhadap Pembelian
tidak terencana.
Sedangkan, price
discount tidak
berpengaruh
terhadap impulse
buying di Giant
Ekstra Kabupaten
Banjar
3. Devid
Ulva Sari
(2017)
Pengaruh price
discount, sales
promotion, dan
in-store Display
terhadap
keputusan
impulse buying
pada PT Matahari
departement store
tbk panakkukang
Makassar
Variabel
price
discount
dan impulse
buying
Variabel
sales
promotion
dan in-store
Display
diganti
dengan
variabel
Bonus pack
Ruang
lingkup
penelitian
dilakukan
pada
Hasil penelitian
yang dilakukan
pada PT Matahari
Departement Store
Panakukang
Makassar price
discount (potongan
harga), sales
promotion (promosi
penjualan), dan in-
store display
(pajangan dalam
toko) berpengaruh
positif dan
27
pelanggan
Alfamart di
kabupaten
Madiun
signifikan terhadap
keputusan impulse
buying (pembeli
tidak terencana)
4. Fajar Nur
Rochman
(2016)
Pengaruh price
discount, bonus
pack, dan in-store
display terhadap
impulse buying
(Studi pada Giant
Supermarket
Yogyakarta)
Penelitian
price
discount,
bonus pack
dan impulse
buying
Menghilang
kan
Variabel X
in-store
display
Ruang
lingkupnya
pelanggan
di Alfamart
kabupaten
Madiun
Hasil penelitian ini
menunjukkan
bahwa
Price discount ,
Bonus pack , dan In-
store display dapat
memberikan
pengaruh positif dan
signifikan terhadap
impulse buying.
5. Eka
Adiputra
(2015)
Perilaku
pembelian tidak
terencana
(impulse buying)
di pusat
perbenjaan
modern di
Surabaya
Penelitian
tentang
pembelian
tidak
terencana
Menggunak
an analisis
regresi
berganda
Ruang
lingkup
penelindatia
n dilakukan
pada
pelanggan
di Alfamart
kabupaten
Hasil penelitian ini
menunjukkan
bahwa keterlibatan
konsumen
berpengaruh
signifikan terhadap
emosi positif
konsumen dan
impulse buying,
emosi positif
berpengaruh
signifikan terhadap
28
Madiun impulse buying.
Ketersediaan dana
berpengaruh
signifikan terhadap
emosi positif namun
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
impulse buying.
Dari penelitian terdahulu diatas, dapat ditarik kesimpula bahwa perbedaan
penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah:
1. Variabel independen dalam penelitian ada dua, yaitu potongan harga dan
bonus pack, sedangakan variabel dependen dari penelitian ini adalah
pembeliaan tidak terencana.
2. Untuk teknis analisis data penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi
berganda.
3. Ruang lingkup penelitian dilakukan pada pelanggan di Alfamart Kabupaten
Madiun.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah model konseptual bagaimana teori berhubungan
dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.40
Konsep penelitian ini terdiri dari 2 variabel independen dan satu variabel
40 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Kombinasi (Mixed Method)
(Bandung: CV Alfabeta, 2013), 93.
29
dependen. Variabel independen atau biasa disebut sebagai variabel bebas adalah
variabel yang bergerak baik dalam diri individu atau yang berada di lingkungan
yang mempengaruhi suatu perilaku. Sedangkan variabel dependen adalah faktor
yang diamati dan diukur untuk menentukan efek variabel independen.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah potongan harga (X1), bonus
pack (X2). Sedangkan, variabel dependennya adalah pembelian tidak terencana
(Y) Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini sebagai berikut:
H1
H3
H2
Keterangan:
: Pengaruh masing-masing X1 dan X2 terhadap Y uji simultan (F)
: Pengaruh X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap Y uji parsial (t)
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang
kebenarannya masih harus diuji secara empiris dalam rangkaian langkah -
Potongan Harga
(X1) Pembelian Tidak
Terencana (Y)
Bonus pack (X2)
30
langkah penelitian yang disajikan dalam hipotesis itu merupakan rangkuman dari
kesimpulan teoritis-teoritis yang diperoleh dari penelaahan kepustakaan.41
Menurut Mowen & Minor definisi pembelian impulsif (impulse buying)
adalah tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai
hasil dari suatu pertimbangan, atau niat membeli yang berbentuk sebelum
memasuki toko.42 Menurut Solomon yang dikutip oleh Ermy Wijaya point/faktor
penting dalam menarik rangsangan pembelian tidak terencana terdiri dari: In
store promotional material (Materi promosi dalam toko). Seperti memberikan
diskon maupun bonus pack. Oleh karena itu dengan adanya potongan harga dan
bonus pack dapat berpengaruh positif terhadap peningkatan pembelian tidak
terencana yang dilakukan oleh konusmen. Promosi potongan harga dan bonus
pack memberikan daya tarik atau manfaat lebih, sehingga memungkinkan bagi
konsumen untuk membeli barang-barang lain selain yang direncanakan.
Berdasarkan penelitian Fajar Nur Rochman hasil penelitian menunjukkan
bahwa Price discount dan Bonus pack dapat memberikan pengaruh positif dan
signifikan terhadap impulse buying, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
Giant Supermarket Yogyakarta.43
41 Aji Damanuri, Metodologi Penelitian Mu’amalah (Ponorogo: STAIN Po PRESS, 2010),
11. 42 John C. Mowen dan Michel Minor, Perilaku Konsumen Jilid 2, (Jakarta: PT Penerbit
Erlangga, 2002), 10. 43 Fajar Nur Rochman tentang “Pengaruh Price Discount, Bonus Pack, dan In-Store Display
terhadap Impulse Buying (Studi Pada Giant Supermarket Yogyakarta), Skripsi (Yogyakarta:
Universitas Muhammadiyah Purworejo, 2016).
31
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dikemukakan bahwa ada keterkaitan
antara potongan harga dan bonus pack terhadap pembelian tidak terencana di
Alfamart Kabupaten Madiun sehingga dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H1 : Potongan harga (X1) berpengaruh signifikan terhadap pembelian
tidak terencana (Y).
H01 : Potongan harga (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap
pembelian tidak terencana (Y).
H2 : Bonus pack (X2) berpengaruh signifikan terhadap pembelian tidak
terencana (Y).
H02 : Bonus pack (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap pembelian
tidak terencana (Y).
H3 : Potongan harga (X1) dan bonus pack (X2) berpengaruh secara
simultan terhadap pembelian tidak terencana (Y).
H03 : Potongan harga (X1) dan bonus pack (X2) tidak berpengaruh
secara simultan terhadap pembelian tidak terencana (Y)
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Menurut Sugiyono pendekatan kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada
umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan.44
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
lapangan/survey yang data dan informasinya didapat dari kegiatan kuesioner an
wawancara di lapangan tempat penelitian.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Alfamart Kabupaten Madiun. Adapun
jumlah Alfamart di Kabupaten Madiun ada 16 gerai yaitu:
a. Alfamart cabang A Yani
b. Alfamart cabang Balerejo
c. Alfamart cabang Bangunsari
44 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013),
13
d. Alfamart cabang Caruban
e. Alfamart cabang Dolopo 1
f. Alfamart cabang Dolopo 2
g. Alfamart cabang Geger
h. Alfamart cabang Gerbang Tol
i. Alfamart cabang Garon
j. Alfamart cabang Jiwan
k. Alfamart cabang Kebonsari
l. Alfamart cabang Klitik
m. Alfamart cabang Muneng
n. Alfamart cabang Pagotan
o. Alfamart cabang Tiron
p. Alfamart cabang Wungu
Alasan penelitian di Alfamart, karena Alfamart menawarkan promosi
yang besar setiap harinya seperti potongan harga dan bonus pack kepada
konsumen melalui brodcast sosial media instagram maupun penyebaran
brosur. Promosi yang dilakukan Alfamart seperti PSM (Promo Spesial
Mingguan), JSM (Jum’at Sabtu Minggu), Promo Hematku, dan Promo
Serba.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2020 di Alfamart
Kabupaten Madiun.
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
NO Kegiatan
penelitian
Waktu penelitian
Maret April Mei
1 Ujian Proposal
2 Tahap
Pelaksanaan
Penelitian
a. Pengumpulan
data
b. Analisis data
3 Tahap
Penyusunan
Skripsi
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada
suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan
masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup
yang akan diteliti.45 Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah
pelanggan yang pernah melakukan pembelian di Alfamart Kabupaten
Madiun.
45 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011),
74.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau keadaan
tertentu yang akan diteliti atau sebagian anggota populasi yang dipilih
dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili
populasi.46 Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah konsumen
yang pernah melakukan pembelian di Alfamart yang memungkinkan tidak
diketahui jumlah populasinya maka pengambilan sampel tersebut didapatkan
dengan menggunakan Rumus Cochran yaitu:
n =𝑍2 𝑃 𝑞
𝜌2
keterangan:
n = Jumlah sampel
Z = Distribusi normal standar (1,96)
P = Proporsi sukses
𝑞 = Proporsi gagal
𝜌 = Presisi/error
Berdasarkan rumus Cochran, maka ukuran sampel pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Diketahui:
Z = 1,96 P = 0,5
𝜌 = 0,1 𝑞 = 0,5
46 Ibid., 74.
n =𝑍2 𝑃 𝑞
𝜌2 = (1,96)2. 0,5. 0,5
(0,1)2
= 96,04
= 96
Berdasarkan rumus Cochran diatas penelitian ini menggunakan 96
responden dan disebar menggunakan kuisioner (angket) untuk mendapatkan
data untuk diuji lebih lanjut.47 Peneliti menggunakan presisi 0,1 dikarenakan
penelitian bersifat sosial, jumlah populasi yang tidak bisa diketahui secara
pasti, serta keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya dari peneliti. Berdasarkan
perhitungan di atas penulis menetapkan sampel sebanyak 96 orang
pelanggan yang pernah melakukan pembelian di Alfamart Kabupaten
Madiun.
Adapun presentase penyebaran kuesioner setiap gerai sebagai berikut:
Tabel 3.2 Hasil Presentase Penyebaran Kuesioner
Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Ayani 2 2.1 2.1 2.1
Balerejo 3 3.1 3.1 5.2
Bangunsari 1 1.0 1.0 6.3
Caruban 3 3.1 3.1 9.4
Dolopo1 8 8.3 8.3 17.7
Dolopo2 8 8.3 8.3 26.0
Garon 4 4.2 4.2 30.2
Geger 16 16.7 16.7 46.9
47 Jonathan Sarwono, Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif (menggunakan prosedur
SPSS) (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2012), 24.
Gerbangtol 5 5.2 5.2 52.1
Jiwan 2 2.1 2.1 54.2
Kebonsari 16 16.7 16.7 70.8
Klitik 2 2.1 2.1 72.9
Muneng 3 3.1 3.1 76.0
Pagotan 13 13.5 13.5 89.6
Tiron 5 5.2 5.2 94.8
Wungu 5 5.2 5.2 100.0
Total 96 100.0 100.0
Persentase responden Alfamart cabang A Yani sebesar 2,1%,
responden Alfamart cabang Balerejo sebesar 3,1%, responden Alfamart
cabang Bangunsari sebesar 1%, responden Alfamart cabang Caruban sebesar
3,1%, responden Alfamart cabang Dolopo 1 sebesar 8,3%, responden
Alfamart cabang Dolopo 2 sebesar 8,3%, responden Alfamart cabang Geger
sebesar 16,7%, responden Alfamart cabang Gerbang Tol sebesar 5,2%,
responden Alfamart cabang Garon sebesar 4,2%, responden Alfamart cabang
Jiwan sebesar 2,1%, responden Alfamart cabang Kebonsari sebesar 16,7%,
responden Alfamart cabang Klitik sebesar 2,1%, responden Alfamart cabang
Muneng sebesar 3,1%, responden Alfamart cabang Pagotan sebesar 13,5%,
responden Alfamart cabang Tiron sebesar 5,2%, dan responden Alfamart
cabang Wungu sebesar 5,2%.
3. Teknik Sampling
Teknik Sampling merupakan metode atau cara menentukan sampel.48
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah teknik
probability sampling tepatnya simple random sampling. probability
sampling adalah suatu teknik sampling yang memberikan peluang atau
kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Sedangkan, simple random sampling adalah suatu
teknik pengambilan sampel anggota populasi yang dilakukan secara acak,
tanpa memperhatikan strata yang terdapat dalam populasi tersebut.49
Berdasarkan pemaparan di atas, Teknik sampling yang dilakukan secara
acak kepada pelanggan Alfamart di Kabupaten Madiun.
D. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut dan sifat atau nilai orang, faktor,
perlakuan terhadap obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.50 Dalam penelitian ini yang digunakan adalah variabel
dependen dan independen:
48 Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif, 75.
49 V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Bisnis & Ekonomi, 85. 50 Iwan Hermawan, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, Mixed Methode
(Kuningan: Hidayatul Quran, 2019), 52.
a. Variabel dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat,
karena adanya variabel bebas.51 Variabel dependen dalam penelitian ini
yaitu variabel pembelian tidak terencana (Y).
b. Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahaannya atau timbulnya variabel dependen.52
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu
potongan harga (X1), dan bonus pack (X2).
2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah variabel penelitian dimaksudkan untuk
memahami arti setiap variabel penelitian sebelum dilakukan analisis,
instrumen, serta sumber pengukuran berasal dari mana.53 Definisi operasional
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Variabel Operasional
Variabel Definisi Variabel Indikator No.
Butir
Sumber
Potongan
Harga (X1)
Menurut Mahmud
Machfoedz price
discount adalah potongan
harga yang menarik,
1. Mendorong
pembelian
dalam jumlah
1,2,3
Potongan
harga
(Mahmud
Machfoedz
(2005) dan
51V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Bisnis & Ekonomi (Yogyakarta:
PUSTAKABARUPRESS, 2015), 75. 52 Ibid. 53 V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Bisnis & Ekonomi, 77.
sehingga harga
sesungguhnya lebih
rendah dari harga umum
yang besar
2. Mempertahanka
n/menambah
langganan
penjual yang
bersangkutan
3. Dapat menarik
transaksi
pembelian
4,5,6
7,8,9
Risqika
yunafiroh
pengaruh
potongan
harga, promosi
penjualan dan
display
terhadap
peningkatan
impulse buying
konsumen di
toko waralaba
indomaret raya
pattimura baru
tulungagung
(prespektif
ekonomi
islam) (skripsi
Institut Agama
Islam Negeri
Tulunggagung,
2019)
Bonus pack
(X2)
Menurut Belch & Belch
bonus pack menawarkan
konsumen sebuah
muatan ekstra dari
sebuah produk dengan
1. Memberikan
penawaran
dengan manfaat
ekstra
2. Strategi bertahan
terhadap promosi
1,2,3
4,5,6
Bonus pack
(Belch &
Belch,2009)
harga normal produk baru dari
pesaing
3. Menghasilkan
pesanan penjualan
yang lebih besar
7,8,9
Pembelian
tidak terencana
(Y)
Menurut Mowen &
Minor definisi pembelian
impulsif (impulse
buying) adalah tindakan
membeli yang
sebelumnya tidak diakui
secara sadar sebagai hasil
dari suatu pertimbangan,
atau niat membeli yang
berbentuk sebelum
memasuki toko
1. Spontanitas
pembelian
2. Kekuatan atau
kompulsi dalam
melakukan
tindakan seketika
3. Kegairahan atau
stimulasi
4.Ketidakpeduliaan
akan akibat
1,2,3
4,5,6
7,8,9
10,11,1
2
Pembeliaan
tidak terencana
(John C.
Mowen dan
Michael Minor
(2002), Rook
dalam
jurnal
Administrasi
Bisnis oleh
Defi
Mulianingsih
Achmad Fauzi
DH, 2019)
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.
Kuesioner adalah sebuah alat pengumpulan data yang nantinya data tersebut akan
diolah untuk menghasilkan informasi tertentu.54 Responden harus memberikan
pendapatnya dengan memberi jawaban dengan cara memberi tanda tertentu pada
54 Husein Umar, Metode Riset Bisnis (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003), 101.
alternatif jawaban yang telah disediakan. Pertanyaan yang diberikan menyangkut
potongan harga, bonus pack dan pembelian tidak terencana.
Untuk data penelitian yang berjenis kuantitatif, maka diperlukan skala
pengukuran kuesioner. Skala pengukuran kuesioner merupakan kesepakatan
yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan seberapa panjang interval yang
ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam
pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif (angka asli).55 Pada penelitian ini
pendektan yang digunakan untuk pengukuran kuesioner adalah pendekatan
dengan skala Likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.56 Pada
penelitian ini memberikan lima alternatif jawaban kepada responden, skala yang
digunakan 1-4 pemetaan sebagai berikut57:
SS : Sangat setuju (4)
S : Setuju (3)
TS : Tidak setuju (2)
STS : Sangat tidak setuju (1)
F. Teknik Analisa Data
1. Uji validitas
Uji validitas dalam penelitian ini digunakan untuk menguji kevalidan
suatu kuesioner. Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan
55 V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Bisnis & Ekonomi, 103. 56 Ibid., 104 57 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, 93.
kecermatan suatu alat ukur (kuesioner) dalam melakukan fungsi alat
ukurnya. Suatu koesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.58
Uji validitas ini dilakukan dengan menggunakan koefisien Korelasi Pearson
(Korelasi Product Moment). Jika korelasi faktor positif besarnya ≥ 0,3 dapat
dianggap sebagai konstruk kuat atau instrumen mempunyai validitas yang
baik. Begitu pula sebaliknya, jika korelasi faktor negatif besarnya < 0,3
dapat dianggap sebagai konstruk lemah atau instrumen mempunyai validitas
yang tidak baik.59
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk.60 Suatu koesioner dikatakan
reliabel jika koesioner tersebut memberikan suatu jawaban yang konsisten
apabila digunakan berulang kali dengan asumsi kondisi pada saat
pengukuran tidak berubah. Kriteria yang digunakan untuk melihat reliabel
atau tidaknya suatu kuesioner yaitu dengan melihat besarnya nilai Cronbach
Alpha. Suatu alat ukur dikatakan reliabel jika mempunyai nilai Cronbach
58 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, (Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), 52. 59 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),
178. 60 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, 47.
Alpha ≥ 0,6 dan sebaliknya jika nilai Cronbach Alpha < 0,6 maka instrumen
tidak reliabel.61
3. Analisis regresi linier berganda
Analisis ini dilakukan untuk meneliti apakah ada hubungan sebab
akibat antara kedua variabel atau meneliti seberapa besar pengaruh variabel
independent terhadap variabel dependen yaitu. Adapun rumus yang
digunakan adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + ....+e
Ket: Y = variabel independent
a = Bilangan konstanta
X1 = Variabel dependent
X2 = Variabel dependent
e = Standart error
b1, b2 = koefisien regresi untuk masing-masing
variabel independen.
4. Uji asumsi klasik
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali uji normalitas bertujuan apakah dalam model
regresi variabel dependen dan variabel independen mempunyai
kontribusi atau tidak. Model regresi yang baik adalah data distribusi
normal atau mendekati normal. Uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual
61 Arikunto, Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2002), 170.
memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah
sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji
statistik. Untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak
dilakukan uji statistik Kolmogorov-Smirnov Test. Residual berdistribusi
normal jika memiliki nilai signifikansi >0,05.62
b. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali uji heteroskedastisitas bertujuan menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas
dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.63
c. Uji autokorelasi
Menurut Ghozali uji autokorelasi bertujuan menguji apakah
dalam model regresi ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada
periode-t dengan kesalahan pengganggu pada pada periode t-1
(sebelumnya). Pengujian autokolerasi dilakukan dengan uji durbin
watson dengan membandingkan nilai durbin watson hitung (d) dengan
62 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, 160. 63 Ibid., 139.
nilai durbin watson tabel, yaitu batas atas (du) dan batas bawah (dL).
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
1) Jika 0 < d < dL, maka terjadi autokorelasi positif.
2) Jika dL < d < du, maka tidak ada kepastian terjadi autokorelasi atau
tidak.
3) Jika d-dL < d < 4, maka terjadi autokorelasi negatife.
4) Jika 4 –du < d < 4 –dL, maka tidak ada kepastian terjadi autokorelasi
atau tidak.
5) Jika du < d < 4 –du, maka tidak terjadi autokorelasi positif maupun
negatife.64
d. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji
apakah suatu model regresi terdapat korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
antar variabel independen. Pengujian multikolinearitas dilihat dari
besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Tolerance
mengukur variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cutoff yang
umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai
64 Ibid., 110.
tolerance > 0,01 atau sama dengan nilai VIF < 10.65
e. Uji linieritas
Lineritas adalah hubungan antara variabel dependent dengan
variabel independent adalah linear. Pengujian lineraritas dimaksudkan
untuk mengetahui lineraritas hubungan antara variabel bebas dengan
variabel tergantung. Selain itu juga lineraritas ini juga dapat diharapkan
mengerathui taraf signifikansi penyimpangan dari lineraritas hubungan
tersebut. Apabila penyimpangan yang ditemukan tidak signifikan, maka
hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung adalah
linear. Dasar pengambilan keputusan dapat dilihat dari tingkat
signifikasi atau dengan membandingkan F hitung pada kolom linierity
dengan F tabel.66
5. Uji hipotesis
a. Uji t (Uji Parsial)
Uji t adalah pengujian koefisien regresi parsial individual yang
digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) secara
individual mempengaruhi variabel dependen (Y).67 Kriteria yang
digunakan sebagai berikut:
1) Jika nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau nilai sig < 𝛼 maka𝐻0 ditolak
65 Ibid., 105. 66 Santosa, Statistika Hospitalitas Edisi Revisi (Sleman: Deepublish (Grup Penerbitan CV
Budi Utama), 2012), 188. 67 V. Wiratna Sujarweni, 161-162.
2) Jika nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau nilai sig > 𝛼 maka𝐻0 diterima
b. Uji F
Menurut Ghozali Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan
apakah semua variabel independen atau variabel bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen atau variabel terikat.68 Untuk menguji
hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan
keputusan sebagai berikut:
1) Jika nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau nilai sig < 𝛼 maka𝐻0 ditolak
2) Jika nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau nilai sig > 𝛼 maka𝐻0 diterima
c. Koefisien determinasi
Menurut Ghozali koefisien determinasi (R2) merupakan alat
untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol
atau satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Dan sebaliknya jika nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variabel-variabel dependen.69
68 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, 97. 69 Ibid,. 97.
46
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Minimarket Alfamart merupakan salah satu minimarket yang tersebar di
berbagai kota dan kabupaten di Indonesia. Alfamart dengan tagline “Belanja
Puas, Harga Pas” memberikan harga yang terjangkau, kebutuhan dasar harian
berkualitas tinggi dengan layanan yang ramah, suasana belanja yang bersih dan
nyaman dan mudah diakses. Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti promosi
penjualan dari minimarket Alfamart berupa potongan harga dan bonus pack.
Berikut ini merupakan salah satu promo potongan harga dan bonus pack di
minimarket Alfamart
B. Hasil Pengujian Instrumen (Validitas dan Reliabilitas)
1. Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur (kuesioner) dalam melakukan fungsi alat ukurnya. Suatu koesioner
dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan suatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.70 Suatu butir pernyataan dikatakan
valid apabila nilai dari tiap butir pernyataan r hitung tersebut lebih besar dari r
tabel. Pada penelitian peneliti menggunakan 30 hasil angket dari 96 hasil angket
untuk diuji validitas dan didapati dengan nilai r tabel sebesar 0,361.
70 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, (Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), 52.
Berikut ini adalah hasil uji validitas pada variabel penelitian.
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas
Variabel Potongan Harga (X1)
No Pernyataan R. Hitung R. Tabel Sig Keputusan
1 X1.1 0,650 0,361 0,000 Valid
2 X1.2 0,588 0,361 0,001 Valid
3 X1.3 0,522 0,361 0,003 Valid
4 X1.4 0,625 0,361 0,000 Valid
5 X1.5 0,705 0,361 0,000 Valid
6 X1.6 0,685 0,361 0,000 Valid
7 X1.7 0,543 0,361 0,002 Valid
8 X1.8 0,638 0,361 0,000 Valid
9 X1.9 0,390 0,361 0,033 Valid
Variabel Bonus Pack (X2)
No. Pernyataan R. Hitung R. Tabel Sig Keputusan
10 X2.1 0,525 0,361 0,003 Valid
11 X2.2 0,822 0,361 0,000 Valid
12 X2.3 0,773 0,361 0,000 Valid
13 X2.4 0,690 0,361 0,000 Valid
14 X2.5 0,755 0,361 0,000 Valid
15 X2.6 0,729 0,361 0,000 Valid
16 X2.7 0,799 0,361 0,000 Valid
17 X2.8 0,696 0,361 0,000 Valid
18 X2.9 0,481 0,361 0,007 Valid
Variabel Pembelian Tidak Terencana (Y)
No. Pernyataan R. Hitung R. Tabel Sig Keputusan
19 Y.1 0,415 0,361 0,023 Valid
20 Y.2 0,590 0,361 0,001 Valid
21 Y.3 0,695 0,361 0,000 Valid
22 Y.4 0,689 0,361 0,000 Valid
23 Y.5 0,672 0,361 0,000 Valid
24 Y.6 0,767 0,361 0,000 Valid
25 Y.7 0,461 0,361 0,010 Valid
26 Y.8 0,498 0,361 0,005 Valid
27 Y.9 0,501 0,361 0,005 Valid
28 Y.10 0,746 0,361 0,000 Valid
29 Y.11 0,766 0,361 0,000 Valid
30 Y.12 0,576 0,361 0,001 Valid
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 30 butir pernyataan
yang diberikan kepada 96 responden memiliki nilai r hitung lebih besar dari r
tabel yang berarti semua butir pernyataan dinyatakan valid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk.71 Kriteria yang digunakan
untuk melihat reliabel atau tidaknya suatu kuesioner yaitu dengan melihat
besarnya nilai Cronbach Alpha. Suatu alat ukur dikatakan reliabel jika
mempunyai nilai Cronbach Alpha ≥ 0,6 dan sebaliknya jika nilai Cronbach
Alpha < 0,6 maka instrumen tidak reliabel.72 Berikut ini hasil uji reliabilitas
pada variabel penelitian.
Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas
No. Variabel Cronbach’s
Alpha
Batas
Reliabel Keterangan
1 Potongan Harga
(X1) 0,767 0,60 Reliabel
2 Bonus Pack (X2) 0,866 0,60 Reliabel
71 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, 47. 72 Arikunto, Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2002), 170.
3
Pembelian Tidak
Terencana (Y)
0,854 0,60 Reliabel
Berdasarkan tabel 4.2 diatas hasil keseluruhan uji reliabilitas diperoleh
nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,60 yang berarti item pernyataan
pada angket penelitian dianggap reliabel atau layak.
C. Hasil Pengujian Deskripsi
1. Deskripsi Karakteristik Responden
Berdasarkan tanggapan responden dari kuesioner yang terkumpul
dapat diperoleh identifikasi karakteristik responden sebagai berikut:
a. Usia
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia
Jumlah Responden
Nominal %
<20 6 6,3%
20-30 82 85,4%
>30 8 8,3%
Tabel di atas menunjukkan bahwa reponden yang berusia <20
tahun yakni sebanyak 6 orang (6,3%), responden yang berusia antara 20-
30 tahun yakni sebanyak 82 orang (85,4%), dan responden yang berusia
di atas 30 tahun yakni sebanyak 8 orang (8,23%). Dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden berusia antara 20-30 tahun yakni sebanyak
82 orang (85,4%).
b. Jenis Kelamin
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah Responden
Nominal %
Laki-laki 40 41,7%
Perempuan 56 58,3%
Tabel di atas menunjukkan bahwa reponden dengan jenis kelamin
laki-laki sebanyak 40 orang (41,7%) dan responden dengan jenis kelamin
perempuan sebanyak 56 orang (58,3%). Dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden dengan jenis kelamin perempuan yakni 56 orang
(58,3%).
c. Pekerjaan
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan
Jumlah Responden
Nominal %
Guru 3 3,1%
Ibu Rumah Tangga 15 15,6%
Pelajar/Mahasiswa 36 37.5%
Swasta 33 34.4%
TNI 1 1%
Lain-lain 8 8,3%
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden dengan pekerjaan
sebagai guru sebanyak 3 orang (3,1%), responden dengan pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga sebanyak 15 orang (15,6%), responden
dengan pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa sebanyak 36 orang
(37,5%), responden dengan pekerjaan swasta sebanyak 33 orang
(34,4%), responden dengan pekerjaan sebagai TNI sebanyak 1 orang
(1%) dan responden dengan pekerjaan lain-lain sebanyak 8 orang
(8,3%). Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden dengan
pekerjaan sebagai pelajar/mahasiswa yakni 36 orang (37,5%).
2. Distribusi Jawaban Responden
Dalam kuesioner peneliti membuat 9 butir pernyataan terkait variabel
potongan harga, 9 butir pernyataan terkait variabel bonus pack, dan 12 butir
pernyataan terkait variabel pembelian tidak terencana. Dari masing-masing
variabel diberikan 4 pilihan jawaban dengan keterangan SS (Sangat Setuju),
S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Berikut ini
adalah hasil jawaban responden berdasarkan kuesioner sebagai berikut:
a. Potongan harga
Tabel 4.6 Analisis Variabel Deskriptif Potongan Harga
Variabel Item
Pernyataan
SS % S % TS % STS %
Potongan
Harga (X1)
X1.1 20 20,8% 55 55,2% 22 22,9% 1 1%
X1.2 27 28,1% 60 62,5% 9 9,4% 0 0%
X1.3 40 41,7% 50 52,1% 6 6,3% 0 0%
X1.4 19 19,8% 51 53,1% 25 26% 1 1%
X1.5 29 30,2% 58 60,4% 9 9,4% 0 0%
X1.6 22 22,9% 57 59,4% 16 16,7% 1 1%
X1.7 20 20,8% 61 63,5% 14 14,6% 1 1%
X1.8 17 17,7% 53 55,2% 22 22,9% 4 4,2%
X1.9 15 15,6% 51 53,1% 24 25% 6 6,3%
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa tanggapan responden
tentang kuesioner variabel potongan harga item pertanyaan X1.1
menyatakan 20,8% sangat setuju, 55,2% setuju, 22,9% tidak setuju, dan
1% sangat tidak setuju. Item pertanyaan X1.2 menyatakan 28,1% sangat
setuju, 62,5% setuju, 9,4% tidak setuju, dan 0% sangat tidak setuju. Item
pertanyaan X1.3 menyatakan 41,7% sangat setuju, 52,1% setuju, 6,3%
tidak setuju, dan 0% sangat tidak setuju. Item pertanyaan X1.4
menyatakan 19,8% sangat setuju, 53,1% setuju, 26% tidak setuju, dan 1%
sangat tidak setuju. Item pertanyaan X1.5 menyatakan 30,2% sangat
setuju, 60,4% setuju, 9,4% tidak setuju, dan 0% sangat tidak setuju. Item
pertanyaan X1.6 menyatakan 22,9% sangat setuju, 59,4% setuju, 16,7%
tidak setuju, dan 1% sangat tidak setuju. Item pertanyaan X1.7
menyatakan 20,8% sangat setuju, 63,5% setuju, 14,6% tidak setuju, dan
1% sangat tidak setuju. Item pertanyaan X1.8 menyatakan 17,7% sangat
setuju, 55,2% setuju, 22,9% tidak setuju, dan 4,2% sangat tidak setuju.
Dan Item pertanyaan X1.9 menyatakan 15,6% sangat setuju, 53,1%
setuju, 25% tidak setuju, dan 6,3% sangat tidak setuju.
b. Bonus pack
Tabel 4.7 Analisis Variabel Deskriptif Bonus Pack
Variabel Item
Pernyataan
SS % S % TS % STS %
Bonus Pack
(X2)
X2.1 32 33,3% 53 55,2% 11 11,5% 0 0%
X2.2 13 13,5% 57 59,4% 25 26% 1 1%
X2.3 12 12,5% 57 59,4% 26 27,1% 1 1%
X2.4 19 19,8% 61 63,1% 16 16,7% 0 0%
X2.5 16 16,7% 55 57,3% 24 25% 1 1%
X2.6 25 26% 45 46,9% 25 26% 1 1%
X2.7 15 15,6% 55 57,3% 23 24% 3 3,1%
X2.8 31 32,3% 47 49% 18 18,8% 0 0%
X2.9 18 18,8% 67 69,8% 11 11,5% 0 0%
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dijelaskan bahwa tanggapan responden
tentang kuesioner variabel bonus pack item pertanyaan X2.1 menyatakan
33,3% sangat setuju, 55,2% setuju, 11,5% tidak setuju, dan 0% sangat
tidak setuju. Item pertanyaan X2.2 menyatakan 13,5% sangat setuju,
59,4% setuju, 26% tidak setuju, dan 1% sangat tidak setuju. Item
pertanyaan X2.3 menyatakan 12,5% sangat setuju, 59,4% setuju, 27,1%
tidak setuju, dan 1% sangat tidak setuju. Item pertanyaan X2.4
menyatakan 19,8% sangat setuju, 63,1% setuju, 16,7% tidak setuju, dan
0% sangat tidak setuju. Item pertanyaan X2.5 menyatakan 16,7% sangat
setuju, 57,3% setuju, 25% tidak setuju, dan 1% sangat tidak setuju. Item
pertanyaan X2.6 menyatakan 26% sangat setuju, 46,9% setuju, 26% tidak
setuju, dan 1% sangat tidak setuju. Item pertanyaan X2.7 menyatakan
15,6% sangat setuju, 57,3% setuju, 24% tidak setuju, dan 3,1% sangat
tidak setuju. Item pertanyaan X2.8 menyatakan 32,3% sangat setuju, 49%
setuju, 18,8% tidak setuju, dan 40% sangat tidak setuju. Dan Item
pertanyaan X2.9 menyatakan 18,8% sangat setuju, 69,8% setuju, 11,5%
tidak setuju, dan 0% sangat tidak setuju.
c. Pembelian Tidak Terencana
Tabel 4.8 Analisis Variabel Deskriptif Pembelian Tidak Terencana
Variabel Item
Pernyataan
SS % S % TS % STS %
Pembelian
Tidak
Terencana
(Y)
Y.1 32 33,3% 60 62,5% 4 4,2% 0 0%
Y.2 20 20,8% 56 58,3% 19 19,8% 1 1%
Y.3 30 31,3% 47 49% 19 19,8% 0 0%
Y.4 22 22,9% 55 57,3% 16 16,7% 3 3,1%
Y.5 18 18,8% 60 62,5% 18 18,8% 0 0%
Y.6 18 18,8% 52 54,2% 26 27,1% 0 0%
Y.7 21 21,9% 61 63,5% 14 14,6% 0 0%
Y.8 18 18,8% 66 68,8% 12 12,5% 0 0%
Y.9 22 22,9% 68 70,8% 5 5,2% 1 1%
Y.10 19 19,8% 50 52,1% 24 25% 3 3,1%
Y.11 15 15,6% 55 57,3% 22 22,9% 4 4,2%
Y.12 13 13,5% 48 50% 29 30,2% 6 6,3%
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dijelaskan bahwa tanggapan responden
tentang kuesioner variabel pembelian tidak terencana item pertanyaan Y.1
menyatakan 33,3% sangat setuju, 62,5% setuju, 4,2% tidak setuju, dan
0% sangat tidak setuju. Item pertanyaan Y.2 menyatakan 20,8% sangat
setuju, 58,3% setuju, 19,8% tidak setuju, dan 1% sangat tidak setuju. Item
pertanyaan Y.3 menyatakan 31,3% sangat setuju, 49% setuju, 19,8%
tidak setuju, dan 0% sangat tidak setuju. Item pertanyaan Y.4 menyatakan
22,9% sangat setuju, 57,3% setuju, 16,7% tidak setuju, dan 3,1% sangat
tidak setuju. Item pertanyaan Y.5 menyatakan 18,8% sangat setuju,
62,5% setuju, 18,8% tidak setuju, dan 0% sangat tidak setuju. Item
pertanyaan Y.6 menyatakan 18,8% sangat setuju, 54,2% setuju, 27,1%
tidak setuju, dan 0% sangat tidak setuju. Item pertanyaan Y.7 menyatakan
21,9% sangat setuju, 63,5% setuju, 14,6% tidak setuju, dan 0% sangat
tidak setuju. Item pertanyaan Y.8 menyatakan 18,8% sangat setuju,
68,8% setuju, 12,5% tidak setuju, dan 0% sangat tidak setuju. Item
pertanyaan Y.9 menyatakan 22,9% sangat setuju, 70,8% setuju, 5,2%
tidak setuju, dan 1% sangat tidak setuju. Item pertanyaan Y.10
menyatakan 19,8% sangat setuju, 52,1% setuju, 25% tidak setuju, dan
3,1% sangat tidak setuju. Item pertanyaan Y.11 menyatakan 15,6% sangat
setuju, 57,3% setuju, 22,9% tidak setuju, dan 4,2% sangat tidak setuju.
Dan Item pertanyaan Y.12 menyatakan 13,5% sangat setuju, 50% setuju,
30,2% tidak setuju, dan 6,3% sangat tidak setuju.
D. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Menurut Ghozali uji normalitas bertujuan apakah dalam model regresi
variabel dependen dan variabel independen mempunyai kontribusi atau tidak.
Model regresi yang baik adalah data distribusi normal atau mendekati
normal. Untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak dilakukan
uji statistik Kolmogorov-Smirnov Test. Residual berdistribusi normal jika
memiliki nilai signifikansi >0,05.73 Berikut ini adalah hasil uji normalitas
pada variabel penelitian.
4.9 Hasil Uji Normatif
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 96
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std.
Deviation
2.64891334
Most Extreme
Differences
Absolute .079
Positive .079
Negative -.055
Kolmogorov-Smirnov Z .771
Asymp. Sig. (2-tailed) .592
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan tabel 4.9 Dapat diketahui dari hasil pengujian diperoleh
sebesar 0,592 lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
asumsi normalitas terpenuhi.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika nilai (P-Value) semua variabel independen > 0,05 maka Ho
diterima dan jika variannya tidak sama atau berbeda disebut tidak terjadi
73 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, 160.
heteroskedastisitas.74 Berikut ini adalah hasil uji heteroskedastisitas pada
variabel penelitian.
Tabel 4.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Sig Kesimpulan
Potongan Harga (X1) 0.820 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Bonus Pack (X2) 0,487 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil tabel 4.10 diatas dari dua variabel independen
(potongan harga dan bonus pack) diperoleh sig lebih dari 0,05. Dengan
demikian Ho diterima dan H1 ditolak. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa
tidak terdapat heteroskedastisitas dan hasil uji dapat dilanjutkan.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi ada
kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode-t dengan kesalahan
pengganggu pada pada periode t-1 (sebelumnya). Pengujian autokolerasi
dilakukan dengan uji durbin watson dengan membandingkan nilai durbin
watson hitung (d) dengan nilai durbin watson tabel, yaitu batas atas (du) dan
batas bawah (dL).75 Berikut ini adalah hasil uji autokorelasi pada variabel
penelitian.
74 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, 160. 75 Ibid., 160.
Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Mode
l
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .879a .773 .768 2.67724 1.920
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Nilai Durbin
Watson
Tabel Durbin
Watson Keterangan
dU 4-dU
1,7103 1,920 2,2897 Tidak ada
autokorelasi
Dari tabel 4.11 Menunjukkan nilai Durbin Watson yang diperoleh
adalah sebesar 1,920. Dimana terletak diantara dU dan nilai 4-dU sehingga Ho
diterima. Artinya tidak terdapat autokorelasi pada model regresi dan asumsi
non autokorelasi terpenuhi.
4. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah suatu model
regresi terdapat korelasi antar variabel bebas (independen). Pengujian
multikolinearitas dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dengan
nilai VIF < 10.76 Berikut ini adalah hasil uji multikolinearitas pada variabel
penelitian
76 Ibid., 105.
Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardiz
ed
Coefficien
ts
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Toleran
ce
VIF
1
(Constant) 3.314 1.955 1.695 .093
X1 .247 .101 .180 2.454 .016 .455 2.199
X2 .966 .096 .738 10.078 .000 .455 2.199
a. Dependent Variable: Y
Berdasarkan tabel 4.12 diatas nilai VIF potongan harga (X1) sebesar
2,199, dan bonus pack sebesar 2,199. Dua variabel tersebut memiliki nilai
VIF kurang dari 10. Dengan demikian Ho diterima dan H1 ditolak. Maka
dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi tidak terjadi masalah
multikolinieritas dan dapat digunakan dalam penelitian ini.
5. Uji Linieritas
Pengujian linieritas dimaksudkan untuk mengetahui linieritas
hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Selain itu juga
lineraritas ini juga dapat diharapkan mengerathui taraf signifikansi
penyimpangan dari lineraritas hubungan tersebut. Apabila penyimpangan
yang ditemukan tidak signifikan, maka hubungan antara variabel bebas
dengan variabel tergantung adalah linear. Dasar pengambilan keputusan
dapat dilihat dari tingkat signifikasi atau dengan membandingkan F hitung
pada kolom linierity dengan F tabel.77 Berikut ini adalah hasil uji linieritas
pada variabel penelitian.
Tabel 4. 13 Hasil Uji Linieritas X1
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Y *
X1
Between
Groups
(Combined) 1756.625 16 109.789 7.343 .000
Linearity 1543.227 1 1543.227 103.21
2
.000
Deviation from
Linearity
213.398 15 14.227 .951 .513
Within Groups 1181.208 79 14.952
Total 2937.833 95
Tabel 4.14 Hasil Uji Linieritas X2
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Y *
X2
Between
Groups
(Combined) 2328.361 18 129.353 16.34
2
.000
Linearity 2228.096 1 2228.096 281.4
95
.000
Deviation from
Linearity
100.265 17 5.898 .745 .747
Within Groups 609.472 77 7.915
Total 2937.833 95
Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh hasil sebagai berikut:
77 Santosa, Statistika Hospitalitas Edisi Revisi (Sleman: Deepublish (Grup Penerbitan CV
Budi Utama), 2012), 188.
a. Pada persamaan antara potongan harga dengan pembelian tidak terencana
diperoleh sig sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai sig lebih
kecil dari 0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya
persamaan antara potongan harga dengan pembelian tidak terencana linier.
b. Pada persamaan antara bonus pack dengan pembelian tidak terencana
diperoleh nilai sig sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai sig
lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan h1 diterima.
Artinya persamaan antara bonus pack dengan pembelian tidak terencana
linier.
E. Analisis regresi linier berganda
Analisis ini dilakukan untuk meneliti apakah ada hubungan sebab akibat
antara kedua variabel atau meneliti seberapa besar pengaruh variabel
independent terhadap variabel dependen yaitu. Adapun rumus yang digunakan
adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 +e
Ket: Y = variabel independent
a = Bilangan konstanta
X1 = Variabel dependent
X2 = Variabel dependent
e = Standart error
b1, b2 = koefisien regresi untuk masing-masing
variabel independen.
Tabel 4.15 Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 3.314 1.955 1.695 .093
X1 .247 .101 .180 2.454 .016
X2 .966 .096 .738 10.078 .000
a. Dependent Variable: Y
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda diatas diperoleh model
persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 3,314 + 0,247X1 + 0,966X2
Hasil persamaan regresi berganda diatas memberikan pengertian bahwa:
1. Hasil nilai konstanta sebesar 3,314 artinya bahwa sebelum dipengaruhi
oleh variabel-variabel bebas yaitu pembelian tidak terencana mempunyai
nilai positif.
2. Nilai koefisien potongan harga sebesar 0,247 artinya bahwa sebelum
dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas yaitu pembelian tidak terencana
mempunyai nilai positif.
3. Nilai koefisien bonus pack sebesar 0,966 artinya bahwa sebelum
dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas yaitu pembelian tidak terencana
mempunyai nilai positif.
F. Uji Hipotesis
1. Uji T
Uji t adalah pengujian koefisien regresi parsial individual yang
digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) secara
individual mempengaruhi variabel dependen (Y).78 Dasar pengambilan
keputusan dapat dilihat dari tingkat signifikasi atau dengan membandingkan F
hitung dengan F tabel. Berikut hasil uji t pada variabel penelitian.
Tabel 4.16 Hasil Uji T
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 3.314 1.955 1.695 .093
X1 .247 .101 .180 2.454 .016
X2 .966 .096 .738 10.078 .000
a. Dependent Variable: Y
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai t hitung dari setiap
variabel sebagai berikut:
a. Pengaruh potongan harga (X1) terhadap pembelian tidak terencana (Y)
Hasil statistik uji t untuk variabel potongan harga yaitu diperoleh nilai
t hitung sebesar 2,454 dan nilai sig sebesar 0,016. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai t hitung lebih besar dari nilai r tabel 1,98552 dan nilai sig
lebih kecil dari 0,05 (0,016<0,05). Dengan demikian Ho ditolak dan H1
diterima. Artinya variabel potongan harga (X1) mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap pembelian tidak terencana (Y).
78 V. Wiratna Sujarweni, 161-162.
b. Pengaruh bonus pack (X2) terhadap pembelian tidak terencana (Y)
Hasil statistik uji t untuk variabel bonus pack yaitu diperoleh nilai t
hitung sebesar 10,078 dan nilai sig sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai t hitung lebih besar dari nilai r tabel 1,98552 dan nilai sig
lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05). Dengan demikian Ho ditolak dan H1
diterima. Artinya variabel bonus pack (X2) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pembelian tidak terencana (Y).
2. Uji F
Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau variabel
terikat.79 Berikut hasil uji F pada variabel penelitian.
Tabel 4.17 Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 2271.243 2 1135.621 158.437 .000b
Residual 666.590 93 7.168
Total 2937.833 95
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X2, X1
Dari hasil uji F diperoleh nilai F hitung sebesar 158,437 dengan
signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih
79 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, 97.
besar dari F tabel 3,09 dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05
(0,000<0,05), Dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima, maka dapat
disimpulkan bahwa potongan harga dan bonus pack berpengaruh bersama-
sama terhadap pembelian tidak terencana
3. Koefisin Determinasi
Koefisien determinasi (𝑅2) merupakan alat untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol atau satu. Nilai 𝑅2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas. Dan sebaliknya jika nilai yang mendekati 1 berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen.80 Berikut hasil
koefisien determinasi (𝑅2) pada variabel penelitian.
Tabel 4.18 Hasil Koefisien Determinasi 𝑅2
Model Summaryb
Mode
l
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .879a .773 .768 2.67724
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Hasil uji koefisien determinasi 𝑅2 pada penelitian ini diperoleh nilai
sebesar 0,773. Hal ini menunjukkan bahwa potongan harga dan bonus pack
80 Ibid,. 97.
berpengaruh bersama-sama terhadap pembelian tidak terencana sebesar
77,3%, sedangkan sisanya 22,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
termasuk dalam penelitian ini.
G. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh potongan harga dan
bonus pack terhadap pembelian tidak terencana. Pembahasan masing-masing
variabel sebagai berikut:
1. Pengaruh potongan harga terhadap pembelian tidak terencana
Hasil uji statistik yang telah dilakukan menunjukkan adanya pengaruh
signifikan potongan harga terhadap pembelian tidak terencana. Hal ini
diperoleh dari hasil statistik uji regresi dengan F hitung sebesar 158,437
lebih besar dari F tabel 3,09, nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05
(0,000<0,05), dan koefisien regresi mempunyai nilai positif sebesar 0,247;
maka hipotesis dalam penelitian ini terbukti yaitu “potongan harga (X1)
berpengaruh signifikan terhadap pembelian tidak terencana (Y)”.
Hal ini sesuai dengan teori potongan harga menurut Mahmud
Machfoedz price discount adalah potongan harga yang menarik, sehingga
harga sesungguhnya lebih rendah dari harga umum. Menurut Fandy Tjiptono
diskon merupakan “potongan harga yang diberikan oleh penjual kepada
pembeli sebagai penghargaan atas aktivitas tertentu dari pembeli yang
menyenangkan bagi penjual.”81 Menurut kotler diskon adalah pengurangan
harga langsung terhadap suatu pembelian dalam periode tertentu.82
Pengukuran indikator dari potongan harga diantaranya: Mendorong
pembelian dalam jumlah yang besar, Mempertahankan/menambah
langganan penjual yang bersangkutan, Dapat menarik transaksi pembelian.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Brian Vicky Prihastama (2016) tentang “Pengaruh Price Discount Dan
Bonus Pack terhadap Impulse Buying Pada Pelanggan Minimarket (Studi
pada Pelanggan Minimarket Indomaret Jl. Demangan Baru, Depok, Sleman,
Yogyakarta) menunjukan bahwa variabel price discount berpengaruh secara
positif terhadap impulse buying, dengan hasil analisis regresi menunjukkan
bahwa variabel price discount memiliki nilai signifikan 0.000 lebih rendah
dari standar yang ditetapkan yaitu 0.05.83Hasil ini juga mendukung
penelitian dari Risqika Yunafiroh tentang “Pengaruh Potongan Harga,
Promosi, dan Display terhadap Peningkatan Impulse Buying Konsumen di
toko waralaba Indomaret Raya Patimura Baru Tulungagung” bahwa
potongan harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan
81 Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran. 166. 82 Philip Kotler dan Gary Armstrong, Prinsip-prinsip pemasaran, Jilid 1 Edisi 12. Alih
Bahasa : Bob Sabran, (Jakarta: Erlangga, 2008), 9. 83 Brian Vicky Prihastama, “Pengaruh Price Discount Dan Bonus Pack terhadap Impulse
Buying Pada Pelanggan Minimarket (Studi pada Pelanggan Minimarket Indomaret Jl. Demangan Baru,
Depok, Sleman, Yogyakarta)”, Skripsi (Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta, 2016), 71.
Impulse Buying konsumen di toko waralaba Indomaret Raya Patimura Baru
Tulungagung.84
Dan mendukung penelitian dari Fajar Nur Rochman tentang
“Pengaruh Price Discount, Bonus Pack, dan In-Store Display terhadap
Impulse Buying (Studi Pada Giant Supermarket Yogyakarta) bahwa price
discount memberi pengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying.85
Adanya potongan harga merupakan startegi promosi yang dilakukan
oleh Alfamart yang telah ditetapkan untuk meningkatkan penjualan suatu
produk atau jasa. Dengan adanya potongan harga ini yang awalnya
konsumen tidak berniat untuk membeli sebuah produk tetapi ketika melihat
produk dengan label potongan harga mengakibatkan konsumen merasa
tertarik untuk melakukan pembelian secara tidak terencana sehingga
mendorong konsumen untuk membeli dalam jumlah banyak dan
meningkatkan penjualan pihak Alfamart.
2. Pengaruh bonus pack (X2) terhadap pembelian tidak terencana (Y)
Hasil uji statistik yang telah dilakukan menunjukkan adanya pengaruh
signifikan bonus pack terhadap pembelian tidak terencana. Hal ini diperoleh
dari hasil statistik uji regresi nilai t hitung sebesar 10,078 dan nilai sig
sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih besar dari
84Risqika Yunafiroh, “Pengaruh Potongan Harga, Promosi, dan Display terhadap
Peningkatan Impulse Buying Konsumen di toko waralaba Indomaret Raya Patimura Baru
Tulungagung” Skripsi (Tulungagung: IAIN Tulungagung, 2019), 101. 85 Fajar Nur Rochman tentang “Pengaruh Price Discount, Bonus Pack, dan In-Store Display
terhadap Impulse Buying (Studi Pada Giant Supermarket Yogyakarta), Skripsi (Yogyakarta:
Universitas Muhammadiyah Purworejo, 2016), 52.
nilai r tabel 1,98552 dan nilai sig lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05) dan
koefisien regresi mempunyai nilai positif sebesar 0,966; maka hipotesis
dalam penelitian ini terbukti yaitu “bonus pack (X1) berpengaruh signifikan
terhadap pembelian tidak terencana (Y)”.
Hal ini sesuai dengan teori bonus pack menurut Belch & Belch bonus
pack menawarkan konsumen sebuah muatan ekstra dari sebuah produk
dengan harga normal. Terrence A. Shimp mendefinisikan bonus pack adalah
tambahan produk dari perusahaan untuk diberikan kepada konsumen dengan
harga yang sama.86 Menurut Boyd Harper W bonus dalam kemasan adalah
upaya untuk menarik pembelian dengan menawarkan produk atau jasa gratis
dengan harga yang sudah dikurangi untuk mendorong pembelian produk
lain.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Brian Vicky Prihastama (2016) tentang “Pengaruh Price Discount Dan
Bonus Pack terhadap Impulse Buying Pada Pelanggan Minimarket (Studi
pada Pelanggan Minimarket Indomaret Jl. Demangan Baru, Depok, Sleman,
Yogyakarta) menunjukan bahwa variabel bonus pack berpengaruh secara
positif terhadap impulse buying, penelitian yang dilakukan oleh Fajar Nur
Rochman (2016) tentang “Pengaruh Price Discount, Bonus Pack, dan In-
Store Display terhadap Impulse Buying (Studi Pada Giant Supermarket
Yogyakarta) bahwa bonus pack memberi pengaruh positif dan signifikan
86 Terrence A, Shimp, Periklanan: Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu, 455.
terhadap impulse buying dan penelitian dari Della Ruslimah Sari (2018)
“Pengaruh Price Discount, Bonus Pack, dan In-Store Display terhadap
Keputusan Impulse Buying Pada Giant Ekstra Banjar bahwa bonus pack
berpengaruh signifikan terhadap keputusan impulse buying.
Hal ini menunjukkan bonus pack merupakan salah satu promosi untuk
meningkatkan impulse buying konsumen, karena jika ada kemasan bonus
pada produk diberikan gratis oleh Alfamart akan menciptakan impulse
buying kepada konsumen. Bonus pack berpengaruh positif terhadap impulse
buying disebabkan konsumen tertarik dengan adanya kemasan bonus atau
muatan ekstra dari sebuah produk dengan harga normal, sehingga hal
tersebut mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian tidak
terencana.
3. Pengaruh potongan harga dan bonus pack berpengaruh secara simultan
terhadap pembelian tidak terencana
Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan menunjukkan
adanya pengaruh potongan harga dan bonus pack berpengaruh secara
(simultan) terhadap pembelian tidak terencana. Hal ini diperoleh dari nilai F
hitung sebesar 158,437 dengan signifikansi sebesar 0,000. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel 3,09 dan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis ketiga dalam penelitian ini terbukti yaitu “potongan harga
dan bonus pack secara simultan berpengaruh terhadap pembelian tidak
terencana”.
Hasil penelitian ini didukung dengan teori menurut Solomon yang
dikutip oleh Ermy Wijaya point/faktor penting dalam menarik rangsangan
pembelian tidak terencana terdiri dari: In store promotional material (Materi
promosi dalam toko). Seperti memberikan diskon, membuat kemasan
berhadiah, dan memberikan penjelasan tentang sebuah produk. Oleh karena
itu dengan adanya potongan harga dan bonus pack dapat berpengaruh positif
terhadap peningkatan pembelian tidak terencana yang dilakukan oleh
konusmen. Menurut Mowen & Minor definisi pembelian impulsif (impulse
buying) adalah tindakan membeli yang sebelumnya tidak diakui secara sadar
sebagai hasil dari suatu pertimbangan, atau niat membeli yang berbentuk
sebelum memasuki toko
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Brian Vicky Prihastama (2016) tentang “Pengaruh Price Discount Dan
Bonus Pack terhadap Impulse Buying Pada Pelanggan Minimarket (Studi
pada Pelanggan Minimarket Indomaret Jl. Demangan Baru, Depok, Sleman,
Yogyakarta) menunjukan bahwa variabel potongan harga dan bonus pack
berpengaruh secara bersama-sama terhadap impulse buying, dengan hasil
analisis regresi menunjukkan bahwa variabel price discount dan bonus pack
memiliki nilai signifikan 0.000 lebih rendah dari standar yang ditetapkan
yaitu 0.05.87 Penelitian Yessica Tri dan Muhammad Edwar tentang Pengaruh
Bonus Pack dan Price Discount terhadap Impulse Buying Pada Konsumen
Giant Hypermarket Diponegoro Surabaya bahwa variabel bonus pack dan
price discount berpengaruh secara bersama-sama terhadap impulse buying.
Hal ini menunjukkan bahwa potongan harga dan bonus pack
merupakan salah satu promosi yang dapat meningkatkan impulse buying
konsumen, potongan harga dan bonus pack mempengaruhi konsumen dalam
spontanitas berbelanja dan menimbulkan semangat dalam melakukan
pembelian produk. Jika ada kemasan bonus pada produk diberikan gratis
akan menciptakan impulse buying kepada konsumen, konsumen tertarik
dengan adanya produk dengan harga rendah dari harga normal, sehingga hal
tersebut mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian tidak
terencana.
87 Ibid., 73.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa variabel
potongan harga (X1) mempunyai pengaruh terhadap pembelian tidak
terencana (Y). Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil statistik uji regresi
dengan F hitung sebesar 158,437 lebih besar dari F tabel 3,09, nilai
signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05), dan koefisien regresi
mempunyai nilai positif sebesar 0,247.
2. Berdasarkan hasil uji secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa variabel
bonus pack (X2) mempunyai pengaruh terhadap pembelian tidak terencana
(Y). Hal ini diperoleh dari hasil statistik uji regresi nilai t hitung sebesar
10,078 dan nilai sig sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai t hitung
lebih besar dari nilai r tabel 1,98552 dan nilai sig lebih kecil dari 0,05
(0,000<0,05) dan koefisien regresi mempunyai nilai positif sebesar 0,966.
3. Berdasarkan hasil uji F menunjukkan bahwa variabel potongan harga (X1)
dan bonus pack (X2) mempunyai pengaruh secara simultan terhadap
pembelian tidak terencana (Y). Hal ini diperoleh dari nilai F hitung sebesar
158,437 dengan signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
76
F hitung lebih besar dari F tabel 3,09 dan nilai signifikansi lebih kecil dari
0,05 (0,000<0,05)
B. Keterbatasan Masalah
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur
ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu:
1. Penyebaran kuesioner yang dilakukan kurang merata kepada setiap sampel,
sehingga memberikan keterbatasan dalam menggeneralisasi hasil penelitian.
C. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis dapat
memberikan saran antara lain sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti variabel lain diluar
variabel potongan harga dan bonus pack untuk pembelian tidak terencana
seperti misalnya free sample, dan penataan instore display.
2. Bagi perusahaan, bentuk promosi penjualan potongan harga dan bonus pack
dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian tidak terencana.
Berkaitan dengan hal tersebut, pihak minimarket Alfamart harus tetap
memfokuskan serta meningkatkan promosi penjualan berupa potongan harga
dan lebih meningkatkan promosi penjualan dalam bentuk bonus pack dengan
pemberian barang bonus pack yang tidak hampir kadaluara maupun barang
yang tidak laku agar dapat meningkatkan hasil penjualan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2002.
Assauri, Sofjan. Strategic Marketing Sustaining Lifetime Customer Value.
Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012.
Belch, George E. & Michael A. Belch. Advertising and Promotion : an
integrated marketing communications perspective, .New York, NY : McGraw-
Hill Education, 2018.
Damanuri, Aji. Metodologi Penelitian Mu’amalah. Ponorogo: STAIN Po
PRESS, 2010.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011.
Gitosudarmo, Indriyo. Manajemen Pemasaran, Edisi Pertama.
Yogyakarta: BPFE, 2000.
Hermawan, Iwan. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif,
Kualitatif, Mixed Methode . Kuningan: Hidayatul Quran, 2019.
Isnaini, Arif. Model dan Strategi Pemasaran . Makassar: Ntp Press, 2005.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. Prinsip-prinsip pemasaran, Jilid 1
Edisi 12. Alih Bahasa : Bob Sabran.Jakarta: Erlangga, 2008
Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran Edisi Ketiga Belas. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2008.
Machfoedz, Mahmud. Pengantar Ekonomi Modern. Yogyakarta: Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN, 2005.
Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2011.
Mowen, John C. dan Michel Minor, Perilaku Konsumen Jilid 2. Jakarta:
PT Penerbit Erlangga
Puspitasari, Fiki. Apakah Diskon itu? .Yogyakarta:KTSP, 2008.
Rohman, Fatchur. Peran Faktor Situasional dan Perilaku Pembelian
Impulsif . Malang: UB Press, 2012.
Santosa. Statistika Hospitalitas Edisi Revisi. Sleman: Deepublish Grup
Penerbitan CV Budi Utama. 2012.
Sarwono, Jonathan. Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif
(menggunakan prosedur SPSS). Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2012.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2013.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Kombinasi
(Mixed Method) .Bandung: CV Alfabeta, 2013.
Sujarweni, V. Wiratna. Metodologi Penelitian Bisnis & Ekonomi.
Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS, 2015.
Terrence A, Shimp. Periklanan: Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran
Terpadu Jilid 1, .Jakarta:Erlangga, 2003.
Tjiptono, Fandy. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Edisi II. Andi, 2007
Umar, Husein. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2003.
W, Boyd Harper. Manajemen Pemasaran Suatu Pendekatan Stategis
Dengan Orientasi Global. Jakarta: Erlangga, 2000.
Bong, Soeseno phd, “Pengaruh In-Store Stimuli Terhadap Impulse Buying
Behavior Konsumen Hypermarket di Jakarta,” Ultima Management Vol. 3 No. 1,
2011.
Mulianingsih, Defi dan Achmad Fauzi DH. “Pengaruh Motivasi Belanja
Hedonis Terhadap Kecenderungan Pembelian Impulsif di Online Shop (Survei
Online pada Konsumen Zalora Indonesia di Kota Surabaya), Jurnal Administrasi
Bisnis (JAB) Vol. 66 No. 1 Januari 2019.
Prihastama, Brian Vicky. “Pengaruh Price Discount Dan Bonus Pack
terhadap Impulse Buying Pada Pelanggan Minimarket (Studi pada Pelanggan
Minimarket Indomaret Jl. Demangan Baru, Depok, Sleman, Yogyakarta)”, Skripsi
(Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta, 2016.
Sari, Della Ruslimah dan Ikhwan Faisal. “Pengaruh Price Discount,
Bonus pack, dan In-Store Display Terhadap Keputusan Impulse Buying Pada
Giant Ekstra Banjar”, Jurnal Sains Manajemen dan Kewirausahaan, No.1, Vol. 2
Maret 2018.
Sukma, Dian Imam Suyadi, dan Dahlan Fanani. Pengaruh Fashion
Involment dan Positive Emotion Terhadap Impulse Buying (Survey pada Warga
Kelurahan Tulusrejo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang), Jurnal Administras
Bisnis Vol. 31 No 1 Februari 2016.
Wijaya, Ermy dan Yeni Oktariana. “Faktor‐Faktor Yang Mempengaruhi
Impulse Buying Pada Hodshop” Bengkulu: Fakultas Ekonomi Universitas
Dehasen Bengkulu, t.th.
Yunafiroh, Risqika. “Pengaruh Potongan Harga, Promosi Penjualan dan
Display terhadap Peningkatan Impulse Buying Konsumen di Toko Waralaba
Indomaret Raya Pattimura Baru Tulungagung (prespektif ekonomi Islam),”
Skripsi. Tulungagung: Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, 2019.
Peraturan Presiden Nomor 112 tahun 2007
Survey Penjualan Eceran November 2019 oleh Bank Indonesia, (diakses
pada tanggal 31 Januari 2020, jam 9,50).
Nur Fajriani R, “ Sejarah Alfamart di Indonesia, serta Beberapa Lokasinya
di Makassar,” dalam http://makasar.tribunnews.com, ( diakses pada tanggal 10
Januari 2020, jam 19.30).
“Alfamart meraih Indonesia Most Powerful Companies Award Kategori
Retail Trade,” dalam http://alfamartku.com (diakses pada tanggal 15 Januari 2020,
jam16.30).
Hani Nur Fajrina, “Generasi Millenial RI paling Impulsif,” dalam
www.cnnindonesia.com , (diakses pada tanggal 20 Januari 2020, jam 07.40).
Miftahudin , Wawancara, 13 Juni 2019
Afita Retna Endarawati, Wawancara, 16 Juni 2019
Hasil Pra Penelitian, Nuroh Rohmatin, di Alfamart Kabupaten Madiun,
Tanggal 10 Maret 2020.