TERHADAP LABA OPERASIONAL PT BANK SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30579/1/LIA NUR... · B. Identifikasi Masalah ………………………………

  • Upload
    donhan

  • View
    228

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

  • ii

    PENGARUH PEMBIAYAAN SEKTOR UMKM DAN NPF

    TERHADAP LABA OPERASIONAL PT BANK SYARIAH MANDIRI PUSAT

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

    untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

    Sarjana Ekonomi Islam (SE.Sy)

    Oleh:

    LIA NUR AULIA

    NIM. 1111046100152

    Di bawah bimbingan:

    Arif Fauzan, SE., MM

    KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

    PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

    UNIVERSITAS UIN SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1436 H/2015 M

  • iii

    PENGESAHAN PANITIA UJIAN

  • iv

    LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa:

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

    salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

    (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

    sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

    merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

    sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    Jakarta, Mei 2015

    LIA NUR AULIA

  • v

    ABSTRAKSI

    Lia Nur Aulia. 1111046100152. Pengaruh Pembiayaan Sektor UMKM

    dan NPF terhadap Laba Operasional PT Bank Syariah Mandiri Pusat. Skripsi,

    Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum,

    Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015.

    Bank Syariah merupakan lembaga keuangan syariah, yang salah satu

    tujuannya adalah untuk mendapatkan laba. Semakin tinggi laba yang dicapai

    perusahaan, mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan. Faktor-faktor yang

    mempengaruhi laba Bank Syariah diantaranya yaitu Pembiayaan dan NPF. Bank

    Syariah Mandiri (BSM) sebagai salah satu lembaga keuangan syariah memiliki

    portofolio pembiayaan, salah satu nya yaitu pembiayaan UMKM. Dalam penelitian

    ini akan diketahui pengaruh antara pembiayaan UMKM dan NPF terhadap Laba

    Operasional Bank Syariah Mandiri dengan teknik analisis regresi linear berganda.

    Data yang digunakan adalah data primer berupa wawancara langsung dengan pihak

    terkait dan data sekunder berupa laporan keuangan triwulan periode 2008-2014 dan

    dokumen-dokumen terkait. Hasil penelitian diketahui bahwa variabel UMKM dan

    NPF berpengaruh secara simultan terhadap Laba yaitu sebesar 47,4 %. Secara parsial,

    variabel UMKM memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap laba sebesar

    0,597 atau sebesar 59,7 %. Sedangkan variabel NPF memiliki pengaruh yang negatif

    signifikan terhadap laba dengan pengaruh sebesar - 0,609 atau sebesar - 60,9 %.

    Kata Kunci: Laba Operasional, Pembiayaan UMKM, NPF

    Pembimbing: Arif Fauzan, SE., MM.

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

    kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berbagai macam nikmatnya, terutama

    nikmat sehat walafiat sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul

    Pengaruh Pembiayaan Sektor UMKM dan NPF terhadap Laba Operasional

    PT Bank Syariah Mandiri Pusat. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan

    keharibaan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kepada zaman yang

    terang benderang.

    Skripsi ini merupakan hasil dari perjuangan penulis guna memenuhi salah

    satu syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) pada Fakultas Syariah

    dan Hukum, Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah Universitas

    Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Selama proses penulisan skripsi ini, penulis ini tidaklah terlepas dari segala

    bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

    kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Syariah dan

    Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

  • vii

    2. Bapak AM.Hasan Ali, MA, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak

    Abdurrauf, Lc, MA, selaku Sekretaris Program Studi Muamalat.

    3. Bapak Arif Fuzan, SE.,MM, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

    waktu luang, bimbingan dan motivasi serta doa kepada penulis selama

    penyusunan skripsi ini, semoga Allah membalas kebaikan Bapak.

    4. PT Bank Syariah Mandiri Pusat khususnya Micro Banking Group yang telah

    mengizinkan penulis melakukan penelitian serta bersedia memberikan berbagai

    macam data yang diperlukan oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini.

    5. Pimpinan dan staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta serta Pimpinan dan staff Perpustakaan Utama UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta yang telah membantu menyediakan fasilitas perpustakaan.

    6. Bidik Misi Departemen Agama, yang telah memberikan beasiswa khususnya

    kepada penulis sehingga penulis dapat mengenyam pendidikan di Perguruan

    Tinggi Negeri.

    7. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan berbagai bekal ilmu yang sangat

    bermanfaat selama masa perkuliahan.

    8. Kedua orang tuaku tercinta, H.A.Nawawi dan Hj.Nurhayati yang telah

    memberikan segala dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tak

    pernah putus untuk anak-anaknya.

    9. Kakak dan abang tersayang, Faizah, Hifziah, Siti Nurbaiti, A.Syaugi, M.Zam-

    Zami yang selalu memberikan support dan doa nya serta adik ku A.Fairuzi yang

  • viii

    tak pernah bosan mengantar dan menjemput sekaligus ponakan-ponakan yang

    selalu menghibur saat mengalami kebosanan selama penulisan skripsi.

    10. Sahabat-sahabat terbaik dan seperjuangan penulis di kampus, khususnya PS-D

    2011, Syahliah, Siti Nurhayati, Siti Nurhotimah dan sahabat satu atap (Mahad

    Putri), Rasma Juansari Tantri, Afinanisa Iksan, Munawarotul Kiptiah yang selalu

    memberikan semangat dan waktunya dalam menemani penulis menyelesaikan

    skripsi ini.

    11. Sahabat-sahabat sedari dulu hingga sekarang, Fakhrani Ahliyah, Mega Rizkiah,

    Indah Nurwashilah, Astuti yang tak pernah bosan menemani dan mensupport

    penulis selama ini.

    12. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah

    membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah membalas

    segala kebaikan yang telah dilakukan.

    Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat menambah khasanah ilmu

    pengetahuan dan memberikan manfaat serta dapat menjadi amal ibadah bagi penulis.

    Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat untuk kita semua. Amin.

    Jakarta, 08 Mei 2015

    PENULIS

  • ix

    DAFTAR ISI

    ABSTRAKSI .... v

    KATA PENGANTAR .. vi

    DAFTAR ISI .... ix

    DAFTAR TABEL xi

    DAFTAR GAMBAR ... xii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .......... 1

    B. Identifikasi Masalah .... 6

    C. Pembatasan Masalah ... 7

    D. Perumusan Masalah ..... 7

    E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

    F. Review Studi Terdahulu ..... 9

    G. Kerangka Pemikiran .... 11

    H. Variabel Penelitian ... 12

    I. Pernyataan Hipotesis ... 13

    J. Sistematika Penulisan .. 13

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Pembiayaan

    1. Gambaran Umum Pembiayaan ... 15

    2. Jenis Pembiayaan ... 17

    3. Proses Pemberian Pembiayaan ... 18

    B. Pembiayaan UMKM

    1. Gambaran Umum UMKM . 19

    2. Peraturan Pemerintah tentang Pembiayaan UMKM .. 23

    C. Non Performing Financing (NPF)

    1. Kualitas Pembiayaan dan NPF ... 25

  • x

    2. Jenis-jenis NPF ... 30

    D. Laba Operasional Bank Syariah

    1. Pengertian Laba .. 32

    2. Pertumbuhan Laba .. 33

    3. Konsep Laba Operasional ... 35

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian .. 37

    B. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian .. 37

    2. Pendekatan Penelitian 38

    C. Jenis dan Sumber Data . 38

    D. Variabel Penelitian 39

    E. Teknik Pengumpulan Data . 40

    F. Teknik Analisis Data ... 41

    BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum PT Bank Syariah Mandiri .. 48

    B. Pengaruh pembiayaan sektor UMKM terhadap Laba Operasional Bank

    Syariah Mandiri ... 51

    C. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Laba Operasional

    Bank Syariah Mandiri .. 52

    D. Pengaruh UMKM dan NPF secara Bersama-sama terhadap Laba

    Operasional . 53

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .. 59

    B. Saran 60

    DAFTAR PUSTAKA .. 61

    LAMPIRAN .. 64

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1. Review Studi Terdahulu 9

    Tabel 2.1. Sumber Permodalan UMKM . 23

    Tabel 2.2. Kriteria Kualitas Pembiayaan 27

    Tabel 3.1. Koefisien Determinasi ... 47

    Tabel 4.1. Hasil Uji Korelasi Laba & UMKM .. 51

    Tabel 4.2. Hasil Uji t UMKM . 51

    Tabel 4.3. Hasil Uji Korelasi Laba & NPF . 52

    Tabel 4.4. Hasil Uji t NPF .. 53

    Tabel 4.5. Hasil Uji Multikolinearitas 54

    Tabel 4.6. Hasil Uji Autokorelasi ... 55

    Tabel 4.7. Hasil Uji F UMKM dan NPF 56

    Tabel 4.8. Hasil Uji Determinasi 57

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran Teoritis . 12

    Gambar 4.1. Skema Pembiayaan UMKM secara Langsung .. 50

    Gambar 4.2. Skema Pembiayaan UMKM secara Linkage . 50

    Gambar 4.3. Hasil Uji Normalitas .. 54

    Gambar 4.4. Hasil Uji Heterokedastisitas .. 56

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Perbankan syariah hingga saat ini terus mengalami perkembangan yang

    signifikan. Perbankan syariah juga masih mampu mempertahankan eksistensi dan

    perkembangannya dalam menghadapi situasi perekonomian yang masih dalam

    tahap pemulihan akibat krisis global. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah

    kantor BUS dan UUS hingga Oktober 2013 yaitu mencapai 23 % dari jumlah

    kantor pada tahun sebelumnya. 1

    Meningkatnya jumlah bank dan kantor perbankan syariah yang beroperasi

    di Indonesia ini memberikan dampak yang positif bagi perkembangan industri

    perbankan syariah. Peningkatan ini memberikan kemudahan bagi masyarakat

    yang kelebihan dana (surplus) untuk menginvestasikan dana nya di bank syariah

    dan juga memudahkan bank itu sendiri untuk menyalurkan pembiayaan kepada

    masyarakat yang kekurangan dana (defisit). Hal ini sesuai dengan fungsi bank

    sebagai lembaga intermediasi yang menghubungkan antara pihak yang memiliki

    kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana.2

    1 Bank Indonesia. Outlook Perbankan Syariah 2014. (Jakarta: BI, 2014). Diakses pada 2

    Oktober 2014 dari http://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-

    pers/Documents/BIOutlookPerbankanSyariah2014.pdf 2 Muhammad. Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia.

    (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), h. 2.

    http://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Documents/BIOutlookPerbankanSyariah2014.pdfhttp://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Documents/BIOutlookPerbankanSyariah2014.pdf

  • 2

    Bank syariah merupakan lembaga keuangan syariah, yang berorientasi

    pada laba (profit). Laba bukan hanya untuk kepentingan pemilik atau pendiri,

    tetapi juga sangat penting untuk pengembangan usaha bank syariah. Laba bank

    syariah terutama diperoleh dari selisih antara pendapatan atas penanaman dana

    dan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu.3

    Laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan. Pertumbuhan laba

    yang baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik. Oleh karena laba

    merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi laba yang

    dicapai perusahaan, mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan. Perolehan

    laba yang maksimal akan didapatkan jika bank memaksimalkan pembiayaannya

    secara efektif dan efisien.4

    Pembiayaan adalah salah satu tugas pokok bank syariah. Menurut

    ketentuan Bank Indonesia, pembiayaan adalah penyediaan dana dan atau tagihan

    berdasarkan akad mudharabah dan atau musyarakah dan atau pembiayaan

    lainnya berdasarkan prinsip bagi hasil.5

    Dalam pelaksanaan pembiayaan, bank syariah harus memenuhi aspek

    syariah dan aspek ekonomi. Artinya, dalam setiap realisasi pembiayaan kepada

    nasabah, bank syariah harus tetap berpedoman pada syariat Islam (antara lain

    tidak mengandung unsur maysir, gharar, dan riba serta bidang usahanya halal), di

    3 Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014). h. 133

    4 Ibid. h.133

    5 Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia No.5/7/PBI/2003. (Jakarta: BI 2003). Diakses

    pada 2 Oktober 2014 dari http://www.bi.go.id/id/peraturan/arsip-peraturan/Perbankan2003/pbi-5-7-

    kap_bps.pdf

  • 3

    samping tetap mempertimbangkan perolehan keuntungan baik bagi bank syariah

    maupun nasabah itu sendiri.6

    Penyaluran pembiayaan yang besar berpengaruh positif terhadap

    perolehan laba. Hal ini dapat dijelaskan karena dengan semakin besar

    menyalurkan pembiayaan maka bank syariah dapat memperoleh pendapatan baik

    itu didapat dari perolehan bagi hasil, margin penjualan atau pendapatan jasa yang

    pada akhirnya akan meningkatkan laba bank syariah.7

    Bank-bank syariah tengah gencar memberikan pembiayaan ke sektor ritel

    khususnya sektor UMKM. Hal ini terlihat dari tingginya porsi pembiayaan yang

    diberikan oleh beberapa bank syariah per 2014, diantaranya yaitu Bank Bukopin

    Syariah pada tahun 2014 memberikan porsi pembiayaan ke sektor UMKM yaitu

    sebesar 80% dari total pembiayaan atau sebesar 2,9 triliun. BNI Syariah sebesar

    44% dari total pembiayaan Rp. 13,4 triliun dan 38%-40% dari total pembiayaan

    pada Panin Bank Syariah.8

    Bank Syariah Mandiri (BSM) dalam hal ini juga turut memberikan

    kontribusinya dalam menyalurkan pembiayaan secara individu maupun kelompok

    yang kekurangan dana. Sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, BSM terus

    6 Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 314.

    7 Tri Joko Purwanto, Analisis Besarnya Pengaruh Pembiayaan, Financing To Deposit Ratio

    (Fdr) Dan Rasio Non Performing Financing (Npf) Terhadap Laba Bank Syariah (Studi Kasus Pt. Bank

    Muamalat Indonesia, Tbk). (Bogor: Skripsi IPB, 2011). Diakses pada 17 Juli 2014 dari

    http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47725/H11tpu.pdf?sequence=1. 8 Berita Keuangan. Pembiayaan Bank Syariah. Diakses pada 1 Juli 2015 dari

    http://keuangan.kontan.co.id/news/perbankan-syariah-gencar-di-pembiayaan-umkm.

    http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47725/H11tpu.pdf?sequence=1

  • 4

    berupaya mendorong kemandirian masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan

    adalah dengan menyalurkan pembiayaan ke sektor UMKM.9

    Pembiayaan UMKM yang tercatat oleh perseroan per akhir 2012 mencapai

    Rp32,79 triliun, atau sebesar 73,3% dari total pembiayaan sebesar Rp44,76

    triliun. Pada akhir 2011, posisi pembiayaan UMKM sebesar Rp26,78 triliun,

    sebesar 72,9% dari total pembiayaan Rp36,73 triliun. Pertumbuhan pembiayaan

    UMKM sendiri sebesar 22,45% dalam setahunan, yang juga dikontribusi

    pembiayaan di segmen mikro. 10

    Salah satu penyebab cukup besarnya presentase pembiayaan bank syariah

    terhadap UMKM diduga karena bank syariah lebih mengutamakan kelayakan

    usaha (proyek) ketimbang nilai agunan.11

    Selain itu, UMKM juga memiliki

    pengaruh yang signifikan bagi pencapaian program pemerintah dalam hal

    mengurangi pengangguran dan mengentaskan kemiskinan. Pembiayaan ini juga

    berpengaruh terhadap perolehan laba operasional bank syariah. Pernyataan ini di

    dukung oleh penelitian Iman dan Adi bahwasanya pembiayaan UMKM

    mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan laba operasional bank syariah.

    Selain memperhatikan pembiayaan yang disalurkan, bank juga harus

    memperhatikan kualitas pembiayaan. Kualitas pembiayaan dapat dilihat dari NPF

    9 Bank Syariah Mandiri: BSM Masih Fokus ke UMKM. (Jakarta: BSM, 20012). Artikel Diakses pada 29 November 2014 dari http://www.syariahmandiri.co.id/2012/08/bsm-masih-fokus-ke-

    umkm/ 10

    Berita BSM, BSM Patok Porsi Pembiayaan UMKM Jadi 75%. (Jakarta: BSM, 2013).

    Artikel Diakses tanggal 9 September 2014 dari http://www.syariahmandiri.co.id/2013/04/bsm-patok-

    porsi-pembiayaan-umkm-jadi-75/. 11

    Amir Machmud dan Rukmana. Bank Syariah Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di

    Indonesia. (Jakarta: Erlangga, 2010). h. 100

    http://www.syariahmandiri.co.id/2012/08/bsm-masih-fokus-ke-umkm/http://www.syariahmandiri.co.id/2012/08/bsm-masih-fokus-ke-umkm/http://www.syariahmandiri.co.id/2013/04/bsm-patok-porsi-pembiayaan-umkm-jadi-75/http://www.syariahmandiri.co.id/2013/04/bsm-patok-porsi-pembiayaan-umkm-jadi-75/

  • 5

    bank syariah tersebut. NPF mencerminkan risiko pembiayaan, semakin tinggi

    rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk.

    Pengelolaan pembiayaan sangat diperlukan oleh bank, mengingat fungsi

    pembiayaan sebagai penyumbang pendapatan terbesar bagi bank syariah.

    Bertambahnya NPF akan mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk

    memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan sehingga

    mempengaruhi perolehan laba. Hal ini didukung oleh penelitian Tri Joko yang

    menyatakan bahwa NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap laba.

    Permasalahan yang terjadi saat ini, NPF perbankan syariah termasuk BSM

    turut mengalami kenaikan yang cukup tinggi. NPF di Bank Syariah Mandiri

    mencapai 3,90% pada triwulan kedua tahun 2014. Rasio NPF tersebut lebih tinggi

    jika dibandingkan dengan kondisi pada triwulan pertama tahun 2014 yang berada

    pada level 2,65 %.12

    Kenaikan NPF di BSM ini bukan semata-mata karena tingginya

    pembiayaan yang diberikan pada sektor UMKM. Jika dibandingkan, pembiayaan

    UMKM paling tinggi ada pada triwulan kedua tahun 2013 dan NPF nya hanya

    mencapai 1,1%. Hal ini berbanding terbalik pada saat pembiayaan UMKM turun

    pada tahun 2014, NPF di BSM naik mencapai 4,23%.13

    Oleh karena itu, tingginya NPF di BSM bukan hanya karena pembiayaan

    sektor UMKM, tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya, salah satunya

    12

    Bank Syariah Mandiri. Laporan Keuangan Triwulan 2014. (Jakarta: BSM, 2014) 13

    Ibid

  • 6

    yaitu adanya kasus fraud (kecurangan) pada tahun 2013. Selain itu, tingginya

    NPF juga disebabkan oleh kondisi ekonomi global dan nasional. Hal ini turut

    memberikan efek bagi sektor-sektor usaha yang dibiayai oleh BSM.

    Pertumbuhan penyaluran pembiayaan ke sektor UMKM merupakan

    prestasi luar biasa yang dicapai BSM. Tetapi tingginya pembiayaan tersebut juga

    diikuti tingginya tingkat NPF dalam tiga tahun terakhir. Apakah terdapat

    pengaruh antara kedua variabel tersebut terhadap laba di BSM? Berdasarkan

    permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian

    yang berjudul: PENGARUH PEMBIAYAAN SEKTOR UMKM DAN NON

    PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP LABA OPERASIONAL PT

    BANK SYARIAH MANDIRI PUSAT

    B. Identifikasi Masalah

    Sebelum dirumuskan masalah penelitian perlu dibuat identifikasi masalah.

    Berikut ini dikemukakan masalah-masalah yang ada pada objek yang diteliti,

    antara lain :

    1. Laba bank syariah dalam tiga tahun terakhir mengalami penurunan.

    2. Tingkat NPF (Non Performing Financing) di bank syariah cukup tinggi dalam

    tiga tahun terakhir. Rata-rata NPF bank syariah mencapai 4 % untuk NPF net

    dan 6 % untuk NPF gross.

  • 7

    C. Pembatasan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

    dideskripsikan, maka penulis membatasi permasalahan pada:

    1. Faktor yang mempengaruhi laba operasional yang diteliti yaitu hanya

    pembiayaan UMKM dan NPF khususnya di Bank Syariah Mandiri Pusat.

    2. NPF yang digunakan dalam penelitian ini yaitu NPF Gross dan periode

    penelitian ini yaitu tahun 2008-2014

    D. Perumusan Masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah dan latar belakang di atas, maka untuk

    mempermudah pembahasan penulis, merumuskan masalah sebagai berikut:

    1. Apakah terdapat pengaruh pembiayaan sektor UMKM terhadap laba

    operasional Bank Syariah Mandiri?

    2. Apakah terdapat pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap laba

    operasional Bank Syariah Mandiri?

    3. Apakah pembiayaan sektor UMKM dan NPF secara bersama-sama

    berpengaruh terhadap laba operasional Bank Syariah Mandiri?

    E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    a. Mengetahui dan menganalisis apakah terdapat pengaruh pembiayaan

    UMKM terhadap laba operasional Bank Syariah Mandiri.

  • 8

    b. Mengetahui dan menganalisis apakah terdapat pengaruh NPF terhadap laba

    operasional Bank Syariah Mandiri.

    c. Mengetahui dan menganalisis apakah pembiayaan sektor UMKM dan NPF

    berpengaruh secara bersama-sama terhadap laba operasional Bank Syariah

    Mandiri

    2. Manfaat Penelitian

    Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :

    a. Bagi Perusahaan, sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk

    menentukan kebijakan terhadap pembiayaan khususnya pembiayaan sektor

    UMKM dan dapat menjadi dasar penilaian yang obyektif dalam rangka

    meningkatkan laba operasional melalui langkah yang telah ditetapkan.

    b. Bagi Ilmu Pengetahuan, untuk menambah khazanah intelektual bagi

    perkembangan perbankan syariah, khususnya dalam pengaruh pembiayaan

    sektor UMKM dan NPF terhadap laba operasional bank syariah. Dapat

    pula dijadikan literatur untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai

    pembiayaan dan npf serta laba operasional.

    c. Bagi Penulis, sebagai bahan informasi/masukan dalam upaya

    meningkatkan kemampuan, kreativitas yang berkaitan dengan dunia kerja

    dimasa yang akan datang dan merupakan sarana pelatihan bagi mahasiswa

  • 9

    untuk dapat mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi antara teori

    yang diberikan dengan praktek dilapangan.

    F. REVIEW STUDI TERDAHULU14

    Tabel 1.1

    Review Studi Terdahulu

    14

    Fakultas Syariah dan Hukum, Pedoman Penulisan Skripsi (Jakarta: Pusat Peningkatan dan

    Jaminan Mutu ( PPJM ) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2012), h.93.

    No

    Nama Penulis/

    NIM/ Fakultas/

    Universitas/ Judul

    Skripsi,

    Jurnal/Tahun

    Substansi Perbedaan dengan

    penulis

    1. Iman Pirman

    Hidayat dan Adi

    Ridwan Fadillah /

    Jurusan Akuntansi

    Fakultas Ekonomi/

    Universitas

    Siliwangi/Pengaru

    h Penyaluran

    Kredit

    Usaha Mikro Kecil

    Menengah

    dan Pendapatan

    Operasional

    Terhadap Laba

    Operasional

    (Kasus Pada Pt

    Bank Jabar

    Banten. Tbk)/2011

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    pengaruh penyaluran kredit usaha mikro kecil

    menengah (UMKM) dan pendapatan operasional

    terhadap laba operasional pada PT. Bank Jabar Banten,

    Tbk. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

    deskriptif dengan pendekatan studi kasus.

    Hasilnya, kredit UMKM berpengaruh positif tidak

    signifikan terhadap pendapatan operasional. Pengaruh

    penyaluran kredit UMKM terhadap laba operasional

    secara parsial berpengaruh positif tidak signifikan

    terhadap laba operasional. Pengaruh pendapatan

    operasional terhadap laba operasional berpengaruh

    signifikan terhadap laba operasional. Pengaruh

    penyaluran kredit UMKM dan pendapatan operasional

    terhadap laba operasional secara simultan berpengaruh

    signifikan terhadap laba operasional.

    Letak

    perbedaannya

    adalah variable

    bebas yang diteliti

    dan metodologi

    penelitiannya.

    2. Hanif Maula

    Tanjung/ Jurusan

    Akuntansi/

    Fakultas

    Pendidikan

    Ekonomi dan

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    pengaruh Non Performing Financing (NPF)

    pembiayaan murabahah dan pertumbuhan margin

    murabahah terhadap pertumbuhan laba operasional

    pada bank umum syariah di Indonesia pada periode

    2005-2009. Penelitian ini menggunakan metode

    Perbedaan pada

    penelitian ini

    terletak pada

    variable yang

    diteliti sekaligus

    metode yang

  • 10

    Bisnis/ Universitas

    Pendidikan

    Indonesia/

    Pengaruh Non

    Peforming

    Financing (Npf)

    Pembiayaan

    Murabahah Dan

    Pertumbuhan

    Margin

    Murabahah

    Terhadap

    Pertumbuhan Laba

    Operasional Pada

    Bank Umum

    Syariah Di

    Indonesia/2012

    penelitian analisis inferensial. Data penelitian diambil

    dari laporan keuangan tiga bank umum syariah yang

    dilibatkan pada penelitian ini. Data dikumpulkan

    dengan teknik purposive sampling secara cross

    sectional dan time series.

    Kesimpulan dari penelitian ini adalah pertama,

    pengaruh Non Performing Financing (NPF)

    pembiayaan murabahah terhadap pertumbuhan margin

    murabahah menunjukan hubungan yang berada pada

    tingkat sedang (r = -0,412) dengan signifikasi

    hubungan sebesar 17,0%. Kedua, pengaruh

    pertumbuhan margin murabahah terhadap pertumbuhan

    laba operasional menunjukkan hubungan yang sangat

    kuat (r = 0,995) dengan signifikasi hubungan sebesar

    99,0%. Ketiga, pengaruh Non Performing Financing

    (NPF) pembiayaan murabahah terhadap pertumbuhan

    laba operasional menunjukan hubungan yang berada

    pada tingkat rendah (r = -0,372) dengan signifikasi

    hubungan sebesar 13,9%.

    digunakan pun

    juga berbeda.

    3. Cahya Masturina

    Citra/09390079/Fa

    kultas Syariah dan

    Hukum/UIN

    Sunan Kalijaga

    Yogyakarta/Pengar

    uh NPF, DPK dan

    Inflasi Terhadap

    Penyaluran

    Pembiayaan Usaha

    Kecil Menengah

    (UKM) pada

    BPRS di

    Indonesia/Skripsi/

    2013

    Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menjelaskan

    pengaruh NPF, DPK dan inflasi terhadap jumlah

    pembiayaan yang disalurkan pada sektor UKM.

    Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal

    komparatif. Teknik pengumulan data yang digunakan

    yaitu teknik dokumentasi. Teknik analisa data yang

    digunakan yaitu uji asumsi klasik, analisis regresi

    linear berganda, uji R square, uji F dan uji t.

    Kesimpulannya bahwa secara simultan variabel

    NPF, DPK dan inflasi berpengaruh terhadap

    pembiayaan UKM. Secara parsial, DPK berpengaruh

    positif signifikan terhadap penyaluran pembiayaan

    UKM. NPF berpengaruh negative terhadap pembiayaan

    UKM. Sedangkan inflasi tidak berpengaruh terhadap

    pembiayaan UKM. Hasil koefisien determinasi (R

    square) menunjukan 98,6%, dimana variabel Y dapat

    dijelaskan oleh ketiga variabel X. Sedangkan 1,4% Y

    dipengaruhi oleh faktor lainnya.

    Perbedaan

    penelitian ini

    dengan penelitian

    yang dilakukan

    oleh penulis yaitu

    pada variabelnya.

    Selain itu, teknik

    analisis data nya

    pun berbeda.

    penelitian ini

    hanya

    menggunakan

    teknik

    dokumentasi

    sedangkan penulis

    selain dokumentasi

    juga menggunakan

    teknik wawancara.

  • 11

    G. Kerangka Pemikiran

    Pembiayaan sektor UMKM di bank syariah hingga saat ini masih terus

    mengalami peningkatan. Peningkatan ini tentunya bukan tanpa alasan, sebagai

    lembaga yang berorientasi pada profit senantiasa terus meningkatkan

    pembiayaannya untuk meningkatkan laba. Akan tetapi, bank syariah juga harus

    memperhatikan kualitas pembiayaan itu sendiri. Kualitas pembiayaan dapat

    4. Tri Joko Purwanto/

    H24061626/ Fakultas Ekonomi

    dan Manajemen/

    Institut Pertanian

    Bogor (IPB)/

    Analisis Besarnya

    Pengaruh

    Pembiayaan,

    Financing To

    Deposit Ratio

    (Fdr) Dan Rasio

    Non Performing

    Financing (Npf)

    Terhadap Laba

    Bank Syariah

    (Studi Kasus Pt.

    Bank Muamalat

    Indonesia, Tbk)/

    Skripsi/ 2011.

    Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis

    pengaruh total dana pihak ketiga, pembiayaan, FDR

    dan NPF terhadap laba bank syariah, (2) Menganalisis

    pengaruh pembiayaan terhadap Non Performing

    Financing. Model dalam penelitian ini terdiri dari dua

    model regresi linier sederhana dan satu model regresi

    linier berganda, yaitu: (1). Pengaruh Dana Pihak Ketiga

    terhadap Laba, (2) Pengaruh pembiayaan, Financing to

    Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap

    Laba, (3) Pengaruh Pembiayaan terhadap Rasio Non

    Performing Financing.

    1. Laba = -40271 + 0,0328 Dana Pihak Ketiga 2. Laba = 29659 + 0,0327 Pembiayaan 401 FDR

    4000 NPF

    Hasil penelitian menunjukan bahwa: berdasarkan

    model persamaan (1), dana pihak ketiga berpengaruh

    positif terhadap laba dengan koefisien 0,0328. Model

    persamaan (2) secara simultan (keseluruhan) variabel

    pembiayaan, FDR dan NPF memiliki pengaruh nyata.

    Namun secara parsial hanya pembiayaan dan NPF yang

    berpengaruh nyata terhadap laba. Model ini memiliki

    nilai Koefisien Determinasi (R) sebesar 94,4% yang

    artinya keragaman nilai dari laba, 94,4 % nya

    dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam model yaitu:

    pembiayaan, FDR dan NPF dan sisanya sebesar 5,6 %

    dipengaruhi oleh factor-faktor lainnya.

    Pada penelitian ini

    terdapat 3 variabel

    bebas, sedangkan

    penulis hanya

    meneliti 2 variabel

    bebas dan terfokus

    pada pembiayaan

    UMKM dan NPF,

    analisis regresinya

    pun tentu berbeda.

    Penulis

    menggunakan

    analisis regresi

    berganda dengan 1

    persamaan

    sedangkan

    penelitian ini

    menggunakan

    analisis regresi

    linier berganda

    dengan 2 model

    persamaan karena

    variable yang

    digunakan pun

    lebih banyak.

  • 12

    dilihat dengan rasio NPF. Semakin rendah rasio ini maka kesempatan bank untuk

    mendapatkan laba dari pembiayaannya akan semakin tinggi.

    Gambar 1.1

    Kerangka pemikiran Teoritis

    H. Variabel Penelitian

    Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka variabel dalam penelitian

    ini yaitu:

    1. Variebel dependent : Laba Operasional (Y)

    2. Variebel Independent : Pembiayaan UMKM (X1), NPF (X2)

    Landasan Teori

    Tujuan Penelitian

    Latar Belakang Penelitian

    Analisis Statistik

    Keterkaitan Variabel

    Variabel Yang Diteliti

    1. Laba Operasional (Y)

    2. Pembiayaan UMKM (X1)

    3. NPF (X2)

    Hasil Penelitian:

    Dapat diketahui adanya pengaruh dari pembiayaan UMKM dan NPF terhadap

    laba operasional Bank Syariah

    X1

    11

    11

    11

    1 X2

    Y

  • 13

    I. Pernyataan Hipotesis

    Berdasarkan teori yang telah ada serta beberapa literature review

    terdahulu, maka penulis merumuskan hipotesis pengaruh pembiayaan UMKM

    dan NPF terhadap laba operasional bank syariah sebagai berikut:

    H1 : Terdapat pengaruh positif antara pembiayaan sektor UMKM dan laba

    operasional Bank Syariah Mandiri

    H2 : Terdapat pengaruh negatif antara NPF dan laba operasional Bank Syariah

    Mandiri.

    H3 : Terdapat pengaruh secara bersama-sama antara pembiayaan UMKM dan

    NPF terhadap Laba Operasional Bank Syariah Mandiri.

    J. Sistematika Penulisan

    Untuk keserasian dan ketertiban pembahasan, serta untuk mempermudah

    analisa materi pada skripsi ini, maka penulis menjelaskan dalam sistematika

    penulisan. Secara garis besar, skripsi ini terdiri dari lima bab yang dibagi didalam

    sub bab dan setiap sub bab mempunyai pembatasan masing-masing yang akan

    saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    Dalam bab ini, penulis menguraikan hal-hal yang terkait dengan latar

    belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan

  • 14

    dan manfaat penelitian, hipotesis penelitian, review terdahulu dan

    sistematika penulisan.

    BAB II LANDASAN TEORI

    Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan

    pembahasan penulisan skripsi ini, khusunya mengenai variabel-

    variabel yang terkait di dalam penelitian ini yaitu pembiayaan sektor

    UMKM, NPF dan laba operasional.

    BAB III METODE PENELITIAN

    Dalam bab ini, penulis menguraikan lebih rinci mengenai variable

    dalam penelitian, lokasi dan waktu penelitian, pengumpulan dan

    pengolahan data, serta teknik analisis yang digunakan dalam penelitian

    ini.

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada bab ini berisi uraian secara rinci mengenai semua temuan-temuan

    yang dihasilkan dalam penelitian dan mendeskripsikan hasil yang

    diperoleh secara teoritik dan statistik berdasarkan pada analisa

    kuantitatif.

    BAB V PENUTUP

    Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan permasalahan

    yang dihasilkan dari pembahasan yang telah dilakukan serta saran

    terhadap permasalahan yang diteliti.

  • 15

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Pembiayaan

    1. Gambaran Umum Pembiayaan

    Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi

    intermediari, yaitu menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya dalam

    bentuk pembiayaan kepada kelompok masyarakat yang memerlukan. Seperti

    bank konvensional, salah satu aktivitas bank syariah yang dominan adalah

    penyaluran pembiayaan kepada masyarakat. Penyaluran pembiayaan menjadi

    bagian yang sangat penting bagi bisnis bank karena menunjukkan

    keberpihakan bank pada kemajuan ekonomi masyarakat.

    Pembiayaan di bank syariah atau disebut kredit di bank konvensional,

    pada dasarnya merupakan sebuah kesepakatan bank dengan nasabah yang

    memerlukan dana untuk membiayai kegiatan atau aktivitas tertentu.

    Kesepakatan penyaluran pembiayaan bank kepada nasabah tersebut dapat

    dibedakan berdasarkan akad yang digunakan. Akad pembiayaan bisa berupa

    akad jual beli, akad penanaman modal atau investasi, akad sewa/sewa-beli,

    dan akad lain-lain. Ada juga akad pinjam meminjam uang tanpa tambahan

    atas pokok atau bunga.1

    1 Ikatan Bankir Indonesia. Memahami Bisnis Bank Syariah. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

    Utama, 2014). h. 202

  • 16

    Pengenaan tambahan pengembalian berupa bunga pada pokok

    pinjaman terjadi pada kredit bank konvensional. Pada bank syariah, tambahan

    pengembalian berupa tambahan tidak terjadi. Dalam pelaksanaan pembiayaan,

    Bank Syariah harus memenuhi aspek syariah dan aspek ekonomi. Artinya,

    dalam setiap realisasi pembiayaan kepada nasabah, bank syariah harus tetap

    berpedoman pada syariat Islam (antara lain tidak mengandung unsur maysir,

    gharar, dan riba serta bidang usahanya halal), di samping tetap

    mempertimbangkan perolehan keuntungan baik bagi bank syariah maupun

    nasabah itu sendiri.2

    Bank syariah melandasi kegiatan penyaluran pembiayaan dengan Al-

    Quran dan Hadits. Allah berfirman di dalam Q.S Al Maidah 5 : 2 yang

    berbunyi sebagai berikut

    [:]

    Yang artinya berbunyi sebagai berikut, Dan tolong-menolonglah kamu

    dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong

    dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,

    sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya

    2 Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 314.

  • 17

    Hadits riwayat Ibnu Majah dari Shuhaib:

    Nabi bersabda, Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak

    secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan

    jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.

    Kaidah Fiqih:

    Pada dasarnya segala bentuk muamalat boleh dilakukan, kecuali ada dalil

    yang mengharamkan.

    2. Jenis Pembiayaan

    Secara umum, jenis pembiayaan berdasarkan tujuan penggunaan dapat

    dibedakan menjadi:3

    a. Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada nasabah

    yang dipergunakan untuk menbiayai barang-barang konsumtif. Pembiayaan

    ini umumnya untuk perorangan, seperti untuk pembelian rumah tinggal,

    pembelian mobil untuk keperluan pribadi. Pembayaran kembali

    pembiayaan, berupa angsuran, berasal dari gaji atau pendapatan lainnya,

    bukan dari objek yang dibiayainya.

    Jenis pembiayaan yang termasuk dalam jenis pembiayaan konsumtif,

    antara lain:

    1.) Pembiayaan Perumahan

    3 Ikatan Bankir Indonesia. Memahami Bisnis Bank Syariah. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

    Utama, 2014). h. 207

  • 18

    2.) Pembiayaan Mobil

    3.) Pembiayaan Multiguna

    4.) Kartu Pembiayaan

    b. Pembiayaan Komersial, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada

    perorangan atau badan usaha yang dipergunakan untuk membiayai suatu

    kegiatan usaha tertentu. Pembayaran kembali pembiayaan komersial

    berasal dari hasil usaha yang dibiayai.

    Pembiayaan yang termasuk dalam jenis pembiayaan komersial yaitu:

    1.) Pembiayaan Mikro

    2.) Pembiayaan Usaha Kecil

    3.) Pembiayaan Usaha Menengah

    4.) Pembiayaan Korporasi

    3. Proses Pemberian Pembiayaan

    Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun

    2008 tentang Perbankan Syariah, khususnya pasal 23 perihal Kelayakan

    Penyaluran Dana (Pemberian Pembiayaan), ditegaskan bahwa:

    Bank Syariah dan/atau UUS harus mempunyai keyakinan atas

    kemauan dan kemampuan calon Nasabah Penerima Fasilitas untuk

    melunasi seluruh kewajiban pada waktunya sebelum Bank Syariah

    dan/atau UUS menyalurkan dana kepada Nasabah Penerima Fasilitas.

  • 19

    Untuk memperoleh keyakinan sebagaimana dimaksud pada butir di

    atas, Bank Syariah dan/atau UUS wajib melakukan penilaian yang

    seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek

    usaha dari calon Nasabah Penerima Fasilitas.

    Proses pemberian pembiayaan yang baik dapat membantu

    meminimalkan concentration risk. Untuk menghasilkan keputusan

    pembiayaan yang baik, seluruh tahap dalam proses pemberian pembiayaan

    harus dilalui, seperti:4

    - Memahami bisnis dan industri;

    - Mewawancarai nasabah;

    - Melakukan analisis pembiayaan, termasuk analisis keuangan nasabah;

    - Melakukan negosiasi;

    - Menyusun struktur pembiayaan sesuai dengan kebutuhan nasabah;

    - Melakukan dokumentasi secara layak;

    - Melakukan monitoring pembiayaan dengan baik.

    B. Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

    1. Gambaran Umum UMKM

    UMKM merupakan salah satu industri yang terus berkembang di

    Indonesia. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan

    4 Ikatan Bankir Indonesia. Mengelola Bank Syariah. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

    2014). h. 69-70

  • 20

    mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai

    tambah untuk mendapatkan keuntungan. Industri ini terbagi menjadi 3

    kelompok, yaitu industri mikro dan kecil, industri menengah dan industri

    besar.5 Pengertian UMKM dan karakteristiknya yaitu:

    a. Usaha Mikro

    Berdasarkan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang

    usaha mikro, kecil, menengah adalah usaha produktif milik orang

    perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria

    Usaha Mikro yaitu:6

    1.) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima

    puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;

    atau

    2.) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00

    (tiga ratus juta rupiah)

    b. Usaha Kecil

    Berdasarkan Pasal 1 butir 2, usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif

    yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan

    usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

    5 Kementrian Koperasi dan UMKM, PERKEMBANGAN DATA USAHA MIKRO, KECIL,

    MENENGAH (UMKM) DAN USAHA BESAR (UB)TAHUN 2011 2012. (Jakarta: DEPKOP, 2012).

    Diakses pada 9 Juli 2014 dari

    http://www.depkop.go.id/phocadownload/data_umkm/sandingan_data_umkm_2011-2012-new.pdf. 6 UU No.20 tahun 2008. Pasal 6 butir 1 tentang UMKM. Di akses pada 30 Desember 2014

    dari http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/uu-bi/Documents/UU20Tahun2008UMKM.pdf.

    http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/uu-bi/Documents/UU20Tahun2008UMKM.pdf

  • 21

    perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung

    maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang

    memenuhi kriteria Usaha Kecil yaitu:7

    1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh

    juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00

    (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

    usaha; atau

    2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.

    300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling

    banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

    c. Usaha Menengah

    Berdasarkan Pasal 1 butir 3, usaha menengah adalah usaha ekonomi

    produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan

    atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

    perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung

    maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan

    jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan yaitu:8

    1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000 (lima ratus

    juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000

    7 Ibid. Pasal 6 butir 2

    8 Ibid. Pasal 6 butir 3.

  • 22

    (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

    usaha; atau

    2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.

    2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan

    paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

    UMKM erat kaitannya dengan ekonomi rakyat. Ekonomi rakyat

    merupakan kegiatan yang bertumpu pada sektor riil, yang mampu menyerap

    potensi dan sumber daya yang ada dan tersedia di masyarakat setempat secara

    swadaya, dan hasilnya ditunjukan untuk kemakmuran seluruh anggota

    masyarakat, bukan untuk orang seorang atau kelompok tertentu. Selain itu,

    UMKM itu sendiri juga memiliki pengaruh yang sangat signifikan bagi

    pencapaian program pemerintah dalam hal mengurangi pengangguran dan

    mengentaskan kemiskinan.9

    Meskipun demikian, UMKM masih memiliki banyak kendala,

    diantaranya yaitu akses pembiayaan bagi sebagian besar UMKM di seluruh

    Indonesia.10

    Keterbatasan akses pembiayaan ini menyebabkan sebagian besar

    industri UMKM di Indonesia hanya mengandalkan modal yang dimiliki

    sendiri. Berikut adalah alokasi sumber modal yang dimiliki oleh industri

    UMKM di Indonesia baik dari modal sendiri maupun modal pinjaman..

    9 Muhammad. Bank Syariah dan Prospek Pengembangan UKM. (Yogyakarta: Graha Ilmu,

    2005). h. 135 10

    Kabar Bisnis, Empat Kendala Penghambat Pengembangan UMKM. Artikel Diakses

    tanggal 9 September 2014 dari http://www.kabarbisnis.com/read/2845011.

    http://www.kabarbisnis.com/read/2845011

  • 23

    Tabel 2.111

    Sumber Permodalan UMKM

    Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa sumber permodalan

    UMKM sebagian besar adalah modal sendiri dengan persentase mencapai

    69,82% dan modal pinjaman hanya sebesar 4,76%. Sebagian Besar modal

    pinjaman tersebut yang berasal dari bank yaitu sebesar 59,78 %. Hal ini

    menunjukkan masih rendahnya suntikan modal yang diberikan ke sektor

    UMKM dari lembaga keuangan maupun lembaga non keuangan lainnya.

    2. Peraturan Pemerintah tentang Pembiayaan UMKM

    Menurut Pasal 1 butir 11 Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang

    usaha mikro, kecil, menengah yang dimaksud pembiayaan adalah penyediaan

    dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat

    melalui bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan bank, untuk

    11

    Kementerian Negara Koperasi dan UMKM. Sumber Modal UMKM. Diakses pada 13 Juni

    2014 dari www.depkop.go.id

    http://www.depkop.go.id/

  • 24

    mengembangkan dan memperkuat permodalan usaha mikro, kecil, dan

    menengah.

    Perkreditan atau pembiayaan perbankan yang selama ini harus

    dihadapi UMKM yaitu:12

    1) Prosedur dan persyaratan perbankan yang terlalu

    rumit sehingga pinjaman yang diperoleh tidak sesuai kebutuhan baik dalam

    hal jumlah maupun waktu; 2) Kebanyakan perbankan masih menempatkan

    agunan material sebagai salah satu persyaratan dan cenderung

    mengesampingkan kelayakan usaha; 3) Tingkat bunga yang dibebankan

    dirasakan masih tinggi; 4) Kurangnya pembinaan, khususnya dalam

    manajemen keuangan, seperti perencanaan keuangan, penyusunan proposal

    dan lain sebagainya, sehingga meskipun dimasa lalu pemerintah telah

    memberikan berbagai skim kredit bagi UMKM tetap saja skim-skim kredit

    tersebut tidak terjangkau.

    Namun, sejalan dengan telah berkembangnya industri perbankan, dan

    perbaikan ekonomi Indonesia pada era Presiden SBY, maka penguatan kredit

    untuk sektor UMKM menjadi fokus perhatian pemerintah. BI pada tanggal 2

    April 2007 akhirnya mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI), yang

    intinya memperlonggar dan mempermudah sejumlah persyaratan kredit

    perbankan bagi UKM.

    12

    Sri Lestari Hs. Perkembangan dan Strategi Pengembangan Pembiayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Jurnal, 2010. Di akses pada 3 Desember 2014 dari

    http://www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/VOL15_02/6_%20lestari.pdf.

    http://www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/VOL15_02/6_%20lestari.pdf

  • 25

    Selain itu, BI juga juga membuat peraturan nomor 14/22/PBI/2012.

    Peraturan tersebut mengatur tentang pemberian kredit atau pembiayaan oleh

    Bank Umum. Salah satu peraturan tersebut yaitu adanya kewajiban setiap

    Bank Umum untuk memberikan pembiayaan kepada UMKM minimal 20%

    dari total pembiayaan yang diberikan. Hal ini tentu memberikan angin segar

    bagi para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk

    mendapatkan suntikan modal untuk memperluas usahanya.

    C. Non Performing Financing (NPF)

    1. Kualitas Pembiayaan dan NPF

    Salah satu ukuran keberhasilan penyaluran pembiayaan adalah

    kolektibilitas (kualitas pembiayaan), yaitu tingkat pengembalian atau

    pembayaran kembali pembiayaan oleh nasabah. Tingkat kelancaran

    pembayaran ini menentukan kualitas suatu pembiayaan. Kualitas pembiayaan

    juga ditentukan oleh prospek usaha serta kinerja usaha dari nasabah

    pembiayaan yang bersangkutan.

    Tujuan penetapan kolektibilitas pembiayaan adalah mengetahui

    kualitas pembiayaan agar bank dapat menghitung dan mengantisipasi risiko

    pembiayaan secara dini. Penetapan kolektibilitas juga digunakan untuk

    menentukan tingkat cadangan potensi kerugian pembiayaan.

  • 26

    Kualitas pembiayaan daoat ditentukan berdasarkan 3 parameter:13

    a. Prospek Usaha

    Penilaian prospek usaha meliputi penilaian terhadap komponen-

    komponen berikut:

    1) Potensi pertumbuhan usaha;

    2) Kondisi pasar dan posisi nasabah pembiayaan dalam

    persaingan;

    3) Kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja;

    4) Dukungan dari grup atau afiliasi; dan

    5) Upaya yang dilakukan oleh nasabah pembiayaan dalam rangka

    memelihara lingkungan hidup.

    b. Kinerja Nasabah Pembiayaan

    Penilaian kinerja (performance) nasabah pembiayaan meliput

    penilaian terhadap komponen-komponen:

    1) Perolehan laba;

    2) Struktur permodalan;

    3) Arus kas; dan

    4) Sensitivitas terhadap risiko pasar.

    c. Kemampuan Membayar

    13

    Ikatan Bankir Indonesia. Memahami Bisnis Bank Syariah. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

    Utama, 2014). h. 221-222

  • 27

    Penilaian kemampuan membayar meliputi penilaian terhadap

    komponen-komponen:

    1) Ketepatan pembayaran pokok dan bunga;

    2) Ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan nasabah

    pembiayaan;

    3) Kelengkapan dokumentasi pembiayaan;

    4) Kepatuhan terhadap perjanjian pembiayaan;

    5) Kesesuaian penggunaan dana; dan

    6) Kewajaran sumber pembayaran kewajiban.

    Kualitas pembiayaan pada bank syariah dapat dilihat dari NPF bank

    syariah tersebut. NPF (pembiayaan bermasalah) adalah pembiayaan yang

    dikategorikan dalam kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet.14

    Tabel 2.2

    Kriteria Kualitas Pembiayaan15

    No. Kualitas Pembiayaan Kriteria

    1. Pembiayaan Lancar a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bagi hasil tepat waktu; dan

    b. Memiliki rekening yang aktif; atau c. Bagian dari pembiayaan yang dijamin

    dengan agunan tunai (cash colateral).

    14

    Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014). h. 359 15

    Bank Indonesia. Surat Edaran Bank Indonesia No.13/10/DPbs. (Jakarta: BI, 2011). Diakses

    pada 11 Mei 2015 dari

    http://www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Documents/e23620c42f9141f6ad163539fe8056c3lampiran

    _se_131012.pdf

  • 28

    2. Perhatian Khusus a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil yang belum

    melampui Sembilan puluh hari: atau

    b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau c. Mutasi rekening relative aktif; atau d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap

    kontrak yang diperjanjikan; atau

    e. Didukung oleh pinjaman baru

    3. Kurang Lancar a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil; atau

    b. Sering terjadi cerukan; atau c. Frekuensi mutasi rekeningrelatif

    rendah

    d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari

    Sembilan puluh hari; atau

    e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; atau

    f. Dokumentasi pinjaman yang lemah

    4. Diragukan a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil; atau

    b. Terdapat cerukan yang bersifat permanen; atau

    c. Terdapat wanprestasi lebih dari 180 hari atau

    d. Terdapat kapitalisasi bunga; atau e. Dokumentasi hukum yang lemah baik

    untuk perjanjian pembiayaan maupun

    pengikatan jaminan.

    5. Macet a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil; atau

    b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau

    c. Dari segi hukummaupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan

    pada nilai wajar

    Pembiayaan bermasalah (NPF) adalah suatu kondisi pembiayaan,

    dimana ada suatu penyimpangan utama dalam pembayaran kembali

  • 29

    pembiayaan yang menyebabkan kelambatan dalam pengembalian atau

    diperlukan tindakan yuridis dalam pengembalian atau kemungkinan potensial

    loss. Beberapa hal yang menyebabkan timbulnya pembiayaan bermasalah,

    antara lain:16

    - Analisis keuangan yang kurang baik;

    - Struktur pembiayaan yang kurang tepat;

    - Support dan dokumentasi yang buruk;

    - Monitoring yang kurang baik;

    - Analisis penjamin yang kurang memadai.

    Dari sisi nasabah, beberapa hal yang menyebabkan pembiayaan

    menjadi bermasalah, antara lain:

    - Prosuk dan jasa yang buruk;

    - Kontrol keuangan yang buruk;

    - Faktor eksternal, seperti bencana, ekonomi, persaingan, dan

    teknologi.

    NPF (pembiayaan bermasalah) mencerminkan risiko pembiayaan,

    semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah

    semakin buruk. Dengan semakin tingginya NPF akan mengakibatkan

    16

    Ikatan Bankir Indonesia. Mengelola Bank Syariah. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

    2014). h. 94-95

  • 30

    hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang

    diberikan sehingga mempengaruhi perolehan laba.

    2. Jenis-Jenis NPF

    a. Non Performing Financing Gross (NPF Gross)17

    Adalah perbandingan antara pembiayaan bermasalah dengan total

    pembiayaan dengan formula sebagai berikut:

    NPF Gross = Pembiayaan Bermasalah

    Total Pembiayaan

    - Pembiayaan adalah Pembiayaan sebagaimana diatur dalam ketentuan

    Bank Indonesia mengenai kualitas aset bank umum.

    - Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan dengan kualitas kurang

    lancar, diragukan, dan macet, dan dihitung berdasarkan nilai tercatat

    dalam neraca secara gross (belum dikurangi CKPN).

    - Total pembiayaan dihitung berdasarkan nilai tercatat dalam neraca

    secara gross (belum dikurangi CKPN).

    - Angka rasio dihitung per posisi (tidak disetahunkan).

    b. Non Performing Financing Net (NPF Net)18

    Adalah perbandingan antara pembiayaan bermasalah setelah dikurangi

    CKPN terhadap total kredit dengan formula sebagai berikut:

    17

    Ikatan Bankir Indonesia. Memahami Bisnis Bank Syariah. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

    Utama, 2014). h. 284 18

    Ibid. h. 285

  • 31

    NPF Net = Pembiayaan Bermasalah CKPN Pembiayaan Bermasalah

    Total Pembiayaan

    - Pembiayaan adalah pembiayaan sebagaimana diatur dalam ketentuan

    Bank Indonesia mengenai kualitas asset bank umum.

    - Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan dengan kualitas kurang

    lancar, diragukan, dan macet, dan dihitung berdasarkan nilai tercatat

    dalam neraca.

    - CKPN Pembiayaan adalah cadangan yang wajib dibentuk bank sesuai

    ketentuan dalam PSAK mengenai instrumen keuangan dan PAPI, yang

    mencakup CKPN pembiayaan secara individual dan kolektif.

    - Total pembiayaan dihitung berdasarkan nilai tercatat dalam neraca

    secara gross (belum dikurangi CKPN).

    - Angka rasio dihitung per posisi (tidak disetahunkan).

    Semakin tinggi rasio NPF Gross, semakin tinggi pembiayaan

    bermasalah dengan kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet. Namun

    harus juga dilihat rasio NPF Net-nya, yaitu rasio setelah pembiayaan

    bermasalah tersebut dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN)

    atau penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP). Rasio NPF Net yang

    menjadi acun Bank Indonesia maksimal 5 % (lima persen). Jika tinggi rasio

  • 32

    NPF Net sebuah bank di atas 5 % (lima persen), bank tersebut dianggap

    mempunyai risiko pembiayaan yang tinggi.19

    D. Laba Operasional

    1. Pengertian Laba

    Setiap pendirian suatu organisasi memiliki tujuan. Begitu juga dengan

    sebuah perusahaan. Tujuan dari didirikannya sebuah perusahaan oleh pemilik

    perusahaan adalah untuk menciptakan dan memaksimalkan laba. Termasuk di

    dalamnya adalah pendirian sebuah bank, baik itu bank konvensional maupun

    bank syariah. Laba bukan hanya untuk kepentingan pemilik atau pendiri,

    tetapi juga sangat penting untuk pengembangan usaha bank syariah.

    Soemarso SR. mendefinisikan laba sebagai selisih lebih pendapatan

    atas biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan usaha untuk memperoleh

    pendapatan tersebut.20

    Laba atau rugi merupakan hasil perhitungan secara

    periodik. Laba/rugi ini belum merupakan laba/rugi yang sebenarnya.

    Laba/rugi yang sebenarnya baru dapat diketahui apabila perusahaan

    menghentikan kegiatannya dan dilikuidasikan. Tetapi, tentu saja, manajemen

    dan pihak-pihak lain yang berkepentingan tidak akan sabar apabila untuk

    mengetahui laba/rugi harus menanti sampai perussahaan dilikuidasi. Bahkan

    mereka ingin mengetahui tanda-tanda bahaya terhadap kelangsungan hidup

    19

    Ikatan Bankir Indonesia. Mengelola Bank Syariah. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

    2014). h. 37 20

    Muhammad Gade. Teori Akuntansi. (Jakarta: Almahira, 2005). h. 15.

  • 33

    perusahaan itu sedini mungkin, sehingga dapat mengambil tindakan. Oleh

    karena itu, laba dihitung secara berkala, biasanya dilakukan setahun sekali.

    Menurut Uhammas Gade dan Said Khaerul Wasif, laba yang diperoleh

    perusahaan adalah selisih antara pendapatan dan biaya.21

    Jadi pendapatan dan

    biaya merupakan elemen-elemen yang dipergunakan untuk mencari besarnya

    laba.

    Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwasanya

    laba merupakan kelebihan pendapatan atau penghasilan atas beban atau biaya

    yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang dan jasa (biaya total yang

    melekat dalam kegiatan produksi dan penyerahan barang / jasa).

    2. Pertumbuhan Laba

    Pada dasarnya, perusahaan beroperasi adalah dengan harapan agar

    memperoleh laba pada tingkat tertentu yang sudah ditetapkan sebagai tujuan

    yang harus dicapai. Laba sebagaimana dilaporkan dalam laporan keuangan

    telah menjadi kriteria utama yang paling penting bagi para stakeholder dalam

    menilai kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dalam mencapai

    tujuannya.

    Pertumbuhan laba perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja

    perusahaan juga baik. Oleh karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu

    perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan,

    21

    Ibid. h. 16

  • 34

    mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan. Dengan demikian apabila

    rasio keuangan perusahaan baik, maka pertumbuhan laba perusahaan juga

    baik.22

    Pertumbuhan laba dipengaruhi oleh perubahan komponen-komponen

    dalam laporan keuangan. Pertumbuhan laba yang disebabkan oleh perubahan

    komponen laporan keuangan misalnya perubahan penjualan, perubahan harga

    pokok penjualan, perubahan beban operasi, perubahan beban bunga,

    perubahan pajak penghasilan, adanya perubahan dalam pos-pos luar biasa, dan

    lain-lain.

    Laba bank syariah terutama diperoleh dari selisih antara pendapatan

    atas penanaman dana dan biaya-biaya yang dikeluarkan selama periode

    tertentu. Untuk dapat memperoleh hasil yang optimal, bank syariah di tuntut

    untuk melakukan pengelolaan dananya secara efisien dan efektif, baik atas

    dana-dana yang dikumpulkan dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga), serta dana

    modal pemilik/pendiri bank syariah maupun atas pemanfaatan atau

    penanaman dana tersebut.23

    22

    Tri Joko Purwanto, Analisis Besarnya Pengaruh Pembiayaan, Financing to Deposit Ratio

    (Fdr) dan Rasio Non Performing Financing (NPF) terhadap Laba Bank Syariah (Studi Kasus Pt. Bank

    Muamalat Indonesia, Tbk). (Bogor: Skripsi IPB, 2011). 23

    Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014).

    h. 133

  • 35

    3. Konsep Laba Operasional

    Pada dasarnya, pendapatan dan biaya merupakan elemen-elemen yang

    dipergunakan untuk mencari besarnya laba. Elemen-elemen ini

    dikelompokkan untuk memberikan pengukuran laba yang berbeda-beda,

    yaitu:24

    a. Laba Bruto

    Laba bruto merupakan selisih antara pendapatan dari penjualan dengan

    harga pokok penjualan.

    b. Laba usaha (Laba Operasi)

    Laba usaha merupakan selisih antara laba bruto dengan beban usaha.

    c. Laba sebelum pajak

    Merupakan hasil penambahan laba usaha dengan pendapatan lain-lain dan

    dikurangi dengan beban-beban, pos luar biasa dan pengaruh kumulatif dari

    perubahan prinsip akuntansi.

    d. Laba Bersih

    Laba bersih adalah laba setelah dikurangi pajak penghasilan.

    24

    Muhammad Gade. Teori Akuntansi. (Jakarta: Almahira, 2005). h. 16.

    Penjualan - Harga Pokok Penjualan = Laba Bruto

    Laba Bruto - Beban Usaha = Laba Usaha

    Laba Usaha + Pendapatan Lain-lain Beban lain-lain = Laba Sebeum Pajak

    Laba Sebelum Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan = Laba Bersih

  • 36

    Perhitungan laba rugi perusahaan, dilakukan dengan membandingkan

    antara pendapatan dalam suatu periode tertentu dengan biaya-biaya untuk

    memperoleh pendapatan tersebut. Selisih dari pendapatan dan biaya-biaya

    akan merupakan laba atau rugi untuk periode tersebut. Jika terjadi selisih lebih

    pendapatan atas biaya-biaya yang terjadi berarti perusahaan mendapatan laba,

    jika terjadi selisih kurang pendapatan atas biaya-biaya yang terjadi maka

    perusahaan menderita kerugian.

    Berdasarkan beberapa jenis laba tersebut, dalam hal ini laba usaha

    dianggap bersifat masa kini (current) dan berulang. Temuan-temuan riset

    menunjukkan bahwa, sebagai peramal laba yang akan datang, laba usaha lebih

    unggul dari pada laba bersih.25

    Selain itu, laba yang sering digunakan sebagai

    pengukur kemampuan perusahaan dalam menjalankan kegiatan utamanya

    adalah laba usaha. Karena laba usaha merupakan keuntungan yang benar-

    benar hanya di dapat dari kegiatan utama perusahaan. Laba usaha sering juga

    disebut dengan laba operasi.

    Niswonger dan Fees mengemukakan pendapatnya bahwa laba dari

    operasi atau laba operasi adalah kelebihan laba kotor terhadap total beban

    operasi. Laba usaha dihasilkan dari selisih antara pendapatan dikurangi

    dengan biaya-biaya tentunya pendapatan disini jumlahnya lebih besar dari

    pada biaya yang dikeluarkan sehingga selisihnya merupakan laba.

    25

    Ahmed Belkaoui. Teori Akuntansi. (Jakarta: Erlangga, 1997). h. 232

  • 37

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di PT Bank Mandiri Syariah, Wisma

    Mandiri I, Jl. MH. Thamrin No. 5 Jakarta 10340 Indonesia. Tempat

    penelitian ini dipilih karena Bank Mandiri Syariah (BSM) merupakan salah

    satu bank syariah terbesar di Indonesia dan dalam hal pembiayaan UMKM,

    BSM juga merupakan salah satu bank syariah yang memberikan pembiayaan

    sektor UMKM cukup besar.

    2. Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2015. Sebelum penelitian

    dimulai, peneliti mengawali dengan wawancara untuk menemukan

    permasalahan yang dihadapi dalam proses penelitian.

    B. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif.

    Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada pengujian teori-

  • 38

    teori melalui variabel-variabel penelitian dalam angka dan melalui analisis

    data dengan menggunakan statistik atau permodelan matematis.1 Karakteristik

    khusus dari penelitian kuantitatif yaitu merupakan penelitian yang

    membuktikan hipotesis, meneliti sesuatu yang telah terjadi, dan penelitian ini

    bersifat deduktif.

    2. Pendekatan Penelitian

    Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kausalitas.

    Penelitian kausalitas adalah suatu penelitian yang bersifat sebab akibat.2

    Dalam hal ini terdapat variabel independent (variabel yang mempengaruhi)

    dan variabel dependent (dipengaruhi).

    C. Jenis dan Sumber Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini berjenis data kuantitatif berupa

    data rasio dan berdasarkan sumbernya penelitian ini menggunakan data primer

    dan data sekunder.

    1. Data Primer

    Data Primer adalah data yang diperoleh dari responden secara langsung yang

    dikumpulkan melalui survey lapangan. Data primer dalam penelitian ini yaitu

    1 Singgih Santoso. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. (Jakarta: PT. Elek Media

    Komutindo, 2004). h. 34 2 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2012). h.

    37

  • 39

    data yang diperoleh secara langsung dari PT Bank Syariah Mandiri melalui

    wawancara dengan pihak Micro Banking Group.

    2. Data Sekunder

    Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung baik dari buku

    literatur, arsip - arsip laporan keuangan dan dokumen-dokumen pembiayaan

    UMKM yang dimiliki oleh instansi bersangkutan.

    D. Variabel Penelitian

    Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk

    apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

    informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.3 Jadi yang

    dimaksud dengan variabel penelitian dalam penelitian ini adalah segala sesuatu

    yang dianggap sebagai objek penelitian yang ditetapkan dan dipelajari sehingga

    memperoleh informasi untuk menarik kesimpulan.

    Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka

    macam-macam variabel dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi:4

    1. Variabel Independent

    Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent.

    Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas

    3 Ibid. h. 38

    4 Ibid. h. 39

  • 40

    adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab

    perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas (X)

    pada penelitian ini yaitu pembiayaan UMKM (X1) dan NPF (X2).

    2. Variabel Dependent

    Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam

    bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat

    merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena

    adanya variabel bebas. Variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah Laba

    Operasional.

    E. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi :

    1. Library Research yaitu kajian pustaka mencapai pemahaman yang

    komperhensif mengenai konsep yang akan dikaji. Bahan yang digunakan

    untuk kajian pustaka ini adalah buku-buku, makalah, dan penelitian

    terdahulu yang relevan untuk mengetahui teori yang mendukung dengan

    pembiayaan UMKM, NPF dan Laba Operasional.

    2. Field Research atau disebut studi lapangan adalah metode pengumpulan

    data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Teknik

    yang digunakan pada penelitian lapangan ini yaitu wawancara. Wawancara

    dengan pihak Micro Banking Group PT Bank Syariah Mandiri Pusat yaitu

  • 41

    Bapak Jumbadi. Wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah

    wawancara tidak terstruktur, dimana penulis hanya menanyakan hal-hal

    secara garis besar yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.

    Penulis menggunakan teknik wawancara guna mengetahui informasi secara

    mendalam yang berkaitan dengan pembiayaan UMKM di PT Bank Syariah

    Mandiri periode 2008-2014.

    F. Teknik Analisis Data

    Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik. Sedangkan teknik

    yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Regresi berganda bertujuan

    menghitung besarnya pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu

    variable terikat dan memprediksi variable terikat dengan menggunakan dua atau

    lebih variabel bebas.5

    Model regresi linier berganda dalam penelitian ini yaitu:

    Y =

    Dimana:

    Y : Laba Operasional

    : konstanta (intercept)

    i : slope

    5 Ety Rochaety dkk. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. Mitra Wacana

    Media: Jakarta. h:142

  • 42

    X : Pembiayaan UMKM

    X : NPF

    e : Besaran nilai residu (standar eror)

    Untuk model regresi linier, ada beberapa pengujian yang harus dilakukan,

    di antaranya yaitu:

    1. Uji Asumsi Klasik

    a. Uji Normalitas

    Uji Normalitas merupakan salah satu uji mendasar yang dilakukan sebelum

    melakukan analisis data lebih lanjut atau lebih dalam, data yang normal

    sering dijadikan landasan dalam beberapa uji statistik. Data yang

    mempunyai distribusi yang normal berarti mempunyai sebaran yang

    normal pula. Dengan profit data semacam ini maka data tersebut dianggap

    bisa mewakili populasi.

    Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data,

    namun pada penelitian ini hanya digunakan satu teknik yaitu dengan

    Teknik Kolmogorov-Smirnov (normal QQ Plot). Jika suatu distribusi data

    normal, maka data akan tersebar di sekeliling garis. Pada output data

    terlihat bahwa pola data tersebar di sekeliling garis, yang berarti bisa

    dikatakan berdistribusi normal.

  • 43

    b. Uji Multikolinearitas

    Uji multikolinearitas adalah uji untuk melihat apakah terdapat hubungan

    linear yang sempurna diantara variabel-variabel bebas dalam model

    regresi.6 Salah satu cara untuk melihat apakah terdapat multikolinearitas

    pada model regresi yaitu dapat dilihat dari nilai variance inflation factor

    (VIF). Jika nilai VIF masing-masing variabel bebas memiliki nilai lebih

    besar dari 10 maka model regresi memiliki multikolinearitas sehingga

    menjadi tidak valid. Selain dilihat dari nilai VIF, multikolinearitas juga

    dapat dilihat dari nilai tolerance nya. Suatu variabel jika memiliki nilai

    tolerance kurang dari 0,10 maka variabel tersebut memiliki masalah

    multikolinearitas.

    c. Uji Heterokedastisitas

    Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah

    model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual untuk peubah

    bebas yang diketahui. Jika varian dari residual untuk peubah yang

    diketahui tetap, disebut dengan homokedastisitas. Jika varian berbeda

    disebut heterokedastisitas.

    Untuk melihat apakah pada model regresi terdapat heteroskedastisitas

    dilihat dari sebaran titik-titik yang tersebar pada output perhitungan dengan

    perangkat lunak minitab. Sebaran titik-titik yang tidak membentuk pola-

    6 J.Supranto. Ekonometri. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010). Cet. 2. h. 13

  • 44

    pola tertentu namun tersebar di atas dan di bawah nol menunjukan bahwa

    model regresi tidak mengalami masalah heteroskedastisitas.

    d. Uji Autokorelasi

    Penaksiran model regresi linear memilki asumsi bahwa tidak terdapat

    korelasi serial atau autokorelasi. Autokorelasi atau korelasi serial

    kemungkinan terjadi pada data time series. Model regresi yang baik tidak

    memperkenankan terjadinya autokorelasi. Akibat dari terjadinya

    autokorelasi adalah pengujian dalam uji F menjadi tidak valid dan jika

    diterapkan akan memberikan kesimpulan yang menyesatkan pada tingkat

    signifikansi dan koefisien regresi yang ditaksir.

    Cara untuk melihat apakah terdapat autokorelasi atau tidak yaitu dengan

    DW test atau uji Durbin Watson dengan ketentuan sebagai berikut:

    1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hopotesis

    nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.

    2) Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang

    berarti tidak ada autokorelasi.

    3) Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka

    tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.

    Nilai du dan dl dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang

    bergantung banyaknya observasi dan banyaknya variabel yang

    menjelaskan.

  • 45

    2. Uji Hipotesis

    a. Uji F

    Untuk menguji pengaruh peubah bebas terhadap peubah tak bebas secara

    simultan dapat diuji dengan menggunakan uji F. Penggunaan uji F dalam

    menguji pengaruh peubah bebas secara simultan sering disebut analisis

    ragam. Pengujian secara simultan dimaksudkan melihat pengaruh peubah

    bebas secara bersama-sama terhadap peubah tak bebas. Nilai F hitung hasil

    regresi dibandingkan dengan nilai F pada tabel. Jika F hitung > F tabel

    maka berarti terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial, dan

    sebaliknya jika F hitung < F tabel maka tidak terdapat pengaruh yang

    signifikan secara parsial. Hal tersebut juga berlaku untuk Uji t.

    b. Uji t

    Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

    variabel independent secara individual dalam menerangkan variabel

    dependent. Sama seperti Uji F, untuk menguji nya yaitu dengan

    membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Selain itu, pengujian juga

    dapat dilakukan dengan menggunakan signifikan level 0,05 (=5%).

    Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria:

  • 46

    - Jika nilai signifikan > 0,05 maka Ho diterima dan Ha belum cukup

    bukti. Ini berarti secara parsial variabel independen tidak mempunyai

    pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

    - Jika nilai signifikan 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Ini berarti

    secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang

    signifikan terhadap variabel dependen.

    c. Uji Determinasi

    Dalam uji linear, koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui

    prosentase sumbangan pengaruh serentak variabel-variabel bebas terhadap

    variabel terikat untuk itu digunakan angka-angka pada tabel

    model summary. Cara menetukan Koefisien Determinasi dengan melihat

    Adjusted R Square. Interpretasinya sama dengan R Square, akan tetapi

    nilai Adjusted R Square dapat naik atau turun dengan adanya penambahan

    variabel baru, tergantung dari korelasi antara variabel bebas tambahan

    tersebut dengan variabel terikatnya. Nilai Adjusted R Square dapat bernilai

    negatif, sehingga jika nilainya negatif, maka nilai tersebut dianggap 0, atau

    variabel bebas sama sekali tidak mampu menjelaskan varians dari variabel

    terikatnya

  • 47

    Dasar pengambilan keputusan:

    Tabel 3.1

    Koefisien Determinasi

    Jika perhitungannya semakin mendekati nilai 100% maka model tersebut

    semakin baik, karena perubahan pada variabel-variabel independen yang

    dimaksud memang benar-benar memberikan pengaruh atau kontribusi

    terhadap perubahan yang terjadi pada variabel dependen.

    < 0,10 Buruk Ketepatannya

    0,11-0,30 Rendah Ketepatannya

    0,31-0,50 Cukup Ketepatannya

    > 0,50 Tinggi Ketepatannya

  • 48

    BAB IV

    ANALISIS HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum PT Bank Mandiri Syariah

    1. Sejarah dan Profil PT Bank Mandiri Syariah

    Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan salah satu bank syariah

    terbesar di Indonesia. BSM didirikan pada 25 Oktober 1999 dan secara resmi

    mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1

    November 1999. PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai

    bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani,

    yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan

    nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah

    Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama

    membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.

    Bank Syariah Mandiri hingga saat ini telah memiliki 864 kantor yang

    tersebar di 33 provinsi di seluruh Indonesia. Dengan 921 ATM Syariah

    Mandiri, ATM Prima 74.050 unit, dan Malaysia Electronic Payment System

    (MEPS) 12.010 unit. Hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada

  • 49

    nasabahnya dalam melakukan berbagai macam transaksi. Dilihat dari visi dan

    misi nya, BSM memfokuskan pada penghimpunan dana murah dan

    mengutamakan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM.

    2. Pembiayaan UMKM di Bank Syariah Mandiri1

    UMKM adalah usaha yang sangat strategis dan penting di Indonesia,

    dengan potensi yang sangat besar dengan jumlah pelaku usaha sebesar 48,85

    juta usaha. Bagi BSM, pembiayaan di sektor UMKM cukup menarik karena

    menjanjikan yield yang tinggi. Marjin merupakan magnet yang menarik,

    karena bisnis bank pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan marjin.

    BSM juga melihat, di samping pasar yang masih luas, pembiayaan

    UMKM adalah pembiayaan dengan plafond yang tidak terlalu besar. Artinya

    bank tidak menaruh risiko yang begitu besar. Hal ini terlihat dari rendahnya

    prosentase NPF terhadap UMKM yang hanya mencapai 7,4 % dari total

    pembiayaan UMKM.

    Di mata perbankan, saat ini sektor UMKM sedang menjadi bintang

    dan primadona. Hal ini dikarenakan UMKM dianggap tahan terhadap

    gunjangan krisis, bank-bank pun berebut membiayai sektor ini. Sektor ini

    dianggap seksi karena pembiayaan di sektor ini bisa mendatangkan yield yang

    tinggi. Marjin yang begitu besar menjadikan bank-bank berlomba berebut

    masuk ke sektor ini.

    1 Wawancara pribadi dengan Jumbadi Micro Banking Group. Jakarta, 2 April 2015.

  • 50

    BSM memfokuskan pembiayaan ke sektor UMKM ini dengan dua

    model, yaitu:

    a. Pembiayaan langsung

    Gambar 4.1

    Skema Pembiayaan UMKM secara Langsung

    b. Pembiayaan Linkage Program

    Gambar 4.2

    Skema Pembiayaan UMKM secara Linkage

  • 51

    B. Pengaruh Pembiayaan UMKM terhadap Laba Operasional

    Tabel 4.1 Hasil Uji Korelasi Laba & UMKM

    Ln_Laba Ln_UMKM

    Pearson Correlation Ln_Laba 1 0.597

    Ln_UMKM 0.597 1

    Sig. (1-tailed) Ln_Laba . 0

    Ln_UMKM 0 .

    N Ln_Laba 28 28

    Ln_UMKM 28 28

    Pada tabel Correlations dapat diketahui korelasi antara satu variabel

    dengan variabel lainnya. Dalam hal ini terdapat variabel Laba dan UMKM.

    Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwasanya UMKM memiliki korelasi sebesar

    0,597 atau sebesar 59,7 % terhadap laba operasional Bank Syariah Mandiri. Ini

    merupakan hasil yang cukup baik. Jika dilihat data berdasarkan laporan keuangan

    triwulan BSM, pembiayaan di sektor UMKM sejauh ini hanya pada kisaran 20-33

    %. Dengan prosentase tersebut, UMKM mampu memberikan keuntungan lebih

    dari 50% terhadap total laba operasional di BSM.

    Tabel 4.2

    Hasil Uji t UMKM

    Model

    Unstandardized Coefficients

    Standardized Coefficients t Sig.

    Collinearity Statistics

    B Std. Error Beta Tolerance VIF

    1 (Constant)

    1.836 4.775

    0.385 0.704

    Ln_UMKM 0.796 0.295 0.415 2.703 0.012 0.826 1.211

    a. Dependent Variable: Ln_Laba

  • 52

    Pada tabel tersebut, terlihat bahwasanya variabel UMKM memiliki tingkat

    signifikansi sebesar 0,012 < 0,05 dan t hitung sebesar 2,703 > t tabel sebesar

    2,052. Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima. Sedangkan jika

    dilihat berdasarkan nilai koefisiennya, variabel UMKM memiliki nilai positif

    yaitu sebesar 0,796. Kedua hal ini membuktikan bahwa UMKM memiliki

    pengaruh yang positif dan signifikan terhadap laba operasional.

    C. Pengaruh NPF terhadap Laba Operasional

    Tabel 4.3

    Hasil Uji Korelasi Laba & NPF

    Ln_Laba Ln_NPF

    Pearson Correlation Ln_Laba 1 -0.609

    Ln_NPF -0.609 1

    Sig. (1-tailed) Ln_Laba . 0

    Ln_NPF 0 .

    N Ln_Laba 28 28

    Ln_NPF 28 28

    Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa korelasi antara variabel

    NPF dan Laba sebesar - 0,609 atau sebesar - 60,9 %. Ini menunjukkan bahwa

    NPF memiliki hubungan yang kuat terhadap laba operasional. Hubungan antara

    NPF dan Laba adalah negatif, hal tersebut terlihat dari adanya tanda negatif ( - )

    pada hasil regresi.

  • 53

    Tabel 4.4

    Hasil Uji t NPF

    Model Unstandardized

    Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

    B Std. Error Beta Tolerance VIF

    1 (Constant)

    1.836 4.775

    0.385 0.704

    Ln_NPF -1.024 0.361 -0.436 -2.837 0.009 0.826 1.211

    a. Dependent Variable: Ln_Laba

    Pada tabel coefficients dapat diketahui bahwasanya nilai sig. NPF adalah

    sebesar 0,009 < 0,05 dan t hitung sebesar 2,837 > t tabel yaitu sebesar 2,052. Jika

    t hitung > t tabel maka dapat disimpulkan bahwasanya H0 di tolak dan H2

    diterima. Selain itu, nilai Beta dari variabel NPF adalah 1,024 atau sebesar

    102,4 %. Hal ini menunjukkan bahwa variabel NPF memiliki pengaruh yang

    negatif signifikan terhadap laba operasional.

    D. Pengaruh UMKM dan NPF secara Bersama-sama terhadap Laba

    Operasional

    1. Uji Normalitas

    Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah

    dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Pada

    dasarnya suatu data dikatakan normal apabila memiliki data minimal 30 ( n >

    30). Sedangkan pada penelitian ini, jumlah data yang digunakan adalah 28.

  • 54

    Oleh karena itu sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, langkah awal yang

    dilakukan adalah uji normalitas.

    Gambar 4.3

    Hasil Uji Normalitas

    Berdasarkan tabel normal QQ Plots dapat diketahui bahwasanya plot-

    plot mengikuti dan mendekati garis fit line. Oleh karena itu dapat dikatakan

    bahwa variabel mendekati distribusi normal.

    2. Uji Multikolinearitas

    Tabel 4.5

    Hasil Uji Multikolinearitas

    Model

    Unstandardized Coefficients

    Standardized Coefficients

    t Sig.

    Collinearity Statistics

    B Std. Error Beta Tolerance VIF

    1 (Constant)

    1.836 4.775

    0.385 0.704

    Ln_UMKM 0.796 0.295 0.415 2.703 0.012 0.826 1.211

    Ln_NPF -1.024 0.361 -0.436 -2.837 0.009 0.826 1.211

    a. Dependent Variable: Ln_Laba

  • 55

    Ada atau tidaknya kolineraitas ganda pada suatu model regresi salah

    satunya dapat dilihat pada nilai VIF maupun nilai tolerance nya. Dari table

    coefficients diatas dapat diketahui bahwa nilai VIF dari kedua variabel

    bebasnya < 10 yaitu sebesar 1,211. Jika dilihat dari nilai tolerance nya,

    nilainya sebesar 0,826 > 0,10. Oleh karena itu, dari nilai VIF dan nilai

    tolerance tersebut dapat dikatakan bahwa tidak terdapat masalah

    multikolinearitas di dalam model regresi ini.

    3. Uji Autokorelasi

    Tabel 4.6

    Hasil Uji Autokorelasi

    Model R R

    Square

    Adjusted R

    Square

    Std. Error of

    the Estimate

    Change Statistics

    Durbin-Watson

    R Square Change

    F Change df1 df2

    Sig. F Change

    1 .716

    a 0.513 0.474 0.5209 0.513 13.17 2 25 0 1.935

    a. Predictors: (Constant), Ln_NPF, Ln_UMKM b. Dependent Variable: Ln_Laba

    Pada tabel tersebut nilai Durbin Watson (DW) sebesar 1,935 dengan

    jumlah data 28 (n=28), dan jumlah variabel (k) sebanyak 3. Berdasarkan data-

    data itu didapatkan nilai du yaitu sebesar 1,41. Dilihat dari tabel klasifikasi

    nilai DW maka nilai DW berada diantara du dan 4-du (4-du < DW > du),

    dapat disimpulkan bahwa pada model regresi ini tidak terjadi autokolerasi.

  • 56

    4. Uji Heterokedastisitas

    Gambar 4.4

    Hasil Uji Heterokedastisitas

    Pada uji heteroskedastisitas melalui uji scatter plot terlihat bahwa

    titik-titik tidak membentuk pola yang jelas, dan titik-titik menyebar di atas

    dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak

    terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model regresi.

    5. Uji F

    Tabel 4.7

    Hasil Uji F UMKM dan NPF

    Model Sum of

    Squares df Mean Square F Sig.

    1 Regression

    7.147 2 3.574 13.17 .000a

    Residual 6.783 25 0.271

    Total 13.931 27

    a. Predictors: (Constant), Ln_NPF, Ln_UMKM

    b. Dependent Variable: Ln_Laba

  • 57

    Pada Uji ANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar 13,17.

    Dengan df1= 2 dan df2= 25. Sedangkan pada F tabel didapat nilai sebesar

    3,39. Dengan demikian F hitung 13,17 > F tabel 3,59. Dengan signifikansi

    0,000 < 0,05, maka H0 ditolak dan H3 diterima yang berarti nilai koefisien

    regresi tidak sama dengan nol, dengan demikian dapat dikatakan bahwa

    variabel bebasnya secara bersama-sama dapat menerangkan variabel

    terikatnya.

    6. Uji Determinasi

    Tabel 4.8

    Hasil Uji Determinasi

    Hasil di atas didapatkan koefisien determinasi Adjusted R Square (Adj

    R2) 0,474 atau 47,4%. Hal ini menunjukkan bahwa prosentase sumbangan

    pengaruh variabel independent UMKM dan NPF terhadap variabel dependent

    Laba Operasional sebesar 47,4% dan sisanya seb