113
HUBUNGAN PERILAKU PERUNDUNGAN (BULLYING) TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI KOTA JAKARTA PUSAT TAHUN 2017 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Oleh: Khadijah Alhaura Azhari NIM: 11151030000060 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/ 2018 M

TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

HUBUNGAN PERILAKU PERUNDUNGAN (BULLYING)

TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI

PADA PELAJAR SLTA DI KOTA JAKARTA PUSAT

TAHUN 2017

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Oleh:

Khadijah Alhaura Azhari

NIM: 11151030000060

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/ 2018 M

Page 2: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 15 Oktober 2018

Khadijah Alhaura Azhari

Page 3: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

iii

iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

HUBUNGAN PERILAKU PERUNDUNGAN (BULLYING)

TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

DI KOTA JAKARTA PUSAT TAHUN 2017

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Fakultas Kedokteran untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Khadijah Alhaura Azhari

NIM: 11151030000060

Pembimbing I

dr. Risahmawati, Dr. Med.Sc

NIP. 19770913 200604 2 001

Pembimbing II

dr. Bisatyo Mardjikoen, Sp.OT

NIP. 19660813 199103 1 003

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/ 2018 M

Page 4: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

iv

iv

LEMBAR PENGESAHAN Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN PERILAKU PERUNDUNGAN

(BULLYING) TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR

SLTA DI KOTA JAKARTA PUSAT TAHUN 2017 yang diajukan oleh Khadijah

Alhaura Azhari (NIM: 11151030000060), telah diajukan dalam sidang skripsi di

Fakultas Kedokteran pada 15 Oktober 2018. Laporan penelitian ini telah diterima

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sajarna Kedokteran (S. Ked) pada

Fakultas Kedokteran.

Ciputat, 15 Oktober 2018

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang

dr. Risahmawati, Dr. Med.Sc

NIP. 19770913 200604 2 001

Pembimbing I

dr. Risahmawati, Dr. Med.Sc

NIP. 19770913 200604 2 001

Pembimbing II

dr. Bisatyo Mardjikoen, Sp.OT

NIP. 19660813 199103 1 003

Penguji I

dr. Isa Multazam Noor, MSc, Sp.KJ (K)

NIP 197512 200912 1002

Penguji II

dr. Marita Fadhilah, Dr.Med.Sc

NIP 19780314 200604 2 001

PIMPINAN FAKULTAS

DEKAN FK UIN

dr. Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD

NIP 19651123 200312 1 003

KAPRODI PSKedokteran

dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT

NIP. 19780507 200501 1 005

Page 5: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

v

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT karena berkat limpahan rahmat, anugerah, serta nikmat-Nya penulis dapat

belajar dan menyelesaikan penelitian di FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sholawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada Rasulullah SAW yang telah

membawa umat Muslim dari zaman kegelapan ke zaman yang penuh dengan

perkembangan ilmu dan teknologi sehingga penulis dapat belajar kala ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi

pada Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa

penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. H. Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD selaku dekan FK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Risahmawati, Dr. Med.Sc., dan dr. Bisatyo Mardjikoen, Sp.OT, selaku

dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing,

memberi masukan serta arahan dan motivasi penulis selama pelaksanaan

penelitian dan penyusunan skripsi.

3. dr. Isa Multazam Noor, MSc, Sp.KJ (K) Psikiater Anak dan Remaja dan dr.

Marita Fadhilah, Dr. Med.Sc., yang telah bersedia menjadi penguji dalam

sidang skripsi penelitian ini.

4. drg. Laifa Annisa Hendarmin, DDS, Ph.D. dan dr. Flori Ratna Sari, Ph.D.

selaku dosen penanggung jawab riset mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2015 yang telah memotivasi kami untuk

Page 6: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

vi

vi

dapat menyelesaikan riset tepat waktu dan memberi arahan serta masukan

dalam penelitian yang kami lakukan.

5. Ibu Alfiah S.Ag., M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik penulis yang

selalu membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.

6. Kedua orang tua penulis yang tercinta, ayahanda Epih Ibkar Irmansyah dan

ibunda Ida Widayati Djajadisastra, serta kakak dan adik tersayang Faruq

Ahmad Faishal, Fadhillah Nur Afifah, Fatimah Aulia Dina, Salman Yusuf

Abdilah, dan Alya Rezka Zhafira yang selalu mencurahkan cinta dan kasih

sayangnya dan selalu member dukungan baik moril, materil, dan spiritual

yang tak kunjung hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian

dan skripsi ini.

7. Teman seperjuangan penelitian, yaitu Meyasi Nurandani yang merupakan

sahabat seperjuangan dalam penelitian dan pembuatan skripsi ini, yang telah

bekerja sama dengan baik dan saling bahu membahu memberikan dukungan,

semangat, dan motivasi selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat penulis, yaitu Risa Azzahra Khatami, Annisa Delia K.,

Hanifa Syafly, Rafika Astarina, Nailaufar Hamro, dan Auliya Yasmin, yang

sudah mendoakan dan memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi.

9. Isna Khumairotin A. yang telah berbagi ilmu kepada penulis mengenai

pemilihan uji statistik.

10. Febri Nugraheni dan Lilis Siti Nursaadah yang telah membantu penulis

dalam penulisan skripsi.

11. Ibu Nurul Sugiarti, SKM, M.Kes yang telah membantu penulis dalam

mengurus surat permohonan penguji sidang skripsi ke Rumah Sakit Jiwa dr.

Soeharto Herdjaan.

12. Widda Mayyala Shofie dan Haseena Hersiwinukir yang telah membantu

penulis dalam mempersiapkan kebutuhan sidang skripsi.

13. Seluruh teman-teman program studi kedokteran angkatan 2015 yang selalu

memberi dukungan dan semangat.

Page 7: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

vii

vii

14. Semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan skripsi yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan dan

ketidaksempurnaan mengingat keterbatasan kemampuan penulis, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi

ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca dalam

mempelajari dan mengembangkan ilmu kedokteran.

Ciputat, 15 Oktober 2018

Penulis

Page 8: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

viii

viii

ABSTRAK

Khadijah Alhaura Azhari. Program Studi Kedokteran. Hubungan Perilaku

Perundungan (Bullying) Terhadap Kejadian Gejala Depresi Pada Pelajar SLTA

di Kota Jakarta Pusat Tahun 2017.

Latar Belakang: Perilaku perundungan membahayakan kesehatan fisik dan

kesejahteraan emosional anak-anak dan remaja, khususnya pelajar SLTA. Mereka

yang mengalami perundungan lebih mungkin mengalami depresi serta memiliki

pemikiran bunuh diri atau percobaan bunuh diri. Tujuan: Mengetahui hubungan

perilaku perundungan terhadap kejadian gejala depresi pada pelajar SMA 35 Jakarta,

SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat. Metode:

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional menggunakan desain

potong lintang. Sampel dipilih dengan metode multistage randomization sebanyak

360 sampel. Pengumpulan data menggunakan kuesioner YRBS 2017. Analisis data

bivariabel menggunakan uji Chi-Square, Fisher, dan Kolmogorov Smirnov. Hasil:

Sebanyak 343 kuesioner dapat dianalisis. Didapatkan hubungan bermakna antara

perundungan dan gejala depresi, yakni perundungan jenis pencurian atau perusakan

barang terhadap perasaan sedih atau putus asa (p=0,006); perundungan di sekolah

dengan perasaan sedih atau putus asa (p=0,001), dan niat bunuh diri (p=0,023), serta

perundungan di internet dengan perasaan sedih atau putus asa (p=0,000), niat bunuh

diri (p=0,001), dan rencana bunuh diri (p=0,015). Kesimpulan: Perundungan

berhubungan secara bermakna tehadap kejadian gejala depresi pada pelajar SLTA di

Kota Jakarta Pusat.

Kata kunci: perundungan, gejala depresi, pelajar, SLTA.

Page 9: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

ix

ix

ABSTRACT

Khadijah Alhaura Azhari. Medical Study Program. The Correlations Between

Bullying Behavior with Incidence of Depression Symptomps among High School

Students in Center Jakarta 2017.

Background: Bullying behavior endangers the physical health and emotional well-

being of children and adolescents, especially high school students. Those who

experience bullying are more likely to experience depression and have thoughts of

suicide or attempted suicide. Objective: To determine the relationship of bullying

behavior to the incidence of symptoms of depression in students of SMA 35 Jakarta,

Muhammadiyah 5 Jakarta Vocational School, and MA Jamiat Kheir, Central Jakarta

City. Method: This study was an observational analytic study using a cross-sectional

design. Samples were selected by a multistage randomization method of 360 samples.

Data collection using the YRBS 2017 questionnaire. Bivariable data analysis using

Chi-Square, Fisher, and Kolmogorov Smirnov tests. Results: 343 questionnaire were

eligible to analyze. A significant relationship was found between bullying and

depression symptomps, namely bullying in the type of theft or destruction of goods

against feelings of sadness or despair (p = 0.006); bullying at school with feelings of

sadness or despair (p = 0.001), and suicidal intentions (p = 0.023), as well as

internet bullying with feelings of sadness or despair (p = 0.000), suicidal intentions

(p = 0.001), and suicide plans (p = 0.015). Conclusion: Bullying was significantly

related to the incidence of depression symptoms among high school students in

Central Jakarta City.

Keywords: bullying, depression symptomps, students, high school.

Page 10: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

x

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ v

ABSTRAK ........................................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 3

1.3. Hipotesis ....................................................................................................................... 3

1.4. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 4

1.4.1. Tujuan Umum ........................................................................................................ 4

1.4.2. Tujuan Khusus ....................................................................................................... 4

1.5. Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 4

1.5.1. Bagi Peneliti ........................................................................................................... 4

1.5.2. Bagi Perguruan Tinggi ........................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 6

2.1. Perundungan ................................................................................................................. 6

2.1.1. Definisi Perundungan ............................................................................................. 6

2.1.2. Bentuk Perundungan .............................................................................................. 8

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi ................................................................................. 11

2.1.4. Dampak Perundungan .......................................................................................... 16

2.1.5. Perundungan dalam Tinjauan Neurosains ............................................................ 17

2.2. Depresi ........................................................................................................................ 19

2.2.1. Definisi Depresi ................................................................................................... 19

Page 11: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

xi

xi

2.2.2. Epidemiologi Depresi ........................................................................................... 19

2.2.3. Etiologi Depresi ................................................................................................... 20

2.2.4. Tanda dan Gejala Depresi21 .................................................................................. 25

2.2.5. Kriteria Diagnosis Deperesi21 ............................................................................... 26

2.3. Youth Risk Behavior Survey ........................................................................................ 27

2.4. Kerangka Teori ........................................................................................................... 29

2.5. Kerangka Konsep ....................................................................................................... 30

2.5. Definisi Operasional .................................................................................................... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................... 32

3.1. Desain Penelitian ........................................................................................................ 32

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................................... 32

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................................... 32

3.3.1. Populasi Target ..................................................................................................... 32

3.3.2. Populasi Terjangkau ............................................................................................. 32

3.3.3. Sampel .................................................................................................................. 32

3.4. Besar Sampel.............................................................................................................. 32

3.4.1. Besar Sampel Penelitian Deskriptif Kategorik ..................................................... 33

3.4.2. Besar Sampel Penelitian Aanalitik Kategorik Tidak Berpasangan ....................... 33

3.4. Cara Pengambilan Sampel ........................................................................................... 35

3.5. Kriteria Sampel ........................................................................................................... 36

3.5.1. Kriteria Inklusi ..................................................................................................... 36

3.5.2. Kriteria Eksklusi ................................................................................................... 36

3.6. Cara Kerja Penelitian .................................................................................................. 36

3.7. Alur Penelitian ........................................................................................................... 38

3.8. Manajemen Data ......................................................................................................... 39

3.8.1. Pengumpulan Data ............................................................................................... 39

3.8.2. Instrumen Penelitian ............................................................................................. 39

3.8.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................................................ 39

3.8.4. Pengolahan dan Analisis Data .............................................................................. 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 41

4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ..................................................... 41

4.1.1. Uji Validitas ......................................................................................................... 41

Page 12: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

xii

xii

4.1.2. Uji Reliabilitas ..................................................................................................... 43

4.2. Analisis Univariat........................................................................................................ 44

4.2.1. Karakteristik Sampel ............................................................................................ 44

4.2.2. Frekuensi Perundungan ........................................................................................ 45

4.2.3. Frekuensi Gejala Depresi ..................................................................................... 46

4.3. Analisis Bivariat .......................................................................................................... 46

4.3.1 Hubungan Perundungan dengan Jenis Kelamin ..................................................... 47

4.3.2. Hubungan Perundungan dengan Tingkat Kelas .................................................... 48

4.3.3. Hubungan Perundungan dengan Jenis Sekolah .................................................... 49

4.3.4. Hubungan Gejala Depresi dengan Jenis Kelamin ................................................. 51

4.3.5. Hubungan Gejala Depresi dengan Tingkat Kelas ................................................. 53

4.3.6. Hubungan Gejala Depresi dengan Jenis Sekolah .................................................. 55

4.3.7. Hubungan Perundungan dengan Gejala Depresi................................................... 57

4.4. Pembahasan ................................................................................................................. 68

4.5. Kelebihan Penelitian ................................................................................................... 75

4.6. Keterbatasan Penelitian ............................................................................................... 76

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 77

5.1. Simpulan ..................................................................................................................... 77

5.2. Saran ........................................................................................................................... 79

LAMPIRAN ......................................................................................................................... 85

Page 13: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

xiii

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitias Item Kuesioner…………………………………...41-42

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Item Kuesioner……………………………………..43

Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Kelas, dan

Jenis Sekolah……………………………………………………………...44

Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Frekuensi Perundungan………………….45

Tabel 4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Frekuensi Gejala Depresi………………..46

Tabel 4.6 Hubungan Perundungan dengan Jenis Kelamin…………………………..47

Tabel 4.7 Hubungan Perundungan dengan Tingkat Kelas…………………………..48

Tabel 4.8 Hubungan Perundungan dengan Jenis Sekolah………………………..49-50

Tabel 4.9 Hubungan Gejala Depresi dengan Jenis Kelamin………………………...51

Tabel 4.10 Hubungan Gejala Depresi dengan Tingkat Kelas…..……………………53

Tabel 4.11 Hubungan Gejala Depresi dengan Jenis Sekolah………………..………55

Tabel 4.12 Hubungan Perundungan dengan Perasaan Sedih atau Putus Asa Selama 2

Minggu atau Lebih Berturut-turut Sehingga Tidak Ingin Melakukan

Apapun dalam 12 Bulan Terakhir……………………………………….57

Tabel 4.13 Hubungan Perundungan dengan Berniat Bunuh Diri dalam 12 Bulan

Terakhir………………………………………………………………….60

Tabel 4.14 Hubungan Perundungan dengan Menyusun Rencana Bunuh Diri dalam 12

Bulan Terakhir…………………………………………………………..63

Tabel 4.15 Hubungan Perundungan dengan Mencoba Bunuh Diri dalam 12 Bulan

Terakhir……………………………………………………………...65-66

Page 14: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

xiv

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner YRBS 2017………………………………………………….85

Lampiran 2 Parental Informed Consent-Passive Form………………………………89

Lampiran 3 Surat Rekomendasi Penelitian…………………………………………..91

Lampiran 4 Surat Rekomendasi Izin Penelitian………………….……….………....93

Lampiran 5 Riwayat Penulis ………………………………………………………...94

Page 15: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

xv

DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

CDC : Centers for Disease Control and Prevention

UNICEF : United Nations Emergency Children's Fund

KPAI : Komisi Perlindungan Anak Indonesia

SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMK : Sekolah Menengah Kejuruan

MA : Madrasah Aliyah

SMP : Sekolah Menengah Pertama

YRBS : Youth Risk Behavior Survey

Riskesdas : Riset kesehatan dasar

SPSS : Statistical Package for Social Science

HPA : Hypothalamic-pituitary-adrenal

CRH : Corticotropine Releasing Hormone

ACTH : Adrenocorticotropine Hormone

Page 16: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku kekerasan di sekolah dan perundungan (bullying) terjadi di seluruh

dunia dan mempengaruhi sebagian besar anak-anak dan remaja. Diperkirakan 246

juta anak-anak dan remaja mengalami beberapa bentuk kekerasan di sekolah dan

perundungan tiap tahunnya. Anak-anak dan remaja dapat mengalami kekerasan dan

perundungan di sekitar sekolah dan dalam perjalanan ke dan dari sekolah. Menurut

laporan Kementrian Pendidikan Republik Korea tahun 2015, 75,5% kekerasan

sekolah dan perundungan terjadi di dalam sekolah dan 24,5% terjadi di luar sekolah.1

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan, saat ini kasus-

kasus perundungan menduduki peringkat teratas pengaduan masyarakat. Dari tahun

2011 hingga agustus 2014, KPAI mencatat 369 pengaduan terkait masalah tersebut.

Jumlah itu sekitar 25% dari total pengaduan di bidang pendidikan sebanyak 1.480

kasus.2 Hasil laporan UNICEF Indonesia tahun 2015, sebanyak 40% anak mengalami

perundungan di sekolah.3

Tercatat jumlah penduduk Indonesia dengan usia sekolah (0-23 tahun) tahun

2015 adalah 109.159.200 juta atau sekitar 42,73% dari jumlah total penduduk.4Dari

total penduduk Indonesia dengan usia sekolah, jumlah murid Sekolah Menengah Atas

(SMA) di Indonesia pada tahun ajaran 2015/2016 ialah sebanyak 4.312.407 siswa.

Jumlah ini meningkat sekitar 1,85% dari tahun ajaran sebelumnya.5

Sebanyak 13,94% anak SMP dan SMA mengalami pelecehan atau

perundungan selama 1 sampai 2 hari dalam 30 hari. Persentase tersebut terbagi

15,86% pada anak laki-laki dan 12,16% pada perempuan. Sebanyak 1,04% anak SMP

dan SMA mengalami perundungan setiap harinya dalam 30 hari.6

Page 17: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

2

Dampak perundungan dapat mengancam setiap pihak yang terlibat, baik anak-

anak korban perundungan, anak-anak pelaku perundungan, anak-anak yang

menyaksikan perundungan, bahkan sekolah dengan isu perundungan secara

keseluruhan. Perundungan dapat membawa pengaruh buruk tehadap keshatan fisik

maupun mental anak.7

Perilaku kekerasan di sekolah dan perundungan membahayakan kesehatan

fisik dan kesejahteraan emosional anak-anak dan remaja. Dilaporkan, dampak fisik

dari perundungan termasuk sakit perut, sakit kepala, serta kesulitan makan dan tidur.

Mereka yang mengalami perundungan lebih mungkin mengalami kesulitan

interpersonal, depresi, kesepian atau cemas, memiliki kepercayaan diri yang rendah,

serta pemikiran bunuh diri atau percobaan bunuh diri dibandingkan dengan mereka

yang tidak mengalami perundungan.1

Satu dari sepuluh orang menderita depresi berat dan hampir satu dari lima

orang mengalami gangguan ini selama hidupnya (prevalensi satu tahun adalah 10%

dan prevalensi seumur hidup 17%). Pada tahun 2020, depresi akan menjadi penyebab

utama kedua kecatatan di dunia, dan pada tahun 2030 diperkirakan akan menjadi

kontributor terbesar beban penyakit.8Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

tahun 2013 menujukkan bahwa prevalensi orang yang mengalami gangguan status

mental dan perubahan emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan

kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia lebih dari sama dengan 15 tahun atau sekitar

kurang lebih 14 juta jiwa.9

Laporan WHO mengenai “Health for the world’s adolescents”

mengungkapkan bahwa depresi adalah penyebab utama penyakit dan kecacatan pada

laki-laki dan perempuan yang berusia 10 hingga 19 tahun. Secara global, depresi

merupakan penyebab nomor 1 penyakit dan kecatatan dalam kelompok usia remaja,

dan bunuh diri sebagai salah satu dampak depresi menempati peringkat ke-3

penyebab kematian. Beberapa studi menunjukkan bahwa setengah dari seluruh orang

yang mengalami gangguan mental memiliki gejala pertama di usia 14 tahun.10

Page 18: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

3

Berdasarkan penelitian mengenai gambaran tingkat depresi dan perilaku

perundungan, yang dilakukan di SMP PGRI 2 Denpasar pada tahun 2015 oleh I Gede

Surya Kardiana dan I Wayan Westa, ditemukan bahwa responden yang mengalami

perilaku perundungan intensitas ringan, kejadian depresi sebesar 59,3% dengan

depresi ringan sebesar 33,3% dan depresi sedang 25,9%. Seluruh responden

penelitian ini berumur sekitar 12-15 tahun. Peneliti mengukur tingkat depresi siswa

dengan Beck Depression Inventory, dan mengukur prevalensi perundungan dengan

kuisioner yang berisi tindakan perundungan berdasarkan modifikasi dari victimization

scale-adolenscent peer relation instrument.11

Melihat angka kejadian perundungan dan depresi yang semakin meningkat,

kususnya di kalangan remaja, peneliti ingin mengetahui adakah hubungan antara

perilaku perundungan terhadap gejala depresi pada pelajar SLTA, kususnya di Kota

Jakarta Pusat.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat hubungan antara perilaku perundungan dengan kejadian

gejala depresi pada pelajar SLTA di Kota Jakarta Pusat?

2. Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin, tingkat kelas, dan jenis

sekolah terhadap perilaku perundungan dan kejadian gejala depresi pada

pelajar SLTA di Kota Jakarta Pusat?

1.3. Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara perilaku perundungan dengan kejadian gejala

depresi pada pelajar SLTA di Kota Jakarta Pusat.

2. Terdapat hubungan antara jenis kelamin, tingkat kelas, dan jenis sekolah

terhadap perilaku perundungan dan kejadian gejala depresi pada pelajar SLTA

di Kota Jakarta Pusat.

Page 19: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

4

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara perilaku perundungan

dengan kejadian gejala depresi pada pelajar SLTA di Kota Jakarta Pusat

tahun 2017.

1.4.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin, tingkat kelas, dan jenis

sekolah terhadap perilaku perundungan pada pelajar SLTA di Kota

Jakarta Pusat tahun 2017.

b. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin, tingkat kelas, dan jenis

sekolah terhadap kejadian gejala depresi pada delajar SLTA di Kota

Jakarta Pusat tahun 2017.

c. Mengetahui prevalensi perundungan pada pelajar SLTA di Kota

Jakarta Pusat tahun 2017.

d. Mengetahui prevalensi gejala depresi pada pelajar SLTA di Kota

Jakarta Pusat tahun 2017.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Peneliti

a. Sebagai penambah wawasan tentang besarnya kejadian perilaku

perundungan dan gejala depresi pada pelajar SLTA di Kota Jakarta

Pusat.

b. Menjadi motivasi untuk mengembangkan penelitian lanjutan yang

berhubungan dengan hasil penelitian yang didapatkan, misalnya

meneliti tentang metode penanganan apa saja yang mampu mengatasi

masalah depresi dan perilaku perundungan pada pelajar SLTA

Page 20: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

5

sehingga dapat menurunkan angka kejadian gejala depresi dan

perilaku perundungan pada pelajar SLTA.

c. Memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang pembuatan karya

tulis ilmiah.

d. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.5.2. Bagi Perguruan Tinggi

a. Sebagai data untuk dilakukan penelitian selanjutnya.

b. Sarana bagi perguruan tinggi dalam menjalankan fungsinya sebagai

wadah penelitian.

c. Sarana pengembangan ilmu pengetahuan bagi insitusi

Page 21: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perundungan

2.1.1. Definisi Perundungan

Sebagai salah satu tindak kekerasan, perundungan (bullying) merupakan

segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu

orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau lebih berkuasa terhadap orang lain,

dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus-menerus.4

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan bahwa,

perundungan adalah segala perilaku yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh

seorang atau sekelompok remaja yang bukan saudara atau teman kencan yang

melibatkan ketidakseimbangaan kekuasaan, baik yang teramati atau dirasakan yang

terjadi berulang kali atau cenderung terulang. Perundungan dapat menimbulkan

bahaya atau tekanan pada remaja yang menjadi korban perundungan termasuk

kerusakan fisik, psikologis, sosial, atau pendidikan.12

Berdasarkan definisi perundungan menurut CDC, ada beberapa istilah yang

ditekankan dan perlu dipahami dengan baik, istilah-istilah tersebut anatara lain:12

1) Remaja

Definisi remaja yang digunakan disini ialah anak usia sekolah dengan

rentang usia 5-18 tahun.

2) Perilaku yang tidak diinginkan

Perilaku yang tidak diinginkan berarti bahwa seseorang yang

menerima perlakuan tersebut ingin perilaku agresif ini segera dihentikan oleh

sang pelaku. Seumpama terdapat dua pemuda yang mungkin suka mengejek

Page 22: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

7

atau mengolok-olok satu sama lain dengan cara yang menyenangkan, hal ini

tidak dianggap sebagai perilaku perundungan.

3) Perilaku agresif

Perilaku agresif adalah penggunaan secara sengaja dari perilaku

berbahaya, dan mengancam terhadap orang lain. Intensionalitas dapat

diketahui dengan menilai niat pelaku dalam menggunakan perilaku

berbahayanya tersebut kepada korban. Menceritakan desas-desus yang

merusak tentang seseorang, mengancam, atau mendorong, dianggap sebagai

perilaku yang disengaja karena pelaku menggunakan perilaku berbahaya

terhadap orang lain. CDC dan WHO menggunakan pendekatan ini untuk

mengukur konsistensi intensionalitas, sebagaimana mengukur jenis kekerasan

lainnya.

4) Terjadi berulang kali atau cenderung untuk terulang

Hal ini berarti bahwa seseorang mengalami banyak insiden agresi oleh

seseorang atau sekelompok orang selama periode waktu tertentu, atau perilaku

agresif tunggal oleh seseorang atau sekelompok orang yang kemungkinan

besar akan diikuti oleh tindakan-tindakan agresi lainnya. Agresi berulang

yang melibatkan beberapa pelaku yang berbeda, serta dianggap tidak

berkaitan antara insiden agresi satu dengan yang lainnya, tidak dianggap

sebagai perilaku yang berulang. Jika seseorang mengalami beberapa insiden

agresi terpisah dari waktu ke waktu, hal ini dianggap dapat dianggap berulang,

jika ia mengalami tindakan agresi sebagai kejadian yang saling terkait satu

sama lain, bahkan jika pelaku berubah-ubah di seluruh insiden, dan tidak ada

pelaku tunggal yang terlibat dalam beberapa insiden tersebut.

5) Ketidakseimbangan kekuasaan

Merupakan upaya pemanfaatan karakteristik seseorang baik yang

teramati, dirasakan, atau situasional, untuk melakukan kontrol terhadap

perilaku orang tersebut, atau membatasi kemampuannya untuk merespon, atau

mencoba menghentikan perilaku agresif yang dilakukan oleh pelaku.

Ketidakseimbangaan kekuasaan seharusnya tidak digunakan untuk melabeli

Page 23: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

8

apakah seseorang merupakan orang yang “tidak berdaya” atau “kuat”,

melainkan untuk mengetahui pebedaan kekuatan yang ada dalam suatu

hubungan tertentu pada waktu tertentu. Ketidakseimbangan kekuasaan dapat

berubah dari waktu ke waktu di segala situasi, meskipun melibatkan orang

yang sama. Menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan dapat

menciptakan atau meningkatkan ketidakseimbangan kekuasaan yang ada.

6) Bahaya

Merupakan berbagai pengalaman negatif atau cedera, dan dapat

mencakup

a.) luka fisik, memar, atau rasa sakit,

b.) dampak psikologis, seperti perasaan tertekan, depresi, atau kecemasan,

c.) dampak sosial terhadap reputasi atau hubungan, dan atau,

d.) terbatasnya peluang pendidikan, melalui peningkatan angka absensi,

kesulitan konsentrasi di kelas, dan prestasi akademik yang buruk.

Terdapat banyak definisi mengenai perundungan, terutama yang terjadi dalam

konteks lain seperti di rumah, tempat kerja, masyarakat, dan komunitas virtual.

Namun, dalam hal ini dibatasi dalam konteks school bullying atau perundungan di

sekolah. Riauskina, Djuwita dan Soesetio (2005) mendefinisikan school bullying

sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang atau

sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan terhadap siswa siswi lain yang lebih

lemah, dengan tujuan menyakiti orang tesebut.4

2.1.2. Bentuk Perundungan

Kasus perundungan yang kerap terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia

kian memprihatinkan. Hasil kajian Konsorsium Nasional Pengembangan Sekolah

Karakter tahun 2014 menyebutkan, hampir setiap sekolah di Indonesia ada kasus

perundungan, meski hanya perundungan verbal dan psikologis/mental. Perundungan

dapat dikelompokkan ke dalam 6 kategori4:

Page 24: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

9

a. Kontak fisik langsung

Tindakan memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang,

mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk

memeras dan merusak barang yang dimilikki orang lain.

b. Kontak verbal langsung

Tindakan mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu,

memberi panggilan nama (name-calling), sarkasme, merendahkan (put-

downs), mencela/ mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip.

c. Perilaku non-verbal langsung

Tindakan melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi

muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam; biasanya disertai oleh

perundungan fisik atau verbal.

d. Perilaku non-verbal tidak langsung

Tindakan mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga

menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat

kaleng.

e. Cyberbullying

Tindakan menyakiti orang lain dengan sarana media elektronik (rekaman

video intimidasi, pencemaran nama baik lewat media sosial)

f. Pelecehan seksual

Kadang tindakan pelecehan dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal.

CDC menggolongkan perundungan berdasarkan bentuk dan jenis perundungan.12

A. Bentuk perundungan

1) Langsung

Bentuk perundungan secara langsung adalah tindakan-tindakan

agresif yang terjadi secara langsung dihadapan seseorang yang telah

ditargetkan. Contoh tidakan agresi langsung, diantaranya interaksi tatap

Page 25: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

10

muka, seperti mendorong, atau komunikasi secara verbal maupun

nonverbal yang membahayakan orang yang ditargetkan tersebut.

2) Tidak langsung

Merupakan berbagai tindakan agresif yang tidak secara langsung

dikomunikasikan kepada orang yang ditargetkan. Contoh tindakan agresi

tidak langsung, diantaranya menyebarkan rumor palsu dan atau rumor

buruk, atau membicarakan rumor buruk secara elektronik.

B. Jenis perundungan

1) Fisik

Peundungan fisik merupakan penggunaan kekuatan oleh

pelaku perundungan terhadap seseorang yang telah ditargetkan.

Contoh perundungan fisik diantaranya, memukul, menendang,

meninju, meludah, dan mendorong.

2) Verbal

Merupakan komunikasi lisan atau tertulis oleh pelaku terhadap

target sehingga menimbulkan kerugian. Perundungan jenis verbal

diantaranya seperti mengejek, memanggil-manggil nama target,

mengancam atau menyinggung baik secara langung melalui perkataan

atau melalui cacatan tertulis atau gerakan tangan, serta komentar

seksual yang tidak pantas.

3) Relasional

Merupakan perilaku yang dirancang oleh pelaku untuk

merusak reputasi dan hubungan (relasi) orang yang ditargetkan.

Perundungan relasional diantaranya mengisolasi seseorang dengan

mengurungnya di suatu tempat, atau mengisolasinya dari berinteraksi

dengan teman-teman sebayanya, atau mengacuhkannya. Perundungan

relasional tidak langsung, diantaranya ialah menyebarkan rumor palsu

dan atau rumor buruk, menulis komentar yang menghina secara

terbuka, atau menyebarkan gambar (baik secara fisik maupun

Page 26: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

11

elektronik) yang memalukan yang dilakukan tanpa izin atau

sepengetahuan target.

4) Dampak pada properti

Dampak pada properti termasuk pencurian, perubahan atau

perusakan properti oleh pelaku sehingga menimbulkan kerugian bagi

korban. Perundungan jenis ini dapat berupa mengambil properti milik

seseorang dan enggan untuk mengembalikannya, menghancurkan

properti seseorang langsung dihadapannya, atau menghapus informasi

elektronik pribadi seseorang.

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi

Beberapa faktor menyebabkan seseorang lebih rentan menjadi korban

peundungan, atau bahkan merundung orang lain. Perundungan merupakan fenomena

yang kompleks yang tidak hanya melibatkan pelaku atau korban perundungan, namun

banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti karakteristik individu, hubungan

antar individu, keluarga, sekolah, serta sanksi sosial.13

2.1.3.1. Karakteristik Individu

Beberapa studi melakukan identifikasi terhadap anak-anak yang

menjadi korban perundungan dan pelaku perundungan. Faktanya, kita

tidak dapat mengetahui dengan pasti untuk mengkategorikan apakah

seorang anak lebih cenderung untuk menjadi seorang pelaku atau korban

perundungan. Beberapa murid mungkin menjadi korban perundungan

apabila mereka tidak cocok dengan apa yang disebut “cetakan ideal” atau

standar ideal yang berkaitan dengan berbagai macam hal, sebagai contoh,

penampilan fisik, termasuk berat badan dan tinggi badan; rambut atau

cara berpakaian; ras; etnisitas; negara asal dan status pendatang; agama,

dan kompetensi akademik atau olahraga. Perundungan yang dimotivasi

oleh sikap tidak toleran terhadap orang lain berdasarkan keanggotaannya

dalam suatu kelompok, dikenal sebagai bias-based bullying. Beberapa

Page 27: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

12

kelompok tersebut diantaranya seperti, ras, etnisitas, dan agama; jenis

kelamin; orientasi seksual; status sosial ekonomi, dan disabilitas. Menjadi

anggota dalam satu atau lebih kelompok tersebut menjadikan anak muda

rentan menjadi korban perundungan oleh rekan-rekan mereka.1

2.1.3.2. Usia

Bukti menunjukkan bahwa perundungan lebih sering terjadi pada

anak-anak yang lebih muda karena, selain menjadi korban perundungan

oleh teman sebayanya, anak-anak yang lebih muda juga menjadi korban

perundungan oleh anak-anak yang lebih tua. Hal inilah yang

menyebabkan mereka memiliki risiko yang lebih besar.1

Bentuk dan jenis perundungan memiliki korelasi positif terhadap

usia. Seiring bertambahnya usia, kejadian agresi langsung mengalami

penurunan, dan agresi tidak langsung dapat tetap konstan atau meningkat.

Anak-anak yang lebih muda lebih mungkin untuk merundung secara

terbuka dalam rangka membangun status sosial. Adanya hierarki diantara

anak-anak yang lebih tua menjadikan perundungan secara terbuka tidak

lagi diperlukan atau bahkan tidak berguna. Anak muda yang berada di

atas atau di bawah dalam hierarki pergaulan mereka, menjadi anak yang

paling tidak agresif. Tampak bahwa anak-anak menaikkan status sosial

mereka dengan merundung mereka yang lebih rentan. Perubahan yang

terjadi seiring dengan proses perkembangan juga dapat mempengaruhi

nilai dan bermacam bentuk agresi yang terkait, misalnya perundungan

secara langsung biasanya dikaitkan dengan pencapaian tujuan

instrumental yang dihargai oleh kelompok usia yang lebih muda,

sedangkan agresi tidak langsung cenderung dikaitkan dengan tujuan

relasional, yang lebih dianggap bernilai oleh remaja yang lebih tua.1

Konteks perundungan juga berubah seiring dengan usia. Pubertas,

terutama dikaitkan pergeseran radikal, ketika remaja menjadi semakin

Page 28: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

13

tertarik pada hubungan percintaan. Craig dan Pelper menulis “konteks

baru ini menyediakan tempat lain penggunaan agresi kekuasaan”.

Penelitian mereka mengungkapkan bahwa siswa kelas enam sampai

delapan yang mengaku pernah merundung, dilaporkan menjadi lebih

maju dalam perkembangan masa pubertas mereka, serta lebih cenderung

terlibat dalam hubungan percintaan dimana mereka lebih mungkin

melakukan tindakan agresi verbal dan fisik dalam hubungan mereka,

dibandingkan siswa lain yang tidak melakukan perundungan.1

2.1.3.3. Gender

Penelitian tentang gender masih membingungkan dan kontradiktif.

Terdapat bukti kuat bahwa anak laki-laki merundung lebih sering

dibandingkan anak perempuan. Perbedaan jumlah antara korban

perundungan laki-laki dan perempuan relatif kecil atau tampaknya tidak

memiliki pola yang jelas. Anak laki-laki cenderung merundung secara

langsung atau secara fisik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak

perempuan cenderung lebih sering untuk merundung seseorang secara

tidak langsung dan relasional dibandingkan anak laki-laki. Namun,

penelitian lain menunjukkan bahwa anak laki-laki dan perempuan sama-

sama terlibat dalam perundungan tak langsung. Beperapa bukti

menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih terlibat dalam perilaku

perundungan baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagai

korban maupun pelaku, dibandingkan dengan anak perempuan. Menurut

temuan lainnya, anak laki-laki dan perempuan memiliki tingkat yang

sama dalam menjadi korban perundungan, serta dilaporkan bahwa mereka

sama-sama menjadi korban melalui agresi fisik dan relasional.1

2.1.3.4. Personality Traits

Anak-anak yang menjadi korban perundungan sering digambarkan

sebagai seseorang yang menampilkan karakteristik yang meningkatkan

Page 29: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

14

kerentanan mereka menjadi korban, seperti seseorang yang pemalu, lebih

kecil, lebih lemah, cemas, tidak percaya diri, impulsif, kurang tegas, serta

kurang populer dan lebih terisolasi. Anak-anak ini dapat secara jelas

menunjukkan penderitaan dan kesusahan mereka ketika teman-teman

merundungnya, dan mereka mungkin kurang memiliki kecenderungan

untuk membalas.

Beberapa anak-anak yang menjadi korban perundungan

digambarkan sebagai seseorang yang bertindak dengan cara yang

dianggap menjengkelkan, seperti sedang mengganggu. Sayangnya,

beberapa orang dewasa dan teman sebaya melihat anak-anak ini sebagai

orang yang memprovokasi agresor, dan oleh karena itu timbulah korban.

Sekitar 10 hingga 20 persen dari anak korban perundungan yang

merundung yang lainnya, kembali menjadi korban perundungan. Hal ini

digambarkan sebagai “korban” yang provokatif atau agresif. Anak-anak

ini adalah yang paling ditolak oleh teman sebaya dan memiliki masalah

penyesuaian diri yang serius.1

2.1.3.5. Lingkungan dan Otoritas Sekolah

Hukuman oleh guru mungkin lebih cenderung ditujukan pada

anak-anak dan remaja yang berasal dari populasi stigmatis dan populasi

yang terpinggirkan. Sebagai contoh, pengungsi dan anak-anak imigran

dapat dihukum oleh guru karena tidak mampu berbicara bahasa

pengantar. Studi PBB tentang kekerasan terhadap anak mencatat bahwa,

di India, guru dari kasta yang lebih tinggi lebih cenderung merendahkan

dan mempermalukan anak-anak dari kasta yang lebih rendah, demikian

juga laporan dari Human Rights Watch 2014 menyebutkan contoh-contoh

diskriminasi dan kekerasan fisik oleh otoritas sekolah di empat negara

bagian di India yang menentang Dalit, Muslim, dan anak-anak suku; anak

perempuan khususnya, berisiko ditarik dari sekolah karena kekhawatiran

orang tua akan keselamatan mereka.1

Page 30: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

15

Di Inggris, sekolah-sekolah diperiksa oleh badan hukum Office for

Standards in Education, Children’s Services and Skills. Badan hukum

tersebut melakukan penilaian terhadap kualitas sekolah berdasarkan

kualitas pengajaran, kepemimpinan dan manajemen, prestasi siswa, dan

perilaku keamanan siswa di sekolah. Program penilaian kualitas sekolah

ini disebut dengan Pemeriksaan Ofsted. Pemeriksaan Ofsted dilakukkn

setiap 2-5 tahun, tergantung pada hasil pemeriksaan sebelumnya. Dari

hasil pemeriksaan, sekolah akan diklasifikasikan sebagai sekolah yang 1=

“Luar Biasa”, 2= “Baik”, 3= “Membutuhkan Perbaikan”, atau 4= “Tidak

Memadai”. Sebuah penelitian mengenai peran keluarga dan tingkat

sekolah dalam perundungandan cyberbullying yang dilakukan pada 6667

siswa kelas 7 dari 40 sekolah di Inggris yang dipilih secara random,

didapati bahwa sekolah dengan Peringkat Ofsted “Baik” dikaitkan

memiliki risiko perundungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

sekolah yang dinilai “Luar Biasa”. Temuan ini menunjukkan bahwa

organisasi-organisasi sekolah yang berkinerja dengan baik dalam hal

kepemimpinan dan manajemen melahirkan iklim sekolah yang protektif

terhadap perilaku perundungan. Peneliti mengakui bahwa peringkat

Ofsted mempertimbangkan sejumlah aspek sekolah tidak hanya

kepemimpinan dan manajemen, namun juga etos sekolah, serta kesadaran

terhadap perilaku perundungan dan bagaimana cara mencegah dan

mengelolanya.14

2.1.3.6. Status Sosial Ekonomi

Anak-anak dan remaja yang dari segi ekonomi kurang beruntung,

sering menghadapi peningkatan stres, diskriminasi, dan fitnah di sekolah.

Kemiskinan dapat berkontribusi terhadap rendahnya kepercayaan diri.

Mereka yang menjadi korban perundungan, penghinaan, dan pelecehan

merasa tidak berdaya untuk mengungkapkannya karena takut tidak

dipercaya, atau mereka akan disalahkan karena telah menyebabkan

Page 31: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

16

insiden kekerasan. Dalam Young Lives project didapati bahwa secara

konsisten, anak-anak dari keluarga miskin ditemukan mengalami tingkat

perundungan yang lebih tinggi. Dalam proyek lain, seperti the Action Aid

Sexual Violence Against Girls, ditemukan bahwa eksploitasi seksual

dapat dikaitkan dengan kemiskinan, sepeti para remaja puteri yang

dipaksa melakukan hubungan seksual oleh guru laki-laki yang

mendukung biaya sekolah mereka.14

Menurut CDC, faktor yang berbeda dapat meningkatkan risiko

anak muda untuk terlibat atau mengalami perundungan. Namun,

kehadiran faktor-faktor ini tidak selalu berarti bahwa mereka akan

melakukan perundungan atau menjadi korban perundungan. Beberapa

faktor yang terkait dengan kemungkinan yang lebih tinggi terlibat dalam

perilaku perundungan meliputi12

:

1) Masalah eksternalisasi atau masalah yang diarahkan pada lingkungan

eksternal seperti menantang dan mengganggu

2) Pola asuh yang keras

3) Sikap menerima kekerasan

Beberapa faktor yang terkait dengan kemungkinan yang lebih tinggi

dijadikan korban perundungan termasuk:

1) Hubungan antar teman sebaya yang kurang baik

2) Tingkat percaya diri yang rendah

3) Dianggap pendiam atau berbeda oleh teman sebaya

2.1.4. Dampak Perundungan

Perilaku kekerasan di sekolah dan perundungan membahayakan kesehatan

fisik dan kesejahteraan emosional anak-anak dan remaja. Kekerasan fisik, termasuk

hukuman fisik, dapat menyebabkan cedera fatal atau non-fatal atau kerusakan fisik

lainnya. Kekerasan seksual meningkatkan risiko kehamilan yang tidak diinginkan,

Page 32: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

17

HIV dan infeksi seksual lainnya. Dilaporkan efek fisik perundungan termasuk sakit

perut dan sakit kepala serta kesulitan makan dan tidur. Mereka yang menjadi korban

perundungan juga lebih rentan untuk mengalami kesulitan intrapersonal, menjadi

depresi, kesepian atau cemas, memiliki kepercayaan diri yang rendah, dan memiliki

pikiran untuk bunuh diri atau mencoba bunuh diri dibandingkan dengan mereka yang

tidak mengalami perilaku perundungan.14

Dampak terhadap pendidikan pada korban kekerasan dan perundungan di

sekolah juga cukup signifikan. Timbulnya korban perundungan oleh guru dan teman-

teman sebanyanya menjadikan anak-anak dan remaja yang menjadi korban

perundungan atau menjadi orang yang menyaksikan tindakan perundungan

(bystanders), takut untuk pergi ke sekolah, dan mengganggu kemampuan mereka

untuk berkonsentrasi di kelas atau berpartisipasi dalam kegiatan sekolah. Mereka

dapat melewatkan kelas, menghindari kegiatan sekolah, bolos, atau putus sekolah

sama sekali. Pada gilirannya, hal ini memberikan dampak negatif pada pencapaian

akademik dan prestasi, serta prospek pendidikan dan pekerjaan di masa mendatang.

Internatinal learning assessment, menunjukkan bahwa perundungan mengurangi

prestasi siswa dalam mata pelajaran utama, seperti matematika.14

Lingkungan sekolah secara keseluruhan dipengaruhi oleh kekerasan dan

perundungan. Lingkungan pembelajaran yang tidak aman menciptakan rasa takut dan

ketidakamanan, serta persepsi bahwa guru tidak memiliki kontrol atau peduli tentang

kesejahteraan siswa. Hal ini mengurangi kualitas pendidikan bagi semua siswa.

Dampak jangka panjang pada korban dan pelaku perundungan dapat mencakup

peningkatan risko kesulitan dalam hubungan sosial dan interaksi, perilaku antisosial

dan kriminal, kualifikasi yang rendah, serta minimnya dukungan sosial yang

diperoleh.14

2.1.5. Perundungan dalam Tinjauan Neurosains

Sebagai salah satu stresor fisik dan psikologis, perundungan mengaktivasi

Hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) axis. HPA dan bebagai macam hormon

Page 33: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

18

lainnya yang memiliki peran dalam adaptasi dan kelangsungan hidup. Peningkatan

hormon secara kronik dapat menyebabkan masalah. Stres memberikan bermacam

efek fisiologis pada otak, serta mengganggu kadar hormon dan biomarker lain yang

pada akhirnya mempengaruhi perilaku. Hasil studi menunjukkan bahwa terjadi

perubahan kadar hormon stres kortisol pada korban perundungan berulang. Kliewer

(2006) menemukan bahwa terjadi peningkatan kadar kortisol pada remaja yang

pernah mengalami perundungan, namun studi lain menunjukkan bahwa tidak

ditemukan adanya peningkatan kortisol pada remaja yang mengalami

perundungan.15

Gangguan aktivitas HPA-axis dan kortisol dapat meningkatkan risiko

terjadinya gangguan kesehatan mental.16

Stres berkelanjutan mengganggu irama sirkardian dari kortisol yang pada

kondisi normal meningkat di pagi hari dan mengalami penurunan secara perlahan

hingga waktu tidur. Tidak hanya menyebabkan kesulitan bangun di pagi hari,

gangguan irama sirkardian juga menyebabkan kesulitan untuk tertidur di malam hari.

Hal ini dapat menyebabkan gangguan pola tidur sehingga menimbulkan banyak

masalah lain, seperti regulasi emosi, gangguan mood, serta gangguan belajar.16

Peneliti menemukan sejumlah struktur saraf yang dipengaruhi secara langsung

oleh perilaku perundungan. Struktur-struktur saraf tersebut diantaranya adalah

amigdala, dan korteks prefrontal. Peran amigdala adalah sebagai pemberi tanggapan

lini pertama terhadap rangsang sensorik yang berpotensi membahayakan. Dalam

perkembangan normal amigdala, terjadi aktivasi down-regulasi terhadap rangsang

sensorik yang tidak menyenangkan serta aktivasi up-regulasi terhadap keselamatan

(safety). Perundungan menyebabkan up-regulasi pada sistem rasa takut dan mengarah

ke peningkatan aktivitas amigdala.17

Studi menunjukkan hiperaktivasi amigdala dan hipoaktivasi dari korteks

prefrontal terhadap rangsangan emosi mungkin dianggap sebagai karakteristik

terhadap peningkatan kerentanan kognitif terhadap depresi. Studi neuroimaging

Page 34: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

19

mengimplikasikan bahwa pada depresi, amigdala merupakan lokus penting dalam

terjadinya disfungsi pemrosesan rangsangan yang mengancam.18

2.2. Depresi

2.2.1. Definisi Depresi

Depresi merupakan suatu gangguan mental umum yang ditandai dengan mood

yang depresif, kehilangan minat atau kesenangan, kurang energi, perasaan bersalah

atau harga diri rendah, gangguan tidur atau nafsu makan dan konsentrasi yang

rendah.19

Dalam buku Synopsis of Psychiatri gangguan depresi termasuk ke dalam

gangguan mood. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai gangguan depresi kita

perlu memahami apa yang dimaksud dengan mood terlebih dahulu.

Mood dapat didefinisikan sebagai emosi yang meresap dan berkelanjutan atau

nada perasaan yang memengaruhi perilaku seseorang dan memberikan warna

terhadap persepsinya mengenai di dunia.20

Menurut definisi yang diapaparkan dalam

Buku Ajar Psikiatri, mood merupakan subjektivitas peresapan emosi yang dialami

dan dapat diutarakan oleh pasien dan terpantau oleh orang lain, sebagai contoh adalah

depresi, elasi, dan marah.21

Pasien dalam keadaan mood terdepresi memperlihatkan kehilangan energi dan

minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, mengalami hilangnya nafsu makan,

berpikir mati atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain termasuk perubahan aktivitas,

kemampuan kognitif, bicara dan fungsi vegetatif (termasuk tidur, aktivitas seksual

dan ritme biologik yang lain). Gangguan ini hampir selalu menghasilkan hendaya

interpersonal, sosial, dan fungsi pekerjaan.21

2.2.2. Epidemiologi Depresi

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang

signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2016), terdapat

sekitar 35 juta orang terkena depresi. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis,

psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus

Page 35: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

20

gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan

penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang.22

Data riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi gangguan mental dan emosional

yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke

atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia.

Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat seperti skizofrenia mencapai sekitar

400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.9

Gangguan depresi berat paling sering terjadi, dengan prevalensi seumur hidup

sekitar 15 persen. Penderita perempuan dapat mencapai 25 persen, sekitar 10 persen

di perawatan primer dan 15 persen dirawat di rumah sakit. Pada anak sekolah

didapatkan prevalensi sekitar 2 persen dan usia remaja 5 persen. Berdasarkan jenis

kelamin, perempuan dua kali lipat lebih besar dibanding laki-laki. Diduga adanya

perbedaan hormon, pengaruh melahirkan, perbedaan stressor psikososial antara laki-

laki dan perempuan, dan model perilaku yang dipelajari tentang ketidak berdayaan.21

Gangguan depresi berat sering terjadi pada rata-rata usia sekitar 40 tahun.

Hampir 50 persen awitan diantara usia 20-50 tahun. Gangguan depresi berat dapat

timbul pada masa anak atau lanjut usia. Data terkini menunjukkan, gangguan depresi

berat diusia kurang dari 20 tahun mungkin berhubungan dengan meningkatnya

penggunaan alkohol dan penyalahgunaan zat dalam kelompok usia tersebut.21

2.2.3. Etiologi Depresi

2.2.3.1. Faktor Organobiologik

1) Amin Biogenik

Dilaporkan terdapat kelainan atau disregulasi pada metabolit

amin biogenik, seperti asam 5-hydroxyindoleacetic (5-HIAA), asam

homovalinic (HVA), dan 3-methoxy-4-hydroxyphenyl-glycol (MHPG)

di dalam darah, urin, dan cairan serebrospinal (CSF) pasien dengan

gangguan mood. Norepinefrin dan serotonin adalah dua

Page 36: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

21

neurotransmitters yang paling terlibat dalam patofisiologi gangguan

mood.21

a. Norepinefrin

Penurunan regulasi reseptor beta adrenergik dan respons klinis

anti-depresi mungkin merupakan peran langsung sistem noradrenergik

pada depresi. Bukti lain yang juga melibatkan reseptor b2-presinaptik

pada depresi, yaitu aktifnya reseptor yang mengakibatkan pengurangan

jumlah pelepasan norepinefrin. Reseptor b2-presinaptik juga terletak

pada neuron serotonergik dan mengatur jumlah pelepasan serotonin.21

b. Serotonin

Aktivitas serotonin bekurang pada depresi. Serotonin

bertanggung jawab untuk kontrol regulasi afek, agresi, tidur dan nafsu

makan. Pada beberapa penelitian ditemukan jumlah serotonin yang

berkurang di celah sinap dikatakan bertanggung jawab untuk

terjadinya depresi.21

c. Dopamin

Aktivitas dopanin mungkin berkurang pada depresi. Penemuan

subtipe baru reseptor dopamin dan meningkatnya pengertian fungsi

regulasi presinaptik dan pascasinaptik dopamin memperkaya hubungan

antara dopamin dan gangguan mood. Dua teori terbaru tentang

dopamin dan depresi adalah jalur dopamin mesolimbik mungkin

mengalami disfungsi pada depresi, dan reseptor dopamin D1 mungkin

hipoaktif pada depresi. 21

2) Faktor Neurokimia Lain

a. Aksis Adrenal

Hubungan antara hipersekresi kortisol dan depresi merupakan

salah satu penelitian terlama di bidang psikiatri biologis. Sekitar 50%

pasien yang mengalami depresi memilki tingkat kortikal yang

meningkat. Neuron di nukleus paraventrikular melepaskan

Page 37: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

22

corticotropine releasing hormone (CRH) yang merangsang pelepasan

adrenocorticotropine hormone (ACTH) dari hipofisis anterior.

Selanjutnya, ACTH merangsang pelepasan kortisol dari korteks

adrenal. Umpan balik kortisol bererja melalui setidaknya dua

meknisme. Mekanisme umpan balik cepat yang sensitif terhadap

peningkatan konsentrasi kortisol, bekerja pada reseptor kortisol di

hipokampus dan menyebabkan berkurangnya pelepasan ACTH.

Mekanisme umpan balik lambat sensitif terhadap konsentrasi kortisol

yang cenderung stabil, diperkirakan bekerja melalui reseptor hipofisis

dan adrenal.23

2.2.3.2. Faktor Genetik

Genetik merupakan faktor penting dalam perkembangan gangguan

mood, tetapi jalur penurunan sangat kompleks. Sulit untuk mengabaikan efek

psikososial, dan juga, faktor nongenetik kemungkinan berperan sebagai

penyebab berkembangnya gangguan mood, setidaknya pada beberapa orang.

Hasil studi dalam keluarga didapatkan bahwa keluarga yang memiliki riwayat

depresi pada anggota keluarga generasi pertama, 2 sampai 10 kali lebih sering

mengalami depresi berat. 21

2.2.3.3. Faktor psikososial

Peristiwa kehidupan yang membuat seseorang merasa tertekan (stres)

dapat mencetuskan terjadinya depresi. Episode pertama ini lebih ringan

dibandingkan episode berikutnya. Ada teori yang mengemukakan adanya stres

sebelum episode pertama menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan

lama. Hal ini menyebabkan perubahan berbagai neurotransmiter dan sistem

sinyal intraneuron, termasuk hilangnya beberapa neuron dan penurunan

kontak sinaps. Dampaknya, seorang individu berisiko tinggi mengalami

episode berulang gangguan mood, sekalipun tanpa stressor dari luar. 21

Data paling mendukung sehubungan dengan peristiwa kehidupan atau

stresor lingkungan yang sering berkaitan dengan depresi adalah kehilangan

Page 38: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

23

orang tua sebelum berusia 11 tahun dan kehilangan pasangan. Faktor risiko

lain adalah kehilangan pekerjaan; orang yang keluar dari pekerjaannya

berisiko 3 kali lebih besar untuk timbulnya gejala dibandingkan yang bekerja.

Kehilangan objek cinta pada masa perkembangan walaupun tidak secara

langsung dapat mencetuskan gangguan depresi, namun berpengaruh terhadap

ekspresi penyakit, misalnya awitan timbulnya gangguan, episode yang lebih

parah, adanya gangguan kepribadian, dan keinginan untuk bunuh diri. 21

2.2.3.4. Faktor Kepribadian

Semua orang, apapun pola kepribadiannnya, dapat mengalami depresi

sesuai dengan situasinya. Orang dengan kepribadian obsesi kompulsi,

histrionik dan ambang, berisiko tinggi untuk mengalami depresi dibandingkan

dengan gangguan kepribadian paranoid atau antisosial. Pasien dengan

gangunan disritmik dan siklotimik berisiko mengalami gangguan depresi

berat. Peristiwa yang membuat seseorang stres merupakan prediktor terkuat

untuk kejadian episode depresi. Riset menunjukkan bahwa pasien yang

mengalami stresor akibat tidak adanya kepercayaan diri sering mengalami

depresi. 21

2.2.3.5. Faktor Psikodinamik Pada Depresi

Pemahaman psikodinamik yang dikemukakan oleh Sigmund Freud

dan dilanjutkan oleh Karl Abraham dikenal sebagai pandangan klasik depresi.

Teori tersebut mencakup empat hal utama:

1.) gangguan hubungan ibu-anak selama fase oral (10-18 bulan)

menjadi faktor predisposisi untuk rentan terhadap episode depresi

berulang;

2.) depresi dapat dihubungkan dengan cinta yang nyata maupun fantasi

kehilangan objek;

3.) introjeksi merupakan terbangkitnya mekanisme pertahanan untuk

mengatasi penderitaan akibat kehilangan objek cinta, dan

Page 39: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

24

4.) kehilangan objek cinta, diperlihatkan dalam bentuk campuran

antara benci dan cinta, serta perasaan marah yang diarahkan

kepada diri sendiri. 21

Melanie Klein menjelaskan bahwa depresi termasuk agresi ke arah

mencintai, seperti yang dijelaskan Freud. Edward Bibring menyatakan bahwa

depresi adalah suatu fenomena yang terjadi ketika seseorang menyadari

ketidakmampuannya untuk mewujudkan cita-cita ideal yang tinggi. Edith

Jacobson melihat depresi sebagai berkurangnya kekuatan, misalnya pada anak

yang tidak berdaya terhadap penyiksaan orang tua. Silvano Arieti mengamati

banyak pasien depresi hidup untuk orang lain dibandingkan untuk dirinya

sendiri. Arieti merujuk pada orang yang menderita depresi, hidup dalam

dominasi orang lain, dalam prinsip dan nilai ideal. Heinz Kohut

mengonseptualisasikan depresi dimulai dari teori self-psychology, bahwa

perkembangan jiwa mempunyai kebutuhan spesifik yang harus dipenuhi orang

tua terhadap anaknya, yaitu memberikan rasa positif, percaya diri dan self-

cohesion. Jika orang yang diharapkan tidak memenuhi kebutuhan ini akan

terjadi kehilangan kepercayaan diri yang besar yang muncul sebagai depresi.

John Bowlby percaya bahwa rusaknya keeratan awal dan trauma akibat

perpisahan pada anak merupakan predisposisi terjadinya depresi. Kehilangan

pada orang dewasa dan trauma kehilangan pada masa kanak memudahkan

seseorang mengalami episode depresi pada masa dewasa. 21

2.2.3.6. Formulasi Lain dari Depresi

Depresi merupakan hasil penyimpangan kognitif spesifik yang

membuat seseorang mempunyai kecenderungan menjadi depresi. Postulat

Aaron Beck menyatakan trias kognitif dari depresi mencakup:

1.) pandangan terhadap diri sendiri berupa persepsi negatif terhadap

dirinya;

2.) tentang lingkungan, yakni kecenderungan menganggap dunia

bermusuhan terhadapnya, dan

Page 40: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

25

3.) tentang masa depan, yakni bayangan penderitaan dari kegagalan. 21

2.2.4. Tanda dan Gejala Depresi21

2.2.4.1. Mood Terdepresi

Mood terdepresi, kehilangan minat dan berkurangnya energi adalah

gejala utama dari depresi. Pasien mungkin mengatakan perasaannya sedih,

tidak mempunyai harapan, dicampakkan, atau tidak berharga. Emosi pada

mood depresi kualitasnya berbeda dengan emosi duka cita atau kesedihan

yang normal. 21

2.2.4.2. Pikiran Bunuh Diri

Pikiran untuk melakukan bunuh diri dapat timbul pada sekitar dua per

tiga pasien depresi dan 10-15% diantaranya melakukan bunuh diri. Mereka

yang dirawat di rumah sakit dengan percobaan bunuh diri mempunyai umur

hidup lebih panjang dibanding yang tidak dirawat. Beberapa pasien depresi

terkadang tidak menyadari ia mengalami depresi dan tidak mengeluh tentang

gangguan mood meskipun mereka menarik diri dari keluarga, teman, dan

aktivitas yang sebelumnya menarik bagi dirinya. 21

2.2.4.3. Penurunan Energi dan Motivasi

Hampir semua pasien depresi (97%) mengeluh tentang penurunan

energi. Mereka mengalami kesulitan menyelesaikan tugas, mengalami

hendaya di sekolah dan pekerjaan, dan menurunnya motivasi untuk terlibat

dalam kegiatan baru. 21

2.2.4.4. Gangguan Tidur, Nafsu Makan, dan Perubahan Berat Badan

Sekitar 80% pasien mengeluh masalah tidur, khususnya terjaga dini

hari (terminal insomnia) dan sering terbangun di malam hari karena

memikirkan masalah yang dihadapi. Kebanyakan pasien menunjukkan

peningkatan atau penurunan nafsu makan, demikian pula dengan bertambah

Page 41: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

26

dan menurunnya berat badan, serta mengalami tidur lebih lama dari yang

biasanya. 21

2.2.4.5. Kecemasan dan Gangguan Fungsi Biologik Lain

Kecemasan adalah gejala tersering dari depresi dan menyerang 90%

pasien depresi. Berbagai perubahan asupan makanan dan istirahat dapat

menyebabkan timbulnya penyakit lain secara bersamaan, seperti diabetes,

hipertensi, penyakit paru obstuksi kronik, dan penyakit jantung. Gejala lain

termasuk haid yang tidak normal dan menurunnya minat serta aktivitas

seksual.

2.2.5. Kriteria Diagnosis Deperesi21

Diadaptasi dari Diagnostic and Statitical Manual of Mental Disorder,

4th

edition, kriteria diagnosis gangguan depresi berat adalah:

A. Pasien mengalami mood terdepresi (sebagai contoh, sedih atau perasaan

kosong) atau kehilangan minat atau kesenangan sepanjang waktu selama 2

minggu atau lebih ditambah 4 atau lebih gejala berikut ini:

1) Gangguan tidur, seperti insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.

2) Menurunnya minat atau kesenangan hampir pada semua kegiatan hampir

sepanjang waktu.

3) Perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak sesuai atau rasa tidak

berharga hampir sepanjang waktu.

4) Kehilangan energi atau letih hampir sepanjang waktu.

5) Menurunnya kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi; sulit membuat

keputusan hampir sepanjang waktu.

6) Selera makan yang menurun atau meningkat

7) Dalam pengamatan ditemukan agitasi/ retardasi.

8) Timbul pikiran berulag tentang mati/ ingin bunuh diri.

B. Gejalanya tidak memenuhi untuk kriteria episode campuran (episode depresi

berat dan episode manik)

Page 42: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

27

C. Gejalanya menimbulkan penderitaan atau hendaya sosial, pekerjaan atau

fungsi penting lainnya yang bermakna secara klinik.

D. Gejalanya bukanlah merupakan efek fisiologi langsung dari zat (sebagai

contoh: penyalahgunaan obat, atau medikasi) atau suatu kondisi medik umum

(sebagai contoh: hipotiroidisme).

E. Gejalanya tidak lebih baik dibandingkan dengan dukacita, misalnya, setelah

kehilangan seseorang yang dicintai, gejala menetap lebih dari 2 bulan atau

ditandai hendaya fungsi yang jelas, preokupasi rasa ketidak bahagiaan yang

abnormal, gagasan bunuh diri, gejala psikotik atau retardasi psikomotor.

2.3. Youth Risk Behavior Survey

Merupakan alat ukur untuk mengetahui perilaku berisiko yang bekontribusi

pada penyebab utama kematian dan kecacatan di kalangan remaja dan orang dewasa.

Perilaku berisiko tersebut termasuk perilaku yang berkontribusi pada kekerasan dan

cedera yang tidak disengaja, termasuk perilaku perundungan serta gejala depresi,

perilaku seksual terkait dengan kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit

menular seksual, termasuk HIV, alkohol dan penggunaan obat-obatan terlarang,

penggunaan rokok, perilaku diet yang tidak sehat, serta aktivitas fisik yang tidak

memadai.24

Kuesioner berisi 116 butir pertanyaan, dengan pertanyaan mengenai

perilaku perundungan dan gejala depresi yang masing-masing dirincikan sebagai

berikut:

1) Perundungan :

a. Pencurian atau perusakan barang pribadi oleh orang lain di sekolah selama

12 bulan terakhir (kuesioner no.29).

b. Mengalami perundungan (bullying) di sekolah selama 12 bulan terakhir

(kuesioner no.35).

c. Mengalami perundungan (bullying) di internet selama 12 bulan terakhir

(kuesioner no.36).

Page 43: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

28

2) Gejala depresi :

a. Merasa sedih atau putus asa selama dua minggu atau lebih berturut-turut

selama 12 bulan terakhir sehingga tidak ingin melakukan kegiatan apapun

(kuesioner no.37).

b. Berniat bunuh diri selama 12 bulan terakhir (kuesioner no.38).

c. Menyusun rencana bunuh diri selama 12 bulan terakhir (kuesioner no.39).

d. Mencoba bunuh diri selama 12 bulan terakhir (kuesioner no.40).

Page 44: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

29

2.4. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi:

1. Karakteristik individu

2. Usia

3. Jenis Kelamin

4. Personality Traits

5. Lingkungan dan otoritas sekolah

6. Status Sosial Ekonomi

Perilaku Perundungan

Mempengaruhi

aktivitas sistem

HPA-aksis15

16

Perubahan jumlah

kortisol15

Meningkatkan risiko

terjadinya gangguan

mood dan kesehatan

mental15 16

Depresi

Mood terdepresi

Pemikiran dan perilaku bunuh diri

Penurunan energi dan motivasi

Gangguan tidur, nafsu makan dan perubahan

berat badan

Kecemasan dan gangguan fungsi biologik lain

Faktor yang mempengaruhi:

1. Faktor organobiologik:

Kelainan atau disregulasi metabolit

aminbiogenik

2. Faktor genetik:

Riwayat depresi dalam keluarga

3. Faktor psikososial:

Peristiwa kehidupan yang

membuat seseorang merasa

tertekan (dalam penelitian ini

termasuk perundungan)

4. Faktor kepribadian:

Pola kepribadian tertentu

5. Faktor psikodinamik

6. Formulasi lain depresi:

Penyimpangan kognitif spesifik

Up-regulasi sistem rasa

takut di amigdala17

Hiperaktivasi amigdala17 18

Page 45: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

30

2.5. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

PERUNDUNGAN

1) Pencurian atau perusakan

barang pribadi oleh orang

lain di sekolah selama 12

bulan terakhir.

2) Mengalami perundungan

(bullying) di sekolah selama

12 bulam terakhir.

3) Mengalami perundungan

(bullying) di internet selama

12 bulan terakhir.

GEJALA DEPRESI

1) Merasa sedih atau putus asa

selama dua minggu atau

lebih berturut-turut selama

12 bulan terakhir sehingga

tidak ingin melakukan

kegiatan apapun .

2) Berniat bunuh diri selama

12 bulan terakhir.

3) Menyusun rencana bunuh

diri selama 12 bulan

terakhir.

4) Mencoba bunuh diri selama

12 bulan terakhir.

Faktor Genetik

Faktor Psikososial

Faktor Kepribadian

Faktor Psikodinamik

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Faktor Organobiologik

Page 46: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

31

2.5. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Pengukuran Skala Variabel bebas

1. Perundungan Merupakan segala bentuk

penindasan atau

kekerasan yang dilakukan

dengan sengaja oleh satu

orang atau sekelompok

orang yang lebih kuat

atau lebih berkuasa

terhadap orang lain,

dengan tujuan untuk

menyakiti dan dilakukan

secara terus-menerus.4

Kuisioner

YRBS dalam

butir pertanyaan

no. 29, 35, dan

36.

1. Pernah

(menjawab “ya”

pada pilihan

jawaban berupa

pernyataan, dan

menjawab ≥ 1 kali

pada pilihan

jawaban berupa

intensitas)

2. Tidak pernah

(menjawab “tidak”

pada pilihan

jawaban berupa

pernyataan, dan

menjawab 0 kali

pada pilihan

jawaban berupa

intensitas)

Nominal

Variabel terikat

2. Gejala depresi Kehilangan energi dan

minat, merasa sedih, tidak

mempunyai harapan,

merasa dicampakkan,

atau tidak berharga,

merasa bersalah, sulit

berkonsentrasi,

mengalami hilangnya

nafsu makan, berpikir

mati atau bunuh diri,

tanda dan gejala lain

termasuk perubahan

aktivitas, kemampuan

kognitif, bicara dan

fungsi vegetatif (termasuk

tidur, aktivitas seksual

dan ritme biologik yang

lain.21

Kuisioner

YRBS dalam

butir pertanyaan

no. 37, 38, 39,

40.

1. Pernah

(menjawab “ya”

pada pilihan

jawaban berupa

pernyataan, dan

menjawab ≥ 1 kali

pada pilihan

jawaban berupa

intensitas)

2. Tidak pernah

(menjawab “tidak”

pada pilihan

jawaban berupa

pernyataan, dan

menjawab 0 kali

pada pilihan

jawaban berupa

intensitas)

Nominal

Page 47: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan

menggunakan desain potong lintang (cross sectional).25

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta,

dan MA Jamiat Kheir di Kota Jakarta Pusat pada bulan Oktober 2017 sampai bulan

Desember 2017.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Target

Populasi target dari penelitian ini adalah seluruh pelajar SLTA di Kota

Jakarta Pusat

3.3.2. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah pelajar SMA 35 Jakarta,

SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat Kheir.

3.3.3. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah siswa/siswi kelas X, XI, dan XII

SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat

Kheir yang tepilih secara randomisasi dan bersedia menjadi responden.

3.4. Besar Sampel

Jumlah seluruh pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK 5 Muhammadiyah Jakarta,

dan MA Jamiat Kheir yang terpilih sebagai sampel adalah sebanyak 360 siswa.

Page 48: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

33

Rumus yang digunakan untuk menentukan besar sampel minimal pada

penelitian ini menggunakan rumus estimasi besar sampel untuk penelitian deskriptif

kategorik dan analitik kategorik tidak berpasangan, yaitu sebagai berikut:26

3.4.1. Besar Sampel Penelitian Deskriptif Kategorik

Keterangan:

n = besar sampel

Zα = derivat baku normal untuk α

P = proporsi dari kategori yang menjadi point of interest

Q = 1-P

d = kesalahan prediksi proporsi yang masih dapat diterima

Diketahui:

Zα = 1,96

P = 0,4827

Q = 0,52

d = 0,05

Maka besar sampel yang diperlukan:

=

= 383,5 = 384 sampel

3.4.2. Besar Sampel Penelitian Aanalitik Kategorik Tidak Berpasangan

( √ ) √

(

Page 49: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

34

Keterangan:

n = besar sampel

Zα = derivat baku normal untuk α

Zβ = derivat baku normal untuk β

α = kesalahan tipe satu yang nilainya ditetapkan oleh peneliti

β = kesalahan tipe dua yang nilainya ditetapkan oleh peneliti

P = proporsi total = (P1 – P2)/2

P1 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti

P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya dari kepustakaan

Q = 1- P

Q1 = 1 – P1

Q2 = 1 – P2 atau (Q1-Q2)/2

Diketahui:

α = Kesalahan tipe 1, ditetapkan 5%

Zα = Nilai standar α, yaitu 1,96

β = Kesalahan tipe 2, ditetapkan 20%

Zβ = Nilai standar β, yaitu 0,84

P = 0,2

P1 = 0,505

P2 = 0,30527

Page 50: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

35

Q = 0,8

Q1 = 0,495

Q2 = 0,695

Maka besar sampel yang diperlukan:

( √ ) √

( = 74

n total = 148

Untuk mengantisipasi terjadinya drop out pada penelitian ini, maka sampel

ditambahkan dengan menggunakan rumus:

( =

( = 164,4 = 164 sampel

%

Jumlah sampel minimum yang dibutuhkan pada penelitian ini, secara

deskriptif adalah 384 dan secara analitik adalah 164 sampel. Namun, jumlah sampel

yang digunakan oleh peneliti adalah sebanyak 360 sampel karena peneliti mengikuti

prosedur pengambilan sampel yang telah ditetapkan oleh tim YRBSS FK UIN Syarif

Hidayatullah. Sampel yang digunakan oleh peneliti kurang memenuhi jumlah sampel

minimum yang dibutuhkan untuk penelitian deskriptif, namun memenuhi jumlah

sampel minimum untuk penelitian analitik.

3.4. Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah dengan cara multistage

random sampling, yakni terdapat beberapa jenis randomisasi yang digunakan pada

setiap tingkatan. Seluruh SLTA di Kota Jakarta Pusat dilakukan randomisasi

Page 51: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

36

bertingkat berdasarkan jenis sekolah, sehingga terpilih SMA 35 Jakarta, SMK

Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat Kheir. Ketiga sekolah terpilih kemudian

dilakukan randomisasi kembali untuk pemilihan kelas mana yang akan dijadikan

sampel berdasarkan tingkat kelas. Kelas X, XI, dan XII yang terpilih akan dilakukan

randomisasi kembali menggunakan simple random sampling untuk memilih

siswa/siswi mana yang akan dijadikan sebagai sampel penelitian.28

3.5. Kriteria Sampel

3.5.1. Kriteria Inklusi

1. Siswa/siswi kelas X, XI, dan XII di SMA 35 Jakarta, SMK

Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat Kheir.

3.5.2. Kriteria Eksklusi

1. Siswa/siswi yang memiliki gangguan kognitif atau gangguan psikiatri.

2. Siswa/siswi yang tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.

3. Siswa/siswi yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.

4. Siswa/siswi yang mencantumkan jawaban yang tidak tersedia dalam

pilihan jawaban dalam kuesioner.

3.6. Cara Kerja Penelitian

1. Menentukan tema dan judul penelitian.

2. Menentukan desain dan metode penelitian.

3. Menentukan instrumen penelitian.

Memilih kuesioner YRBS 2017 sebagai instrumen dalam penelitian.

4. Permohonan izin kepada yang mempatenkan kuesioner.

Meminta izin kepada yang mempatenkan kuesioner YRBS 2017 untuk

penerjemahan ke dalam Bahasa Indonesia dan penggunaan kuesioner tersebut

dalam penelitian ini.

5. Mendata seluruh SLTA di Kota Jakarta Pusat.

6. Memilih SLTA yang akan dijadikan sampel secara random.

Page 52: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

37

Memilih SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat

Kheir sebagai tempat penelitian.

7. Melakukan perizinan ke fakultas untuk melakukan penelitian.

8. Datang ke sekolah yang terpilih sebagai sampel dan meminta izin kepada

kepala sekolah untuk pengambilan data penelitian.

9. Identifikasi sampel penelitian.

a. Pendataan jumlah siswa/siswi di sekolah terpilih.

b. Melakukan randomisasi pada seluruh pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK

Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat Kheir untuk dijadikan sampel

15. Melakukan pengambilan data di sekolah.

a. Penyerahan dan pengisian passive informed consent.

Jika setuju dan bersedia menjadi sampel penelitian, lembar informed

consent tidak perlu di kembalikan ke peneliti. Namun, apabila sampel

terpilih tidak bersedia menjadi sampel peneltian, lembar informed

consentditandatangani oleh orang tua sampel terpilih, dan

dikembalikan kepada peneliti.

b. Menyampaikan informed consent kepada sampel penelitian.

Memberikan penjelasan kepada sampel penelitian mengenai penelitian

yang akan dilakukan.

c. Mengisi kuesioner YRBS 2017 dalam Bahasa Indonesia dengan

lengkap.

Jika setuju dan bersedia menjadi sampel penelitian, maka siswa/siswi

diminta untuk mengisi kuesioner YRBS dalam Bahasa Indonesia.

11. Sortir data

Kuesioner yang telah diisi kemudian dikumpulkan dan dilakukan

penyortiran data oleh peneliti untuk melihat apakah memenuhi kriteria

penelitian atau tidak.

12. Analisis data

Menganalisis dan mengolah data penelitian menggunakan SPSS versi 22.0.

13. Penulisan laporan penelitian.

Page 53: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

38

3.7. Alur Penelitian

*: Sudah dilakukan oleh Tim YRBSS Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

**: Dilakukan oleh peneliti dan Tim YRBSS Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1, 2. Menentukan tema, judul, desain dan metode penelitian

3. Memilih kuesioner YRBS 2017 sebagai instrumen penelitian

4. Penerjemahan kuesioner ke dalam Bahasa Indonesia*

5. Mendata seluruh SLTA di Kota Jakarta Pusat*

6. Memilih SLTA yang akan dijadikan sampel penelitian secara random*

7. Melakukan perizinan ke fakultas untuk melakukan penelitian*

8. Datang ke sekolah yang terpilih sebagai sampel**

8. Permintaan izin penelitian ke pihak sekolah**

9a. Pendataan jumlah siswa/siswi di sekolah**

9b. Randomisasi siswa**

10. Melakukan pengambilan data di sekolah**

10a,b. Penyerahan, pengisian, dan penjelasan passive informed consent**

Tidak bersedia Bersedia

10c. Pengisian kuesioner

11. Pengambilan data dari kuesioner

13. Penulisan laporan penelitian 12. Pengolahan data dengan SPSS

Page 54: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

39

3.8. Manajemen Data

3.8.1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer

karena kuesioner diisi langsung oleh responden.

3.8.2. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah kuesioner

YRBS 2017 yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh tim

YRBSS Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diketuai

oleh dr. Risahmawati, Dr.Med.Sc. Kuesioner tersebut berupa pertanyaan

tertulis yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi mengenai

identitas dan perilaku berisiko pada remaja, termasuk perundungan dan gejala

depresi.

3.8.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan realiabilitas telah dilakukan oleh tim YRBSS

Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.8.4. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini menggunakan

program SPSS (Statistic Package for Social Sciences) versi 22.0. Berikut ini

beberapa tahap yang dilakukan dalam pengolahan data, yaitu:

3.8.4.1. Editting

Pemeriksaan kembali kebenaran dan kelengkapan data

kuesioner.

3.8.4.2. Coding

Pemberian kode numerik kepada data yang terdiri atas beberapa

kategori.

Page 55: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

40

3.8.4.3. Data Entry

Melakukan pemasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam

program SPSS.

3.8.4.4. Analisis Data

Melakukan analisis univariat untuk melihat frekuensi atau

distribusi data dan analisis bivariat menggunakan uji chi square.

Page 56: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Uji instrumen dilakukan kepada 50 orang responden. Kuesioner yang

digunakan ialah YRBS 2017 yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia

oleh tim YRBSS FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Uji instrumen dilakukan pada

seluruh butir pertanyaan kuesioner YRBS 2017, yakni sebanyak 116 butir pertanyaan.

4.1.1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrumen.29

Sebuah istrumen dikatakan valid (benar) apabila

mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data darivariabel

yang diteliti secara tepat. Pada penelitian ini didapatkan nilai untuk korelasi r product

-moment (r tabel) sebesar 0,273 Nilai ini didapatkan berdasarkan jumlah sampel dan

tingkat signifikan yang dipilih yaitu 50 responden dan 0,05. Suatu item dikatakan

memiliki validitas baik apabila memiliki nilai pearson correlation (r hitung) lebih

dari r table.

Tabel 4.1 Hasil Validitas pada Item Kuesioner

No. Variabel Nilai r

hitung

Nilai P Nilai r

tabel

Keterangan

validasi

1. Usia 0,600 0,000 0,273 Baik

2. Jenis Kelamin -0,196 0,172 0,273 Kurang baik

3. Tingkat Kelas 0,562 0,000 0,273 Baik

4. Jenis Sekolah 0,470 0,001 0,273 Baik

Page 57: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

42

Tabel 4.1 Hasil Validitas pada Item Kuesioner (Lanjutan)

No. Variabel Nilai r

hitung

Nilai P Nilai r

tabel

Keterangan

validasi

5. Pencurian atau perusakan

barang pribadi oleh orang lain

di sekolah selama 12 bulan

terakhir

-0,269 0,059 0,273 Kurang baik

6. Mengalami perundungan

(bullying) di sekolah selama 12

bulan terakhir

-0,143 0,323 0,273 Kurang baik

7. Mengalami perundungan

(bullying) di internet selama 12

bulan terakhir

-0,074 0,607 0,273 Kurang baik

8. Merasa sedih atau putus asa

selama dua minggu atau lebih

berturut-turut selama 12 bulan

terakhir sehingga tidak ingin

melakukan apapun

-0,343 0,015 0,273 Kurang baik

9. Berniat bunuh diri selama 12

bulan terakhir

-0,014 0,925 0,273 Kurang baik

10. Menyusun rencana bunuh diri

selama 12 bulan terakhir

-0,143 0,323 0,273 Kurang baik

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa hasil validitas untuk pertanyaan

mengenai identitas responden, yakni mengenai usia, jenis kelamin, tingkat kelas, dan

jenis sekolah, butir pertanyaan yang memiliki validitas baik ialah pertanyaan

mengenai usia, tingkat kelas, dan jenis sekolah, karena nilai r hitung > nilai r tabel.

Butir pertanyaan mengenai jenis kelamin memiliki validitas kurang baik, karena nilai

r hitung < nilai r tabel. Hal ini dikarenakan jawaban yang kurang bervariasi dalam

Page 58: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

43

responden. Pertanyaan yang validitasnya kurang baik tetap akan digunakan dalam

kuesioner.

Berdasarkan tabel 4.1 juga diketahui bahwa hasil validitas untuk pertanyaan

mengenai perundungan dan gejala depresi seluruh validitasnya kurang baik. Hal ini

dikarenakan jawaban yang kurang bervariasi dalam responden. Pertanyaan yang

validitasnya kurang baik tetap akan digunakan dalam kuesioner.

4.1.2. Uji Reliabilitas

Menurut Arikunto, reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa

suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat dipergunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.29

Alat ukur dikatakan reliabel

(konsisten) jika memberikan nilai yang sama atau hampir sama jika dilakukan

berulang-ulang.30

Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan mengetahui nilai

cronbach’s alpha. Berikut ini interpretasi nilai cronbach’s alpha:31

a. Kurang reliabel: cronbach’s alpha 0,00 – 0,20

b. Agak reliabel: cronbach’s alpha 0,02 – 0,40

c. Cukup reliabel: cronbach’s alpha 0,041 – 0,80

d. Reliabel: cronbach’s alpha 0,061 – 0,80

e. Sangat reliabel: cronbach’s alpha 0,81 – 1,00

Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Item Kuesioner

Cronbach’s alpha N of items

0,763 116

Tabel 4.2 Menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha pada seluruh item

kuesioner adalah 0,763. Hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh item kuesioner

Page 59: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

44

YRBS 2017 adalah reliabel, sehingga dapat memberikan nilai yang sama atau hampir

sama jika dilakukan pengambilan data berulang-ulang.

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada variabel penelitian yang

meliputi karakteristik sampel yang terdiri dari: usia, jenis kelamin, jenis sekolah, dan

tingkat kelas, frekuensi kejadian perundungan, serta frekuensi kejadian gejala depresi.

Dari 360 sampel terpilih, 12 orang tidak hadir dan tidak bersedia mengisi kuesioner

saat pengambilan data, sehingga didapatkan besar sampel 348 orang. Setelah

dilakukan penilaian ulang hasil pengisian kuesioner, terdapat 5 orang drop out dari

348 sampel terpilih, karena tidak mengisi kuesioner dengan lengkap, dan

mencantumkan jawaban yang tidak tersedia dalam pilihan jawaban kuesioner. Jumlah

akhir sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebanyak 343 orang.

4.2.1. Karakteristik Sampel

Karakeristik sampel yang diamati oleh peneliti adalah usia, jenis kelamin,

jenis sekolah, dan tingkat kelas, sebagaimana tabel di bawah ini:

Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Kelas, dan

Jenis Sekolah.

No. Variabel Kategori Jumlah

N Persentase (%)

1. Usia 14 tahun 13 3,8

15 tahun 107 31,2

16 tahun 123 35,9

17 tahun 87 25,4

18 tahun 10 2,9

19 tahun atau lebih 3 0,9

2. Jenis Kelamin Laki-laki 169 49,3

Perempuan 174 50,7

3. Tingkat Kelas X 118 34,4

XI 122 35,6

XII 103 30

4. Jenis Sekolah SMA 153 44,6

MA 33 9,6

SMK 157 45,8

Page 60: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

45

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa distribusi sampel berdasarkan

kelompok usia, sampel paling banyak berada pada kelompok usia 16 tahun (35,9%)

dan paling sedikit pada kelompok usia 19 tahun atau lebih (0,9%). Dari tabel di atas

juga diketahui bahwa sampel berjenis kelamin perempuan sedikit lebih banyak

dibandingkan laki-laki, yaitu sebanyak 50,7% sampel berjenis kelamin perempuan,

dan 49,3% sampel berjenis kelamin laki-laki. Tabel tersebut juga menunjukkan

bahwa berdasarkan tingkat kelas, sampel paling banyak berasal dari kelas XI (35,6%)

dan paling sedikit berasal dari kelas X (30%). Distribusi sampel berdasarkan jenis

sekolah, sampel paling banyak berasal dari SMK (45,8%) dan paling sedikit berasal

dari MA (9,6%).

4.2.2. Frekuensi Perundungan

Pada penelitian ini, frekuensi perundungan dikategorikan menjadi dua yaitu

“Pernah” dan “Tidak pernah. Terdapat 3 pertanyaan mengenai perundungan dari

kuesioner YRBS yakni pertanyaan nomor 29, 35, dan 36. Pada pertanyaan nomor 29

dengan pilihan jawaban berupa intensitas perundungan, peneliti kategorikan sebagai

“Pernah” apabila intensitasnya ≥1. Pada pertanyaan nomor 35 dan 36 dengan pilihan

jawaban berupa peryataan “ya” dan “tidak”, peneliti kategorikan sebagai “Pernah”

apabila jawaban adalah “ya”.

Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Frekuensi Perundungan

No. Jenis Perundungan Kategori Jumlah

N Persentase (%)

1. Pencurian atau perusakan barang

pribadi oleh orang lain di sekolah

selama 12 bulan terakhir

Pernah 127 37

Tidak Pernah 216 63

2. Mengalami perundungan di sekolah

selama 12 bulan terakhir

Pernah 61 17,8

Tidak Pernah 282 82,2

3. Mengalami perundungan di intenet

selama 12 bulan terakhir

Pernah 45 13,1

Tidak Pernah 298 86,9

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa jenis perundungan yang paling

banyak dialami sampel adalah jenis pencurian atau perusakan barang di sekolah

(37%) dan yang paling sedikit adalah jenis perundungan di internet (13,1%).

Page 61: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

46

4.2.3. Frekuensi Gejala Depresi

Pada penelitian ini, frekuensi gejala depresi dikategorikan menjadi dua yaitu

“Pernah” dan “Tidak Pernah. Terdapat 4 pertanyaan mengenai gejala depresi dari

kuesioner YRBS, yakni pertanyaan nomor 37, 38, 39, dan 40. Pada pertanyaan nomor

37, 38, dan 39 dengan pilihan jawaban berupa peryataan “ya” dan “tidak”, peneliti

kategorikan sebagai “Pernah” apabila jawaban adalah “ya”. Pada pertanyaan nomor

40 dengan pilihan jawaban berupa intensitas mencoba bunuh diri, peneliti kategorikan

sebagai “pernah” apabila intensitasnya ≥1.

Tabel 4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Frekuensi Gejala Depresi

No. Gejala Depresi Kategori Jumlah

N Persentase (%)

1. Merasa sedih atau putus asa selama dua

minggu atau lebih berturut-turut

sehingga tidak ingin melakukan kegiatan

apapun selama 12 bulan terakhir

Pernah 103 30

Tidak Pernah 240 70

2. Berniat bunuh diri selama 12 bulan

terakhir

Pernah 14 4,1

Tidak Pernah 329 95,9

3. Menyusun rencana bunuh diri selama 12

bulan terakhir

Pernah 17 5

Tidak Pernah 326 95

4. Mencoba bunuh diri selama 12 bulan

terakhir

Pernah 16 4,7

Tidak Pernah 327 95,3

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa gejala depresi yang

paling banyak dialami sampel adalah merasa sedih atau putus asa disertai kehilangan

minat selama 2 minggu atau lebih berturut-turut (30%) dan yang paling sedikit adalah

berniat bunuh diri (4,1%).

4.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis korelasi

variabel independen dan dependen. Analisis bivariat ini menggunakan uji Chi Square

karena menganalisis variabel bebas kategorik dengan variabel terikat kategorik tidak

berpasangan. Peneliti juga menggunakan uji Fisher dan Kolmogorov Smirnov pada

beberapa hasil analisis yang memiliki nilai frekuensi harapan kurang dari 5. Uji Chi

Page 62: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

47

Square, Fisher, dan uji Kolmogorov Smirnov dinyatakan bermakna jika p value

<0,05.

4.3.1 Hubungan Perundungan dengan Jenis Kelamin

Tabel 4.6 Hubungan Perundungan dengan Jenis Kelamin

No. Jenis

Perundungan Kategori

Laki-laki Perempuan Nilai

P RO

IK (95%)

N % N % Min Max

1. Pencurian atau

perusakan

barang pribadi

oleh orang lain

di sekolah

selama 12

bulan terakhir

Pernah 53 31,4 74 42,5

0,042 0,617 0,397 0,961

Tidak

Pernah 116 68,6 100 57,5

2. Mengalami

perundungan

di sekolah

selama 12

bulan terakhir

Pernah 24 14,2 37 21,3

0,117 0,613 0,349 1,078

Tidak

Pernah 145 85,8 137 78,7

3. Mengalami

perundungan

di intenet

selama 12

bulan terakhir

Pernah 20 11,8 25 14,4

0,593 0,800 0,426 1,503

Tidak

Pernah 149 88,2 149 85,6

Total 169 100 174 100

Uji Chi Square dengan koreksi Yates

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak mengalami

perundungan dibandingkan dengan laki-laki.

Dari hasil uji Chi Square antara variabel jenis kelamin dengan variabel

perundungan jenis pencurian atau perusakan barang pribadi di sekolah selama 12

bulan terakhir, diperoleh nilai p 0,042 (RO: 0,617 IK 95% 0,397-0,961) atau p<0,05.

Artinya, secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin

dengan mengalami perundungan jenis pencurian atau perusakan barang

pribadi di sekolah selama 12 bulan terakhir pada pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK

Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat Tahun 2017.

Dari hasil uji Chi Square antara variabel jenis kelamin dengan variabel

perundungan di sekolah selama 12 bulan terakhir, diperoleh nilai p 0,117 (RO: 0,613

Page 63: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

48

IK 95% 0,349-1,078) atau p>0,05. Artinya, secara statistik tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara jenis kelamin dengan mengalami perundungan di sekolah

selama 12 bulan terakhir pada pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5

Jakarta, dan MA Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat Tahun 2017.

Dari hasil uji Chi Square antara variabel jenis kelamin dengan variabel

perundungan di internet selama 12 bulan terakhir, diperoleh nilai p 0,593 (RO: 0,800

IK 95% 0,426-1,503) atau p>0,05. Artinya, secara statistik tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara jenis kelamin dengan mengalami perundungan di internet

selama 12 bulan terakhir pada pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5

Jakarta, dan MA Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat Tahun 2017.

4.3.2. Hubungan Perundungan dengan Tingkat Kelas

Tabel 4.7 Hubungan Perundungan dengan Tingkat Kelas

No. Jenis

Perundungan Kategori

X XI XII Nilai

P N % N % N %

1. Pencurian atau

perusakan

barang pribadi

oleh orang lain

di sekolah

selama 12 bulan

terakhir

Pernah 38 32,2 53 43,4 36 35

0,172

Tidak

Pernah 80 67,8 69 56,6 67 65

2. Mengalami

perundungan di

sekolah selama

12 bulan

terakhir

Pernah 16 13,6 25 20,5 20 19,4

0,326

Tidak

Pernah 102 86,4 97 79,5 83 80,6

3. Mengalami

perundungan di

intenet selama

12 bulan

terakhir

Pernah 12 10,2 17 13,9 16 15,5

0,473

Tidak

Pernah 106 89,8 105 86,1 87 84,5

Total 118 100 122 100 103 100

Uji Chi Square

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pelajar kelas XI lebih banyak mengalami

perundungan jenis pencurian atau perusakan barang pribadi di sekolah (43,4%) dan

perundungan di sekolah selama 12 bulan terakhir (20,5%). Jenis perundungan di

Page 64: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

49

internet lebih banyak dialami oleh pelajar kelas XII (15,5%) dibandingkan dengan

pelajar kelas X (10,2%) dan kelas XI (13,9%).

Dari hasil uji Chi Square antara variabel tingkat kelas dengan variabel

perundungan jenis pencurian atau perusakan barang pribadi di sekolah, diperoleh nilai

p 0,172 atau p>0,05. Artinya, secara statistik tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara tingkat kelas dengan mengalami perundungan jenis pencurian

atau perusakan barang pribadi di sekolah selama 12 bulan terakhir pada pelajar

di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat Kheir, Kota

Jakarta Pusat Tahun 2017.

Dari hasil uji Chi Square antara variabel tingkat kelas dengan variabel

perundungan di sekolah, diperoleh nilai p 0,326 atau p>0,05. Artinya, secara statistik

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat kelas dengan mengalami

perundungan di sekolah selama 12 bulan terakhir pada pelajar di SMA 35 Jakarta,

SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat Tahun

2017.

Dari hasil uji Chi Square antara variabel tingkat kelas dengan variabel

perundungan di internet, diperoleh nilai p 0,473 atau p>0,05. Artinya, secara statistik

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat kelas dengan mengalami

perundungan di intenet selama 12 bulan terakhir pada pelajar di SMA 35 Jakarta,

SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat Tahun

2017.

4.3.3. Hubungan Perundungan dengan Jenis Sekolah

Tabel 4.8 Hubungan Perundungan dengan Jenis Sekolah

No. Jenis

Perundungan Kategori

SMA MA SMK Nilai

P N % N % N %

1. Pencurian atau

perusakan barang

pribadi oleh orang

lain di sekolah

selama 12 bulan

terakhir

Pernah 65 42,5 9 27,3 53 33,8

0,134

Tidak

Pernah 88 57,5 24 72,7 104 66,2

Page 65: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

50

Tabel 4.8 Hubungan Perundungan dengan Jenis Sekolah (Lanjutan)

No. Jenis

Perundungan Kategori

SMA MA SMK Nilai

P N % N % N %

2. Mengalami

perundungan di

sekolah selama 12

bulan terakhir

Pernah 29 19 9 27,3 23 14,6

0,199

Tidak

Pernah 124 81 24 72,7 134 85,4

3. Mengalami

perundungan di

intenet selama 12

bulan terakhir

Pernah 21 13,7 5 15,2 19 12,1

0,856

Tidak

Pernah 132 86,3 28 84,8 138 87,9

Total 153 100 33 100 157 100

Uji Chi Square

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa perundungan jenis pencurian atau perusakan

barang pribadi di sekolah lebih banyak dialami oleh pelajar SMA (42,5%).

Perundungan di sekolah lebih sering dialami oleh pelajar MA (27,3%) dibandingkan

dengan pelajar SMA (19%) dan SMK (14,6%). Perundungan di internet juga lebih

banyak dialami oleh pelajar MA (15,2%).

Dari hasil uji Chi Square antara variabel jenis sekolah dengan variabel

perundungan jenis pencurian atau perusakan barang pribadi di sekolah, diperoleh nilai

p 0,134 atau p>0,05. Artinya, secara statistik tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara jenis sekolah dengan mengalami perundungan jenis pencurian

atau perusakan barang pribadi di sekolah selama 12 bulan terakhir pada pelajar

di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat Kheir, Kota

Jakarta Pusat Tahun 2017.

Dari hasil uji Chi Square antara variabel jenis sekolah dengan variabel

perundungan di sekolah, diperoleh nilai p 0,199 atau p>0,05. Artinya, secara statistik

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis sekolah dengan mengalami

perundungan di sekolah selama 12 bulan terakhir pada pelajar di SMA 35 Jakarta,

SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat Tahun

2017.

Page 66: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

51

Dari hasil uji Chi Square antara variabel jenis sekolah dengan variabel

perundungan di internet, diperoleh nilai p 0,856 atau p>0,05. Artinya, secara statistik

tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis sekolah dengan mengalami

perundungan di intenet selama 12 bulan terakhir pada pelajar di SMA 35 Jakarta,

SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat Tahun

2017.

4.3.4. Hubungan Gejala Depresi dengan Jenis Kelamin

Tabel 4.9 Hubungan Gejala Depresi dengan Jenis Kelamin

No. Gejala

Depresi Kategori

Laki-laki Perempuan Nilai

P RO

IK (95%)

N % N % Min Max

1. Merasa sedih

atau putus asa

selama dua

minggu atau

lebih berturut-

turut sehingga

tidak ingin

melakukan

kegiatan

apapun selama

12 bulan

terakhir

Pernah 43 25,4 60 34,5

0,088 0,648 0,407 1,034

Tidak

Pernah 126 74,6 114 65,5

2. Berniat bunuh

diri selama 12

bulan terakhir

Pernah 6 3,6 8 4,6

0,828 0,764 0,259 2,250

Tidak

Pernah 163 96,4 166 95,4

3. Menyusun

rencana bunuh

diri selama 12

bulan terakhir

Pernah 6 3,6 11 6,3

0,351 0,545 0,197 1,510

Tidak

Pernah 163 96,4 163 93,7

4. Mencoba

bunuh diri

selama 12

bulan terakhir

Pernah 9 5,3 7 4

0,752 1,342 0,488 3,689 Tidak

Pernah 160 94,7 167 96

Total 169 100 174 100

Uji Chi Square dengan koreksi Yates

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa gejala depresi berupa merasa sedih atau putus

asa disertai kehilangan minat, berniat bunuh diri, serta menyusun rencana bunuh diri

lebih banyak dialami oleh perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Gejala depresi

berupa mencoba bunuh diri lebih banyak dialami oleh laki-laki (5,3%) dibandingkan

dengan perempuan (4%).

Page 67: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

52

Dari hasil uji Chi Square antara variabel jenis kelamin dengan variabel gejala

depresi berupa merasa sedih atau putus asa disertai kehilangan minat, diperoleh nilai

p 0,088 (RO: 0,648 IK 95% 0,407-1,034) atau p>0,05. Artinya, secara statistik tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan mengalami

gejala depresi berupa merasa sedih atau putus asa disertai kehilangan minat

selama 2 minggu atau lebih beturut-turut selama 12 bulan terakhir pada pelajar

di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat Kheir, Kota

Jakarta Pusat Tahun 2017.

Dari hasil uji Chi Square antara variabel jenis kelamin dengan variabel gejala

depresi berupa berniat bunuh diri, diperoleh nilai p 0,828 (RO: 0,764 IK 95% 0,259-

2,250) atau p>0,05. Artinya, secara statistik tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara jenis kelamin dengan mengalami gejala depresi berupa berniat

bunuh diri selama 12 bulan terakhir pada pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK

Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat Tahun 2017.

Dari hasil uji Chi Square antara variabel jenis kelamin dengan variabel gejala

depresi berupa menyusun rencana bunuh diri, diperoleh nilai p 0,351 (RO: 0,545 IK

95% 0,197-1,510) atau p>0,05. Artinya, secara statistik tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara jenis kelamin dengan mengalami gejala depresi berupa

menyusun rencana bunuh diri selama 12 bulan terakhir pada pelajar di SMA 35

Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat

Tahun 2017.

Dari hasil uji Chi Square antara variabel jenis kelamin dengan variabel gejala

depresi berupa mencoba bunuh diri, diperoleh nilai p 0,752 (RO: 1,342 IK 95%

0,488-3,689) atau p>0,05. Artinya, secara statistik tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara jenis kelamin dengan mengalami gejala depresi berupa

mencoba bunuh diri selama 12 bulan terakhir pada pelajar di SMA 35 Jakarta,

SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat Tahun

2017.

Page 68: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

53

4.3.5. Hubungan Gejala Depresi dengan Tingkat Kelas

Tabel 4.10 Hubungan Gejala Depresi dengan Tingkat Kelas

No. Gejala Depresi Kategori X XI XII

Nilai P N % N % N %

1. Merasa sedih

atau putus asa

selama dua

minggu atau

lebih berturut-

turut sehingga

tidak ingin

melakukan

kegiatan apapun

selama 12 bulan

terakhir

Pernah 33 28 39 32 31 30,1

0,796*

Tidak

Pernah 85 72 83 68 72 69,9

2. Berniat bunuh

diri selama 12

bulan terakhir

Pernah 7 5,9 5 4,1 2 1,9

0,862**

Tidak

Pernah 111 94,1 117 95,9 101 98,1

3. Menyusun

rencana bunuh

diri selama 12

bulan terakhir

Pernah 8 6,8 3 2,5 6 5,8

0,271*

Tidak

Pernah 110 93,2 119 97,5 97 94,2

4. Mencoba bunuh

diri selama 12

bulan terakhir

Pernah 7 5,9 2 1,6 7 6,8

0,136*

Tidak

Pernah 111 94,1 120 98,4 96 93,2

Total 118 100 122 100 103 100

* Uji Chi Square

** Uji Kolmogorov Smirnov

Tabel 4.10 Menunjukkan bahwa gejala depresi berupa merasa sedih atau putus

asa disertai kehilangan minat lebih banyak terjadi pada pelajar kelas XI (32%). Gejala

depresi berupa berniat bunuh diri dan menyusun rencana bunuh diri lebih banyak

dialami oleh pelajar kelas X. Gejala depresi berupa mencoba bunuh diri lebih banyak

dialami oleh pelajar kelas XII (6,8%) dibandingkan dengan pelajar kelas X (5,9%)

dan kelas XI (1,6%).

Dari hasil uji Chi Square antara variabel tingkat kelas dengan variabel gejala

depresi berupa merasa sedih atau putus asa disertai kehilangan minat, diperoleh nilai

p 0,796 atau p>0,05. Artinya, secara statistik tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara tingkat kelas dengan mengalami gejala depresi berupa merasa

sedih atau putus asa disertai kehilangan minat selama 2 minggu atau lebih

Page 69: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

54

beturut-turut selama 12 bulan terakhir pada pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK

Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat Tahun 2017.

Dari hasil uji Kolmogorov Smirnov antara variabel tingkat kelas dengan

variabel gejala depresi berupa berniat bunuh diri, diperoleh nilai p 0,862 atau p>0,05.

Artinya, secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat

kelas dengan mengalami gejala depresi berupa berniat bunuh diri selama 12

bulan terakhir pada pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan

MA Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat Tahun 2017

Dari hasil uji Chi Square antara variabel tingkat kelas dengan variabel gejala

depresi berupa menyusun rencana bunuh diri, diperoleh nilai p 0,271 atau p>0,05.

Artinya, secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat

kelas dengan mengalami gejala depresi berupa menyusun rencana bunuh diri

selama 12 bulan terakhir pada pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5

Jakarta, dan MA Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat Tahun 2017.

Dari hasil uji Chi Square antara variabel tingkat kelas dengan variabel gejala

depresi berupa mencoba bunuh diri, diperoleh nilai p 0,136 atau p>0,05. Artinya,

secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat kelas

dengan mengalami gejala depresi berupa mencoba bunuh diri selama 12 bulan

terakhir pada pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA

Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat Tahun 2017.

Page 70: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

55

4.3.6. Hubungan Gejala Depresi dengan Jenis Sekolah

Tabel 4.11 Hubungan Gejala Depresi dengan Jenis Sekolah

No. Gejala Depresi Kategori SMA MA SMK Nilai

P N % N % N %

1. Merasa sedih

atau putus asa

selama dua

minggu atau

lebih berturut-

turut sehingga

tidak ingin

melakukan

kegiatan apapun

selama 12 bulan

terakhir

Pernah 63 41,2 9 27,3 31 19,7

0,000

Tidak

Pernah 90 58,8 24 72,7 126 80,3

2. Berniat bunuh

diri selama 12

bulan terakhir

Pernah 10 6,5 1 3 3 1,9

0,114

Tidak

Pernah 143 93,5 32 97 154 98,1

3. Menyusun

rencana bunuh

diri selama 12

bulan terakhir

Pernah 8 5,2 1 3 8 5,1

0,865

Tidak

Pernah 145 94,8 32 97 149 94,9

4. Mencoba bunuh

diri selama 12

bulan terakhir

Pernah 7 4,6 3 9,1 6 3,8

0,426

Tidak

Pernah 146 95,4 30 90,9 151 96,2

Total 153 100 33 100 157 100

Uji Chi Square

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa gejala depresi berupa merasa sedih atau putus

asa disertai kehilangan minat, berniat bunuh diri, serta menyusun rencana bunuh diri

lebih banyak dialami oleh pelajar SMA dibandingkan dengan pelajar MA, dan SMK.

Gejala depresi berupa mencoba bunuh diri lebih banyak dialami oleh pelajar MA

(9,1%) dibandingkan dengan pelajar SMA (4,6%), dan SMK (3,8%).

Dari hasil uji Chi Square antara variabel jenis sekolah dengan variabel gejala

depresi berupa merasa sedih atau putus asa disertai kehilangan minat, diperoleh nilai

p 0,000 atau p<0,05. Artinya, secara statistik terdapat hubungan yang bermakna

antara jenis sekolah dengan mengalami gejala depresi berupa merasa sedih atau

putus asa disertai kehilangan minat selama 2 minggu atau lebih beturut-turut

selama 12 bulan terakhir pada pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5

Jakarta, dan MA Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat Tahun 2017.

Page 71: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

56

Dari hasil uji Chi Square antara variabel jenis sekolah dengan variabel gejala

depresi berupa berniat bunuh diri, diperoleh nilai p 0,114 atau p>0,05. Artinya, secara

statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis sekolah dengan

mengalami gejala depresi berupa berniat bunuh diri selama 12 bulan terakhir

pada pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat

Kheir, Kota Jakarta Pusat Tahun 2017.

Dari hasil uji Chi Square antara variabel jenis sekolah dengan variabel gejala

depresi berupa menyusun rencana bunuh diri, diperoleh nilai p 0,865 atau p>0,05.

Artinya, secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis

sekolah dengan mengalami gejala depresi berupa menyusun rencana bunuh diri

selama 12 bulan terakhir pada pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5

Jakarta, dan MA Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat Tahun 2017.

Dari hasil uji Chi Square antara variabel jenis sekolah dengan variabel gejala

depresi berupa mencoba bunuh diri, diperoleh nilai p 0,426 atau p>0,05. Artinya,

secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis sekolah

dengan mengalami gejala depresi berupa mencoba bunuh diri selama 12 bulan

terakhir pada pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA

Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat Tahun 2017.

Page 72: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

57

4.3.7. Hubungan Perundungan dengan Gejala Depresi

Tabel 4.12 Hubungan Perundungan dengan Perasaan Sedih atau Putus Asa Selama 2

Minggu atau Lebih Berturut-turut Sehingga Tidak Ingin Melakukan

Apapun dalam 12 Bulan Terakhir

No. Jenis

Perundungan Kategori

Sedih atau putus asa

selama 2 minggu atau

lebih berturut-turut

sehingga tidak ingin

melakukan kegiatan

apapun dalam 12

bulan terakhir

Nilai

P RO IK (95%)

Pernah Tidak

Pernah

0,006* 1,997

Min Max

N % N %

1. Pencurian atau

perusakan barang

pribadi oleh orang

lain di sekolah

selama 12 bulan

terakhir

Pernah 50 39,4 77 60,6

1,246 3,202

Tidak Pernah 53 24,5 163 75,5

2. Perundungan di

sekolah selama 12

bulan terakhir

Pernah 30 49,2 31 50,8

0,001* 2,771 1,570 4,891 Tidak Pernah 73 25,9 209 74,1

3. Perundungan di

internet selama 12

bulan terakhir

Pernah 24 53,3 21 46,7

0,000* 3,168 1,671 6,006 Tidak Pernah 79 26,5 219 73,5

Total 103 240

* Uji Chi Square dengan koreksi Yates

^ Uji Fisher

Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui bahwa dari semua sampel yang pernah

mengalami pencurian atau perusakan barang pribadi di sekolah selama 12 bulan

terakhir, sebanyak 39,4% pernah merasa sedih atau putus asa disertai kehilangan

minat selama 2 minggu atau lebih berturut-turut selama 12 bulan terakhir. Sedangkan

dari semua sampel yang tidak pernah mengalami pencurian atau perusakan barang

pribadi di sekolah selama 12 bulan terakhir, hanya 24,5% yang pernah merasa sedih

atau putus asa disertai kehilangan minat selama 2 minggu atau lebih berturut-turut

selama 12 bulan terakhir.

Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p 0,006 (RO: 1,997 IK 95% 1,246-

3,202) atau p<0,05. Artinya, secara statistik terdapat hubungan yang bermakna

Page 73: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

58

antara perundungan jenis pencurian atau perusakan barang pribadi oleh orang

lain di sekolah selama 12 bulan terakhir dengan gejala depresi berupa perasaan

sedih atau putus asa selama 2 minggu atau lebih berturut-turut selama 12 bulan

terakhir pada pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA

Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat Tahun 2017.

Dari parameter kekuatan hubungan berdasarkan RO, yaitu sebesar 1,997

dengan IK 95% 1,246-3,202. Artinya, pelajar yang pernah mengalami perundungan

jenis pencurian atau perusakan barang pribadi di sekolah berpeluang 1,997 kali lebih

besar mengalami gejala depresi berupa perasaan sedih atau putus asa disertai

kehilangan minat selama 2 minggu atau lebih berturut-turut selama 12 bulan terakhir

dibandingkan dengan pelajar yang tidak mengalami perundungan jenis ini. Nilai RO

sebesar 1,997 dapat juga diinterpretasikan bahwa probabilitas pasien yang pernah

mengalami perundungan jenis pencurian atau perusakan barang pribadi di sekolah

untuk mengalami gejala depresi berupa perasaan sedih atau putus asa disertai

kehilangan minat selama 2 minggu atau lebih berturut-turut selama 12 bulan terakhir

adalah sebesar 66.63%.

Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa dari semua sampel yang pernah

mengalami perundungan di sekolah selama 12 bulan terakhir, sebanyak 49,2% pernah

merasa sedih atau putus asa selama dua minggu atau lebih berturut-turut selama 12

bulan terakhir. Sedangkan dari semua sampel yang tidak pernah mengalami

perundungan di sekolah selama 12 bulan terakhir, hanya 25,9% yang merasa sedih

atau putus asa selama dua minggu atau lebih berturut-turut selama 12 bulan terakhir.

Dari hasil uji Chi Square, diperoleh niai p 0,001 (RO: 0,001 IK 95% 1,570-

4,891) atau p<0,05. Artinya, secara statistik terdapat hubungan yang bermakna

antara perundungan jenis perundungan di sekolah selama 12 bulan terakhir

dengan gejala depresi berupa perasaan sedih atau putus asa selama dua minggu

atau lebih berturut-turut selama 12 bulan terakhir pada pelajar di SMA 35

Page 74: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

59

Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat

Tahun 2017.

Dari parameter kekuatan hubungan berdasarkan RO, yaitu sebesar 2,771

dengan IK 95% 1,570-4,891. Artinya, pelajar yang pernah mengalami perundungan

di sekolah selama 12 bulan terakhir berpeluang 2,771 kali lebih besar mengalami

gejala depresi berupa perasaan sedih atau putus asa disertai kehilangan minat selama

2 minggu atau lebih berturut-turut selama 12 bulan terakhir dibandingkan dengan

pelajar yang tidak mengalami perundungan jenis ini. Nilai RO sebesar 2,771 dapat

juga diinterpretasikan bahwa probabilitas pasien yang pernah mengalami

perundungan di sekolah selama 12 bulan terakhir untuk mengalami gejala depresi

berupa perasaan sedih atau putus asa disertai kehilangan minat selama 2 minggu atau

lebih berturut-turut selama 12 bulan terakhir adalah sebesar 73,48%.

Berdasarkan tabel 4.12 juga diketahui bahwa dari semua sampel yang pernah

mengalami perundungan di internet selama 12 bulan terakhir, sebanyak 53,3% pernah

merasa sedih atau putus asa selama dua minggu atau lebih beturut-turut selama 12

bulan terakhir. Sedangkan dari semua sampel yang tidak pernah mengalami

perundungan di internet selama 12 bulan terakhir, hanya 26,5% yang pernah merasa

sedih atau putus asa selama dua minggu atau lebih beturut-turutselama 12 bulan

terakhir.

Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p 0,000 (RO: 3,168 IK 95% 1,671-

6,006) atau p<0,05. Artinya, secara statistik terdapat hubungan yang bermakna

antara perundungan jenis perundungan di internet selama 12 bulan terakhir

dengan gejala depresi berupa perasaan sedih atau putus asa selama 2 minggu

atau lebih berturut-turut selama 12 bulan terakhir pada pelajar di SMA 35

Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat

Tahun 2017.

Dari parameter kekuatan hubungan berdasarkan RO, yaitu sebesar 3,168

dengan IK 95% 1,671-6,006, artinya, pelajar yang pernah mengalami perundungan di

Page 75: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

60

internet selama 12 bulan terakhir berpeluang 3,168 kali lebih besar mengalami gejala

depresi berupa merasa sedih atau putus asa selama dua minggu atau lebih beturut-

turut selama 12 bulan terakhir dibandingkan dengan pelajar yang tidak mengalami

perundungan jenis ini. Nilai RO sebesar 3,168 dapat juga diinterpretasikan bahwa

probabilitas sampel yang pernah mengalami perundungan di internet selama 12 bulan

terakhir untuk mengalami gejala depresi berupa merasa sedih atau putus asa selama

dua minggu atau lebih beturut-turut selama 12 bulan terakhir adalah sebesar 76%.

Tabel 4.13 Hubungan Perundungan dengan Berniat Bunuh Diri dalam 12 Bulan

Terakhir

No. Jenis

Perundungan Kategori

Berniat bunuh diri

selama 12 bulan

terakhir

Nilai

P RO IK (95%)

Pernah Tidak

Pernah

1,00* 0,943

Min Max

N % N %

1. Pencurian

atau

perusakan

barang

pribadi oleh

orang lain di

sekolah

selama 12

bulan

terakhir

Pernah 5 3,9 122 96,1

0,309 2,877

Tidak

Pernah 9 4,2 207 95,8

2. Perundungan

di sekolah

selama 12

bulan

terakhir

Pernah 6 9,8 55 90,2

0,023^ 3,736 1,247 11,196

Tidak

Pernah 8 2,8 274 97,2

3. Perundungan

di internet

selama 12

bulan

terakhir

Pernah 7 15,6 38 84,4

0,001^ 7,658 2,547 23,025

Tidak

Pernah 7 2,3 291 97,7

Total 14 329

* Uji Chi Square dengan koreksi Yates

^ Uji Fisher

Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa dari semua sampel yang pernah

mengalami pencurian atau perusakan barang pribadi di sekolah selama 12 bulan

Page 76: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

61

terakhir, sebanyak 3,9% pernah berniat bunuh diri selama 12 bulan terakhir.

Sedangkan dari semua sampel yang tidak pernah mengalami pencurian atau

perusakan barang pribadi di sekolah selama 12 bulan terakhir, sebanyak 4,2% pernah

berniat bunuh diri selama 12 bulan terakhir.

Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p 1,00 (RO: 0,943 IK 95% 0,309-

2,887) atau p>0,05. Artinya, secara statistik tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara perundungan jenis pencurian atau perusakan barang pribadi

oleh orang lain di sekolah selama 12 bulan terakhir dengan gejala depresi

berniat bunuh diri selama 12 bulan terakhir pada pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK

Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat Tahun 2017.

Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa dari semua sampel yang pernah

mengalami perundungan di sekolah selama 12 bulan terakhir, sebanyak 6 orang

(9,8%) pernah berniat bunuh diri selama 12 bulan terakhir. Sedangkan dari semua

sampel yang tidak pernah mengalami perundungan di sekolah selama 12 bulan

terakhir, sebanyak 8 orang (2,8%) pernah berniat bunuh diri selama 12 bulan terakhir.

Dari hasil uji Fisher diperoleh nilai p 0,023 (RO: 3,736 IK 95% 1,247-

11,196) atau p<0,05. Artinya, secara statistik terdapat hubungan yang bermakna

antara perundungan jenis perundungan di sekolah selama 12 bulan terakhir

dengan gejala depresi berupa berniat bunuh diri selama 12 bulan terakhir pada

pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat Kheir,

Kota Jakarta Pusat Tahun 2017.

Dari parameter kekuatan hubungan berdasarkan RO, yaitu sebesar 3,736

dengan IK 95% 1,247-11,196. Artinya, pelajar yang pernah mengalami perundungan

di sekolah selama 12 bulan terakhir berpeluang 3,736 kali lebih besar untuk berniat

bunuh diri selama 12 bulan terakhir dibandingkan dengan pelajar yang tidak

mengalami perundungan jenis ini. Nilai RO sebesar 3,736 dapat juga

diinterpretasikan bahwa probabilitas pasien yang pernah mengalami perundungan di

Page 77: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

62

sekolah selama 12 bulan terakhir untuk berniat bunuh diri selama 12 bulan terakhir

adalah sebesar 78,88%

Berdasarkan tabel 4.13 juga diketahui bahwa dari semua sampel yang pernah

mengalami perundungan di internet selama 12 bulan terakhir, sebanyak 7 orang

(15,6%) pernah berniat bunuh diri selama 12 bulan terakhir. Sedangkan dari semua

sampel yang tidak pernah mengalami perundungan di internet selama 12 bulan

terakhir, sebanyak 7 orang (2,3%) pernah berniat bunuh diri selama12 bulan terakhir.

Dari hasil uji Fisher diperoleh nilai p 0,001 (RO: 7,658 IK 95% 2,547-

23,025) atau p<0,05. Artinya, secara statistik terdapat hubungan yang bermakna

antara perundungan jenis perundungan di internet selama 12 bulan terakhir

dengan gejala depresi berupa berniat bunuh diri selama 12 bulan terakhir pada

pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat Kheir,

Kota Jakarta Pusat Tahun 2017.

Dari parameter kekuatan hubungan berdasarkan RO, yaitu sebesar 7,658

dengan IK 95% 2,547-23,025, artinya, pelajar yang pernah mengalami perundungan

di internet selama 12 bulan terakhir berpeluang 7,658 kali lebih besar mengalami

gejala depresi berupa berniat bunuh diri selama 12 bulan terakhir dibandingkan

dengan pelajar yang tidak mengalami perundungan jenis ini. Nilai RO sebesar 7,658

dapat juga diinterpretasikan bahwa probabilitas sampel yang pernah mengalami

perundungan di internet selama 12 bulan terakhir untuk mengalami gejala depresi

berupa berniat bunuh diri selama 12 bulan terakhir adalah sebesar 80,45%.

Page 78: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

63

Tabel 4.14 Hubungan Perundungan dengan Menyusun Rencana Bunuh Diri dalam 12

Bulan Terakhir

No. Jenis

Perundungan Kategori

Menyusun rencana

bunuh diri selama 12

bulan terakhir

Nilai

P RO IK (95%)

Pernah Tidak

Pernah

0,916* 1,202

Min Max

N % N %

1. Pencurian

atau

perusakan

barang

pribadi oleh

orang lain di

sekolah

selama 12

bulan

terakhir

Pernah 7 5,5 120 94,5

0,446 3,240

Tidak

Pernah 10 4,6 206 95,4

2. Perundungan

di sekolah

selama 12

bulan

terakhir

Pernah 6 9,8 55 90,2

0,061^ 2,688 0,954 7,574

Tidak

Pernah 11 3,9 271 96,1

3. Perundungan

di internet

selama 12

bulan

terakhir

Pernah 6 13,3 39 86,7

0,015^ 4,014 1,405 11,464

Tidak

Pernah 11 3,7 287 96,3

Total 17 326

* Uji Chi Square dengan koreksi Yates

^ Uji Fisher

Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa dari semua sampel yang pernah

mengalami pencurian atau perusakan barang pribadi di sekolah selama 12 bulan

terakhir, sebanyak 5,5% pernah menyusun rencana bunuh diri selama 12 bulan

terakhir. Sedangkan dari semua sampel yang tidak pernah mengalami pencurian atau

perusakan barang pribadi di sekolah selama 12 bulan terakhir, sebanyak 4,6% pernah

menyusun rencana bunuh diri selama 12 bulan terakhir.

Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p 0,916 (RO: 1,202 IK 95% 0,446-

3,240) atau p>0,05. Artinya, secara statistik tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara perundungan jenis pencurian atau perusakan barang pribadi

Page 79: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

64

oleh orang lain di sekolah selama 12 bulan terakhir dengan gejala depresi

berupa menyusun rencana bunuh diri selama 12 bulan terakhir pada pelajar di

SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat Kheir, Kota

Jakarta Pusat Tahun 2017.

Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa dari semua sampel yang pernah

mengalami perundungan di sekolah selama 12 bulan terakhir, sebanyak 6 orang

(9,8%) pernah menyusun rencana bunuh diri selama 12 bulan terakhir. Sedangkan

dari semua sampel yang tidak pernah mengalami perundungan di sekolah selama 12

bulan terakhir, sebanyak 11 orang (3,9%) pernah menyusun rencana bunuh diri

selama 12 bulan terakhir.

Dari hasil uji Fisher diperoleh nilai p 0,061 (RO: 2,688 IK 95% 0,954-7,574)

atau p>0,05. Artinya, secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara perundungan jenis perundungan di sekolah selama 12 bulan terakhir

dengan gejala depresi berupa menyusun rencana bunuh diri selama 12 bulan

terakhir pada pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA

Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat Tahun 2017.

Meskipun secara statistik nilai p tidak signifikan, namun dari parameter

kekuatan hubungan berdasarkan RO, yaitu sebesar 2,688 dengan IK 95% 0,954-

7,574, hal ini memiliki arti bahwa pelajar yang pernah mengalami perundungan di

sekolah selama 12 bulan terakhir berpeluang 2,688 kali lebih besar untuk menyusun

rencana bunuh diri selama 12 bulan terakhir dibandingkan dengan pelajar yang tidak

mengalami perundungan jenis ini. Nilai RO sebesar 2,688 dapat juga

diinterpretasikan bahwa probabilitas sampel yang pernah mengalami perundungan di

sekolah selama 12 bulan terakhir untuk menyusun rencana bunuh diri selama 12

bulan terakhir adalah sebesar 72,88%.

Berdasarkan tabel 4.14 juga diketahui bahwa dari semua sampel yang pernah

mengalami perundungan di internet selama 12 bulan terakhir, sebanyak 6 orang

(13,3%) pernah menyusun rencana bunuh diri selama 12 bulan terakhir. Sedangkan

Page 80: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

65

dari semua sampel yang tidak pernah mengalami perundungan di internet selama 12

bulan terakhir, sebanyak 11 orang (3,7%) pernah menyusun rencana bunuh diri

selama12 bulan terakhir.

Dari hasil uji Fisher diperoleh nilai p 0,015 (RO: 4,014 IK 95% 1,405-

11,464) atau p<0,05. Artinya, secara statistik terdapat hubungan yang bermakna

antara perundungan jenis perundungan di internet selama 12 bulan terakhir

dengan gejala depresi berupa menyusun rencana bunuh diri selama 12 bulan

terakhir pada pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA

Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat Tahun 2017.

Dari parameter kekuatan hubungan berdasarkan RO, yaitu sebesar 4,014

dengan IK 95% 1,405-11,464, artinya, pelajar yang pernah mengalami perundungan

di internet selama 12 bulan terakhir berpeluang 4,014 kali lebih besar untuk

menyusun rencana bunuh diri selama 12 bulan terakhir dibandingkan dengan pelajar

yang tidak mengalami perundungan jenis ini. Nilai RO sebesar 4,014 dapat juga

diinterpretasikan bahwa probabilitas sampel yang pernah mengalami perundungan di

internet selama 12 bulan terakhir untuk mengalami gejala depresi berupa berniat

bunuh diri selama 12 bulan terakhir adalah sebesar 80,06%.

Tabel 4.15 Hubungan Perundungan dengan Mencoba Bunuh Diri dalam 12 Bulan

Terakhir

No. Jenis

Perundungan Kategori

Mencoba Bunuh Diri

Selama 12 Bulan

Terakhir

Nilai

P RO IK (95%)

Pernah Tidak

Pernah

0,822* 0,764

Min Max

N % N %

1. Pencurian

atau

perusakan

barang

pribadi oleh

orang lain di

sekolah

selama 12

bulan

terakhir

Pernah 5 3,9 122 96,1

0,259 2,251

Tidak

Pernah 11 5,1 205 94,9

Page 81: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

66

Tabel 4.15 Hubungan Perundungan dengan Mencoba Bunuh Diri dalam 12 Bulan

Terakhir (Lanjutan)

No. Jenis

Perundungan Kategori

Mencoba Bunuh Diri

Selama 12 Bulan

Terakhir

Nilai

P RO IK (95%)

Pernah Tidak

Pernah

0,312^ 1,579

Min Max

N % N %

2. Perundungan

di sekolah

selama 12

bulan

terakhir

Pernah 4 6,6 57 93,4

0,491 5,073

Tidak

Pernah 12 4,3 270 95,7

3. Perundungan

di internet

selama 12

bulan

terakhir

Pernah 4 8,9 41 91,1

0,144^ 2,325 0,716 7,552

Tidak

Pernah 12 4 286 96

Total 16 327

* Uji Chi Square dengan koreksi Yates

^ Uji Fisher

Berdasarkan tabel 4.15 diketahui bahwa dari semua sampel yang pernah

mengalami pencurian atau perusakan barang pribadi di sekolah selama 12 bulan

terakhir, sebanyak 3,9% pernah mencoba bunuh diri selama 12 bulan terakhir.

Sedangkan dari semua sampel yang tidak pernah mengalami pencurian atau

perusakan barang pribadi di sekolah selama 12 bulan terakhir, sebanyak 5,1% pernah

menyusun rencana bunuh diri selama 12 bulan terakhir.

Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai p 0,822 (RO: 0,764 IK 95% 0,259-

2,251) atau p>0,05. Artinya, secara statistik tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara perundungan jenis pencurian atau perusakan barang pribadi

oleh orang lain di sekolah selama 12 bulan terakhir dengan gejala depresi

berupa mencoba bunuh diri selama 12 bulan terakhir pada pelajar di SMA 35

Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat Kheir, Kota Jakarta Pusat

Tahun 2017.

Page 82: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

67

Berdasarkan tabel 4.15 diketahui bahwa dari semua sampel yang pernah

mengalami perundungan di sekolah selama 12 bulan terakhir, sebanyak 4 orang

(6,6%) pernah mencoba bunuh diri selama 12 bulan terakhir. Sedangkan dari semua

sampel yang tidak pernah mengalami perundungan di sekolah selama 12 bulan

terakhir, sebanyak 12 orang (4,3%) pernah mencoba bunuh diri selama 12 bulan

terakhir.

Dari hasil uji Fisher diperoleh nilai p 0,312 (RO: 1,579 IK 95% 0,491-5,073)

atau p>0,05. Artinya, secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara perundungan jenis perundungan di sekolah selama 12 bulan terakhir

dengan gejala depresi berupa mencoba bunuh diri selama 12 bulan terakhir

pada pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat

Kheir, Kota Jakarta Pusat Tahun 2017.

Berdasarkan tabel 4.15 juga diketahui bahwa dari semua sampel yang pernah

mengalami perundungan di internet selama 12 bulan terakhir, sebanyak 4 orang

(8,9%) pernah mencoba bunuh diri selama 12 bulan terakhir. Sedangkan dari semua

sampel yang tidak pernah mengalami perundungan di internet selama 12 bulan

terakhir, sebanyak 12 orang (4,0%) pernah mencoba bunuh diri selama12 bulan

terakhir.

Dari hasil uji Fisher diperoleh nilai p 0,144 (RO: 2,325 IK 95% 0,716-7,552)

atau p>0,05. Artinya, secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara perundungan jenis perundungan di internet selama 12 bulan terakhir

dengan gejala depresi berupa mencoba bunuh diri selama 12 bulan terakhir

pada pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta, dan MA Jamiat

Kheir, Kota Jakarta Pusat Tahun 2017.

Meskipun secara statistik nilai p tidak signifikan, namun dari parameter

kekuatan hubungan berdasarkan RO, yaitu sebesar 2,325 dengan IK 95% 0,716-

7,552, hal ini memiliki arti bahwa pelajar yang pernah mengalami perundungan di

internet selama 12 bulan terakhir berpeluang 2,325 kali lebih besar untuk mencoba

Page 83: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

68

bunuh diri selama 12 bulan terakhir dibandingkan dengan pelajar yang tidak pernah

mengalami perundungan jenis ini. Nilai RO sebesar 2,325 dapat juga

diinterpretasikan bahwa probabilitas sampel yang pernah mengalami perundungan di

internet selama 12 bulan terakhir untuk mencoba bunuh diri selama 12 bulan terakhir

adalah sebesar 69,92%.

4.4. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data univariat mengenai frekuensi perundungan,

diketahui bawa jenis perundungan yang paling banyak dialami oleh sampel adalah

jenis pencurian atau perusakan barang pribadi di sekolah (37%), diikuti oleh jenis

perundungan di sekolah (17,8%), dan perundungan di internet (13,1%). Berbeda

dengan penelitian sebelumnya pada pelajar SMA di Yogyakarta, jenis perundungan

yang paling sering dialami adalah perundungan jenis verbal, yakni sebesar 47%,

diikuti dengan perundungan fisik (30%), sosial (20%), dan jenis perundungan yang

paling sedikit ialah perundungan di internet (3%).27

Frekuensi perundungan jenis

pencurian atau perusakan barang di sekolah pada pelajar SLTA di Kota Jakarta Pusat

tahun 2017 (37%) sangat tinggi, karena mendekati frekuensi perundungan anak di

Indonesia yang dilaporkan oleh UNICEF pada tahun 2015 (40%).

Berdasarkan hasil analisis data univariat mengenai frekuensi kejadian gejala

depresi, diketahui bahwa gejala depresi yang paling banyak dialami oleh sampel

adalah merasa sedih atau putus asa disertai kehilangan minat selama 2 minggu atau

lebih berturut-turut (30%), diikuti oleh menyusun rencana bunuh diri (5%), mencoba

bunuh diri (4,7%), dan niat bunuh diri (4,1%). Dari data ini diketahui bahwa terdapat

ketidaksinambungan antara jumlah sampel yang pernah berniat, menyusun rencana,

dan mencoba bunuh diri. Hal ini dapat disebabkan karena adanya beberapa faktor lain

yang dapat menimbulkan depresi, yang tidak diteliti dalam penelitian ini, diantaranya

adanya kelainan organik, riwayat depresi pada keluarga, pola kepribadian tertentu,

serta penyimpangan kognitif yang spesifik.21

Ketidaksinambungan ini juga dapat

disebabkan karena adanya perbedaan pemahaman antara peneliti dan sampel terhadap

pertanyaan mengenai pemikiran dan perilaku bunuh diri pada kuesioner YRBS 2017.

Page 84: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

69

Jika dibandingkan dengan hasil survei perilaku berisiko pada pelajar SMP dan

SMA tahun 2015, angka pelajar SLTA di Kota Jakarta Pusat yang pernah berniat

bunuh diri, mendekati angka survei nasional (4,1% vs 5,14%), begitupun dengan

menyusun rencana bunuh diri (5% vs 5,53%). Angka pelajar SLTA di kota Jakarta

Pusat yang pernah mencoba bunuh diri, sangat tinggi, bahkan melebihi angka survei

nasional tahun 2015 (4,7% vs 2,39%). Angka pemikiran dan perilaku bunuh diri pada

pelajar SLTA di Kota Jakarta Pusat ini tentunya sangat memerlukan perhatian khusus

dari berbagai pihak, sehingga angka kematian remaja akibat bunuh diri dapat dicegah

atau setidaknya dikendalikan.6

Berdasarkan hasil analisis bivariat terhadap jenis kelamin dan perundungan

diketahui bahwa perempuan lebih banyak mengalami perundungan dibandingkan

dengan laki-laki. Hasil penelitian ini berbeda dengan studi literatur yang menyatakan

bahwa perbedaan jumlah antara korban perundungan laki-laki dan perempuan relatif

kecil atau tidak memiliki pola yang jelas.1Menurut Rostyaningsih dalam Putri,

ditinjau dari karakter berdasarkan jenis kelamin, laki-laki memiliki karakter maskulin

seperti rasional, tegas, persaingan, sombong, orientasi dominasi, pehitungan, agresif,

obyektif dan fisikal. Sementara karakter perempuan lebih feminin seperti emosional,

fleksibel/plinplan, kerjasama, selalu mengalah, orientasi menjalin hubungan,

menggunakan insting, pasif, mengasuh, dan cerewet.32

Berdasarkan teori yang

dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa perempuan mungkin memiliki

kecenderungan untuk menjadi korban perundungan karena memiliki karakteristik

yang pasif dibandingkan dengan laki-laki.

Berdasarkan hasil analisis bivariat terhadap tingkat kelas dengan perundungan

diketahui bahwa pelajar kelas XI lebih banyak mengalami perundungan jenis

pencurian atau perusakan barang pribadi (43,4%), dan perundungan di sekolah

(20,5%) dibandingkan dengan kelas X dan XII. Perundungan di internet lebih banyak

dialami oleh pelajar kelas XII (15,5%) dibandingkan dengan pelajar kelas X (10,2%),

dan XI (13,9%). UNESCO menyatakan bahwa perundungan lebih sering terjadi pada

anak-anak yang lebih mudah, karena selain menjadi korban perundungan oleh teman

Page 85: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

70

sebayanya, mereka juga menjadi korban perundungan oleh anak yang lebih tua.1Rata-

rata usia pelajar SLTA adalah 15-18 tahun. Pada penelitian ini, sebanyak 72,9%

pelajar kelas X berusia 15 tahun, 67,2% pelajar kelas XI berusia 16 tahun, dan 66%

pelajar kelas XII berusia 17 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini

berbeda dengan penelitian UNESCO, karena sampel yang lebih banyak mengalami

perundungan dalam penelitian ini adalah sampel yang berada di kelas XI, yang

sebaran usianya berada di pertengahan antara kelas X dan kelas XII. Penelitian yang

dilakukan oleh Astri pada pelajar SMU di Malang menemukan bahwa, mereka yang

berusia 16 tahun paling banyak mengalami stressor tinggi dibandingkan dengan umur

lainnya (67,9%), kemudian pada usia 15 tahun (63,9%) dan usia 17 tahun (56,8%).

Penemuan ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Tanner bahwa bagi sebagian

besar anak muda, usia antara 12 dan 16 tahun merupakan tahun kehidupan yang

penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan.33

Berdasarkan hasil analisis bivariat antara jenis sekolah dengan perundungan,

tidak ditemukan adanya pola khusus. Perundungan jenis pencurian atau perusakan

barang pribadi lebih banyak terjadi pada pelajar SMA (42,5%). Perundungan di

sekolah dan di internet lebih banyak terjadi pada pelajar MA dibandingkan dengan

pelajar SMA dan SMK. UNESCO menyebutkan bahwa lingkungan dan otoritas

sekolah mempengaruhi terjadinya perilaku perundungan.1Penelitian yang dilakukan

oleh Bevilacqua menunjukkan bahwa organisasi-organisasi sekolah yang berkinerja

dengan baik dalam hal kepemimpinan dan manajemen melahirkan lingkungan

sekolah yang protektif terhadap perundungan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,

Anies Baswedan, menyatakan bahwa selama ini tidak ada intervensi khusus terhadap

tidak kekerasan, termasuk perundungan di lingkungan sekolah. Pemerintah telah

menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 82 Tahun 2015

yang menyangkut penanggulangan, sanksi, dan pencegahan kekerasan.34

Namun,

sampai saat ini peneliti belum menemukan literatur yang membahas mengenai

evaluasi penerapan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan terhadap

kekerasan di sekolah, antara SMA, MA, dan SMK. Peneliti juga belum menemukan

Page 86: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

71

literatur yang membahas perbedaan karakteristik lingkungan sekolah antara SMA,

MA dan SMK, yang berpengaruh terhadap kejadian perilaku perundungan.

Berdasarkan hasil analisis bivariat terhadap jenis kelamin dan gejala depresi,

diketahui bahwa perempuan lebih banyak mengalami gejala depresi dibandingkan

dengan laki-laki, yakni merasa sedih atau putus asa disertai kehilangan minat

(34,5%), berniat bunuh diri (4,6%), dan menyusun rencana bunuh diri (6,3%).

Penelitian yang dilakukan oleh Marela menunjukkan bahwa remaja perempuan

berpeluang 1,5 kali lebih besar mengalami depresi dibandingkan remaja laki-laki.27

Pettersen dalam Darmayanti menyatakan perbedaan tingginya jumlah depresi pada

remaja perempuan dan laki-laki disebabkan oleh beberapa faktor, yakni karakteristik

gender, sumber-sumber untuk mengatasi masalah (coping resources), dan kejadian-

kejadian menekan yang dialami remaja laki-laki dan perempuan.35

Perbedaan

kejadian depresi antara perempuan dan laki-laki diduga karena adanya perbedaan

hormon, perbedaan stressor psikososial antara laki-laki dan perempuan, dan model

perilaku yang dipelajari tentang ketidakberdayaan.21

Santrock dalam Marela

menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan perbedaan gender yakni perempuan

memiliki citra tubuh yang lebih buruk dibanding laki-laki, perubahan hormon

mempengaruhi kerentanan terhadap perasaan depresi pada masa remaja, khususnya

pada perempuan. Perempuan lebih cenderung merenung, memikirkan, dan

memperbesar depresi dalam suasana hati mereka yang tertekan dan semakin

menguatkan suasana hati tersebut, sementara laki-laki cenderung mengalihkan

perhatian mereka dari suasana hati.27

Berdasarkan hasil analisis bivariat terhadap tingkat kelas dengan gejala

depresi, tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna secara statistik (p>0,05).

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Marela, bahwa siswa kelas X berpeluang 1,5 kali lebih besar mengalami depresi

dibandingkan dengan siswa kelas XI.27

Penelitian yang dilakukan Asmika

menemukan bahwa siswa kelas X lebih banyak menderita depresi dibandingkan

dengan siswa kelas XI, dan XII. Hal ini dapat terjadi karena siswa kelas X memiliki

Page 87: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

72

tingkat stressor yang tinggi yang mungkin berkaitan dengan adaptasi terhadap

lingkungannya ketika masuk ke tingkat yang lebih tinggi. Adaptasi ini meliputi

penyesuaian terhadap sekolah, teman-teman, maupun pelajaran. 30

Berdasarkan hasil analisis bivariat terhadap jenis sekolah dengan gejala

depresi, diketahui bahwa prevalensi gejala depresi pada pelajar SMA lebih tinggi

dibandingkan dengan pelajar MA dan SMK, yakni merasa sedih atau putus asa

disertai kehilangan minat (41,2%), berniat bunuh diri (6,5%), dan menyusun rencana

bunuh diri (5,2%). Gejala depresi berupa mencoba bunuh diri lebih banyak dialami

oleh pelajar MA (9,1%) dibandingkan dengan pelajar SMA (4,6%), dan SMK (3,8%).

Menurut pandangan peneliti, angka mencoba bunuh diri yang lebih tinggi pada

pelajar MA lebih berpengaruh kepada gender, bukan jenis sekolah, karena seluruh

pelajar MA dalam penelitian ini adalah laki-laki. Menurut Endler dan Parker dalam

Kelly, dalam mengatasi masalah (couping resources), laki-laki lebih berfokus pada

cara penyelesaian masalah, dan mencari solusi atas masalah yang dihadapinya,

dibandingkan dengan wanita yang lebih menggunakan perasaan dalam menghadapi

masalah.36

Dari hasil penelitian ini, perilaku mencoba bunuh diri mungkin dianggap

sebagai “solusi” dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh pelajar MA yang

seluruhnya adalah laki-laki. Peneliti belum menemukan hasil penelitian yang

membandingkan prevalensi gejala depresi terhadap jenis sekolah, namun pada

penelitian yang dilakukan oleh Asmika pada 3 SMU yang berbeda di Kotamadya

Malang, ditemukan bahwa tempat pengambilan sampel juga ternyata mempengaruhi

prevalensi depresi yang ditemukan. Perbedaan populasi dari hasil penelitian

mengindikasikan berpengaruhnya faktor lingkungan sekolah terhadap kejadian

depresi. Jerome mengungkapkan, fungsi sekolah di samping meningkatkan

pengetahuan dan mendidik siswanya, juga untuk meningkatkan pekembangan emosi

serta psikis. Karena itu, adanya lingkungan sekolah yang kurang baik mungkin juga

mempengaruhi kondisi emosi dan psikologi siswanya.30

Berdasarkan hasil analisis data mengenai hubungan perundungan terhadap

gejala depresi pada pelajar SLTA di Kota Jakarta Pusat, secara statistik ditemukan

Page 88: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

73

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku perundungan dengan gejala

depresi. Hubungan yang bermakna ditemukan pada perundungan jenis pencurian atau

perusakan barang dengan perasaan sedih atau putus asa, serta perundungan di sekolah

dengan perasaan sedih atau putus asa, dan niat bunuh diri. Hubungan yang bermakna

juga ditemukan pada perundungan di internet dengan perasaan sedih atau putus asa,

niat bunuh diri, dan rencana bunuh diri.

Korelasi antara mengalami perundungan jenis pencurian atau perusakan

barang dengan gejala depresi berupa perasaan sedih atau putus asa sebesar 0,394

dengan p 0,006 (p<0,05). Korelasi antara mengalami perundungan di sekolah dengan

gejala depresi berupa perasaan sedih atau putus asa dan niat bunuh diri, berturut-turut

sebesar 0,492 dengan p 0,001 (p<0,05), dan 0,098 dengan p 0,023 (p<0,05). Korelasi

antara mengalami perundungan di internet dengan perasaan sedih atau putus asa, niat

bunuh diri, dan rencana bunuh diri berturut-turut sebesar 0,533 dengan p 0,000 atau p

0,000493 (p<0,05); 0,156 dengan p 0,001 (p<0,05), dan 0,133 dengan p 0,015

(p<0,05).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

Gustina bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara korban perundungan dengan

depresi (p<0,05).37

Hasil penelitian ini juga diperkuat penelitian yang dilakukan oleh

Kardiana dan Westa, bahwa siswa yang mengalami perundungan (dalam intensitas

ringan), mengalami kejadian depresi sebesar 59,3% dibandingkan dengan siswa yang

tidak mengalami perundungan, kejadian depresi sebanyak 30,6%. Penelitian mereka

juga menemukan bahwa, dari intensitas perundungan yang meningkat, tingkat depresi

cenderung tinggi.

Hubungan positif antara mengalami perundungan dan depresi telah ditunjukan

pada penelitian lainnya dengan subjek remaja antara lain pada penelitian Guo, yakni

sebanyak 43,5% remaja yang mengalami perundungan, mengalami depresi

(p<0,0001). Remaja yang mengalami perundungan berpeluang 2,5 kali lebih besar

Page 89: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

74

mengalami depresi dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami

perundungan.38

Penelitian yang dilakukan oleh Ramadhani dan Retnowati pada 146 siswa

siswi di sebuah SMA di Jakarta Timur tahun 2013, menemukan bahwa terdapat

hubungan positif antara mengalami perundungan dengan depresi pada remaja, dengan

r = 0,218 (p<0,01). Mengalami perundungan memberikan sumbangan efektif

terhadap munculnya depresi pada remaja sebesar 4,7%. Korelasi antara mengalami

perundungan fisik dengan depresi sebesar r = 0,137 (p<0,05); perundungan verbal

berkorelasi dengan depresi sebesar r = 0,209 (p<0,01) dan perundungan relasional

bekorelasi dengan depresi sebesar r = 0,196 (p<0,01).39

Dari hasil penelitian ini, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara perilaku perundungan dengan pemikiran dan perilaku bunuh diri. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kaminski dan Fang, yang menunjukkan

bahwa remaja korban perundungan secara signifikan lebih cenderung untuk berpikir

bunuh diri dibandingkan dengan mereka yang tidak terlibat perundungan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa remaja korban perundungan berpeluang 1,67-3,83

kali lebih besar untuk melakukan perilaku bunuh diri.40

Studi lain yang dilakukan

oleh Kirakidis menunjukkan remaja korban perundungan 9,22 kali lebih mungkin

untuk melakukan perilaku bunuh diri dibandingkan dengan mereka yang tidak terlibat

dalam perundungan.41

Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa jenis perundungan di

internet (cyberbullying), memberikan nilai probabilitas tertinggi terhadap timbulnya

niat bunuh diri pada pelajar (80,45%) dan menyusun rencana bunuh diri (80%)

dibandingkan dengan jenis perundungan lainnya. Terdapat beberapa faktor yang

menyebabkan perundungan di internet sangat berbahaya bagi kesehatan remaja,

diantaranya, dengan berbagai kemudahan dalam mengakses internet saat ini,

perundungan di internet menjadi lebih mudah dilakukan baik kapanpun dan

dimanapun, tidak berbatas waktu dan tempat. Selain itu, perundungan di internet

Page 90: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

75

melibatkan khalayak yang lebih luas sehingga beban psikologis yang ditanggung oleh

korbanpun menjadi lebih besar. Teknologi juga menyulitkan remaja untuk melarikan

diri dari perundungan di internet.42

Di Indonesia, rata-rata durasi penggunaan internet

perharinya adalah 8 jam 44 menit, dimana 3 jam 15 menit diantaranya digunakan

untuk menatap laman media sosial.43

Hal ini menunjukkan bahwa, saat ini, aktivitas di

internet begitu melekat dalam kehidupan masyarakat, khususnya di kalangan remaja

yang lebih aktif secara sosial. Hal inilah yang menyebabkan mengapa perundungan di

internet memiliki dampak yang begitu besar pada remaja.

Berbeda dengan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,

yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara perilaku perundungan

dengan depresi, peneliti menemukan terdapat beberapa data hasil penelitian yang

menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara perilaku perundungan

dengan depresi. Hubungan yang tidak bermakna ini ditunjukkan pada perundungan

jenis pencurian atau perusakan barang dengan gejala depresi berupa berniat bunuh

diri (p 1,00), menyusun rencana bunuh diri (p 0,916), dan mencoba bunuh diri (p,

0,764). Hubungan yang tidak bermakna juga ditunjukkan pada hubungan antara

perundungan di sekolah dengan menyusun rencana bunuh diri (p 0,061), mencoba

bunuh diri (p 0,312), serta perundungan di internet dengan mencoba bunuh diri (p

0,144).

4.5. Kelebihan Penelitian

1. Penelitian lebih komprehensif karena selain membahas mengenai hubungan

perilaku perundungan dengan kejadian gejala depresi, penelitian ini juga

membahas mengenai hubungan jenis kelamin, tingkat kelas, dan jenis sekolah

terhadap kejadian perilaku perundungan dan gejala depresi. Penelitian ini juga

membahas mengenai prevalensi perilaku perundungan dan gejala depresi pada

pelajar SLTA di Kota Jakarta Pusat Tahun 2017.

2. Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya di Kota Jakarta Pusat.

Page 91: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

76

4.6. Keterbatasan Penelitian

1. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan pengisian kuesioner

sehingga memungkinkan terjadinya recall bias dan bersifat subjektif.

2. Penelitian ini hanya menggunakan metode cross sectional, dimana penelitian

ini tidak mengikuti perkembangan psikososial responden.

3. Penelitian hanya dilakukan untuk menilai hubungan peilaku perundungan

terhadap kejadian gejala depresi pada pelajar saja. Namun, penelitian

mengenai faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya gejala depresi

selain jenis kelamin, tingkat kelas, dan jenis sekolah pada pelajar belum dapat

dilakukan, sehingga tidak diketahui penyebab apa saja yang memungkinkan

timbulnya gejala depresi pada pelajar di SLTA.

4. Penelitian ini tidak melakukan pengendalian terhadap faktor perancu.

Page 92: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

77

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

1. A. Bedasarkan hasil penelitian pada pelajar SLTA di Kota Jakarta Pusat,

khususnya pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta,

dan MA Jamiat Kheir, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

bermakna antara perilaku perundungan dengan kejadian gejala depresi,

yakni perundungan jenis pencurian atau perusakan barang dengan gejala

depresi berupa perasaan sedih atau putus asa disertai kehilangan minat,

perundungan di sekolah dengan gejala depresi berupa perasaan sedih atau

putus asa disertai kehilangan minat dan niat bunuh diri, serta

perundungan di internet dengan gejala depresi berupa perasaan sedih atau

putus asa disertai kehilangan minat, niat bunuh diri, dan menyusun

rencana bunuh diri.

B. Berdasarkan hasil penelitian pada pelajar SLTA di Kota Jakarta Pusat,

khususnya pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta,

dan MA Jamiat Kheir, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan

bermakna antara perilaku perundungan jenis perusakan barang dengan

gejala depresi berupa berniat bunuh diri, menyusun rencana bunuh diri,

dan mencoba bunuh diri, perundungan di sekolah dengan menyusun

rencana bunuh diri dan mencoba bunuh diri, serta perundungan di internet

dengan mencoba bunuh diri.

2. A. Berdasarkan hasil penelitian pada pelajar SLTA di Kota Jakarta Pusat,

khususnya pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta,

dan MA Jamiat Kheir, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara jenis kelamin dengan perundungan jenis pencurian atau

peusakan barang.

Page 93: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

78

B. Berdasarkan hasil penelitian pada pelajar SLTA di Kota Jakarta Pusat,

khususnya pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta,

dan MA Jamiat Kheir, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan

bermakna antara jenis kelamin dengan mengalami perundungan di

sekolah dan perundungan di Internet. Tidak ditemukan hubungan yang

bermakna tingkat kelas dan jenis sekolah dengan mengalami

perundungan.

3. A. Berdasarkan hasil penelitian pada pelajar SLTA di Kota Jakarta Pusat,

khususnya pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta,

dan MA Jamiat Kheir, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

jenis sekolah dengan mengalami gejala depresi berupa merasa sedih atau

putus asa disertai kehilangan minat.

B. Berdasarkan hasil penelitian pada pelajar SLTA di Kota Jakarta Pusat,

khususnya pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK Muhammadiyah 5 Jakarta,

dan MA Jamiat Kheir, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan

bermakna antara jenis kelamin dan tingkat kelas dengan mengalami

gejala depresi. Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara jenis

sekolah dengan mengalami gejala depresi berupa berniat bunuh diri,

menyusun rencana bunuh diri dan mencoba bunuh diri.

4. Prevalensi perundungan pada pelajar SLTA di Kota Jakarta Pusat tahun 2017

adalah sebanyak 37% mengalami perundungan jenis pencurian atau perusakan

barang di sekolah selama 12 bulan terakhir, 17,8% mengalami perundungan di

sekolah selama 12 bulan terakhir, dan 13,1% mengalami perundungan di

internet selama 12 bulan terakhir.

5. Prevalensi gejala depresi pada pelajar SLTA di Kota Jakarta Pusat tahun 2017

adalah sebanyak 30% pernah merasa sedih atau putus asa disertai kehilangan

minat selama 2 minggu atau lebih berturut-turut selama 12 bulan terakhir,

4,1% pernah berniat bunuh diri dalam 12 bulan terakhir, 5% pernah menyusun

rencana bunuh diri dalam 12 bulan terakhir, dan 4,7% pernah mencoba bunuh

diri selama 12 bulan terakhir.

Page 94: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

79

5.2. Saran

1. Untuk melengkapi penelitian ini diharapkan akan dilakukan penelitian oleh

peneliti berikutnya mengenai faktor-faktor penyebab timbulnya gejala depresi

diluar perundungan pada pelajar SLTA, khususnya pelajar di SMA 35 Jakarta,

SMK 5 Muhammadiyah Jakarta, dan MA Jamiat Kheir.

2. Untuk melengkapi penelitian ini diharapkan akan dilakukan penelitian oleh

peneliti berikutnya mengenai pengaruh intensitas perilaku perundungan

terhadap kejadian gejala depresi pada pelajar SLTA, khususnya pelajar di

SMA 35 Jakarta, SMK 5 Muhammadiyah Jakarta, dan MA Jamiat Kheir.

3. Untuk melengkapi penelitian ini diharapkan akan dilakukan penelitian oleh

peneliti berikutnya tentang cara yang paling efektif dalam mengatasi kejadian

depresi pada pelajar SLTA khususnya pelajar di SMA 35 Jakarta, SMK 5

Muhammadiyah Jakarta, dan MA Jamiat Kheir agar dapat diterapkan,

sehingga angka kejadian gejala depresi pada pelajar SLTA dapat berkurang.

4. Melihat prevalensi perilaku perundungan yang cukup tinggi pada pelajar

SLTA di Kota Jakarta Pusat Tahun 2017, peneliti menyarankan untuk

dilakukanya upaya preventif terhadap perilaku perundungan, sehingga dapat

tercipta lingkungan yang aman dan protektif terhadap perilaku perundungan.

5. Melihat prevalensi gejala depresi yang cukup tinggi pada pelajar SLTA di

Kota Jakarta Pusat Tahun 2017, peneliti menyarankan untuk dilakukanya

edukasi mengenai pengenalan gejala depresi kepada orang tua dan

masyarakat, sehingga mereka lebih menyadari dan tahu tindakan awal yang

harus dilakukan apabila anaknya atau seseorang memiliki gejala depresi.

6. Melihat prevalensi perilaku perundungan jenis pencurian dan perusakan

barang di sekolah yang cukup tinggi, yang berkaitan dengan timbulnya gejala

depresi pada pelajar SLTA di Kota Jakarta Pusat Tahun 2017, peneliti

menyarankan untuk dibuatnya kebijakan menyangkut penanggulangan, sanksi,

dan pencegahan terhadap perilaku pencurian dan perusakan barang di sekolah,

sehingga dapat mencegah terulangnya perilaku ini, yang secara tidak langsung

Page 95: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

80

dapat berkontribusi dalam menurunkan prevalensi perilaku perundungan dan

kejadian gejala depresi yang timbul akibat perilaku ini.

7. Perlunya perhatian khusus dari berbagai pihak terhadap tingginya prevalensi

pemikiran dan perilaku bunuh diri di kalangan remaja, khususnya pada pelajar

SLTA di Kota Jakrta Pusat, sehingga angka kematian remaja akibat bunuh diri

dapat dicegah atau setidaknya dikendalikan.

8. Memberikan edukasi kepada orang tua untuk memberi tahu anaknya agar

dapat membela dirinya atau melaporkan ke pihak sekolah apabila ia

mengalami perilaku perundungan, sehingga pelaku perundungan dapat

ditindaklanjuti agar memberikan efek jera terhadapnya.

9. Perlunya penguatan implementasi Permendikbud No. 82 Tahun 2015

menyangkut penanggulangan, sanksi, dan pencegahan kekerasan, termasuk

perundungan.

Page 96: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

81

DAFTAR PUSTAKA

1. UNESCO. School Violence and Bullying: global status report; 2017.

2. Setyawan D. KPAI: Kasus Bullying dan Pendidikan Karakter; 2014.

http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-bullying-dan-pendidikan-karakter

[disitasi 29 Mei 2018].

3. UNICEF Indonesia. Laporan Tahunan Indonesia 2015; 2015.

4. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Ringkasan Statistik Pendidikan

Indonesia 2015/2016. Jakarta: MoEc; 2016.

5. Badan Pusat Statistik. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Sekolah Menengah

Atas di Bawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Menurut Provinsi

2011/2012-2015/2016. 2017.

https://www.bps.go.id/statictable/2015/09/14/1837/jumlah-sekolah-guru-dan-

murid-sekolah-menengah-atas-sma-di-bawah-kementrian-pendidikan-dan-

kebudayaan-menurut-provinsi-2011-2012-2015-2016.html [disitasi 6 Juni

2018].

6. Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat, Badan Litbangkes Kementrian

Kesehatan RI. Perilaku Berisiko Kesehatan Pada Pelajar SMP dan SMA di

Indonesia; 2015.

7. Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Bullying.

https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/8e022-januari-ratas-bullying-

kpp-pa.pdf [disitasi 4 Juni 2018].

8. Christodolou GN. Depression as a Consequence of the Economic Crisis.

World Federation for Mental Health; 2012.

9. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan

Indonesia. Riset Kesehatan Dasar / RISKESDAS 2013. Jakarta: Kementrian

Kesehatan RI; 2013.

10. WHO. WHO calls for stronger focus on adolescent health; 2014.

http://www.who.int/news-room/detail/14-05-2014-who-calls-for-stronger-

focus-on-adolescent-health [disitasi 15 September 2018].

11. Kardiana IGS, Westa IW. Gambaran Tingkat Depresi Terhadap Perilaku

Bullying Pada Siswa di SMP PGRI 2 Denpasar. E-Jurnal Medika Udayana.

2015;4(6)

Page 97: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

82

12. CDC. Bullying Surveillance Among youths: uniform definitions for public

health and recommended data element; 2014.

13. Mishna F. Bullying: a guide to research, intervention, and prevention. New

York: Oxford University Press; 2012.

14. Bevilacqua L, ect. The role of family and school-level factors in bullying and

cyberbullying: a cross-sectional study. BMC Pediatrics. 2017; 17:160.

15. Rivara F, Suzanne LM. Preventing bullying: through science, policy, and

practice. USA: The National Academic Press; 2016.

16. Wolke D, Lereya ST. Long-term effects of bullying. Arch Dis Child. 2015;

100(9): 879-885.

17. Rossouw P. Defining Bullying: The role of neurobiological markers.

International Journal of Neuropsychoteraphy. 2013; 1:2-8

18. Zhong M, Shuqiao Y. Amygdala hyperactivation and prefrontal

hypoactivation in subject with cognitive vulnerability to depression.

Biological Psychology. 2011; 88(2-3):233-242.

19. WHO, Departement of Mental Health and Substance Abuse. Depression, a

global public health concern; 2012

20. Sadock BJ, Sadock VA, Pedro R. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychyatri:

behavioral sciences/ clinical psychiatri. 11th

ed. Wolters Kluwer; 2015.

21. Ismail RI, Kristiana S. Gangguan Depresi dalam Buku Ajar Psikiatri. edisi 2.

Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2015.

22. Kementrian Kesehatan Indonesia. Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa

Masyarakat. 2016. http://www.depkes.go.id/article/view/16100700005/peran-

keluarga-dukung-kesehatan-jiwa-masyarakat.html [disitasi pada 21 Juli 2018].

Page 98: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

83

23. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan dan Sadock: Buku Ajar Psikiatri Klinis. edisi

2. Jakarta: EGC; 2010.

24. CDC. Youth Risk Behavior Surveillance System (YRBSS). 2018.

https://www.cdc.gov/healthyyouth/data/yrbs/index.htm [disitasi 8 Agustus

2018].

25. Dahlan MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian

Kedokteran dan Kesehatan. edisi 2. Jakarta: Salemba Medika; 2009.

26. Dahlan MS. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: deskriptif, bivariat,

dan multivariate. edisi 6. Jakarta: Salemba Medika; 2015.

27. Marela G, Abdul W, Carla RM. Bullying verbal menyebabkan depresi pada

remaja SMA di kota Yogyakarta. Berita Kedokteran Mayarakat. 2017;

33(1):43-48.

28. Sastroasmoro S, Sofyan I. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. edisi 5.

Jakarta: CV Sagung Seto; 2014.

29. Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.

Aneka Cipta; 2006.

30. Syahdrajat T. Panduan penelitian untuk skripsi kedokteran dan kesehatan.

Jakarta: Diandra; 2017.

31. Murti B. Validitas dan reliabilitas pengukuran. UNS. 2011:6-17.

32. Putri HN, Nauli FA, Novayelinda R. Faktor-faktor yang berhubungan dengan

perilaku bullying pada remaja. JOM. 2015; 2(2): 1149-1159.

33. Asmika, Harijanto, Handayani N. Prevalensi depresi dan gambaran stressor

psikososial pada remaja sekolah menengah umum di wilayah Kotamadya

Malang. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 2008; 24(1): 15-20.

Page 99: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

84

34. Armenia R. Atasi Bully Anak di Sekolah, Jokowi Mau Terbitkan Perpres.

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160121015705-20-105702/atasi-

bully-anak-di-sekolah-jokowi-mau-terbitkan-perpres [disitasi pada 19 Oktober

2018].

35. Darmayanti N. Meta-analisis: gender dan depresi pada remaja. Jurnal

Psikologi. 2008; 35(2): 164-180.

36. Kelly MM, Tyrka AR, Price LH, Carpenter LL. Sex differences in the use of

coping strategies: predictors of anxiety and depressive symptomps. Depress

Anxiety. 2008; 25(10): 839-846.

37. Gustina E. Korban Bullying dan Depresi Pada Siswa Sekolah Menengah

Pertama di Kota Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2011

38. Guo P. Bullying, Depression, and Suicidal behavior in Adolescents:

secondary analysis of youth risk behavior survey data. Thesis. Capel Hill:

University of North Carolina; 2013.

39. Ramadhani A, Sofia R. Depresi pada remaja korban bullying. Jurnal

Psikologi 2013; 9(2):73-79.

40. Kaminski, JW, Fang.Victimization by peers and adolescent suicide in three

U.S. The Journal Pediatrics 2009; 115:133-154.

41. Kirakidis, SP. Bullying and suicide attemps among adolescents kept in

custody. Crisis 2008; 29:216-218.

42. Withney MH, Annete MLG, Sherilyn FC. Adolescent Peer Victimization and

Physical Health Problems. Journal of Pediatric Psychology 2016; 41(1):15-

27.

43. Samuel AP. Pengguna Internet di Indonesia Akses Medsos 3 Jam per Hari.

2017. https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20171218192500-192-

263281/pengguna-internet-di-indonesia-akses-medsos-3-jam-per-hari [dikutip

9 Oktober 2018].

Page 100: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

85

LAMPIRAN

Lampiran 1

Kuesioner YRBS 2017

SURVEI PEILAKU KESEHATAN REMAJA INDONESIA TAHUN 2017

Survei ini tentang perilaku kesehatan remaja. Kuesioner dalam survei ini

dikembangkan sedemikian rupa sehingga Anda bisa memberitahu kami tentang

kebiasaan Anda yang mungkin bisa mempengaruhi kesehatan Anda. Informasi yang

Anda berikan akan digunakan untuk memperbaiki pendidikan kesehatan para remaja

seusia Anda.

JANGAN menuliskan nama Anda. Informasi yang Anda berikan akan dirahasiakan.

Tidak ada seorangpun yang tahu apa yang Anda tulis. Tolong jawab pertanyaan-

pertanyaan di bawah ini sesuai dengan apa yang Anda benar-benar kerjakan.

Pertanyaan tentang latar belakang Anda hanya digunakan untuk menggambarkan

karakteristik seluruh siswa yang menjadi responden, dan bukan untuk mencari tahu

nama Anda. Tidak ada nama siswa yang dilaporkan. Patikan bahwa Anda telah

membaca seluruh pernyataan. Isi lembar jawaban secara lengkap.Apabila telah selesai

mengisinya, ikuti petunjuk petugas survei.

Terima kasih atas kerjasama Anda

DESKRIPSI DIRI

1. Berapa usia Anda sekarang?

A. 12 tahun atau kurang

B. 13 tahun

C. 14 tahun

D. 15 tahun

E. 16 tahun

F. 17 tahun

G. 18 tahun

Page 101: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

86

H. 19 tahun atau lebih

2. Apa jenis kelamin Anda?

A. Laki-laki

B. Perempuan

5. Apa sekolah Anda?

A. SMA

B. MA

C. SMK

7. Anda duduk di kelas berapa saat ini?

A. 10

B. 11

C. 12

PERILAKU PERUNDUNGAN

29. Selama 12 bulan terakhir, berapa kali orang lain mencuri atau merusak barang-

barang milik Anda (kendaraan, baju, buku, telepon genggam, dsb) di sekolah?

A. 0 kali

B. 1 kali

C. 2 atau 3 kali

D. 4 atau 5 kali

E. 6 atau 7 kali

F. 8 atau 9 kali

G. 10 atau 11 kali

H. 12 kali atau lebih

Dua pertanyaan berikut ini adalah tentang perundungan (bullying). Bullying itu

apabila 1 siswa atau lebih mengejek, mengancam, menyebarkan kabar bohong (hoax),

Page 102: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

87

memukul atau menyakiti siswa lain berkali-kali. Bukan termasuk bullying jika dua

orang siswa yang sama kuat saling berdebat, berkelahi ataupun mengejek sambil

bercanda.

35. Selama 12 bulan terakhir, apakah Anda pernah mengalami perundungan

(bullying) di sekolah?

A. Ya

B. Tidak

36. Selama 12 bulan terakhir, apakah Anda pernah mengalami perundungan

(bullying) di internet (termasuk melalui media sosial, e-mail, SMS, dsb) ?

A. Ya

B. Tidak

GEJALA DEPRESI

Lima pertanyaan berikut ini tentang perasaan sedih dan upaya bunuh diri.Kadang-

kadang orang merasa putus asa terhadap masa depannya, sehingga terpikir untuk

bunuh diri.

37. Selama 12 bulan terakhir, apakah Anda pernah merasa sedih atau putus asa

selama dua minggu atau lebih berturut-turut sehingga Anda tidak ingin melakukan

kegiatan apapun?

A. Ya

B. Tidak

38. Selama 12 bulan terakhir, apakah Anda pernah sungguh-sungguh berniat untuk

bunuh diri?

A. Ya

B. Tidak

39. Selama 12 bulan terakhir, apakah Anda pernah menyusun rencana untuk bunuh

diri?

A. Ya

B. Tidak

Page 103: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

88

40. Selama 12 bulan terakhir, berapa kali Anda pernah mencoba bunuh diri?

A. 0 kali

B. 1 kali

C. 2 atau 3 kali

D. 4 atau 5 kali

E. 6 kali atau lebih

Page 104: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

89

Lampiran 2

Parental Informed Consent Passive-Form

Yth. Orang tua siswa,

Sekolah putera-puteri Anda terpilih untuk ikut berpartisi pasi dalam Survei Perilaku

Kesehatan Remaja Indonesia tahun 2017, bersama-sama para siswa dari 29

sekolah lanjutan tingkat atas lainnya di Provinsi DKI Jaya, Jawa Barat dan Banten.

Survei ini disponsori oleh Pusat Penelitian dan Penerbitan (Puslitpen) Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Survei ini menanyakan tentang perilaku

kesehatan putera-puteri Anda, antara lain kebiasaan makan, tidur, olah raga, merokok,

minum minuman keras, cedera, aktivitas menggunakan internet, dan kesehatan

reproduksi. Setiap siswa memerlukan waktu 40-60 menit untuk mengisi kuesioner

pada survei ini. Setiap jawaban atas pertanyaan survey ini berupa pilihan berganda.

Jawaban dituliskan di atas kertas dengan menggunakan pensil 2B.

Survei ini dirancang untuk melindungi privasi siswa. Siswa tidak diperkenankan

menuliskan nama mereka pada lembar isian kuesioner. Selain itu, nama siswa dan

sekolah tidak dicantumkan dalam laporan penelitian. Siswa tidak memperoleh

keuntungan financial apapun dengan mengikuti survei ini. Hasil survei ini akan

bermanfaat bagi kesehatan seluruh remaja Indonesia di masa depan. Hasil survei ini

akan digunakan untuk memperbaiki pendidikan kesehatan bagi remaja. Pendidikan

kesehatan yang tepat bagi para remaja akan mencegah mereka dari berbagai penyakit

ketika dewasa nanti, antara lain seperti penyakit jantung, stroke, kanker, kencing

manis, tekanan darah tinggi, penyakit ginjal, dan sebagainya.

Kami berharap seluruh siswa terpilih bisa berpartisipasi dalam survei ini. Namun,

survei ini bersifat sukarela.Tidak ada sanksi apapun bagi sekolah, siswa maupun

orang tuanya apabila siswa tidak mengikuti survei ini ataupun memutuskan untuk

berhenti kapan saja ketika sedang mengikuti survei.Siswa juga diperkenankan untuk

melewati pertanyaan tertentu yang tidak ingin mereka jawab. Mohon lengkapi form

di bawah ini dan diserahkan kembali kepada sekolah dalam 3 hari sejak dibagikan

Page 105: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

90

kepada siswa hanya jika Anda tidak mengizinkan putera-puteri Anda mengikuti

survei ini. Apabila Anda masih memiliki pertanyaan lagi tentang survei ini yang tidak

bisa dijawab oleh guru putera-puteri Anda atau kepala sekolah, silakan hubungi

…………………………………………………….

Di Nomor _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ .

Terima kasih.

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

_ _ _

Mohon lengkapi dan serahkan kembali form di bawah ini apabila Anda tidak

mengizinkan putera-puteri Anda mengikutisurvei.

Nama siswa : …………………………………………….….

Kelas : ………………….…………………….

Saya telah membaca form ini dan memahami tentang survei ini.

[ ] TIDAK, anak saya tidak boleh mengikuti survei ini

Nama orang tua : …………………………………………….

Nomor HP : …………………………………………….

Tandatangan : …………………………………………….

Page 106: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

91

Lampiran 3

Surat Rekomendasi Penelitian

Page 107: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

92

Page 108: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

93

Lampiran 4

Surat Rekomendasi Izin Penelitian

Page 109: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

94

Lampiran 5

Riwayat Penulis

Identitas

Nama : Khadijah Alhaura Azhari

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 03 Oktober 1995

Agama : Islam

Alamat : Komplek Pesona Ciwastra Permai Bandung

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikam

2001 – 2002 : TK Taman Gembira Bandung

2002 – 2007 : SDN Mohamad Toha IV Bandung

2007 – 2010 : SMP Negeri 3 Bandung

2010 – 2013 : SMA Negeri 7 Bandung

2015 – sekarang : Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 110: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

95

1UNESCO. School Violence and Bullying: global status report; 2017.

2 Setyawan D. KPAI: Kasus Bullying dan Pendidikan Karakter; 2014.

http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-bullying-dan-pendidikan-karakter [disitasi 29

Mei 2018].

3 UNICEF Indonesia. Laporan Tahunan Indonesia 2015; 2015.

4 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Ringkasan Statistik Pendidikan Indonesia

2015/2016. Jakarta: MoEc; 2016.

5 Badan Pusat Statistik. Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Sekolah Menengah Atas di

Bawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Menurut Provinsi 2011/2012-

2015/2016. 2017. https://www.bps.go.id/statictable/2015/09/14/1837/jumlah-sekolah-

guru-dan-murid-sekolah-menengah-atas-sma-di-bawah-kementrian-pendidikan-dan-

kebudayaan-menurut-provinsi-2011-2012-2015-2016.html [disitasi 6 Juni 2018].

6 Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat, Badan Litbangkes Kementrian Kesehatan

RI. Perilaku Berisiko Kesehatan Pada Pelajar SMP dan SMA di Indonesia; 2015.

7 Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Bullying.

https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/8e022-januari-ratas-bullying-kpp-

pa.pdf [disitasi 4 Juni 2018].

8 Christodolou GN. Depression as a Consequence of the Economic Crisis. World

Federation for Mental Health; 2012.

9 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia.

Riset Kesehatan Dasar / RISKESDAS 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI;

2013.

10 WHO. WHO calls for stronger focus on adolescent health; 2014.

http://www.who.int/news-room/detail/14-05-2014-who-calls-for-stronger-focus-on-

adolescent-health [disitasi 15 September 2018].

11

Kardiana IGS, Westa IW. Gambaran Tingkat Depresi Terhadap Perilaku Bullying

Pada Siswa di SMP PGRI 2 Denpasar. E-Jurnal Medika Udayana. 2015;4(6)

Page 111: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

96

12

CDC. Bullying Surveillance Among youths: uniform definitions for public health

and recommended data element; 2014.

13

Mishna F. Bullying: a guide to research, intervention, and prevention. New York:

Oxford University Press; 2012.

14

Bevilacqua L, ect. The role of family and school-level factors in bullying and

cyberbullying: a cross-sectional study. BMC Pediatrics. 2017; 17:160.

15

Rivara F, Suzanne LM. Preventing bullying: through science, policy, and practice.

USA: The National Academic Press; 2016.

16

Wolke D, Lereya ST. Long-term effects of bullying. Arch Dis Child. 2015; 100(9):

879-885.

17

Pieter Rossouw. Defining Bullying: The role of neurobiological Rossouw P.

Defining Bullying: The role of neurobiological markers. International Journal of

Neuropsychoteraphy. 2013; 1:2-8

18

Zhong M, Shuqiao Y. Amygdala hyperactivation and prefrontal hypoactivation in

subject with cognitive vulnerability to depression. Biological Psychology. 2011;

88(2-3):233-242.

19

WHO, Departement of Mental Health and Substance Abuse. Depression, a global

public health concern; 2012

20

Sadock BJ, Sadock VA, Pedro R. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychyatri:

behavioral sciences/ clinical psychiatri. 11th

ed. Wolters Kluwer; 2015.

21

Ismail RI, Kristiana S. Gangguan Depresi dalam Buku Ajar Psikiatri. edisi 2.

Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2015.

22 Kementrian Kesehatan Indonesia. Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa

Masyarakat. 2016. http://www.depkes.go.id/article/view/16100700005/peran-

keluarga-dukung-kesehatan-jiwa-masyarakat.html [disitasi pada 21 Juli 2018].

Page 112: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

97

23

Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan dan Sadock: Buku Ajar Psikiatri Klinis. edisi 2.

Jakarta: EGC; 2010.

24 CDC. Youth Risk Behavior Surveillance System (YRBSS). 2018.

https://www.cdc.gov/healthyyouth/data/yrbs/index.htm [disitasi 8 Agustus 2018].

25

Dahlan MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian

Kedokteran dan Kesehatan. edisi 2. Jakarta: Salemba Medika; 2009.

26

Dahlan MS. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: deskriptif, bivariat, dan

multivariate. edisi 6. Jakarta: Salemba Medika; 2015.

27

Marela G, Abdul W, Carla RM. Bullying verbal menyebabkan depresi pada remaja

SMA di kota Yogyakarta. Berita Kedokteran Mayarakat. 2017; 33(1):43-48.

28

Sastroasmoro S, Sofyan I. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. edisi 5.

Jakarta: CV Sagung Seto; 2014.

29

Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Aneka

Cipta; 2006.

30

Syahdrajat T. Panduan penelitian untuk skripsi kedokteran dan kesehatan. Jakarta:

Diandra; 2017.

31 Murti B. Validitas dan reliabilitas pengukuran. UNS. 2011:6-17.

32

Putri HN, Nauli FA, Novayelinda R. Faktor-faktor yang berhubungan dengan

perilaku bullying pada remaja. JOM. 2015; 2(2): 1149-1159.

33

Asmika, Harijanto, Handayani N. Prevalensi depresi dan gambaran stressor

psikososial pada remaja sekolah menengah umum di wilayah Kotamadya Malang.

Jurnal Kedokteran Brawijaya. 2008; 24(1): 15-20.

34 Armenia R. Atasi Bully Anak di Sekolah, Jokowi Mau Terbitkan Perpres.

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160121015705-20-105702/atasi-bully-

anak-di-sekolah-jokowi-mau-terbitkan-perpres [disitasi pada 19 Oktober 2018].

Page 113: TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53728/1/KHADIJ… · TERHADAP KEJADIAN GEJALA DEPRESI PADA PELAJAR SLTA

98

35

Darmayanti N. Meta-analisis: gender dan depresi pada remaja. Jurnal Psikologi.

2008; 35(2): 164-180.

36

Kelly MM, Tyrka AR, Price LH, Carpenter LL. Sex differences in the use of

coping strategies: predictors of anxiety and depressive symptomps. Depress Anxiety.

2008; 25(10): 839-846.

37

Gustina E. Korban Bullying dan Depresi Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama

di Kota Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2011

38

Guo P. Bullying, Depression, and Suicidal behavior in Adolescents: secondary

analysis of youth risk behavior survey data. Thesis. Capel Hill: University of North

Carolina; 2013.

39

Ramadhani A, Sofia R. Depresi pada remaja korban bullying. Jurnal Psikologi

2013; 9(2):73-79.

40

Kaminski, JW, Fang.Victimization by peers and adolescent suicide in three U.S.

The Journal Pediatrics 2009; 115:133-154.

41

Kirakidis, SP. Bullying and suicide attemps among adolescents kept in custody.

Crisis 2008; 29:216-218.

42

Withney MH, Annete MLG, Sherilyn FC. Adolescent Peer Victimization and

Physical Health Problems. Journal of Pediatric Psychology 2016; 41(1):15-27.

43 Samuel AP. Pengguna Internet di Indonesia Akses Medsos 3 Jam per Hari. 2017.

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20171218192500-192-263281/pengguna-

internet-di-indonesia-akses-medsos-3-jam-per-hari [dikutip 9 Oktober 2018].