84
PENGARUH PEMBERIAN JUS TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran MUH.UMAR AL MOKHTAR G0005136 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008

TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

PENGARUH PEMBERIAN JUS TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.)

TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL

TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

MUH.UMAR AL MOKHTAR

G0005136

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2008

Page 2: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

2

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Pengaruh Pemberian Jus Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) terhadap Kadar Kolesterol LDL

Tikus Putih (Rattus norvegicus)

Muh.Umar Al Mokhtar, NIM : G0005136, Tahun 2008

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Kamis Tanggal 27 November 2008

Pembimbing Utama Nama : Dian Ariningrum, dr., SpPK, M.Kes. NIP : 132 319 202 (………………………….) Pembimbing Pendamping Nama : Kustiwinarni, Dra., Apt. NIP : 131 472 290 (………………………….) Penguji Utama Nama : P. Murdani K, dr., MHPEd. NIP : 130 786 875 (………………………….) Anggota Penguji Nama : Sri Hartati H, Dra., Apt., SU. NIP : 130 786 653 (………………………….) Surakarta, Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Page 3: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

3

Sri Wahjono, dr., M.Kes. Dr. A.A. Subiyanto, dr., MS. NIP : 030 134 646 NIP : 030 134 565

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 27 November 2008

Muh.Umar Al Mokhtar NIM.G0005136

Page 4: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

4

PERSETUJUAN

Proposal Penelitian/Skripsi dengan judul: Pengaruh Pemberian Jus

Tomat(Lycopersicum esculentum Mill.) Terhadap Kadar

Kolesterol LDL Tikus Putih(Rattus norvegicus)

Muh.Umar Al Mokhtar, G0005136, Tahun 2008

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari………… , Tanggal November 2008

Pembimbing Utama Penguji Utama Dian Ariningrum, dr., SpPK, MKes. P. Murdani K, dr., MHPEd. NIP: 132 319 202 NIP: 130 786 875 Pembimbing Pendamping Anggota Penguji Kustiwinarni, Dra., Apth. Sri Hartati H, Dra., Apt., SU. NIP: 131 472 290 NIP: 130 786 653

Page 5: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

5

Tim Skripsi

PRAKATA

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, kasih, karunia dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “ Pengaruh Pemberian Jus Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) Terhadap Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih (Rattus norvegicus)”. Selama proses penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret, Surakarta. 2. Sri Wahjono, dr., M. Kes, selaku Ketua Tim Skripsi FK UNS 3. Dian Ariningrum, dr., SpPK, M. Kes, selaku Pembimbing Utama yang telah

meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan penyusunan skripsi.

4. Kustiwinarni, Dra., Apth., selaku Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan penyusunan skripsi.

5. P. Murdani K, dr., MHPEd., selaku Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan, kritik dan saran penulisan skripsi.

6. Sri Hartati H., Dra., Apt., SU., selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan bimbingan, kririk dan saran penulisan skripsi.

7. Staf Laboratorium Biokimia (Bapak Widayaka dan Ibu Sumiyati) Fakultas Kedokteran UNS yang telah memberikan bantuan penyelesaian skripsi.

8. Bagian skripsi FK UNS (Bapak Sunardi dan Ibu Enny, S.H., M.H.) yang turut membantu penyusunan skripsi.

9. Kedua orangtuaku tercinta dan adikku yang telah memberikan doa dan dukungan baik material maupun spiritual.

10. Bapak Samidi dan Bapak Sugito, selaku staf LPPT Unit IV UGM yang telah membantu pengambilan data penelitian.

11. Ismawardi, teman senasib seperjuangan dengan kebersamaan, dukungan dan perhatian yang diberikan kepada penulis telah membantu penyelesaian skripsi.

12. Mas Udin yang telah membantu pengolahan data dengan Program SPSS Windows.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan ilmiah bagi pembaca, rekan mahasiswa dan para peneliti khususnya di lingkup profesi kedokteran. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih mempunyai

Page 6: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

6

kekurangan sehingga kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan tulisan ini.

Surakarta, November 2008

Penulis

DAFTAR ISI

PRAKATA ..................................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1

B. Perumusan Masalah.................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian........................................................................ 3

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI....................................................................... 4

A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 4

1.Tomat ..................................................................................... 4

2.Kolesterol LDL ...................................................................... 6

3.Mekanisme Penurunan Kolesterol LDL ................................ 14

B. Kerangka Pemikiran ................................................................... 21

C. Hipotesis..................................................................................... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 24

A. Jenis Penelitian........................................................................... 24

B. Lokasi Penelitian ....................................................................... 24

C. Subjek Penelitian........................................................................ 24

D. Teknik Sampling ........................................................................ 24

Page 7: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

7

E. Identifikasi Variabel Penelitian .................................................. 25

F. Definisi Operasional Variabel .................................................... 26

G. Alur Penelitian ........................................................................... 32

H. Alat, Bahan dan Cara Kerja ....................................................... 33

I. Langkah Penelitian ...................................................................... 37

J. Analisis Statistik.......................................................................... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN..................................................................... 41

BAB V PEMBAHASAN............................................................................. 47

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 64

A. Simpulan .................................................................................... 64

B. Saran. .......................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 65

LAMPIRAN

Page 8: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

8

Page 9: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

9

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Metabolisme Kolesterol LDL 7

Gambar 2. Mekanisme Karotenoid dan Flavonol Tomat 15 terhadap Penurunan Kolesterol LDL

Gambar 3. Struktur Kimia dan Metabolisme Likopen 16

Gambar 4. Struktur Kimia dan Metabolisme β-karoten 17

Gambar 5. Distribusi Data Kolesterol LDL Kedua Kelompok 43

sebelum Perlakuan

Gambar 6. Distribusi Data Kolesterol LDL Kedua Kelompok 44

setelah Perlakuan

Gambar 7. Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih 46

sebelum dan sesudah Perlakuan (mg/dl)

Gambar 8. Siklus Diurnal Hiperkolesterolemia 48

Gambar 9. Hubungan Pakan Hiperkolesterolemik dengan 49 Peningkatan Aktivitas ACAT

Gambar 10. Pengaruh Hormon T3 terhadap Reseptor Kolesterol LDL 50

Gambar 11. Hubungan Pemberian Larutan PTU 0,1 % terhadap 51 Reseptor Kolesterol LDL

Gambar 12. Metabolisme Asam Empedu 59

Page 10: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

10

Gambar 13. Jalur Absorpsi dan Metabolisme Karoten 61

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Profil Kolesterol LDL 8

Tabel 2. Rerata Berat Badan Tikus Putih sebelum Perlakuan 41

Tabel 3. Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih sebelum Perlakuan pada Kedua Kelompok 43

Tabel 4. Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih setelah Perlakuan pada Kedua Kelompok 44 Tabel 5. Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih sebelum dan setelah Perlakuan Kelompok I 45

Tabel 6. Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih sebelum dan setelah Perlakuan pada Kelompok II 46

Page 11: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

11

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Cara Pembuatan Jus Tomat Lampiran B Perhitungan Dosis Jus Tomat. Lampiran C Perhitungan Dosis PTU Lampiran D Perhitungan Dosis Pakan Hiperkolesterolemik Lampiran E Data Biologi Tikus Putih Lampiran F Volume Maksimal Lambung Tikus Putih Lampiran G Komposisi Pelet 21 Lampiran H Komposisi Zat Tomat Lampiran I Konversi Perhitungan Dosis untuk Berbagai Jenis Hewan dan Manusia Lampiran J Biosintesis Flavonoid dan Flavonol Tomat Lampiran K Biosintesis Likopen Lampiran L Kadar Kolesterol LDL Berdasarkan Umur Tikus Putih Lampiran M Metabolisme Kolesterol dan Lipoprotein Berdasarkan Strain Tikus Putih Lampiran N Pengaruh ACAT terhadap Esterifikasi Kolesterol Lampiran O Pengaruh Hiperkolesterolemia terhadap abnormalitas Lipoprotein dan Sekresi Empedu Lampiran P Kandungan Polyenoic Acid pada Beberapa Pakan

Hiperkolesterolemik. Lampiran Q Efek Dimer AA,AC dan CC terhadap

Page 12: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

12

Penurunan Kadar Kolesterol LDL Lampiran R Hubungan Lama Pemanasan terhadap Penurunan Likopen dan Pengaruh Lama Pemanasan pada Suhu Sedang terhadap Peningkatan Likopen Lampiran S Hasil Pengukuran Berat Badan Tikus Putih sebelum Perlakuan Lampiran T Hasil Pengukuran kadar kolesterol LDL Tikus Putih sebelum Perlakuan.(sebelum eliminasi data ekstrim) Lampiran U Hasil Pengukuran Kadar kolesterol LDL Tikus Putih setelah Perlakuan (sebelum eliminasi data ekstrim) Lampiran V Uji Normalitas Data Berat Badan dan Kolesterol LDL Tikus Putih sebelum dan sesudah Perlakuan (sebelum eliminasi data ekstrim) Lampiran W Grafik Normalitas Berat Badan tikus Putih Lampiran X Grafik Normalitas Kadar Kolesterol LDL Kelompok I sebelum dan setelah Perlakuan (sebelum eliminasi data ekstrim) Lampiran Y Grafik Normalitas Kadar Kolesterol LDL Kelompok II sebelum dan setelah Perlakuan (sebelum eliminasi data ekstrim) Lampiran Z Hasil Pengukuran kadar kolesterol LDL Tikus Putih sebelum Perlakuan.(setelah eliminasi data ekstrim) Lampiran AA Hasil Pengukuran Kadar kolesterol LDL Tikus Putih setelah Perlakuan (setelah eliminasi data ekstrim) Lampiran BB Uji Normalitas Data Berat Badan dan Kolesterol LDL Tikus Putih sebelum dan sesudah Perlakuan (setelah eliminasi data ekstrim) Lampiran CC Uji t Berat Badan tikus Putih sebelum Perlakuan Lampiran DD Uji t Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Kelompok I sebelum dan setelah Perlakuan Lampiran EE Uji t Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Kelompok II

Page 13: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

13

sebelum dan setelah Perlakuan Lampiran FF Uji t Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih Kelompok I dan II sebelum Perlakuan Lampiran GG Surat Ijin Penelitian Lampiran HH Surat Keterangan Bukti Penelitian

Page 14: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan kesejahteraan penduduk dan ketersediaan pangan

mengakibatkan perubahan pola konsumsi ke jenis-jenis makanan kaya lemak

dan rendah serat (Tsalissavrina, 2006). Penyakit Jantung Koroner (PJK)

merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di negara maju

maupun di negara berkembang (Sargowo,1995). PJK menempati urutan

pertama penyebab kematian penduduk di Indonesia (Sitopoe, 1992).

Aterosklerosis merupakan penyebab PJK (Priyana, 2007).

Aterosklerosis merupakan gangguan pembuluh darah koroner akibat

penimbunan plak lipid di dinding arteri (Tsalissavrina, 2006). Proses

aterosklerosis dimulai sejak usia anak-anak. Proses tersebut dimulai dengan

pembentukan fatty streak pada umur 3 tahun, fibrous plaque pada masa

remaja dan menyebabkan komplikasi lesi berupa kalsifikasi dinding

pembuluh darah. Proses tersebut sangat dipengaruhi oleh peninggian kadar

kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) (Saap, 2007).

Peningkatan kadar kolesterol LDL disebabkan oleh peningkatan

konsumsi lemak jenuh dan kolesterol (Tssalisavrina, 2006). Kolesterol LDL

merupakan faktor risiko terpenting proses aterosklerosis dan merupakan

sasaran utama pencegahan dan pengobatan PJK (Pusparini, 2006).

1

Page 15: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

15

PJK merupakan masalah komplek dan multifaktorial sehingga

memerlukan perhatian dan penanganan secara holistik secara farmakologik

dan non-farmakologik (Maryanto dan Fatimah, 2006). Aspek non-

farmakologik merupakan faktor terpenting penanganan penyakit jantung

(Waspadji, 2006). Salah satu penanganan non-farmakologik adalah

konsumsi sayuran dan buah (Maryanto dan Fatimah, 2006).

Berdasarkan penelitian di Universitas Oulu, konsumsi jus tomat

menurunkan kolesterol LDL sebesar 13% (Silaste et al, 2007). Namun,

berdasarkan penelitian Briviba et al (2004) dan Hininger et al (2001),

konsumsi jus tomat tidak mempunyai efek terhadap penurunan kolesterol

LDL teroksidasi dan penurunan lipid peroksidase plasma (Basu dan Imrhan,

2006).

Perbedaan hasil penelitian tersebut terjadi karena perbedaan waktu

pemberian jus tomat, beberapa zat karotenoid jus tomat yang saling

menghambat aktivitas antarkelompok karotenoid lain, aktivitas pH lambung

yang berperan mengisomerasi karotenoid, pengaruh enzim pencernaan

melarutkan karotenoid dan pengaruh hormon tiroid yang mengatur

metabolisme lemak (Olson, 1994). Hal inilah yang mendasari peneliti untuk

meneliti lebih lanjut pengaruh pemberian jus tomat terhadap kadar kolesterol

LDL tikus putih.

Page 16: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

16

B. Perumusan Masalah

Apakah ada pengaruh pemberian jus tomat (Lycopersicum esculentum

Mill) terhadap kadar kolesterol LDL tikus putih (Rattus norvegicus)?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus

tomat (Lycopersicum esculentum Mill) terhadap kadar kolesterol LDL tikus

putih (Rattus norvegicus).

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini memperkaya pengetahuan di Bidang Biokimia dan

berbagai disiplin ilmu terkait penggunaan tanaman obat Indonesia,

khususnya tomat yang mempunyai efek menurunkan kadar kolesterol

LDL.

2. Manfaat aplikatif

Penelitian ini memberikan informasi tentang kemungkinan

penggunaan tomat sebagai salah satu pilihan terapi alternatif yang

rasional, mudah dan ekonomis menurunkan kadar kolesterol LDL.

Page 17: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tomat

a. Deskripsi Tomat

1) Akar

Akar tunggang dengan akar samping yang menjalar tanah.

2) Batang

Batang bulat menebal pada buku-bukunya, berambut kasar dan

berwarna hijau keputihan.

3) Daun

Daun berukuran 10-40 cm dan berwarna hijau muda. Daun bersifat

majemuk dan menyirip, letak berseling, berbentuk bundar telur

sampai memanjang, ujung runcing dan pangkal membulat. Daun

yang besar bertepi lekuk, sedangkan daun yang lebih kecil bertepi

gerigi.

4) Bunga

Bunga majemuk berkumpul dalam rangkaian berupa tandan,

bertangkai, mahkota berbentuk bintang dan berwarna kuning.

4

Page 18: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

18

5) Buah

Buah buni, berdaging, berkulit tipis, mengkilap, beragam dalam

bentuk maupun ukurannya dan berwarna kuning atau merah.

6) Biji

Biji banyak, pipih dan berwarna kuning kecokelatan Tomat

diperbanyak dengan menggunakan biji (Dalimartha, 2003 ;

Trisnawati dan Setyawan, 1994).

b. Taksonomi Tomat

Sistematika kedudukan tomat secara botanis (Rukmana,1994):

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Klas : Dicotyledoneae

Sub Klas : Metaclamidae

Ordo : Tubiflorae

Famili : Solanaceae

Genus : Lycopersicum

Spesies : Lycopersicum esculentum Mill

Page 19: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

19

c. Kandungan Kimia dalam Tomat

Tomat mengandung alkaloid solanin, saponin, asam folat, asam

malat, asam sitrat, flavonoid, protein, lemak, gula (glukosa dan

fruktosa), adenin, trigolenin, kolin, tomatin, mineral (Ca, Mg, P, K, Na,

Fe, sulfur dan klorin), vitamin (B111, B2, B6, C, E dan niasin) dan

histamin (Dalimartha, 2003). Tomat juga mengandung provitamin A,

asam folat, kaumarin, serat dan beta karoten (Arab dan Steck, 2002 dan

Wirakusumah, 2006).

Selain itu, tomat mengandung kelompok flavonol dan karotenoid.

Kelompok flavonol seperti kaemferol, quercetin, myrisetin dan

isohamnetin, sedangkan kelompok karotenoid seperti likopen (25-76

%), fitoeten (10-12%), γ-karoten (10-11%), neurosporen (7-9%),

fitofluen (4-5%), β-karoten (1-2%) dan sedikit lutein (Clinton, 1998 ;

Haytowitz et al, 2007).

2. Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein)

Lemak hampir terdiri dari karbon (C), hidrogen (H) dan relatif

kurang oksigen (O) yang menyebabkan hidrofobik (Linder, 1992). Agar

lemak dapat larut dalam plasma, maka lemak perlu digabung dengan

protein. Gabungan lemak dan protein disebut lipoprotein. Lipoprotein

berfungsi sebagai pengangkut lemak dan kolesterol (Soeharto, 2000).

Page 20: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

20

Lipoprotein disintesis di hepar. Proporsi liporotein terdiri atas

seperempat sampai sepertiga bagian adalah protein dan sisanya lemak

(Almatsier, 2004). Lipoprotein adalah partikel berbentuk bola dan

mempunyai inti hidrofobik yang mengandung ester kolesterol dan

trigliserida. Inti hidrofobik tersebut dikelilingi oleh selapis kolesterol tidak

teresterifikasi, fosfolipid dan protein spesifik (apolipoprotein)

(Katzung,1998). Apolipoprotein (Apo) mempertahankan struktur

lipoprotein dan mengarahkan lipoprotein ke metabolisme lemak (Murray,

2003). Dari beberapa macam apolipoprotein, hanya ApoB-100 dan ApoE

yang dapat dikenali oleh reseptor membran sel (Kamaluddin,1993).

Gambar 1. Metabolisme Kolesterol LDL

(Sumber: Murray, 2003)

Kolesterol LDL merupakan sumber utama kolesterol

(Tjokroprawiro,1989). Sekitar 65-70% kolesterol beredar di plasma

berikatan dengan kolesterol LDL. Hal tersebut disebabkan oleh

pembersihan kolesterol LDL berjalan lambat di plasma (Halim, 2006 dan

Page 21: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

21

Kamaluddin, 1993). Kolesterol LDL merupakan lipoprotein yang

meneruskan kolesterol ke reseptor kolesterol LDL di jaringan

ekstrahepatik. Kebutuhan kolesterol sel-sel tubuh akan terpenuhi melalui

reseptor tersebut. Reseptor tersebut juga berperan sebagai faktor

penghambat sintesis kolesterol endogen di hepar (Tjokroprawiro, 1989).

Tabel 1. Profil Kolesterol LDL (Ariantini dan Suryaatmadja, 2000)

Nama lain Lipoprotein beta

Densitas 1,019-1,063 g/mL

Diameter 20-30 nm

Sifat elektroforesis gel agarose Mobilitas b

Komposisi:

a. Lapisan permukaan:

-fosfolipid 20-25 %

-kolesterol bebas 5-10 %

- Apo B 20-24 %

b. Bagian inti (bersifat hidrofobik):

-ester kolesterol 35-40 %

-trigliserida 8-12 %

Apoprotein utama Apo B-100

Fungsi Apo B :

a. Mempertahankan struktur LDL

b. Receptor interaction LDL dengan reseptor ApoB dan ApE

Kolesterol LDL dibentuk dari kolesterol VLDL dan Intermediate

Density Lipoprotein (IDL). Trigliserida dan kolesterol endogen disekresi

oleh hepar sebagai kolesterol VLDL (Halim, 2006). Sepertiga dari

kolesterol VLDL diubah menjadi kolesterol LDL dan sisanya berikatan

Page 22: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

22

dengan reseptor ApoE di hepar (Linder, 1992). Remnant kolesterol VLDL

atau IDL tidak hanya mengandung trigliserida, kolesterol, ApoB dan

ApoE, tetapi juga menjadi kolesterol LDL apabila kehilangan trigliserida

dan ApoE (Pusparini,2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi

pembersihan kolesterol LDL di plasma yaitu:

a. Reseptor kolesterol LDL

Kolesterol LDL berikatan dengan reseptor kolesterol LDL.

Reseptor kolesterol LDL adalah reseptor permukaan sel yang berisi

ApoB-100. Selain itu, permukaan sel terdapat reseptor ApoE yang

mempunyai afinitas kuat terhadap remnant kolesterol VLDL,

khususnya di hepar. Peningkatan reseptor ApoE menurunkan kolesterol

LDL (Halim, 2006).

Komplek reseptor-kolesterol LDL memasuki sel melalui

endositosis. Di dalam endosom (lisosom), kolesterol LDL dan ApoB-

100 dipisahkan dari reseptornya. Reseptor kolesterol LDL yang sudah

terpisah dari komplek reseptor-kolesterol LDL kembali ke permukaan

sel. Molekul kolesterol LDL sendiri dihancurkan menjadi beberapa

asam amino dan kolesterol bebas (Halim, 2006).

Reseptor kolesterol LDL jalur scavenger mempunyai afinitas

rendah terhadap kolesterol LDL (Murray, 2003). Reseptor kolesterol

LDL jalur scavenger dipengaruhi oleh kolesterol bebas. Peningkatan

kolesterol bebas intrasel menurunkan aktivitas pembentukan reseptor

Page 23: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

23

kolesterol LDL (down regulation). Aktivitas down regulation

menyebabkan peningkatan kolesterol LDL (Halim, 2006).

Mutasi reseptor kolesterol LDL sangat berpengaruh terhadap

kolesterol LDL. Mutasi tersebut meningkatkan kolesterol LDL.

Peningkatan kolesterol LDL menyebabkan sistem scavenger makrofag

bekerja keras membersihkan kolesterol LDL (Halim, 2006). Hal

tersebut menyebabkan makrofag membentuk sel-sel busa (foam cell).

Pembentukan foam cell merupakan salah satu prediktor aterosklerosis.

Oleh karena itu, reseptor kolesterol LDL sebagai competitor inhibitor

pembersihan kolesterol LDL melalui sistem scavenger (Tjokroprawiro,

1989).

Lima macam mutasi reseptor kolesterol LDL (Halim, 2006):

1) Mutasi Null (Rº) menyebabkan sintesis protein reseptor kolesterol

LDL di retikulum endoplasmik berkurang atau tidak terbentuk.

2) Mutasi yang menyebabkan kelainan transpor intraseluler dan

kelainan kolesterol LDL di aparatus golgi.

3) Mutasi yang menyebabkan kelainan ligand ekstraseluler dan

kelainan pengikatan kolesterol LDL.

4) Mutasi (R+) menyebabkan kelainan endositosis.

5) Mutasi yang menyebabkan kegagalan pelepasan kolesterol LDL

dari lisosom (kelainan mutasi resiklus).

Page 24: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

24

b. Partikel kolesterol LDL

Partikel kolesterol LDL mempunyai ukuran, densitas dan

komponen kimia heterogen. Pola kolesterol LDL dibagi menjadi dua

fenotip, yaitu fenotip A dan fenotip B. Fenotip A berukuran besar

disebut kolesterol LDL peak partikel diameter. Kolesterol LDL

tersebut merupakan kolesterol LDL utama. Kolesterol LDL fenotip A

berjalan lambat sehingga memperpanjang waktu pembersihan

kolesterol LDL. Sebaliknya, kolesterol LDL fenotip B atau small dense

LDL (sd-LDL) sangat mudah berikatan oleh jaringan perifer sehingga

pembersihan kolesterol LDL berjalan cepat (Ariantini dan

Suryaatmadja, 2000 dan Pusparini, 2006).

Pembentukan sd-LDL dikatalisis oleh enzim Cholesteryl Ester

Transfer Protein (CETP). Peningkatan aktivitas CETP terjadi pada

keadaan hiperkolesterolemia. CETP menukarkan trigliserida dari

kolesterol VLDL dan IDL ke kolesterol HDL dan LDL. Kolesterol

HDL dan LDL mengandung trigliserida disebut lipoprotein kaya

trigliserida (TGrL). TGrL mengalami hidrolisis menjadi sd-LDL

(Halim, 2006).

c. Kolesterol bebas

Kolesterol bebas meningkatkan enzim ACAT. Kandungan

ACAT tikus putih sangat tinggi (Murray, 2003). ACAT mengkatalisis

esterifikasi kolesterol (Halim, 2006). Penurunan ACAT menurunkan

kadar kolesterol LDL (World Intelectual Property, 2000). Kolesterol

Page 25: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

25

bebas menghambat enzim HMG Ko A reduktase. Penurunan HMG

KoA reduktase meningkatkan pemasukan kolesterol LDL dengan

meningkatkan sintesis reseptor kolesterol LDL (Halim, 2006).

d. Lipoprotein lipase

Sekresi lipoprotein dipengaruhi oleh aktivitas enzim lipoprotein

lipase. Perangsangan enzim tersebut meningkatkan pembersihan

kilomikron dan kolesterol VLDL. Penurunan kolesterol VLDL

menurunkan kolesterol LDL (Kamaluddin, 1993).

e. Sintesis garam empedu

Stimulasi aktivitas enzim 7-α hidroksilase mengakibatkan

perubahan kolesterol endogen menjadi garam empedu. Peningkatan

sintesis asam empedu menyebabkan penurunan kolesterol endogen di

hepar. Penurunan kolesterol endogen di hepar meningkatkan reseptor

kolesterol LDL untuk memenuhi kebutuhan kolesterol di hepar.

Peningkatan kebutuhan kolesterol LDL di hepar menurunkan kolesterol

LDL (Fikriah dkk, 2005).

f. Karbamilasi dan glikosilasi kolesterol LDL

Proses karbamilasi kolesterol LDL oleh residu lisin menyebabkan

kolesterol LDL gagal berikatan dengan reseptor kolesterol LDL,

khususnya Human Monocytes Derived Macrophages (HMDM) dan sel

fibroblas (Ghaffari dan Mojab, 2006). Proses glikosilasi menyebabkan

kolesterol LDL terglikosilasi bersifat toksik karena dapat bergabung

Page 26: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

26

dengan antibodi. Ikatan kolesterol LDL terglikosilasi dengan antibodi

merusak sel endotel pembuluh darah (Tjokroprawiro, 1989).

g. Stres

Stres meningkatkan kolesterol LDL (Nyam News, 2004). Stres

tikus putih disebabkan oleh perlakuan berulang kali dalam jangka

waktu lama, kandang penuh dan suhu dingin. Keadaan tersebut

merangsang pelepasan epinefrin (Ganong, 2003).

Epinefrin merangsang pelepasan insulin. Insulin merangsang

pengeluaran enzim lipoprotein lipase. Enzim lipoprotein lipase

meningkatkan kolesterol remnant VLDL. Peningkatan remnant VLDL

meningkatkan kadar kolesterol LDL (Murray, 2003).

h. Genetik

Heterogenitas genetik tikus putih sebagai hewan percobaan

mempengaruhi metabolisme kolesterol LDL. Faktor genetik tidak

dapat dikendalikan sepenuhnya. Peneliti berusaha mengendalikannya

dengan menggunakan tikus putih dari strain yang sama yaitu strain

Wistar sehingga sampel bersifat homogen.

i. Kerusakan sel hepar

Kerusakan sel hepar mempengaruhi kolesterol LDL. Kolesterol

LDL sebagian besar berasal dari kolesterol VLDL. Kerusakan sel hepar

mengakibatkan defisiensi Microsomal Triacylglycerol Transfer Protein

(MTTP) dan gangguan perakitan polipeptida nascent ApoB-100.

Page 27: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

27

Defisiensi MTTP menganggu pembentukan kolesterol VLDL.

Gangguan perakitan polipeptida mencegah pembentukan ApoB-100.

Penurunan sintesis kolesterol VLDL dan ApoB-100 menurunkan kadar

kolesterol LDL. Dengan demikian, kerusakan sel hepar menurunkan

kolesterol LDL (Murray, 2003 dan Shepherd, 2001).

j. Kerusakan sel beta pankreas

Kerusakan sel beta pankreas menurunkan insulin. Penurunan

insulin menurunkan enzim lipoprotein lipase. Penurunan lipoprotein

lipase menghambat pembentukan kolesterol remnant VLDL.

Penurunan kolesterol remnant VLDL menurunkan kolesterol LDL

(Murray, 2003).

k. Hormon tiroid

Hormon tiroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein

dan lemak (Sacker dan McPherson, 2004). Tikus normal bersifat

hipertiroid (Martin et al, 1983). Hormon tiroid meningkatkan jumlah

reseptor kolesterol LDL di hepar (Ganong, 2003). Peningkatan jumlah

reseptor kolesterol LDL di hepar menurunkan kolesterol LDL.

3. Mekanisme Penurunan Kolesterol LDL oleh Tomat

Senyawa kimia tomat yang berperan dalam penurunan kadar

kolesterol LDL adalah likopen, beta karoten, niasin, narigenin,

esceulogenin dan flavonol (kaemferol, quersetin dan myrisetin) (gambar 2)

Page 28: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

28

Gambar 2. Mekanisme Karotenoid dan Flavonol Tomat terhadap Penurunan Kolesterol

LDL

(Sumber: Zern L.T dan Fernandez L.M. 2005 )

a. Likopen (C40 H56)

Likopen merupakan pigmen berwarna merah. Likopen

ditemukan pada buah dan sayuran, seperti tomat, semangka, anggur

merah, pepaya, jambu merah, wortel, ubi merah, apel dan aprikot

(Agarwal dan Rao, 2000 dan Shi dan Maguer, 2000). Kandungan

likopen paling banyak di tomat (Campbell et al, 2004).

Likopen merupakan hidrokarbon poliena dengan rantai asiklik tak

jenuh dan mempunyai 13 ikatan rangkap, 11 di antaranya ikatan

rangkap yang tersusun linier (gambar 3) (Ferreiara et al, 2000).

Likopen mudah mengalami degradasi melalui proses isomerasi dan

oksidasi karena pengaruh cahaya, oksigen, pemanasan, pengeringan,

pengelupasan, penyimpanan dan pengasaman (Agarwal dan Rao,

2000).

Page 29: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

29

Gambar 3. Struktur Kimia dan Metabolisme Likopen dalam Tubuh

(Sumber: Quan Hu et al. 2005)

Metabolisme likopen dalam tubuh terjadi bersamaan dengan

metabolisme lemak. Setelah lemak dicerna oleh enzim lipase pankreas

di dalam duodenum dan diemulsi oleh garam empedu menjadi misel-

misel, misel yang mengandung likopen memasuki mukosa sel usus

melalui difusi pasif. Setelah misel diserap oleh usus, likopen dibawa

oleh kilomikron ke aliran darah melalui sistem limfatik. Likopen

didistribusikan ke jaringan terutama melalui kolesterol LDL (Clinton,

1998).

Likopen sebagai agen hiperkolesterolemik terlibat pengaturan

kadar kolesterol LDL melalui penghambatan enzim HMG-KoA

reduktase. Penghambatan enzim tersebut menurunkan sintesis

kolesterol dari mevalonat di hepar maupun penurunan sintesis

kolesterol dari asetat di makrofag. Selain itu, likopen meningkatkan

reseptor kolesterol LDL di hepar (Rao, 2002). Penghambatan enzim

Page 30: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

30

HMG-KoA reduktase dan peningkatan reseptor kolesterol LDL di

hepar menurunkan kolesterol LDL.

b. Beta karoten (C40H56)

Beta karoten merupakan karotenoid hidrokarbon dengan rantai

ujung berstruktur sikloheksena. Beta karoten adalah produk dari reaksi

siklisasi rantai ujung asiklik likopen (Paiva et al,1999).

Gambar 4. Metabolisme dan Struktur β-karoten (Sumber: Haila K. 1999)

Penyerapan beta karoten dipengaruhi oleh cantasentin dan garam

empedu. Pengangkutan beta karoten melalui misel meningkatkan

penyerapan usus sedangkan garam empedu memperlambat penyerapan

beta karoten (Olson, 1994). Beta karoten meningkatkan aktivitas

reseptor kolesterol LDL di makrofag dan menurunkan sintesis

kolesterol di hepar (Fuhrahman et al, 1997).

Page 31: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

31

c. Niasin (Vitamin B3)

Niasin berpengaruh secara tidak langsung terhadap kadar

kolesterol LDL. Niasin menekan sekresi kolesterol Very low Density

Lipoprotein (VLDL) di hepar melalui penurunan inhibisi aliran asam

lemak bebas di jaringan adiposa. Keadaan tersebut mengurangi

pembentukan kolesterol VLDL, IDL dan LDL (Rahayu, 2005).

Apabila kolesterol VLDL menurun, maka kolesterol LDL akan

menurun. Selain itu, niasin menurunkan trigliserida (Kamaluddin,

1993).

d. Narigenin (C15H12O5)

Narigenin adalah flavonoid utama tomat. Kandungan kimia

tersebut banyak ditemukan di kulit tomat. Narigenin secara simultan

dibentuk bersamaan dengan pematangan buah. Selain itu, narigenin

masih ditemukan di daging tomat berbentuk glikosida (Verhoeyen et

al, 2001).

Narigenin menurunkan sekresi ApoB dan kolesterol LDL melalui

penghambatan enzim asil KoA transferase (ACAT) (Kurowska et al,

2000). ACAT berfungsi mengubah kolesterol bebas di retikulum

endoplasma menjadi ester kolesterol Penurunan ACAT menurunkan

sintesis ester kolesterol. Penurunan ester kolesterol menurunkan

kolesterol LDL (Davalos et al, 2006).

Page 32: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

32

e. Esculeogenin A

Esculeogenin A merupakan senyawa sapogenol baru tomat.

Berdasarkan penelitian Yukio et al (2007), esculeogenin A merupakan

bentuk aglikon dari esculoside A karena esculeogenin A merupakan

senyawa spirosolane tipe glikosida. Kandungan senyawa tersebut 4

kali lebih tinggi daripada likopen tomat. Manfaat utama esculeogenin

A adalah penurunan kolesterol. Esculeogenin A menghambat

esterifikasi kolesterol di makrofag dengan mekanisme penghambatan

enzim ACAT-1 dan ACAT-2. Penghambatan ACAT menurunkan

kadar kolesterol LDL (World Intelectual Organization, 2000).

f. Flavonol

Buah dan sayuran merupakan sumber utama flavonol. Flavonol

menurunkan kolesterol LDL teroksidasi di makrofag. Ada lima macam

flavonol yang penting menurunkan insidensi penyakit jantung, seperti

quercetin, myricetin, kaemferol, rutin dan morin. Flavonol tersebut

secara in vitro menurunkan kolesterol LDL terglikosilasi (Ghafari dan

Mojab, 2006).

Flavonol ditemukan di kulit dan daging tomat. Quercetin paling

banyak ditemukan di kulit tomat. Kaemferol ditemukan di seluruh

daging buah, terutama pericarp maupun collumela dan ditemukan di

kulit tomat (Ghafari dan Mojab, 2006). Quercetin dipecah menjadi

rutin oleh mikroorganisme usus di tubuh (Manach et al, 1996).

Page 33: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

33

Mekanisme kaemferol dan myricetin menurunkan kadar kolesterol

LDL terjadi secara tidak langsung melalui penghambatan glikosilasi

dan karbamilasi kolesterol LDL dan secara langsung menghambat

enzim HMG Ko-A reduktase dan ACAT. Pada keadaan terglikosilasi,

kolesterol LDL tidak dapat dikenali oleh reseptor kolesterol LDL di

hepar sehingga kadar kolesterol LDL meningkat (Ghafari dan Mojab,

2006).

Mekanisme langsung quercetin dan rutin menurunkan kolesterol

LDL melalui penghambatan enzim sintesis kolesterol (World

Intelectual Organization, 2000). Penghambatan HMG-KoA reduktase

di hepar menurunkan sintesis kolesterol endogen. Keadaan tersebut

menyebabkan peningkatan aktivitas pembentukan reseptor kolesterol

LDL di hepar. Penghambatan ACAT di beberapa jaringan

menyebabkan penurunan ester kolesterol. Kedua keadaan tersebut

menurunkan kolesterol LDL (Kamaludin, 1993 ; World Intelectual

Organization, 2000).

Page 34: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

34

Page 35: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

35

Keterangan:

: memacu : menghambat : meningkatkan : menurunkan : Variabel yang akan diteliti : Zat penginduksi hiperkolesterolemik LDL : Low Density Lipoprotein HMG : Hydroxy Methyl Glutaril ACAT : Acyl Co-A transferase CE : Cholesteryl Ester

Page 36: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

36

C. Hipotesis

Pemberian jus tomat (Lycopersicum esculentum Mill) menurunkan kadar

kolesterol LDL tikus putih (Rattus norvegicus).

Page 37: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian:

Penelitian bersifat eksperimental laboratorik dengan pre and post

test controlled group design.

B. Lokasi Penelitian:

Pemberian perlakuan dan pengukuran kadar kolesterol LDL tikus

putih dilakukan peneliti di Laboratorium Penelitian dan Pengujian

Terpadu (LPPT) Unit II Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

C. Subjek Penelitian:

Tikus diperoleh dari LPPT Unit II UGM berupa tikus putih (Rattus

norvegicus) jantan, Strain Wistar, tidak kawin, sehat dan mempunyai

aktivitas normal, berumur kurang lebih 3 bulan dengan berat badan 180-

200 gram.

D. Teknik Sampling:

Pengambilan sampel dilakukan peneliti secara purposive sampling.

Penentuan besar sampel dilakukan peneliti dengan Rumus Federer

(Maryanto dan Fatimah, 2004). Tikus putih sebanyak 34 ekor dibagi

menjadi 2 kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 17 ekor tikus putih.

24

Page 38: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

38

Rumus Federer:

Keterangan:

n= besar sampel tiap kelompok

t= banyaknya kelompok

( n – 1 ) x ( 2– 1) > 15

( n – 1) x 1 >15

( n – 1 ) > 15

n > 16

Dengan demikian, setiap kelompok terdapat minimal 17 ekor tikus putih

sehingga jumlah seluruh subjek penelitian sebanyak 34 ekor tikus putih.

E. Identifikasi Variabel Penelitian:

1. Variabel bebas : Jus tomat

2. Variabel tergantung : Kadar kolesterol LDL

3. Variabel rancu atau variabel luar :

a. Dapat dikendalikan :

1) Pakan dan minuman yang diberikan selama perlakuan.

2) Faktor hormonal.

3) Stress terhadap adaptasi lingkungan percobaan.

(n - 1) x (t - 1) > 15

Page 39: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

39

b. Tidak dapat dikendalikan :

1) Penyakit hepar.

2) Penyakit pankreas.

3) Mutasi reseptor LDL

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian:

1. Jus tomat (Lycopersicum esculentum Mill.)

Jus tomat yang digunakan penelitian adalah jus dari buah tomat

segar yang sebelumnya dipanaskan dalam air, lalu diblender dan

disaring. Pemilihan bentuk jus tomat bertujuan untuk memudahkan

penyondean ke dalam lambung tikus putih. Dosis jus tomat

mempunyai Skala Pengukuran Rasio.

2. Kolesterol LDL

Kolesterol LDL merupakan sumber utama kolesterol karena 65-

70% kolesterol yang beredar di plasma berikatan dengan kolesterol

LDL (Halim, 2006). Kolesterol LDL merupakan lipoprotein yang

meneruskan kolesterol dari hepar ke jaringan perifer (Pusparini,

2006). Definisi kolesterol LDL penelitian tersebut adalah kadar

kolesterol LDL tikus putih yang diukur setelah puasa 12 jam. Hasil

pengukuran kolesterol LDL mempunyai Skala Pengukuran Rasio.

Page 40: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

40

3. Pakan hiperkolesterolemik

Peneliti menggunakan pakan hiperkolesterolemik berupa campuran

pakan standar, kuning telur itik, minyak babi, minyak kelapa dan

kristal kolesterol (Krause et al, 2008 ; Saap, 2007).

4. Hormon tiroid

Hormon tiroid adalah hormon yang mengatur metabolisme

karbohidrat, protein dan lemak (Sacker dan McPherson, 2004). Tikus

putih normal bersifat hipertiroid (Martin et al, 1983). Hormon tiroid

meningkatkan jumlah reseptor kolesterol LDL di hepar terutama

triiodotironin (T3). Hormon T3 meningkatkan jumlah reseptor

kolesterol LDL sebanyak 25 % setelah 4 jam dan 30 % setelah 9 jam

(Ganong, 2003 dan Salter et al, 1991). Peningkatan jumlah reseptor

kolesterol LDL di hepar menurunkan kolesterol LDL (Kamaluddin,

1993).

5. Minuman

Minuman tikus putih berupa larutan propiltiourasil (PTU) 0,1 %

ad libitum (Salter et al, 1991). Pemberian larutan PTU 0,1 % ad

libitum bertujuan mempermudah pencapaian kadar kolesterol LDL.

Selain itu, larutan PTU 0,1 % ad libitum digunakan sebagai minuman

karena tikus putih adalah hewan resisten induksi hiperlipidemia

(Saap, 2007). Larutan PTU 0,1 % mempengaruhi sintesis hormon

tiroid terutama triiodotironin (T3) (Salter et al, 1991). Peneliti

Page 41: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

41

menggunakan larutan PTU 0,1 % agar pengaruh penurunan kolesterol

LDL yang terjadi bukan disebabkan oleh aktivitas tiroid, tetapi

penurunan kolesterol LDL disebabkan oleh pengaruh jus tomat.

6. Umur

Umur tikus putih sangat mempengaruhi penelitian. Kolesterol

tikus putih meningkat pada umur 6 minggu dan menurun pada

beberapa minggu. Kadar kolesterol minimum pada usia 12 minggu,

setelah itu kadarnya meningkat lagi (lampiran 11). Peneliti memilih

umur tikus putih berusia 3 bulan agar memudahkan pemberian pakan

hiperkolesterolemik (Saap, 2007).

7. Jenis kelamin

Jenis kelamin tidak hanya dipengaruhi oleh metabolisme

kolesterol LDL, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor hormonal. Untuk

mengendalikan faktor tersebut, maka peneliti menggunakan tikus

putih jantan, Strain Wistar, dewasa dan kurang lebih berumur 3 bulan

dengan berat badan 180-200 gram.

Tikus putih jantan tidak hanya memiliki sedikit hormon estrogen

dan memberikan hasil penelitian lebih stabil karena tikus putih jantan

tidak dipengaruhi oleh siklus menstruasi dan kehamilan, tetapi juga

mempunyai kecepatan metabolisme obat dan kondisi biologis yang

lebih stabil daripada tikus putih betina (Rahayu, 2005). Hormon

Page 42: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

42

estrogen meningkatkan katabolisme kolesterol LDL sehingga

kadarnya menurun di plasma (Ganong, 2003).

8. Stres

Stres meningkatkan kolesterol LDL di plasma (Nyam News,

2004). Stres disebabkan oleh perlakuan, kandang penuh bisa dan suhu

dingin. Keadaan tersebut merangsang pelepasan epinefrin (Ganong,

2003).

Epinefrin merangsang pelepasan insulin. Insulin merangsang

pengeluaran enzim lipoprotein lipase. Enzim lipoprotein lipase

meningkatkan kolesterol remnant VLDL. Peningkatan kolesterol

remnant VLDL meningkatkan kadar kolesterol LDL (Murray, 2003).

Peneliti mengendalikan faktor stres dengan mengisi setiap kandang 1

ekor tikus putih dan menjaga suhu kandang tetap 22-25°C (Lafay et

al, 2006).

9. Genetik

Heterogenitas genetik mempengaruhi metabolisme kolesterol,

metabolisme lipoprotein dan sintesis asam empedu (lampiran M).

Faktor genetik tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh peneliti.

Peneliti mengendalikan faktor tersebut dengan memilih tikus putih

strain sama yaitu Strain Wistar sehingga sampel bersifat homogen.

Page 43: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

43

10. Mutasi Reseptor Kolesterol LDL

Mutasi reseptor kolesterol LDL menyebabkan peningkatan

kadar kolesterol LDL. Pemeriksaan mutasi reseptor kolesterol LDL

tikus putih membutuhkan biaya mahal sehingga peneliti tidak dapat

mengendalikan variabel tersebut (Halim, 2006).

11. Kerusakan Sel Hepar

Kerusakan sel hepar tikus putih merupakan salah satu faktor

yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti karena pendeteksian dini

sulit dan biaya pemeriksaan mahal (Saap, 2007). Kerusakan sel hepar

mempengaruhi kolesterol LDL. Kolesterol LDL sebagian besar

berasal dari kolesterol VLDL. Kerusakan sel hepar akan

mengakibatkan defisiensi Microsomal Triacylglycerol Transfer

Protein (MTTP) dan gangguan perakitan polipeptida nascent ApoB-

100 (Murray, 2003).

Defisiensi MTTP menganggu pembentukan kolesterol VLDL.

Gangguan perakitan polipeptida mencegah pembentukan ApoB-100.

Penurunan sintesis kolesterol VLDL dan ApoB-100 menurunkan

kadar kolesterol LDL. Dengan demikian, kerusakan sel hepar

menurunkan kolesterol LDL (Murray, 2003 dan Shepherd, 2001).

12. Kerusakan Sel Beta Pankreas

Kerusakan sel beta pankreas merupakan salah satu faktor yang

tidak dapat dikendalikan karena kesulitan deteksi dini dan biaya

pemeriksaan mahal (Saap, 2007). Kerusakan sel beta pankreas

Page 44: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

44

menurunkan produksi insulin. Penurunan insulin mengakibatkan

defisiensi lipoprotein lipase. Defisiensi lipoprotein lipase menghambat

pembentukan kolesterol remnant VLDL. Penghambatan pembentukan

kolesterol remnant VLDL menurunkan kolesterol LDL (Kamaluddin,

1993).

Page 45: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

45

G. Alur Penelitian

Diadaptasikan selama 7 hari diberi pakan standar

Pemeriksaan kadar LDL post test

K II (n=17)

K I (n=17)

Pemeriksaan kadar LDL sebelum perlakuan

-pemberian pakan hiperkolesterolemik 100 gr/Kg BB ad libitum -pemberian kuning telur itik 7,5 mL/Kg BB per sonde -pemberian PTU 0,1% secara ad libitum

-pemberian pakan hiperkolesterolemik 100 gr/Kg BB ad libitum. -pemberian kuning telur itik 7,5 mL/ Kg BB per sonde. -pemberian plasebo akuades 30 mL/KgBB per sonde. -pemberian PTU 0,1 % secara ad libitum.

-pemberian pakan hiperkolesterolemik 100gr/Kg BB ad libitum. -pemberian kuning telur itik 7,5 mL/Kg BB personde. -pemberian jus tomat 30 mL/KgBB per sonde. -pemberian PTU 0,1 % secara ad libitum.

Tikus putih n=34

Dilakukan selama 2 minggu

Dilakukan selama 2 minggu

Analisis statistik

Page 46: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

46

Keterangan:

K I : Kelompok kontrol sebanyak 17 ekor tikus putih

K II : Kelompok perlakuan sebanyak 17 ekor tikus putih

1. Pemberian kuning telur itik 1,5 mL/200 grBB per sonde dengan dua kali

pemberian pada pagi hari (jam 08.00) dan sore hari (jam 16.00).

2. Jus tomat diberikan sebanyak 30 mL/KgBB/hari dengan dosis terbagi

pada pagi hari (jam 08.00) sebanyak 15 mL/KgBB/hari dan sore hari

(jam 16.00) sebanyak 15 mL/KgBB/hari.

3. Setiap minggu peneliti mengukur berat badan tikus putih untuk

menyesuaikan dosis pemberian pakan.

H. Alat, Bahan dan Cara Kerja:

1. Alat dan Bahan:

a. Alat-alat yang digunakan:

1) Kandang beserta kelengkapan pemberian makanan

2) Sonde lambung

3) Tabung mikro kapiler

4) Spuit needle feeding

5) Timbangan sartorius

6) Gelas ukur

7) Alat dan tabung sentrifugasi

8) Rak tabung reaksi

9) Pengaduk

10) Pipet berskala

11) Termometer

12) Blender

13) Spektrofotometer (tipe Boehringe 4010)

Page 47: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

47

b. Bahan-bahan yang digunakan:

1) 500 gr buah tomat

2) Akuades

3) Larutan propiltiourasil 0,1%

4) Pakan standar pellet 21

5) Pakan hiperkolesterolemik terdiri dari campuran pakan standar,

kuning telur itik, kristal kolesterol, minyak babi dan minyak kelapa

6) Reagen pemeriksaan kolesterol LDL (merk Roche Diagnostic

cat.no.1489232)

2. Cara Kerja:

a. Pembuatan Jus Tomat

Lima ratus gram buah tomat diperoleh dari pasar, kemudian

disortir terlebih dahulu. Buah busuk, terlalu matang atau

ketidaknormalan lainnya harus dipisahkan agar menjaga kandungan

tomat. Setelah itu, tomat dicuci dengan air sampai bersih. Tomat

ditimbang sampai beratnya mencapai 350 gram, kemudian tomat

diblanching atau dipanaskan dengan merendamnya ke dalam 100

mL air panas bersuhu 82-93°C dengan termometer selama 5-10

menit. Pemanasan bertujuan untuk melunakkan bahan dan

memudahkan pemblenderan (Dania dan Hidayat, 2005 ; Gunawan,

dkk., 2004).

Setelah tomat diblanching, tomat kemudian dihancurkan dengan

blender selama 15 menit. Setelah 15 menit, hasil blender disaring.

Ampas hasil saringan diencerkan lagi dengan akuades 3-4 kali,

Page 48: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

48

kemudian diblender dan disaring lagi sampai didapatkan dosis

optimal jus tomat sebanyak 350 mL (Dania dan Hidayat, 2005 ;

Gunawan, dkk., 2004 ; Trisnawati dan Setyawan, 1994).

Kelompok perlakuan diberi jus tomat selama 2 minggu sebanyak

30 mL/KgBB dengan dosis terbagi pada pagi (jam 08.00) dan sore

hari (jam 16.00). Cara pembuatan dan dosis jus tomat dapat dilihat di

lampiran A dan lampiran B.

b. Pembuatan Pakan Hiperkolesterolemik

Pemberian pakan hiperkolesterolemik ad libitum terdiri dari

campuran pakan standar, minyak babi, minyak kelapa dan kristal

kolesterol sebanyak 100 gr /Kg BB (Krause et al, 2008 ; Maryanto

dan Fatimah, 2004 ; Saap, 2007), sedangkan pemberian kuning

telur itik 7,5 mL/Kg BB per sonde pada jam 08.00 dan jam 16.00.

Kedua jenis pakan hiperkolesterolemik tersebut diberikan selama 4

minggu. Cara pembuatan dan penentuan dosis pakan

hiperkolesterolemik akan dijelaskan peneliti di lampiran 4. Pakan

hiperkolesterolemik bertujuan agar keadaan hiperkolesterolemia

tercapai. Komposisi pakan hiperkolesterolemik terdiri dari:

1) Kuning telur itik

Kuning telur itik diperoleh dari LPPT Unit II UGM Yogyakarta.

Kuning telur berwujud cairan kental. Kuning telur itik diberikan

tersendiri secara per sonde pada semua subjek penelitian.

Page 49: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

49

2) Lemak hewan

Lemak hewan yang digunakan penelitian adalah lemak babi.

Lemak babi diperoleh dari LPPT Unit II UGM Yogyakarta. Lemak

babi dipanaskan dalam wajan sampai terbentuk minyak babi yang

cair.

3) Minyak kelapa

Minyak kelapa diperoleh dari LPPT Unit II UGM Yogyakarta.

Minyak kelapa mengandung lemak jenuh, seperti asam laurat,

asam palmitat dan asam miristat. Minyak kelapa menekan reseptor

mediated clearance kolesterol LDL sehingga katabolisme

kolesterol LDL terganggu (Mihardja, 1999).

4) Kristal kolesterol

Kristal kolesterol didapatkan dari Laboratorium Biokimia UNS

bentuk sediaan padat. Kristal kolesterol dihaluskan menjadi serbuk

kemudian dicampur dengan pakan standar.

c. Pengukuran Kadar Kolesterol LDL

Pengukuran kadar kolesterol LDL perlu memperhatikan kadar

trigliserida dan kilomikron. Kadar tersebut masih bertahan di plasma

apabila tikus putih puasa 4-5 jam. Pemeriksaan kadar kolesterol LDL

dilakukan peneliti setelah tikus putih puasa 12 jam. Hal tersebut

dilakukan untuk menghindari kekeruhan plasma akibat trigliserida dan

Page 50: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

50

kilomikron yang mengganggu pengukuran kolesterol LDL (Ragland et

al, 2000 dan Widijanti dkk., 2008).

Peneliti mengukur kadar kolesterol LDL dengan mengambil darah

tikus putih melalui vena orbitalis menggunakan tabung mikrokapiler

sebanyak 1 ml tiap ekor. Peneliti mengumpulkan darah tikus putih

secara terpisah di tabung sentrifugasi tanpa anti koagulan, kemudian

peneliti mengukur kadar kolesterol LDL. Pengukuran kolesterol LDL

dilakukan di LPPT Unit II UGM.

Peneliti memeriksa kolesterol LDL secara langsung dengan

Metode Direk Homogenous yaitu satu ml darah tikus putih dipusingkan

dengan kecepatan 1500 rpm selama 15-20 menit untuk memisahkan

serum dari darah. Peneliti mengambil 10 µL serum kemudian ditambah

1000 µL reagen pengukuran LDL (merk Roche Diagnostic

cat.no.1489232). Setelah itu, tabung sampel diinkubasi selama 20

menit pada suhu 20-25ºC atau pada suhu 37°C selama 10 menit.

Peneliti memasukkan sampel serum ke dalam spektrofotometer dan

hasil pembacaan bersatuan mg/dL dengan panjang gelombang 500nm

(Rosari, 2004).

I. Langkah penelitian

1. Subyek penelitian dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing

sebanyak 17 ekor tikus putih. Kelompok I sebagai kelompok kontrol

dan kelompok II sebagai kelompok perlakuan. Peneliti

Page 51: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

51

mengadaptasikan semua subjek penelitian selama 1 minggu di

laboratorium dan memberikan pakan standar sebanyak 100 gr/Kg

BB/hari dan akuades ad libitum (Herlambang, 2007).

2. Peneliti memberikan pakan hiperkolesterolemik kepada semua subjek

penelitian sebanyak 100 gr/Kg BB ad libitum sedangkan pemberian

kuning telur itik per sonde 7,5 mL/Kg BB sebelum perlakuan. Kedua

jenis pakan tersebut diberikan peneliti selama 2 minggu untuk

meningkatkan kadar kolesterol LDL sebelum perlakuan. Kuning telur

itik diberikan peneliti pada pagi hari (jam 08.00) dan sore hari (jam

16.00). Selain itu, kelompok I dan kelompok II diberikan larutan PTU

0,1 % ad libitum.

3. Peneliti mempuasakan subjek penelitian selama 12 jam setelah 2

minggu. Peneliti mengambil sampel darah tikus putih melalui vena

orbitalis mata dengan tabung mikrokapiler sebanyak 1 mL setiap ekor,

kemudian sampel tersebut dikirim peneliti ke UPPT Unit II UGM

Yogyakarta untuk mengukur kadar kolesterol LDL, kemudian peneliti

mendapatkan hasil pengukuran kolesterol LDL sebelum perlakuan.

4. Penelitian tersebut dilanjutkan peneliti dengan pemberian pakan

hiperkolesterolemik dan jus tomat selama 2 minggu. Peneliti

memberikan pakan hiperkolesterolemik ad libitum dan kuning telur itik

per sonde kepada semua subjek penelitian sedangkan jus tomat dan

plasebo berupa akuades diberikan peneliti dengan dosis terbagi pada

Page 52: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

52

pagi hari (jam 08.00) dan sore hari (jam 16.00) untuk kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol serta dilakukan pengukuran berat

badan setiap minggunya untuk penyesuaian dosis. Pemberian pakan

dengan dosis sebagai berikut:

a) Kelompok kontrol :

Diet hiperkolesterolemik 100 gr/Kg BB(campuran pakan standar,

minyak kelapa, minyak babi dan kristal kolesterol ) ad libitum +

kuning telur itik 7,5 mL/Kg BB per sonde + plasebo akuades 30

mL/KgBB/hari per sonde + larutan PTU 0,1 % ad libitum.

b) Kelompok perlakuan:

Diet hiperkolesterolemik 100 gr/KgBB (campuran pakan standar,

minyak kelapa, minyak babi dan kristal kolesterol) ad libitum +

kuning telur itik 7,5 mL/Kg BB per sonde + jus tomat 30

mL/KgBB/hari per sonde + larutan PTU 0,1 % ad libitum.

5. Peneliti mempuasakan semua subjek penelitian selama 12 jam. Peneliti

mengambil darah tikus putih, mengukur kolesterol LDL dan

mendapatkan hasil kolesterol LDL post test.

6. Peneliti menganalisis hasil pengukuran kolesterol LDL pretest dan

postest.

J. Analisis Statistik

Data berat badan dan kadar kolesterol LDL dari semua subjek

penelitian dianalisis peneliti secara statistik dengan uji normalitas data

Page 53: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

53

Shapiro Wilk Test melalui Program SPSS Window 13.0. Pengujian

normalitas data tersebut bertujuan untuk menentukan uji statistik yang

sesuai dengan keadaan distribusi data yang diperoleh peneliti. Apabila

distribusi data sesuai Kurva Gaussian (kurva normal), maka uji statistik

menggunakan Uji Statistik Parametrik. Uji Statistik Parametrik yang

digunakan penelitian ini adalah uji t berpasangan dan independen. Uji t

berpasangan adalah uji yang membandingkan perbedaan rerata masing-

masing kelompok sedangkan uji t independen adalah uji yang

membandingkan perbedaan rerata antarkelompok (Handoko, 2007).

Namun, apabila distribusi data tidak sesuai dengan Kurva Gaussian,

maka uji statistik yang digunakan peneliti adalah Uji Statistik Non-

Parametrik, yaitu Uji Wilcoxon (Murti, 1994).

Page 54: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Peneliti menggunakan tikus putih (Rattus norvegicus) jantan sebanyak

34 ekor dari Strain Wistar, berumur kurang lebih 3 bulan dengan berat badan

180 – 200 gram dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok I merupakan

kelompok kontrol dan kelompok II merupakan kelompok perlakuan masing-

masing sebanyak 17 ekor tikus putih. Kedua kelompok diadaptasikan dalam

lingkungan tempat penelitian selama satu minggu. Setiap kelompok

ditempatkan di kandang berbeda yang mempunyai faktor lingkungan (suhu

dan kelembapan) sama agar faktor-faktor luar yang menganggu penelitian

dapat dikendalikan seminimal mungkin.

Semua tikus putih ditimbang terlebih dahulu sebelum perlakuan agar

peneliti mengetahui rerata berat badan tikus putih. Hasil penimbangan berat

badan tikus putih (lampiran S) dianalisis secara statistik sehingga peneliti

mendapatkan rerata berat badan tikus putih dan simpangan baku (SB) (tabel

2).

Tabel 2. Rerata Berat Badan Tikus Putih sebelum Perlakuan

Kelompok Rerata berat badan sebelum perlakuan

(gram)

p

I (n=17)

II (n=17)

189,71 ± 7,2

193, 28 ± 9,4

0,224

41

Page 55: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

55

Perhitungan berat badan semua subjek penelitian dengan uji t independen

dan mendapatkan nilai p : 0,224 (p>0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa

berat badan tikus putih antara kelompok I dan II tidak berbeda secara

signifikan (lampiran CC).

Setelah peneliti menimbang berat badan tikus putih, semua subjek

penelitian diberikan pakan hiperkolesterolemik 100 g/Kg BB ad libitum,

kuning telur itik 7,5 mL/Kg BB per sonde dan larutan PTU 0,1 % ad libitum

untuk mendapatkan keadaan hiperkolesterolemia selama 2 minggu. Setelah 2

minggu, peneliti mempuasakan semua subjek penelitian selama 12 jam

kemudian peneliti memeriksa kadar kolesterol LDL untuk mendapatkan data

kadar kolesterol LDL sebelum perlakuan. Peneliti mengambil sampel darah

tikus putih dengan tabung mikrokapiler sebanyak 1 mL melalui vena

orbitalis. Pemeriksaan kadar kolesterol LDL sebelum perlakuan sangat

penting agar peneliti mengetahui keseragaman kadar kolesterol LDL tikus

putih dari kedua kelompok.

Peneliti mengeliminasi data kolesterol LDL sebelum perlakuan antara

kedua kelompok dari grafik normalitas data karena terdapat satu subjek

penelitian dengan data kolesterol LDL sebelum perlakuan yang bernilai

ekstrim antara kedua kelompok (gambar 5). Data tersebut dikeluarkan dari

analisis statistik berikutnya sehingga hanya 16 data kolesterol LDL sebelum

perlakuan yang diuji t independen

Page 56: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

56

14012010080604020

Observed Value

2

1

0

-1

-2

for Kelompok= Kontrol

Normal Q-Q Plot of Kontrol Sebelum Perlakuan

Gambar 5. Distribusi Data Kolesterol LDL sebelum Perlakuan pada K I (kiri) dan K II (kanan).

Rerata kadar kolesterol LDL kedua kelompok sebelum perlakuan dapat

dilihat pada tabel 3.

Tabel 3.Rerata Kadar Kolesterol LDL Kedua Kelompok Tikus Putih sebelum Perlakuan

Kelompok Rerata Kadar Kolesterol LDL sebelum Perlakuan (mg/dL)

p

I (n=16)

II (n=16)

90,31 ± 21,40

85,37 ± 13,67

0,442

Uji t independen mengukur kadar kolesterol LDL tikus putih antara

kelompok I dan II sebelum perlakuan. Peneliti mendapatkan nilai p: 0,442

(p>0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar kolesterol LDL tikus putih

antara kelompok I dan II sebelum perlakuan tidak berbeda secara signifikan

(lampiran FF).

Setelah peneliti mendapatkan data kolesterol LDL sebelum perlakuan,

maka peneliti memberikan perlakuan kepada semua subjek penelitian.

12011010090807060

Observed Value

2

1

0

-1

-2

Ex

pe

cte

d N

orm

al

for Kelompok= Kontrol

Normal Q-Q Plot of Jus tomat Sebelum Perlakuan

Page 57: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

57

Kelompok I tetap hiperkolesterolemia dan diberi larutan PTU 0,1% seperti

sebelumnya. Kelompok II diberi jus tomat 30 mL/Kg BB per sonde, di

samping mendapatkan perlakuan yang sama dengan kelompok I. Perlakuan

tersebut dilaksanakan selama 2 minggu. Kemudian peneliti memeriksa kadar

kolesterol LDL untuk mendapatkan data kolesterol LDL setelah perlakuan.

Peneliti melakukan eliminasi data kolesterol LDL setelah perlakuan

antara kedua kelompok dari grafik normalitas data karena terdapat satu

subjek penelitian dengan data kolesterol LDL setelah perlakuan yang bernilai

ekstrim antara kedua kelompok sehingga hanya 16 data kolesterol LDL

setelah perlakuan yang diuji t independen (gambar 6).

300250200150100500

Observed Value

2

1

0

-1

-2

Ex

pe

cte

d N

orm

al

for Kelompok= Kontrol

Normal Q-Q Plot of Kontrol Sesudah Perlakuan

120100806040

Observed Value

2

1

0

-1

-2

Ex

pe

cte

d N

orm

al

for Kelompok= Kontrol

Normal Q-Q Plot of Jus tomat Sesudah Perlakuan

Gambar 6. Distribusi Data Kolesterol LDL setelah Perlakuan pada K I (kiri) dan K II (kanan).

Tabel 4. Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih setelah Perlakuan pada Kedua Kelompok

Kelompok Rerata Kadar Kolesterol LDL setelah Perlakuan (mg/dL)

I (n=16)

II (n=16)

77,59 ± 29,59

63,51 ± 12,83

Page 58: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

58

Setelah peneliti mendapatkan rerata kadar kolesterol LDL tikus putih

sebelum dan setelah perlakuan antara kedua kelompok, peneliti dapat

membandingkan rerata kadar kolesterol LDL sebelum dan setelah perlakuan

masing-masing kelompok. Peneliti menggunakan uji t berpasangan terhadap

kelompok I (tabel 5) dan mendapatkan nilai p: 0,250 (p>0,05) sehingga

peneliti menyimpulkan bahwa rerata kadar kolesterol LDL kelompok I

sebelum dan setelah perlakuan tidak berbeda secara signifikan (lampiran

DD).

Tabel 5. Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih sebelum dan setelah Perlakuan pada Kelompok I

Rerata Kadar Kolesterol LDL (mg/dL)

Kelompok I Sebelumperlakuan Setelah perlakuan

p

n=16

90,31 ± 21,40

77,59 ± 29,59

0,250

Peneliti menggunakan uji t berpasangan terhadap kelompok II (tabel 6) dan

mendapatkan nilai p: 0,000 (p<0,05) sehingga peneliti menyimpulkan bahwa

rerata kadar kolesterol LDL sebelum dan setelah perlakuan pada kelompok II

berbeda secara signifikan (lampiran EE).

Page 59: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

59

Tabel 6. Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih sebelum dan setelah Perlakuan pada Kelompok II

Rerata Kadar Kolesterol LDL (mg/dL)

Kelompok II Sebelum perlakuan Setelah perlakuan

p

n=16

85,37 ± 13,67

63,51 ± 12,83

0,000

90.31

85.37

77.59

63.51

60

65

70

75

80

85

90

95

1 2

Kelompok

Kad

ar k

oles

tero

l LD

L (m

g/dl

)

sebelum perlakuan

sesudah perlakuan

Gambar 7. Rerata Kadar Kolesterol LDL Tikus Putih sebelum dan sesudah Perlakuan (mg/dl).

Page 60: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

60

BAB V

PEMBAHASAN

Peneliti mendapatkan rerata berat badan tikus putih kelompok I adalah

189,71 ± 7,2 gram dan kelompok II adalah 193,28 ± 9,4 gram dari data

penimbangan berat badan tikus putih (Rattus norvegicus) sebelum perlakuan

(tabel 2). Setelah peneliti melakukan analisis statistik dengan uji normalitas

Shapiro Wilk Test, peneliti mendapatkan data berat badan tikus putih

berdistribusi normal pada kelompok I bernilai p: 0,224 (p>0,05) dan kelompok II

bernilai p: 0,101 (p>0,05) sehingga peneliti menyimpulkan bahwa data berat

badan tikus putih antara kedua kelompok dengan kurva Gaussian (kurva normal)

tidak berbeda secara signifikan (lampiran V). Karena data berat badan tikus

putih berdistribusi normal, maka peneliti dapat menggunakan uji t independen

untuk membandingkan berat badan tikus putih antara kedua kelompok sebelum

perlakuan dan mendapatkan nilai p: 0,224 (p>0,05). Hal tersebut menunjukkan

bahwa berat badan tikus putih antara kedua kelompok tidak berbeda secara

signifikan (lampiran CC). Peneliti melakukan analisis statsitik terhadap berat

badan bertujuan agar data berat badan tikus putih sesuai kriteria inklusi.

Semua subjek penelitian diberikan pakan hiperkolesterolemik dan larutan

PTU 0,1 % selama 2 minggu untuk mendapatkan keadaan hiperkolesterolemia

sebelum masa perlakuan dimulai (Salter et al, 1991). Setelah 2 minggu, peneliti

melakukan pemeriksaan kadar kolesterol LDL untuk mendapatkan data kadar

47

Page 61: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

61

kolesterol LDL sebelum perlakuan (lampiran Z). Hal tersebut dilakukan peneliti

untuk mengetahui keseragaman kadar kolesterol LDL yang akan digunakan

penelitian. Peneliti mendapatkan rerata kadar kolesterol LDL sebelum perlakuan

pada kelompok I 90,31 ± 21,40 mg/dL dan kelompok II 85,37 ± 13,67 mg/dL

(tabel 3). Data tersebut menunjukkan bahwa kedua kelompok telah mencapai

keadaan hiperkolesterolemia karena berdasarkan penelitian Matos et al (2005),

rerata kadar kolesterol LDL normal tikus putih adalah 35,04 ± 13,64 mg/dL.

Peningkatan kadar kolesterol LDL semua subjek penelitian sebelum perlakuan

disebabkan oleh:

A. Waktu pemberian pakan hiperkolesterolemik

Berdasarkan penelitian Rand dan Queckenbush (2008), waktu

pemberian pakan hiperkolesterolemik menentukan siklus diurnal

hiperkolesterolemia. Pemberian pakan hiperkolesterolemik pada jam 08.00

dan jam 16.00 meningkatkan kapasitas lambung sebanyak 35 %. Peningkatan

kapasitas lambung memperlama pengosongan lambung sehingga keadaan

hiperkolesterolemia baru tercapai setelah 6 jam (gambar 8).

Gambar 8. Siklus Diurnal Hiperkolesterolemia

(Sumber: Bull S. and Pitts G, 2008)

Page 62: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

62

B. Efek pakan hiperkolesterolemik

Pemberian pakan hiperkolesterolemik meningkatkan aktivitas ACAT

secara signifikan (p<0,005) dan meningkatkan respon hiperkolesterolemia

pada kromosom autosom nomor 3, 5 dan 14 secara signifikan (p<0,05)

(Asahina et al, 2008 dan Salter et al, 1991). Peningkatan aktivitas ACAT

karena pakan hiperkolesterolemik meningkatkan kejenuhan kadar kolesterol

eksogen (gambar 9) (Salter et al, 1991).

Gambar 9. Hubungan Pakan Hiperkolesterolemik dengan Peningkatan Aktivitas ACAT.

(Sumber: Salter et al, 1991)

Selain itu, kejenuhan kadar kolesterol eksogen disebabkan oleh

peningkatan respon lokus Quantitative Trait Locus (QTL) terhadap pakan

hiperkolesterolemik di kromosom 3, 5 dan 14. Dari ketiga kromosom

tersebut, QTL di kromosom 5 dan 14 mempunyai responsivitas tinggi

terhadap pakan hiperkolesterolemik. Dengan penanda genetik D5Rat95 dan

D14Rat43, Asahina et al (2008) menemukan gen ATP-Binding Cassette

transporter A 1 (ABCA 1) di QTL yang bertanggung jawab mengatur

metabolisme lipoprotein dan kolesterol. Berdasarkan penelitian Dolphin

Page 63: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

63

(2008), peningkatan ACAT akan menyebabkan peningkatan sintesis ester

kolesterol LDL di sisterna golgi dan vesikel hepar serta plasma.

C. Larutan PTU 0,1 %

Hormon triiodotironin (T3) meningkatkan ekspresi reseptor kolesterol

LDL di hepar sebanyak 25 % setelah 4 jam dan 30 % setelah 9 jam (gambar

10) sehingga peneliti membutuhkan larutan PTU 0,1 % untuk menghambat

sintesis hormon T3 yang berakibat akan menurunkan ekspresi reseptor

kolesterol LDL di permukaan sel hepar (Salter et al, 1991).

Gambar 10. Pengaruh hormon T3 terhadap Reseptor Kolesterol LDL

(Sumber: Salter et al, 1991)

Larutan PTU 0,1 % menurunkan translasi mRNA menjadi reseptor

kolesterol LDL di hepar. Penurunan translasi mRNA menjadi reseptor

kolesterol LDL menurunkan ekspresi reseptor kolesterol LDL di permukaan

hepar dan mengakibatkan hepar meningkatkan translasi mRNA menjadi

protein γ-aktin sehingga peningkatan protein γ-aktin terjadi di hepar (gambar

11) (Salter et al, 1991).

Page 64: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

64

Gambar 11. Hubungan Pemberian Larutan PTU 0,1 % terhadap Reseptor Kolesterol LDL

(Sumber: Salter et al, 1991)

Peneliti melakukan analisis statistik dengan uji t independen terhadap

kadar kolesterol LDL tikus putih sebelum perlakuan antara kedua kelompok

karena distribusi data kolesterol LDL kedua kelompok sebelum perlakuan

normal (lampiran BB). Dari analisis statistik tersebut, peneliti mendapatkan

nilai p: 0,442 (>0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa rerata kadar kolesterol

LDL sebelum perlakuan antara kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan

(lampiran FF) sehingga peneliti dapat melanjutkan perlakuan terhadap subjek

penelitian karena kolesterol LDL sebelum perlakuan antara kedua kelompok

seragam.

Setelah 2 minggu perlakuan, peneliti melakukan pemeriksaan kadar

kolesterol LDL setelah perlakuan. Setelah peneliti mendapatkan data kolesterol

LDL setelah perlakuan, peneliti melakukan eliminasi data ekstrim kelompok I.

Page 65: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

65

Hal tersebut dilakukan khususnya pada data kolesterol LDL kelompok I setelah

perlakuan karena berdistribusi tidak normal (gambar 6). Hal tersebut sesuai

dengan uji normalitas Shapiro Wilk Test yang menyatakan bahwa distribusi data

kadar kolesterol LDL kelompok I setelah perlakuan mempunyai nilai p: 0,000

(p<0,05) sehingga peneliti menyimpulkan bahwa antara kurva data kolesterol

LDL kelompok I setelah perlakuan dan Kurva Gaussian berbeda secara

signifikan (lampiran V). Setelah peneliti mengeliminasi data kolesterol LDL

setelah perlakuan yang eksterim kemudian peneliti melakukan uji normalitas

lagi data kolesterol LDL kelompok I setelah perlakuan dan mendapatkan nilai p:

0,058 (p>0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa antara kurva data kolesterol

LDL kelompok I setelah perlakuan dan Kurva Gaussian tidak berbeda secara

signifikan (lampiran BB) sehingga peneliti dapat membandingkan rerata

kolesterol LDL kelompok I sebelum dan setelah perlakuan dengan uji t

berpasangan. Dari analisis statistik tersebut, peneliti mendapatkan nilai p: 0,250

(p>0,05) sehingga peneliti menyimpulkan bahwa rerata kolesterol LDL

kelompok I sebelum dan setelah perlakuan tidak berbeda secara signifikan

(lampiran DD). Hal tersebut terjadi karena rerata kolesterol LDL kelompok I

setelah perlakuan menurun (gambar 7). Penurunan kolesterol LDL kelompok I

setelah perlakuan disebabkan oleh:

A. Larutan PTU 0,1 %.

Pemberian larutan PTU 0,1 % menyebabkan perubahan keadaan

hipertiroid kelompok I menjadi keadaan eutiroid dan hipotiroid. Berdasarkan

penelitian Salter et al (1991), keadaan eutiroid tikus putih sedikit

Page 66: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

66

meningkatkan kadar kolesterol VLDL dan menurunkan kadar kolesterol LDL

sedangkan keadaan hipotiroid kadar kolesterol LDL dan kolesterol VLDL

meningkat secara signifikan (p<0,01).

Menurut penelitian Riley et al (1980), pada keadaan eutiroid,

pemberian pakan hiperkolesterolemik dan PTU 0,1 % menyebabkan usus

menyekresikan kolesterol IDL yang membawa ApoA-I dan ApoB. Saat

kolesterol IDL berubah menjadi kolesterol LDL, ApoA-I ditukarkan dengan

ApoE yang berasal dari kolesterol HDL2+3 sehingga kolesterol LDL menjadi

jenuh ApoE. Peningkatan ApoE pada kolesterol LDL menyebabkan

kolesterol LDL mudah dikenali oleh reseptor ApoE di hepar sehingga kadar

kolesterol LDL menurun (Dolphin, 2008). Hal tersebut dibuktikan juga oleh

Davidson et al (1988) bahwa pemberian larutan PTU 0,1 % meningkatkan

sintesis ApoE, menurunkan sintesis asam lemak, menurunkan sekresi

trigliserol ke dalam kolesterol VLDL di hepar, meningkatkan lipoprotein

lipase dan meningkatkan katabolisme trigliserol. Keadaan tersebut

menurunkan kolesterol LDL (Salter et al, 1991).

Namun, menurut penelitian Swift et al (1980), pemberian larutan PTU

0,1 % tidak menurunkan kecepatan pembersihan sisa semua jenis lipoprotein

baik pada keadaan hipotiroid maupun eutiroid sehingga profil lipoprotein

plasma tidak berubah. Akan tetapi, pemberian pakan hiperkolesterolemik dan

larutan PTU 0,1 % pada keadaan hipotiroid menyebabkan pembersihan

kolesterol remnant VLDL menurun sehingga keadaan tersebut meningkatkan

kolesterol LDL (Dolphin, 2008).

Page 67: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

67

B. Pakan hiperkolesterolemik

Pemberian pakan hiperkolesterolemik menyebabkan abnormalitas

sekresi lipoprotein dan apolipoprotein di hepar. Pada keadaan

hiperkolesterolemia terjadi peningkatan ApoA-I dan ApoA-IV serta

penurunan ApoB-240 (lampiran O). Pakan hiperkolesterolemik akan

meningkatkan sekresi kolesterol ß-VLDL dan HDLc (HDL1). Lipoprotein

tersebut hanya mengandung ester kolesterol. (Swift et al, 2008).

Kolesterol ß-VLDL mengandung lebih dari 60 % Apo-IV dan sisanya

mengandung ApoA-I. Apo-I dan Apo-IV pada kolesterol β-VLDL

berfungsi sebagai penukar apolipoprotein dengan ApoE yang berasal dari

kolesterol HDLc. Pelekatan ApoE pada kolesterol β –VLDL menyebabkan

kolesterol β-VLDL mudah dikenali oleh reseptor ApoE di hepar sedangkan

HDLc sendiri berfungsi sebagai pemberi ApoE pada semua macam

lipoprotein termasuk kolesterol LDL. Apabila kolesterol LDL dilekati

ApoE, maka kolesterol tersebut juga mudah dikenali oleh hepar akibatnya

konsentrasi kolesterol LDL menurun (Swift et al, 2008).

C. Komposisi asam lemak pakan hiperkolesterolemik

Komposisi asam lemak yang terkandung dalam pakan

hiperkolesterolemik mempengaruhi keadaan hiperkolesterolemia. Peneliti

tidak melakukan pengukuran kandungan asam lemak dari pakan

hiperkolesterolemik karena biaya pemeriksaan mahal. Dengan demikian,

peneliti tidak dapat mengendalikan variabel tersebut. Kandungan asam

Page 68: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

68

lemak dari pakan hiperkolesterolemik sangat mempengaruhi kolesterol

LDL.

Peneliti membuat pakan hiperkolesterolemik dari pakan standar,

minyak kelapa, minyak babi, kristal kolesterol dan kuning telur. Pakan

hiperkolesterolemik diberikan ad libitum adalah campuran pakan standar,

minyak kelapa, minyak babi dan kristal kolesterol, sedangkan kuning telur

itik diberikan per sonde. Asam palmitat, asam miristat dan asam laurat

yang terkandung dalam pakan hiperkolesterolemik merupakan asam lemak

jenuh terpenting untuk meningkatkan kolesterol LDL. Tidak hanya asam

lemak jenuh yang terkandung di dalam pakan hiperkolesterolemik, tetapi

juga asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh menganggu peningkatan

kadar kolesterol LDL.

Penggunaan campuran pakan standar, kuning telur, minyak babi,

minyak kelapa dan kristal kolesterol sebagai pakan hiperkolesterolemik

mempunyai beberapa alasan bagi peneliti sendiri. Berdasarkan penelitian

Bartov et al (2008), penggunaan kuning telur dan kristal kolesterol

meningkatkan kadar kolesterol LDL. Hal tersebut dibuktikan peneliti

secara tidak langsung dengan mengukur sekresi asam empedu tikus putih

(lampiran O). Peningkatan sekresi asam empedu dari kolesterol endogen

merupakan kompensasi hepar dalam merespon peningkatan kolesterol

LDL.

Namun, kuning telur itik selain mengandung tinggi kolesterol ternyata

juga mengandung polyenoic acid terutama di-, tri- dan tetraenoic.

Page 69: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

69

Polyenoic acid merupakan asam lemak tak jenuh yang mendepresi kadar

kolesterol plasma sehingga keadaan hiperkolesterolemia tidak tercapai dan

menyebabkan penurunan kadar LDL (lampiran P) (Bartov et al, 2008).

Peneliti memberikan kuning telur per sonde bertujuan agar kandungan

asam lemak jenuh tidak teroksidasi oleh udara. Apabila kuning telur itik

diberikan ad libitum, maka asam lemak jenuh yang terkandung di dalamnya

teroksidasi dan mengganggu efek peningkatan kadar kolesterol LDL..

Selain itu, pencampuran kristal kolesterol dengan minyak babi

memperlambat penyerapan kristal kolesterol di usus (Bartov et al, 2008).

Penggunaan minyak kelapa dan minyak babi sebagai pakan

hiperkolesterolemik karena mengandung asam lemak jenuh sangat tinggi

terutama asam miristat, asam laurat dan asam palmitat (Mihardja, 1999).

D. Metode pengukuran kolesterol LDL

Metode pengukuran kolesterol LDL sangat mempengaruhi data kadar

kolesterol LDL. Peneliti menggunakan pengukuran kolesterol LDL dengan

Metode Direk Homogenous di LPPT Unit IV UGM. Metode tersebut tidak

memperhatikan kadar trigliserida dalam pengukuran kolesterol LDL seperti

pada Metode Indirek Friedewald. Berdasarkan penelitian Widijanti, dkk.

(2008), hasil pengukuran kolesterol LDL dengan Metode Direk

Homogenous lebih rendah jika dibandingkan dengan Metode Indirek

Friedewald saat kadar trigliserida < 400 mg/dL. Kedua pengukuran tersebut

menunjukkan perbedaan signifikan (p<0,05).

Page 70: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

70

Hasil pengukuran kolesterol LDL dengan Metode Direk

Homogenous lebih rendah daripada Metode Indirek Friedewald karena

pada metode direk, kolesterol LDL dipisahkan dari kolesterol IDL dan

Lp(a). Kolesterol IDL dan Lp(a), yang mempunyai kontribusi

meningkatkan hasil pengukuran kolesterol LDL, menjadi tidak ikut terukur

(Widijanti, dkk., 2008).

E. Polimorfisme gen promoter CYP7A1

Polimorfisme gen promoter CYP7A1 A278C mempengaruhi

peningkatan enzim 7-α-hidroksilase. Enzim tersebut berpengaruh dalam

sintesis asam empedu yang sensitif terhadap peningkatan kadar kolesterol

LDL. Pengaturan aktivitas gen promoter CYP7A1 secara tidak langsung

dilakukan oleh Hepatocyte Nucleus Factor 3 (HNF-3). HNF-3 mengatur

gen promoter sekuen DNA di regio 432 base pair (bp) dan 220 bp. Gen

promoter tersebut mempunyai efek meningkatkan polimorfisme gen

promoter CYP7A1 di regio 278 bp. Dengan demikian, regulasi transkripsi

mRNA untuk enzim 7-α hidroksilase dikendalikan oleh HNF-3 (Hofman,

2005)

Konversi adenin (A) menjadi sitosin (C) terjadi di sekuen DNA regio

278 bp menyebabkan variasi dimer basa nitrogen. Variasi dimer yang

dihasilkan adalah AA,AC dan CC. Variasi dimer tersebut sangat penting

terhadap pengaruh kadar kolesterol LDL setelah pemberian pakan

hiperkolesterolemik (Hofman, 2005).

Page 71: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

71

Dimer CC sangat sensitif terhadap peningkatan kadar kolesterol LDL.

Tikus putih berdimer CC di gen promoter CYP7A1 menurunkan kolesterol

LDL sampai -1,44 ± 1,18 mmol/dL dibandingkan dengan dimer AA yang

menurunkan kolesterol LDL sampai 0,13 ± 0,14 mmol/dL dan dimer AC

yang menurunkan kolesterol LDL sampai 0,38 ± 0,99 mmol/dL (lampiran

Q). Sensitivitas dimer CC diwujudkan dengan peningkatan sintesis enzim

7-α-hidroksilase. Enzim tersebut meningkatkan produksi asam empedu dari

kolesterol LDL (Hofman, 2005).

Peningkatan kolesterol LDL merangsang hepar mengeluarkan Sterol

Regulatory Element Binding Protein (SREBP). SREBP meningkatkan

reseptor kolesterol LDL. Peningkatan reseptor kolesterol LDL menurunkan

kolesterol LDL. Selain gen CYP7A1, terdapat juga gen CYP27 dan gen

IBAT yang mengatur sintesis asam empedu dari kolesterol endogen

(Hofman, 2005).

Gen CYP27 secara normal tidak mempengaruhi sintesis asam empedu

dari kolesterol endogen, tetapi apabila kerusakan gen CYP27 terjadi maka

resistensi hepar terhadap enzim 7-α hidroksilase meningkat sehingga

sintesis asam empedu dari kolesterol endogen dan kolesterol LDL menurun

serta meningkatkan kolesterol LDL di plasma. Gen IBAT berperan sebagai

pengatur absorpsi asam empedu melalui siklus enterohepatik. Gen IBAT

secara tidak langsung mengatur sintesis asam empedu melalui negative feed

back mechanism terhadap gen CYP7A1 sehingga sintesis asam empedu

terkendali. Peningkatan ekspresi gen IBAT menyebabkan penurunan

Page 72: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

72

sintesis asam empedu dari kolesterol LDL sehingga keadaan tersebut akan

meningkatkan kolesterol LDL (gambar 12) (Hofman, 2005).

Gambar 12. Metabolisme Asam Empedu

(Sumber: Hofman, 2005)

F. Keseimbangan reseptor nukleus di hepar

Keseimbangan reseptor nukleus sel hepar sangat mempengaruhi

sintesis asam empedu dari kolesterol endogen dan kolestrol LDL. Reseptor

nukleus sel hepar ada 2 macam, Liver X Receptor (LXR) dan Farnesoid X

Receptor (FXR). LXR merangsang transkripsi gen CYP7A1 sehingga

sintesis empedu dari kolesterol endogen meningkat. Peningkatan sintesis

tersebut mengakibatkan peningkatan reseptor kolesterol LDL di hepar.

Peningkatan reseptor kolesterol LDL di hepar menurunkan kolesterol LDL.

FXR meningkatkan Small Heterodimer Partner (SHP). SHP menyekat

Liver Homolog Receptor-1 (LHR-1). LHR-1 merupakan faktor terpenting

yang mengaktifkan transkripsi gen CYP7A1. Penyekatan LHR-1

Page 73: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

73

menurunkan sintesis asam empedu dari kolesterol LDL sehingga kolesterol

LDL meningkat (Hofman, 2005).

Berdasarkan uji normalitas data Shapiro Wilk Test, data kadar kolesterol

LDL kelompok II sebelum dan setelah perlakuan berdistribusi normal karena

kolesterol LDL kelompok II sebelum perlakuan mempunyai nilai p: 0,887

(p>0,05) dan kadar kolesterol LDL kelompok II setelah perlakuan mempunyai

nilai p: 0,298 (p>0,05) (lampiran V). Dengan demikian, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa antara kurva data kolesterol LDL kelompok II sebelum

dan sesudah perlakuan dengan Kurva Gaussian tidak berbeda secara signifikan.

Setelah data kolesterol LDL kelompok II sebelum dan setelah perlakuan

berdistribusi normal, maka peneliti dapat membandingkannya dengan uji t

berpasangan dan mendapatkan nilai p: 0,000 (p<0,05). Dengan demikian,

peneliti dapat menyimpulkan bahwa antara rerata kadar kolesterol LDL

kelompok II sebelum dan setelah perlakuan berbeda secara signifikan (lampiran

EE).

Rerata kadar kolesterol LDL kelompok II setelah perlakuan lebih rendah

daripada sebelum perlakuan dan berdasarkan analisis statistik dengan uji t

berpasangan, rerata kadar kolesterol LDL kelompok II sebelum dan setelah

perlakuan berbeda secara signifikan (gambar 7). Hal tersebut menunjukkan

bahwa jus tomat menurunkan kadar kolesterorol LDL. Efek jus tomat selama

penurunan kolesterol LDL dipengaruhi oleh pemanasan tomat, pakan

hiperkolesterolemik, asam lambung, garam empedu dan lipoproten sebagai

transporter karotenoid tomat (gambar 13).

Page 74: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

74

Gambar 13. Jalur absorpsi dan metabolisme karotenoid C, carotene; X, xanthophyll; LPL, lipoprotein lipase; HDL, high density lipoprotein; VLDL, very low density lipoprotein; LDL, low density lipoprotein

(Sumber: Deming dan Erdman, 1999)

Pemanasan tomat meningkatkan isomerisasi likopen dan β-karoten

menjadi bentuk cis (gambar 3). Bioavaibilitas karotenoid seperti likopen dan β-

karoten meningkat 50 % dan bioavaibilitas flavonol seperti quercetin meningkat

17 % apabila jus tomat diberikan bersama pakan hiperkolesterolemik (Deming

dan Erdman, 1999) sehingga peneliti memberikan pakan hiperkolesterolemik

berbentuk kuning telur itik dan jus tomat bersama-sama ke dalam alat sonde

lambung. Peneliti memberikan jus tomat bersama kuning telur itik kepada tikus

putih agar penyerapan karotenoid jus tomat tercapai dan menimbulkan efek

penurunan kolesterol LDL. Hal tersebut telah dibuktikan peneliti bahwa kadar

kolesterol LDL kelompok II sebelum dan setelah perlakuan berbeda secara

signifikan (lampiran EE).

Page 75: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

75

Pemanasan tomat selama perlakuan lebih dari 5 menit meningkatkan

kehilangan likopen sebanyak 1,1 %. Semakin lama pemanasan dan semakin

tinggi suhu menghilangkan likopen sebanyak 17,1%. Namun, apabila tomat

dipanaskan pada suhu sedang (82-93ºC) selama 15 menit meningkatkan

kandungan likopen sehingga peneliti memanaskan buah tomat pada suhu sedang

sebelum pembuatan jus tomat (lampiran R). Pemanasan tomat dan pengaruh

asam lambung meningkatkan isomerasi beberapa zat seperti likopen, β-karoten,

quercetin, kaemferol dan narigenin (Hedges dan Lister, 2005).

Proses pemanasan menyebabkan perubahan bentuk all trans-likopen dan β-

karoten menjadi bentuk 9-cis dan 13-cis. Bentuk 9-cis dan 13-cis meningkatkan

penyerapan likopen, tetapi bentuk tersebut memperlambat penyerapan β-karoten.

Bentuk quercetin konjugat berubah menjadi bentuk quercetin bebas sebanyak 30

% sehingga bentuk tersebut mempermudah penyerapan. Bentuk narigenin

chalcon berubah menjadi narigenin glikosida sehingga juga mempermudah

penyerapan. Namun, apabila pemanasan buah tomat sangat lama melumerkan

kulit tomat dan meningkatkan kehilangan 80 % qurcetin, kaemferol dan

narigenin karena ketiga zat tersebut terkandung di kulit tomat (Hedges dan

Lister, 2005).

Garam empedu membantu penyerapan zat karotenoid tomat di usus karena

garam empedu membentuk misel dari pakan hiperkolesterolemik untuk

melarutkan zat karotenoid tomat. Metabolisme lipoprotein berperan sebagai

transporter karotenoid ke dalam sel-sel tubuh. Kilomikron dan kolesterol LDL

Page 76: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

76

sebagai pengangkut utama zat karotenoid seperti α-karoten, β-karoten dan

likopen (Olson, 1994).

Pakan hiperkolesterolemik secara tidak langsung meningkatkan

lipoprotein abnormal HDLc yang hanya mengandung ester kolesterol dan Apo-E.

Apo-E dari HDLc diberikan kepada kolesterol LDL sehingga kolesterol LDL

mudah dikenali oleh hepar (Swift et al, 2008). Dengan demikian, bersamaan

katabolisme kolesterol LDL di hepar terjadi peningkatan akumulasi karotenoid

di hepar. Keadaan tersebut menimbulkan efek penurunan kolesterol LDL

kelompok II.

Page 77: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

77

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Pemberian jus tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) sebanyak 30

mL/KgBB/hari selama 2 minggu menurunkan kolesterol LDL tikus

putih (Rattus norvegicus) secara signifikan (p<0,05).

B.Saran

1. Peneliti perlu melakukan pemeriksaan genetik tikus putih agar

pengaruh genetik terhadap kadar kolesterol LDL dapat ditekan

seminimal mungkin.

2. Peneliti perlu melakukan pengukuran kandungan karotenoid dan

flavonoid tomat dengan Metode High Performance Liquid

Chromatography (HPLC) untuk mengetahui kandungan tersebut

secara optimal di dalam tomat.

3. Peneliti perlu pemberian dosis jus tomat yang bervariasi dengan

perbandingan dosis yang besar.

4. Peneliti perlu mengombinasikan jus tomat dengan bentuk sediaan

lain tomat agar efek penurunan kolesterol LDL terlihat lebih nyata.

5. Peneliti perlu melakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel dan

kelompok perlakuan yang lebih banyak agar mewakili populasi

penelitian.

64

Page 78: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

78

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal dan Rao. 2000. Tomato lycopene and its role in human health and chronic diseases.Can Med Assoc.163:6.

Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, hal: 63-5.

Arab L. dan Steck S. 2000. Lycopene and cardiovascular disease. Am J Nutr.71:1691-95.

Ariantini dan Suryaatmadja. 2000. Beberapa aspek LDL padat kecil (small dense LDL) sebagai faktor aterogenik.Ind J Path. 7:10-17.

Asahina M., Sato M. dan Imaizumi K. 2008.Genetic analysis of diet-induced

hypercholesterolemia in exogenously hypercholesterolemic rats.The Journal of Nutrition.

Atherton and Rudich.1989.Tomato Crop.London Weinheim:Chapman and

Hall,pp: 240-280.

Bartov I., Reiser R dan Henderson.2008.Hypercholesterolemic effect in

female rat of egg tolk versus crystalline cholesterol dissolved in lard.The Journal of Nutrition.

Basu A. dan Imrhan V. 2006. Tomatoes versus lycopene in oxidative stress

and carcinogenesis: conclusions from clinical trials. Eur J Nutr.1:6. Bull S. dan Pitts G. 2008. Gastric Capacity and Energy Absorption in The

Force-Fed Rat. University of Virginia: Departement of Physiology, pp 1-7.

Campbell J.K., Canene-Adams K., Lindshield B.L., Boileau T.W, Clinton

S.K. dan Erdman J.W. 2004. Tomato phytochemicals and prostate cancer risk Am J Nutr.134: 3486-92.

Clinton S.K. 1998. Lycopene: chemistry, biology, and implications for human

health and disease. J Nutr Rev.56:35-51. Dalimarta S. 2003. Atlas Tanaman Obat Indonesia Jilid 3. Jakarta: Trubus

Agriwidya, hal:175-9. Davalos A, Hernando C.F., Cerrato F., Botus J.M., Gomez-Coronado D.,

Gomez-Cordoves C. dan Lasuncion M.A. 2006. Red grape juice

Page 79: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

79

polyphenols alter cholesterol homeostasis and increase LDL receptor activity in human cell in vitro. Am J Nutr.136: 1766-73.

Deming dan Erdman, 1999.Bioavaibility of carotenoid in human. Bioch J. Dina P..A. dan Hidayat H.N.2005. Minuman Berkarbonasi dari Buah

Segar.Surabaya:Trubus Agrisarana,hal:1-47 Dolphin P.J. 2008. Serum and hepatic nascent lipoproteins in normal and

hypercholesterolemic rats.The Journal of LipidResearch

Ferreira ALA., Yeum K-J., Liu C., Smith D., Krinsky NI., Wang X-D. dan Russell RM. 2000. Tissue distribution of lycopene in ferrets and rats after lycopene supplementation. J Nutr .130: 1256-1260.

Fikriah I., Kalim H. dan Drajat R.S. 2005. Pengaruh cucurmin terhadap kadar

kolesterol total, LDL kolesterol, jumlah F2-isoprostan dan sel busa (foam cell) dinding aorta pada tikus dengan diet aterogenik. Braw J Kedokt. 21::55-61.

Fuhrahman B., Elis A. dan Aviram M. 1997. Hypocholesterolemic effect of

lycopene and ß-carotene is related to suppression of cholesterol synthesis and augmentation of LDL receptor activity in macrophage. Biochem Biophys Res Com. 233: 658-62.

Ganong F,W. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Editor Bahasa Indonesia:

Djauhari Wijayakusumah. Jakarta:EGC., hal:293-296. Ghaffari M.A. dan Mojab S. 2006.Influence of flavonols as in vitro on low

density lipoprotein glycation. Ir J Biomed.11:185-191. Gillaspy G., David H dan Gruissem W.1993. A fruit ripening. Am J Agrc.5: 1439-1451 Gunawan I., Sudrajat S.S. dan Wanandi S.I. 2004. Effects of tomato juices

consumption on plasma lycopene levels of male light smokers. Ind J Med.13:146-150.

Haila Halim H. 2006. Mutasi reseptor LDL penyebab hiperkolesterolemia familier.

Majalah Kedokteran Damianus. 5:171-176 Handoko P. 2007. Pengaruh Pemberian Ekstrak Brokoli Per Oral Terhadap

Kadar Glukosa Tikus Putih. Skripsi FK UNS. Surakarta.

Haytowitz. 2002. Flavonoid content vegetables. Agric Res Serv.15:339-348.

Page 80: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

80

Hedges L.J. dan Lister C.E. 2005. Nutritional Attributes of Tomatoes. New Zealand Institute: Crop and Food Research Confidential Report. 1392, pp 1-5.

Herlambang A.B. 2007. Pengaruh Pemberian Jus Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus). Skripsi FK UNS. Surakarta.

Hirschberg J., Cohen M., Harker M., Lotan T., Mann V. and Pecker I. 1997. Molecular genetics of the carotenoid biosynthesis pathway in plants and algae. Pure and A Chem.69:2151-2158.

Hofman et al.2005.Genetic variations in bile metabolism. Implications for

lipoproteins homeostasis, p:15 Kamaluddin M.T. 1993. Farmakologi Obat Anti Hiperlipidemia. Cermin

Dunia Kedokteran. 85: 26-32. Katzung B.1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta:EGC, hal:601-5.

Krause R., Phares F., Serbin P dan Hartman A.2008. Experimental Hypercholesterolemia in the adiposite tissue.The Journal of Nutrition.

Kurowska E.M., Spence J.D., Jordan J., Wetmore S., David J.F., Piché L.A.

dan Serratore P. 2000. HDL-cholesterol raising effect of orange juice in subjects with hypercholesterolemia. Am J Nutr.72:1095-1100.

Lafay S., Gil-Izquierdo A., Manach C., Morand C., Besson C. dan Scalbertz

A. 2008. Chlorogenic acid is absorbed in its intact form in the stomach of rats. 32:13-7.

Linder M.C.1992. Nutrisi dan Metabolisme Lemak. Biokimia nutrisi dan

Metabolisme dengan Pendekatan ke Klinik. Jakarta: UI Press, hal: 58-68.

Manach C., Scalbert A., Morand C., Rémésy C. dan Jiménez L. 2004. Polyphenols: food sources and bioavailability. Am J Nutr. 79: 727-47.

Maryanto dan Fatimah. 2004. Pengaruh pemberian jambu biji (Psidium guajava L) pada lipidemia serum tikus (Sprague dwaley) hiperkolesterolemia. Media Medika Indonesia. 39: 105-111.

Martin D.W., Mayes P.A.dan Rodwell V.W. 1983. Metabolisme Lipid II dan

Peranan Jaringan. Jakarta: EGC, hal:273.

Page 81: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

81

Matos L.S., Paula H., Pedrosa L.M., Santos C.R.,Olievera L., Junior C.A.D., Silva E.M.2005.Dietary models for inducing Hypercholesterolemia in Rats.48:203-209.

Mihardja L.1999. Pengaruh beberapa diet terhadap hiperlipidemia. Media

Litbangkes. 9:8-12. Murray R.K., Granner, D.K., Mayes P.A. dan Rodwell V.W. 2003. Biokimia

Harper. Alih bahasa: Andry Hartono. Jakarta: EGC. Hal: 270-5.

Murti B.1994. Penerapan Metode Statistik Non-Parametrk dalam Ilmu-Ilmu Kesehatan. Jakarta:Gramedia pustaka, hal: 45-79.

Ngatidjan. 1991.Petunjuk Laboratorium Metode Laboratorium dalam Toksikologi.Bandung:ITB,hal 152.

Nyam News. 2004. Understanding coronary disease. Jam J Nutr. 45:9-34.

Olson J.A.1994. Absorption, transport and metabolism of carotenoids in humans. Pur Appl Chem. 66:1011-16.

Paiva S.A.V. dan Russell R.M.. 1999. β-carotene and other carotenoids as antioxidants. Am J Nutr.18: 426-33.

Priyana A. 2007. Perbandingan antara high density lipoprotein, lipoprotein(a), dan small dense low density lipoprotein sebagai parameter pertanda risiko penyakit jantung koroner.Universa Medicina. 26:12-7.

Pusparini. 2006. Low density lipoprotein padat kecil sebagai faktor risiko

aterosklerosis.Universa Medica. 25:22-32 Quan Hu. 2005. The Biochemical characterization of ferret carotene-9,10-

monooxygenase catalyzing cleavage of carotenoids in Vitro and in Vivo. Biochem J. 281:28:19327–19338

Ragnar N. dan Rolv R.2008.Effect of various oils and fats on serum

cholesterol in experimental hypercholesterolemic rats.The Journal of Nutrition.

Rand P. dan Queckenbush B. 2008. Cholesterol level in hypercholesterolemic rat: diurnal variation. Ind J Nutr.

Page 82: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

82

Rahayu T. 2005. Kadar kolesterol darah tikus putih setelah pemberian cairan kombucha per oral. Sains J Tech. 6: 85-100.

Rangland B.D., Konrad R.J., Chaffin C., Robinson C.A dan Hardy R.W. 2000. Evaluation of homogeneous direct LDL-cholesterol assay in diabetic patients: effect of glycemic control. Chem J. 46:1848-51.

Rao A.V. 2002. Lycopene, Tomatoes, and Prevention of Coronary Disease. Bio Med Exp. 227:908-13.

Rosari T.C. 2004. Pengaruh pemberian Tempe Terhadap Kadar Kolesterol

Total Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus) Yang Diberi Minyak Kelapa. Skripsi FK UNS: Surakarta

Rukmana R. 1994. Tomat dan Cherry. Yogyakarta:Kanisius. Hal:1-78

Saap E.M..2007. Perbedaan Penurunan Kadar LDL Kolesterol Tikus Putih (Rattus norvegicus) pada Pemberian Bawang Putih (Allium sativum Linn.) Mentah dan Dimasak. Skripsi FK UNS: Surakarta

Sacher R.A. dan Mc Pherson R.A.2004.Tinjauan klinis Hasil

Pemeriksaan Laboratorium. Alih Bahasa: Pendhit B.U. dan Wulandari D .Jakarta:EGC, hal:501-2..

Salter A.M., Hayash R., Al-Senni M dan Brown N.F. 1991. Effects of

hypothyroidism and high-fat feeding on mRNA concentrations for the low-density-lipoprotein receptor and on acyl-coA.: cholesterol acyltransferase activities in rat liver. Biochem J. 276: 825-32

Saputro A. 2006. Pengaruh Pemberian Saus Tomat Terhadap Kadar SGOT

dan SGPT Hati Tikus Putih. Surakarta: Skripsi FK UNS. Sargowo D.1995. Proses aterosklerosis sebagai penyebab penyakit jantung koroner:

ditinjau dari konsep patologi molekuler sebagai landasan teori. Majalah Kedokteran Indonesia. 45: 311-15

Shepherd J. 2001. The role of the exogenous pathway in

hypercholesterolaemia. Euro J Heart Sup.12:1043-45

Shi J. dan Maguer M.L. 2000. Lycopene in tomatoes:chemical and physical properties affected by food processing. Crt Rev Biotechnol. 20:293-334.

Silaste M.L., Alfthan G., Aro A., Kesaniemi Y.A., Horkko S. 2007. Tomato juice decreases LDL cholesterol levels and increases LDL resistance to oxidants. Britsh J Nutr. 98: 1251-58.

Page 83: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

83

Smith J.B. dan Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: UI.Hal: 37-57

Soehardjono D. 1993. Percobaan Hewan Laboratorium. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal:207.

Soeharto I.. 2001. Kolesterol & Lemak Jahat Kolesterol & Lemak Baik dan Proses Terjadinya Serangan Stroke dan Jantung. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, hal: 43-50.

Swift L., Patricia D., Mary E., Gray dan Virgil S. 2008 Intestinal lipoprotein

synthesis. Comparison of nascent Golgi lipoproteins from chow-fed and hypercholesterolemic rats.25:4-10.

Trisnawati Y.dan Setyawan P. 1994. Tomat Pembudidayaan Secara

Komersial. Jakarta: Penebar Swadaya, hal:1-34. Tjokroprawiro A. Metabolisme lipid pada diabetes mellitus patogenesis dan

tata laksana pengelolaannya. Med J Farm. 11:39-52.

Tsalissavrina I., Wahono D. dan Handayani D. 2006. Pengaruh pemberian diet tinggi karbohidrat dibandingkan diet tinggi lemak terhadap kadar trigliserida dan HDL darah pada Rattus noevegicus galur wistar.Braw J Kedokt. 22:81-9.

Uchida K, Nomura Y., Kadowaki M., Takase H.,Takano K dan Takeuchi

N.2008. Age-related changes in cholesterol and bile acid metabolism in rats.the Journal of Lipid research.

Verhoeyen M.E., Bovy A., Collins G., Muir S., Robinson S., de Vos C. H. R.

dan Colliver S. 2002. Increasing antioxidant levels in tomatoes through modification of the flavonoid biosynthetic pathway. J Exp Bot. 53: 2099-2106.

Waspadji S. 2006. Metabolic syndrome and cardiovascular disease. Ind J Med. 38: 177-8.

Widijanti A., Koesmardani R. dan Hartojo. 2008. Perbedaan kadar kolesterol LDL yang diperiksa dengan metode direk (Homogenous LDL-C) dan Metode Indirek (Formula Friedewald). Malang: Laboratorium Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, hal: 1-3

Page 84: TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL TIKUS PUTIH

84

Wirakusumah S. 2006. Jus Buah dan Sayuran. Jakarta: Penebar Swadaya, hal:62-4.

World Intelectual Property Organization. 2000.Naringin dan Narigenin As Inhibitors on Asil Co A Transferase. http://www.wipo.int/pctdb/en/content.html. (4Februari 2008).

Yukio F., Naoko K., Masaharu H., Sayaka M.,Yoko I., Koh A., Daisuke S., Motohiro T., Tsuyoshi Ikeda, Toshihiro N. dan Ryoji Nagai. 2007. Esculeogenin A, a new tomato sapogenol, ameliorates hyperlipidemia and atherosclerosis in apoE-deficient mice by inhibiting ACAT. Am Heart Assoc.27:2400-2406.

Zern L.T dan Fernandez L.M. 2005. Cardioprotective effects of dietary

polyphenols Nutr J. 135:2291-2294.