42
PENDAHULUAN Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh (Rock CL, 2004). Status nutrisi normal menggambarkan keseimbangan yang baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi (Denke, 1998; Klein S, 2004). Kekurangan nutrisi memberikan efek yang tidak diinginkan terhadap struktur dan fungsi hampir semua organ dan sistem tubuh (Suastika, 1992). Malnutrisi dan Cachexia sering terjadi pada penderita kanker (24% pada stadium dini dan > 80% pada stadium lanjut), AIDS dan penyakit kronis lainnya. Malnutrisi dan Cachexia meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta menurunkan kualitas hidup, “survival” penderita. Penderita dengan malnutrisi sering tidak dapat mentoleransi terapi termasuk radiasi khemoterapi dan lebih mempunyai kecenderungan mengalami “adverase effect” terhadap terapi kanker (Lutz, 1994; Denke, 1998, Bruera, 2003; Jakowiak, 2003; Trujillo, 2005; Watson, 2005). Cachexia adalah keadaan malnutrisi yang ditandai dengan anorexia, penurunan berat badan, muscle wasting, asthenia, depresi, nausea kronik dan anemia yang menyebabkan distress psikologis, perubahan dalam komposisi tubuh, gangguan dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, cairan jaringan, keseimbangan asam basa, kadar vitamin dan elektrolit (Trujillo, 2005). 1

Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

Embed Size (px)

DESCRIPTION

terapi nutrisi kanker

Citation preview

Page 1: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

PENDAHULUAN

Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk

membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya

fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh (Rock CL, 2004).

Status nutrisi normal menggambarkan keseimbangan yang baik antara asupan nutrisi dengan

kebutuhan nutrisi (Denke, 1998; Klein S, 2004). Kekurangan nutrisi memberikan efek yang

tidak diinginkan terhadap struktur dan fungsi hampir semua organ dan sistem tubuh

(Suastika, 1992).

Malnutrisi dan Cachexia sering terjadi pada penderita kanker (24% pada stadium dini

dan > 80% pada stadium lanjut), AIDS dan penyakit kronis lainnya. Malnutrisi dan Cachexia

meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta menurunkan kualitas hidup, “survival”

penderita. Penderita dengan malnutrisi sering tidak dapat mentoleransi terapi termasuk radiasi

khemoterapi dan lebih mempunyai kecenderungan mengalami “adverase effect” terhadap

terapi kanker (Lutz, 1994; Denke, 1998, Bruera, 2003; Jakowiak, 2003; Trujillo, 2005;

Watson, 2005).

Cachexia adalah keadaan malnutrisi yang ditandai dengan anorexia, penurunan berat

badan, muscle wasting, asthenia, depresi, nausea kronik dan anemia yang menyebabkan

distress psikologis, perubahan dalam komposisi tubuh, gangguan dalam metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein, cairan jaringan, keseimbangan asam basa, kadar vitamin dan

elektrolit (Trujillo, 2005).

Anorexia adalah tidak adanya keinginan untuk makan dan menunjukkan bahwa

seseorang tidak mempunyai ketertarikan (interest) terhadap semua makanan. Pengendalian

terhadap asupan makanan adalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai organ,

environment dan mekanisme perifer (dinding usus berperan terhadap regulasi apetite dan

beraksi terhadap stimuli mekanis dan kemis seperti peptide yang diproduksi diusus antara lain

cholecycstokinin, somatostatin, glucagons) dan sentral (jalur hipotalamaus: dipengaruhi oleh

perciuman, rasa kecap, stimuli visual, temperature, stimuli gastrointestinal melalui N.vagus,

kadar glukosa dan asam amino dalam darah dan pusat kortikal: dipengaruhi oleh

environment, kultural, faktor ekonomi dan emosional) (Walsh, 1989; Woodruff, 1997,

Strasser, 2002).

Malnutrisi adalah hilangnya/ penurunan berat badan diatas 10% atau berat badan

kurang dari 80% BB ideal, dalam kurun waktu 3 bulan (Suastika, 1992; Waller, 1996;

Strasser, 2002, Trujillo, 2005). Ketika seseorang didiagnosis menderita kanker, maka nutrisi

1

Page 2: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

merupakan bagian dari terapi. Tujuan utama terapi nutrisi pada penderita kanker adalah

mempertahankan atau meningkatkan status nutrisi sehingga dapat memperkecil terjadinya

komplikasi meningkatkan efektivitas terapi kanker (bedah, kemoterapi, radiasi) kualitas

hidup dan survival penderita (Lutz, 1994; Bruera, 2003; Trujillo, 2005).

2

Page 3: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

PREVALENSI MALNUTRISI

Prevalensi malnutrisi pada penderita kanker tergantung pada jenis tumor, stadium,

organ yang terlibat, terapi antikanker, kondisi non malignan yang menyertainya seperti

diabetes melitus, penyakit saluran cerna dan lain-lain. Pada penelitian multisenter terhadap 12

jenis kanker, prevalensi penurunan berat badan (BB) sebesar 31%-40% pada penderita kanker

payudara, kanker hematologik dan sarcoma; 54%-64% pada penderita kanker colon, prostate

dan paru > 80% pada penderita dengan kanker pancreas dan lambung dan didapatkan

penurunan BB paling berat (Shike, 1996; Strasser, 2002; Trujillo, 2005; Mroos, 2006). Terapi

kanker juga berpengaruh terhadap status nutrisi penderita. Pada suatu penelitian didapatkan >

40% penderita yang mendapat terapi kanker (bedah, kemoterapi dan radiasi) mengalami

malnutrisi (Shike, 1996; Trujillo, 2005).

PENYEBAB MALNUTRISI

Penyebab malnutrisi pada penderita kanker adalah multifaktorial. Secara umum

penyebabnya dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu:

1. berkurangnya asupan makanan dan malabsorbsi

2. gangguan proses metabolisme (Shike, 1996).

Bruera mengelompokkan penyebab cachexia pada penderita kanker sebagai berikut:

1. faktor psikologis dan susunan saraf pusat (keengganan makan, gangguan persepsi rasa

kecap, stress psikologis);

2. efek tumor (obstruksi mekanis, pemakaian substrate/ nutrisi oleh tumor, produksi sitokin

oleh sel tumor, lipid mobilizing factors);

3. efek yang berhubungan dengan terapi (kemoterapi, radiasi, bedah, nausea, stomatitis,

xerostomia, nyeri, ileus); 4. efek yang berhubungan dengan penderita (peningkatan resting

energy expenditure, gangguan proses metabolisme, produksi sitokin oleh makrofag, disfungsi

autonomic, penurunan pengosongan lambung (Lutz, 1994; Woodfruff, 1997; Strasser, Bruera,

2002; Watson, 2005).

1. BERKURANGNYA ASUPAN MAKANAN DAN MALABSOBSI

Efek Tumor

a. Efek langsung :

3

Page 4: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

Tumor dari traktus gastrointestinal seperti tumor lidah, faring, esophagus dan

lambung yang menyebabkan obstruksi atau tumor dari luar traktus gastrointestinal

yang menyebabkan obstruksi antaralain tumor kepala leher, pancreas, hepar atau

tumor lain yang metastasis ke abdominal (Sheke, 1996; Waller, 1996;

Woodruff,1997). Gangguan pencernaan dan absorbsi misalnya pada kanker pankres,

limfoma usus halus, tumor vilous colon (Waller, 1996).

b. Efek tidak langsung (remote effect):

Tumor dapat menimbulkan anorexia tanpa melibatkan traktus gastrointestinal

secara langsung. Terjadi akibat adanya penurunan rasa kecap, kualitas penciuman,

gangguan neuroendokrin, gangguan pada hypothalamic appetite control center

sehingga terjadi gangguan kontrol asupan makanan dan rasa cepat kenyang (Walsh,

1989; Waller, 1996; Shike, 1996, Woodruff, 1997).

Efek Samping Pengobatan Antitumor

Gangguan nutrisi akibat tindakan bedah tergantung pada letak tumor, luasnya reseksi

saluran cerna dan ada tidaknya tindakan vagotomi. Operasi pada bagian saluran cerna seperti

lidah, mandibula, faring, esophagus, lambung dapat menurunkan kemampuan menelan dan

pencernaan makanan. Reseksi usus halus yang luas menyebabkan gangguan penyerapan

nutrient, cairan dan elektrolit, reseksi pancreas dapat menyebabkan malabsorbsi dari lemak

dan protein (Shike, 1996; Triyllo, 2005). Kemoterapi dapat menyebabkan nausea, vomiting,

nyeri abdomen, mukositis, ileus diare dan malabsorbsi. Beberapa preparat antineopalstik

yang sering menyebabkan simtom gastrointestinal (40%) antaralain cisplatin, doxorubicin,

fluorouracil.

Penggunaan obat analgesik opioid dapat menyebabkan nausea, konstipasi dan gas

distension pada usus halus dan usus besar sehingga menyebabkan malabsorbsi (narcotic

bowel syndrome), penggunaan diuretik sering menyebabkan penurunan kadar zinc yang

mengakibatkan penurunan rasa kecap (Walsh, 1989; Twycross, 1990; Shike, 1996; Bruera,

2003; Trujillo, 2005). Radioterapi dapat memberikan reaksi akut dan delayed reaction

(komplikasi kronis). Reaksi akut dapat terjadi dalam 3 hari sampai 1 minggu terapi, dapat

berupa kesulitan menelan akibat edema dan mukositis orofaring menyebabkan disfagia dan

odinofagia, penurunan produksi saliva dengan konsekuensi penurunan enzim (radiasi kepala

leher), nausea vomiting, enteritis atau diare (radiasi daerah abdominal). Komplikasi akhir

4

Page 5: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

berupa keradangan mucosal persisten, fibrosis intestinal dan striktur (Shike, 1996; Bruera,

2003; Trujillo, 2005). Keadaan lain yang menyertai penderita kanker seperti infeksi, Diabetes

mellitus, penyakit rematik dan lain-lain.

Autonomic Failure

Sindroma klinik meliputi manifestasi kardiovaskuler (postural hypotension, syncope

dan fixed heart rate) dan simtom gastrointestinal (nausea, anorexia, konstipasi dan kadang-

kadang diare). Terjadi pada sekitar 52% penderita kanker terutama stadium lanjut (Bruera,

2003; Watson, 2005).

2. GANGGUAN METABOLISME

Penyebab perubahan metabolisme pada penderita kanker masih belum jelas. Namun

beberapa mekanisme yang berperan adalah adanya respon sistemik yang diperantarai oleh

tumor induced distant hormonal factor (axis neuroendokrin), adanya respon non spesifik

terhadap faktor-faktor yang dilepaskan oleh tumor, adanya respon inflamasi sistemik yang

diperantarai oleh sitokin yang diproduksi oleh makrofag. Sitokin adalah kelompok berbagai

soluble glycoprotein dan low molecular weigh peptides yang mengatur interaksi antar sel

serta fungsi sel dan jaringan. Dalam kaitannya dengan cachexia pada kanker, sitokin

mengatur motilitas dan pengosongan lambung melalui saluran gastrointestinal atau susunan

saraf pusat dengan cara mengganggu sinyal eferen yang mengatur satiety (Strasser, 2002;

Trujillo, 2005; Watson, 2005).

Beberapa hormon dan sitokin yang berperan dalam gangguan metabolisme adalah :

TNF mensupresi aktivitas lipoprotein lipase di adiposit, sehingga mengganggu kliren

triglicerida dari plasma dan menyebabkan hypertriglyceridemia; IL-1 menyebabkan anorexia

melalui blocking neuropeptide Y (NPY) induced feeding, NPY adalah suatu potent feeding

stimulatory peptide yang diaktivasi oleh penurunan kadar leptin; TNF dan IL-1 meningkatkan

kadar corticotrophin releasing hormone yang merupakan neurotransmitter di saraf sentral dan

pelepasan glucose sensitive neurons menyebabkan penurunan intake makanan, IL-6 dan,

leukemia inhibitor factor (LIF) yang diproduksi oleh sel kanker terutama otot skeletal

menyebabkan efek cachectic yang poten; IFN-γ juga menyebabkan cachexia; lipid mobilizing

factor menyebabkan lipolisis dan penurunan BB; Proteolysis Inducing Factor (PIF)

menyebabkan degradasi protein dalam otot skeletal melalui peningkatan pengaturan jalur

ubiquitin proteasome proteolytic, menurunkan sintesis protein dan meningkatkan sitokin dan

5

Page 6: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

acute phase protein; Leptin mengontrol intake makanan dan energy expenditure melalui

neuropeptic effector moleculs dalam hipotalamus, leptin merangsang jalur katabolik dan

menghambat jalur anabolik, TNF, IL-1 dan LIF meningkatkan kadar leptin menyebabkan

anorexia dengan cara mencegah mekanisme kopensasi normal terhadap penurunan intake

makanan; uncoupling protein (UPC) 1, 2 dan 3 yang berperan dalam pembentukan energi dan

ATP yang berpengaruh terhadap energy expenditure, ekspresinya dipengaruhi oleh produk

dari tumor (sitokin) (Shike, 1996; Strasser, 2002; Trujillo, 2005).

Sebagai contoh pada penderita kanker paru small cell didapatkan peningkatan rata-

rata 37% dari basal energy expenditur, sehingga intake makanan yang diberikan tidak

mencukupi kebutuhan tubuh, menyebabkan keseimbangan energi negatif dan penurunan berat

badan. Hemostasis glukosa : glukosa adalah sumber energi utama bagi sel tumor dan host,

peningkatan penggunaannya akan disertai peningkatan pelepasan laktat yang kemudian

diregenerasi menjadi glukosa oleh Liver melalui coricycle.

Peningkatan coricycle ini akan meningkatkan kehilangan energi sekitar 300 kcal perhari.

Glukoneogenesis meningkat untuk mempertahankan hemostasis glukosa. Asam amino,

gliserol dan fat breakdown digunakan untuk proses glukoneogenesis di Liver untuk

membentuk glukosa (kadar plasma alanine, glycine dan glutamine menurun). Produksi

glukosa, intoleransi glukosa dan resistensi insulin meningkat. Dilepaskannya counter

regulatory hormone seperti glucocorticoid dan glucagons meningkatkan resistensi insulin

sehingga penggunaan glukosa oleh otot skeletal menurun (Shike, 1996; Trujillo, 2005;

Watson, 2005; Boediwarsono, 2006).

Metabolisme protein: katabolisme otot meningkat (muscle wasting) menyebabkan

asthenia atau menurunnya kekuatan yang disebabkan oleh peningkatan pemecahan protein

dan penurunan sintesis protein otot, peningkatan sintesis protein Liver (acute phase protein)

dan tumor. Terjadi negative nitrogen balance dimana terjadi peningkatan whole body protein

turnover dan gangguan aminoacid turnover (Strasser, 2002; Trujillo, 2005). Metabolisme

lemak : penderita akan mengalami kehilangan jaringan lemak karena terjadi peningkatan

lipolisis dan penurunan lipogenesis. Turnover glycerol dan free fathy acid (FFA) meningkat,

penurunan kadar lipoprotein lipase menyebabkan klirens triglyceride dari plasma menurun,

kadar triglyceride meningkat, high dan low density lipoprotein menurun (Trujillo, 2005).

3. DEFINISI MIKRONUTRIEN

6

Page 7: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

Defisiensi mikronutrien: berbagai komponent / zat dalam makanan dapat berpengaruh

dalam perkembangan kanker melalui beberapa mekanisme termasuk gangguan metabolisme

carcinogen, antioksidan, peningkatan diferensiasi, hambatan pertumbuhan dan pengaturan

imunologik. Vitamin C dan E berfungsi sebagai antioksidan, merangsang sistem imun,

mengurangi nitrit yang mencegah pembentukan nitrosamine yang berperan dalam

pembentukan sel tumor.

Vitamin A mengontrol diferensiasi sel dan berperan dalam pertahanan imunologis

host. Penurunanan kadar vitamin tertentu dapat berhubungan dengan keganasan tertentu

(vitamin A pada kanker colorectal, esophagus, leukemia, limfoma; beta carotene pada kanker

gaster, pancreas, oral dan tiroid; Vit.E pada kanker paru, gaster, prostate, gall bladder,

leukemia, limfoma, malignant bone tumor, tumor-tumor susunan saraf pusat; Vit. C pada

kanker paru, gaster, pancreas, esophagus, colon, prostate; Vit.D (dan Calcium) pada kanker

colon (Lutz, 1994; Rock, 2004 Trujillo, 2005). Trace elements seperti selenium, zinc,

manganase dan – copper adalah cofactor untuk beberapa enzim antioksidan seperti glutahione

peroksidase, RNA polymerase, superoxide dismutase, dan diamine oksidase.

Metabolismenya dipengaruhi pada penderita kanker, sebagai contoh terdapat

peningkatan kadar zinc diurine penderita melanoma, keganasan ginekologis dan paru, juga

kadar yang rendah dalam plasma penderita Ca prostat dan mamma. Defisiensi selenium

terdapat pada Ca cervix, paru dan gall bladder (Trujillo, 2005).

4. GANGGUAN ELEKTROLIT

Hipercalcemia, hiperfosfatemia, hipocalcemia dan hiperkalemia berhubungan dengan

tumor lysis syndrome (TLS) yang sering terjadi pada limfoma sebagai akibat rapid tumor

breakdown baik secara langsung akibat pertumbuhan tumor yang cepat diikuti dengan

kematian sel tumor secara langsung atau akibat terapi ditandai dengan hiperurusemia akibat

pemecahan DNA, hiperkalemia akibat pemecahan cytosol, hiperfosfatemia akibat pemecahan

protein dan hipercalcemia akibat hiperfosfatemia.

Hipocalcemia, hipomagnesemia dan hipofosfatemia sering terjadi pada penggunaan

preparat platinum, hiponatremia pada penggunaan preparat cyclophosphamid dan vincristine

(Trujillo, 2005).

PENGARUH MALNUTRISI PADA PENDERITA KANKER

7

Page 8: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

Malnutrisi dan cachexia dapat memberikan dampak yang buruk terhadap struktur dan

fungsi hampir semua organ dan sistem tubuh. Pada sistem kardiovaskular: penurunan berat

badan sebesar 24% berhubungan dengan penurunan isi jantung sebesar 17%, dapat terjadi

hipotensi arterial, bradikardi, penurunan tekanan vena, konsumsi oksigen menurun, stroke

volume dan cardiac output menurun; pada paru: perubahan anatomi akibat atrofi dan

melemahnya otot pernafasan, gangguan kemampuan membersihkan sekret, menurunnya

elastisitas jaringan paru dan mengakibatkan pembesaran rongga udara; pada gastrointestinal:

atrofi gastrointestinal dan pankreas sehingga enzim pencernaan menurun, motilitas dan

sekresi asam lambung menurun, terjadi pertumbuhan bakteri yang berlebihan pada usus

halus, malabsorbsi dan intoleransi laktosa akibat edema usus halus pada hipoalbunemia; pada

liver peningkatan glikogen, infiltrasi lemak; pada ginjal : glumerular filtration rate dan aliran

darah turun; pada sistem hematologi: dapat terjadi pansitopenia yaitu anemia normochrom

normositer, leukopenia, trombositopenia, hipoplasia elemen selular sumsum tulang; pada

sistem imun menyebabkan penurunan imunitas selular sedangkan imunitas humoral tidak

jelas pengaruhnya; penyembuhan luka terhambat akibat terhambatnya nervaskularisasi,

proliferasi fibroblas, sintesis kolagen, remodelling luka dan adanya edema pada penderita

dengan hipoalbuminemia; pada sistem muskoloskeletal berupa berkurangnya massa otot

skeletal, meningkatnya kelelahan, berubahnya pola kontraksi dan relaksasi otot,

berkurangnya massa tulang dan osteoporotik. Keadaan ini akan menyebabkan peningkatan

kepekaan terhadap infeksi, gangguan penyembuhan luka, toleransi yang jelek terhadap terapi,

menurunkan kualitas hidup dan meningkatkan mortalitas dan morbiditas penderita kanker

(Suastika, 1992; Jaskowiak, 2003; Klein, 2004; Boediwarsono, 2006).

PENENTUAN STATUS NUTRISI PADA KANKER

Penentuan status nutrisi pada penderita kanker berdasarkan atas anamnesis,

pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan antropometri dan meriksaan laboratorium (Denke,

1998; Bristian, 2004). Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik merupakan cara efektif

dalam penentuan status nutrisi penderita. Pada anamnesis perlu ditanyakan adalah berat

badan rata-rata pada 3 bulan terakhir, informasi tentang asupan makanan baik jenis makanan,

kemampuan mengkonsumsi makanan dan ha-hal yang berpengaruh terhadapnya misalnya

adanya nyeri, mual-muntah, sulit menelan, luka berbau dan terapi yang sedang dijalani.

Pemeriksaan fisik meliputi adanya kulit kering, bersisik, atrofi otot (muscle wasting)

adanya edema pitting, penurunan kekuatan otot dan cadangan lemak, pemeriksaan

8

Page 9: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

antropometri berupa BB, body mass index (BMI= rasio BB/TB), ketebalan otot triceps

(triceps skinfold thickness) dan midarm mucle sirumference. BMI dapat digunakan untuk

menilai status nutrisi penderita. Nilai BMI 18,5 – 24,9 kg/m2 adalah normal, protein energy-

malnutrition : ringan BMI 17,0 – 18,4 kg/m2, sedang BMI 16,0 – 16,9 kg/m2 dan berat BMI

< 16,0 kg/m2 (Lutz, 1994; Denke, 1998; Bristian, 2004).

Nilai tricep skin fold (TST) dan mid-upperarm mucle circumference (MUAMC) dapat

menilai status otot, kulit dan fat untuk menentukan status nutrisi (tabel lampiran 1) (Denke,

1998; Bristian, 2004).

Pemeriksaan laboratoris dengan menentukan kadar protein serum terdiri dari albumin

serum, trasferin dan prealbumin. Pengukuran kadar protein serum dapat menolong

memprediksi prognosis penderita. Kadar albumin yang rendah secara kronis diikuti dengan

perpanjangan hospital stay, penyembuhan luka yang buruk, infeksi dan meningkatkan

mortalitas. Kadar prealbumin < 5 mg/dl menunjukkan prognosis buruk, 5,0 – 10,9 mg/dl

menunjukkan resiko yang bermakna dan memerlukan support nutrisi yang agresif, 11.0 – 15

mg/dl meningkatkan resiko dan perlu nutrisi dan monitor yang ketat (Denke, 1998; Bristian,

2004; Shike, 2005).

INDIKASI TERAPI NUTRISI

Terapi nutrisi diberikan kepada penderita malnutrisi atau pada penderita yang dalam

perjalanan penyakitnya diperkirakan akan menjadi malnutrisi (Waller, 1996; Boediwarsono,

2006). Secara praktis bila didapatkan 2 dari 3 berikut ini, yaitu adanya penurunan berat badan

> 10% dalam kurun waktu 3 bulan, kadar trasferin serum < 150 mg/dl, kadar albumin serum

< 3,4 g/dl merupakan indikasi pemberian terapi nutrisi (Waller, 1996; Boediwarsono, 206).

PEMBERIAN NUTRISI

Terdapat 3 pilihan dalam pemberian nutrisi yaitu diet oral, nutrisi enteral dan nutrisi

parenteral. Diet oral diberikan kepada penderita yang masih bisa menelan cukup makanan

dan keberhasilannya memerlukan kerjasama yang baik antara dokter, ahli gizi, penderita dan

keluarga. Nutrisi enteral bila penderita tidak bisa menelan dalam jumlah cukup, sedangkan

fungsi pencernaan dan absorbsi usus masih cukup baik.

Selama sistem pencernaan masih berfungsi atau berfungsi sebagian dan tidak ada

kontraindikasi maka diet enteral (EN) harus dipertimbangkan, karena diet enteral lebih

fisiologis karena meningkatkan aliran darah mukosa intestinal, mempertahankan aktivitas

9

Page 10: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

metabolik serta keseimbangan hormonal dan enzimatik antara traktus gastrointestinal dan

liver.

Diet enteral mempunyai efek enterotropik indirek dengan menstimulasi hormon usus

seperti gastrin, neurotensin, bombesin, enteroglucagon. Gastrin mempunyai efek tropik pada

lambung, duodenum dan colon sehingga dapat mempertahankan integritas usus, mencegah

atrofi mukosa usus dan translokasi bakteri, memelihara gut-associated lymphoid tissue

(GALT) yang berperan dalam imunitas mukosa usus (Shike, 1996; Bruera, 2003; Rombeau,

2004; Trujillo, 2005; Boediwarsono, 2006).

Nutrisi parenteral total (TPN) diberikan pada penderita dengan gangguan proses

menelan, gangguan pencernaan dan absorbsi (Bozzetti, 1989; Baron, 2005; Shike 1996;

Mahon, 2004; Trujillo, 2005).

Daftar makanan yang sering diberikan pada penderita kanker sesuai jenis gangguan

sistem pencernaan: penderita dengan ulserasi pada mukosa mulut (makanan yang lembut atau

lunak atau mengandung cairan, makanan dingin lebih baik daripada panas, gunakan

anaesthetic mouthwash sebelum makan, food lubrixant seperti butter, margarine dan milk

untuk xerostomia, untuk mengatasi kesulitan menelan penderita melakukan proses inhalasi,

menelan dan ekshalasi), paska laringektomi supraglotik (makanan padat dan lembut, hindari

makanan cair), striktura esofagus (makanan lemak, usahakan dalam bentuk cair atau hyghly

caloric nutritional supplements), reseksi lambung (5 atau 6 kali makanan kecil perhari, batasi

monosakarida dan laktosa, berikan tambahan zat besi dan Vit B12 parenteral) insufisiensi

pankreas (batasi lemak, medium chain triglyceride, suplemen enzim pankreas), reseksi usus =

short bowel (makanan porsi kecil dan sering, batasi lemak, serat, monokarbohidrat dan

laktosa, tambahkan calcium, magnesium, zine dan Vit B12 secara parenteral, untuk pederita

paska reseksi ileum terminale, chronic radiation enteritis (batasi lemak, serat dan laktose)

(Lutz, 1994; Shike,1996).

Nutrisi enteral adalah cara pemberian makanan melalui selang/ tube kesaluran

pencernaan. Pemasangan selang yang umum adalah melalui hidung sampai kelambung

(Nasogastric tube). Bila pemberian nutrisi diperlukan untuk jangka lama atau ada kesulitan

pemasangan selang dapat dilakukan secara bedah atau endoskopi yaitu esofagostomi,

gastrostomi atau jejonostomi (Lutz, 1994; Shike, 1996; Waller, 1996).

Kecepatan pemberian nutrisi enteral tergantung pada kondisi penderita. Penderita dengan

kanker kepala leher dimana saluran cerna masih baik dapat diberikan bolus 300 – 500 cc

beberapa kali perhari, penderita pasca gastrektomi memerlukan pemberian secara drip pelan-

10

Page 11: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

pelan 200 cc/jam, penderita short bowel, malabsorbsi, radiation induced enteritis 100 cc/jam

(Waller, 1996). Bahan makanan untuk nutrisi enteral dapat disediakan dengan melalui

konsultasi gizi, dapat juga menggunakan formula nutrisi enteral yang beredar dipasaran yang

secara umum terdapat 2 kategori berdasarkan kandungan karohidrat lemak dan protein yaitu

full digestion formula dan partial digestion formula. Terdapat juga sediaan tinggi protein atau

mengandung zat yang dibutuhkan untuk meningkakan status imunologis penderita (Shike,

1996; Boediwarsono, 2006).

Nutrisi parenteral (NPE) diberikan untuk mencukupi sumber nutrien essensial tanpa

menggunakan traktus gastrointestinal yaitu secara intravena (Askandar, 2001). NPE dapat

dibedakan menjadi NPE parsial (NPE-P) dan NPE total (NPE-T) dapat melalui vena perifer

atau sentral. Tumor yang mengenai sistem pencernaan atau tindakan yang melibatkan sistem

pencernaan sehingga terjadi gangguan proses menelan dan pencernaan merupakan indikasi

pemberian NPE. Dalam pemberian NPE pertimbangkan jenis larutan yang dibutuhkan sesuai

dengan kebutuhan makro dan mikronutrien, perhatikan osmolaritas larutan (sebaiknya kurang

dari 800-1000 mOsm/l dan bila tidak mungkin lakukan infus cabang) (Askandar, 2005;

Trujillo, 2005).

KEBUTUHAN MAKRONUTRIEN PADA PENDERITA KANKER

Kebutuhan makronutrien (karbohidrat lemak dan protein) penderita kanker sangat

individual beberapa penelitian mendapatkan data bahwa 50 – 60% penderita kanker rawat

inap mengalami abnormalitas resting energy expenditur (REE) yang sangat bervariasi

sehingga sulit untuk menentukan kebutuhan kalori secara umum (Baron, 2005). Untuk

menentukan kebutuhan kalori, harus ditetapkan lebih dahulu tujuan dari terapi nutrisi dan

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti status nutrisi, jenis tumor, terapi

tumor yang diberikan, adanya infeksi dan lamanya penyakit.

Kebutuhan kalori untuk tujuan maintenance adalah 115 – 130% dari REE, sedangkan

uintuk meningkatkan BB diperlukan sampai 150% REE (Boediwarsono, 2006). Pengukuran

REE berdasarkan rumus Harnis Benedict: untuk pria REE (kcal/hari) = 666 + (13,7 x BB) +

(5 x TB)-(6,8 x umur); wanita REE (kcal/hari) = 655 + (9,5 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x

umur). BB adalah berat badan dalam kilogram, T B adalah tinggi bdan dalam cm, umur

dalam tahun.

Pada penderita dapat ditambahkan sekitar 20-50% dari REE yang diberikan dalam

bentuk kalori non protein untuk memenuhi energy expenditur selama aktivitas atau

11

Page 12: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

sehubungan dengan penyakitnya. Kebutuhan energi juga dapat diperkirakan dengan cara

perkalian sebagai berikut : BB x 30 – 35 kcal/hari. Kebutuhan protein adalah 0,8 – 1,2 gram

per kg BB perhari. Pada penderita dengan malnutrisi dapat diberikan 1,5 g/kg BB/ hari.

Diperlukan polyunsaturated fatty acid (linoleic acid) sekitar 2-4% dari total kalori dan

kolesterol < 200 mg/hari (Baron, 2005; Boediwarsono, 2006).

KEBUTUHAN MIKRONUTRIEN

Mikronitrien terdiri dari vitamin, mineral dan frace elemen. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa defisiensi vitamin tertentu, mineral dan frace elemen berhubungan

dengan penyakit kanker tertentu. Anjuran konsumsi vitamin adalah : Vitamin C 300 – 400

mg/hari namun beberapa peneliti menganjurkan intake Vitamin C 300 – 1000 mg

menurunkan resiko dari penyakit kanker, Vitamin A (β – carotene) sebagai anti oksidan

25.000 – 50.000 IU, Vitamin E 100 – 400 unit/hari sebagai antioksidan.

Anjuran konsumsi kalium, natrium dan chlorida masing-masing 45 – 145 meq/hari,

calcium 60 meq/hari, magnesium 35 meq/hari, dan fosfat 23 mmol (Trujillo, 2004; Baron,

2005).

KEBUTUHAN MAKRONUTRIEN DAN MIKRONUTRIEN (Trujillo, 2005)

1. Protein

Protein merupakan bagian penting dari tulang, otot, dan kulit. Bahkan dalam setiap sel

dalam tubuh kita terdapat protein . Protein mempunyai banya fungsi, antara lain adalah

membantu memecah nutrisi untuk menjadi energi, sebagai struktur bangunan dalam tubuh,

dan menghancurkan racun. Protein terdiri dari blok bangunan yang disebut asam amino.

Tubuh kita dapat memproduksi beberapa asam amino. Protein yang kita peroleh dari daging

dan produk hewani lainnya mengandung semua asam amino yang kita butuhkan.

Protein dari daging dan produk hewani yang lain juga disebut sebagai protein

lengkap. Berbeda dengan dengan protein Nabati yang tidak mengandung semua asam amino

yang kita butuhkan, untuk melengkapi asam amino yang kita butuhkan kita perlu

mengkonsumsi beberapa makanan nabati agar kita memperoleh asam amino yang lengkap

yang kita butuhkan. Beberapa Sumber protein yang sangat baik baik antara lain meliputi,

ikan, kerang, daging unggas, daging merah (sapi, babi, domba), telur, kacang kacangan, selai

kacang, biji bijian produk dari kedelai (tahu, tempe, burger vegetarian), susu dan produk

terbuat dari susu (keju, keju cottage, yoghurt).

12

Page 13: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

a. Kebutuhan tubuh akan kandungan protein

Protein dianggap sebagai suatu bangunan dari tubuh. Protein sangat penting

untuk fungsi tubuh dan memainkan peran penting dalam pembentukan DNA dan

hormon. Seara signifikan protein berkontribusi trehadap respon imun, sel sinyal,

siklus sel dan adhesi. Protein diperlukan untuk membuat hemoglobin, yang

merupakan bagian penting dari sel darah merah yang membawa oksigen disetiap

tubuh. Setiap fungsi dalam tubuh tergantu pada protein. Protein kontraktil dibutuhkan

untuk gerak dan penggerak sel dan organism.

Protein memainkan peran penting dalam transportasi bahan dalam cairan

tubuh. Kebutuhan protein harian untuk orang dewasa sekitar 60 gram protein sehari-

hari

BMR = 0,75 x {(frekuensi nadi) + 0,74 (tekanan nadi)} – 72 (pria) = {13,7 x

berat badan (kg)} x {5 x tinggi badan (cm)} – {6,8 x umur (tahun)} x 66 (wanita) =

{9,563 x berat badan (kg)} x {1,85 x tinggi badan (cm)} – {4,676 x umur (tahun)} x

65,51

1. Usia 0 s/d 6 Bulan- Kecukupan Energi : 550 kkal- Kecukupan Protein : 10g

2. Usia 7 s/d 12 Bulan- Kecukupan Energi : 650 kkal- Kecukupan Protein:16g

3. Usia 1 s/d 3 Tahun- Kecukupan Energi : 1000 kkal- Kecukupan Protein:25g

4. Usia 4 s/d 6 Tahun- Kecukupan Energi : 1550 kkal- Kecukupan Protein:39g

5. Usia 7 s/d 9 Tahun- Kecukupan Energi :1800 kkal- Kecukupan Protein:45g

6. Usia 10 s/d 12 Tahun Pria :- Kecukupan Energi : 2050 kkal- Kecukupan

Protein : 50 gr. Wanita :- Kecukupan Energi : 2050 kkal- Kecukupan Protein :

50 g.

7. Usia 13 s/d 15 Tahun Pria :- Kecukupan Energi : 2400 kkal- Kecukupan

Protein : 60 g Wanita :- Kecukupan Energi : 2350 kkal- Kecukupan Protein :

57 g

8. Usia 16 s/d 18 Tahun Pria :- Kecukupan Energi : 2600 kkal- Kecukupan

Protein : 65 g Wanita : Kecukupan Energi : 2200 kkal- Kecukupan Protein : 55

g

9. Usia 19 s/d 29 Tahun Pria :- Kecukupan Energi : 2550 kkal- Kecukupan

Protein : 60 g Wanita :- Kecukupan Energi : 1900 kkal- Kecukupan Protein :

50 g

13

Page 14: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

10. Usia 30 s/d 49 Tahun Pria :- Kecukupan Energi : 2350 kkal- Kecukupan

Protein : 60 g Wanita :- Kecukupan Energi : 1800 kkal- Kecukupan Protein :

50 g

11. Usia 50 s/d 64 Tahun Pria :- Kecukupan Energi : 2250 kkal- Kecukupan

Protein : 60 g Wanita :- Kecukupan Energi : 1750 kkal- Kecukupan Protein :

50 g

12. Usia 64 Tahun Lebih Pria :- Kecukupan Energi : 2050 kkal- Kecukupan

Protein : 60 g Wanita :- Kecukupan Energi : 1600 kkal- Kecukupan Protein :

45 g

13. Kondisi Ibu Hamil dan Menyusui

a. Hamil Trimester I:- Kebutuhan Tambahan Energi : 180 kkal-

Kebutuhan Tambahan Protein : 17 gr

b. Hamil Trimester II:- Kebutuhan Tambahan Energi : 300 kkal-

Kebutuhan Tambahan Protein : 17 gr

c. Hamil Trimester III:- Kebutuhan Tambahan Energi : 300 kkal-

Kebutuhan Tambahan Protein : 17 gr

d. Menyusui Anak Usia 0 s/d 6 Bulan :- Kebutuhan Tambahan Energi :

500 kkal- Kebutuhan Tambahan Protein : 17 gr

e. Menyusui Anak Usia 7 s/d 12 Bulan :- Kebutuhan Tambahan

Energi: 550 kkal- Kebutuhan Tambahan Protein : 17 gr

BBI = (Tinggi Badan – 100) X 90% atau ((tinggi badan (cm) ± 10% (tinggi badan

(cm)-100) bayi (anak 0-12 bulan) = (umur (bln) / 2 ) + 4 bayi (1-6 bulan) = berat

badan lahir (gr) + (usia (bulan) x 600 gr) bayi (7-12 bulan) = berat badan lahir (gr) +

(usia (bulan) x 500 gr) anak (1-10 tahun) = (umur (thn) x 2 ) + 8

* Kelebihan Berat Badan / Overweight = Hasilnya 10% s/d 20% lebih besar

* Kegemukan / Obesitas / Obesity = Hasilnya lebih dari 20% dari yang seharusnya

* Kurus = Hasilnya 10% kurang dari yang seharusnya

BMI(IMT) = berat badan (kg) / {tinggi badan (cm) / 100 } x 2 atau = Berat Badan /

(Tinggi Badan (m) * tinggi badan [m])

1. Batas IMT untuk normal 20,1-24,9

14

Page 15: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

2. Batas IMT untuk perempuan normal 18,7-23,9

Kurus tingkat Berat jika nilai IMT <17.0

Kurus tingkat Ringan Jika nilai IMT berada diantara 17.0- 18.4

Normal jika nilai IMT berada diantara 18,5 – 25.0

Gemuk tingkat Ringan Jika IMT berada 25,1 -27.0

Gemuk tingkat berat jika nilai IMT berada > 27

Angka Kebutuhan Protein Tubuh

15

Page 16: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

b. Klasifikasi protein

1) Berdasarkan komponen-komponen yang menyusun protein :

a. Protein Bersahaja (simple protein). Hasil hidrolisis total protein jenis ini merupakan

campuran yang hanya terdiri atas asam-asam amino.

b. Protein Kompleks (complex protein, conjugated protein). Hasil hidrolisa total dari

protein jenis ini. Selain terdiri atas berbagai jenis asam amino juga terdapat komponen

lain misalnya unsur logam gugusan phosphat dan sebagainya (contoh: hemoglobin,

lipoprotein, glikoprotein, dan sebagainya).

c. Protein Derivat (protein derivative).Merupakan ikatan antara (intermediate product)

sebagal hasil hidrolisa parsial dari protein native, miisalnya albumosa, peptone dan

sebagainya.

2) Berdasarkan sumbernya, protein dikiasifikasikan menjadi:

a. Protein hewani,yaitu protein dalam bahan makanan yang berasal dan binatang,

seperti protein dari daging, protein susu, dan sebagainya.

b. Protein nabati adalah protein yang berasal dan bahan makanan turnbuhan, seperti

protein dari jagung (zein), dan terigu, dan sebagainya.

3) Berdasarkan fungsi fisiologiknya, berhubungan dengañ daya dukungnya bagi pertumbuhan

badan dan bagi pemeliharaan jaringan:

a. Protein sempurna, bila protein ini sanggup mendukung pertumbuhan badan dan

pemeliharaan jaringan.(telur, susu)

b. Protein setengah sempurna, bila sanggup mendukung pememiharaan janingan,

tetapi tidak dapat mendukung pertumbuhan badan.(daging, ikan)

c. Protein tidak sempurna, bila sama sekali tidak sanggup menyokong pertumbuhan

badan, maupun pemeliharaan jaringan.(kacang-kacangan, biji-bijian).

4) Berdasarkan bentuknya :

1. Protein bentuk serabut, terdiri dari beberapa rantai peptida berbentuk spiral yang

terjalin satu sama lain sehingga menyerupai batang yang kaku. Karakteristiknya

adalah rendahnya daya larut, mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi dan tahan

terhadap enzim pencernaan. Protein ini terdapat dalam unsur-unsur struktur tubuh

seperti kolagen (protein utama jaringan ikat), elastin (dalam urat, otot, arteri, jaringan

elastis lain), keratin (protein rambut dan kuku) dan miosin (protein utama serat otot).

2. Protein globular, berbentuk bola, terdapat dalam cairan jaringan tubuh, larut dalam

garam dan asam encer, mudah berubah di bawah pengaruh suhu konsentrasi garam

16

Page 17: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

dan mudah mengalami denaturasi. Contohnya yaitu albumin (terdapat dalam susu,

telur, plasma, hemoglobin), globulin (terdapat dalam otot, serum, kuning telur, biji

tumbuhtumbuhan), histon (terdapat dalam timus, pankreas).

3. Protein konjugasi, protein sederhana yang terikat dengan bahan-bahan nonasam

amino(gugus prostetik). Contohnya nukleoprotein, lipoprotein, fosfoprotein,

metaloprotein.

2. Karbohidrat

Makanan yang kita makan mengandung berbagai jenis karbohidrat. Dari jenis jenis

karbohidrat ada yang lebih baik untuk kesehatan kita dibanding jenis karbohidrat yang

lainnya. Jenis jenis kabohidrat antara lain adalah:

a) Gula

Gula secara alami dapat ditemukan dalam buah-buahan, sayuran, dan susu. Makanan

seperti kue dan biskuit memiliki pemanis buatan atau juga disebut dengan gula

tambahan. Gula yang kita dapatkan secata alami maupun yang didapat dari gula

tambahan Semuanya dapat diubah menjadi glukosa, atau zat gula darah. Sel-sel kita

membakar glukosa dan menjadikan energi.

b) Zat tepung

Zat tepung di dalam tubuh kita dipecah menjadi gula. Zat tepung dapat ditemukan

dalam sayuran tertentu, seperti kentang, buncis, kacang polong, dan jagung. Ia juga

ditemukan dalam roti, sereal, dan biji-bijian.

c) Serat

Serat adalah karbohidrat yang yang tidak dapat dicerna oleh tubuh kita. Serat

melewati tubuh kita tanpa dipecah menjadi gula. Meskipun tubuh kita tidak

mendapatkan energi dari serat, kita masih perlu mengkonsumsi serat untuk tetap

sehat. Serat membantu menyingkirkan lemak berlebih dalam usus, yang membantu

mencegah penyakit jantung. Serat juga membantu mendorong makanan melalui usus,

yang membantu mencegah sembelit. Makanan tinggi serat ialahbuah-buahan, sayuran,

kacang-kacangan, kacang polong, biji-bijian, dan gandum makanan (seperti roti

gandum, oatmeal, dan beras merah). Meskipun tubuh kita memerlukan glukosa, akan

tetapi kita perlu menjaganya agar tetap seimbang. Jika kadar glukosa dalam darah

tinggi dalam rentan waktu yang lama, maka kita berpotensi untuk terserang penyakit

diabetes tipe 2 . Untuk menjaga glukosa darah, kita perlu membatasi makanan dengan

17

Page 18: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

gula tambahan. Kita dapat mengetahui apakah sebuah makanan telah menambahkan

gula dengan melihat daftar bahan bahan pada kemasan makanan tersebut. Carilah

istilahistilah seperti, jagung, dekstrosa, fruktosa, glukosa, laktosa, maltosa, sukrosa,

madu, gula,gula merah, dan sirup. Sebaiknya kita mengkonsumsi karbohidrat yang

sehat dan alami. Karbohidrat yang sehat antara lain adalah zat gula alami buah-

buahan, sayuran, susu, dan produk susu,Serat dan Zat tepung dalam makanan

gandum, buncis, kacang polong, dan jagung

3. Lemak

Agar tubuh kita tetap stabil, tubuh kita juga membutuhkan Lemak. Lemak memiliki

fungsi antara lain sebagai sumber energi, memproduksi zat zat yang dibutuhkan oleh

tubuh, serta membantu tubuh menyerap vitamin tertentu dari makanan. Tidak semua

makanan berlemak baik untuk kesehatan kita. Lemak yang baik untuk kita konsumsi

adalah lemak tak jenuh tunggal ( monounsaturated ) dan lemak tak jenuh jamak

(polyunsaturated).

Dengan mengkonsumsi lemak tak jenuh kita dapat meminimalisir akan terserang

penyakit jantung. Beberapa makanan yang mengandung lemak tak jenuh tunggal

antara lain adalah, minyak zaitun, minyak kacang, minyak canola, dan alpukat. Dan

beberapa makanan yang memiliki kandungan lemak tak jenuh jamak tinggi antara lain

adalah minyak jagung, minyak biji kapas, dan minyak kedelai. Jenis lemak yang

kurang baik untuk kesehatan kita adalah lemak jenuh karena dapat meningkatkan

risiko penyakit jantung dengan menyebabkan penumpukan zat lemak dalam arteri

yang dapat menghambat aliran darah yang kaya oksigen ke jantung kita. Lemak ini

juga dapat meningkatkan risiko stroke dengan menyebabkan penumpukan zat lemak

yang sama dalam arteri yang menjadi saluran aliran darah ke otak kita. Sebuah

penelitian juga menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi banyaklemak jenuh dapat

meningkatkan risiko kanker payudara.

Makanan yang memiliki kandungan lemak jenuh tinggi antara lain daging merah

(sapi, babi, domba), daging unggas, mentega, susu, minyak kelapa, minyak kelapa

sawit. Sedangkan lemak trans dapat kita jumpai pada beberapa makanan yang

digoreng seperti seperti kerupuk, donat, dan dan kentang goreng. Sama halnya dengan

lemak jenuh dan lemak trans. Kolesterol juga kurang baik bagi kesehatan kita, yang

juga dapat meningkatkan resiko serangan jantung. Kolesterol juga dapat kita temukan

daging merah (sapi, babi, domba) dan daging unggas.

18

Page 19: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

Meskipun lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh jamak baik untuk kesehatan

kita, namun kita tetap teratur dalam mengkonsumsi lemak tersebut. Karena jika lemak

terus bertambah maka tubuh kita akan mengalami kegemukan yang dapat beresiko

terserang penyakit lain seperti diabetes dan obesitas.

Kebutuhan tubuh akan kandungan lemak

Lemak merupakan salah satu zat yang dibutuhkan oleh tubuh dan menurut ahli

kesehatan tubuh memerlukan 20-30% lemak dari jumlah keseluruhan makanan yang

kita konsumsi. Berdasarkan sumbernya, lemak dapat digolongkan menjadi 2 jenis

yakni lemak yang berasal dari hewan dan tumbuhan atau yang dikenal sebagai lemak

nabati.

Lemak yang berasal dari hewan mengandung banyak kolesterol sedangkan lemak

nabati mengandung fitosterol, yaitu lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh

yang bermanfaat bagi tubuh. Lemak yang berasal dari hewan biasanya berbentuk

padat berbeda dengan lemak nabati yang biasanya berbentuk cair. Pandangan yang

umum tentang lemak adalah sifatnya yang membahayakan kesehatan.

Namun, tidak selalu seperti itu. Lemak memang dapat membahayakan tubuh jika

dikonsumsi berlebihan. Tetapi, dalam jumlah seimbang, lemak dapat memberikan

manfaat penting bagi tubuh. Mari kita simak manfaat lemak dalam ulasan berikut.

19

Page 20: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

Mikronutrien adalah komponen yang diperlukan untuk makronutrien tadi berfungsi dengan

baik. Mikronutrien terdiri dari vitamin dan mineral.

1. Vitamin

Vitamin adalah zat yang ditemukan dalam makanan yang dibutuhkan tubuh kita untuk

pertumbuhan dan kesehatan. Ada 13 vitamin yang dibutuhkan tubuh kita . Masing

masing vitamin memiliki fungsi tersendiri. Berikut adalah beberapa vitamin yang

dibutuhkan oleh tubuh.

a) Vitamin A.

Vitamin A berfungsi melindungi tubuh kita dari beberapa infeksi, serta

membantu menjaga kulit kita agar tetap sehat. Vitamin A dapat kita temukan

pada makanan seperti brokoli, bayam, wortel, labu, ubi jalar, hati, telur, susu,

krim, dan keju.

b) Vitamin B1.

Vitamin B1 berfungsi membantu tubuh kita dalam mencerna karbohidrat serta

baik dalam menjaga sistem saraf. Vitamin B1 dapat kita temukan pada

makanan seperti hati, kacang, sereal, roti, dan susu.

c) Vitamin B2.

Vitamin B2 baik dalam menjaga kesehatan kulit kita. Untuk memenuhi

kebutuhan akan vitamin B2, kita bisa mengkonsumsi Hati, telur, keju, susu,

makanan hijau , kacang polong, dan gandum.

20

Page 21: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

d) Vitamin B3.

Vitamin B3 berfungsi membantu tubuh kita dalam menggunakan protein,

lemak dan karbohidrat. Selain itu Vitamin B3 juga baik dalam menjaga sistem

sarafdan kulit kita. Vitamin B3 dapat kita temukan dalam makanan antara lain

Hati, ragi, kacang, daging, ikan, dan unggas.

e) Vitamin B5.

Vitamin b5 membantu dalam proses penggunaan karbohidrat dan lemak dan

membantu dalam produksi sel darah merah. Vitamin ini dapat kita temukan

dalam daging sapi, ayam, lobster, susu, telur, kacang, kacang polong, brokoli,

ragi, dan bijibijian.

f) Vitamin B6.

Vitamin B6 berfungsi membantu tubuh kita dalam menggunakan protein dan

lemak dan membantu dalam proses transportasi oksigen serta sangat baik

untuk kesehatan saraf kita. Vitamin ini terkandung dalam Hati, biji-bijian,

kuning telur, kacang, pisang, wortel, dan ragi.

g) Vitamin B 9 (asam folat).

Vitamin b9 membantu dalam produksi sel baru dan memeliharanya, serta

dapat mencegah cacat lahir. Makanan hijau, hati, ragi, kacang, kacang polong,

jeruk, sereal dan gandum mengandung vitamin jenis ini.

h) Vitamin B12.

Vitamin B12 dapat membantu dalam produksi sel darah merah dan sangat baik

untuk kesehatan saraf. Vitamin B12 dapat kita temukan pada Susu, telur, hati,

unggas, kerang, sarden, dan telur.

i) Vitamin C.

Vitamin C bermanfaat dalam menjaga kesehatan tulang, kulit dan pembuluh

darah. Makanan yang mengandung Vitamin C antara lain jeruk, tomat,

kentang, pepaya, stroberi, dan kubis.

j) Vitamin D.

Vitamin D sangat baik dalam menjaga kesehatan tulang. Untuk memenuhi

kebutuhan vitamin D kita cukup berjemur atau terkena sinar matahari selama

5- 30 menit minimal 2 kali dalam seminggu. Selain itu kita juga bisa

mengkonsumsi makanan antara lain seperti Hati dan Susu.

21

Page 22: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

k) Vitamin E.

Vitamin E dapat memelihara sel tubuh kita dari kerusakan, memperlancar

aliran darah, serta mampu memperbaiki jaringan tubuh. Makanan yang

mengandung Vitamin E antara lain kuning telur, hati sapi, ikan, susu, brokoli,

dan bayam.

l) Vitamin H (Biotin).

Vitamin H dapat membantu tubuh dalam menggunakan karbohidrat dan lemak

serta membantu dalam pertumbuhan sel. Kita dapat menemukan Vitamin H

dalam Hati, kuning telur, tepung kedelai, sereal, ragi, kacang polong, buncis,

kacang, tomat, dan susu.

m) Vitamin K.

Vitamin K membantu dalam proses pembekuan darah dan pembentukan

tulang. bayam, kubis, keju, bayam, brokoli, kubis, dan tomat. Selain itu, tubuh

kita juga memproduksi vitamin K.

2. Mineral

Mineral diklasifikasikan menjadi dua yaitu mineral organic dan mineral anorganik.

Mineral organic adalah mineral yang dibutuhkan serta berguna bagi tubuh yang dapat

diperoleh melalui makanan setiap hari seperti nasi, ayam, ikan, telur, sayur-sayuran

serta buah-buahan, atau vitamin tambahan. Sedangan mineral anorganik adalah

mineral yang tidak dibutuhkan oelh tubuh. Contohnta timbale hitam (Pb), iron oxide

(besi teroksida), merkuri, arsenic, magnesium, aluminium, atau bahan-bahan kimia

lainnya hasil dari resapan tanah.

Mineral anorganik sendiri dibagi menjadi dua yaitu mineral makro dan mineral mikro.

Contoh mineral makro adalah kalsium, fosofor, magnesium, natrium, klorida, dan

kalium. Sedangakan mineral mikro terdiri dari besi, seng, iodium, selenium, tembaga,

mangan, kromium, dan flor.

a) Kalsium.

Kalsium membantu dalam pembentukan tulang dan gigi serta membantu

menjalankan fungsi otot dan saraf. Kalsium terkandung dalam ikan

salmon, sarden, susu, keju, yoghurt, kubis Cina, kangkung, lobak, sawi,

brokoli, dan jeruk.

22

Page 23: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

b) Khlorida.

Klorida berfungsi menjaga keseimbangan kadar air di seluruh tubuh kita.

Klorida terkandung dalam Garam, rumput laut, gandum, tomat, selada,

seledri, buah zaitun, sarden, daging sapi, dan keju.

c) Tembaga.

Tembaga membantu melindungi sel dari kerusakan dan juga untuk

membentuk tulang dan sel darah merah. Tembaga dapat ditemukan dalam

kerang (terutama tiram), coklat, jamur, kacang, dan gandum.

d) Fluoride.

Floride berfungsi memperkuak tulang dan gigi. Kopi dan dan teh

merupakan makanan yang mengandung flouride.

e) Yodium.

Yodium membantu menjalankan fungsi kelenjar tiroid. Tiroid terkandung

dalam Seafood, dan garam beryodium.

f) Zat Besi.

Zat Besi membantu sel darah merah dan mengantarkan oksigen ke seluruh

jaringan tubuh serta membantu menjalankan fungsi otot. Untuk memenuhi

kebutuhan zat besi kita dapat mengkonsumsi daging merah, unggas, ikan,

hati, tepung kedelai, telur, kacang-kacangan, kacang polong, bayam, lobak

hijau, kerang, dan sereal.

g) Magnesium.

Magnesium berfungsi untuk membentuk tulang dan gigi serta untuk

memeliahara syaraf dan otot agar tetap normal. Magnesium terkandung

dalam beberapa makanan yaitu kacang-kacangan, seafood, susu, keju, dan

yogurt.

h) Fosfor.

Fosfor sama halnya dengan magnesium yang berfungsi untuk membentuk

tulang dan gigi serta untuk memeliahara syaraf dan otot agar tetap normal.

Fosfor dapat kita temukan pada makan antara lain susu, yoghurt, keju,

daging merah, unggas, ikan, telur, kacangkacangan, dan kacang polong.

i) Kalium.

Kalium berfungsi menjaga keseimbangan kadar air di seluruh tubuh kita

serta berfungsi memeliahara syaraf dan otot agar tetap normal. Kalium

23

Page 24: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

terkandung dalam Susu, pisang, tomat, jeruk, melon, kentang, ubi jalar,

plum, kismis, bayam, lobak, kangkung, dan kacang polong.

j) Selenium.

Selenium berfungsi mencega kerusakan pada sel serta membantu fungsi

kelenjar tiroid. Sayuran, ikan, kerang, daging merah, biji-bijian, telur, ayam,

hati, bawang putih, dan ragi bisa kita konsumsi untuk memeneuhi

kebutuhan akan Selenium.

k) Sodium.

Sodium sama halnya dengan kalium yang berfungsi menjaga keseimbangan

kadar air di seluruh tubuh kita serta berfungsi memeliahara syaraf dan otot

agar tetap normal. Makanan yang mengandung Sodium antara lain adalah

Garam, susu, keju, bit, seledri, daging sapi, daging babi, sarden, dan buah

zaitun hijau.

l) Seng (Zinc).

Seng berfungsi dalam menjaga kesehatan kulit dan membantu dalam

penyembuhan luka. Selain itu Seng juga berfungsi membantu tubuh kita

untuk melawan penyakit. Seng dapat kita temukan dalam beberapa

makanan antara lain Hati, telur, makanan laut, daging merah, tiram, telur,

kacang-kacangan, biji-bijian, sereal, gandum, dan biji labu.

24

Page 25: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

DAFTAR PUSTAKA

1. Askandar Tjokroprawiro (2001): Parenteral Nutrition in Patient with

Diabetes Mellitus (experiences In Clinicqal Practice). In: Syposium

New In Sights into the Rationale Parenteral Nutrition in Clinical

Practice. Editor. Askandar Tjokroprawiro, Hendromartono, Ari

Sutjahjo, Hans Tandra, Agung Pranoto, Sri Murtiwi, Soebagiyo Adi.

Mei 2001, hlm. 1-18.

2. Baron RB (2005): Nutrition. In: Current Medical Diagnosis and

Treatment 44th ed editors : Tierney LM, Phee SJ, Papadiks MA,

McGraw-Hill New York, pp 1214- 1242.

3. Bristian B (2004): Nutritional Assessment. In: Cecil Textbook of

Medicine 22nd ed editors : Goldman L, Ausiello D, Saunders

Philadelphia, pp 1312 – 1315.

4. Boediwarsono (2006): Terapi Nutrisi Pada Penderita Kanker. Dalam:

Naskah Lengkap Surabaya Hematology Oncology Update IV. Medical

Care of the Cancer Patient, editor: Boediwarsono, Soegianto, Ami

Ashariati, Made Putra Sedana, Ugroseno. Hlm 134-141.

5. Bozzetti (1989): Effect of Artificeal Nutrition of the Nutritional Status

of Cancer Patients. Journal of Parenteral and Enteral Nutrition. JPEN

Vol. 13 Issue 4, pp 406-420.

6. Bruera ED, Fainsinger RL (2003): Clinical management of Cachexia

and anorexia. In: Oxford textbook of Palliative Medicine 2bd ed.

Editors: Dolyle D, Hanks G, Donald NM, Oxford University Press, pp

548 – 557.

7. Denke M, Wilson D (1998): Nutrition and Nutritional Requirements.

In: Harrison’s Principles of Internal Medicine 14th ed Editors: Fauci,

Braunwald, Isselbacher, Wilson, Martin, McGraw-Hill, New York, pp

445 – 447.

8. Denke M, Wilson D (1998): Assessment of Nutritional Status. In:

Harrison’s Principles of Internal Medicine 14th ed Editors: Fauci,

25

Page 26: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

Braunwald, Isselbacher, Wilson, Martin, McGraw-Hill, New York, pp

448 – 452.

9. Denke M, Wilson D (1998): Protein and Energy Malnutrition. In:

Harrison’s Principles of Internal Medicine 14th ed Editors: Fauci,

Braunwald, Isselbacher, Wilson, Martin, McGraw-Hill, New York, pp

452 – 454.

10. Doyle C, Kushi LH, Byers T, Courneya KS, Wahnefried WD

(2006): Nutrition and physical activity during and after cancer

treatment. An American Cancer Society Guide for Informed Choices.

C.A.J. Clin Vol. 56 Nu.6, November – December pp 323-353.

11. Jakowiak NI, Alexander HR (2003): The Pathophysiology of

Cancer Cachexia. In: Oxford Textbook of Palliative Medicine 2nd ed

editors: Doyle D, Hanks G, Donald NM, Oxford University Press. Pp

534 – 548.

12. Klein S (2004): Protein – Energy Malnutrition. In: Cecil

Textbook of Medicine 22nd ed editors: Goldman L, Ausiello D.

Saunders Philadelphia pp 1315 – 1318.

13. Lutz CA, Przytulski KR. (1994): Food services, Nutritional Care,

and Nutrient Delivery in the Healthcare Facility. In: Nutrition and

Dietary Therapy. Editors: Lutz CA, Przytulski KR, FA. Davis. Co,.

Philadelphia, pp 365 – 399.

14. Lutz CA, Przytulski KR. (1994): Diet in Cancer. In: Nutrition and

Diet Therapy. Editors: Lutz CA, Przytulski KR, FA. Davis. Co,.

Philadelphia, pp 616 - 633.

15. Mahon M (2004): Parenteral Nutrisi In: Cecil Textbook of

Medicine 22nd ed editors: Goldman L, Ausiello D. Saunders

Philadelphia, pp 1322 – 132.

16. Mason JB (12004): Consequences of Tetered Micronutrient

Status. In: Cecil Textbook of Medicine 22nd ed editors: Goldman L,

Ausiello D. Saunders Philadelphia, pp 1326 – 1336.

26

Page 27: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

17. Mross S (2006): Enteral and Parenteral Nutrition. In Terminally

ill Cancer Patients: A review of the Literature. Am J of Hospice and

Palliative Medicine Vol. 23 Nu 5, pp 369 – 377.

18. Rock CL (2004): Nutrition in the Prevalention and treatment of

disease. In: Cecil Textbook of Medicine 22nd ed editors: Goldman L,

Ausiello D. Saunders Philadelphia, pp 1308 – 1315.

19. Rombeau (2004): Enteral Nutrition. In: Cecil Textbook of

Medicine 22nd ed editiors: Goldman L, Ausiello D. Saunders

Philadelphia, pp 1319 – 1322.

20. Shike M (1996): Nutrition therapy for the Cancer Patient. In:

Hamatology / Oncology Clinic of North America 10 Number 1, pp 221

– 334.

21. Strasser F, Bruera ED (2002): Update on Anorhexia and

Cachexia. In: Hematol Pncol Clin N Am editors: Waller PW, Bruera

ED, WB. Company Philadelphia, London, June Vol 16 Number 3, pp

589-617.

22. Suastika K (1992): Pengaruh Malnutrisi Terhadap Berbagai

System dan Organ Tubuh. Dalam: Majalah Ilmu Penyakit Dalam. Vol

18, No 3, Juli-September, Hlm 163 – 170.

23. Trujillo EB, Bergerson ASL, Graf JC, Mechael M (2005): Cancer.

In: The American Society for Parenteral and Enteral Nutrition Support

Practice Manual. 2nd ed editors: Merritt R, Delyge MH, Holcombe B,

Muller C, Ochoa J, ASPEN.www. Nutrition Care.org, pp 150-170.

24. Twycross RG, Lack SA (1990): Alimentary Symptoms. In:

Therapeutics in Terminal Cancer. 2nd ed editors: Twycross RG, Lack

SA, Churchil Livingstone Edinberg London, pp 41 – 80.

25. Waller A, Caroline NL (1996): Nutrition and Hydration. In:

Handbook of Palliative Care in Cancer 2nd ed. Editors: Waller A,

Caroline NL, Butterworth-Heinemann Boston, pp 45 – 57.

26. Waller A, Caroline NL (1996):Anorexia. In: Handbook of

Palliative Care In Cancer 2nd ed. Editors: Waller A, Caroline NL,

Butterworth-Heinemann Boston, pp 123 – 127.27

Page 28: Terapi Nutrisi Pada Pasien Kanker

27. Walsh TD, Anena OM (1989): Anorexia and Weigh Loss. In:

Symptom Control editor: Walsh TD. Blackwell Scientific Publications,

Oxford London, pp 13-26.

28. Watson MS, Lucas CF, Hoy A, Bach I (2005): Cachexia,

Anorexia and Fatique. In Oxford Handbook of Palliative Care 1st ed

editors: Watson MS, Lucas CF, Hoy A, Bach I, Oxford University

Press, pp 283 – 290.

29. Woodruff R (1997): Constitutional. In: Symptom Control in

Advance Cancer. Editor: Woodroff R. Asperula Pty Ltd, Asutralia, pp

316 – 323

28