13
TEORI UANG dan PERMINTAAN UANG Uang, Fungsi Uang dan Nilai Waktu dalam Islam Pada awalnya manusia memenuhi kebutuhannya sendiri yang dikenal dengan periode prabarter. Namun dengan semakin bertambahnya keutuhan dan jumlah manusia, maka terjadi pertukaran banrang yang disebut dengan barter. Seiring dengan kemajuan zaman, merupakan suatu hal yang tidak praktis jika seseorang harus menemukan orang yang barang yang dibutuhkannya dan di waktu bersamaan membutuhkan barang dan jasa yang dimilikinya (double coincidence of wants). Dan ini akan mempersulit muamalah antar manusia. Karenanya diperlukan suatu alat tukar yang dapat diterima oleh semua pihak. Alat tukar demikian disebut uang. Pertama kali, uang dikenal dalam peradaban Sumeria dan Babylonia. Dalam penggunaan uang, bangsa Arab telah mengenal solidus, mata uang emas yang dipakai sejak zaman Romawi, dan dirham perak yang dipakai Bangsa Persia, sebelum Islam datang. Setelah Islam datang, dan selama kehidupan Nabi Muhammad SAW, pemakaian solidus dan dirham tetap diteruskan. Dalam Al Qur’an secara eksplisit disebutkan emas (dinar) dan perak (dirham) sebagai mata uang, sebagai harta atau sebagai lambang kekayaan yang dimiliki. Disamping disebutkan dalam ayat- ayat Al Qur’an, Dinar dan Dirham disebutkan banyak sekali dalam Hadits Nabi Muhammad SAW.

Teori Uang dan Permintaan Uang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

teori uang oleh keynessian

Citation preview

Page 1: Teori Uang dan Permintaan Uang

TEORI UANG dan PERMINTAAN UANG

Uang, Fungsi Uang dan Nilai Waktu dalam Islam

Pada awalnya manusia memenuhi kebutuhannya sendiri yang dikenal dengan periode

prabarter. Namun dengan semakin bertambahnya keutuhan dan jumlah manusia, maka

terjadi pertukaran banrang yang disebut dengan barter. Seiring dengan kemajuan zaman,

merupakan suatu hal yang tidak praktis jika seseorang harus menemukan orang yang barang

yang dibutuhkannya dan di waktu bersamaan membutuhkan barang dan jasa yang dimilikinya

(double coincidence of wants). Dan ini akan mempersulit muamalah antar manusia. Karenanya

diperlukan suatu alat tukar yang dapat diterima oleh semua pihak. Alat tukar demikian disebut

uang. Pertama kali, uang dikenal dalam peradaban Sumeria dan Babylonia.

Dalam penggunaan uang, bangsa Arab telah mengenal solidus, mata uang emas yang

dipakai sejak zaman Romawi, dan dirham perak yang dipakai Bangsa Persia, sebelum Islam

datang. Setelah Islam datang, dan selama kehidupan Nabi Muhammad SAW, pemakaian solidus

dan dirham tetap diteruskan.

Dalam Al Qur’an secara eksplisit disebutkan emas (dinar) dan perak (dirham) sebagai

mata uang, sebagai harta atau sebagai lambang kekayaan yang dimiliki. Disamping disebutkan

dalam ayat-ayat Al Qur’an, Dinar dan Dirham disebutkan banyak sekali dalam Hadits Nabi

Muhammad SAW.

Dinar dengan Dirham, tidak ada kelebihan di antara keduanya (jika dipertukarkan); dan

Dirham dengan Dinar dan tidak ada kelebihan di antara keduanya jika dipertukarkan.

Dalam Hadits yang lain Nabi Muhammad menggunakan istilah wariq; “Uang logam

perak yang jumlahnya di bawah lima auqiyah tidak ada kewajiban zakat atas nya”. (HR.

Bukhari dan Muslim)

Awwaq adalah bentuk jamak dari dari kata auqiyah yang berarti empat puluh Dirham.

Dengan demikian tidak ada kewajiban zakat harta bagi orang yang memiliki harta kurang dari

dua ratus Dirham.

Dinar dan Dirham dibedakan menurut beratnya. Mata uang Dinar mengandung emas 22

karat dan terdiri dari pecahan setengah Dinar dan sepertiga Dinar.Dirham terdiri dari beberapa

pecahan nash (20 Dirham), nawat (5 Dirham), dan sha’ira (1/60 Dirham).

Page 2: Teori Uang dan Permintaan Uang

1 Dinar = 1 Mitsqal

= 22 Qirath

10 Dirham = 7 Mitsqal

1 Mitsqal = 72 Butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya

1 Mitsqal = 6000 Biji khardal barriy (sawi)

1 Mitsqal = 4.25 gram

1 Dirham =14/20 mitsqal = 7/10 mitsqal

=7/10 X 4.25 gram = 2.975 gram perak

Standar Timbangan Dinar

Dalam perkembangannya kemudian uang dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Uang Barang (Commodity Money)

2. Uang Tanda/Kertas (Token Money)

3. Uang Giral (Deposit Money)

Fungsi Uang dalam Sistem Ekonomi

Dalam Islam apapun yang berfungsi sebagai uang, maka fungsinya hanyalah sebagai

media pertukaran. Salah satu karekteristik terpenting adalah uang tidak diperlukan untuk

dikonsumsi, melainkan diperlukan untuk membeli barang lain sehingga kebutuham manusia

dapat terpenuhi.

Menurut Imam Al Ghazali dalam Kitabnya Ihya Ulumaddin, uang berfungsi sebagai

media pertukaran namun uang tidak dibutuhkan untuk uang itu sendiri. Uang diciptakan untuk

memperlancar pertukaran dan mencipatakan nilai yang wajar dari pertukaran tersebut, dan uang

bukan merupakan komoditi. Uang diibaratkan cermin yang tidak mempunyai warna, tetapi dapat

merefleksikan semua warna. Maknanya uang tidak mempunyai harga. Tetapi dapat

merefleksikan semua harga barang. Hal ini bertentangan dengan prinsip Ekonomi Klasik yang

dikenal sebagai direct utility function. Dalam ekonomi Islam, jika uang digunakan untuk

membeli barang, maka barang itu yang memberikan kegunaan.

Page 3: Teori Uang dan Permintaan Uang

Dalam sistem perekonomian kapitalis, uang tidak hanya sebagai alat tukar yang sah (legal

tender) melainkan juga sebagai komoditas. Uang juga dapat diperjualbelikan secara spot atau

ditangguhkan. Ketika uang diperlakukan sebagai komoditas berkembanglah apa yang disebut

dengan pasar uang. Pasar uang kemudian berkembang seiring dengan munculnya pasar derivatif

yang menggunakan bunga sebagai harga dari produk-produknya. Transaksi di pasar uang dengan

pasar derivatifnya sebagian besar mengandung motif spekulasi. Kondisi inilah yang menciptakan

gelembung perekonomian, dimana suatu kondisi melibatkan transaksi keuangan yang besar

sekali, namun sesungguhnya tidak ada isinya.

Peringatan Ibnu Tamiyah Akibat Menjadikan Uang Sebagai Komoditi

Dijadikannya uang sebagai komiditi telah menimbulkan dampak buruk dalam

perekonomian secara global, sebagiman yang dapat diraskan pada saat ini. Namun sebenarnya,

dampak tersebut sudah diingatkan oleh Ibnu Tamiyah yang lahir di zaman pemerintahan Bani

Mamluk tahun 1263. Ibnu Tamiyah dalam kitabnya “Majmu’ Fatwa Syaikhul Islam)

menyampaikan lima butir peringatan penting mengenai uang sebagai komoditi, yakni:

1. Perdagangan uang akan memicu inflasi;

2. Hilangnya kepercayaan orang terhadap stabilitas nilai mata uang akan mengurungkan niat

orang untuk melakukan kontrak jangka panjang, dan menzalimi golongan masyarakat

yang berpenghasilan tetap seperti pegawai/ karyawan;

3. Perdagangan dalam negeri akan menurun karena kekhawatiran stabilitas nilai uang;

4. Perdagangan internasional akan menurun;

5. Logam berharga (emas & perak) yang sebelumnya menjadi nilai intrinstik mata uang

akan mengalir keluar negeri.

Bahan lain untuk membuat uang

Menurut Umar bin Khatab, sesungguhnya uang sebagai alat tukar tidak harus terbatas

pada pada dual logam mulia saja (emas dan perak). Suatu barang yang telah berubah

fungsinya menjadi alat tukar (uang) maka fungsi moneternya akan meniadakan

fungsinya.

Ibnu Taimiyah juga berpendapat bahwa uang sebagai alat tukar bahannya bias diambil

dari apa saja yang menjadi kesepakatan adat (‘urf). Fungsi uang sebagai media

pertukaran tidak berhubungan dengan tujuan apapun, tidak berhubungan dengan materi

yang menyusunnya .

Page 4: Teori Uang dan Permintaan Uang

Oleh karena itu, ketika uang kertas telah menjadi alat pembayaran yang sah, maka

kedudukannya dalam hukum sama dengan kedudukan emas dan perak. Uang kertas juga diakui

sebagai harta kekayaan yang harus dikeluarkan zakat dari padanya.

Uang Kertas sebagai riba

Penetapan nilai nominal oleh negara melalui ketetapan politik adalah menambahkan nilai

pada selembar kertas menjadi jauh di atas nilai intrisiknya adalah menambahkan sesuatu dari

ketiadaan. Misal nilai uang kertas Rp. 100.,- biaya untuk membuat hanya Rp. 10,-. Selisihnya

adalah Rp. 90,

Nilai Waktu Uang dalam Islam

Teori lain yang digunakan dalam konsep ekonomi konvensional adalah Time Value of

Money. Dua hal yang menjadi alasan munculnya konsep ini adalah: presence of inflation dan

preference present consumption to future consumption. Teori ini berangkat dari pemahaman

bahwa uang sesuatu yang sangat berharga dan dapat berkembang dalam suatu waktu tertentu.

Dengan memegang uang orang dihadapkan pada risiko berkurangnya nilai uang akibat inflasi.

Sedangkan jika menyimpan uang dalam bentuk surat berharga, pemilik uang akan mendapatkan

bunga yang diperkirakan diatas inflasi yang terjadi.

Teori time value of money tampak tidak akurat, karena setiap investasi selalu

mempunyai kemungkinan mendapat hasil positif, negatif bahkan tidak mendapat apa-apa. Dalam

teori keuangan hal ini dikenal dengan istilah risk-return relation. Disamping itu kondisi ekonomi

tidak selalu menghadapi masalah inflasi. Keberadaan deflasi yang seharusnya menjadi alasan

munculnya negative time value of money diabaikan oleh teori konvensional.

Islam tidak mengenal konsep Time Value of Money, namun Islam mengenal konsep

Economic Value of Time yang artinya bahwa yang bernilai adalah waktu itu sendiri. Islam

memperbolehkan penetapan harga tangguh bayar lebih tinggi dari pada harga tunai. Zaid bin Ali

Zainal Abidin bin Husin bin Ali bin Abi Thalib, cicit Rasulullah saw, adalah orang yang pertama

kali menjelaskan diperbolehkannya penetapan harga tangguh bayar (Deferred Payment) lebih

tinggi daripada harga tunai (Cash).

Yang lebih menarik adalah bahwa dibolehkannya penetapan harga tangguh yang lebih

tinggi itu sama sekali bukan disebabkan Time Value of Money, namun karena semata-mata

Page 5: Teori Uang dan Permintaan Uang

ditahannya hak si penjual barang. Dapat dijelaskan di sini bahwa bila barang dijual tunai dengan

untung Rp 500,00, maka si penjual dapat membeli lagi dan menjual lagi sehingga dalam satu hari

itu keuntungannya adalah Rp 1000,00. Sedangkan bila dijual tangguh bayar maka hak si penjual

menjadi tertahan, sehingga dia tidak dapat membeli lagi dan menjual lagi. Akibat lebih jauh dari

itu, hak dari keluarga dan anak si penjual untuk makan malam pada hari itu tertahan oleh

pembeli. Untuk alasan inilah, yaitu tertahannya hak penjual yang telah memenuhi kewajibannya

(menyerahkan barang), maka Islam membolehkan penetapan harga tangguh lebih tinggi dari

harga tunai (Drs. Zainul Arifin, MBA) .

Ekonomi Islam memandang waktulah yang memiliki nilai ekonomis (penting).

Pentingnya waktu disebutkan Allah dalam QS.Al Ashr:1-3

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang

yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran

dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.

Namun nilai dari waktu itu akan berbeda dari satu orang keorang lainnya, tergantung

pada bagaimana seseorang memanfaatkan waktunya. Semakin efektif dan efisien, maka akan

semakin tinggi nilai waktunya. Efektif dan efisien akan mendatangkan keuntungan dunia dan

akhirat. Dengan demikian uang tidak memiliki nilai waktu, namun waktulah yang memiliki nilai

ekonomis (economic value of time), dengan catatan bila waktu tersebut dimanfaatkan secara

baik. Implikasinya, dalam bisnis akan selalu dihadapkan risiko untung dan rugi yang tidak dapat

dipastikan dimasa yang akan datang, usaha yang dilakukan oleh manusia dengan sungguh-

sungguh akan mendapatkan hasil yang terbaik.

Teori Permintaan Uang dalam Ekonomi Konvensional

Fungsi utama uang dalam teori ekonomi konvensional adalah:

Page 6: Teori Uang dan Permintaan Uang

1. Sebagai alat tukar (medium of exchange) uang dapat digunakan sebagai alat untuk

mempermudah pertukaran.

2. Sebagai alat kesatuan hitung (unit of Account) untuk menentukan nilai/ harga sejenis

barang dan sebagai perbandingan harga satu barang dengan barang lain.

3. Sebagai alat penyimpan/penimbun kekayaan (Store of Value) dapat dalam bentuk uang

atau barang.

Ada beberapa teori yang digunakan untuk menjelaskan prilaku uang dalam ekonomi

konvensional, antara lain:

1. Teori Moneter Klasik. Teori permintaan uang klasik tercermin dalam teori kuantitas

uang (MV = PT). Keberadaan uang tidak dipengaruhi oleh suku bunga, tetapi ditentukan

oleh kecepatan perputaran uang tersebut.

2. Teori Keynes. Menurut Keynes, motif seseorang untuk memegang uang ada tiga tujuan

yaitu: Transaction motive, Precautionary motive (keperluan berjaga-jaga) dan

Speculative motive. Motif transaksi dan berjagajaga ditentukan oleh tingkat pendapatan,

sedangkan motif spekulasi ditentukan oleh tingkat suku bunga.

Keynes mengatakan untuk transaksi dan berjaga-jaga permintaan uang merupakan fungsi

dari pendapatan, tapi untuk tujuan spekulasi dipengaruhi oleh tingkat bunga. Sehingga fungsi

Liquidity Preference digambarkan sebagai berikut :

Md = Md(r, Y)

Di mana Md = total permintaan uang

r = tingkat bunga

Y = pendapatan

Pada ekonomi konvensional, alternative penggunaan uang lebih kepada fungsi lending

daripada investasi.

Teori Permintaan Uang dalam Ekonomi Islam

Page 7: Teori Uang dan Permintaan Uang

Ada dua alasan memegang uang dalam ekonomi Islam;

1. Motivasi Transaksi

2. Motivasi Berjaga-jaga.

Spekulasi dalam Pengertian Keynes tidak pernah ada dalam ekonomi Islam, sehingga

fungsi permintaan uang untuk tujuan spekulasi (sebagai fungsi tingkat bunga) menjadi nol.

Permintaan uang dalam ekonomi Islam berhubungan dengan dengan tingkat pendapatan.

Besarnya persediaan uang tunai yang dipegang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dan

frekuensi pengeluaran. Analisis yang sama dapat digunakan untuk perusahaan yang memerlukan

uang tunai guna pembelian bahan baku dan penerimaan dari penjualan produk dalam bentuk

tunai. Kebutuhan uang tunai tersebut akan berubah dalam interval tingkat waktu dan tingkat

aktivitas usaha.

Motivasi berjaga-jaga muncul karena individu dan perusahaan menganggap perlu uang

tunai diluar apa yang digunakan untuk bertransaksi, guna memenuhi kewajiban dan berbagai

kesempatan yang tidak disangka untuk pembelian di muka, dengan jumlah yang sangat terbatas.

Jumlah uang yang diminta dalam ekonomi Islam hanya tediri dari dua motivasi yang

telah disebutkan di atas, yang merupakan fungsi dari tingkat pendapatan, pada tingkat tertentu

telah ditentukan zakat atas asset yang kurang produktif.

Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan permintaan atas uang oleh masyarakat,

untuk tingkat pendapatan tertentu yang terkena zakat dirumuskan sebagai berikut;

MD fY/)

ΔMD/ΔY)d 0

MD = Permintaan Uang dalam masyarakat Islam

Y = Pendapatan

= Tingkat biaya karena menyimpan uang dalam bentuk kas

Suatu kenaikan pada biaya uang yang menganggur, pada tingkat pendapatan tertentu akan

cenderung mengurangi jumlah uang permintaan uang.

Suatu kenaikan pada biaya uang yang menganggur, pada tingkat pendapatan tertentu akan

cendrung mengurangi jumlah permintaan uang.

Page 8: Teori Uang dan Permintaan Uang

Pada gambar berikut, bila pendapatan adalah Y1 dan tingkat biaya adalah 1 maka jumlah

permintaan uang adalah M1D . Kenaikan tingkat biaya ke 2 akan mengakibatkan penurunan

jumlah permintaan ke M2D, begitu seterusnya.

Permintaan Uang dalam Ekomoni Islam

Terkait dengan fungsi Liquidity Preference yang digambarkan Keyness, dari hasil

analisa statistik, terhadap seluruh negara Islam (yang umat Islamnya lebih dari 50%), dapat

disimpulkan:

1. Permintaan uang pada negara Islam ditentukan oleh pendapatan, dalam hal ini motif

transaksi dan berjaga-jaga mendominasi alasan penduduk muslim.

2. Kekayaan merupakan determinan yang penting dalam permintaan uang pada

beberapa negara

3. Perminataan uang dalam arti sempit maupun luas tidak dipengaruhi oleh tingkat

bunga sehingga implikasinya adalah :

a. Preferensi umat islam berbeda dengan model Keyness, jadi motif spekulasi tidak ditemukan di negara-negara Islam

M3D M2

D M1D

3

2

1

Y1

Y

Page 9: Teori Uang dan Permintaan Uang

b. Penghapusan tingkat bunga secara menyeluruh di negara-negara Islam tidak akan menimbulkan masalah yang serius dalam hubungannya dengan keefektifan kebijakan moneter di negara-negara tersebut.

Bibliography

Metwally, M. (1995). Teori dan Model Ekonomi Islam. Jakarta: PT. Bangkit Daya Insana.

Nasution, M. E. (2006). Pengenalan Eksekutif Ilmu Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana Prenada Group.

Saim, Z. (2005). Kembali ke Dinar. Depok: Pustaka Adina.