36
Teori Salep 1. Pengertian salep Menurut scoville’s (338) Salep adalah sediaan semi padat yang lembut biasanya menghandung bahan-bahan obat dan ditujukan untuk penggunaan luar dari badan atau membran mukosa. Menurut FI IV (18) Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit dan selaput lendir Menurut FI III (33) Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. Menurut RPS 18 th (1518) Salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian luar pada kulit atau membran mukosa. Biasanya tapi tidak selalu mengandung bahan-bahan obat. Menurut Prescription (228) Salep adalah sebagai sediaan yang konsistennya mengandung lemak, mudah digunakan pada kulit, dengan pengocokan. Menurut Dop Cooper (192) Salep adalah sediaan semipadat untuk penggunaan pada kulit atau membran mukosa. Menurut American Pharmacy (315) Salep adalah sediaan semi padat untuk penggunaan eksterna, seperti konsistensinya salep dapat digunakan pada kulit dengan mudah. Menurut lachman (532) Salep adalah sediaan yang umumnya disusun dari hidrokarbon cair yang dicampur dalam suatu kelompok

Teori Salep

Embed Size (px)

DESCRIPTION

materi salep

Citation preview

Page 1: Teori Salep

Teori Salep

1. Pengertian salep Menurut scoville’s (338)

Salep adalah sediaan semi padat yang lembut biasanya menghandung bahan-bahan obat dan ditujukan untuk penggunaan luar dari badan atau membran mukosa.

Menurut FI IV (18)Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit dan selaput lendir

Menurut FI III (33)Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.

Menurut RPS 18th (1518)Salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian luar pada kulit atau membran mukosa. Biasanya tapi tidak selalu mengandung bahan-bahan obat.

Menurut Prescription (228)Salep adalah sebagai sediaan yang konsistennya mengandung lemak, mudah digunakan pada kulit, dengan pengocokan.

Menurut Dop Cooper (192)Salep adalah sediaan semipadat untuk penggunaan pada kulit atau membran mukosa.

Menurut American Pharmacy (315)Salep adalah sediaan semi padat untuk penggunaan eksterna, seperti konsistensinya salep dapat digunakan pada kulit dengan mudah.

Menurut lachman (532)Salep adalah sediaan yang umumnya disusun dari hidrokarbon cair yang dicampur dalam suatu kelompok hidrokarbon padat dengan titik leleh yang lebih tinggi.

Menurut DOM (149)Salep adalah suatu sediaan setengah padat yang menunjukkan karakteristik aliran plastis.

Menurut Parrot (364)Salep adalah suatu sediaan setengah padat yang merupakan tipe aliran plastis yang digunakan untuk pemakaian luar, dan memiliki visikositas yang rendah dan memerlukan penekanan pada penggunannya. Salep pada pemakaian topikal sebagai emolient, membuat kulit menjadi lunak, dan sebagai perlindungan barier.

Kesimpulan :Salep adalah Sediaan setengah padat yang lembut dan menunjukkan aliran plastis yang biasanya tidak selalu mengandung bahan – bahan obat yang

Page 2: Teori Salep

terdispersi secara homogen dalam dasar salep yang cocok dan memiliki titik leleh yang tinggi dan di tujukan untuk pemakaian luar / topikal pada kulit dan selaput lendir

2. Sediaan semi padat yang lain Menurut DOM (822)

Lotio dalam istilah rheologi adalah suatu sediaan cair utamanya memperlihatkan karakteristik aliran newtonian. Ketika digunakan pada kulit, lotio tidak memberikan daya tahan (nilai yield) dan lotion mengalir dibawah gaya gravitasi.

Krim adalah sediaan semi padat utamanya memperlihatkan sifat aliran pseuodoplastik ketika digunakan, krim mempunyai nilai yield yang sangat tinggi tapi tidak mengalir di bawah pengaruh gravitasi. Bagaimanpun, penambahan sejumlah kecil gaya menghasilkan aliran yang lebih cepat. Sebagai krim yang digosokkan pada kulit, kemudahan aliran dari lotion, penggosokkan menghasilkan aliran.

Pasta adalah sediaan semipadat dermatologi yang utamanya memperlihatkan aliran tertentu dan daya tahan aliran meningkat dengan peningkatan kekuatan dari pemakaian. Pasta biasanya dibuat dengan penambahan serbuk yang tidak larut dalam jumlah yang sama (biasanya 20% atau lebih) pada basis salep biasa sehingga mengubah nilai yield salep dari plastis menjadi aliran dilatan.

Cerates adalah sdiaan semipadat yang mengandung konsentrasi lilin relatif tinggi dimana nilai yield yang juga besar diperbolehkan digunakan secara langsung pada kulit. Penyebaran bahan biasanya dengan bantuan kain sebelum digunakan.

Plaster adalah sediaan padat atau semipadat yang tidak bisa disebar pada temperatur kamar, plaster dibuat dengan melebur massa dan mencampur leburan diatras bahan pembantu.

Cataplasma atau poulitices didefinisikan sebagai massa basah dari bahan padat digunakan pada kulit dalam mengurangi inflamasi dan dalam beberapa kasus bereaksi sebagai pencegah iritasi. Dalam sejarah poultices disusun dari tanah liat yang lain seperti kaolin.

Menurut Lachman (338) Pasta adalah dispersi konsentrasi tinggi dari bahan-bahan yang

diserbukkan yang tidak larut (20 hingga 50%) dalam basis berair atau basis lemak. Basis lemak kurang berminyak baik sebagai bahan pengeras dalam konsistensi salep karena sejumlah besar dari bahan yang diserbukkan ada. Pasta melekat baik pada kulit dan bermanfaat dalam pengobatan kronik atau luka lichenified. Sebagai contoh, pasta gelatin Zink, USP XX, digunakan ketika lapisan pelindung pada kulit diinginkan mengikuti penguapan dari air. Pasta memberikan lapisan

Page 3: Teori Salep

pelindung, dan ketika ditutupi dengan pembalut yang cocok, mencegah kritikan dari kulit pasien oleh goresan.

Jelli adalah basis larut air disediakan dari gum-gum alam seperti tragakan, pektin,alginat dan bopoglisin, atau dari derivat-derivat sintetik dari bahan-bahan alam sepeti methylcelulosa dan natrium carboximetilselulosa.

Gel biasanya sediaan semipadat yang transparan, jernih mengandung bahan-bahan aktif terlarut. Karbomer glo baik ketika didispersikan dalam air dengan perbandingan dari bahan-bahan alkali seperti trietanolamin dan diisopropanolamin untuk membentuk sediaan semipadat.

Menurut Scoville’s (338) Cream adalah dapat diklasifikasikan sebagai salep, biasanya tipe ini

memiliki kosistensi yang lembut. Dapat membuat kulit bercahaya, krim biasanya digunakan pada bagian kulit yang teriritasi atau kulit yang sensitif.

Pasta merupakan sediaan yang populer pada pemakaian kulit, salep bersifat kaku dapat melebar dan dapat sebagai lapisan pelindung pada penggunaannya.

Cerates adalah sediaan yang mengandung konsisteansi lilin yang relatif tinggi dan memiliki titik lebur yang tinggi.

Jelly adalah merupakan salep dalam bentuk cair , yang mengandung sedikit lilin atau tidak sama sekali dimana digunakan pada membran mukosa. Jelly umumnya merupakan campuran yang mengandung sedikit lemak dan minyak ,dapat dengan mudah tercuci dengan air, karena krim memiliki kandungan seperti mucilago, gom dll sebagai dasar salepnya.

Kesimpulan : Cream adalah merupakan sediaan setengah padat yang bisa

diklasifikasikan sebagai salep, dengan tujuan penggunaan topikal. Cream biasanya digunakan pada bagian kulit yang teriritasi atau pada kulit yang sensitif.

Pasta adalah sediaan semipadat dermatologi yang memperlihatkan aliran dilatan. Pasta biasanya mengandung bahan yang tidak larut dalam basis berair atau basis lemak. Basis lemak kurang berminyak baik sebagai bahan pengeras dalam konsistensi salep karena sejumlah besar dari bahan yang diserbukkan ada

Cerates adalah merupakan sediaan yang ditujukan untuk pemakaina luar dimana mengandung kosistensi lilin yang tinggi sehingga memiliki titik lebur yang tinngi.

Jelly adalah salep dalam bentuk cair yang konsistensinya mengandung sedikit lilin atau tidak sama sekali, dimana ditujukan untuk pemakaian luar, dan meiliki sifat mudah dicuci dengan air.

Page 4: Teori Salep

3. Struktur kulit Menurut Prescription (233)

Gambar struktur kulit

Struktur dari kulit manusia dewasa sangat kompleks. Kulti dapat dikalsifikasikan kedalam 3 lapis : (1) Epidermis (kutikula), (2) dermis (korium atau kulit nyata), dan (3) jaringan subkutan (hypoderm).

Page 5: Teori Salep

Lapisan ketiga seringkali dipertimbangkan sebagai bagian dari dermis dan terdiri dari jaringan subkutan dan sel adiposa. Bagian vertikal dari kulit ditunjukkan secara skematis pada gambar sel.

Karena epidermis adalah b agian luar atau sebelah luar dari kulit dimana tempat penggunaan kosmetik dan sediaan obat topikal dan oleh karena itu, adalah perhatian khusus dari farmasis dan ahli kulit. Epidermis bervariasi ketebalannya dari 1 mm pada telapak tangan dan tumit kaki hingga 0,1 mm atau lebih kurang pada bagian wajah dan badan. Dimana ditutupi dengan lapisan permukaan yang disusun dari lemak teremulsi. Lapisan ini tidak berlanjut dan tahanannya sangat sedikit untuk penetrasi molekul.

Menurut ahli histologi epidermis diklasifikasikan kedalam 5 lapisan:1. Stratum corneum atau lapisan tanduk2. Stratum lusidum, kadang-kadang disebut “lapisan penghalang”

(Barier layer).3. Stratum granulosum atau lapisan granular4. Stratum malpighii, lapisan sel berduri.5. Stratum germinativum, lapisan sel basal.

Harus diingat bahwa pembagian ini memberikan perubahan dalam struktur sel karena satu bergerak terhadap permukaan dibandingkan perbedaan lapisan yang memisah, lapisan ini digabung ke lapisan satu yang lain hampir selalu tidak kelihatan.

Stratum corneum atau lapisan tanduk, terdiri dari beberapa lapisan sel pipih yang disusun oleh keratin. Lapisan ini lebih tebal pada tumit kaki dan telapak tangan (0,6-0,8 mm) dan sangat tipis pada wajah.

Lapisan tanduk kasar dan merupakan lapisan yang relatif tidak sensitif yang secara terus menerus terkelupas dan digantikan. Sel-sel mati, yang secara tetap terkelupas, digantikan oleh klarifikasi dari sel lain yang tumbuh dari germinal, atau basal, lapisan dan dipoliferasi atau ditekan dari bawah. Komposisi kimia dari stratum corneum adalah protein 85% (kira-kira 15% larut air, 65% keratin atau protein sitoplasma dan 5% membran protein), lemak 7-9% (C10-C18 asam lemah jenuh dan tidak jenuh dan ester-ester, trigliserida dan kolesterol dan sterol yang berhubungan); yang lain 6-8% (mukopolisakarida, karbohidrat, mucin, asam lipo amino, dll).

Lapisan lemak menutupi stratum corneum biasanya mempunyai pH 4,5-6,5. Berdasarkan uji bagian dengan pH wanita biasanya sedikit lebih tinggi (kurang asam) daripada pria. Perbedaan drastis pada pH ini disebut “mantel asam”, mungkin menurunkan kemampuan kulit untuk menahan serangan bakteri. Jacobi dan Heinrich memilih mantel asam pada kulit sebagai garis awal dari ketahanan tubuh melawan pengaruh luar.

Peck, dkk menitikberatkan bahwa keasaman persen tidak membuat mantel asam suatu penghalang waktu serangan bakteri dan jamur. Sifat

Page 6: Teori Salep

bakteriostatik dari mantel asam mungkin dihubungkan dengan kapasitas mendapar dari mantel asam pada kulit, baiknya dengan kapasitas mendapar dari mantel asam. Keringat dan sebum sekat bakteriostatik dan fungistatik berhubungan dengan adanya asam amino bebas, protein debis, asam lemak, asam laktat dan karbonat dan laktat.

Karena lapisan tanduk disusun sebagian besar oleh keratin, protein yang menyerap sejumlah besar air dan senyawa polar lainnya, mungkin menjadi tempat penyimpanan untuk bahan penetrasi, dengan cara demikian mempertahankan gradien konsentrasi maksimum hanya kira-kira pada stratum lusidum. Penetran seperti ion-ion dan zat pewarna dapat mengikat stratum corneum dan peningkatan penetrasinya melewati lubang dari folikel rambut.

Kemampuan dari keratin epidermal untuk menyerap air dapat mempengaruhi penetrasi dengan cara lain. Ketika lapisan tanduk dihidrasi dengan baik, senyawa hidrofilik dan hidrofobik dapat berpenetrasi ke stratum lusidum lebih cepat. Jadi, absorbsi perkutan dari beberapa senyawa dapat ditingkatkan dengan formulasi farmasetis untuk menghasilkan lapisan oklusif pada permukaan kulit. Penutupan kulit dengan lapisan oklusif, seperti wragging dengan lapisan plastik, adalah seperti menghasilkan derajat yang lebih tinggi dari oklusif daripada diperoleh dengan salep. Pengaruh dari oklusif dihubungkan dengan hidrasi yang lebih baik dari stratum corneum dan suatu peningkatan dalam temperatur permukaan dari kulit. Mekenzie dan stoughter telah menunjukkan bahwa konsentrasi efektif yang minimal secara topikal digunakan kortikosteroid adalah ditandai pengurangan saat tepat penggunaan dioksklusi.

Lapisan terluar adalah sel pipih terkeratinisasi dalam stratum corneum diajarkan dengan beberapa untuk mengurangi pengemasan yang penuh daripada berbatasan untuk lapisan granular menekankan dari daerah antara stratum corneum dan lapisan granular (stratum lusidum) sebagai “zona penghalang”, zona ini yang ketebalannya beberapa mikron, dilaporkan untuk beraksi sebagai penghalang untuk transfer air yang melalui kulit. Daerah penghalang dilaporkan mencegah penetrasi molekul yang mempunyai berat molekul lebih besar dari 200-300. Eksistensi dari zona penghalang tidak membuktikan secara benar, dan beberapa teori mengenai absorbsi perkutan dibandingkan seluruh stratum corneum sebagai lapisan yang tersusun kompak (10-50 mikron tebalnya) yang bertindak sebagai penghalang utama untuk penetrasi. Setelah penetrasi pada stratum corneum, penetran dipaparkan pada lapisan dengan tebal 200 mikron dari jaringan yang tinggal, dermis, yang dapat menjadi penghalang yang baik untuk molekul non polar karena sifat berairnya. Kemudian molekul yang berpenetrasi pada stratum corneum baik yang terlihat pada epidermis paling bawah atau dermis, atau yang terbawa oleh cairan jaringan dalam dermis ke aliran darah dan limfatik.

Page 7: Teori Salep

Treger mempercayai bahwa fakta-fakta untuk mendukung keberadaan zona penghalang pada dasar dari stratum corneum tidak meyakinkan, karena jika lapisan seperti ini ada, satu diharapkan lebih berubah secara kritis pada permeabilitas dengan pengelupasan lapisan terluar dari kulit dan mendefenisikan hubungan kelarutan penetran dengan permeabilitas.

Kligman telah mengajukan bahwa seluruh lapisan tanduk termasuk dalam fungsi penghalang. Pandangan ini mendapat penerimaan dari peneliti lain dan telah ditegaskan kembali oleh Scheuplein, Matatsy dkk, memberikan bukti penyaranan bahwa membran plasma protein dari sel tanduk dapat juga mengambil bagian dalam fungsi penghalang.

Lapisan paling dalam dari epidermis, stratum germinativum atau lapisan sel basal adalah lapisan yang produktif. Dalam lapisan ini secara tetap terjadi mitosis, kemajuan sel anak akhir terhadap permukaan kulit karena beberapa sel bermigrasi. Sel-sel tersebut berubah dalam bentuk dan komposisinya sampai sel-sel ini menjadi sel tanduk pada stratum corneum.

Dermis, atau kulit sejati, berbeda secara morfologi dari epidermis. Dermis terdiri dari jaringan berserat tebal bersama dengan pembuluh darah dari limpa, folikel rambut, dan kelenjar sebaseus dan kelenjar keringat, aorta dan serabut saraf, karena lapisannya berair, ini nmungkin bertindak sebagai penghalang untuk lewatnya molekul non polar.

Endodermis, yang biasa juga disebut sebagai jaringan subkutan ( hypodermis ). Pada jaringan ini merupakan jaringan kulit yang terletak pada bagian bawah pada kulit dimana dia berhubungan langsung dengan pembuluh darah pada jaringan kulit dan serabut saraf yang lainnya, serta jaringan adiposa pada kulit.

4. Jalur penetrasi Menurut Prescription (235)

Kemungkinan jalur penetrasi.Griesemer menggambarkan kemungkinan jalur penetrasi ke dalam dan

melalui kulit yang tidak rusak, adalah:1) Antara sel-sel stratum corneum2) Melaui dinding folikel rambut3) Melaui kelenjar keringat4) Melalui kelenjar sebaseus5) Melalui sel-sel stratum corneum

Treger mengatakan bahwa rute masuknya bahan-bahan dan melalui kulit adalah epidermis itu sendiri, penetran bergerak antara sel-sel dan mungkin melalui epidermis dibandingkan melalui struktur pelengkap yaitu folikel rambut dan kelenjar keringat. Terger menganggap bahwa ketahanan terhadap masuknya sebagai sifat dari matriks sel-sel keratin dari epidermis, tidak sempurna oleh proses aktif. Pelepasan sel-sel terkeratinisasi dari kulit manusia oleh pelepasan berulang-ulang dari kulit pada perekat telah

Page 8: Teori Salep

menunjukkan untuk membuat kulit lebih permeabel daripada kulit normal terhadap air, anestetik lokal dan ion-ion endogen. Masing-masing pelepasan mengangkat beberapa bahan tidak permeabel dan atau mengganggunya pada tingkat yang rendah. Pada beberapa lapisan yang terakhir diangkat dengan pelepasan yang sempurna, permeabilitas dari kulit yang tersisa meningkat besar. Peningkatan ini mungkin dikarenakan reduksi pada lapisan tipis kulit yang tersisa dan atau hal ini mungkin menunjukkan bahwa lapisan bawah stratum corneum yang diangkat oleh pengelupasan adalah kurang permeabel dari lapisan-lapisan yang diangkat. Menurut Marzulli membran diangkat dengan kadang-kadang mempunyai impermeabilitas yang besar, atau mendekati besar seperti pada semua kulit.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi penetrasi Menurut Prescription (235)

Faktor-faktor berikut harus dipertimbangkan dalam beberapa absorpsi perkutan:1) Kondisi kulit2) Kelarutan penetrasi3) Konsentrasi penetran4) Hidrasi kulit5) Pembawa6) Pelarut7) Faktor lain Kondisi Kulit

Kerusakan kulit seperti yang disebabkan oleh tergores, melepuh, terpotong, dan lain-lain dan proses modifikasi kulit seperti eksim dan hyperemia diketahui mempengaruhi permeabilitas yaitu ada tanda peningkatan dalam penetrasi obat seperti trauma. Perawatan kulit dengan keratolitik atau dengan pelarut organik seperti aseton, alkohol atau heksan dapat meningkatkan permeabilitas epidermis terhadap air, efeknya bervariasi dengan bahan keratolitik yang digunakan dan lamanya waktu epidermis terpapar pada pelarut organik.

Kelarutan penetran Sifat kelarutan dari penetrasi mungkin lebih penting dalam ukuran

molekul dalam penetran terhadap kemampuan berpenetrasi pada kulit, walaupun ukuran molekul memerankan beberapa bagian dalam penentuan kecepatan penetrasi dari bahan-bahan melalui kulit. Molekul-molekul sekecil helium melalui kulit dengan sangat cepat, sedangkan molekul yang besar seperti serum albumin manusia melalui kulit sangat lambat. Menurut Tregear dengan range yang sempit dari ukuran molekul tak ada hubungan antara ukuran dan kecepatan penetrasi, tapi dipengaruhi oleh bahan dari dasar salep tersebut. Apabila dasar salep tersebut mengandung bahan yang mudah larut maka penetrasi salep dapat

Page 9: Teori Salep

cepat terjadi sehingga kelarutan penetran tidak begitu dipengaruhi oleh ukuran dari pada molekul penetran tersebut.

Konsentrasi Penetran Shellnire menemukan bahwa faktor utama yang mempengaruhi

penetrasi ttotal dari penggunaan obat adalah hidrasi kulit, konsentrasi penetran, dan keadaan larutan dalam pembawa dan waktu kontak dari sediaan obat pada kulit.

Menurut Higuchi, untuk semua penetran kecepatan penetrasi dikontrol dengan kekurangan permeabilitas kulit. Jika satu pendapat bahwa pembawa yang mengandung penetran tak cukup besar mempengaruhi kulit kemudian kecepatan penetrasi perkutan adalah maksimum untuk penetran yang mempunyai kemungkinan potensial termodinamik lebih tinggi. Jika aktivitas termodinamik dari penetran dalam pembawa berbeda disebut konstan, kemudian kecepatan dari penetran dalam suatu pembawa tidak konstan. Ini bervariasi dengan sifat pelarut untuk penetran dan konsentrasi-konsentrasi dari penetran-penetran, kemudian semua pembawa mengandung penetran dalam suspensi (sediaan yang mempunyai obat padat dalam kesetimbangan larutan sejati) tidak menghasilkan kecepatan penetrasi yang sama karena walaupun karena jika saturasi melibatkan kecenderungan molekul untuk bersatu. Jumlah dari molekul dalam larutan adalah faktor penting karenaperubahan dalam arah yang diberikan melalui suatu membrane (kulit) tergantung pada konsentrasi (tepatnya aktivitas) dalam fase awal (pembawa). Aktivitas meningkat terhadap kejenuhan pembawa. Aktivitas adalah faktor yang penting dibandingkan beberapa konsentrasi mutlak dan kemudian untuk konsentrasi yang diberikan dari penetran, pembawa yang mempunyai afinitas lebih rendah untuk penetran secara normal menghasilkan penetrasi lebih cepat saat kelarutan dilebihkan dalam semua pembawa. Reduksi ukuran partikel dari penetran tersuspensi mempengaruhi penetrasi.

Higuchi menitikberatkan pada gradient konsentrasi yang besar dapat dikembangkan dalam fase salep (langkah control kecepatan adalah fase penggunaan dibandingkan dalam penghalang kulit), seperti pengembangan dalam hal mempengaruhi absorpsi oleh kulit terluka atau penetran yang kelarutannya lebih tinggi disuspensikan dalam basis salep. Dalam pengujian matematiknya pada bagian yang terakhir. Higuchi menunjukkan bahwa kecepatan penetran dari salep tipe suspensi dapat diatur dengan mengontrol konsentrasi penetran, kelarutan dari penetran (Jika bagian basis berair digunakan, kelarutan dapat divariasikan dengan mengubah pH efektif dari pembawa untuk yang tidak larut dalam dasar obat) dan konstanta difusi dari penetran dalam pembawa (Pengurangan viskositas pembawa harus menghasilkan peningkatan koefisien difusi untuk obat).

Page 10: Teori Salep

Hidrasi Kulit Higuchi menyatakan bahwa karena air diserap baik khusus oleh

protein dari degradasi protein menghasilkan kandungan terluar dari kulit. Perubahan sifat dari beberapa lapisan adalah mungkin dipengaruhi secara kuat dengan adanya air. Dengan menggunakan gliseril monostearat sebagai penetran dan membrane artificial sebagai penghalang. Higuchi mendemonstrasikan hubungan antara permeabilitas permeabilitas dan kelembaban relatif. Pada kelembaban permeabilitas yang rendah secara relatif tidak sensitif pada kelembababan relatif sedangkan pada kelembaban relatif mendekati 100%, kecepatan penetrasi menjadi sangat tergantung pada aktivitas air. Higuchi menghubungkan hal ini dengan inhibisi air oleh fase penghalang yang dapat terpapar tekanan air yang disaturasi dan akibat perubahan dalam konsentrasi hidrasi dan koefisien aktivitas penetran.

Shelmire menyimpulkan bahwa faktor penting dalam penetran kecepatan difusi penetran dari pembawa ke permukaan kulit adalah derajat hidrasi pada antarmuka kulit, pembawa dan temperature pembawa dengan sekresi kulit.

Pembawa Literatur kedokteran dan farmasi penuh dengan laporan yang

bertentangan pada pentingnya pembawa dalam absorpsi perkutan dari penetran. Barr dalam artikel pengulangan pada absorpsi perkutan, mendiskusikan beberapa lapisan yang berlawanan ini. Satu yang harus diingat, studi absorpsi perkutan yang dicoba dalam hewan yang permeabilitas kulitnya yang berbeda dibandingkan dengan manusia. Sebagai contoh, walaupun folikel rambut tidak dipertimbangkan sebagai rute terpenting dari masalah penetran pada manusia, kebanyakan mamalia mempunyai lebih banyak rambut dari kulit pada manusia. Kemudian dalam manusia, daerahdari epitalium dengan folikel rambut kecil relatif pada kulit. Perhitungan yang sama mutu kulit kelinci atau kuda menunjukkan bahwa lebih banyak epitalium folikel rambut dari pada yang menutupi permukaan kulit. Jadi, mamalia tertentu , potensial untuk penetrasi melalui folikel rambut sangat besar. Kenyataannya permeabilitas dari kulit penjerat untuk beberapa bahan bermacam-macam adalah 3-5 kulit manusia. Selanjutnya kebanyakan studi dihubungkan dengan penggunaan kulit manusia adalah hanya untuk ppenetran khusus misalnya asam salisilat dan Iodin atau kalium Iodida.

Pelarut Higuchi berpendapat bahwa penggunaan beberapa pelarut

dinampakkan menyebabkan perubahan penandaan dalam tahanan penghalang kulit terhadap penetrasi.

Page 11: Teori Salep

Menurut Rothman bahwa penyerapan beberapa bahan larut air dan larut lemak ditunjukkan melalui pelarut organik yang melarutkan atau modifikasi lapisan jaringan dalam epidermis telah didirikan. Beberapa pelarut polar seperti propilenglikol telah ditemukan untuk memperlambat penetrasi atau mempunyai pengaruh. Ini mungkin disebabkan oleh konsentrasi propilenglikol yang digunakan dalam pembawa dan kelarutan penetran dalam propilenglikol. Aktivitas termodinamik dari penetran akan meningkat sampai jenuh dari pembawa oleh karena itu selalu diharapkan konsentrasi propilenglikol pada invitri Haocinolene asetonida dan ester asetat. Hasilnya menunjukkan bahwa pelepasa maksimal pada konsentrasi yang diberikan pada steroid diperoleh pada pembawa yang kira-kira mengandung sejumlah minimum dari propilenglikol yang dibutuhkan melarutkan steroid secara sempurna.. penurunan pelepasa steroid saat kelebihan propilenglikol ada untuk meningkatkan afinitas pembawa untuk steroid. Saat sejumlah propilenglikol ada tidak cukup untuk melarutkan semua steroid kemudian difusi ke dalam fase reseptor (analog dengan kulit in vivo) menjadi batas kecepatan disolusi dan kecepatan pelepasan dikurangi.

Faktor Lain Tempat pengolesan dan lama pengolesan ketika kontak merupakan

faktor yang mempengaruhi absorpsi penetran perkutan. Obat yang berpenetrasi ke dalam stratum korneum ketika lapisan keratin terluar tipis.

Menurut Shelmire, kecepatan absorpsi berbanding langsung dengan ketipisan kulit yang menghalang dan luas absorpsi berbanding langsung ke daerah kulit yang tertutupi oleh salep.

Meskipun secara in vitro kulit telapak tangan lebih permeabel terhadap air disbanding kulit tangan, iodin berpenetrasi pada kulit telapak tangan hanya 1/3 dari kecapatan penetrasi kulit lengan nsecara in vivo menggunakan tri n-butil fosfat. Mannuli menujukkan bahwa secara in vitro kulit plantar berpenetrasi lebih lembut dari pada kulit daerah lain, ia juga menujjukkan bahan kulit postanicular dan serotal paling permeabel terhadap tri-n-butil fosfat. Blank, dkk membandingkan permeabiliats kulit serotal dan abdominal dengan hydrogen sulfide, asam salisilat dan tekanan uap. Bahan-bahan tersebut menunjukkan bahwa kulit serotal lebih permeabel dibandingkan kulit abdominal dari bahan ini. Secara umum kualitatif obat yang diserap dibanding dengan waktu pembawa berkontak dengan kulit. Bagaimanapun juga hal ini dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi obat yang akan merubah derajat hidrasi kulit dan penyerapan air dari emulsi pembawa. Macknion menunjukkan bahwa laju penetrasi dari suatu pengobatan menurun dengan waktu karena jaringan jadi jenuh oleh obat.

Page 12: Teori Salep

6. Komposisi salep Menurut Dop Cooper (192)

Basis biasanya anhidrous dan secara umum mengandung satu atau lebih bahan obat dalam suspensi atau larutan.

Menurut Lachman (539)Penggunaan dari bahan-bahan pada kulit yang kasar seperti emolien, pengemulsi, lemak, minyak, lilin, derivat selulosa, humektan, derivat lanolin dan basis absorbsi air mempunyai pengetahuan khusus dari hasil spesifik.

7. Pembagian salep Menurut Scoville’s (339)

Salep diklasifikasikan menurut:I. Sifat terapeutik berdasarkan penetrasinya

(1) Salep epidermik: ditujukan semata-mata untuk aksi pada permukaan dan bereaksi sebagai pelindung antiseptik, astringen, counter iritan, dan parasitis. Secara umum basis yang digunakan adalah petrolatum.

(2) Salep endodermik ditujukan untuk melepaskan bahan obat yang berpenetrasi kedalam tapi tidak melalui kulit. Salep endodermik diabsorbsi sebagian dan bereaksi sebagai emolien, stimulan dan iritan lokal. Basis salep yang paling baik untuk kelas ini adalah minyak nabati dan lemak alami.

(3) Salep diadermik ditujukan untuk melepaskan obat yang menembus melalui kulit dan menghasilkan efek dasar. Ini tidak umum dan termasuk penggunaan khusus dari obat-obat yang sama seperti senyawa merkuri, iodida dan belladonae. Basis diadermik yang paling baik adalah lanolin anhidrat, lanolin hidrat dan minyak teobroma.

II. Komposisi dan sifat umum farmasetik(1) Salep hidrofobik; salep dengan basis berminyak. Mengandung

campuran lemak-lemak, minyak dan wax dan dapat dicuci dengan air.

(2) Salep hidrofilik; salep dengan sifat mempunyai jumlah air yang agak banyak walaupun biasanya emulsi minyak dalam air dengan konsistensi ringan dari pada salep hidrofobik. Salep ini dapat juga menjadi air dalam minyak, campuran yang mengandung sterol dari petrolatum. Emulsi m/a lebih mudah dibersihkan dari kulit dengan air.

Menurut Prescription (230)Goodman mengklasifikasikan salep menurut tingkat penetrasi pada

penggunaan di kulit sebagai:(1) Salep epidermik, atau menunjukkan sedikit atau tidak mempunyai

kekuatan penetrasi kedalam kulit. Kelompok ini dimasukkan kedalam basis oleogenous dan basis hidrokarbon.

Page 13: Teori Salep

(2) Salep endodermik, atau menunjukkan mempunyai kekuatan penetrasi kedalam kulit. Basis kelompok ini adalah lanolin dan minyak tumbuh-tumbuhan.

(3) Salep diadermik, atau menunjukkan penetrasi kulit mengizinkan atau mendorong absorbsi sistemik dari bahan aktif yang tergabung dalam basis. Tipe emulsi dan basis larut air termasuk kelompok ini. Klasifikasi ini tidak logis karena absorbsi dapat sedikit basis salep tergantung pada kelarutan dari obat, luas hidrasi dan kondisi dari kulit.

Menurut American Pharmacy (317)Salep, pasta, obat penawar, serata dan plaster dikelompokkan

bersama-sama menurut kesamaan sifat farmasetisnya, sama baiknya dengan kesamaannya dalam tujuan terapeutis.

Sediaan lemak berminyak diketahui sebagai “emolien” (dari bahasa latin emoline, menjadi lembut) seperti digunakan untuk aksi lokal pada kulit. Sediaan ini digunakan sebagai:1) Pelindung2) Bahan pelembut atau membuat kulit lebih lunak, dan3) Pembawa atau carier untuk obat yang lebih aktif.

Pada kasus yang terakhir, sediaan tersebut dapat sebagai pembawa untuk obat-obat yang mempunyai tujuan utamanya sebagai aktif lokal yang mana diinginkan utamanya pelepasan yang lambat pada obat dari basis selama periode waktu yang lama, atau mungkin digunakan sebagai pembawa untuk obat dari absorbsi dan efek sistemik diinginkan. Pada kasus ini, salep seharusnya digosok melalui kelenjar sebaseus.

Salep diklasifikasikan paling baik menurut tipenya (berdasarkan komposisinya)I. Basis salep Oleogenesis

1. Anhidrous2. Tidak segera menyerap air (hidrofobik)3. Tidak larut dalam air4. Tidak tercuci

II. Basis salep absorbsi1. Anhidrous2. Akan menyerap air (hidrofilik)3. Tidak larut air4. Kebanyakan tidak tercuci

III. Basis salep emulsiA. Emulsi tipe w/o

1. Hidrous2. Akan menyerap air3. Tidak larut air4. Tidak tercuci5. Emulsi w/o

Page 14: Teori Salep

B. Emulsi tipe o/w1. Hidrous2. Akan menyerap air3. Tidak larut air4. Tercuci5. Emulsi o/w

IV. Basis salep larut air1. Anhidrous2. Akan menyerap air3. Larut air4. Tercuci5. Berminyak

Menurut Dop Cooper (192)Salep diklasifikasikan menurut penggunaan : Obat jerawat – resorsinol, sulfur. Antibiotik – basitrasin, klortetrasiklin, neomisin. Bahan antifungi – asam benzoat, asam salisilat, zink undecenoat. Bahan antiinflamasi – betametason valerat, flusinolonasetanid,

hidrokortison, hidrokortison asetat, triamsinolon asetonid. Antipruritik (obat penghilang gatal-gatal) – benzokain, coal tar. Antiseptik – merkuri amoniakal, ZnO. Astringen – calamin, cairan hamantelis, ZnO. Counter iritant – capsicum, oleoresin, iodin, metil salisilat. Pengobatan dandruff – asam salisilat. Keratolitik (obat penghilang keratin) – resorsinol, asam salisilat, sulfur. Parasitisida – sulfur. Protektif – calamin, ZnO. Pengobatan prosiasis – coal tar, kortikosteroid, dithranol, asam salisilat..

8. Efek lokal Menurut Prescription (229)

Pengobatan topikal diresepkan untuk menghasilkan efek khusus yang bermanfaat, efek dasar dari kebanyakan bahan yang digunakan pada kulit diindikasikan dengan nama generiknya. Bahan antipruritik menghilangkan gatal-gatal dengan berbagai cara.

Umumnya digunakan bahan dan kekuatan termasuk mentol 0,25%, fenol 0,5%, champor 2% dan coal tar 5-10%.

Keratoplastik cenderung meningkatkan ketebalan lapisan tanduk. Asam salisilat 1-2% adalah contoh bahan keratoplastik, sedangkan bahan yang lebih kuat dari bahan asam salisilat adalah keratolitik.

Keratolitik, bahan keratolitik mengangkat atau melembutkan lapisan tanduk. Umumnya digunakan bahan dari tipe ini termasuk asam salisilat 4-

Page 15: Teori Salep

10%, resorsinol 2-4%, dan sulfur 4-10%. Bahan perusak yang kuat adalah trikoloroasetat dengan kekuatan penuh.

Bahan eksimatis, menghilangkan keringat dan ekskresi vaskular dengan beberapa cara, beberapa dapat bertindak sebagai pelindung, keratolitik dan antipekritik umumnya bahan antieksim termasuk 2-5% dan hidrokarbon dan derivatnya 0,5-1% dicampur dengan lotion atau salep.

Antiparasit, menghancurkan atau menghambat pertumbuhan dan gangguan mikroorganisme. Bahan dari tipe ini termasuk benzil benzoat 10-30% emulsi atau lotion, salep sulfur, N-etil-Oerotonolotomedin 10% dan gamma benzil klorida.

Bahan antibakteri dan antijamur manghancurkan atau menghambat bakteri dan jamur. Umumnya bahan yang digunakan termasuk iodoklorhidrosiquin 3% dan antibiotik seperti basitrasin 500 unit/gm, salep tetrasiklin HCl 3% dan krim kloromiktin. Bahan antijamur termasuk salep benzoat dan asam salisilat, asam andekonoat dan ankadikanoat adalah basis bervariasi, krim tolnaftat 2% dan krim mistatin 100.000 unit/gm.

Antiseborrheis adalah bahan yang meringankan seborhoa (kelebihan penyaluran sebum dari kelenjar) dengan aksi yang bervariasi yaitu anti pruritik, resistinol, dan salep sulfur, salep asam dan bahan ini.

Emolien adalah bahan yang melembutkan permukaan kulit, basis mineral, petrolatum putih dan krim a/m adalh contoh sebagai bahan ini.

9. Pengertian basis Menurut Scoville’s (340)

Basis salep adalah bahan atau bagian dari salep yang berperan sebagai carrier atau pembawa untuk obat. Basis pada salep juga harus memiliki sifat yang mudah untuk beroenetrasi pada kulit, sehingga efektif pada penggunaannya. Basis pada salep juga harus mudah bercampur dengan bahan katif dari pada salep tersebut. Juga pada kenyataannya basis pada salep tersebut dapat dikatakan sebagai salep tanpa adanya bahan obat yang terkandung didalamnya.

9. Syarat-syarat basis yang ideal Menurut American Pharmacy (320)

Menurut Beeler, beberapa peneliti telah menggambarkan basis yang ideal seperti yang ditunjukkan dengan sifat fisika kimia dibawah ini: Stabil Netral dalam reaksi Tidak berminyak Aksi tidak berkurang Tidak mengiritasi Tidak mendehidrat Tidak higroskopik Dapat dicuci dengan air

Page 16: Teori Salep

Dapat bercampur dengan semua bahan obat Bebas dari bau yang tidak enak Tidak meninggalkan noda Efisien pada kulit kering, berminyak/lembab Dapat menjadi medium yang dapat larut secara kimia dan lemak/air Dapat merupakan sediaan stok untuk penggunaan selanjutnya Tersusun atas bahan kimia yang diketahui komponennya Dapat menyimpan sekurang-kurangnya 50% air Mudah dicampur oleh farmasis Melebur/melembut pada suhu tubuh

10. Pemilihan basis Menurut Scoville’s (339)

Banyak faktor yang termasuk dalam seleksi basis salep. Sifat alami bahan obat yang dicampurkan, kestabilannya dan aksi terapetik yang diinginkan adalah sangat penting. Sebagai contoh obat yang terhidrolisis dengan cepat lebih stabil dalam basis hidrokarbon daripada dalam basis yang mengandung air, walaupun dapat lebih efektif pada yang terakhir. Faktor penting lainnya adalah karakteristik umum dari kulit pasien apakah kering atau berminyak, terang atau gelap, daerah kulit yang terluka apakah berambut atau tidak, jenis luka ada apakah kering atau basah. Efek kimia dari pembawa pada obat dan obat pada pembawa dan aksi dari pembawa pada kulit.

Menurut FI IV (18)Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor seperti

khasiat yang diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, stabilitas kjetahanannya sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan, misalnya obat yang cepat terhidrolisa lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon dari pada dasar salep yang mengandung air. Meskipun obat tersebut bekerja dalam dasar salep yang mengandung air.

Menurut Parrot (365)Salep harus stabil secara kimia dan fisika, campuran obat harus

terdistribusi seragam sebagai salep yang diinginkan untuk kulit sensitif, penyakit kulit atau kulit rusak, setiap bahan yang tidak larut harus dikuraqngi sampai ukuran cukup kecil untuk mencegah rasa berpasir atau iritasi.

Viskositas dari salep harus memungkinkan untuk mudah dikeluarkan dari tube dan mudah digunakan selama masih melekat pada kulit. Jika salep disimpan pada lingkungan yang cukup hangat untyk melunakkan salep, serbuk yang tidak larut dapat menyerap dari salep tipe suspensi dari fase terdispersi dapat memisah dalam salep tipe emulsi.

Page 17: Teori Salep

11. Pembuatan Salep ( Schovill’s 360 )Salep dibuat dari tiga metode umum: Pencampuran mekanik dari

bahan-bahan, peleburan, dan reaksi kimia. Metode pertama digunakan jika lemak lembut dan bahan minyak sebagai basis, metode kedua digunakan jika lilin dan bahan-bahan yang mempunyai titik lebur lebih tinggi dicampur, dan metode ketiga adalah salah satu metode tertentujika dibuat salep yang khusus.

Penyiapan dengan pencampuran MekanikHal ini dapat dibentuk oleh triturasi bahan-bahan dalam

lumpang sampai diperoleh salep yang lembut, atau dengan menggosokkan bahan-bahan tersebut pada papan salep dengan spatula. Metode yang diguankan tergantung pada pilihan pribadi, tetapi prosedur yang lebih akhir digunakan paling dipertimbangkan mengenai palin mudahnya dan paling baik karena partikel-partikel yang tidak halus lebih mudah ditekan keluar dan salep lebih mudah dan sempurna dipindahkan dari papan dari pada lumpang dan alu. Papan juga lebih baik karena tidak mengabsorbsi dan mudah dibersihkan. Dua papan yang sesuai pada sisi bawah yang satunya dicat hitam dan pada posisi bawah yang lain dicat putih, jadi salep berwarna cerah dapat dibuat pada latar belakang yang berwarna gelap, dan salep yang berwarna gelap pada sisi latar belakang yang berwarna cerah, jadi pembuatannya mudah diamati pada waktu pencampuran. Lumpang lebih dipilih jika banyak cairan yang dicampurkan atau kadang kala jika salep yang sangat kental atau serata dicampurdengan salep yang lembut. Pada kasus dimana salep yang kental harus lebih dahulu ditriturasi dengan jumlah yang kecil (setengah sampai sama dengan massa padat) dari bahan yang lembut sampai tercampura baik, kemudian sisanya harus dicampurkan. Selama pencamputran yang pertama, lemak yang keras akan menjadi lembut dengan triturasi, pembuatan selama pencampuran menjadi lebnih mudah. Metode yang sama harus diikuti jika pencampurannyapada papan.

Salep yang berpasir tidak disukai dalam farmasi dan sering mengiritasi jika digunakan pada permukaan lembut dan sensitif. Ahli farmasi tidak boleh menyimpan salep kecuali salep tersebut telah lembut dengan sempurna dan homogen. Untuk menyiapkan salep yang memuaskan sering memakan banyak waktu dan keterampilan tetapi hasil akhir seringkali menjadi lebih buruk.

Levigasi adalah proses dimana sangat membantu ahli farmasi dalam penyiapan salep yang lembut. Levigasi mungkin dapat didefinisikan sebagai sebuah proses dimana bahan padatan ditriturasi dengan cairan dimana ia tidak larut, jadi pembuatannya terbagi halus dan sering menyebabkan butir-butir pada salep. Mungkin contoh terbaik adalah nilai dari proses ini menggambarkan penyiapan salep yang mengandung ZnO. Levigasi pertama adalah ZnO dalam jumlah yang kecil dari pasta lembut gliserin diperoleh dimana dapat masuk lebih mudah pada basis lemak. Perhatian harus diberikan untuk mendapat hanya jumlah kecil dari cairan levigasi, bagaimanpun, karena

Page 18: Teori Salep

gliserin dalam (salep Merkuri amoniak) garam adalah pertama digosok menjadi serbuk yang halus dengan sedikit minyak mineral, sebagian untuk mendapat bentuk halus dari bagian dan sebagian karena garam dapat dikurangi oleh penggesekan jika usaha dalam membuat serbuk halus dalam bentuk yang kering.

Salep yang paling baik diperoleh jika bahan obat berada dalam bentuk larutan dan koloid. Farmakope Inggris mengarah pada oculenta untuk mata, dapat disiapkan dalam penyiapan dengan melarutkan garam yang dilarutkan dalam sejumlah kecil air dan pencampurannya dengan basis dari 9 bagian petrolatum dan 1 bagian lemak domba.

Dalam penyiapan salepdengan metode mekanik, spatula karet sebagai alat tidak boleh dilupakan. Sering pengobatan dipengaruhi oleh logam yang mungkin diresepkan, sering kontak dengan spatula logam yang cukup dapat menyebabkan penghilangan warna atau kerusakan awal. Seperti campuran asam salisilat dan salisilat, asam tannat dan beberapa pewarna oraganik harus tidak tercampur dengan spatula karet. Spatula logam tentunya lebih kuat dan memberikan pencampuran salep yang kental, jika menggunakan karet spatula diindikasikan bahan pencampur harus digunakan walaupun diperlukan kerja yang lebih keras untuk memperoleh hasil yang lembut.

Sebaiknya keseringan untuk menambahkan bahan pengental pada salep untuk meningkatkan konsistensi. Meskipun kebanyakan bahan yang umum digunakan seperti parafin, lilin putih dan kuning, spermaseti, ceresin dan lilin carnauba, kecenderungan untuk membuat salep yang keras daripada yang lain. Banyak formula salep yang mengandung campuran 2 atau lebih bahan ini.

Bahan lain yang digunakan dalam basis salep juga sebagai pelarut, atau bahan pengental atau bahan yang memberikan beberapa sifat spesifik yaitu minyak nabati, lemak, minyak kelapa, dan minyak coklat. Minyak olive, minyak biji kapas, minyak almond terperas, minyak persik, dan minyak kacang cenderung kearah ketengikan. Minyak kelapa khususnya digunakan dan menyebar lebih mudah pada kulit, masih membuat salep keras menjaga sifat yang baik, minyak coklat kadang-kadang digunakan sebagai sediaan emolien dan salep kosmetik tertentu.

Pembuatan dengan penggabunganKetika krim, stearin, rosin, phenol atau bahan keras lain yang tidak

bergabung dengan lemak lembut. Hal ini diperlukan untuk melebur keduanya dan lemak lembut untuk kelembutan, campuran yang homogen. Seperti campuran yang mempunyai titik lebur sedang antara kedua bahan tersebut. Jika jumlahnya sama, biasanya lebih dekat dengan titik lebur yang lebih rendah daripada yang lebih tinggi.

Pencampuran bahan ini diikuti aturan yang tetap yaitu peleburan bahan yang mempunyai titik lebur yang paling tinggi pertama, kemudian ditambahkan dengan yang mempunyai titik lebur tinggi berikutnya.

Page 19: Teori Salep

Tidak ada tempat bahan dingin bersama-sama dalam panci atau loyang dan mencoba untuk melebur semuanya satu kali karena ketika hal ini dilakukan adalah perlu untuk memanaskan seluruh massa dari bahan yang mempunyai titik lebur paling tinggi sebelum semuanya akan dilebur, dan waktu yang berlebih dan kerja dibutuhkan utuk menjamin kelembutan lemak dari cairan panas ini. Ketika lilin, spermaseti, stearin dicampur dengan lemak lebih lembut, hal ini memerlukan pengadukan cairan hangat yang didinginkan utuk mencegah pemanasan dalam kondisi granul. Jangan mendinginkan dengan cepat dalam pengerjaan ini adalah lemak keras dengan lilin akan memisah dan dibutuhkan peleburan ulang.

Pengerjaan yang paling baik dilakukan dengan melebur tiap bahan secara sangat lambat, kemudian leburan pertama diperoleh akan dekat dengan titik memadatnya dan mulai memadat dalam waktu singkat. Hal ini tidak perlu melanjutkan pengadukan sampai campuran keras, tetapi hanya sampai massa berbentuk pasta diperoleh yang mana hanya cukup keras untuk mencegah pemisahan atau pengendapan dari lemak keras atau serbuk yang tidak larut. Jika dilanjutkan, udara akan masuk kedalam salep dan lebih mudah rusak dalam penyimpanan. Rosin dan minyak lemak tidak memiliki kecenderungan ini untuk memisah, meskipun pengadukan tak diperlukan.

Pembuatan dengan reaksi kimiaMetode ini untuk pembuatan salep, biasanya meliputi peleburan dan

pencampuran mekanik. Berbeda dari metode penggabungan terutama dalam hal produk baru yang dibentuk dengan reaksi kimia antara bahan-bahan sementara salep dibuat sederhana dengan penggabungan yang tidak meliputi atau melibatkan perubahan kimia. Salep air mawar adalah salep yang dibuat dengan reaksi kimia. Pada salep ini elaidin dibentuk dari aksi dari asam sitrat pada lemak babi dan merkuri nitrit dengan reaksi dari merkuri dengan asam nitrit. Basis hidrofilik tertentu yang terlibat pembentukan sabun mungkin dikatakan dibuat dengan reaksi kimia.

12. Pewadahan Salep Menurut Scoville’s (360)

Wadah yang paling baik untuk penyimpanan salep adalah gelas yang berwarna kuning, hijau atau opal. Wadah ini disebut tabung atau pot dan tersedia dalam kisaran ukuran yang luas dari ½-16 oz. Wadah-wadah ini disesuaikan dengan komposisi dari tutup ulir logam dan garis yang tidak reaktif, sehingga tabung dapat ditutup dengan rapat.

Ketika mengisi tabung salep, ahli Farmasi harus menjaga agar terkemas seragam khususnya untuk menghindari kantung-kantung udara. Ketika pengisian tabung sempurna, permukaan dari salep harus

Page 20: Teori Salep

dilembutkan secara hati-hati dengan spatula membentuk permukaan yang cekung. Hal ini menghasilkan penampakan yang rapi dan mencegah kontak salep dengan tepi ulir.

Kaleng salep kadang-kadang digunakan untuk menyimpan dan membagi salep tetapi penggunaannya tidak direkomendasikan. Sangat banyak obat dan reaksi kimia dngan logam dan salep menjadi kehilangan warnanya. Wadah tanah liat kadang-kadang digunakan untuk menyimpan salep. Meskipun tidak sama baiknya dengan wadah gelas karena biasanya berpori dan jika salep tengik disimpan dalam wadah tanah liat, tempatnya tidak mudah dibersihkan.

Tube kaleng yang dapat dilipat adalah wadah yang sangat baik untuk menyimpan salep yang sangat lembut yang tidak reaktif. Meskipun, kekerasan dan kekentalan salep tidak harus disimpan dalam wadah ini. Tube tersedia dalam variasi yang luas (ukuran) untuk salep yang umum. Sebagai tambahan, tube dengan penggunaan khusus untuk penggunaan salep pada mata, hidung, rektum dan vagina adalah tersedia. Jalan yang paling baik untuk mengisi tube yang mudah dilipat adalah dengan menempatkan salep pada lembaran arkilin atau kertas perkamen dan melipat kertas sehingga tepinya bertemu. Dengan menempatkan batang pengaduk pada atas lipatan dan memutar dalam kertas ke arah lipatan bawah salep tanpa kertas didorong menjadi bentuk silinder.

Kertas tube kemudian ditempatkan menjadi pembuka akhir yang besar dan tube dilipat dan kertas dikeluarkan melalui jari-jari salep tertekan keluar dan tertinggal dalam tube. Selama pengerjaan, tutup dari tube harus terbuka untuk membiarkan pengisian sempurna. Tube harus diisi hanya untuk dengan 1 inci dari akhir sehingga ada ruang untuk menutup tube. Hal ini dilakukan dengan merabakan basis dari tube dengan spatula, melipatnya dua kali dan menyimpannya dengan klip tube yang khusus dengan sepasang pinset.

Menurut Prescription (253)Salep dapat dibuat dngan pencampuran mekanik, harus dikepak dalam

tabung secara seragam untuk mencegah kantung udara. Spatula dapat digunakan untuk mengisi tabung yang harus diratakan dengan telapak tangan selama pengisian untuk memastikan bahwa kantung udara terisi dengan salep. Ukuran wadah harus seperti isi salep pada wadah tidak boleh kontak dengan tepi ulir. Setelah tabung terisi, spatula harus digunakan untuk melembutkan permukaan dari salep dan memberikan penampakan hasil akhir.

Salep yang disiapkan dengan peleburan biasanya dapat dikepak yang mana masih hangat dan cairan cukup dituang langsung ke dalam tabung. Biasanya tidak perlu melembutkan permukaan salep yang dikepak dalam wadah ini.

13. Pewadahan Salep

Page 21: Teori Salep

Menurut Scoville’s (360)Wadah yang paling baik untuk penyimpanan salep adalah gelas yang

berwarna kuning, hijau atau opal. Wadah ini disebut tabung atau pot dan tersedia dalam kisaran ukuran yang luas dari ½-16 oz. Wadah-wadah ini disesuaikan dengan komposisi dari tutup ulir logam dan garis yang tidak reaktif, sehingga tabung dapat ditutup dengan rapat.

Ketika mengisi tabung salep, ahli Farmasi harus menjaga agar terkemas seragam khususnya untuk menghindari kantung-kantung udara. Ketika pengisian tabung sempurna, permukaan dari salep harus dilembutkan secara hati-hati dengan spatula membentuk permukaan yang cekung. Hal ini menghasilkan penampakan yang rapi dan mencegah kontak salep dengan tepi ulir.

Kaleng salep kadang-kadang digunakan untuk menyimpan dan membagi salep tetapi penggunaannya tidak direkomendasikan. Sangat banyak obat dan reaksi kimia dngan logam dan salep menjadi kehilangan warnanya. Wadah tanah liat kadang-kadang digunakan untuk menyimpan salep. Meskipun tidak sama baiknya dengan wadah gelas karena biasanya berpori dan jika salep tengik disimpan dalam wadah tanah liat, tempatnya tidak mudah dibersihkan.

Tube kaleng yang dapat dilipat adalah wadah yang sangat baik untuk menyimpan salep yang sangat lembut yang tidak reaktif. Meskipun, kekerasan dan kekentalan salep tidak harus disimpan dalam wadah ini. Tube tersedia dalam variasi yang luas (ukuran) untuk salep yang umum. Sebagai tambahan, tube dengan penggunaan khusus untuk penggunaan salep pada mata, hidung, rektum dan vagina adalah tersedia. Jalan yang paling baik untuk mengisi tube yang mudah dilipat adalah dengan menempatkan salep pada lembaran arkilin atau kertas perkamen dan melipat kertas sehingga tepinya bertemu. Dengan menempatkan batang pengaduk pada atas lipatan dan memutar dalam kertas ke arah lipatan bawah salep tanpa kertas didorong menjadi bentuk silinder.

Kertas tube kemudian ditempatkan menjadi pembuka akhir yang besar dan tube dilipat dan kertas dikeluarkan melalui jari-jari salep tertekan keluar dan tertinggal dalam tube. Selama pengerjaan, tutup dari tube harus terbuka untuk membiarkan pengisian sempurna. Tube harus diisi hanya untuk dengan 1 inci dari akhir sehingga ada ruang untuk menutup tube. Hal ini dilakukan dengan merabakan basis dari tube dengan spatula, melipatnya dua kali dan menyimpannya dengan klip tube yang khusus dengan sepasang pinset.

Menurut Prescription (253)Salep dapat dibuat dngan pencampuran mekanik, harus dikepak dalam

tabung secara seragam untuk mencegah kantung udara. Spatula dapat digunakan untuk mengisi tabung yang harus diratakan dengan telapak tangan selama pengisian untuk memastikan bahwa kantung udara terisi dengan salep.

Page 22: Teori Salep

Ukuran wadah harus seperti isi salep pada wadah tidak boleh kontak dengan tepi ulir. Setelah tabung terisi, spatula harus digunakan untuk melembutkan permukaan dari salep dan memberikan penampakan hasil akhir.

Salep yang disiapkan dengan peleburan biasanya dapat dikepak yang mana masih hangat dan cairan cukup dituang langsung ke dalam tabung. Biasanya tidak perlu melembutkan permukaan salep yang dikepak dalam wadah ini.

Mantel asam pada kulit :Mantel asam merupakan suatu pertahanan pada permukaan kulit dan sebagai pengatur perbedaan tekanan pada kuli. Mantel asam ini juga dapat mengatur derajat keasaman pada kulit ( Prescription )

LABORATORIUM FARMASETIKA

JURUSAN FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Page 23: Teori Salep

LAPORAN

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI II

“ SALEP “

OLEH :

KELOMPOK : III ( TIGA )

GOLONGAN : JUM’AT

ASISTEN : SANTI SINALA S.si

MAKASSAR

2006