8
Teori kepemimpinan situasional Teori kepemimpinan situasional atau the situational leadership theory adalah teori kepemimpinan yang dikembangkan oleh Paul Hersey, penulis buku Situational Leader. Dan Ken Blanchard, pakar dan penulis The Minute Manager, yang kemudian menulis pula buku Management of Organizational Behavior (skarang sudah terbit dalam edisi yang ke-9). Teori ini pada awalnya diintrodusir sebagai “Life Cycle Theory of Leadership”. Sampai kemudian pada pertengahan 1970an “Life Cycle Theory of Leadership” berganti dengan sebutan “Situational Leadership Theory“. Di akhir 1970an dan awal 1980an, masing-masing penulis mengembangkan teori kepemimpinannya sendiri-sendiri. Hersey – mengembangkanSituational Leadership Model dan Blancard mengembangkan Situational Leadership ModelII. Definisi kepemimpinan situasional adalah “a leadership contingency theory that focuses on followers readiness/maturity ”. Inti dari teori kepemimpinan situational adalah bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan berbeda-beda, tergantung dari tingkat kesiapan para pengikutnya. Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan situasional adalah tentang tidak adanya gaya kepemimpinan yang terbaik. Kepemimpinan yang efektif adalah bergantung pada relevansi tugas, dan hampir semua pemimpin yang sukses selalu mengadaptasi gaya kepemimpinan yang tepat.

Teori kepemimpinan situasional

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Teori kepemimpinan situasional

Teori kepemimpinan situasional

Teori kepemimpinan situasional atau the situational leadership theory  adalah teori

kepemimpinan yang dikembangkan oleh Paul Hersey, penulis buku Situational Leader.

Dan Ken Blanchard, pakar dan penulis The Minute Manager, yang kemudian menulis pula

buku Management of Organizational Behavior (skarang sudah terbit dalam edisi yang ke-9).

Teori ini pada awalnya diintrodusir sebagai “Life Cycle Theory of Leadership”. Sampai

kemudian pada pertengahan 1970an “Life Cycle Theory of Leadership” berganti dengan

sebutan “Situational Leadership Theory“. Di akhir 1970an dan awal 1980an, masing-masing

penulis mengembangkan teori kepemimpinannya sendiri-sendiri. Hersey –

mengembangkanSituational Leadership Model dan Blancard – mengembangkan Situational

Leadership ModelII.

Definisi kepemimpinan situasional adalah “a leadership contingency theory that

focuses on followers readiness/maturity”. Inti dari teori kepemimpinan situational adalah

bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan berbeda-beda, tergantung dari tingkat

kesiapan para pengikutnya.

Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan situasional adalah tentang tidak

adanya gaya kepemimpinan yang terbaik. Kepemimpinan yang efektif adalah bergantung

pada relevansi tugas, dan hampir semua pemimpin yang sukses selalu mengadaptasi gaya

kepemimpinan yang tepat.

Efektivitas kepemimpinan bukan hanya soal pengaruh terhadap individu dan

kelompok tapi bergantung pula terhadap tugas, pekerjaan atau fungsi yang dibutuhkan secara

keseluruhan.   Jadi pendekatan kepemimpinan situasional fokus pada fenomena

kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik.

Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif ia harus mampu menyesuaikan

gayanya terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah. Teori kepemimpinan situasional

bertumpu pada dua konsep fundamental yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu atau

kelompok sebagai pengikut dan gaya kepemimpinan.

Page 2: Teori kepemimpinan situasional

4 Tingkat Kesiapan Pengikut (Follower Readiness)

Gaya kepemimpinan yang tepat bergantung pula oleh kesiapan/kematangan individu

atau kelompok sebagai pengikut. Teori kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard

mengidentifikasi empat level kesiapan pengikut dalam notasi R1 hingga R4. Tingkat

kesiapan/kematangan pengikut ditandai oleh dua karakteristik sebagai berikut: (i.) the ability

and willingness for directing their own behavior; dan (ii.) the extent to which people have

and willingness to accomplish a specific task. Berdasarkan kriteria mampu dan mau, maka

diperoleh empat tingkat kesiapan/kematangan para pengikut sebagai berikut:

Follower Readiness

R1: Readiness 1 — Kesiapan tingkat 1 menunjukkan bahwa pengikut tidak mampu dan tidak

mau mengambil tanggung jawab untuk melakukan suatu tugas. Pada tingkat ini, pengikut

tidak memiliki kompetensi dan tidak percaya diri (dikatakan Ken Blanchard sebagai “The

honeymoon is over“).

R2: Readiness 2 — Menunjukkan pengikut tidak mampu melakukan suatu tugas, tetapi ia

sudah memiliki kemauan. Motivasi yang kuat tidak didukung oleh pengetahuan dan

keterampilan kerja yang memadai untuk melaksanakan tugas-tugas.

R3: Readiness 3 — Menunjukkan situasi di mana pengikut memiliki pengetahuan dan

keterampilan kerja yang memadai untuk melaksanakan tugas-tugas. Tetapi pengikut tidak

mau melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh pemimpinnya.

R4: Readiness 4 — Menunjukkan bahwa pengikut telah memiliki pengetahuan dan

keterampilan kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas, disertai dengan

kemauan yang kuat untuk melaksanakannya.

4 Gaya Kepemimpinan (Leadership Styles)

Tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok yang berbeda menuntut gaya

kepemimpinan yang berbeda pula. Hersey dan Blanchard memilah gaya kepemimpinan

Page 3: Teori kepemimpinan situasional

dalam perilaku kerja dan perilaku hubungan yang harus diterapkan terhadap pengikut

dengan derajat kesiapan/kematangan tertentu.

Perilaku Kerja meliputi penggunaan komunikasi satu-arah, pendiktean tugas, dan

pemberitahuan pada pengikut seputar hal apa saja yang harus mereka lakukan, kapan, dan

bagaimana melakukannya. Pemimpin yang efektif menggunakan tingkat perilaku kerja yang

tinggi di sejumlah situasi dan hanya sekedarnya di situasi lain.

Perilaku hubungan meliputi penggunaan komunikasi dua-arah, mendengar,

memotivasi, melibatkan pengikut dalam proses pengambilan keputusan, serta memberikan

dukungan emosional pada mereka. Perilaku hubungan juga diberlakukan secara berbeda di

aneka situasi.

Kategori dari keseluruhan gaya kepemimpinan diatas diidentifikasi mereka dalam 4

notasi yaitu S1 sampai S4 yang merupakan kombinasi dari dua perilaku diatas:

Situational Leadership Model by Paul Hersey and Ken Blanchard

Page 4: Teori kepemimpinan situasional

S1: Telling (Pemberitahu) — Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut rendah (R1). Ini

menekankan perilaku tugas tinggi dan perilaku hubungan yang terbatas. Gaya

kepemimpinantelling (kadang-kadang disebut directing) adalah karakteristik gaya

kepemimpinan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin memberitahu individu atau

kelompok soal apa, bagaimana, mengapa, kapan dan dimana sebuah pekerjaan dilaksanakan.

Pemimpin selalu memberikan instruksi yang jelas, arahan yang rinci, serta mengawasi

pekerjaan secara langsung.

S2: Selling (Penjual) — Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut moderat (R2). Ini

menekankan pada jumlah tugas dan perilaku hubungan yang tinggi. Pada tahapan gaya

kepemimpinan ini seorang pemimpin masih memberi arahan namun ia menggunakan

komunikasi dua arah dan memberi dukungan secara emosional terhadap individu atau

kelompok guna memotivasi dan rasa percaya diri pengikut. Gaya ini muncul kala kompetensi

individu atau kelompok meningkat, sehingga pemimpin perlu terus menyediakan sikap

membimbing akibat individu atau kelompok belum siap mengambil tanggung jawab penuh

atas proses dalam pekerjaan.

S3: Participating (Partisipatif) — Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi

dengan motivasi moderat (R3). Ini menekankan pada jumlah tinggi perilaku hubungan tetapi

jumlah perilaku tugas rendah. Gaya kepemimpinan pada tahap ini mendorong individu atau

kelompok untuk saling berbagi gagasan dan sekaligus memfasilitasi pekerjaan dengan

semangat yang mereka tunjukkan. Gaya ini muncul tatkala pengikut merasa percaya diri

dalam melakukan pekerjaannya sehingga pemimpin tidak lagi terlalu bersikap sebagai

pengarah. Pemimpin tetap memelihara komunikasi terbuka, tetapi kini melakukannya dengan

cenderung untuk lebih menjadi pendengar yang baik serta siap membantu pengikutnya. Tugas

seorang pemimpin adalah memelihara kualitas hubungan antar individu atau kelompok.

S4: Delegating (Pendelegasian) — Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi

(R4). Ini menekankan pada kedua sisi yaitu tingginya perilaku kerja dan perilaku hubungan

dimana gaya kepemimpinan pada tahap ini cenderung mengalihkan tanggung jawab atas

proses pembuatan keputusan dan pelaksanaannya. Gaya ini muncul tatkala individu atau

kelompok berada pada level kompetensi yang tinggi sehubungan dengan pekerjaannya. Gaya

ini efektif karena pengikut dianggap telah kompeten dan termotivasi penuh untuk mengambil

tanggung jawab atas pekerjaannya. Tugas seorang pemimpin hanyalah memonitor

berlangsungnya sebuah pekerjaan.

Dari keempat notasi diatas, tidak ada yang bisa disebut teroptimal setiap saat bagi seorang

pemimpin. Pemimpin yang efektif butuh fleksibitas, dan harus beradaptasi di setiap situasi.

Page 5: Teori kepemimpinan situasional

Prinsip “One Size Fits All” tidak berlaku dalam gaya kepemimpinan, terutama menghadapi

tingkat kesiapan bawahan yang  berbeda.

Mengembangkan dan Memotivasi Pengikut

Seorang pemimpin yang baik mengembangkan kompetensi dan komitmen dari

pengikut sehingga mereka memotivasi diri sendiri daripada bergantung pada orang lain untuk

diarahkan atau dibimbing. Menurut Hersey tingginya kinerja pemimpin menciptakan harapan

yang realistis akan tingginya kinerja dari pengikut. Sebaliknya rendahnya harapan pemimpin

mengakibatkan rendahnya kinerja pengikut. Menurut Ken Blanchard empat kombinasi

kompetensi dan komitmen akan menciptakan tingkat perkembangan seperti yang disebutkan

dalam notasi dibawah ini:

D1 — Kompetensi rendah dan komitmen yang tinggi

D2 — Kompetensi rendah dan komitmen yang rendah

D3 — Kompetensi tinggi dan komitmen yang rendah

D4 — Kompetensi tinggi dan komitmen yang tinggi

Dalam rangka untuk membuat siklus yang efektif, seorang pemimpin perlu memotivasi

pengikutnya dengan benar.

Kepemimpinan Situasional II

Hersey dan Blanchard terus bersepakat dengan teori aslinya hingga 1977. Ketika mereka

sepakat untuk menjalankan pemahaman masing-masing pada akhir 1970-an, Hersey merubah

nama dari kepemimpinan situasional menjadi teori kepemimpinan situasional dan Blanchard

menawarkan Teori Kepemimpinan Situasional sebagai Pendekatan Situasional untuk

Mengelola Orang. Blanchard dan rekan-rekannya terus merevisi pendekatan situasional untuk

mengelola orang, dan pada tahun 1985 diperkenalkan Kepemimpinan Situasional II (SLII).

Pada tahun 1979, Ken Blanchard mendirikan Blanchard Training & Development Inc,

(kemudian menjadi The Ken Blanchard Companies) bersama-sama dengan istrinya Margie

Blanchard dan dewan pendiri. Seiring waktu, kelompok ini membuat perubahan konsep dari

Page 6: Teori kepemimpinan situasional

teori kepemimpinan situasional awal pada beberapa bidang utama, termasuk penelitian dasar,

gaya kepemimpinan, dan kontinum tingkat perkembangan individu.

Model penelitian kepemimpinan situasional II (SLII) mengakui penelitian yang ada dari teori

kepemimpinan situasional dan merevisi konsep berdasarkan umpan balik dari klien, manajer,

dan karya peneliti terkemuka pada bidang pengembangan kelompok.

Contoh gambar dari kepemimpinan situasional adalah :