12
MAKALAH KEPEMIMPINAN DALAM SEKOLAH DISUSUN OLEH SARWONO X7209094 PROGRAM STUDI S1 PGSD KAMPUS VI KEBUMEN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dan keberhasilan suatu sekolah dalam mencetak anak didik yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh elemen-elemen yang ada di dalamnya, yaitu antara lain kepala sekolah, guru, staf administrasi, serta peran masyarakat di sekitar lingkungan sekolah. Kesemuanya itu sangat tergantung pada cara kepala sekolah untuk mengatur dan memimpin serta menerapkan manajemen yang berbasis sekolah secara tepat. Pada kenyataannya, banyak sekali kepala sekolah yang kurang atau bahkan tidak paham dengan tugas, tanggung jawabnya, serta kewajibannya sebagai seorang pemimpin, seorang figur yang menjadi panutan serta contoh bagi para guru, siswa, dan steckholder yang ada pada sekolah itu, serta kepala sekolah sebagai seorang pemegang kendali kemajuan dan keberhasilan suatu sekolah. Kapala sekolah bukan hanya sekadar figur pemimpin yang harus dipatuhi segala

Teori kepemimpinan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Teori kepemimpinan

MAKALAH

KEPEMIMPINAN DALAM SEKOLAH

DISUSUN OLEH

SARWONO

X7209094

PROGRAM STUDI S1 PGSD KAMPUS VI KEBUMEN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan dan keberhasilan suatu sekolah dalam mencetak anak didik yang berkualitas

sangat dipengaruhi oleh elemen-elemen yang ada di dalamnya, yaitu antara lain kepala sekolah,

guru, staf administrasi, serta peran masyarakat di sekitar lingkungan sekolah. Kesemuanya itu

sangat tergantung pada cara kepala sekolah untuk mengatur dan memimpin serta menerapkan

manajemen yang berbasis sekolah secara tepat.

Pada kenyataannya, banyak sekali kepala sekolah yang kurang atau bahkan tidak paham

dengan tugas, tanggung jawabnya, serta kewajibannya sebagai seorang pemimpin, seorang figur

yang menjadi panutan serta contoh bagi para guru, siswa, dan steckholder yang ada pada sekolah

itu, serta kepala sekolah sebagai seorang pemegang kendali kemajuan dan keberhasilan suatu

sekolah. Kapala sekolah bukan hanya sekadar figur pemimpin yang harus dipatuhi segala

Page 2: Teori kepemimpinan

perintah dan aturan yang telah dibuatnya, namun kepala sekolah juga hendaknya dapat menjadi

pengayom para bawahannya

Kapala sekolah sebagai seorang pemimpin hendaknya dapat mengadakan suatu

pertemuan efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Perilaku kepala sekolah harus

mendorong kinerja para guru dengan tetap menunjukkan rasa bersahabat, dekat, dan penuh rasa

pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu maupun kelompok. Perilaku pemimpin

yang positif dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk

bekerja sama dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi.

Oleh karena itu, para kepala sekolah hendaknya betul-betul paham dan mengerti apa

yang harus dilakukan sebagai seorang pemimpin.

B. Rumusan Masalah

Secara umum permasalahan yang dihadapi dalam makalah ini adalah bagaimana

kepemimpinan yang baik dalam rangka penerapan manajemen berbasis sekolah?

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat diperoleh rumusan masalah

sebagai berikut:

Apa pengertian tentang kepemimpinan? Bagaimana gaya kepemimpinan yang

diharapkan dalam rangka implementasi Manajenen Berbasis Sekolah? Bagaimanakah model

kepemimpinan yang dapat meningkatkan kinerja? Serta bagaiman kepemimpinan kepala sekolah

yang efektif?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan

Arti kepemimpinan dapat diuraikan sebagai suatu kegiatan untuk mempengaruhi orang-

orang yang mengarah pada pencapaian tujuan dari suatu organisasi. Menurut Sutrisna (dalam

Page 3: Teori kepemimpinan

Mulyasa, 2005: 107) kepemimpinan berarti “ proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau

kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu”.

Sedangkan menurut Soepardi (dalam Mulyasa, 2005: 107) mendefinisikan

kepemimpinan sebagai “kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, mamotivasi,

mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, dan

bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media

manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien”.

Dalam kepemimpinan, ada tiga hal yang saling berhubungan, yaitu adanya pemimpin

dan karakteristiknya, adanya pengikut, serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan

pengikut berinteraksi.

B. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh pemimpin dalam

mempengaruhi para pengikutnya. Gaya kepemimpinan merupakan pola perilaku seorang

pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi anak buahnya tentang apa yang dipilih oleh

pemimpin untuk dikerjakan, cara pemimpin bertindak untuk mempengaruhi anggota kelompok

membentuk gaya kepemimpinannya.

Gaya kepemimpinan dapat dikaji melalui tiga pendekatan antara lain:

1. Pendekatan Sifat

Pendekatan sifat mencoba menerangkan sifat-sifat yang membuat seseorang berhasil.

Penganut pendekatan ini berusaha mengidentifikasikan sifat-sifat kepribadian yang dimiliki oleh

pemimpin yang berhasil dan yang tidak berhasil. Sutrisna (dalam Mulyasa, 2005: 108)

mengatakan bahwa “dalam pendekatan sifat terdapat sifat-sifat tertentu, seperti kekuatan fisik

atau keramahan yang esensial, pada kepemimpinan yang efektif”.

Menurut Tead (dalam Mulyasa, 2005: 109) syarat yang harus dimiliki oleh pemimpin

menurut pendekatan ini antara lain: Kekuatan fisik dan susunan syaraf, Penghayatan terhadap

Page 4: Teori kepemimpinan

arah dan tujuan, Antusiasme, Keramah tamahan, Integritas, Keahlian teknis, Kemampuan

mengambil keputusan, Intelegensi, Keterampilan memimpin, dan Kepercayaan.

2. Pendekatan Perilaku

Studi pendekatan perilaku memfokuskan dan mengidentifikasi perilaku yang khas dari

pemimpin dalam kegiatannya mempengaruhi orang lain. Pendekatan ini banyak membahas

keefektifan gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh pemimpin.

Studi mengenai pendekatan ini antara lain:

a. Studi Kepemimpinan Universitas OHIO

Penelitian ini memperoleh gambaran dimensi utama dari perilaku pemimpin yang

dikenal sebagai pembuatan inisiatif dan perhatian.

b. Studi Kepemimpinan Universitas Michigan

Menurut Hersey dan Blenchard (dalam Mulyasa, 2005: 110) studi ini

mengidentifikasikan dua konsep yang disebut dengan orientasi bawahan dan produksi.

Pemimpin yang menekankan pada orientasi bawahan sangat memperhatikan bawahan

sedangkan pemimpin yang menekankan pada orientasi produksi, sangat memperhatikan

produksi dan aspek-aspek teknik kerja.

c. Jaringan Managemen

Dalam pendekatan ini, manajer berhubungan dengan dua hal yaitu perhatian pada

produksi dan perhatian pada orang.

d. Sistem Kepemimpinan Likert

Likert mengembangkan teori kepemimpinan dua dimensi, yaitu orientasi tugas dan

orientasi individu. Likert berhasil merancang empat system kepemimpinan seperti yang

dikutip Thoha (dalam Mulyasa, 2005: 111), yaitu:

Page 5: Teori kepemimpinan

1) Sistem 1: pemimpin sangat otokratis, mempunyai sedikit kepercayaan kepada

bawahannya, suka mengeksploitasi bawahan, bersikap paternalistik. Pada system

ini, pemimpin memotivasi bawahannya dengan memberi ketakutan dan hukuman.

Tapi terkadang memberi penghargaan secara kebetulan. Pemimpin hanya mau

memperhatikan komunikasi yang turun ke bawah, dan hanya membatasi proses

pengambilan keputusan di tingkat atas saja.

2) Sistem 2: pemimpin otokratis yang baik hati. Pemimpin dalam system ini

mempunyai kepercayaan yang terselubung, percaya pada bawahan, mau

memotivasi dengan hadiah-hadiah, ketakutan, dan hukuman-hukuman,

memperbolehkan adanya komunikasi ke atas, mendengar pendapat dan ide-ide dari

bawahan, dan memperbolehkan adanya delegasi wewenang dalam proses

keputusan. Bawahan merasa tidak bebas membicarakan tentang perkerjaan dengan

atasan.

3) Sistem 3: pemimpin mempunyai sedikit kepercayaan pada bawahan. Pemimpin mau

melakukan motivasi dengan penghargaan dan hukuman yang kebetulan, dan juga

berkehendak melakukan partisipasi. Pemimpin suka menetapkan dua pola

hubungan komunikasi, yakni ke atas dan ke bawah. Dia membuat keputusan dan

kebijakan yang luas pada tingkat atas, tapi mengkhususkan pada tingkat bawah.

Bawahan merasa sedikit bebas membicarakan pekerjaan dengan atasan.

4) Sistem 4: dinamakan pemimpin yang bergaya kelompok partisipatif. Dalam hal ini

manajer mempunyai kepercayaan yang sempurna terhadap bawahan. Atasan

mengandalkan bawahan untuk mendapatkan ide-ide dan pendapat-pendapat, dan

menggunakan pedapat bawahan secara konstruktif. Pemimpin memberikan

penghargaan yang bersifat ekonomis berdasarkan partisipasi kelompok dan

keterlibatan pada setiap urusan. Pemimpin mau mendorong bawahan untuk ikut

bertanggung jawab membuat keputusan, dan melaksanakan keputusan tersebut

dengan tanggung jawab. Bawahan merasa bebas membicarakan pekerjaan dengan

atasannya.

3. Pendekatan Situasional

Page 6: Teori kepemimpinan

Pendekatan ini menitikberatkan pada berbagai gaya kepemimpinan yang paling efektif

diterapkan dalam situasi tertentu. Berikut ini adalah beberapa studi kepemimpinan yang paling

efektif diterapkan dalam situasi tertentu, yaitu:

a. Teori Kepemimpinan Kontingensi

Teori ini dikembangkan Fiedler and Chemers. Dari hasil penelitian tahun 1950,

disimpulkan bahwa seseorang menjadi pemimpin bukan hanya karena faktor kepribadian saja,

tetapi karena berbagai faktor situasi dan saling hubungan antara pemimpin dengan situasi.

Ada tiga factor yang perlu dikembangkan, yaitu:

1) hubungan antara pemimpin dan bawahan, didasarkan pada persepsi pemimpin

mengenai suasana kelompok;

2) stuktur tugas, yaitu bila struktur tugas cukup jelas, maka prestasi akan lebih mudah

diawasi, dan tanggung jawab setiap orang lebih pasti;

3) kekuasaan yang berasal dari organisasi. Pemimpin yang menerima kekuasaan yang

jelas dari organisasi akan mendapatkan kepatuhan lebih dari bawahan.

Fiedler menentukan dua jenis gaya kepemimpinan berdasarkan tiga dimensi diatas, yaitu:

1) gaya kepemimpinan yang mengutamakan tugas;

2) gaya kepemimpinan yang mengutamakan pada hubungan kemanusiaan.

b. Teori Kepemimpinan Tiga Dimensi

Teori ini dikemukakan oleh Reddin. Menurutnya ada tiga dimensi untuk menentukan

gaya kepemimpinan, yaitu perhatian pada produksi atau tugas, perhatian pada orang, dan

dimensi efektivitas. Gaya kepemimpinan Reddin memiliki empat gaya dasar yaitu integrated,

related, separated, dan dedicated. Keempat gaya tesebut dapat menjadi efektif dan tidak

efektif dan akan menjadi tujuh gaya kepemimpinan, yaitu:

1) integrated, jika diekspresikan dalam situsi efektif akan menjadi gaya eksekutif;

2) integrated, jika diekspresikan dalam situsi tidak efektif akan menjadi gaya

compromiser;

Page 7: Teori kepemimpinan

3) separated jika diekspresikan dalam situsi efektif akan menjadi gaya bureaucrat;

4) separated jika diekspresikan dalam situsi tidak efektif akan menjadi deserter;

5) dedicated jika diekspresikan dalam situasi efektif akan menjadi gaya benevolent

autocrat;

6) related jika diekspresikan dalam situasi efektif akan menjadi gaya developer;

7) related jika diekspresikan dalam situasi tidak efektif akan menjadi gaya missionary.

Gaya kepemimpinan tersebut selanjutnya dikelompokkan ke dalam gaya efektif dan

tidak efektif sebagai berikut:

1) Gaya Efektif

Yang termasuk dalam gaya ini antara lain:

a) Exsecutif; gaya ini menunjukkan adanya perhatian baik kepada tugas maupun

kepada hubungan tugas dalam kelompok. Pemimpin pada gaya ini berusaha

memotivasi oanggota dan menempatkan individu sebagai manusia.

b) Developer; gaya ini memberikan perhatian yang cukup tinggi terhadap

hubungan kerja dalam kelompok dan perhatian minimum terhadap tugas

pekerjaan. Pemimpin pada gaya ini sangat memperhatikan perkembangan

anggota.

c) Benevolent Authocrat; gaya ini memberikan perhatian yang tinggi terhadap

tugas dan perhatian yang rendah dalam hubungan kerja. Pamimpin dengan

gaya ini mengetahui strategi untuk memperoleh apa yang ia inginkan.

d) Birokrat; gaya ini memberikan perhatian yang rendah terhadap tugas maupun

terhadap hubungan. Pemimpin yang menganut gaya ini dapat menerima

setiap peraturan dan berusaha memelihara serata melaksanakannya.

2) Gaya yang tidak Efektif

Yang termasuk dalam gaya ini antara lain:

a) Compromiser; gaya ini memberi perhatian yang tinggi pada tugas maupun

pada hubungan kerja. Pemimpin yang menganut gaya ini sering membuat

keputusan yang tidak efektif dan sering menemui hambatan.

b) Missionary; gaya ini memberi perhatian yang tinggi pada hubungan kerja dan

rendah pada tugas. Pemimpin yang menganut gaya ini hanya tertarik pada

keharmonisan dan tidak bersedia mengintrol hubungan yang baik.

Page 8: Teori kepemimpinan

c) Autocrat; gaya ini memberikan perhatian yang baik terhadap tugas dan

rendah pada hubungan. Pemimpin yang menganut gaya ini selalu

mengambil keputusan dan kebujaksanaan sendiri.

d) Deserter; gaya ini memberi perhatian rendah pada tugas dan hubungan kerja.

Pemimpin yang menganut gaya ini hanya memberi dukungan, struktur, dan

tanggung jawab pada saat dibutuhkan saja.

c. Teori Kepemimpinan Situasional

Teori ini adalah pengembangan dari model kepemimpinan tiga dimensi, yang

didasarkan pada hubungan tiga faktor, yaitu perilaku tugas (Task behaviour), perilaku

hubungan (Relationship behavior) dan kematangan (Maturity). Gaya kepemimpinan akan

efektif jika disesuaikan dengan kematangan anak buah. Gaya kepemimpinan tersebut antara

lain adalah:

1) Gaya Mendikte (Telling), diterapkan jika anak buah dalam tingkat kematangan

rendah dan memerlukan petunjuk serta pengawasan yang jelas.

2) Gaya Menjual (Selling), diterapkan apabila kondisi anak buah dalam taraf rendah

sampai moderat. Maksudnya mereka telah memiliki kemauan untuk melakukan

tugas, tapi belum didukung oleh kemampuan yang memadai.

3) Gaya melibatkan diri (Participating), diterapkan apabila tingkat kematangan anak

buah berada pada taraf moderat sampai tinggi. Mereka memiliki kemampuan, tapi

kurang memiliki kemauan kerja dan percaya diri.

C. Kepemimpinan dalam Peningkatan Kinerja

1. Pembinaan Disiplin

Peningkatan kinerja pegawai dalam MBS perlu dimulai dengan sikap demokratis. Oleh

karena itu dalam membina disiplin perlu berpedoman pada sikap tersebut.

Taylor dan User (dalam Mulyasa, 2005: 118) mengemukakan strategi membina disiplin sebagai

berikut:

Page 9: Teori kepemimpinan

a. Konsep diri; konsep diri merupakan faktor yang penting dari setiap perilaku.

b. Keterampilan berkomunikasi; pemimpin harus menerima semua perasaan pegawai dengan

teknik komunikasi yang menimbulkan kepatuhan dari dirinya.

c. Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; perilaku yang salah terjadi karena pegawai telah

mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya.

d. Klarifikasi nilai

e. Latihan keefektifan pemimpin

f. Terapi realitas

2. Pembangkitan Motivasi

a. Teori Moslow

Moslow (dalam Mulyasa, 2005: 121) membagi kebutuhan menjadi lima kategori, yaitu

kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebuthan kasih sayang, kebutuhan akan rasa harga

diri, dan kebutuhan akan rasa aktualisasi diri.

Dalam hubungannya dengan peningkatan kinerja pegawai, teori ini dapat dipergunakan

sebagai pegangan untuk melihat dan mengerti mengapa pegawai yang sakit atau kondisi

fisiknya tidak baik tidak memiliki motivasi untuk bekerja; pegawai lebih suka bekerja dengan

suasana menyenangkan; pegawai yang merasa disenangi oleh teman dan pemimpinnya

memiliki minat untuk meningkatkan kinerja dibandingkan pegawai yang diabaikan;

keinginana pegawai untuk memahami dan mengetahui sesuatu tidak selalu sama.

b. Teori Dua Faktor

Menurut Herzberg (dalam Mulyasa, 2005:123) ada dua faktor penting, yaitu hygiene

(lingkungan) dan motivator (pekerjaan itu sendiri). Faktor yang dapat memotivator karyawan

adalah motivator.

Page 10: Teori kepemimpinan

c. Teori Alderfer

Alderfer (dalam Mulyasa, 2005: 123) membedakan tiga kelompok kebutuhan yaitu

kebutuhan akan keberadaan, kebutuhan berhubungan, dan keburuhan untuk bertumbuh.

d. Teori Prestasi McCelland

McCelland (dalam Mulyasa, 2005: 123) membagi tiga kebutuhan manusia, yaitu

kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan untuk berafiliasi, dan kebutuhan kekuasaan.

e. Teori X dan Teori Y

Gregor (dalam Mulyasa, 2005: 124) mengungkapkan bahwa teori X mengungkap

sebagian besar manusia lebih suka diperintah, tidak tertarik dengan rasa tanggung jawab,

masih bersifat anak-anak. Teori Y mengungkap manusia suka bekerja, dapat mengontrol diri

sendiri, dan mempunyai kemampuan untuk berkreativitas.

Ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan pegangan dalam manilai kinerja pegawai

dalam MBS, antara lain:

1) Pemahaman tugas dan tanggung jawab

2) Kemampuan keterampilan

3) Semangat yang tinggi

4) Berinisiatif dan berkemauan tinggi.

3. Penghargaan

Penghargaan sangat penting untuk meningkatkan kegiatan yang produktif. Dengan

penghargaan, pegawai akan terangsang untuk meningkatkan kinerja positif dan produktif.

Penggunaan penghargaan perlu dilakukan secara tepat, efektif, dan efisien agar tidak

menimbulkan dampak negatif.

Page 11: Teori kepemimpinan

D. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif

Kinerja kepemimpinan kepala sekolah dalam kaitannya dengan MBS adalah segala upaya

yang dilakukan dan hasil yang dicapai kepala sekolah dalam mengimplementasikan MBS di

sekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Kepemimpinan

kepala sekolah yang efektif dalam MBS dapat dilihat berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Mampu memperdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik,

lancar, dan produktif.

2. Mampu menyelesaikan tugas dan pekerjaan dengan tepat waktu.

3. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat.

4. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan

pegawai lainnya.

5. Bekerja dengan tim manajeman.

6. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pola kepemimpinan kepala sekolah harus dapat mendorong kinerja para guru dengan

tetap menunjukkan rasa bersahabat, penuh pertimbangan terhadap guru baik sebagai individu

maupun kelompok, dekat, dan kekeluargaan. Perilaku dan sikap kepala sekolah atau pemimpin

yang positif dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan memotivasi individu untuk

bekerja sama dalam kelompok tersebut dalam rangka mewujudkan tujuan suatu lembaga atau

organisasi.

Page 12: Teori kepemimpinan

B. Saran

Bagi kepala sekolah hendaknya mengetahui pola-pola kepemimpinan yang baik dan

dapat menerapkannya pada sekolah yang dipimpinnya dengan tetap memperhatikan situasi dan

kondisi steckholder sekolahnya.