24
GLAUKOMA I.PENDAHULUAN Glaukoma merupakan salah satu penyakit mata yang ditandai dengan meningkatnya tekanan intraokular yang disertai pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang. Glaukoma yang penyebabnya tidak di ketahui disebut glaucoma primer, sedangkan glaucoma yang penyebabnya diketahui disebut glaucoma sekunder. Diseluruh dunia, glaukoma merupakan salah satu penyebab utama kebutaan yang ireversibel. Dari 200 juta lebih penduduk Indonesia, 3 juta penduduk Indonesia buta, glaukoma menempati urutan kedua (20%) setelah katarak sebagai penyebab kebutaan. Di Amerika Serikat, diperkirakan terdapat 2 juta pengidap glaukoma. Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan aliran keluar humor akueus akibat kelainan sistem drainase sudut kamera anterior (glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke sistem drainase (glaukoma sudut tertutup). Beberapa gejala umum glaukoma adalah penglihatan kabur, hilangnya lapang pandang perifer, terlihat halo dan sakit kepala. Pada glaukoma sekunder, gejala spesifik tergantung pada keadaan atau penyakit yang menyebabkannya. Disamping anamnesa yang cermat dan teliti, perlu dilakukan pemeriksaan guna dapat mendiagnosis suatu glaukoma, antara

teori glaukoma + katarak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

glaukoma dan katarak

Citation preview

GLAUKOMA

I. PENDAHULUANGlaukoma merupakan salah satu penyakit mata yang ditandai dengan meningkatnya tekanan intraokular yang disertai pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang. Glaukoma yang penyebabnya tidak di ketahui disebut glaucoma primer, sedangkan glaucoma yang penyebabnya diketahui disebut glaucoma sekunder.Diseluruh dunia, glaukoma merupakan salah satu penyebab utama kebutaan yang ireversibel. Dari 200 juta lebih penduduk Indonesia, 3 juta penduduk Indonesia buta, glaukoma menempati urutan kedua (20%) setelah katarak sebagai penyebab kebutaan. Di Amerika Serikat, diperkirakan terdapat 2 juta pengidap glaukoma.Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan aliran keluar humor akueus akibat kelainan sistem drainase sudut kamera anterior (glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke sistem drainase (glaukoma sudut tertutup). Beberapa gejala umum glaukoma adalah penglihatan kabur, hilangnya lapang pandang perifer, terlihat halo dan sakit kepala. Pada glaukoma sekunder, gejala spesifik tergantung pada keadaan atau penyakit yang menyebabkannya.Disamping anamnesa yang cermat dan teliti, perlu dilakukan pemeriksaan guna dapat mendiagnosis suatu glaukoma, antara lain pemeriksaan tajam penglihatan, lapang pandang, tekanan bola mata, gonioskopi. Tonografi dan tes provokasi dilakukan bila memungkinkan.Pengobatan pada glaucoma hanya ditujukan untuk mempertahankan visus dan lapang pandang yang ada dengan menurunkan tekanan intraokular dan apabila mungkin, memperbaiki patogenesis yang mendasarinya.

II. DEFINISIGlaukoma adalah suatu neurophaty optic yang disertai dengan penyempitan lapang pandang khas glaucomatosa dan ekskavasio diskus optikus, dimana peningkatan tekanan intra okuler merupakan salah satu faktor resikonya. Glaukoma berasal dari kata yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaucoma.

III. FAKTOR RESIKOa. Tekanan darah rendah atau tinggib. Fenomena autoimunc. Degenerasi primer sel gangliond. Usia di atas 45 tahune. Keluarga mempunyai riwayat glaukomaf. Miopia atau hipermetropiag. Pasca bedah dengan hifema atau infeksi

IV. KLASIFIKASI GLAUKOMAGlaukoma diklasifikasikan sebagai glaukoma sudut terbuka dan tertutup. Jika penyebab glaukoma diketahui, disebut sebagai glaukoma sekunder, tapi jika penyebabnya tidak diketahui disebut sebagai glaukoma primer. Lebih jelasnya glaukoma dapat diklasifikasikan sebagai berikut :1. Glaukoma Primeri. Glaukoma simpleks (sudut terbuka)- glaucoma sudut terbuka primer (glaucoma sudut terbuka kronik, glaucoma sederhana kronik)- glaucoma tekanan normal (glaucoma tekanan normal)1. Peningkatan TIO.2. Perubahan lapangan pandang3. Mata terasa sakit pada pagi hariii. Glaukoma sudut sempit- akut- subakut- kronik- iris plateau1. Peningkatan TIO.2. Bilik mata depan dangkal.3. Edema kornea4. Dilatasi pupil5. Kemerahan di badan silier.

Gambar. Glaukoma Sudut Tertutup dan Glaukoma Sudut Terbuka2. Glaukoma Congenitali. Primer atau infantile : epifora, fotofobia, mata besar, kornea buram.ii. Glaukoma yang menyertai perkembangan mata lainnya- Sindrom Pembelahan Kamera Okuli Anterior (sindrom axenfeld, sindrom weiger, sindrom peter)- aniridiaiii. Glaukoma Yang Berkaitan Dengan Kelainan Perkembangan Ekstraokuler- Sindrom Sturge-Weber- Sindrom Marfan- Neurofibromatosis- Rubella congenital- Sindrom Luwe3. Glaukoma Sekunderi. Perubahan lensa (dislokasi, intumesensi, fakolitik)ii. Kelainan uvea (uveitis, sinekia posterior, tumor)iii. Trauma (hifema, kontusio, sinekia anterior perifer)iv. Bedahv. Rubeosisvi. Steroid, dll4. Glaukoma AbsolutGlaucoma absolut merupakan stadium akhir glaucoma (sempit atau terbuka)dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memerika gangguan fungsi lanjut. Kornea terlihat keruh, bilik mata depan dangkal, papil atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.

V. PATOFISIOLOGISudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris. Pada keadaan fisiologis pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm,sclera spur, garis Schwalbe dan jonjot iris. Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior oleh badan siliar, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui trabekula meshwork ke canalis schlemm. Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan aliran keluar humor akueus akibat kelainan sistem drainase sudut kamera anterior (glaukoma sudut terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke sistem drainase (glaukoma sudut tertutup).

Pada glaucoma sudut terbuka kelainan terjadi pada jaringan trabekular, sedangkan sudut bilik mata terbuka lebar. Jadi tekanan intra okuler meningkat karena adanya hambatan outflow humor akuos akibat kelainan pada jaringan trabekular.Pada glaucoma sudut tertutup, jaringan trabekular normal sedangkan tekanan intraokuler meningkat karena obstruksi mekanik akibat penyempitan sudut bilik mata, sehingga outflow humor akuos terhambat saat menjangkau jalinan trabekular. Keadaan seperti ini sering terjadi pada sudut bilik mata yan sempit (tertutup).

VI. GEJALA DAN TANDAGlaukoma disebut sebagai pencuri penglihatan karena berkembang tanpa ditandai dengan gejala yang nyata. Oleh karena itu, separuh dari penderita glaukoma tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Biasanya diketahui disaat penyakitnya sudah lanjut dan telah kehilangan penglihatan.

Pada fase lanjut glaukoma, gejala-gejala berikut mungkin timbul: Hilangnya lapang pandang perifer Sakit kepala Penglihatan kabur Melihat pelangi bila melihat sumber cahaya. Pada glaukoma sudut terbuka akan terjadi penglihatan yang kabur dan penurunan persepsi warna dan cahaya. Terjadi penurunan luas lapang pandang yang progresif. Yang pertama hilang adalah lapang pandang perifer yang pada akhirnya hanya akan menyisakan penglihatan yang seperti terowongan (tunnel vision). Penderita biasanya tidak memperhatikan kehilangan lapang pandang perifer ini karena lapang pandang sentralnya masih utuh. Pada glaukoma sudut tertutup dapat terjadi gejala nyeri, sakit kepala, nausea, mata merah, penglihatan kabur dan kehilangan penglihatan.

VII. DIAGNOSIS1. Funduskopi. Untuk melihat gambaran dan menilai keadaan bagian dalam bola mata terutama saraf optik.2. Tonometri.Pemeriksaan untuk mengukur tekanan bola mata, baik dengan alat kontak menyentuh bola mata ) maupun non kontak.3. Gonioskopi. Adalah pemeriksaan untuk menilai keadaan sudut bilik mata, adakah hambatan pengaliran humor aquos.4. Perimetri. Pemeriksaan lapang pandangan dengan komputer, untuk mendeteksi atau menilai hilangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf penglihatan. Pemeriksaan lengkap ini hanya dilakukan pada penderita yang dicurigai menderita glaukoma saja.

VIII. PENATALAKSANAAN1. Terapi obat-obatanTerapi ini tidak diberikan pada kasus yang sudah lanjut. Terapi awal yang diberikan adalah penyekat beta (timolol, betaxolol, levobunolol, carteolol, dan metipranolol) atau simpatomimetik (adrenalin dan depriverin). Untuk mencegah efek samping obat diberikan dengan dosis terendah dan frekuensi pemberiannya tidak boleh terlalu sering. Miotikum (pilocarpine dan carbachol) meski merupakan antiglaukoma yang baik tidak boleh digunakan karena efek sampingnya. Jika pengobatan belum efektif maka dapat dilakukan peningkatan konsentrasi obat, mengganti jenis obat atau menambah dengan obat lain. 22. Terapi bedah Trabekuloplasti jika TIO tetap tidak bisa terkontrol dengan pengobatan medikamentosa yang maksimal. Iridectomy ataupun Trabekulotomi (bedah drainase) jika trabekuloplasti gagal, atau kontraindikasi dengan trabekuloplasti atau diperlukan TIO yang lebih rendah lagi. Dapat juga dilakukan cryotherapi (altrnatif terakhir) pada mata yang prognosanya sudah sangat jelek

IX. KOMPLIKASIGlaukoma dapat menyebabkan hilang penglihatan sebagian atau seluruhnya

X. PROGNOSISMeskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan glaukoma, pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan. Glaukoma dapat dirawat dengan obat tetes mata, tablet, operasi laser atau operasi mata. Menurunkan tekanan pada mata dapat mencegah kerusakan penglihatan lebih lanjut. Oleh karena itu semakin dini deteksi glaukoma maka akan semakin besar tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan mata.

KATARAK

A. DEFINISIKatarak adalah suatu keadaan di mana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi keruh.Katarak berasal dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun. Asalkata ini mungkin sekali karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutupoleh air terjun di depan matanya akibat. Seorang dengan katarak akan melihat benda seperti ditutupi kabut. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau keduanya (Ilyas, 2009).

B. KLASIFIKASI KATARAK Berdasarkan waktu perkembangannya katarak diklasifikasikan menjadi katarakkongenital, katarak juvenil dan katarak senilis.1. Katarak kongenital dapat berkembang dari genetik, trauma atau infeksi prenatal dimana kelainan utama terjadi di nukleus lensa. Kekeruhan sebagian pada lensa yang sudah didapatkan pada waktu lahir dan umumnya tidak meluas dan jarang sekali mengakibatkan keruhnya seluruh lensa2. Katarak juvenil merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir.Kekeruhan lensa terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa.Biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai softcataract. Katarak juvenil biasanya merupakan bagian dari satu sediaan penyakit keturunan lain.3. Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Telah diketahui bahwa katarak senilis berhubungan dengan bertambahnya usia dan berkaitan dengan proses penuaan lensa.

Berdasarkan stadiumnya, katarak dibagi menjadi stadium insipien, stadium imatur,stadium matur, dan stadium hipermatur.1. Stadium insipien. Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan visus. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti baji (jari-jari roda),terutama mengenai korteks anterior, sedangkan aksis relatif masih jernih. Gambaran ini disebut spokes of a wheelyang nyata bila pupil dilebarkan.2. Stadium imatur. Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa. Kekeruhan terutama terdapat di bagian posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di lensa, maka inar dapat masuk ke dalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian posterior lensa, maka sinar oblik yang mengenai bagian yang keruh ini akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat di pupil ada daerah yang terang sebagai refleks pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang gelap,akibat bayangan iris pada lensa yang keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+)

3. Stadium matur. Pada stadium ini lensa telah menjadi keruh seluruhnya, sehingga semua sinar yangmelalui pupil dipantulkan kembali di permukaan anterior lensa. Tak ada bayangan iris. Shadow test (-). Di pupil tampak lensa yang seperti mutiara. Shadow testmembedakan stadium matur dari imatur, dengan syarat harus diperiksa lebih lanjut dengan midriatika,oleh karena pada katarak polaris anterior juga terdapat shadow test (-), karena kekeruhan terletak di daerah pupil. Dengan melebarkan pupil, akan tampak bahwa kekeruhan hanya terdapat pada daerah pupil saja. Kadang-kadang, walaupun masih stadium imatur, dengan koreksi, visus tetap buruk, hanya dapat menghitung jari, bahkan dapat lebih buruk lagi1/300 atau satu per tak hingga, hanya ada persepsi cahaya, walaupun lensanya belumkeruh seluruhnya. Keadaan ini disebut vera matur.

4. Stadium hipermatur. Korteks lensa yang konsistensinya seperti bubur telah mencair, sehingga nukleus lensa turun oleh karena daya beratnya ke bawah. Melalui pupil, pada daerah yang keruh, nukleus ini terbayang sebagai setengah lingkaran di bagian bawah, dengan warna yang lain daripada bagian yang diatasnya, yaitu kecoklatan. Pada stadium ini juga terjadikerusakan kapsul lensa, yang menjadi lebih permeabel, sehingga isi korteks yang cairdapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang di bawahnya terdapat nukleus lensa. Keadaan ini disebut katarak Morgagni.

Pada perjalanan dari stadium I ke stadium IV, dapat timbul suatu keadaan yang disebut intumesensi yaitu penyerapan cairan bilik mata depan oleh lensa sehingga lensa menjadi cembung dan iris terdorong ke depan, bilik mata depan menjadi dangkal. Hal ini tidak selalu terjadi. Pada umumnya terjadi pada stadium II.

C. PATOFISIOLOGILensa mengandung tiga komponen anatomis yaitu : Nukleus zone sentral Korteks perifer Kapsul anterior dan posterior Sebagian besar katarak terjadi karena suatu perubahan fisik dan perubahan kimia pada protein lensa mata yang mengakibatkan lensa mata menjadi keruh.Perubahan fisik (perubahan pada serabut halus multiple (zonula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar lensa) menyebabkan hilangnya transparansi lensa.Perubahan kimia pada protein inti lensa mengakibatkan pigmentasi progresif sehingga nukleus menjadi kuning atau kecokelatan juga terjadi penurunan konsentrasi glutation dan kalium, peningkatan konsentrasi natrium dan kalsium serta peningkatan hidrasi lensa. Perubahan ini dapat terjadi karena meningkatnya usia sehingga terjadi penurunan enzim yang menyebabkan proses degenerasi pada lensa. Penyebab pada katarak senilis belum diketahui pasti, namun diduga terjadi karena:a. Proses pada nukleusOleh karena serabut-serabut yang terbentuk lebih dahulu selalu terdorong ke arah tengah, maka serabut-serabut lensa bagian tengah menjadi lebih padat (nukleus), mengalami dehidrasi, penimbunan ion kalsium dan sklerosis. Pada nukleus ini kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi lebih hipermetrop. Lama kelamaan nukleus lensa yang pada mulanya berwarna putih menjadi kekuning-kuningan, lalu menjadi coklat dan kemudian menjadi kehitam-hitaman. Karena itulah dinamakan katarak brunesen atau katarak nigra.b. Proses pada korteksTimbulnya celah-celah di antara serabut-serabut lensa, yang berisi air dan penimbunan kalsium sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan membengkak, menjadi lebih miop. Berhubung adanya perubahan refraksi ke arah miopia pada katarak kortikal, penderita seolah-olah mendapatkan kekuatan baru untuk melihat dekat pada usia yang bertambah (Wijana, 1983).

D. GEJALA DAN TANDA1. Pengurangan ketajaman penglihatan secara bertahap2. Pandangan seperti ada kabut atau air terjun3. Silau, sehingga penglihatan di malam hari lebih nyaman dibandingkan siang hari4. Miopia5. Kesulitan membaca bila tidak cukup cahaya6. Sering berganti kacamata(Ilyas, 2009)

E. DIAGNOSISANAMNESIS : Penurunan ketajaman penglihatan secara bertahap (gejala utama katarak) Mata tidak merasa sakit, gatal , atau merah Gambaran umum gejala katarak yang lain seperti :1. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film2. Perubahan daya lihat warna3. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata4. Lampu dan matahari sangat mengganggu5. Sering meminta resep ganti kacamata6. Penglihatan ganda (diplopia)PEMERIKSAAN FISIK MATA1. Pemeriksaan ketajaman penglihatan2. Melihat lensa dengan penlight dan loopDengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow).Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedangkan bayangan dekat dan kecil dengan pupil terjadi katarak matur.3. Slit lamp4. Pemeriksaan opthalmoskop (sebaiknya pupil dilatasi)(Wijana, 1983)

F. DIAGNOSA BANDING1. Leukokoria2. Oklusi pupil3. Ablasi retina4. Retinoblastoma(Wijana, 1983)

G. PENATALAKSANAANPenatalaksanaan untuk katarak adalah pembedahan (operasi).Medikamentosa diberikan dengan tujuan mengatasi gejala yang ditimbulkan oleh penyulit misalnya, silau maka pasien dapat menggunakan kacamata.Untuk mengurangi inflamasi dapat diberikan steroid ringan. Dapat pula dianjurkan diet dengan gizi yang seimbang, suplementasi vitamin A,C,E, serta antioksidan lainnya dengan dosis yang tepat dapat membantu memperlambat progresifitas katarak.Ekstraksi katarak adalah cara pembedahan dengan mengangkat lensa yang katarak. Dapat dilakukan dengan intrakapsular yaitu mengeluarkan lensa dengan isi kapsul lensa atau ekstrakapsular yaitu mengeluarkan isi lensa (korteks dan nucleus) melalui kapsul anterior yang dirobek dengan meninggalkan kapsul posterior.a. Operasi katarak ekstrakapsular atau ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK)Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular, kemungkinan akan dilakukan bedah gloukoma, mata dengan presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadi katarak sekunder.Tindakan ekstraksi katarak ekstrakapsuler yang terencana dilakukan apabila:1. Kita ragu apakah nukleus lentis sudah terbentuk atau belum.2. Kita mengira badan kaca mencair, misalnya pada miopia tinggi, setelah menderita uveitis.3. Telah terjadi perlengketan luas antara iris dan lensa.4. Pada operasi mata yang lainnya, telah terjadi ablasi atau prolaps badan kaca.5. Setelah operasi mata yang lainnya, timbul penempelan badan kaca pada kornea yang menyebabkan distrofi kornea.6. Terkandung maksud untuk memasang lensa intraokuler buatan.

b. Operasi katarak intrakapsular atau ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK)Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.Dapat dilakukan pada zonula zinn telah rapuh atau berdegenerasi da mudah diputus. Pada tindakan ini tidak akan terjadi katarak sekunder (Ilyas, 2009). Indikasi ekstraksi katarak:1. Pada bayi: kurang dari 1 tahunBila fundus tak terlihat. Bila masih dapat dilihat, katarak dibiarkan saja.2. Pada umur lanjuta. Indikasi klinis: kalau katarak menimbulkan penyulit uveitis atau glaukoma, meskipun visus masih baik untuk bekerja, dilakukan operasi juga, setelah keadaan menjadi tenang.b. Indikasi visuil: tergantung dari katarak monokuler atau binokuler3. Katarak monokulera. Bila sudah masuk dalam stadium maturb. Bila visus pasca bedah sebelum dikoreksi, lebih baik daripada sebelum operasi4. Katarak binokulera. Bila sudah masuk dalam stadium maturb. Bila visus meskipun telah dikoreksi tidak cukup untuk melakukan pekerjaan sehari-hari.Macam-macam ekstraksi katarak sesuai konsistensi dari kataraknya:1. Katarak cair: umur kurang dari 1 tahun, dilakukan disisi lensa2. Katarak lembek: umur 1-35 tahun, dilakukan ekstraksi linier/ekstraksi katarak ekstrakapsuler3. Katarak keras: umur lebih dari 35 tahun, dilakukan ekstraksi katarak ekstrakapsulerH. KOMPLIKASI Dislokasi lensa dan subluksasi sering ditemukan bersamaan dengan kataraktraumatic. Komplikasi lain yang dapat berhubungan, seperti blok pupil,glaukoma sudut tertutup, uveitis,retinal detachment, rupture koroid, hifema,perdarahan retrobulbar, neuropati optik traumatic

I. PROGNOSISPrognosis penglihatan untuk pasien anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis, karena adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina.Prognosis untuk perbaikan ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat.Prognosis penglihatan pasien dikatakan baik apabila: Fungsi media refrakta baikDilakukan dengan melihat kejernihan serta keadaan media refrakta mulai dari kornea, iris, pupil dan lensa melalui lampu sentolop maupun slit lamp. Fungsi makula atau retina baikDilakukan dengan pemeriksaan retpersepsi warna, dengan cara menyorotkan cahaya merah dan hijau di depan mata yang kemudian dengan sentolop cahaya diarahkan ke mata. Fungsi N. Opticus (N.II) baik Fungsi serebral baik