32
TEORI DAN METODE PERAMCANGAN ARSITEKTUR 3 ( RESUME MATERI KULIAH ) 1.Iklim 1.1 Definisi Iklim Menurut buku “Arsitektur Tropis Lembab”, iklim adalah kondisi fisik lingkungan atmosferik yang merupakan karakteristik lokasi, geografi yangdipengaruhi oleh unsur-unsur suhu udara, kelembaban, angin, curah hujan, dan radiasi matahari yang saling ketergantungan satu sama lainnya. Dalam buku “Climate and Architecture” disebutkan bahwa iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu daerah dipermukaan bumi yang berlangsung dalam waktu yang relatif panjang. 1.2 Pembagian Iklim Pembagian iklim dalam arsitektur sangat berkaitan dengan faktor kenyamanan (comfort) dalam kaitan interaksi pemakai dan bangunan. Dalam hal ini iklim dapat dibagi menjadi 4 katagori utama, yaitu: a. Iklim Dingin (sejuk) Iklim ini ditandai oleh rendahnya panas dari radiasi matahari akibat sudut matahari yang rendah. Suhu udara 1 | RESUME – TEORI DAN METODE PERANCANGAN ARSITEKTUR 3

Teori Dan Metode Peramcangan Arsitektur 3

  • Upload
    gusponk

  • View
    467

  • Download
    10

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Teori dan Perancangan Arsitektur 3

Citation preview

Page 1: Teori Dan Metode Peramcangan Arsitektur 3

TEORI DAN METODE PERAMCANGAN ARSITEKTUR 3

( RESUME MATERI KULIAH )

1. Iklim

1.1 Definisi Iklim

Menurut buku “Arsitektur Tropis Lembab”, iklim adalah kondisi fisik lingkungan

atmosferik yang merupakan karakteristik lokasi, geografi yangdipengaruhi oleh

unsur-unsur suhu udara, kelembaban, angin, curah hujan, dan radiasi matahari yang

saling ketergantungan satu sama lainnya.

Dalam buku “Climate and Architecture” disebutkan bahwa iklim adalah keadaan rata-

rata cuaca pada suatu daerah dipermukaan bumi yang berlangsung dalam waktu yang

relatif panjang.

1.2 Pembagian Iklim

Pembagian iklim dalam arsitektur sangat berkaitan dengan faktor kenyamanan

(comfort) dalam kaitan interaksi pemakai dan bangunan. Dalam hal ini iklim dapat

dibagi menjadi 4 katagori utama, yaitu:

a. Iklim Dingin (sejuk)

Iklim ini ditandai oleh rendahnya panas dari radiasi matahari akibat sudut

matahari yang rendah. Suhu udara rata-rata 15 0C dibawah nol (-60 0 s/d -70 0F)

dan sering dibarengi dengan sejumlah besar hujan. Kelembaban relatif tinggi

selama musim dingin.

b. Iklim Moderat (sedang)

Iklim ini ditandai dengan variasi panas yang berlebihan dan dingin yang

berlebihan pula, namun tak begitu kontras. Suhu rata-rata pada musim dingin 15

0C dibawah nol dan suhu terpanas sekitar 25 0C.

c. Iklim Panas Lembab

Iklim ini ditandai dengan variasi panas yang berlebihan serta banyak uap air.

Suhu rata-rata diatas 20 0C dengan kelembaban relatif sekitar 80% - 90%.

1 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3

Page 2: Teori Dan Metode Peramcangan Arsitektur 3

d. Iklim Panas Kering

Iklim ini ditandai dengan panas yang berlebihan, kurangnya uap air dan udara

kering. Suhu udara rata-rata 25 0C, suhu terpanas dapat mencapai 45 0C,

sedangkan suhu terdingin dapat mencapai 10 0C disertai dengan kelembaban

relatif yang sangat rendah.

1.3 Pengaruh Iklim Terhadap Manusia

Rancangan untuk pengendalian iklim dan penghematan energi dapat memberikan

suatu lingkungan yang menarik bagi manusia. Manusia sebagai pemakai bangunan

membutuhkan lingkungan yang serasi, sesuai baginya guna untuk aktifitasnya. Dalam

hal ini interaksi bangunan dan iklim sekelilingnya merupakan hal yang penting

hingga terciptanya lingkungan yang dimaksud.

Pengaruh iklim terhadap manusia dapat ditinjau dalam kaitan sebagai berikut:

a. Iklim dan Ekologi

Tampilan secara sadar dihasilkan oleh acuan yang timbul. Keadaan ini dapat

dilihat pada sosial budaya, seperti dalam cara berpakaian dan perancangan

bangunan-bangunan tradisional masing-masing daerah.

Dalam hal ini bangunan merupakan unsur utama yang menjadi perubahan iklim

lingkungan di luar menjadi iklim lingkungan di dalam. Ini berarti bahwa

bangunan ikut membentuk sistem keseimbangan ekosistem.

b. Iklim dan Budaya

Budaya manusia sangat tergantung pada kemampuan manusia untuk

berkomunikasi satu sama lain dan mengkoordinir aktifitasnya. Iklim

mempengaruhi pola aktifitas baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

karena itu iklim mempunyai hubungan langsung dengan perkembangan budaya.

Pengaruh ini terlihat dengan kenyataan bahwa iklim mampu memberikan kontak

diantara manusia dan lingkungan sosial dan budaya.

c. Iklim dan Bangunan

Berdirinya bangunan di permukaan bumi terus bertambah secara bertahap.

Manusia beradaptasi dengan alam melalui bangunan dengan cara:

1. Mencari lokasi yang benar dan sesuai bagi huniannya.

2 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3

Page 3: Teori Dan Metode Peramcangan Arsitektur 3

2. Mencari orientasi yang benar

3. Membuat bangunan yang benar

4. Membuat penghuninya nyaman

Sejak dahulu hingga sekarang manusia terus belajar mengatur interaksi

bangunannya dengan kondisi iklim sekelilingnya yang sesuai untuk

kehidupannya. Oleh kerena itu bangunan yang berdasarkan

penghematan energi memerlukan pengetahuan yang baik mengenai

iklim setempat.

d. Iklim dan Kenyamanan

Iklim lingkungan diubah (modified) oleh bangunan menjadi lingkungan dalam

yang mempengaruhi langsung kenyamanan manusia sebagai pemakai bangunan.

Iklim didalam ruangan yang baik dapat membuat manusia beraktifitas dengan

baik sesuai dengan kehendaknya. Oleh karena itu ada 2 persyaratan utama dari

iklim dalam ruangan, yaitu :

1. Tidak menyebabkan tekanan (stress) yang mungkin dapat merusak

sistem ekologi manusia

2. Memberikan rasa aman pada manusia dan lingkungan yang

berhubungan dengan aktifitasnya.

1.4 Pengaruh Iklim Terhadap Arsitektur

Fungsi utama dari arsitektur adalah harus mampu menciptakan lingkungan hidup

yang lebih baik dengan cara menentang dan menyesuaikan dengan kondisi iklim yang

ada. Guna mencapai kondisi keseimbangan antara iklim dan arsitektur sulit sekali

untuk diketengahkan, sebab dalam hal ini banyak sekali cabang ilmu yang terkait.

Dalam proses perancangan arsitektur pengaruh iklim dipusatkan pada aspek

kenyamanan manusia pada suatu bangunan dimana aktifitasnya terlaksana. Aspek-

aspek tersebut adalah :

1. Radiasi matahari

2. Pergerakan udara

3. Kelembaban udara

4. Curah hujan

3 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3

Page 4: Teori Dan Metode Peramcangan Arsitektur 3

5. Suhu udara rata-rata

1.5 Iklim dalam Perancangan Arsitektur

Melibatkan pemakai bangunan dalam proses perancangan. Hal ini hanya dapat

diketahui melalui pengetahuan hubungan antara manusia dengan lingkungan fisik

sekitarnya. Oleh karena itu sebenarnya arsitektur bukan sekedar penciptaan bentuk

fisik bangunan saja, namun lebih dari itu, Menciptakan tempat atau setting untuk

manusia dengan semuakonteksnya. Konteks ini merupakan pengalaman manusia

yang melahirkan dan membentuk persepsi.

Kebutuhan akan hubungan antara manusia dengan lingkungannya dapat

diungkapkan dengan sains agar tolak ukurnya lebih pasti. Apabila dapat terungkap

secara pasti, maka tindakan rancangan bangunan yang berdasarkan perkiraan/asumsi

dapat dihilangkan atau paling tidak dikurangi sebanyak mungkin. Guna mengetahui

lebih dalam tentang iklim terhadap arsitektur, maka analisis dapat dilakukan dan hal

ini meliputi :

1. Analisis site, meliputi adaptasi terhadap lingkungan.

2. Analisis orientasi, dicari arah yang baik agar diperoleh lingkungan yang

sesuai dengan yang disyaratkan.

3. Analisis bentuk, desain bangunan secara tunggal berpengaruh pada

terbentuknya suatu lingkungan dalam bangunan yang merupakan modifikasi

lingkungan luar yang dibentuk oleh kelompok bangunan. Bentuk kelompok

bangunan ini mempunyai pengaruh pada lingkungan luar yang terjadi dan

kepadatan bangunan mempengaruhi pada pembentukan iklim lingkungan luar.

4. Analisis sistem konstruksi dan material bangunan, sistem konstruksi

berpengaruh pada proses modifikasi iklim lingkungan luar menjadi

lingkungan dalam yang terhuni dengan baik, begitu juga dengan material

bangunan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pada perancangan arsitektur ditinjau dari iklim

antara lain;

1. Orientasi bangunan terhadap lintasan matahari, angin, dan sistem jalur jalan

4 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3

Page 5: Teori Dan Metode Peramcangan Arsitektur 3

2. Karakteristik material bangunan terhadap iklim

3. Penerangan sekeliling bangunan

4. Letak, luas permukaan pada sisi bangunan

5. Tinggi bangunan

6. Prosentasi luasan penghijauan

7. Kepadatan bangunan

Dari faktor-faktor di atas, pengaruh iklim yang dominan dalam perancangan

arsitektur meliputi panas dan cahaya yang melibatkan sistem penghawaan dan

sistem penerangan.

2. Kondisi tapak

Kondisi tapak sangat mempengaruhi dalam perencanaan tapak (site planning), dimana

kondisi tapak yang baik atau buruk, datar atau curam, serta mudah atau susah dijangkau juga

mempengaruhi perencanaan tapak. Perencanaan tapak ( site planning ) adalah seni menata

lingkungan buatan manusia dan lingkungan alam guna menunjang kegiatan - kegiatan

manusia .Pengkajian perencanaan tapak sering tersusun dalam dua komponen yang

berhubungan yaitu ( Snyder dan Catanese,1984 : 181)

1. Lingkungan Alam , dibayangkan sebgai suatu sistem ekologi dari air, udara,

energi,tanah, tumbuhan ( vegetasi ). Kegiatan manusia merupakan bagian penting dari

sistem ekologi ini.

2. Lingkungan buatan manusia, terdiri dari bentuk - bentuk kota yang dibangun ,

struktur fisik dan pengaturan ruangnya serta pola - pola perilaku sosial,politik, dan

ekonomi yang membentuk lingkungan fisik tersebut.

Seringkali lingkungan buatan meliputi suatu pelanggaran lingkungan alam yang

disengaja. Umpamanya kota - kota meliputi sistem infrastruktur yang meluas untuk air,

tenaga , pengangkutan, saluran pembuangan air hujan dan saniter, dsbnya.

Konteks tapak dapat digolongkan sebagai :

exurban ( di luar pinggiran kota )

suburban ( pinggiran kota )

urban ( perkotaan )

5 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3

Page 6: Teori Dan Metode Peramcangan Arsitektur 3

Dalam perancangan tapak ( site planning ) , seperti dalam bentuk - bentuk lain

pemecahan persoalan arsitektur, diperlukan proses yang rasional dan kritis .Umpamanya ,

sekali pun klien menentukan sasaran pokok ,sasaran ini tidak dapat sepenuhnya ditetapkan

sampai analisa tapaknya telah diselesaikan sepenuhnya dengan di identifikasikannya potensi

potensi tapak, kendala - kendala, dan konsep - konsep rancangan.

Analisis tapak menghendaki perhatian yang sistematis akan tiga konteks utama :

1. Konteks ruang dari tapak ( alam dan buatan )

2. Konteks perilaku ( Pola - pola kegiatan sosial ekonomi dari tapak dan

lokalitas, dengan kebijaksanaan - kebijaksanaan pemerintah yang

mempengaruhi pembangunan tapak)

3. Konteks persepsi ( persepsi dan penggunaan ruang )

Tugasnya adalah melaksanakan dan menata pengaturan ruang dengan citra

visual yang bertalian , sesuai dengan kapasitas tampung tapak dan

kebutuhan - kebuthan perilaku para pemakai dan loyalitas( Snyder dan

Catanese,1984 : 183)

3. Ruang luar

3.1 Pola

Pola dalam ruang luar dibagi atas 4 jenis pola, yaitu :

Pola Linear

1. Sirkulasi/pergerakan padat bila panjang jalan tak terbatas dan hubungan

aktivitas kurang efisien

2. Gerakan hanya 2 arah

6 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3

Page 7: Teori Dan Metode Peramcangan Arsitektur 3

3. Memiliki arah yang jelas

4. Cocok untuk sirkulasi terbatas

5. Perkembangan pembangunan sepanjang jalan

6. Pemanfaatan lope dan cul-de-sak untuk mengurangi kepadatan sepanjang

jalan serta mengarahkan pembangunan kearah dalam

Pola Grid

1. Memungkinkan gerakan bebas dalam banyak arah sehingga hubungan

aktifitas kompak dan efisien

2. Kepadatan gerakan/sirkulasi lebih mungkin dihindari

3. Semakin jauh dari simpul jalan pergerakan semakin baik namun pada

titik simpulnya dapat menimbulkan kemacetan akibat banyak arah

sirkulasi yang ditampung pada titik simpul tersebut

4. Kurang mengindahkan kondisi alam seperti topografi, keistimewaan

tapak lainnya

5. Akibat dimensi yang sama pada grid secara visual akan menciptakan

kesan monoton

6. Masalah kemacetan pada titik simpul ditanggulangi dengan mengatur

sirkulasi searah

7. Kesan monoton ditanggulangi dengan menata grid berdasarkan sistem

hierarki jalan dikaitkan dengan status jalan dan kepadatannya. Jalan

utama dibuat lebih lebar dari jalan sekunder

7 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3

Page 8: Teori Dan Metode Peramcangan Arsitektur 3

8. Penataan bangunan diisi jalan dengan karakter yang berbeda dengan

yang lainnya

9. Masalah kurang mengindahkan kondisi alam sulit ditanggulangi

Pola Radial

1. Orientasi jelas

2. Mengarahkan pergerakan/sirkulasi pada suatu titik pusat

3. Pergerakan bersifat resmi

4. Memungkinkan menunjang keberadaan monument penting atau ruang-

ruang sentral utama seperti : lapangan kota

5. Menghasilkan bentuk yang ganjil seperti segitiga yang sulit dijual

6. Sulit dikombinasikan dengan pola lain

7. Kurang mengindahkan kondisi alam seperti topografi dan

keistimewaan alam yang lainnya

8. Masalah yang ditimbulkan merupakan masalah yang sulit

ditanggulangi

Pola Organik

1. Pola ini paling peka terhadap kondisi alam, gangguan terhadap tapak

relative kecil

2. Ditandai dengan garis-garis lengkung berliku-liku, perubahan tiba-tiba

dan jalan buntu / cul-de-sak

8 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3

Page 9: Teori Dan Metode Peramcangan Arsitektur 3

3. Pada tapak yang luas sering membingungkan karena sulit berorientasi.

Pola Spiral

1. Berputar, menjauhi titik pusat

2. Cocok diaplikasikan pada tanah

yang memiliki kontur yang curam.

Pola Network

1. Suatu penyatuan ruang gerak dan titik terpadu pada pola sirkulasi.

2. Memudahkan aktivitas.

3. Digunakan pada gedung perkantoran.

Pola Campuran

9 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3

Page 10: Teori Dan Metode Peramcangan Arsitektur 3

1. Gabungan 4 pola sirkulasi (linear, radial, spiral, network)

2. Pola yang berbeda namun harmonis.

3. Apabila tidak sesuai maka menimbulkan kebingungan.

3.2 Skala

Menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau ruang dengan suatu

elemen tertentu dengan ukurannya dengan manusia.

1. Skala Manusia : perbandingan ukurang elemen bangunan atau ruang

dengan dimensi tubuh manusia

2. Skala Generik : perbandingan ukuran elemen bangunan atau ruang

terhadap elemen lain yang berhubungan dengannya atau di sekitarnya.

Pada ruang lingkup yang lebih besar seperti perkotaan, skala yang digunakan adalah :

1. Skala Intim : skala ruang kecil sehingga memberikan rasa terlindung bagi

manusia yang berada di dalamnya. Contoh : sebuah lapangan, sebuah taman

kecil

2. Skala Perkotaan : skala ruang yang dikaitkan dengan kota serta lingkungan

manusia lainnya. Contoh : sebuah plaza

10 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3

Page 11: Teori Dan Metode Peramcangan Arsitektur 3

3. Skala Monumental : skala ruang yang besar dengan suatu obyeknya

mempunyai nilai tertentu

4. Skala Menakutkan : memiliki perbandingan yang jauh dengan manusia

3.3 Elemen

Adapun elemen pembentuk ruang luar, yaitu:

1. Ciptakan ruang luar dengan menyusun massa bangunan (unsurkeras/hard)

secara berimbang dengan massa vegetasi (unsurlunak/soft).

Kombinasi massa bangunan dan massa

vegetasi untuk menciptakan ruang yang berfungsi secara ekologis juga untuk

memperlunak lingkungan.

Massa vegetasi (unsurlunak/soft) dapat disusun dan ditata untuk menciptakan

ruang luar sebagaimana tatanan massa bangunan; ruang bersifat lembut.

2. Ciptakan ruang positif dan ruang negative secara proporsional dan

seimbang sesuai dengan fungsi, kegiatan, dan peruntukannya.

11 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3

Page 12: Teori Dan Metode Peramcangan Arsitektur 3

1. Ruang positif diciptakan sebagai pengikat massa dengan fungsi

kegiatan yang jelas.

2. Ruang negative merupakan ruang sisa atau tercipta spontan,

bersifat menyebar dan tidak dengan fungsi yang jelas.

3. Ciptakan ruang positif yang berkarakter kuat sehingga ruang yang

terbentuk berkesan melingkupi.

Ruang positif A tidak berkarakter kuat karena terbentuk oleh ketidakteraturan

tatanan massa (aturan penataan massa bangunan tidak jelas) dan ruang positif

tidak terlingkup AB.

Ruang positif A tidak berkarakter kuat ketika keempat sudutnya terbuka;

sementara ruang positif B cukup kuat ketika bukaan dominan hanya pada satu

sisi, sedang disudut-sudut massa bangunan ditata secara overlapping untuk

menutup daerah sudut

12 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3

BA

Page 13: Teori Dan Metode Peramcangan Arsitektur 3

4. Hindari untuk tidak sengaja menciptakan ruang-ruang mati (death

space) atau ruang yang tidak dapat difungsikan.

Ruang mati tercipta sebagai sisa massa bangunan dengan dimensi dan

perletakan yang tidak memungkinkan adanya fungsi tertentu

13 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3

A B

Page 14: Teori Dan Metode Peramcangan Arsitektur 3

Ruang mati dapat dihindari dengan mengatur jarak antar massa bangunan atau

dengan batas lahan/site.

3.4 Konsep

Adapun konsep dari ruang luar itu sendiri sesungguhnya adalah :

1. Ruang yang terjadi dengan membatasi alam hanya pada bidang alas dan

dindingnya, sedangkan atapnya dapat dikatakan tidak terbatas

2. Sebagai lingkungan luar buatan manusia yang memiliki makna, arti dan

maksud tertentu dan sebagai bagian dari alam

3. Arsitektur tanpa atap tetapi dibatasi oleh 2 bidang : lantai dan dinding atau

ruang yang terjadi dengan 2 elemen pembatas. Hal ini menyebabkan lantai

dan dinding merupakan elemen penting disini.

14 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3

Page 15: Teori Dan Metode Peramcangan Arsitektur 3

4. Ruang luar terdiri atas : ruang mati, ruang terbuka dan ruang terbuka dengan

lingkungan hidup.

4. Konsep perancangan

4.1 Pola Sirkulasi

Terdapat beberapa jenis pola sirkulasi yang umumnya digunakan sebagai konsep

perancangan, antara lain :

1. Pola Sirkulasi LINEAR

Semua Jalan Pada Dasarnya adalah Linear, akan tetapi yang dimaksud dsini

adalah jalan yang lurus yang dapat menjadi unsur pembentuk utama deretan

ruang.

2. Pola Sirkulasi RADIAL

Pola sirkulasi radial memiliki pola jalan yang berkembang dari, atau menuju suatu

pusat.

3. Pola Sirkulasi SPIRAL

Pola spiral adalah suatu jalan menerus yang bersasal dari titik pusat, yang

berputar mengelilinginya dan bertambah jauh darinya.

4.Pola Sirkulasi NETWORK

15 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3

Page 16: Teori Dan Metode Peramcangan Arsitektur 3

Pola sirkulasi Network (jaringan) terdiri dari beberapa jalan yang mengubungkan

titik-titik terpadu dalam suatu ruang.

5. Pola Sirkulasi CAMPURAN

Suatu bangunan biasanya memiliki suatu kombinasi dari pola-pola yang sudah

ddisebutkan di atas. Akan tetapi, untuk menghindari terbentuknya orientasi yang

membingungkan, di bentuklah aturan urutan utama dalam sirkulasi tersebut.

5.1 Pola Masa

Terdapat beberapa pola masa bangunan dalam konsep perancangan bangunan, antara

lain:

a. Pola terpusat

Bentuk terpusat menuntut adanya dominasi secara visual dalam

keteraturan geometris, bentuk yang harus ditempatkan terpusat, misalnya seperti

bola, kerucut, ataupun silinder. Oleh Karena bentuknya yang terpusat, bentuk-

bentuk ini memiliki cirri-ciri memusatkan diri seperti titik dan lingkaran. Bentuk-

bentuk tersebut sangatlah ideal sebagai struktur yang berdiri sendiri, dikelilingi

oleh lingkungannya, mendominasi sebuah sebuah titik di dalam ruang, atau

menempati pusat sauatu bidang tertentu.     

16 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3

Page 17: Teori Dan Metode Peramcangan Arsitektur 3

Pembagian ruang dengan pola terpusat

b.      Pola grid

Grid adalah suatu sistem perpotongan dua garis-garis sejajar atau lebih

yang berjarak teratur. Grid membentuk suatu pola geometrik dan titik yang

berjarak teratur pada pada perpotongan garis-garis dan bidang-bidang beraturan

yang dibentuk oleh garis-garis grid itu sendiri.

Grid yang paling umum adalah yang berdasarkan bentuk geometri bujur

sangkar. Karena kesamaan dimensi dan sifat-sifat simetris dua arah, grid bujur

sangkar pada prinsipnya, tak berjenjang dan tak berarah

Grid bujur sangkar dapat digunakan sebagai skala yang membagi suatu

permukaan menjadi unit-unit yang dapat dihitung dan memberikannya suatu

tekstur tertentu. Grid bujur sangkar juga dapat digunakan untuk menutup

beberapa permukaan suatu bentuk dan menyatukannya dengan bentuk geometri

yang berulang dan mendalam.

c.       Pola linear

Pola linear adalah bentuk garis lurus atau linear yang dapat diperoleh dari

perubahan secara proporsional dalam dimensi suatu bentuk atau melalui

pengaturan sederet bentuk-bentuk sepanjang garis. Dalam kasus tersebut deretan

bentuk dapat berupa pengulangan atau memiliki sifat serupa dan diorganisir oleh

unsur lain yang terpisah dan lain sama sekali seperti sebuah dinding atau jalan.

17 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3

Page 18: Teori Dan Metode Peramcangan Arsitektur 3

Pada pola linear ini sendiri tidak secara monoton harus berupa garis lurus

yang kaku, akan tetapi dapat dimodifikasi sedemikian rupa tergantung dari konsep

ataupun alasan-alasan tertentu, misalnya dari segi estetika dan lain-lain.

Contoh pembagian ruang dengan pola linear

Perumahan Kota Baru Runcorn, 1967, James Stirling.

Bentuk garis lurus dapat dipotong-potong atau dibelokkan sebagai penyesuaian

terhadap kondisi setempat seperti topogafi, pemandangan tumbuh-tumbuhan,

maupun keadaan lain yang ada dalam tapak. 

Bentuk garis lurus dapat diletakkan di muka atau menunjukan sisi suatu ruang

luar atau membentuk bidang masuk ke suatu bidang di belakangnya.  

Bentuk linear dapat dimanipulasikan untuk membatasi sebagian.

Bentuk linear dapat diarahkan secara vertikal sebagai suatu unsur menara untuk

menciptakan sebuah titik dalam ruang.

Bentuk linear dapat berfungsi sebagai unsur pengatur sehingga bermacam-macam

unsur lain dapat ditempatkan disitu.

 

d.      Pola cluster

Jika orgnisasi terpusat memiliki dasar geometrik yang kuat dalam

penataan dalam bentuk-bentuk, maka organisasi kelompok dibentuk berdasarkan

persyaratan fungsional seperti ukuran, wujud, ataupun jarak letak. Walaupun tidak

memiliki aturan geometrik dan sifat introvert bentuk terpusat organisasi kelompok

18 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3

Page 19: Teori Dan Metode Peramcangan Arsitektur 3

cukup fleksibel dalam memadukan bermacam-macam wujud, ukuran, dan

orientasi ke dalam strukturnya.

Pembagian ruang dengan pola cluster

e.       Pola radial

Pola radial adalah bentuk yang terdiri atas bentuk-bentuk linear yang

berkembang dari suatu unsur inti terpusat ke arah luar menurut jari-jarinya.

Bentuk ini menggabungkan aspek-aspek pusat dn linear menjadi satu komposisi.

Inti tersebut dapat depergunakan baik sebagai symbol ataupun pusat

fungsional seluruh organisasi. Posisinya yang terpusat dapat dipertegas dengan

suatu bentuk visual dominan, atau dapat digabungkan dan menjadi bagian dari

lengan-lengan radialnya.

Pola radial

(Sumber : Frans D.K. Ching. Arsitektur. Bentuk, ruang dan waktu)

19 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3

Page 20: Teori Dan Metode Peramcangan Arsitektur 3

Lengan-lengan radial memiliki sifat-sifat dasar yang serupa dengan bentuk

linear, yaitu sifat ekstovertnya. Lengan-lengan radial dapat menjangkau keluar

dan berhubungan atau mengikat diri dengan sesuatu yang khusus di suatu tapak.

Lengan-lengan radial dapat membuka permukaannya yang diperpanjang untuk

mencapai kondisi sinar matahari, angin, pemandangan atau ruang yang

diinginkan. ( D.K. Ching, 2000)

5.2 Konsep Tampilan Bangunan

Dalam arsitektur, suatu konsep mengemukakan suatu cara khusus bahwa syarat-

syarat suatu rencana, konteks dan keyakinan dapat digabungkan bersama, yang dalam

konteks ini dapat berupa paduan dari beberapa unsur yang mungkin berupa gagasan,

pendapat dan pengamatan ke dalam suatu kesatuan.

a.    Konsep

Dalam menggambarkan penyelidikan tentang konsep, para perancang biasanya

menggunakan 6 sinonim: gagasan arsitektur, tema, gagasan superorganisasi, parti dan

esquisse dan terjemahan harfiah.

1. Gagasan arsitektur adalah konsep yang telah disederhanakan menjadi sebagai

arsitektur formal (spt; siang hari, ruang, urutan ruang, integarasi struktur dan

bentuk, dan sitting dalam lansekap.) Soal arsitektonis secara spesifik

digunakan sebagai dasar perancang dalam pengambilan keputusan. Tiap

bagian memiliki pengaruh dalam pandangan umum.

2. Tema merupakan suatu pola atau gagasan spesifik yang berulang di seluruh

rancangan suatu proyek. contoh: karya Charles Moore, Kimbel Art, Gallery

Louis I Khan di Fort Worth, Texas, memakai cahaya sebagai tema.

3. Gagasan superorganisasi adalah acuan terhadap konfigurasi geometris umum

atau hierarki yang harus diperhatikan oleh bagian-bagian di dalam proyek

yang bertujuan memberi cukup struktur bagi pola sedemikian rupa sehingga

masing-masing bagian dapat dikembangkan dengan keistimewaan masing-

masing yang secara keseluruhan masih menunjang perancangan.

20 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3

Page 21: Teori Dan Metode Peramcangan Arsitektur 3

5. Parti (skema) dan esquisse (sketsa) adalah produk menurut konsep dan grafik

dalam suatu proyek diharapkan dikembangkan suatu konsep dan sketsa

pendahuluan dari konfiurasi bangunan. 

6. Terjemahan harfiah yaitu gambaran suatu tujuan guna mengembangkan suatu

konsep dan diagram yang dapat dijadikan rencana sederhana untuk suatu

proyek. (Lorabee Bernes) jadi konsep harus dapat diekspresikan dalam jenis

sketsa. Diagram asli agaknya benar-benar dapat dilihat dan diidentifikasikan

dalam bangunan yang telah selesai.

Konsep adalah antitesis dari wawasan-wawasan yang sama sekali belum

dianggap tepat. Suatu konsep harus mengandung kelayakan; yang mungkin

menunjang maksud-maksud daru cita-cita pokok suatu proyek dengan

memperhatikan karakteristik-karakterisitik dan keterbatasan-keterbatasan yang

khas dari tiap proyek.

b.     Macam-Macam Konsep dalam Arsitektur

1.      Konsep Analogi

Kesatuan konsep menggabungkan elemen-elemen menandai satu baik ambisius

dan elusive. Arsitek menawarkan essay atau skenario yang menggabungkan

faktor-faktor penting dan ide-ide yang mempengaruhi solusi. Bangunan

merupakan penggabungan konsep-konsep. Arsitektur merupakan pemecahan isu-

isu individual. Pemecahan masalah untuk seorang arsitek meminimalisasikan

permintaan-permintaan. The Conceptual skenario memperluas pernyataan. konsep

diubah menjadi kesimpulan. The conceptual scenario dapat digunakan untuk

mengidentifikasikan ide-ide penting dan masalah-masalah yang disimpulkan

menjadi suatu pernyataan. Konseptual skenario merupakan produk proses evolusi.

2.      Konsep Metafora

Metafora mengidentifikasi hubungan diantara benda-benda dimana hubungan-

hubungan yang terjadi lebih bersifat abstrak. Dalam hal ini metafora

menggunakan kata-kata "seperti" atau "bagaikan" untuk melukiskan hubungan

tersebut.

21 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3

Page 22: Teori Dan Metode Peramcangan Arsitektur 3

3.      Konsep Esensi

Konsep tidak hanya memperhatikan fungsi dari seluruh aktivitas dalam bangunan,

tetapi konsep dapat dikembangkan menjadi suatu melalui pendekatan secara

pragmatis.

4.      Konsep Tanggapan Langsung dan Pemecahan Masalah

Tujuan yang ingin dicapai oleh arsitek sebaiknya berbeda-beda / menyesuaikan

dengan keadaan. Satu konsep tidak dapat diterapkan pada berbagai proyek sebab

setiap bangunan memiliki tujuan yang berbeda-beda. 

5.      Konsep Standar-Standar Kesempurnaan (Ideal)

Wawasan, gagasan, konsep dan skenario merupakan suatu rangkaian kesatuan

kontinum yang dapat menjadi dasar penting bagi arsitektur. Konsep memadukan

berbagai unsur menjadi satu keseluruhan yang berkaitan dan memungkinkan

arsitek mengerahkan sumber dayanya kepada aspek-aspek perancangan yang

terpenting.

c.Konsep Visual Tampilan Bangunan dalam Arsitektur

Tampilan visual dapat merupakan suatu bangunan yang memperlihatkan sisi muka

bangunan tersebut. Namun tampilan visual dapat juga merupakan tampang sebuah bangunan atau

lingkungan yang mampu menghadirkan elemen-elemen yang terkomposisi dengan pola tertentu

untuk menghasilkan ekspresi tersendiri.

Dalam kajian ini tampilan visual yang dimaksud adalah tampilan seluruh permukaan

bangunan dan lingkungan yang mampu dinikmati dengan indera penglihatan. Hal ini diambil

berdasarkan tulisan Bentley (1985) bahwa rancangan suatu tempat akan mempengaruhi detil-

detil tampilan tempat tersebut dengan membuat orang sadar akan pilihan yang didapatnya, yaitu

kualitas visual yang cocok. Karena orang akan menginterpertasi suatu tempat sebagaimana yang

terkandung dalam tempat yang

dilihatnya, baik dia menginginkannya atau tidak. Untuk mendukung tercapainya makna dari

interpretasi pengamat maka harus ada ciri-ciri yang mudah dikenali secara visual dari bentukan

fisik yang ada. Dalam isyarat kontekstual ciri-ciri visual menurut Bentley (1985) adalah ritme

22 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3

Page 23: Teori Dan Metode Peramcangan Arsitektur 3

vertical dan horizontal, skylines, detail dinding (bahan, warna, pola, dsb), jendela, pintu, lantai.

Hal ini mengacu pada kualitas lingkungan perumahan dan permukiman. Ciri visual yang lebih

mengacu pada kualitas tipologi arsitektural secara umum adalah yang berdasar Ching (1979),

yaitu: wujud, warna, tekstur, pola, posisi, orientasi, dan inertia visual. Semua ciri visual tersebut

pada kenyataannya dipengaruhi oleh keadaan bagaimana pengamat memandangnya. Keadaan

tersebut sesuai dengan: perspektif atau sudut pandang pengamat, jarak pengamat terhadap

bentuk, keadaan cahaya yang ada, dan bidang pandangan yang mengelilingi benda tersebut.

23 | R E S U M E – T E O R I D A N M E T O D E P E R A N C A N G A N A R S I T E K T U R 3