54
USEFULNESS OF ACCOUNTING INFORMATION TO INVESTORS AND CREDITORS (SAK IFRS DAN SAK-ETAP) Disusun untuk Memenuhi Nilai Kuis Besar I--IV Mata Kuliah Teori Akuntansi Normatif EDWARD JOVI SETIAJI 121210010 KEVIN 121210033 STEVANUS ERIC SUGIANTO 121210048 SUSMITA DIAN I. 121210049 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MA CHUNG MALANG 2015

Teori Akuntansi Normatif

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengguna Laporan Keuangan

Citation preview

Page 1: Teori Akuntansi Normatif

USEFULNESS OF ACCOUNTING INFORMATION TO

INVESTORS AND CREDITORS

(SAK IFRS DAN SAK-ETAP)

Disusun untuk Memenuhi Nilai Kuis Besar I--IV

Mata Kuliah Teori Akuntansi Normatif

EDWARD JOVI SETIAJI 121210010

KEVIN 121210033

STEVANUS ERIC SUGIANTO 121210048

SUSMITA DIAN I. 121210049

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MA CHUNG

MALANG

2015

Page 2: Teori Akuntansi Normatif

i

USEFULNESS OF ACCOUNTING INFORMATION TO

INVESTORS AND CREDITORS

(SAK IFRS DAN SAK-ETAP)

Disusun untuk Memenuhi Nilai Kuis Besar I--IV

Mata Kuliah Teori Akuntansi Normatif

EDWARD JOVI SETIAJI 121210010

KEVIN 121210033

STEVANUS ERIC SUGIANTO 121210048

SUSMITA DIAN I. 121210049

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MA CHUNG

MALANG

2015

Page 3: Teori Akuntansi Normatif

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat-Nya, sehingga makalah yang berjudul “USEFULNESS OF

ACCOUNTING INFORMATION TO INVESTORS AND CREDITORS (SAK

IFRS DAN SAK-ETAP)” dapat selesai tepat waktu. Penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini,

yaitu:

1. Ibu Leenawaty Limantara Ph.D, selaku rektor Universitas Ma Chung.

2. Bapak Daniel Stephanus Sugama, SE., MM., MSA., Ak., CA., selaku dosen

pengampu mata kuliah Teori Akuntansi Normatif yang telah memberikan

bantuan dalam pembuatan makalah ini,

3. Ibu Fitri Oktariani, SE., MSA., Ak., selaku dosen pengampu mata kuliah

Teori Akuntansi Normatif yang memberikan arahan dalam pembuatan

makalah ini,

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Maka, penulis

menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah

ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.

Malang, April 2015

Penulis

Page 4: Teori Akuntansi Normatif

iii

ABSTRAK

Laporan keuangan adalah gambaran tetang kondisi keuangan perusahaan

secara nyata. Laporan keuangan memberikan sebuah informasi yang berisi tentang

kemampuan dari perusahaan untuk mengerjakan sebuah perkerjaan. Informasi

yang memberikan keterangan mengenai keadaan perusahaan pada masa lalu, masa

kini, dan masa mendatang merupakan sinyal bagi investor dalam pengambilan

keputusan. Informasi tersebut dapat memberikan penjelasan bagaimana cara

pandang manajemen perusahaan terhadap prospek perusahaan di masa depan.

Laporan keuangan terdiri atas laporan posisi keuangan, laporan rugi laba, laporan

arus kas, dan laporan kepemilikan. Tentunya gambaran tersebut akan mampu

membuat perusahaan untuk merencanakan sebuah kegiatan yang menurut

manajemen cocok untuk di laksanakan dan sesuai dengan kondisi keuangan

perusahaan. Laporan keuangan dapat digunakan untuk melihat kinerja perusahaan.

Suatu penilaian atas kinerja suatu perusahaan dan hasil yang diperoleh perusahaan

menjadi faktor yang penting untuk diketahui baik oleh investor, kreditor, dan

masyarakat secara umum. Keputusan untuk berinvestasi dan memberikan kredit

atau pendanaan merupakan suatu hal yang tidak mudah dalam penentuannya.

Kata kunci: manfaat, informasi akuntansi, investor, kreditor, signaling theory,

information asymetry

Page 5: Teori Akuntansi Normatif

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

ABSTRAK .................................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................... iii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................... 4

2.1 Laporan Keuangan ............................................................................................ 4

2.2 Informasi Akuntansi .......................................................................................... 6

2.2.1 Definisi dan Jenis Informasi Akuntansi ................................................ 6

2.2.2 Karakteristik Informasi Akuntansi ........................................................ 7

2.2.3 Pemakaian Informasi Akuntansi ......................................................... 11

2.3 Model Penilaian Perusahaan ........................................................................... 12

2.3.1 Laba dan Dividen ................................................................................ 12

2.3.2 Residual Income Models ..................................................................... 12

2.4 Hipotesis Efisiensi Pasar ................................................................................. 14

2.5 Signaling Theory ............................................................................................. 18

2.6 Information Asymetry ...................................................................................... 19

2.7 Capital Assets Pricing Model (CAPM) .......................................................... 21

2.8 Nilai Informasi Akuntansi: Bukti dari Data Return ....................................... 24

2.8.1 Isi Informasi dari Pengumuman Earning ............................................ 24

2.8.2 Reaksi Pasar pada Kebijakan Akuntansi Alternatif ............................ 24

2.8.3 Alternatif tanpa Diketahui Konsekuensi Arus Kas ............................. 25

2.8.4 Alternatif dengan Konsekuensi Arus Kas: Pilihan Last In First Out .. 25

2.8.5 Alternatif dengan Konsekuensi Kas Langsung ................................... 26

2.9 Nilai dari Informasi Akuntansi: Bukti dari Penilaian Langsung ..................... 27

2.9.1 Bukti dari Pensiun ............................................................................... 27

Page 6: Teori Akuntansi Normatif

v

2.9.2 Bukti dari Penelitian dan Pengembangan ............................................ 28

2.9.3 Bukti dari Jasa Keuangan .................................................................... 28

2.10 Data Akuntansi dan Kreditor .......................................................................... 28

BAB III KONTROVERSI DAN GAP .................................................................... 31

BAB IV PEMBAHASAN DAN OPINI .................................................................. 37

BAB V PENUTUP .................................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 43

Page 7: Teori Akuntansi Normatif

1

BAB I

PENDAHULUAN

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting

dalam hal ini. Laporan keuangan adalah gambaran tetang kondisi keuangan

perusahaan secara nyata. Laporan keuangan memberikan sebuah informasi yang

berisi tentang kemampuan dari perusahaan untuk mengerjakan sebuah perkerjaan.

Laporan keuangan merupakan suatu penyajian yang terstruktur dari posisi

keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas (Ikatan Akuntan Indonesia, 2011).

Stice et. al, (2004) memberikan pengertian yang tidak jauh berbeda mengenai

laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan untuk tujuan umum dan

ditekankan kepada pelaporan eksternal perusahaan yang terdiri dari laporan posisi

keuangan, laporan rugi laba, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

Laporan keuangan menurut Weygandt et. al, (2004) menekankan bahwa

laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang bersifat prinsip untuk

dikomunikasikan kepada pihak-pihak di luar perusahaan yang menyediakan

informasi tentang sejarah perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk uang.

Laporan keuangan ini pada umumnya terdiri atas laporan posisi keuangan, laporan

rugi laba, laporan arus kas, dan laporan kepemilikan. Tentunya gambaran tersebut

akan mampu membuat perusahaan untuk merencanakan sebuah kegiatan yang

menurut manajemen cocok untuk di laksanakan dan sesuai dengan kondisi

keuangan perusahaan. Selain sebagai alat pertanggungjawaban, informasi

keuangan diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi.

Page 8: Teori Akuntansi Normatif

2

Pengambilan keputusan ekonomi adalah keputusan yang dilakukan secara sadar

untuk menetapkan sesuatu atas dasar data dalam bidang bisnis.

Tujuan utama laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

relevan bagi investor, kreditor, dan pengguna lainnya. Ikatan Akuntansi Indonesia

(2011) menyatakan bahwa tujuan dari suatu laporan keuangan adalah memberikan

informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang

bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam

pembuatan keputusan laporan keuangan. Ukuran kinerja akuntansi perusahaan

yang menjadi fokus perhatian investor adalah yang mampu menggambarkan

kondisi ekonomi dengan baik serta menyediakan sebuah dasar bagi peramalan

aliran kas masa depan suatu saham biasa. Laba yang dihasilkan suatu perusahaan

dapat dilihat dari laporan laba rugi. Laba akuntansi dalam laporan keuangan

merupakan salah satu parameter kinerja perusahaan yang mendapat perhatian

utama dari investor. kinerja perusahaan.

Prestasi atau kinerja suatu perusahaan sering diukur melalui laba yang

diperoleh. Jika laba akuntansi suatu perusahaan menunjukkan peningkatan dari

waktu ke waktu, maka investor akan tertarik untuk menginvestasikan dananya

pada perusahaan tersebut, dengan demikian harga saham yang dimiliki perusahaan

akan meningkat. Setiap perusahaan akan memiliki keterkaitan dengan pihak luar

(ekstern). Hal ini dapat dimisalkan dengan pihak yang ingin investasi ke

perusahaan, atau pihak pemberi pinjaman seperti bank tentu ingin melihat laporan

keuangan yang dimiliki perusahaan. Maka dari itu, fungsi laporan keuangan

sebagai pertimbangan. Sedangkan untuk fungsi pertanggung jawaban adalah

Page 9: Teori Akuntansi Normatif

3

misalnya pada pihak pajak yang membutuhkan laporan keuangan untuk

menghitung pajak perusahaan (Munawir, 2004).

1.2 Manfaat Makalah

Manfaat penyusunan makalah ini adalah :

a. Manfaat Teoretis

Mengetahui kegunaan informasi akuntansi untuk investor dan kreditur,

sehingga dapat menambah referensi bagi penelitian mengenai informasi

akuntansi.

b. Manfaat Praktis

Mengetahui manfaat dan dampak dari penggunaan informasi akuntansi untuk

pengambilan keputusan bagi investor dan kreditor.

Page 10: Teori Akuntansi Normatif

4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Laporan Keuangan

Sundjaja & Barlian (2001) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan

laporan yang mendeskripsikan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai

alat komunikasi untuk pihak yang berkepentingan dengan data keuangan atau

aktivitas perusahaan. Munawir (2004) berpendapat bahwa laporan keuangan

adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk

berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak

yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Arifin (2007)

mengemukakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan

keuangan yang disusun setidaknya sekali dalam setahun untuk memberikan

informasi bagi pengguna laporan keuangan. Maka, laporan keuangan merupakan

hasil dari proses akuntansi yang menyajikan informasi perusahaan kepada pihak

yang berkepentingan.

Menurut PSAK No. 1 (2009), laporan keuangan yang lengkap terdiri atas 5

komponen sebagai berikut.

a. Laporan posisi keuangan pada akhir perioda yang menyajikan informasi

tentang asset, liabilitas, dan ekuitas perusahaan;

b. Laporan laba rugi komprehensif selama perioda yang menyajikan informasi

tentang pendapatan, beban, dan laba/rugi bersih perusahaan;

c. Laporan perubahan ekuitas selama perioda yang menyajikan informasi tentang

saldo awal dan akhir ekuitas perusahaan;

Page 11: Teori Akuntansi Normatif

5

d. Laporan arus kas selama perioda yang menyajikan informasi tentang saldo

awal dan akhir kas, serta penerimaan dan pengeluaran kas;

e. Catatan atas laporan keuangan yang menyajikan ringkasan kebijakan

akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya; dan

f. Laporan posisi keuangan pada awal perioda komparatif yang disajikan ketika

entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau

membuat perjanjian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas

mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

Menurut Sukardi & Kurniawan (2010) laporan keuangan memiliki tujuan,

yaitu laporan keuangan sebagai bahasa binis yang mudah dipahami semua

pengguna dan memberika hubungan timbal balik antara pos-pos dalam laporan

keuangan. Sedangkan menurut Arifin (2007), laporan keuangan bertujuan untuk

menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta

peruibahan posisi keuangan perusahaan yang bermanfaat bagi pemakai dalam

pengambilan keputusan. Fahmi (2011) mengemukakan bahwa tujuan laporan

keuangan adalah memberikan informasi tentang kondisi perusahaan dalam satuan

moneter kepada pihak yang membutuhkan. Maka, laporan keuangan bertujuan

untuk menyediakan informasi perusahaan bagi pihak yang membutuhkan.

Selain tujuan, laporan keuangan memiliki berbagai manfaat. Martono &

Agus (2010) menyatakan bahwa laporan keuangan yang baik dapat memberikan

manfaat dalam pengambilan keputusan investasi, keputusan pemberian kredit,

penilaian aliran kas dan sumber ekonomi, melakukan klaim terhadap sumber

dana, serta menganalisis perubahan yang terjadi dalam sumber dan penggunaan

dana.

Page 12: Teori Akuntansi Normatif

6

2.2 Informasi Akuntansi

2.2.1 Definisi dan Jenis Informasi Akuntansi

Belkaoui (2000) mengartikan informasi akuntansi sebagai informasi

kuantitatif tentang entitas ekonomi yang bermanfaat untuk pengambilan

keputusan ekonomi dalam menentukan pilihan di antara alternatif tindakan.

Arnold & Hope (1990) menyatakan bahwa informasi akuntansi pada dasarnya

bersifat keuangan dan terutama digunakan untuk tujuan pengambilan keputusan,

pengawasan dan implentasi keputusan perusahaan. Anthony & Reece (1989)

mengklasifikasikan informasi akuntansi digolongkan menjadi tiga jenis.

a. Informasi operasi yang menyediakan data mentah bagi informasi akuntansi

keuangan dan informasi akuntansi manajemen.

b. Informasi akuntansi manajemen yang khusus ditujukan untuk kepentingan

manajemen dan digunakan dalam fungsi manajemen, yaitu perencanaan,

implementasi, dan pengendalian. Informasi akunatnsi manajemen dihasilkan

oleh sistem pengolahan informasi keuangan yang disebut akuntansi

manajemen. Informasi akuntansi manajemen ini disajikan kepada manajemen

perusahaan dalam berbagai laporan, seperti anggaran, laporan penjualan,

laporan biaya produksi, laporan biaya menurut pusat pertanggungjawaban, dan

laporan biaya menurut aktivitas.

c. Informasi akuntansi keuangan yang digunakan oleh manajer maupun pihak

eksternal perusahaan dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan keuangan suatu

perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan

keputusan ekonomi. Informasi akuntansi keuangan untuk pihak luar disajikan

Page 13: Teori Akuntansi Normatif

7

dalam laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan

laporan perubahan posisi keuangan. Pihak luar yang menggunakan laporan

keuangan meliputi pemegang saham, kreditor, badan atau lembaga

pemerintah, dan masyarakat umum dimana masing-masing pihak tersebut

mempunyai kepentingan yang berbeda. Informasi ini disajikan dan disusun

berdasarkan aturan dasar yang dinamakan Standar Akuntansi Keuangan

(SAK). Standar akuntansi keuangan tersebut dipakai untuk menyusun laporan

keuangan. Laporan keuangan untuk pihak luar menyajikan suatu gambaran

menyeluruh tentang kondisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi.

2.2.2 Karakteristik Informasi Akuntansi

FASB (1980) dalam SFAC No. 2 menjelaskan tentang karakteristik

informasi akuntansi agar bisa digunakan dalam pembuatan keputusan. Para

pembuat keputusan membutuhkan informasi untuk digunakan dalam keputusan

investasi, kredit, dan keputusan yang serupa lainnya. SFAC ini diterbitkan oleh

FASB pada tahun 1980. Dalam statement ini terdapat dua karakteristik utama

yang membuat informasi akuntansi bermanfaat dalam pembuatan keputusan, yaitu

relevance dan reliability.

Menurut FASB (1980) dalam SFAC No. 2, informasi yang relevan harus

tepat waktu dan harus memiliki nilai prediktif atau nilai umpan balik atau

keduanya. Sementara informasi yang reliabel harus memiliki representational

faithfulness dan harus dapat diverifikasi dan netral. Di sisi lain, statement ini juga

memasukkan comparability yang mencakup consistency sebagai kualitas sekunder

Page 14: Teori Akuntansi Normatif

8

yang berhubungan dengan relevance dan reliability untuk mendukung kegunaan

informasi.

Menurut FASB (1980) dalam SFAC No. 2, informasi akuntansi yang

relevan mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan dengan membantu

pengguna untuk membentuk prediksi tentang hasil dari peristiwa masa lalu,

sekarang, dan masa depan atau untuk mengkonfirmasi atau membenarkan harapan

sebelumnya. Informasi dapat membuat sebuah perbedaan terhadap keputusan

dengan meningkatkan kapasitas pembuat keputusan untuk memprediksi atau

dengan memberikan umpan balik terhadap harapan sebelumnya. Informasi yang

relevan harus memiliki:

a. feedback value, yaitu mampu membantu menjustifikasi dan mengoreksi

harapan masa lalu;

b. predictive value, yaitu dapat digunakan untuk memprediksi apa yang akan

terjadi di masa yang akan datang;

c. timeliness, yaitu informasi harus disajikan kepada para pemakai sebelum

informasi itu kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi pengambilan

keputusan.

Menurut FASB (1980) dalam SFAC No. 2, reliabilitas merupakan kualitas

informasi yang dijamin bebas dari kesalahan dan penyimpangan atau bias serta

telah dinilai dan disajikan secara layak sesuai dengan tujuannya. Reliabilitas

tersusun dari tiga bagian sebagai berikut.

a. verifiabilitas sebagai kualitas yang dapat ditunjukkan dengan menjamin

sebuah tingkat konsensus yang tinggi antara pengukur independen dengan

menggunakan metoda pengukuran yang sama;

Page 15: Teori Akuntansi Normatif

9

b. netralitas yang berarti bahwa dalam merumuskan atau menerapkan standar,

perhatian yang utama seharusnya pada relevansi dan reliabilitas informasi

yang dihasilkan, bukan pada pengaruh standar atau aturan yang memiliki

kepentingan tertentu.

c. representational faithfulness yang merupakan korespondensi atau kesepakatan

antara suatu ukuran atau deskripsi dan fenomena yang dimaksudkan untuk

diwakili. Dalam akuntansi, fenomena yang diwakili adalah sumber daya

ekonomi dan kewajiban serta transaksi-transaksi dan kejadian yang mengubah

sumber daya dan kewajiban tersebut.

Menurut FASB (1980) dalam SFAC No. 2, terdapat secondary and

interactive qualities yaitu comparability. Informasi akuntansi akan lebih

bermanfaat jika dapat dibandingkan antara satu perusahaan dengan perusahaan

yang lain dalam satu industri yang sama (perbandingan horizontal) atau

membandingkan perusahaan yang sama untuk perioda yang berbeda

(perbandingan vertikal). Maka, perlu standar dan ukuran tertentu dalam

membandingkan perusahaan.

Menurut FASB (1980) dalam SFAC No. 2, komparabilitas didefinisikan

sebagai kualitas atau pernyataan yang memiliki karakteristik umum. Jadi,

perbandingan normal komparabilitas merupakan suatu perhitungan atas

karakteristik yang umum. Hal itu mengakibatkan perbandingan valid hanya

dimungkinkan apabila pengukuran yang digunakan, yaitu kuantitatif atau rasio,

secara nyata mewakili karakteristik dari subjek yang diperbandingkan.

FASB (1980) dalam SFAC No. 2 menjelaskan bahwa konsistensi dalam

penerapan metoda akuntansi selama suatu rentang waktu mengacu pada kualitas

Page 16: Teori Akuntansi Normatif

10

penting yang memungkinkan angka-angka akuntansi menjadi lebih berguna.

Dalam format standar laporan auditor menyatakan bahwa laporan keuangan telah

disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim yang secara konsisten

diterapkan. Konsistensi penggunaan prinsip akuntansi dari suatu perioda ke

perioda yang lain mendukung kegunaan laporan keuangan bagi pemakai melalui

wacana analisis dan pemahaman atas data komparatif.

FASB (1980) dalam SFAC No. 2 menjelaskan bahwa konsistensi

merupakan suatu kualitas dari keterhubungan antara dua angka akuntansi daripada

suatu kualitas angka dengan dirinya sendiri dalam konteks nilai relevan dan

reliabilitas. Penggunaan yang konsisten dari suatu metoda akuntansi, apakah dari

suatu perioda ke perioda yang lain pada suatu perusahaan, atau dalam suatu

perioda meliputi beberapa perusahaan, adalah suatu kebutuhan tetapi bukan

merupakan suatu syarat cukup dari komparabilitas.

Karakteristik terakhir yang disebutkan dalam SFAC No. 2 (1980) adalah

materiality yang merupakan bagian sifat ambang batas untuk pengakuan

(threshold for recognition). Materialitas adalah sebuah konsep luas yang

berhubungan dengan karakteristik kualitatif, terutama relevansi dan keandalan.

Materialitas dan relevansi keduanya didefinisikan dalam hal apa yang

mempengaruhi atau membuat suatu perbedaan bagi pembuat keputusan. Sebuah

keputusan untuk tidak mengungkapkan informasi yang pasti mungkin bisa dibuat,

karena investor tidak memiliki kebutuhan informasi semacam itu (tidak relevan)

atau karena jumlah yang terlibat terlalu kecil untuk membuat perbedaan (tidak

material). Suatu item akan dianggap material jika pencantuman atau pengabaian

item tersebut mempengaruhi atau mengubah penilaian seorang pemakai laporan

Page 17: Teori Akuntansi Normatif

11

keuangan. Baik faktor-faktor kuantitatif maupun kualitatif harus dipertimbangkan

dalam menentukan apakan suatu item bersifat material atau tidak.

2.2.3 Pemakai Informasi Akuntansi

Wolk, Dodd, & Tearney (2013) menjelaskan bahwa FASB mengakui

keberadaan kelompok pengguna laporan keuangan yang beragam dan pluralistik.

FASB berfokus pada kelompok pengguna utama, yaitu investor dan kreditor yang

paling tertarik pada jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan.

Alasan investor dan kreditor menjadi kelompok pengguna utama karena pengguna

lainnya memiliki ketertarikan yang sama dengan investor dan kreditor

Kreditor terutama dianggap pemasok barang dan jasa (hutang). mereka

membutuhkan informasi keuangan tentang pelanggan mereka untuk menentukan

persyaratan kredit. Namun, dalam arti yang lebih luas, kreditor mungkin juga

termasuk pajak pemerintah (hutang pajak) dan individu atau badan yang memiliki

klaim pada perusahaan sebelum pemegang saham lainnya (Wolk, Dodd, &

Tearney, 2013).

Mardiasmo (2000) dalam kaitannya dengan harga saham, pemakai laporan

keuangan yang sangat membutuhkan informasi akuntansi adalah pemilik

perusahan atau pemegang saham. Pemilik perusahaan perkepentingan terhadap

laporan akuntansi suatu perusahaan sehubungan dengan modal yang

diinvestasikan pada perusahaan tersebut. Informasi yang diperoleh dari laporan

akuntansi, umumnya bermanfaat bagi pemilik perusahaan untuk mengukur hasil

usaha yang telah dicapai perusahaan tersebut selama perioda tertentu, serta

prospek hasil usaha tersebut di masa yang akan datang. Hal tersebut penting bagi

Page 18: Teori Akuntansi Normatif

12

pemilik perusahaan sebagai dasar pertimbangan dalam penentuan keputusan

investasi untuk masa yang akan datang.

2.3 Model Penilaian Perusahaan

2.3.1 Laba dan Dividen

Lintner (1965) memberikan hasil dari serangkaian wawancara dengan

manajer perusahaan mengenai penentu kebijakan dividen. Manajer menyatakan

bahwa perubahan besar dalam pendapatan adalah penentu paling penting dalam

keputusan dividen. Dengan pertimbangan kestabilan target payout ratio dan

payout ratio yang ada, manajer menyesuaikan dividen untuk mencerminkan

perubahan dalam pendapatan permanen. Karena manajer merasa bahwa pemegang

saham menghargai dividen, maka manajer melakukan penyesuaian tarif

pembayaran dividen secara bertahap. Selain itu, sebagian besar manajer

menghindari untuk membuat perubahan dividen yang memiliki probabilitas yang

signifikan dalam waktu dekat. Investor menganggap dividen tunai sinyal yang

kredibel kinerja masa depan. Oleh karena itu, perubahan dividen kas memiliki

kandungan informasi (Wolk, Dodd, & Tearney, 2013).

2.3.2 Residual Income Models

Wolk, Dodd, & Tearney (2013) menyatakan bahwa modal diperlukan

untuk menghasilkan pendapatan. Sisa pendapatan adalah istilah umum untuk

pendapatan lebih dari biaya untuk modal yang digunakan untuk menghasilkan

pendapatan tersebut. Konsep sisa pendapatan dapat diterapkan untuk ekuitas

perusahaan secara keseluruhan atau ke perusahaan umum. Bila diterapkan

pendapatan operasional perusahaan dan modal yang diinvestasikan, sisa

Page 19: Teori Akuntansi Normatif

13

pendapatan sering disebut keuntungan ekonomi atau Economic Value Added

(EVA). Ketika diterapkan pada laba bersih perusahaan dan ekuitas umum, sisa

pendapatan dapat disebut laba abnormal.

Young & O’Bryne (2001) menjelaskan bahwa EVA merupakan tolok ukur

kinerja keuangan dengan mengukur perbedaan antara pengembalian atas modal

perusahaan dengan kos modal. Putro (2007) menjelaskan bahwa EVA merupakan

indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi. EVA adalah nilai

tambah ekonomis yang diciptkan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama

perioda tertentu dan merupakan cara untuk menilai kinerja keuangan.

McDaniel, et al., (2000) menjelaskan bahwa EVA mengukur nilai tambah

yang dihasilkan perusahaan dengan cara mengurangi beban kos modal yang

timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan. Oleh karena itu, EVA merupakan

selisih laba operasi setelah pajak dengan kos modal. Sedangkan angka nilai bersih

dalam laporan laba rugi hanya mempertimbangkan jenis kos modal yang mudah

dilihat, seperti bunga dan mengabaikan kos ekuitas. Walaupun menaksir kos

ekuitas merupakan proses subjektif, namun pengukuran kinerja yang

menghasilkan kos tersebut tidak dapa mengungkapkan bagaimana perusahaan

telah mampu menciptakan nilai bagi pemiliknya.

Secara sederhana, EVA dapat diukur dari EBIT diurangi beban pajak dan

kos modal. Hal utama yang membedakan EVA dengan tolok ukur keuangan

lainnya adalah EVA tidak dibatasi oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum,

EVA dapat mendukung keputusan dalam sebuah perusahaan yang meliputi

investasi modal, kompensasi karyawan, dan kinerja unit bisnis, serta struktur EVA

yang relative sederhana membuatnya bisa digunakan oleh bagian engineering,

Page 20: Teori Akuntansi Normatif

14

environmental, dan personil lain sebagai alat yang umum untuk

mengkomunikasikan aspek yang berbeda dari kinerja keuangan.

Tunggal (2001) menyatakan bahwa perhitungan EVA menggunakan laba

ekonomi, bukan laba akuntansi. EVA mengukur nilai tambah dalam suatu perioda

tertentu. Nilai tambah ini tercipta jika perusahaan mendapatkan keuntungan di

atas kos kapital perusahaan. Konsep EVA memperhitungkan modal saham,

sehingga memberikan pertimbangan yang adil bagi para penyandang dana

perusahaan. EVA dihitung dari laba setelah pajak dikurangi kos modal tahunan.

Jika EVA positif, maka perusahaan mampu menciptakan kekayaan.

Nilai perusahaan adalah sama dengan nilai sekarang dari masa depan

diharapkan arus kas bersih. Arus kas bersih adalah arus kas periodik yang tersedia

untuk semua klaim investor. Salah satu kekurangan arus kas bersih adalah tidak

menyediakan investor dengan metrik untuk mengukur kinerja periodik. Misalnya,

ketika perusahaan mendapatkan keuntungan sangat besar, meskipun perusahaan

tersebut dikelola dengan baik, masih dapat memiliki arus kas bersih negatif dalam

suatu perioda tertentu jika perusahaan membuat investasi besar di masa itu. Jika

investasi memiliki net present value positif, arus kas bersih negatif dalam satu

perioda hampir tidak menjadi perhatian. Keuntungan ekonomi mencoba untuk

menjembatani kesenjangan, tidak hanya menyediakan sarana untuk menghargai

perusahaan, tetapi juga sarana untuk menilai kinerja berkala (Wolk, Dodd, &

Tearney, 2013).

2.4 Hipotesis Efisiensi Pasar

Tandelilin (2010) menjelaskan bahwa pasar modal yang efisien merupakan

pasar dengan kondisi harga semua saham yang diperdagangkan telah

Page 21: Teori Akuntansi Normatif

15

mencerminkan semua informasi yang tersedia. Informasi tersebut dapat berupa

informasi di masa lalu (contohnya laba bersih perusahaan tahun lalu), informasi

saat ini (contohnya rencana ekspansi perusahaan), dan informasi seperti pendapat

atau opini yang beredar yang dapat memengaruhi perubahan harga saham

(contohnya jika banyak investor yang beragumen bahwa harga saham akan turun,

maka argumen tersebut akan tercemin pada perubahan harga saham tersebut yang

cenderung turun). Jika pasar terbentuk secara efisien, maka tidak ada seseorang

yang mendapatkan abnormal return. Pasar akan terbentuk secara efisien dengan

empat syarat sebagai berikut.

a. Ada banyak investor yang rasional dan berusaha untuk memaksimalkan

keuntungan dengan cara menganalisis, menilai, dan melakukan perdagangan

saham. Selain itu, mereka merupakan price taker, sehingga tindakan dari satu

investor tidak dapat memengaruhi harga saham.

b. Semua pelaku pasar dapat memperoleh informasi pada saat yang sama dengan

cara yang murah dan mudah.

c. Informasi yang terjadi bersifat acak.

d. Investor bereaksi secara cepat terhadap informasi yang baru, sehingga harga

saham akan berubah sesuai dengan perubahan nilai sesungguhnya akibat

informasi tersebut.

Fama (1970) dalam Tandelilin (2010) membagi bentuk pasar yang efisien

ke dalam tiga Efficient Market Hypothesis (EMH), yaitu:

a. Efisien dalam bentuk lemah (weak form)

Page 22: Teori Akuntansi Normatif

16

Pasar efisien dalam bentuk lemah ditunjukkan oleh harga saham saat ini

mencerminkan semua informasi masa lalu, berupa laporan keuangan

perusahaan saja.

b. Efisien dalam bentuk setengah kuat (semi strong)

Pasar efisien dalam bentuk setengah kuat ditunjukkan oleh harga saham saat

ini mencerminkan semua informasi masa lalu dan informasi yang dipublikasi

saat ini (publicity known). Informasi tersebut berupa laporan keuangan dan

aksi korporasi yang dilakukan oleh perusahaan, seperti pembagian dividen,

stock split, pemberian saham bonus, dan penerbitan Hak Memesan Efek

Terlebih Dahulu (HMETD). Pasar dikatakan memiliki bentuk setengah kuat

jika informasi direspon cepat oleh pasar dalam satu hingga dua spot waktu

atau hari di sekitar pengumuman. Abnormal return terjadi bila informasi

direspon lambat oleh pasar (lebih dari tiga spot waktu), sehingga pasar

dikatakan tidak efisien dalam bentuk setengah kuat.

c. Efisien dalam bentuk kuat (strong form)

Pasar efisien dalam bentuk kuat ditunjukkan oleh harga saham saat ini

mencerminkan semua informasi yang terdiri atas informasi masa lalu (laporan

keuangan), informasi terkini (aksi korporasi), dan informasi tidak terpublikasi

berupa prospektus yang berisi rencana perusahaan untuk masa depan,

misalnya rencana melakukan merger dengan perusahaan lain dan rencana

pembuatan produk baru. Dalam bentuk efisiensi pasar ini, investor tidak dapat

memperoleh abnormal return karena informasi yang diketahui masyarakat

sama dengan informasi yang diketahui perusahaan.

Page 23: Teori Akuntansi Normatif

17

Jones (1996) menyatakan bahwa anomali pasar modal merupakan teknik

atau strategi yang berlawanan dengan konsep pasar modal yang efisien. Pada

anomali pasar modal ditemukan hal-hal yang seharusnya tidak ada jika dianggap

bahwa pasar efisien benar-benar ada. Suatu peristiwa (event) dapat dimanfaatkan

investor untuk memeroleh abnormal return. Dengan kata lain, seorang investor

memungkinan untuk mendapatkan abnormal return dengan mengandalkan suatu

peristiwa tertentu. Anomali tidak hanya ditemukan pada satu jenis bentuk pasar

efisien saja, tetapi ditemukan pada bentuk pasar efisien yang lain. Hal ini dapat

diartikan sebagai bukti adanya anomali di pasar modal muncul pada semua bentuk

pasar efisien, walaupun kebanyakan ditemukan pada bentuk efisien semi kuat

(semi strong).

Jogiyanto (2011) menjelaskan bahwa informasi yang diterima dan

didistribusikan secara cepat akan memengaruhi harga saham dan voluma

perdagangan saham secepat mungkin sesuai dengan semua informasi yang

tersedia. Pengujian reaksi pasar, yaitu studi peristiwa merupakan bentuk pengujian

pasar efisiensi setengah kuat. Pengujian terhadap kandungan informasi dilakukan

dengan tujuan melihat reaksi pasar dari pengumuman. Suatu pengumuman dinilai

memiliki kandungan informasi dengan melihat reaksi pasar terhadap

pengumuman tersebut. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga

saham yang bersangkutan. Reaksi pasar dapat diukur dengan menggunakan

abnormal return. Jika terdapat abnormal return, maka dapat dikatakan

pengumuman tersebut mengandung informasi yang mengakibatkan adanya

abnormal return kepada pasar. Namun, jika pengumuman tidak mengakibatkan

Page 24: Teori Akuntansi Normatif

18

adanya abnormal return, maka pengumuman tersebut tidak memiliki kandungan

informasi.

2.5 Signaling Theory

Nurrohman & Zulaikha (2013) menyatakan bahwa signaling theory

berfokus pada informasi yang diterbitkan perusahaan terhadap keputusan investasi

pelaku pasar (investor). Informasi yang memberikan keterangan mengenai

keadaan perusahaan pada masa lalu, masa kini, dan masa mendatang merupakan

sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan. Informasi tersebut dapat

memberikan penjelasan bagaimana cara pandang manajemen perusahaan terhadap

prospoek perusahaan di masa depan.

Sharpe, Gordon, & Bailey (2000) menjelaskan bahwa pengumuman

informasi akuntansi membeirkan sinyal bahwa perusahaan memiliki prospek yang

baik di masa depan (good news), sehingga investor tertarik untuk bertransaksi

saham. Pasar akan bereaksi yang tercemin melalui perubahan harga saham dan

voluma perdagangan saham.

Leland & Pyle (1977) berpendapat bahwa investor yang rasional akan

memperhitungkan bagian kepemilikan para pemilik lama atas saham menjadi

suatu sinyal berharga yang dapat mencerminkan nilai perusahaan. Penurunan

dalam proporsi kepemilikan saham dari pemilik lama yang ditunjukkan oleh

penawaran saham baru kepada investor luar adalah sinyal yang negative. Namun,

jika semakin tinggi persentase saham yang ditahan oleh pemilik lama, maka hal

ini merupakan sinyal positif bagi pasar.

Page 25: Teori Akuntansi Normatif

19

Scott (2009) mengemukakan bahwa terdapat dua jenis distribusi informasi

menurut signaling theory.

a. Informasi simetris yang terjadi saat investor dan manajer mempunyai

informasi yang sama tentang prospek perusahaan

b. Informasi asimetris yang berkaitan dengan prospek perusahaan di masa depan

ketika manajer mengetahui lebih baik mengenai prospek perusahaan daripada

pihak lain. Informasi asimetris terjadi karena manajemen tidak

mengungkankan informasi perusahaan yang dimilikinya secara penuh yang

dapat memengaruhi nilai perusahaan. Jika manajer menyampaikan informasi

ke pasar, maka investor akan merespon informasi tersebut sebagai sinyal yang

dapat memengaruhi nilai perusahaan.

2.6 Information Asymetry

Information asymmetry atau ketidaksamaan informasi adalah situasi di

mana manajer memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai

kondisi atau prospek perusahaan dari pada yang dimiliki investor Asimetri

informasi terjadi karena pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih

banyak dari pada para investor (Susetyo, 2006).

Rock (1986) menyatakan bahwa kesenjangan informasi ternjadi antar

investor, yaitu investor yang memiliki informasi dan investor yang tidak memiliki

informasi. Investor yang memiliki informasi hanya akan membeli saham yang

akan memberikan return tinggi di masa depan, sedangkan investor yang tidak

memiliki informasi akan membeli saham yang return-nya tinggi maupun yang

tidak. Hal ini menyebabkan investor yang tidak memiliki informasi akan

Page 26: Teori Akuntansi Normatif

20

mengalami kerugian yang lebih besar, sehingga akan meninggalkan pasar. Agar

semua kelompok berpartisipasi dalam pasar dan memungkinkan mendapatkan

return yang wajar dan dapat menutup kerugian akibat pembelian saham yang

terlalu tinggi, maka harga penawaran dibuat underpriced.

Allen & Faulhaber (1989) menjelaskan bahwa perusahaan memiliki

informasi tentang kualitas proyek investasi yang dimiliki, sedangkan investor

tidak memiliki informasi tersebut. Perusahaan yang memiliki proyek investasi

yang bagus akan menarik perhatian investor tentang kualitas investasi tersebut

dengan menetapkan harga saham yang rendah. Keadaan ini tidak dapat dilakukan

oleh perusahaan yang tidak memiliki proyek investasi yang kurang atau tidak

bagus. Jika harga saham di pasar naik, maka diharapkan emiten dapat menikmati

harga saham yang tinggi pada saat melakukan penawaran saham berikutnya

(seasoned equity offering).

Menurut Scott (2009), terdapat dua macam asimetri informasi.

a. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya

biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan

dibandingkan investor pihak luar. Fakta yang mungkin dapat mempengaruhi

keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak

disampaikan informasinya kepada pemegang saham.

b. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer

tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman.

Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang

saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma

mungkin tidak layak dilakukan. Kurangnya informasi pihak luar mengenai

Page 27: Teori Akuntansi Normatif

21

perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan

harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai

perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk

mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal kepada

pihak luar tentang informasi keuangan yang dapat dipercaya yang akan

mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan dating.

Dengan demikian, penerbitan laporan arus kas sebagai salah satu bagian dari

laporan keuangan akan menyebabkan investor dapat menilai kondisi keuangan

perusahaan dan mengurangi informasi asimetris.

2.7 Capital Assets Pricing Models (CAPM)

CAPM merupakan alat untuk memprediksi keseimbangan imbal hasil dari

asset berisiko. Markowitz (1952) meletakkan pondasi manajemen portofolio

modern. Kemudian, CAPM dikembangkan 12 tahun kemudian dalam artikel

Sharpe (1964), Lientner (1965), dan Mossin (1966)..

Tandelilin (2010) menjelaskan bahwa CAPM merupakan model untuk

menentukan harga suatu aset. Model ini mendasarkan diri pada kondisi

ekuilibrium. Dalam keadaan ekuilibrium, tingkat keuntungan yang disyaratkan

oleh investor untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh risiko saham tersebut.

Dalam hal ini, risiko yang diperhitungkan hanyalah risiko sistematis atau risiko

pasar yang diukur dengan beta. Sedangkan risiko tidak sistematis tidak relevan

karena risiko ini dapat dihilangkan dengan cara diversifikasi.

Brigham & Houston (2006) menjelaskan bahwa model ini didasarkan pada

adanya dalil bahwa tingkat pengembalian yang diharapkan dari saham adalah

Page 28: Teori Akuntansi Normatif

22

sama dengan tingkat pengembalian bebas risiko plus premi risiko yang hanya

tinggal mencerminkan risiko yang tersisa setelah dilakukan diversifikasi. Tingkat

keuntungan yang diharapkan dari suatu saham adalah tingkat keuntungan bebas

risiko ditambah dengan premi risiko. Semakin besar risiko saham tersebut,

semakin tinggi premi risiko yang diharapkan dari saham tersebut. Maka, semakin

tinggi pula tingkat keuntungan yang diharapkan dari saham tersebut.

Bodie, Kane, & Markus (2006) menyatakan bahwa ada asumsi pada model

CAPM, yaitu:

a. Terdapat banyak investor, masing-masing dengan jumlah kekayaan yang

sangat kecil dibandingkan total kekayaan seluruh investor. Para investor

adalah penerima harga yang berarti mereka akan bertindak sekalipun harga

pasar tidak akan dipengaruhi oleh perdagangan yang mereka lakukan. Ini

merupakan asumsi yang biasa digunakan dalam pasar persaingan sempurna

pada ilmu ekonomi mikro.

b. Seluruh investor merencanakan untuk satu perioda investasi yang identic.

Perilaku ini merupakan pandangan jangka pendek karena mengabaikan apa

yang akan terjadi setelah akhir perioda horizon waktu tunggal tersebut.

Perialku dari pandangan jangka pendek ini jelas tidak optimal.

c. Investasi dibatasi hanya pada aset keuangan yang diperdagangkan secara

umum seperti saham dan obligasi, serta pada kesepakatan pinjaman dan

pemberian pinjaman yang bebas risiko. Asumsi ini mengeluarkan investasi

pada aset yang tidak diperdagangkan seperti pendidikan, perusahaan

perseorangan, dan aset yang didanai pemerintah seperti lapangan udara. Juga

Page 29: Teori Akuntansi Normatif

23

diasumsikan bahwa investor dapat meminjam dan meminjamkan dalam jumah

berapa pun pada tingkat bunga yang tetap dan bebas risiko.

d. Investor tidak membayar pajak atas imbal hasil dan juga tidak terdapat biaya

transaksi atas perdagangna sekuritas. Kenyataannya, kita tahu bahwa investor

menghadapi tarif pajak yang berbeda, sehingga dapat mengarahkan jesnis

sekuritas di mana dia berinvestasi. Contohnya, implikasi pajak mungkin

berbeda tergantung pada apakah pendapatan itu berasal dari bunga, dividen,

atau keuntungan modal. Selain itu, tentu saja perdagangan yang sesungguhnya

menimbulkan biaya transaksi, di mana komisi atau biasa jasa yang dikeluarkan

tergantung pada besarnya perdagangan dan posisi investor individu masing-

masing.

e. Seluruh investor berusaha mengoptimalkan imbal hasil risiko yang rasio, yang

berarti mereka semua akan menggunakan model pemilihan portofolio

Markowitz.

f. Seluruh investor menganalisis sekuritas dengan cara yang sama dan

mempunyai pandangan ekonomi yang sama tentang dunia yang dihadapi.

Hasilnya adalah estimasi distribusi probabilitas arus kas yang sama di masa

depan atas investasi pada suatu sekuritas. Dengan kata lain, untuk setiap

perangkat harga sekuritas, mereka mendatpkan daftar masukan yang sama

untuk menggunakan model Markowitz. Dengan harga sekuritas dan tingkat

bunga bebas riisiko tertentu, seluruh investor akan menggunakan matriks

imbal hasil yang diharapkan dan kovarians yang sama dari imbal hasil

sekuritas untuk menghasilkan batasan yang efisien serta portofolio aset

Page 30: Teori Akuntansi Normatif

24

berisiko yang optimal. Asumsi ini sering kali sebut sebagai homogenous

expectation.

2.8 Nilai Informasi Akuntansi: Bukti dari Data Return

2.8.1 Isi Informasi dari Pengumuman Earning

Wolk, Dodd, & Tearney (2013) menjelaskan bahwa bukti terkuat dari riset

pasar modal menyangkut isi informasi angka laba akuntansi tahunan. Penelitian

yang diterbitkan pada tahun 1968, menunjukkan bahwa arah perubahan laba

akuntansi yang dilaporkan (dari tahun sebelumnya) berkorelasi positif dengan

pergerakan harga sekuritas. Studi ini juga menemukan bahwa gerakan harga

mengantisipasi hasil laba dan nyaris tidak ada pergerakan harga normal satu bulan

setelah penghasilan diumumkan. Hal ini sesuai dengan bentuk setengah kuat dari

EMH. Sebuah studi kemudian menunjukkan bahwa besarnya laba tak terduga

yang berhubungan dengan perubahan harga sekuritas. Pengumuman laba

kuartalan juga telah menunjukkan hasil umum yang sama.

Wolk, Dodd, & Tearney (2013) berpendapat bahwa hasil ini tidak

mengejutkan. Laba akuntansi menjadi bagian dari informasi yang digunakan oleh

investor dalam menilai risiko dan return. Riset pasar modal menegaskan proposisi

hampir jelas. Temuan ini penting karena menghubungkan informasi akuntansi

dengan keputusan investasi dan berguna kepada investor.

2.8.2 Reaksi Pasar pada Kebijakan Akuntansi Alternatif

Wolk, Dodd, & Tearney (2013) menjelaskan bahwa jenis penelitian harga

sekuritas yang kompleks meneliti efek kebijakan akuntansi alternatif terhadap

harga sekuritas. Tujuan awal dari tes ini adalah untuk menyelidiki apa yang

Page 31: Teori Akuntansi Normatif

25

disebut hipotesis investor naif. Penelitian menemukan bahwa harga sekuritas

menanggapi laba akuntansi. Kebijakan akuntansi alternatif, untuk fleksibilitas

misalnya dalam pemilihan metoda penyusutan dan persediaan dapat memengaruhi

laba bersih. Meskipun metoda ini mempengaruhi laba yang dilaporkan, tidak ada

dampak yang jelas pada arus kas perusahaan. Jenis alternatif akuntansi hanya

merupakan pola yang berbeda dari pengakuan beban untuk alokasi biaya

2.8.3 Alternatif tanpa Diketahui Konsekuensi Arus Kas

Beberapa studi membandingkan perusahaan menggunakan metoda

akuntansi yang berbeda. Salah satu penelitian yaitu perusahaan metoda

penyusutan accelerated dibandingkan metoda penyusutan garis lurus. Kedua

perusahaan memiliki laba akuntansi yang berbeda karena mereka menggunakan

metoda penyusutan alternatif, sehingga ada perbedaan pendapatan antara kedua

perusahaan karena penggunaan metoda akuntansi penyusutan alternatif. Ada juga

perbedaan dalam kelipatan pendapatan antara kedua perusahaan. Perusahaan

menggunakan metoda accelrated memiliki pendapatan yang lebih rendah, tetapi

memiliki lebih tinggi kelipatan pendapatan daripada perusahaan yang

menggunakan metoda garis lurus. Namun, ketika pendapatan perusahaan

menggunakan metode dipercepat disesuaikan dengan dasar penyusutan garis

lurus, laba di antara kedua perusahaan tidak berbeda nyata (Wolk, Dodd, &

Tearney, 2013).

2.8.4 Alternatif dengan Konsekuensi Arus Kas: Pilihan Last In First Out

Wolk, Dodd, & Tearney (2013) menyatakan bahwa salah satu jenis

perubahan kebijakan akuntansi yang tidak menghasilkan respon harga sekuritas

adalah perubahan akuntansi persediaan dari First In First Out (FIFO) ke Last In

Page 32: Teori Akuntansi Normatif

26

First Out (LIFO). Perubahan LIFO telah dikaitkan dengan pergerakan harga

sekuritas positif, meskipun LIFO menurunkan laba akuntansi dalam periode

kenaikan harga persediaan. Mengingat kecanggihan investor dalam menanggapi

kebijakan akuntansi, apa penjelasan logis untuk respon harga ini? LIFO harus

diadopsi untuk tujuan laporan keuangan jika manfaat pajak yang diinginkan.

Dalam perioda kenaikan harga, beban pajak menjadi lebih rendah bagi perusahaan

yang menggunakan LIFO. Dalam hal ini ada konsekuensi arus kas nyata karena

perubahan kebijakan akuntansi. Meskipun pendapatan buku diturunkan dengan

menggunakan LIFO, arus kas yang lebih tinggi karena pendapatan pajak lebih

rendah. Tanggapan harga sekuritas yang positif, sehingga sesuai dengan

peningkatan nilai perusahaan karena penghematan pajak.

2.8.5 Alternatif dengan Konsekuensi Kas langsung

Penelitian harga sekuritas menyelidiki masalah yang disebut sebagai

konsekuensi tidak langsung. Konsekuensi langsung terjadi ketika perubahan

kebijakan akuntansi memengaruhi nilai perusahaan melalui efek tidak langsung

pada pemilik daripada efek langsung pada arus kas perusahaan. Satu studi tersebut

didorong oleh upaya untuk menjelaskan mengapa harga sekuritas perusahaan

minyak dan gas tertentu merespon negatif terhadap perubahan kebijakan

akuntansi. Perubahan yang diperlukan dari full costing sebagai upaya sukses

dianggap hanya sebagai perubahan dalam biaya yang dialokasikan ke laporan laba

rugi. Oleh karena itu, tidak ada respon harga sekuritas karena tidak ada

konsekuensi arus kas langsung ke perusahaan. Namun, respon harga sekuritas

ditemukan ada. Karena penelitian sebelumnya didominasi menolak hipotesis

investor naif, penelitian dibuat untuk adanya beberapa konsekuensi arus kas tidak

Page 33: Teori Akuntansi Normatif

27

langsung untuk menjelaskan respon harga. Studi ini mengemukakan bahwa

perubahan akuntansi untuk biaya eksplorasi minyak dan gas menurunkan

kemampuan perusahaan untuk membayar dividen dalam jangka pendek karena

perjanjian utang ketat. Oleh karena itu, meskipun perubahan kebijakan akuntansi

tampaknya hanya memengaruhi pendapatan buku, ada konsekuensi arus kas tidak

langsung kepada investor yang dapat menjelaskan respon harga negatif.

Penjelasan ini berasal dari teori keagenan. Ketika angka akuntansi yang digunakan

untuk memantau kontrak agen, bisa ada konsekuensi langsung dari perubahan

kebijakan akuntansi. Dalam kasus perjanjian utang membatasi pembayaran

dividen, angka akuntansi yang digunakan untuk melindungi keamanan pemegang

obligasi dengan mengorbankan pemegang saham. Jika kebijakan akuntansi

mengubah laba akuntansi yang lebih rendah, dividen tunai sekarang atau masa

depan dapat dikurangi, sehingga menyebabkan respon harga negatif (Wolk, Dodd,

& Tearney, 2013).

2.9 Nilai dari Informasi Akuntansi: Bukti dari Penilaian Langsung

2.9.1 Bukti dari Pensiun

Beberapa penelitian yang digunakan kerangka ini untuk menentukan bahwa

aset dan kewajiban program pensiun perusahaan bersifat konsisten yang

dipandang sebagai aktiva neraca dan kewajiban. Studi lain menetapkan bahwa

komponen biaya pensiun yang tidak berbobot sama dalam hubungan dengan

valuasi pasar. Yang menarik adalah bahwa komponen amortisasi aset transisi dari

biaya pensiun dari implisit bernilai nol, yang konsisten dengan fakta bahwa tidak

ada keterkatikan dengan arus kas. (Wolk, Dodd, & Tearney, 2013).

Page 34: Teori Akuntansi Normatif

28

2.9.2 Bukti dari Penelitian dan Pengembangan

Wolk, Dodd, & Tearney (2013) menjelaskan bahwa penelitian lain meneliti

hubungan pengeluaran penelitian dan pengembangan dengan nilai perusahaan.

Temuan utama adalah bahwa rata-rata setiap dolar dari R&D dikaitkan dengan

nilai peningkatan pasar lima dolar. Hasil ini memberikan bukti bahwa pasar secara

implisit memanfaatkan R&D pengeluaran meskipun SFAS No. 2 melarang

kapitalisasi eksplisit. Dengan kata lain, pasar menafsirkan R&D sebagai aset

(investasi) bukan beban, bertentangan dengan perlakuan akuntansi yang

diperlukan oleh SFAS No. 2.

2.9.3 Bukti dari Jasa Keuangan

Industri jasa keuangan adalah bidang lain di mana model penilaian cross

sectional digunakan. Studi meneliti pengungkapan tambahan kredit bermasalah

(default risk) dan risiko suku bunga bank. Pinjaman non performing bersifat

negatif terkait dengan nilai perusahaan; meskipun efek ini lebih besar bagi bank.

Risiko suku bunga berhubungan negatif dengan nilai perusahaan hanya untuk

bank. Studi lain melaporkan pengungkapan tambahan dari nilai pasar wajar efek

investasi dikaitkan dengan nilai pasar dan biaya historis. Temuan ini memberikan

kepercayaan kepada SEC dan mendorong FASB untuk menandai pasar akuntansi

sebagai pengukuran nilai wajar dalam SFAS No. 157 (Wolk, Dodd, & Tearney,

2013).

2.10 Data Akuntansi dan Kreditor

Wolk, Dodd, & Tearney (2013) menyatakan bahwa teori yang mendasari

kegunaan informasi akuntansi kepada kreditor tidak dikembangkan sebagus

Page 35: Teori Akuntansi Normatif

29

dengan peran akuntansi dengan harga saham. Sebagian dari masalahnya adalah

perdagangan surat utang berbunga jarang. Hal ini, bagaimanapun, umumnya

sepakat bahwa harga utang berbunga didasarkan pada premi risiko default, yang

didefinisikan sebagai premi lebih dari suku bunga bebas risiko utang dinyatakan

identik. Dengan demikian, informasi spesifik perusahaan termasuk data akuntansi,

membantu kreditor dalam menilai risiko default.

Beberapa penelitian telah muncul menurut Wolk, Dodd, & Tearney (2013)

adalah:

a. Kegunaan data akuntansi dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan (yang

meliputi kredit macet).

Rasio berbasis akuntansi sangat berguna dalam membedakan antara

perusahaan yang kemudian bangkrut dan yang tidak. Perusahaan yang akan

bangkrut memiliki rasio keuangan sebelum pailit yang berbeda dari

perusahaan non bangkrut. Prediktabilitas hingga lima tahun sebelum pailit

telah dibuktikan. Temuan ini tidak berarti bahwa perusahaan dengan rasio

buruk selalu bangkrut di masa depan.

b. Asosiasi data akuntansi dengan penilaian obligasi di mana peringkat tersebut

dianggap proksi untuk risiko gagal bayar.

Data akuntansi juga terkait dengan kedua peringkat obligasi dan premi

risiko default. Di antara rasio penting adalah profitabilitas, variabilitas laba,

dan leverage. Penelitian juga digunakan untuk mengevaluasi alternatif data

akuntansi yang lebih tinggi dikaitkan dengan prediksi kebangkrutan, peringkat

obligasi, dan premi risiko. Di antara isu-isu yang diteliti adalah biaya historis

dibandingkan tingkat harga pendapatan disesuaikan, efek kapitalisasi sewa

Page 36: Teori Akuntansi Normatif

30

versus non kapitalisasi, dan pengakuan atas kewajiban pensiun dibandingkan

catatan kaki hanya pengungkapan.

Studi eksperimental (laboratorium) juga menguji kegunaan data akuntansi

untuk kreditor. Data akuntansi dalam konteks keputusan pinjaman terkait

(misalnya, jumlah pinjaman, prediksi kebangkrutan, dan suku bunga) yang

diberikan kepada subjek untuk menentukan bagaimana, jika sama sekali, hal

itu memengaruhi keputusan hipotesis mereka. Dalam percobaan ini, data

akuntansi dimanipulasi untuk melihat apakah keputusan sensitif terhadap

manipulasi apapun terjadi. Misalnya, perubahan yang dibuat pada besaran

rasio akuntansi atau laporan keuangan yang disusun berdasarkan kebijakan

alternatif (misalnya, sewa kapitalisasi versus non kapitalisasi). Umumnya,

penelitian ini mendukung sensitivitas pengambilan keputusan kredit yang

berhubungan dengan data akuntansi kunci dan melengkapi temuan

berdasarkan data bidang ekonomi

c. Asosiasi data akuntansi dengan perkiraan premi risiko suku bunga utang

d. Studi eksperimental tentang peran data akuntansi dalam keputusan pemberian

kredit.

Page 37: Teori Akuntansi Normatif

31

BAB III

KONTROVERSI DAN GAP

Dalam pembahasan mengenai kegunaan informasi akuntansi dalam

laporan keuangan menurut Wolk, Dodd, & Tearney (2013), terdapat kontroversi

dan gap. Kontroversi dan gap yang ada antara lain adalah karena adanya signaling

theory dan information asymmetry dan kerangka konseptual.

Seperti yang telah diketahui dalam kerangka konseptual yang digunakan

oleh IFRS:

“The objective of general purpose financial reporting is to provide financial

information about the reporting entity that is useful to existing and potential

investors, lenders and other creditors in making decisions about providing

resources to the entity. Those decisions involve buying, selling or holding

equity and debt instruments, and providing or settling loans and other forms of

credit. Many existing and potential investors, lenders and other creditors

cannot require reporting entities to provide information directly to them and

must rely on general purpose financial reports for much of the financial

information they need. Consequently, they are the primary users to whom

general purpose financial reports are directed” (www.ifrs.org, diakses pada 15

April 2015).

Pengguna utama dari informasi akuntansi yang terdapat dalam laporan

keuangan adalah investor (baik yang sekarang maupun calon investor potensial),

kreditor, dan kreditor lainnya (seperti pemasok barang). Permasalahan yang

muncul adalah ketika perusahaan menerbitkan sebuah laporan keuangan,

perusahaan secara tidak langsung harus bisa memenuhi kebutuhan informasi yang

diminta oleh penggunanya, namun pada kenyataannya tidak bisa. Terdapat

beberapa hal yang menjadi kontroversi.

Pertama, perusahaan akan banyak mengeluarkan biaya pada saat

perubahan dari GAAP menjadi IFRS karena ada banyak pertimbangan, yaitu

Page 38: Teori Akuntansi Normatif

32

apakah perusahaan akan memberhentikan akuntan yang lama dengan

menggantinya dengan akuntan yang baru. Selanjutnya pada saat perusahaan itu

mulai mengadopsi sistem IFRS otomatis perusahaan akan mengeluarkan 2 laporan

keuangan yang pertama berisikan laporan keuangan yang sesuai dengan GAAP

dan yang laporan keuangan yang kedua adalah laporan keuangan transisi dari

GAAP menjadi IFRS itu akan banyak mengeluarkan biaya. Selain biaya yang

dikeluarkan, terdapat keuntungan yang akan diperoleh dari penggunaan IFRS,

yaitu memudahkan pemahaman laporan keuangan, meningkatkan arus investasi,

menurunkan biaya modal, efisiensi penyusunan laporan keuangan, dan

meningkatkan kualitas laporan keuangan tersebut.

Kedua, dalam kerangka konseptual menurut IFRS mengatakan:

“Qualitative characteristics identify the types of information that are likely to

be most useful to the existing and potential investors, lenders and other

creditors for making decisions about the reporting entity on the basis of

information in its financial report (financial information). If financial

information is to be useful, it must be relevant (ie must have predictive value

and confirmatory value, based on the nature or magnitude, or both, of the item

to which the information relates in the context of an individual entity’s

financial report) and faithfully represents what it purports to represent (ie

information must be complete, neutral and free from error). The usefulness of

financial information is enhanced if it is comparable, verifiable, timely and

understandable. The IASB acknowledges that cost may be a constrain on

preparing useful financial information” (www.ifrs.org, diakses pada 15 April

2015).

Sebuah laporan keuangan harus relevan dan reliabel. Pada kenyataannya,

kedua hal tersebut sulit untuk dicapai sepenuhnya. Relevan seperti yang

dimaksudkan dalam kerangka konseptual IFRS secara umum dapat disimpulkan

sebagai bisa memengaruhi pengambilan keputusan ekonomi dari pengguna

laporan keuangan dengan membantu memprediksi atau mengoreksi dan

mengonfirmasi informasi akuntansi yang ada dalam laporan keuangan. Sedangkan

reliabel menurut kerangka konseptual IFRS secara umum dapat disimpulkan

Page 39: Teori Akuntansi Normatif

33

sebagai menyajikan secara jujur sepenuhnya, bisa dibandingkan, netral, dan

dengan tambahan kelengkapan sepenuhnya, bebas dari informasi yang bias dan

ketidakpastian, dan presisi.

Sesuai dengan definisinya, relevan dapat dibagi menjadi beberapa

komponen, antara lain:

a. Mengandung Nilai Prediktif

b. Mengandung Nilai Konfirmasi atau Timbal Balik

c. Material

d. Timeliness

Sesuai dengan definisinya, reliabel dapat dibagi menjadi beberapa

komponen, antara lain:

a. Penyajian yang Jujur dam Lengkap

b. Bisa Diverifikasi

c. Netral

Dalam dunia praktik, kontroversi atau gap yang terjadi adalah dalam

membuat laporan keuangan yang berisi informasi akuntansi, perusahaan terkadang

selalu harus memutuskan informasi apa saja yang harus dilaporkan. Dalam

pelaporan informasi akuntansi yang berkualitas, informasi-informasi yang

dilaporkan harus relevan dan reliabel. Namun, terkadang dalam melaporkan

informasi, kebijakan yang diambil seperti standar akuntansi dan pelaporannya

tidak bisa memenuhi syarat-syarat tersebut, yakni harus relevan dan reliabel.

Terkadang, suatu informasi bisa relevan, namun tidak reliabel dan sebaliknya.

Dilema lainnya yang juga menjadi permasalahan adalah dalam usaha

perusahaan untuk melaporkan informasi-informasi yang berkualitas. Dalam

Page 40: Teori Akuntansi Normatif

34

usahanya, terkadang perusahaan harus mengorbankan salah satu komponen (selain

juga mengorbankan sisi reliabilitas atau relevansi) dari relevansi maupun

reliabilitas, seperti ketepatan waktu antuk melaporkan informasi akuntansi yang

relevan atau yang lainnya.

Ketiga, perusahaan mempunyai kepentingan untuk memberikan

pengungkapan secara memadai memadai (Verrecchia, 2001). Pertimbangan

manajemen untuk mengungkapkan informasi secara sukarela dipengaruhi faktor

biaya dan manfaat. Manajemen bersedia mengungkapkan informasi secara

sukarela jika manfaat yang diperoleh dari pengungkapan informasi tersebut lebih

tinggi dari biayanya. Manfaat utama yang diperoleh perusahaan dari

pengungkapan sukarela informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan

investasi adalah biaya modal yang rendah (Labelle, 2002).

Kualitas informasi keuangan ditunjukkan dengan seberapa luas tingkat

pengungkapan informasi (laporan keuangan). Sampai saat ini belum ada acuan

yang dapat dijadikan ukuran kualitas laporan keuangan. Meskipun demikian para

peneliti menggunakan index of disclosure methodology sebagai indikator yang

dapat menunjukkan tingkat kualitas. Inhof (dalam Hadi & Arifin, 2002)

menunjukkan kualitas informasi akuntansi sangat berkaitan dengan tingkat

kelengkapan pengungkapan. Menurut Hendriksen (2000) terdapat tiga konsep

mengenai pengungkapan laporan keuangan, yaitu

a. Adequate disclosure (pengungkapan cukup): disclosure yang minimal harus

ada sehingga ikhtisar-ikhtisar keuangan menjadi tidak menyesatkan.

Page 41: Teori Akuntansi Normatif

35

b. Fair disclosure (pengungkapan wajar): tersirat tujuan-tujuan etis untuk

memberikan perlakuan yang sama kepada semua pihak yang merupakan

pembaca potensi pembaca potensial dari laporan keungan.

c. Full disclosure (pengungkapan penuh): penyajian semua informasi yang

relevan. Bagi beberapa pihak Full Disclosure berarti penyajian informasi

secara berlebihan dan tidak tepat. Informasi yang berlebihan berbahaya karena

penyajian informasi dengan detail terlalu banyak justru akan

menyembunyikan informasi yang penting dan membuat laporan keuangan

menjadi sukar diinterpretasikan. Tujuan yang positif dari disclosure adalah

untuk memberikan informasi yang penting dan relevan kepada para pemakai

laporan keuangan, sehingga dapat membantu mereka dalam membuat

keputusan dengan cara yang terbaik. Ini berarti bahwa informasi yang tidak

material atau relevan harus diabaikan apabila kita mengaharapkan bahwa

informasi yang disajikan itu mempunyai makna dan dapat dimengerti.

Sejalan dengan tujuan dasar akuntansi, salah satu tujuan yang dicapainya

adalah penyajian informasi yang cukup sehingga perbandingan dari hasil yang

diharapkan dapat dilakukan. Kemungkinan membandingkan (comparability) dapat

dicapai dengan dua cara, yaitu :

a. Dengan penyajian disclosure yang cukup mengenai bagaimana angka-angka

akuntansi diukur dan dihitung.

b. Dengan memberikan kemungkinan kepada investor untuk melakukan rangkai

dari berbagai masukan ke dalam decision models-nya.

Laporan keuangan perusahaan ditujukan kepada pemegang saham, investor,

dan kreditur. Di samping ketiga pihak tersebut, pengungkapan juga diberikan

Page 42: Teori Akuntansi Normatif

36

kepada pegawai, konsumen, pemerintah dan masyarakat umum, tetapi pihak-pihak

ini dipandang sebagai penerima kedua dari laporan keuangan dan bentuk-bentuk

lain pengungkapan. Masalah yang berkaitan dengan seberapa banyak informasi

perlu disajikan dalam laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh tujuan pelaporan

keuangan.

Keempat, informasi akuntansi dapat memberikan sinyal, sehingga reaksi

investor laporan keuangan dapat beraneka ragam. Sinyal positif menunjukkan

bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik di masa depan, sehingga direspon

baik oleh investor. Namun, sinyal negatif menunjukkan bahwa perusahaan

memiliki prospek yang buruk di masa depan, sehingga direspon buruk oleh

investor. Reaksi investor tersebut dapat terlihat dari harga maupun voluma

perdagangan saham.

Kelima, kontroversi lain yang muncul adalah para manajer dapat

mengetahui informasi dan prospek perusahaan lebih banyak daripada investor.

Selain itu, kegiatan yang dilakukan oleh manajer dapat tidak seluruhnya diketahui

oleh investor maupun kreditor, sehingga manajer dapat melakukan tindakan tanpa

sepengetahuan yang dapat melanggar etika, norma, dan hukum.

Page 43: Teori Akuntansi Normatif

37

BAB IV

PEMBAHASAN DAN OPINI

Di dalam pembahasan materi tentang kegunaan informasi akuntansi bagi

investor dan kreditor ini menggunakan 10 macam teori yang terdiri dari laporan

keuangan, informasi akuntansi, model penilaian perusahaan, hipotesis efisiensi

pasar, signaling theory, asymetry information, Capital Assets Pricing Models,

nilai informasi akuntansi: bukti dari data return, nilai dari informasi akuntansi:

bukti penilaian langsung, dan data akuntansi dan kreditor yang menjelaskan

panjang lebar tentang bagaimana kegunaan informasi akuntansi bagi investor dan

kreditor.

Tetapi selain teori itu dapat menjelaskan dan menjabarkan segala

informasi tentang kegunaan informasi akuntansi bagi investor dan kreditor

terdapat juga kontroversi dan gap dari teori-teori yang telah dibabarkan pada bab

teori tersebut karena tidak selamanya teori itu dapat secara langsung diterapkan

karena harus ada banyak pertimbangan dengan kenyataan yang terjadi seperti

pada signaling theory dan information asymmetry. Karena penjelasan pada

kerangka konseptual dari IFRS itu sendiri itu yang mengatakan bahwa pengguna

utama dari informasi akuntansi yang terdapat dalam laporan keuangan adalah

investor, kreditor dan kreditor lainnya, dan apabila jika dilihat dari kenyataannya

itu ada beberapa kontroversi yang terjadi pada laporan keuangan itu sendiri yang

tidak dapat dihindari oleh siapapun.

Pertama, jika dilihat dari segi biaya, perusahaan akan banyak

mengeluarkan biaya pada saat perubahan dari GAAP menjadi IFRS karena ada

Page 44: Teori Akuntansi Normatif

38

banyak pertimbangan, seperti divisi akuntansi yang hanya menguasai GAAP dan

pada akhirnya perusahaan akan memiliki pertimbangan apakah perusahaan akan

memberhentikan akuntan yang lama dengan menggantinya dengan akuntan yang

baru. Hal ini dapat menimbulkan biaya yang membengkak karena pemberhentian

dari akuntan tersebut karena perusahaan akan memberikan bayaran yang sebagai

tanda pemberhentiannya. Bila perusahaan melakukan perekrutan kembali akuntan

baru yang sudah menguasai IFRS, maka perlu biaya yang tidak sedikit untuk

membiayai penrekrutan dan training bagi akuntan baru. Apabila perusahaan

memilih tetap menggunakan akuntan yang lama maka harus memberikan

pelatihan kembali agar akuntan dapat menguasai IFRS dengan cara mendatangkan

seorang pengajar untuk pelatihan GAAP ke IFRS yang biayanya tidak mungkin

sedikit. Ada pula kemungkinan perusahaan menggunakan jasa konsultan yang

juga menguras banyak biaya karena perusahaan membutuhkannya apabila

perusahaan tidak ingin memberhentikan dan mencari akuntan baru (perekrutan).

Biaya yang pasti akan dikeluarkan berikutnya adalah pada saat perusahaan itu

mulai mengadopsi sistem IFRS otomatis perusahaan akan mengeluarkan 2 laporan

keuangan yang pertama berisikan laporan keuangan yang sesuai dengan GAAP

dan yang laporan keuangan yang kedua adalah laporan keuangan transisi dari

GAAP menjadi IFRS itu akan banyak mengeluarkan biaya.

Keuntungan perusahaan menggunakan IFRS itu sendiri adalah antara lain:

a. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan Standar Akuntansi

Keuangan yang dikenal secara internasional. Dengan adanya hal tersebut

maka Indonesia sangat diuntungkan apabila Indonesia juga menggunakan

Page 45: Teori Akuntansi Normatif

39

IFRS maka investor yang masuk ke Indonesia lebih tidak ragu lagi karena

sudah menggunakan standar yang digunakan oleh Internasional.

b. Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi

c. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui

pasar modal secara global (Peningkatan daya banding laporan keuangan dan

memberikan informasi yang berkualitas dpasar modal internasional)

d. Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan (menghilangkan

hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan dalam

ketentuan pelaporan keuangan.)

e. Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan antara lain, mengurangi

kesempatan untuk melakukan earning management

f. Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional dan

biaya untuk analisis keuangan bagi para analis.

Kedua, untuk membahas mengenai relevansi dan reliabilitas dari IFRS,

maka kelompok akan membahas mengenai penilaian aset yang ada dalam IFRS,

yaitu Fair Value. Kelompok menggunakan standar ini dikarenakan Fair Value

merupakan ciri khas dari IFRS, bila dibandingkan dengan GAAP. Penerapan

standar ini tentunya memiliki dampak pada relevansi dan reliabilitas dari

informasi akuntansi yang dilaporkan dalam laporan keuangan, terutama dalam hal

aset.

Relevansi dari standar ini dapat dilihat dengan contoh bila perusahaan

menilai aset tidak berwujud dari perusahaan. Misalkan, perusahaan memiliki

paten atas suatu teknologi yang diterapkan dalam produknya seperti iOS dari

Apple. Bila menggunakan Fair Value, maka unsur Timeliness akan terpenuhi,

Page 46: Teori Akuntansi Normatif

40

karena pada saat iOS tersebut mulai dikembangkan dan sudah bisa dinilai, maka

pada saat itu juga perusahaan boleh melaporkannya. Untuk nilai konfirmasinya,

juga terpenuhi selama perusahaan bisa menggunakan jasa apraisal, atau memiliki

tim yang memiliki kompetensi untuk menilai nilai dari aset tersebut. Sedangkan

nilai prediksi juga bisa terpenuhi bila perusahaan mengungkapkan beberapa

informasi yang bisa menjadi acuan prediksi, seperti tahapan pengembangan, atau

informasi kualitatif lainnya.

Untuk reliabilitas, komponen mengenai penyajian yang jujur dan lengkap

juga terpenuhi selama perusahaan mambang benar-benar melakukan penilaian

menggunakan jasa apraisal yang handal dan berkompeten, serta hasil apraisal

tersebut tidak bias dan sesuai dengan keadaan ekonomi sebenarnya. Pada

komponen mengenai netralitas, tentunya juga bisa terpenuhi ketika perusahaan

mengungkapkan nilai aset seusai dengan hasil apraisal apa adanya. Untuk

komponen mengenai bisa diverifikasi, juga terpenuhi selama ada dokumen-

dokumen dari hasil apraisal yang dilampirkan.

Dari contoh pembahasan di atas, terlihat bahwa Fair Value Accounting

dalam IFRS menjawab masalah mengenai isu reliabilitas dan relevansi. Namun,

dari pembahasan di atas, terlihat bahwa penilaian sangat bergantung pada jasa

apraisal, yang tentunya menimbulkan biaya yang tidak kecil. Selain dari segi

biaya, solusi berupa jasa apraisal ini masih rentan, karena metoda yang digunakan

belum tentu bisa menilai dengan akurat nilai ekonomisnya tanpa mengorbankan

reliabilitas, relevansi, maupun salah satu komponennya. Masalah mendasar

lainnya adalah yang melakukan apraisal adalah manusia, dimana memiliki risiko

bawaan yang paling mendasar, yaitu keteledoran dan subjektivitas.

Page 47: Teori Akuntansi Normatif

41

Menurut kelompok dari pembahasan mengenai masalah relevansi dan

reliabilitas, IFRS masih belum bisa sepenuhnya mengatasi isu atau kontroversi

mengenai relevansi dan reliabilitas yang memang sudah ada sebelum IFRS

diterapkan. Namun, sudah cukup meng-cover permasalahan yang ada, meskipun

tidak sepenuhnya.

Ketiga, secara umum, tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi

yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk

melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda.

Pengungkapan dapat dibagi menjadi beberapa tujuan, yaitu:

a. Tujuan melindungi dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai cukup

canggih untuk mendapatkan informasi atau mengolahnya sendiri sehingga

memperoleh substansi ekonomik dari informasi tersebut, dengan kata lain

pengungkapan ditujukan untuk melindungi perlakuan manajemen yang

mungkin kurang terbuka.

b. Tujuan informatif dilandasi oleh gagasan bahwa pemakai yang dituju sudah

jelas memiliki tingkat kecanggihan tertentu, dengan demikian, pengungkapan

ditujukan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan

pengambilan keputusan pemakai. Keluasan pengungkapan untuk tujuan

informatif ini ditentukan OJK bekerja sama dengan penyusun standar.

c. Bentuk tujuan pengungkapan yang ketiga adalah tujuan kebutuhan khusus.

Tujuan kebutuhan khusus ini merupakan gabungan dari tujuan perlindungan

publik dan tujuan informatif.

Page 48: Teori Akuntansi Normatif

42

Kontroversi yang keempat adalah sinyal positif dan negatif yang

dihasilkan dari informasi akuntansi. Sinyal ini akan menyebabkan reaksi investor

muncul. Reaksi investor dapat beraneka ragam, misalkan pembagian dividen yang

tinggi menyebabkan investor tertarik untuk membeli saham perusahaan karena

perusahaan dianggap memiliki prospek yang baik. Namun, sebagian investor

lainnya tidak menyukai dividen yang tinggi karena perusahaan dianggap memiliki

prospek yang buruk, sehingga dividen tinggi yang diberikan bertujuan agar

perusahaan seakan-akan terlihat baik bagi investor. Oleh karena itu, investor perlu

memiliki wawasan yang luas atau canggih agar informasi akuntansi yang

diperoleh dapat digunakan secara tepat dalam pengambilan keputusan.

Kontroversi yang kelima adalah adanya kesenjangan informasi antara

pihak manajemen perusahaan dengan pihak eksternal. Hal ini dapat menyebabkan

pihak manajemen dapat melakukan berbagai tindakan tanpa sepengetahuan pihak

eksternal, sehingga dapat menguntungkan bagi pihak manajemen dan merugikan

pihak lainnya. Selain itu, informasi dapat diperjualbelikan sebelum informasi

tersebut dirilis, sehingga dapat menimbulkan kesenjangan informasi antar pihak

eksternal. Oleh karena itu, perlu adanya transparansi dalam pemberian informasi

agar kesenjangan informasi dapat dihindarkan. Selain itu, perlu adanya praktik

Good Corporate Governance yang baik dalam internal perusahaan, sehingga

informasi yang disampaikan kepada pihak eksternal dapat benar-benar dipercaya

dan dipertanggungjawabkan.

Page 49: Teori Akuntansi Normatif

43

BAB V

PENUTUP

Laporan keuangan merupakan suatu laporan yang menggambarkan

informasi kinerja keuangan yang terdiri dari laporan posisi keuangan, laba

komprehensif, perubahan ekuitas, arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

Laporan keuangan yang dihasilkan tersebut haruslah dapat diandalkan dan

bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan

keuangan menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan

ekonomi dan juga sebagai bentuk pertanggungjawaban dari pihak manajemen

kepada pemegang saham. Laporan keuangan berfungsi sebagai informasi

akuntansi untuk mengetahui kinerja perusahaan.

Informasi akuntansi penting bagi pemilik perusahaan sebagai dasar

pertimbangan dalam penentuan keputusan investasi untuk masa yang akan datang.

Penilaian kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari laba dan dividen, serta

residual income models. Laba dan dividen yang tinggi menunjukkan perusahaan

tersebut memiliki kinerja yang baik. Informasi yang memberikan keterangan

mengenai keadaan perusahaan pada masa lalu, masa kini, dan masa mendatang

merupakan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan. Informasi tersebut

dapat memberikan penjelasan bagaimana cara pandang manajemen perusahaan

terhadap prospoek perusahaan di masa depan. Perusahaan yang memiliki proyek

investasi yang bagus akan menarik perhatian investor tentang kualitas investasi

tersebut dengan menetapkan harga saham yang rendah. Keadaan tersebut tidak

Page 50: Teori Akuntansi Normatif

44

dapat dilakukan oleh perusahaan yang tidak memiliki proyek investasi yang

kurang atau tidak bagus.

Informasi akuntansi dalam laporan keuangan menurut Wolk, Dodd, &

Tearney (2013), terdapat kontroversi dan gap. Kontroversi dan gap yang ada

antara lain adalah karena adanya signaling theory dan information asymmetry,

serta kerangka konseptual. Masalah-masalah yang menjadi kontroversi ketika

perusahaan menerbitkan sebuah laporan keuangan, perusahaan secara tidak

langsung harus bisa memenuhi kebutuhan informasi yang diminta oleh

penggunanya, namun pada kenyataannya tidak bisa. Beberapa contoh yang

menjadi kontroversi, yaitu:

a. Adanya pertukaran antara biaya dan keuntungan yang diperoleh perusahaan

dalam menggunakan standar IFRS dalam penyusunan laporan keuangan.

b. Informasi akuntansi yang relevan dan reliabel

c. Pengungkapan laporan keuangan.

d. Sinyal yang dihasilkan dari informasi akuntansi menyebabkan berbagai

macam reaksi pihak eksternal yang muncul.

e. Adanya asimetri informasi yang ada tentunya beragam bentuknya dan

terkadang bisa menghambat pencapaian tujuan dari pelaporan.

Kontroversi tersebut terjadi karena adanya kepentingan dalam perusahaan

tersebut, sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan itu tidak dapat

memenuhi kebutuhan semua pengguna laporan keuangan dan kinerja perusahaan.

Hal tersebut membuat kelompok mengeluarkan berbagai opini untuk membahas

kontroversi-kontroversi yang ada. Dalam mengatasi kontroversi yang tidak

diinginkan pada pelaporan keuangan, dapat dilakukan dengan cara merevisi

Page 51: Teori Akuntansi Normatif

45

kembali IFRS yang berdasarkan pada prinsip yang memiliki aturan-aturan itu

sendiri. Hal ini dilakukan agar peraturan yang dibuat sesuai, sehingga dapat

mengatasi hal-hal yang terjadi pada kontroversi tersebut.

Page 52: Teori Akuntansi Normatif

DAFTAR PUSTAKA

Allen, F. & Faulfaber, G.R. (1989). Signaling by Underpricing in the IPO Market.

Journal of Financial Economics: 23.

Anthony, R. & Reece, J. (1989). Accounting: Text and Cases. IL: Irwin.

Arifin, Ali. (2007). Membaca Saham. Yogyakarta: Andi

Arnold, J. & Hope, A. (1990). Accounting for Management Decisions. London:

Prentice Hall.

Belkaoui, A. R. (2003). Intellectual Capital and Firm Performance of US

Multinational Firms: A Study of the Resource‐Based and Stakeholder Views.

Journal of Intellectual Capital, Vol. 4 Iss: 2, 215 – 226.

Belkaoui, A. R. (2000). Accounting Theory. Canada: Thompson-Learning Asia.

Bodie, Z., Kane, A., & Marcus, Alan J. (2006). Investment Investasi. Edisi

Keenam. Jakarta: Salemba Empat.

Brigham, E. F. & Houston, Joel F. (2006). Dasar-dasar Manajemen Keuangan.

Edisi Kesepuluh. Buku Kedua. Jakarta: Salemba Empat.

Fahmi, I. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Edisi Pertama. Bandung: Alfabeta

Fama, E. F. 1970. Efficient Capital Market – A Review of Theory and Empirical

Work. Journal of Finance. Vol. 25 No. 2. 383-417.

Hendriksen, E.S. (2000). Accounting Theory. 5th Ed. Prentice Hall.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Penerbit

Erlangga.

Jogiyanto, H.M. (2011). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta:

BPFE.

Jones, C.P. 1996. Investment Analysis and Management. Fifth Edition. Canada:

John Willey & Sons Inc.

Labelle, R. (2002). The Statement of Corporate Governance Practices (SCGP) A

Voluntary Disclosure and Corporate governance Perspective. Journal of

Accounting & Economics Vol. 32: 97-180.

Page 53: Teori Akuntansi Normatif

Leland, H. & Pyle, D.H. (1977). Information Asymmetries. Financial Structure

and Financial Intermediation. Journal of Finance 32 (2), 371-387.

Lintner, John (1965). The Valuation of Risk Assets and the Selection of Risky

Investments in Stock Portfolios and Capital Budgets. Review of Economics

and Statistics, 13-37.

Mardiasmo. (2000). Perpajakan Indonesia Revisi 2000. Yogyakarta: Andi.

Markowitz, H. M. (1956). The Optimization of a Quadratic Function Subject to

Linear Constraints. Natural Research Logistic Quarterly 3, 111-13.

Martono & Agus, H. (2010). Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga. Yogyakarta:

Ekonisia.

McDaniel, J. S., Adkari, V.V., & Viksel, J. (2000). The Environmental EVA: a

Financial Indicator for SH&H Strategist. Journal Corporate Enviromental

Strategy Vol. 7 No. 2.

Mossin, J. (1966). Equilibrium in a Capital Asset Market. Econometrica, Vol. 34

No. 4, 768-783.

Munawir, S. (2004). Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Cetakan

Ketigabelas. Yogyakarta: Liberty.

Nor, H. dan Arifin. (2002). Analisa Faktor-faktor yang mempengaruhi Luas

Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Go Publik Di

Bursa Efek Jakarta. Jurnal Manajemen, Akuntansi dan Sistem Informasi

Vol. 1: 90-105

Nurrohman, M. H. & Zulaikha. (2013). Pengaruh Earning per Share, Return

Saham, Kualitas Audit, dan Hasil Laba terhadap Return Saham Satu tahun

ke Depan. Diponegoro Journal of Accounting, 1-9.

Pernyataan Standar Akuntansi No. 1 tahun 2009 tentang Penyajian Laporan

Keuangan.

Putro, S. A. (2007). Analisa Pengaruh Penilaian Kinerja dengan Konsep

Konvensional dan Konsep Value Based terhadap Rate of Return pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ. Skripsi Fakultas Ekonomi

Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Rock, K. F. (1986). Why New Issues are Underpriced. Journal of Financial

Economics No. 15.

Scott, W. R. (2009). Financial Accounting Theory 4th

Edition. Toronto: Pearson

Education Canada Inc.

Page 54: Teori Akuntansi Normatif

Sharpe, W. F. (1964). Capital Asset Prices: a Theory of Market Equilibrium

Under Conditions of Risk. Journal of Finance. 425-442

Sharpe, W. F, Gordon, A, & Bailey, J. V. (2000). Fundamentals of Investment,

3rd

. New Jearsey: Prentice-Hall, Inc.

Statements of Financial Accounting Concepts No. 2 tahun 1980.

Stice, J. D, Stice E. K., Skousen K.F. (2004). Akuntansi Intermediate. Buku Satu

Edisi 15. Jakarta : Salemba Empat.

Sukardi, D. & Kurniawan, I. (2010). Manajemen Investasi Pendekatan Teknikal

dan Fundamental untuk Analisis Saham. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sundjaja, R. & Inge B. (2001). Manajemen Keuangan Satu. Edisi Keempat.

Jakarta: PT Prenhallindo.

Susetyo, A. A. (2006). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada

Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEJ Periode 2000-2003. Skripsi

Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Tandelilin, E. (2010). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta:

BPFE.

Tunggal, A. W. (2001). Memahami Konsep Economic Value Added (EVA) dan

Value-Based Management (VAM). Jakartra: Harvarindo.

Verrecchia, R.E. (2001). Essays on Disclosure. Journal of Accounting &

Economics, Vol. 32: 97-180

Weygandt, J. J., Kieso, D. E., & Kimmel, Paul D. (2006). Accounting Principles.

Wiley.

Wolk, H. I., Dodd, J. L., & Tearney, M. G. (2013). Accounting Theory:

Conceptual Issues in a Political and Economic Environtment. Canada:

Thomson-Shout West.

www.iasplus.com, diakses pada 15 April 2015.

www.ifrs.org, diakses pada 15 April 2015.

Young, S. D. & O’Bryne, F. S. (2001). Economic Value Added dan Manajemen

Berdasarkan Nilai Panduan Praktis untuk Implementasi. Jakarta: Salemba

Empat.